Professional Documents
Culture Documents
Institutional Development District is very urgent to improve the quality of district services as the
spearhead of the public service. Institutional development district model consists of four aspects: (1) tasks
and functions, (2) organizational structure, (3) governance (management districts), and (4) personnel
and infrastructure resources, which is formulated based on the complexity and public service
priorities held districts.
The results showed that the application formulation of institutional development model district in
Lubuk Basung and Ampek Angkek shows similar results for mass organizations that include tasks and
functions and organizational structure with four sub sections. The model of governance (management
district) and personnel and infrastructure resources tend to be different, where one-door mechanism and
integrated services around the district was held in the District of Lubuk Basung, while in District Ampek
Angkek with the mechanism of integrated services around the district and services online. The personnel
and infrastructure resources support services in the District of Lubuk Basung is not adequate, while in
Ampek Angkek.
Keyword: district, institutional development model, public services.
220
MODEL PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN KECAMATAN YANG BERBASIS PADA
KOMPLEKSITAS DAN PRIORITAS LAYANAN PUBLIK
(Studi Kasus di Kecamatan Lubuk Basung dan Ampek Angkek Kabupaten Agam, Sumatera Barat)
:: Rosita Novi Andari
pelayanan publik terutama pada aspek kondisi ekonomi, sosial, budaya serta
ketatalaksanaan dan aspek Sumber Daya kebutuhan masyarakatnya.
Aparatur (SDA).
Kecamatan merupakan salah satu
Pergeseran manajemen pemerintahan instansi perangkat daerah yang memiliki
daerah dari sentralistik ke desentralistik peran strategis dalam penyelenggaraan
membawa perubahan dalam praktek pelayanan publik atau bisa dikatakan
penyelenggaraan pelayanan publik oleh sebagai ujung tombak pelayanan publik.
birokrasi di daerah. Hal ini terutama sejak Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh
ditetapkannya UU No.32 Tahun 2004 Sadu Wasistiono (2009:1) bahwa
tentang Pemerintahan Daerah. Kebijakan kecamatan merupakan salah satu entitas
desentralisasi tersebut merupakan sebuah pemerintahan yang memberikan
langkah maju untuk membenahi pelayanan langsung maupun tidak
penyelenggaraan pemerintahan. Menurut langsung kepada masyarakat. Sebagai sub
Jusman Iskandar (2005: 290-291) salah satu sistem pemerintahan di Indonesia,
dasar pertimbangan kebijakan kecamatan mempunyai kedudukan cukup
desentralisasi dan otonomi daerah adalah strategis dan memainkan peran fungsional
kenyataan bahwa Indonesia yang dalam pelayanan dan administrasi
berwilayah luas, berpenduduk besar, pemerintahan, pembangunan serta
kondisi sosial kultural yang beraneka kemasyarakatan.
ragam, sangat sulit untuk dikelola secara
Menurut UU No. 32 Tahun 2004
efektif apabila ditumpukan secara
tentang Pemerintahan Daerah pasal 15
terpusat.
ayat 1 dan 2, Camat memiliki tugas
Pertimbangan lain adalah dengan atributif yaitu tugas pemerintahan umum
desentralisasi pembangunan daerah akan yang melekat di kecamatan, dan tugas
lebih sesuai dengan kondisi ekonomi, delegatif yaitu wewenang yang diberikan
sosial, dan budaya setempat. oleh Bupati/Walikota kepada Camat.
Penyelenggaraan berbagai layanan publik Sejauhmana kinerja pemerintah kecamatan
juga dimungkinkan menjadi lebih baik, sebagai unit pelayanan pelayanan publik
efektif, dan efesien. Adapun tujuan utama akan tergantung dari sejauhmana kualitas
desentralisasi dan otonomi daerah adalah pelayanan publik yang mampu diberikan
mendekatkan pelayanan kepada kepada masyarakat sebagai wujud dari
masyarakat, artinya pelayanan pelaksanaan tugas atributif dan tugas
pemerintahan diharapkan dapat diberikan delegatif yang dimiliki. Dalam kaitannya
lebih efektif dan efesien. Hal ini dengan hal ini, pengembangan
didasarkan pada asumsi bahwa kelembagaan kecamatan yang ada harus
pemerintah daerah lebih memahami disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan
kebutuhan dan aspirasi masyarakatnya. publik yang diharapkan oleh masyarakat
dan tuntutan kekinian yang ada.
Dalam rangka mewujudkan tujuan
otonomi daerah yaitu mempercepat Berdasarkan hal tersebut di atas,
tercapainya kesejahteraan rakyat melalui tulisan ini membahas dan menganalisis
peningkatan pelayanan publik di daerah, hasil kajian mengenai model
maka instansi pemerintah di tingkat pengembangan kelembagaan kecamatan
daerah dituntut mampu memberikan (PKP2A I LAN, 2010) yang berbasis pada
pelayanan publik yang mudah, cepat dan kompleksitas dan prioritas pelayanan
murah sebagaimana yang selalu diidam- publik di Kecamatan Lubuk Basung dan
idamkan masyarakat selama ini. Dalam hal Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten
ini, dibutuhkan inovasi dari masing- Agam Provinsi Sumatera Barat. Adapun
masing daerah dalam penyelenggaraan rumusan masalah yang dibahas dalam
pelayanan publik yang sesuai dengan tulisan ini adalah sebagai berikut:
221
1. Bagaimanakah kondisi umum (2009) mengkaji dan memetakan
kelembagaan kecamatan di perkembangan organisasi kecamatan
Kecamatan Lubuk Basung dan menurut UU No. 5 Tahun 1974, UU No.22
Ampek Angkek? Tahun 1999 dan UU No. 32 Tahun 2004
2. Bagaimanakah model antara lain mencakup kedudukan
pengembangan kelembagaan organisasional, bagan susunan organisasi
kecamatan yang berbasis pada kecamatan, rentang kendali kecamatan,
kompleksitas dan prioritas hubungan kerja kecamatan. Secara umum
pelayanan publik di Kecamatan perkembangan kecamatan tersebut dapat
Lubuk Basung dan Ampek Angkek? dilihat pada Tabel 1
Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa di
B. TINJAUAN PUSTAKA
era desentralisasi yaitu pada masa
1. Urgensi Transformasi Kelembagaan berlakunya UU No. 32 Tahun 2004,
Kecamatan di Era Desentralisasi kedudukan kecamatan dalam sistem
pemerintahan daerah mengalami
Keberadaan kecamatan mengalami perubahan yaitu sebagai perangkat daerah
perkembangan seiring dengan perubahan yang menjalankan dua kewenangan yaitu
kebijakan tentang pemerintahan daerah. kewenangan atributif dan delegatif.
Dalam bukunya yang berjudul Struktur organisasi kecamatan terdiri dari
“Perkembangan Organisasi Kecamatan Camat, Sekretaris Camat, sebanyak-
Dari Masa ke Masa”, Sadu Wasistiono banyaknya terdapat lima seksi, serta
Tabel 1
Perkembangan Kelembagaan Kecamatan
Camat
Kelompok Jabatan
Sekretaris Camat
Fungsional
Gambar 1
Susunan Organisasi Kecamatan Berdasarkan PP Nomor 19 Tahun 2008
223
perundang-undangan. Selain tugas umum Pemberian kembali kewenangan atributif
pemerintahan, Camat menyelenggara-kan ini mengisyaratkan masih dibutuhkannya
urusan pemerintahan yang meliputi lima Kecamatan dalam melakukan
bidang kewenangan pemerintahan, yaitu pemerintahan umum di daerah.
bidang pemerintahan, bidang
Seiring dengan kebutuhan pelayanan
pembangunan dan ekonomi, bidang
publik yang semakin beragam dan
pendidikan dan kesehatan, bidang sosial
kompleks, Kecamatan sebagai sebuah
dan kesejahteraan serta bidang
bentuk organisasi/kelembagaan dituntut
pertanahan.
untuk menyesuaikan diri dan berinovasi
Pada tahun 2008 dikeluarkan PP sesuai perubahan dan tuntutan kekinian
Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan yang ada. Dalam hal ini, pengembangan
yang mengatur secara rinci mengenai kecamatan dalam rangka upaya
tugas dan wewenang Camat, baik untuk transformasi kelembagaan kecamatan
yang bersifat atributif maupun delegatif. dirasa penting untuk dilakukan.
Dalam kaitannya dengan pelaksanaan
Secara legal formal dalam tataran
tugas atributif, Camat menyelenggarakan
kebiajakan, kecamatan telah mengalami
tugas umum pemerintahan yang meliputi:
perubahan baik secara kelembagaan
a. mengoordinasikan kegiatan maupun ketatalaksanaan hingga sekarang.
pemberdayaan masyarakat; Perubahan yang terjadi dalam kecamatan,
b. mengoordinasikan upaya pada dasarnya merupakan sebuah
penyelenggaraan ketenteraman dan pengembangan kelembagaan yang wajar
ketertiban umum; terjadi di setiap organisasi manapun. Satu
c. mengoordinasikan penerapan dan hal yang patut mendapat perhatian adalah
penegakan peraturan perundang- apakah perubahan tersebut berjalan ke
undangan; arah yang lebih baik dalam arti kecamatan
d. mengoordinasikan pemeliharaan tumbuh menjadi lembaga yang bukan
prasarana dan fasilitas pelayanan hanya dapat melaksanakan tugas dan
umum; fungsinya seperti tercantum dalam
e. mengoordinasikan penyelenggaraan peraturan perundangan yang berlaku,
kegiatan pemerintahan di tingkat namun lebih dari itu kecamatan harus
kecamatan; mampu menjadi lembaga yang dapat
f. membina penyelenggaraan memberikan kemanfaatan nyata bagi
pemerintahan desa dan/atau masyarakat di lingkungannya.
kelurahan; dan
Menurut Nugraha (dalam
g. melaksanakan pelayanan masyarakat
Soedarmayanti dkk, 2005:155), persoalan
yang menjadi ruang lingkup tugasnya
kelembagaan bersangkut paut dengan
dan/atau yang belum dapat
sebuah entitas yang dibentuk dan dibatasi,
dilaksanakan pemerintahan desa atau
serta pola interaksi dan hubungannya
kelurahan.
dengan entitas lain. Pola interaksi inilah
Sedangkan dalam melaksanakan yang akan membentuk batasan dan
tugas delegatif, Camat melaksanakan perkembangan kelembagaan itu dalam
kewenangan pemerintahan yang kerangka suprasistem yang lebih luas.
dilimpahkan oleh bupati/walikota untuk Menurut UNDP (1999), ada tiga level
menangani sebagian urusan otonomi kapasitas kelembagaan yang harus
daerah, yang meliputi aspek: (a) perizinan; memadai agar proses kelembagaan yang
(b) rekomendasi; (c) koordinasi; (d) dijalankan menjadi sangat kokoh. Ketiga
pembinaan; (e) pengawasan; (f) fasilitasi; kapasitas itu adalah (1) sistem, (2)
(g) penetapan; (h) penyelenggaraan; dan (i) organisasi, dan (3) individu.
kewenangan lain yang dilimpahkan.
Pertama, level sistem, yaitu level yang kebermaknaannya merupakan hal yang
menyangkut aspek tata aturan yang baik sangat menentukan. Secara sederhana,
(good governance) dari kelembagaan yang gambaran ketiga level tersebut dapat
ada dengan seluruh stakeholdernya, baik dilihat pada gambar 2.
secara vertikal dengan instansi pemerintah
Dalam konteks pengembangan
lainnya maupun horizontal dengan
kelembagaan kecamatan, ketiga level
kelompok masyarakat dan dunia usaha.
kapasitas kelembagaan tersebut perlu
Proses otonomi daerah yang tidak diikuti
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
oleh peraturan yang memadai telah
pelayanan dan tuntutan kekinian yang
menyebabkan banyak “kekosongan”
ada. Pada level sistem, perlu adanya
dalam sistem tata aturan kelembagaan
sinergisitas pelaksanaan kebijakan yang
publik yang ada. Pengaturan kewenangan
mengatur tentang organisasi kecamatan.
yang ada telah menyebabkan
Dalam hal ini pelaksanaan tugas pokok
ketidakjelasan atas fungsi-fungsi yang
dan fungsi kecamatan harus sesuai dengan
seharusnya dijalankan oleh sebuah
peraturan perundangan yang ada. Pada
kelembagaan publik.
level organisasi, bentuk dan struktur
organisasi kecamatan harus disesuaikan
dengan kompleksitas pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi kecamatan. Sedangkan
pada level individu, kuantitas, kualitas
dan kompetensi SDM aparatur kecamatan
harus juga disesuaikan dengan
kompleksitas pelaksanaan tugas pokok
dan fungsi kecamatan.
Berdasarkan penjelasan tersebut,
pada prinsipnya ada empat aspek utama
yang perlu diperhatikan dalam
membangun model pengembangan
Sumber: Nugraha (dalam Soedarmayanti dkk, kelembagaan kecamatan yaitu:
2005:157
a. Tugas dan fungsi kecamatan
Gambar 2
Level Dalam Pengembangan Menurut Yudiantarti. S & Harida I
Kapasitas Kelembagaan (dalam Jurnal Wacana Kinerja, 2010:
44-45) institusi dibentuk pastilah
memiliki tugas dan fungsi. Rumusan
Kedua, level organisasi, yaitu bentuk tugas adalah pernyataan yang
dan struktur kelembagaan, sudahkah menggambarkan apa yang harus
bentuk kelembagaan yang saat ini ada - dilaksanakan dan untuk mencapai
pemerintah pusat, propinsi, dan tujuan. Sedangkan rumusan fungsi
kabupaten/kota, berikut struktur yang adalah fungsi-fungsi yang harus
dimilikinya- mampu menjawab berbagai dilaksanakan demi terlaksananya
kebutuhan pembangunan di daerah. Dan, tugas-tugas tersebut. Adapun tugas
ketiga, level individu, yaitu kualitas dan dan fungsi kecamatan merupakan
kompetensi aparatur dalam kelembagaan perpaduan antara tugas-tugas yang
yang ada di daerah. Sehungguhnya, melekat dan/atau harus
masalah ini merupakan pertama dan dilaksanakan oleh Camat atau
utama yang berkaitan erat dengan kualitas kecamatan yang mencakup tugas
pemerintah daerah. Level ini, walaupun atributif maupun tugas delegatif
posisinya bersifat mikro, yang ditetapkan sesuai ketentuan
225
peraturan perundang-undangan 2. Manajemen Penyelenggaraan
yang berlaku. Pelayanan Publik Kecamatan
b. Struktur organisasi kecamatan Tujuan dari kebijakan reformasi
birokrasi dalam persepsi umum tidak lain
Menurut Supardi dan Syaiful Anwar
adalah perbaikan kualitas pelayanan
(2002:30) struktur organisasi
publik. Dalam hal ini, penyelenggaraan
diartikan sebagai suatu kerangka
pelayanan publik merupakan upaya
yang mewujudkan pola tetap dari
Negara untuk memenuhi kebutuhan dasar
hubungan-hubungan di antara
dan hak-hak sipil setiap warga Negara atas
bidang-bidang kerja, maupun orang-
barang, jasa, dan pelayanan administrasi
orang yang menunjukkan
yang disediakan oleh penyelenggara
kedudukan, wewenang, dan
pelayanan publik. Komitmen pemerintah
tanggung jawab masing-masing
tersebut kemudian dipertegas dengan
dalam suatu sistem kerjasama.
ditetapkannya kebijakan pelayanan publik
Struktur organisasi kecamatan
yaitu UU No. 25 Tahun 2009 Tentang
sebagaimana ditetapkan dalam
Pelayanan Publik. UU tentang Pelayanan
peraturan perundang-undangan
Publik ini dimaksudkan untuk
yang berlaku terdiri dari Camat,
memberikan kepastian hukum dalam
Sekretaris Camat, dan sebanyak-
hubungan antara masyarakat dan
banyaknya terdapat lima seksi.
penyelenggara dalam pelayanan publik.
c. Tata laksana (Manajemen
Secara teoritis, dalam manajemen
kecamatan)
pelayanan publik terdapat pendapat yang
Ketatalaksanaan (manajemen berbeda-beda mengenai definisi dari
kecamatan) mencakup berbagai pelayanan. Savas (dalam Jusman Iskandar,
mekanisme dan prosedur 2005: 340) mengemukakan bahwa
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi terminologi pelayanan pemerintah
camat/kecamatan yang potensial (government service) diartikan sebagai
mendukung struktur organisasi pemberian pelayanan oleh agen
untuk mencapai tugas-tugasnya pemerintah melalui pegawainya (the
seperti mekanisme pelayanan delivery of service bg a government agency
kecamatan, mekanisme koordinasi, using its own employees).
pelaksanaan Standart Operating
Davidow dan Lovelock (dalam
Procedure (SOP), Standar Pelayanan
Jusman Iskandar, 2005: 341) menyebutkan
(SP), dan pelaksanaan fungsi-fungsi
bahwa pelayanan adalah hal-hal yang jika
manajemen lainnya yang
diterapkan terhadap sesuatu produk akan
mendukung.
meningkat daya atau nilai terhadap
d. Sumber Daya Aparatur kecamatan pelanggan (service is those thing which when
added to a product, increase its utility or value
Sumber daya aparatur kecamatan to the customer). Lebih lanjut Lovelock
mencakup SDM dan sumber-sumber menyebutkan bahwa pelayanan yang baik
daya lain seperti ketersediaan sarana membutuhkan instruktur pelayanan yang
dan prasarana yang diperlukan sangat baik pula. Hal yang paling penting
dalam rangka tercapainya tugas dan adalah membuat setiap orang dalam
fungsi yang diemban oleh Camat. organisasi berorientasi pada kualitas.
Keempat aspek inilah yang dirumuskan Kotler dan Sampara (dalam Lijan
dalam model pengembangan kelembagaan Poltak S, 2008: 4-5) memberikan definisi
kecamatan. yang berbeda mengenai pelayanan.
Menurut Kotler pelayanan adalah setiap
227
manajemen kualitas bagi aparatur varieabel-variabel pelayanan prima seperti
yang bertugas melayani; terdapat dalam agenda perilaku pelayanan
c. ketidakmampuan aparatur mengubah prima sektor publik SESPANAS LAN
kultur yang mempengaruhi kualitas (dalam Lijan Poltak, 2008:7). Variabel yang
manajemen pelayanan pelanggan; dimaksud adalah:
d. ketidaktepatan perencanaan
a. pemerintahan yang bertugas
manajemen kualitas yang dijadikan
melayani;
pedoman dalam pelayanan
b. masyarakat yang dilayani
pelanggan;
pemerintah;
e. pendidikan dan pelatihan
c. kebijaksanaan yang dijadikan
berkelanjutan belum optimal;
landasan pelayanan public;
f. ketidakmampuan membangun
d. peralatan atau sarana pelayanan yang
learning organization, learning by the
canggih;
individuals dalam organisasi;
e. resources yang tersedia untuk diracik
g. ketidaksesuaian antara struktur
dalam bentuk kegiatan pelayanan;
organisasi dengan kebutuhan;
f. kualitas pelayanan yang memuaskan
h. ketidakcukupan sumber daya dan
masyarakat sesuai dengan standar
dana;
dan asas pelayanan masyarakat;
i. ketidaktepatan sistem penghargaan
g. manajemen dan kepemimpinan serta
dan balas jasa bagi karyawan;
organisasi pelayanan masyarakat;
j. ketidaktepatan mengadopsi prinsip
h. perilaku pejabat yang terlibat dalam
manajemen kualitas ke dalam
pelayanan masyarakat, apakah
organisasi;
masing-masing telah menjalankan
k. ketidaktepatan dalam memberikan
fungsi mereka.
perhatian pada pelanggan, baik
internal maupun eksternal; Variabel pelayanan prima di sektor
l. ketidaktepatan dalam pemberdayaan publik seperti diatas dapat
dan kerjasama. diimplementasikan apabila aparat
pelayanan berhasil menjadikan kepuasan
Selanjutnya Fitzsimmons dan
pelanggan sebagai tujuan utamanya. Oleh
Fitzsimmons (dalam Lijan Poltak, 2008:6)
karena itu, penyelenggaraan pelayanan
berpendapat terdapat lima indikator
publik berdasarkan UU No. 25 Tahun 2009
pelayanan publik yaitu reability yang
tentang Pelayanan Publik harus
ditandai pemberian pelayanan yang tepat
dilaksanakan berdasarkan asas-asas: (1)
dan benar; tangibles yang ditandai dengan
kepentingan umum, (2) kepastian hukum,
penyediaan yang memadai sumber daya
(3) kesamaan hak, (4) keseimbangan hak
manusia dan sumber daya lainnya;
dan kewajiban, (5) keprofesionalan, (6)
responsiveness, yang ditandai dengan
partisipatif, (7) persamaan
keinginan melayani konsumen dengan
perlakuan/tidak diskriminasi, (8)
cepat; assurance, yang ditandai tingkat
keterbukaan, (9) akuntabilitas fasilitas dan
perhatian terhadap etika dan moral dalam
perlakuan khusus bagi kelompok rentan,
memberikan pelayanan, dan empaty, yang
(10) ketepatan waktu, dan (11) kecepatan,
ditandai tingkat kemauan untuk
kemudahan, dan keterjangkauan.
mengetahui keinginan dan kebutuhan
konsumen. Selain itu, setiap penyelenggara
pelayanan publik di daerah berkewajiban
Kualitas pelayanan berhubungan erat
menyusun dan menetapkan Standar
dengan pelayanan yang sistematis dan
Pelayanan (SP) dan Standard Operational
komprehensif yang lebih dikenal daengan
Procedure (SOP) dengan memperhatikan
konsep pelayanan prima. Aparat
kemampuan penyelenggara, kebutuhan
pelayanan hendaknya memahami
masyarakat, dan kondisi lingkungan.
229
Tabel 2
Profil Kecamatan Lubuk Basung dan Ampek Angkek
Tabel 3
Kondisi Eksisting Kelembagaan Kecamatan
Daerah Kabupaten Agam Nomor 5 tahun yang mulai digulirkan sejak tahun 2001
2008. Secara umum, kondisi eksisting antara lain: (1) Keputusan Bupati Agam
kelembagaan Kecamatan Lubuk Basung No. 182 Tahun 2001 tentang Pelimpahan
dan Ampek Angkek dapat dilihat pada Wewenang Pengelolaan Pajak Daerah dan
tabel 3 Reribusi Daerah kepada Pemerintah
Kecamatan dan Kecamatan Pembantu
Dalam kaitannya dengan
sebanyak 12 jenis kewenangan. (2)
penyelenggaraan pelayanan publik oleh
Keputusan Bupati Agam No. 206 Tahun
Kecamatan, pemerintah daerah Kabupaten
2003 Tentang Pelimpahan Sebagian
Agam telah mengeluarkan berbagai
Wewenang Bidang Pelayanan Umum
kebijakan daerah tentang pelimpahan
Kepada Camat berisi tentang pelimpahan
wewenang dari Bupati kepada Camat
sebagian wewenang Bupati yang meliputi
231
22 jenis izin dan rekomendasi. (3) complexity). Selain itu, juga diformulasikan
Keputusan Bupati Agam No. 240 Tahun model tata laksana dan model SDA
2004 tentang Perubahan Keputusan Bupati kecamatan.
Agam No. 206 Tahun 2003 Pelimpahan
a. Formulasi Model Pengembangan
Sebagian Wewenang Bidang Pelayanan
Kelembagaan Kecamatan
Umum Kepada Camat berisi tentang
perubahan pelimpahan wewenang Bupati Dalam konteks model yang
kepada Camat dimana untuk Izin Usaha dikembangkan, pelimpahan sebagian
Dokter dan Bidan (Rekomendasi Dari kewenangan Bupati/Walikota kepada
Dinas Kesehatan), Izin Usaha Apotik dan Camat dipandang sebagai jenis-jenis
Toko Obat (Rekomendasi Dari Dinas pelayanan publik di kecamatan yang
Kesehatan) dan Izin Usaha Klinik dan diprioritaskan yang disebut dengan istilah
Usaha Rumah Sakit Swasta (Rekomendasi atau terminologi prioritas pelayanan
Dinas Kesehatan) dicabut, sehingga publik kecamatan. Asumsinya bahwa
wewenang Bupati yang dilimpahkan yang pelimpahan sebagian kewenangan
semula 22 menjadi 19 jenis. (4) Peraturan Bupati/Walikota kepada Camat tersebut
Bupati Agam Nomor 9 tahun 2006 tentang sudah mempertimbangkan 3 hal penting
Pelimpahan Wewenang Penandatanganan yaitu: 1) pelayanan yang dipandang
KTP kepada Camat. Berdasarkan beberapa penting terkait dengan potensi kecamatan
kebijakan daerah tentang pelayanan publik (alam dan ekonomi), 2) pelayanan yang
sebagimana dijelaskan diatas dapat dibutuhkan masyarakat kecamatan, dan 3)
diketahui bahwa di Kabupaten terdapat 32 pelayanan yang dipandang penting karena
jenis kewenangan bidang pelayanan adanya tuntutan kekinian. Sedangkan
umum yang telah dilimpahkan oleh Bupati yang dimaksud kompleksitas layanan
kepada Camat. publik kecamatan adalah objek layanan
dan jangkauan layanan yang juga
dipertimbangkan. Oleh karena itu, Besaran
2. Model Pengembangan Kelembagaan Organisasi Kecamatan (BOK) sama dengan
Kecamatan Kompleksitas dan Prioritas Layanan
Publik Kecamatan (KPLPK). Adapun
Berdasarkan Hasil Kajian
Kompleksitas dan Prioritas Layanan
Pengembangan Kelembagaan Kecamatan
Publik Kecamatan (KPLPK)
(PKP2A I LAN, 2010) dijelaskan bahwa
diformulasikan dengan rumusan sebagai
pengembangan kelembagaan kecamatan
berikut:
pada prinsipnya merupakan perpaduan
antara tugas-tugas yang melekat dan/atau
harus dilaksanakan oleh Camat atau BOK=KPLPK
kecamatan, struktur organisasi kecamatan
yang dipandang mampu melaksanakan KPLPK= OL + JL +PL
tugas-tugas tersebut, tata laksana (business
process) yang dinilai potensial bagi struktur
organisasi untuk mencapai tugas- Dimana:
tugasnya, dan ketersediaan sumber daya BOK = Besaran Organisasi
aparatur yang memadai untuk Kecamatan
terwujudnya pencapaian tujuan organisasi KPLPK = Kompleksitas dan Prioritas
kecamatan yang bersangkutan. Dari hasil Layanan Publik Kecamatan
kajian ditemukan formulasi model OL = Objek layanan
pengembangan kelembagaan kecamatan JL = Jangkauan layanan
yang berbasis pada kompleksitas dan PL = Prioritas layanan
prioritas layanan publik kecamatan
(organization-based public service priority and
Tabel 4
b. Model Tata Laksana (Manajemen
Aspek Penilaian Kompleksitas & Prioritas
Kecamatan)
Layanan Publik Kecamatan (KPLPK)
Model pengembangan kelembagaan
Aspek Penilaian Skor Skor kecamatan sebagaimana telah dirumuskan
terendah tertinggi diatas perlu didukung dengan
Objek Layanan (OL)
pengembangan model tata laksana dan
∑Penduduk 5 17,5
model SDA. Dalam hal ini, pemerintah
∑Desa/Kelurahan/Nagari 5 17,5
daerah kabupaten/kota dalam
Jarak Layanan (JL)
Jarak Kec-Kab 2 7
memformulasikan kebijakan mengenai hal
Jarak Desa-Kab 2 7 tersebut perlu memperhatikan tuntutan
Waktu Tempuh 2 7 kekinian yang ada. Berdasarkan hasil
Alat Transportasi 2 7 Kajian Pengembangan Kelembagaan
Biaya 2 7 Kecamatan (PKP2A I LAN, 2010) ada tiga
Proporsi Layanan (PL) 10 60 alternatif mekanisme pelayanan yang
Jumlah Skor 130 dapat dilakukan di Kecamatan yaitu
Sumber: Hasil Kajian Pengembangan Kelembagaan pelayanan satu pintu, pelayanan terpadu
Kecamatan (PKP2A I LAN, 2010) keliling, dan pelayanan online.
233
Tabel 5
Klasifikasi Nilai KPLPK dan Besaran Organisasi Kecamatan
Gambar 4
Mekanisme Pelayanan Terpadu Keliling Kecamatan
235
Dinas Terkait Kecamatan
Desa Masyarakat
Gambar 5
Mekanisme Pelayanan Online Keliling Kecamatan
diperuntukan bagi pegawai di kecamatan c. Model Sumber Daya Aparatur
sebagai panduan kerja maupun bagi
Untuk mendukung mekanisme
masyarakat atau pengguna layanan
pelayanan kecamatan dibutuhkan SDM
panduan dan untuk mengevaluasi kinerja
Aparatur dan sarana prasarana yang
layanan kecamatan, antara lain:
memadai dan sesuai mekanisme
1) Penyusunan Standard Operating pelayanan yang diselenggarakan. SDM
Procedures administrasi pemerintahan Aparatur kecamatan harus memiliki
baik yang terkait dengan kegiatan kompetensi yang sesuai dengan tugas dan
pemerintahan; pelayanan internal, tanggung jawabnya. Sehubungan dengan
maupun pelayanan eksternal. hal itu, kualifikasi SDM yang dibutuhkan
2) Penyusunan Standar Pelayanan di kecamatan yaitu SDM dengan
Publik (SPP) terkait dengan kualifikasi di bidang pemerintahan,
pelayanan internal dan pelayanan budaya, teknik komunikasi dan teknis
eksternal; pelayanan. SDM Aparatur yang
3) Penyusunan Standar Pelayanan ditempatkan di kecamatan sebaiknya
Minimal (SPM) untuk kegiatan memiliki fisik yang prima dan perilaku
pelayanan kepada masyarakat; yang baik serta mampu memahami
4) Melakukan koordinasi dengan SKPD kebutuhan masyarakat yang dilayani.
lainnya dalam pelaksanaan program Kompetensi ini dibutuhkan agar SDM
Pemerintah Kabupaten; Aparatur Kecamatan dapat dengan sigap
memberikan layanan pada masyarakat.
Tabel 6
Objek Layanan Kecamatan Lubuk Basung dan Ampek Angkek
Kecamatan Lubuk Basung Kecamatan Ampek Angkek
Kondis
Dimensi Kondisi Positif Negatif Nila i Positi Negatif Nila
Existing (+) (-) i Existin f (+) (-) i
g
Jumlah
71.187 √ 17.5 33.971 √ 17.5
penduduk
Jumlah nagari 5 √ 5 7 √ 5
Tabel. 7
Jangkauan Layanan Kecamatan Lubuk Basung dan Ampek Angkek
237
Tabel .8
Prioritas Layanan Kecamatan Lubuk Basung dan Ampek Angkek
239
Dalam rangka tercapainya tugas- pelayanan yang diselenggarakan oleh
tugas tersebut, Camat menyelenggara-kan kecamatan pun berbeda-beda. Oleh karena
fungsi, yaitu: itu, besaran organisasi kecamatan perlu
memperhatikan kompleksitas dan prioritas
a) Sekretariat (mencakup fungsi pelayanan
pelayanan yang harus diselenggarakan
internal kecamatan)
oleh kecamatan.
b) Tata pemerintahan (mencakup fungsi
pelayanan pemerintahan) 4) Model Tata Laksana dan SDA
c) Ketenteraman, ketertiban, dan Kecamatan Lubuk Basung dan Ampek
pemberdayaan masyarakat (mencakup Angkek
fungsi pelayanan masyarakat, pelayanan
Apilikasi model tata laksana dan
utilitas, pelayanan sandang, pangan,
model SDA di kecamatan Lubuk Basung
papan)
dan Ampek Angkek cenderung berbeda,
d) Pendidikan dan kesehatan (mencakup
hal ini terutama karena adanya
fungsi pelayanan pembangunan, pelayanan
perbedaaan karaktiristik wilayah dan
masyarakat, dan pelayanan utilitas)
jangkauan layanannya. Model tata laksana
e) Perekonomian dan pembangunan
(manajemen kecamatan) yang paling tepat
(mencakup fungsi pelayanan
diselenggarakan di Kecamatan Lubuk
pemerintahan, pelayanan pembangun-an,
Basung adalah mekanisme pelayanan satu
pelayanan masyarakat, pelayanan utilitas,
pintu baik yang berhenti di kecamatan
dan pelayanan sandang, pangan, papan)
maupun yang melibatkan instansi terkait.
3) Struktur Organisasi Kecamatan Lubuk Hal ini sesuai dengan kondisi eksisting ada
Basung dan Ampek Angkek saat ini, dimana setiap hari masih banyak
masyarakat yang datang ke Kantor Camat
Berdasarkan hasil analisis aplikasi
Lubuk Basung untuk mendapatkan
formulasi model pengembangan
pelayanan, terutama yang akses ke
kelembagaan sebagaimana dijelaskan
Kecamatan dekat. Namun demikian,
diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
untuk menjangkau masyaraat di nagari
Kecamatan Lubuk Basung dan Kecamatan
yang letaknya jauh dari kecamatan, maka
Ampek Angkek memiliki besaran
mekanisme pelayanan terpadu keliling
organisasi yang sama yaitu termasuk
kecamatan sebagaimana kondisi eksisting
model 2 dengan struktur organisasi yang
saat ini tepat untuk terus diselenggarakan.
terdiri dari Camat, Sekretariat (2
Sedangkan untuk pelayanan online, dirasa
subbagian) dan 4 seksi. Besaran organisasi
belum terlalu dibutuhkan, karena secara
tersebut berbeda dengan kondisi eksisting
geografis Kecamatan Lubuk Basung dekat
kelembagaan kecamatan yang ada saat ini
dengan pusat pemerintahan kabupaten.
dimana besaran organsiasi kecamatan di
Jadi, mekanisme pelayanaan dan
Lubuk Basung dan Ampek Angkek dan di
koordinasi dengan nagari maupun instansi
seluruh kecamatan di Kabupaten Agam
terkait cukup dengan interaksi langsung.
dibuat seragam sesuai dengan Peraturan
Selain itu, dilihat dari kesiapan aparat
Daerah Kabupaten Agam Nomor 5 tahun
kecamatan dan masyarakat dalam
2008 tentang Pembentukan Organisasi dan
mengoperasikan sistem LAN, internet, dan
Tata Kerja Kecamatan dengan struktur
peralatan multimedia lainnya belum
organisasi yang terdiri dari Camat,
memadai, karena di lihat dari kuantitas
Sekretariat (3 subbagian) dan 5 seksi.
dan kualitas SDM Aparat Kecamatan,
Penyeragaman besaran organisasi
terutama di bidang teknologi informasi
kecamatan ini dirasa belum representatif
(IT) masih sangat terbatas. Adapun untuk
karena pada dasarnya masing-masing
ketersediaan sarana dan prasarana
kecamatan memiliki perbedaan
pelayanan di Kecamatan Lubuk Basung
karakteristik wilayah dan potensi wilayah,
kurang memadai terutama untuk
sehingga kompleksitas dan prioritas
Gambar 6
Struktur Organisasi Kecamatan Lubuk Basung dan Ampek Angkek
241
Sekretaris Camat yang membawahi 2 Peraturan Pemearintah Nomor 19 Tahun
Subbagian, dan 4 Seksi. Namun, 2008 tentang Kecamatan.
berdasarkan model tata laksana dan SDA Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
terdapat perbedaan, mekanisme pelayanan Tentang Pelayanan Publik.
yang tepat untuk diaplikasikan di Keputusan Bupati Agam No. 182 Tahun
Kecamatan Lubuk Basung adalah model 2001 tentang Pelimpahan Wewenang
pelayanan satu pintu dan pelayanan Pengelolaan Pajak Daerah dan
terpadu keliling kecamatan, sedangkan di Reribusi Daerah kepada Pemerintah
Kecamatan Ampek Angkek adalah model Kecamatan dan Kecamatan
pelayanan keliling dan pelayanan online. Pembantu.
Adapun untuk SDA di kecamatan Lubuk Keputusan Bupati Agam No. 206 Tahun
Basung kurang memadai, sedangkan di 2003 Tentang Pelimpahan Sebagian
Kecamatan Ampek Angkek sudah cukup Wewenang Bidang Pelayanan Umum
memadai. Kepada Camat.
Keputusan Bupati Agam No. 240 Tahun
2004 tentang Perubahan Keputusan
REFERENSI Bupati Agam No. 206 Tahun 2003
Pelimpahan Sebagian Wewenang
Iskandar, Jusman, (2005) , Manajemen
Bidang Pelayanan Umum Kepada
Publik, Bandung: Puspaga.
Camat.
Nugraha, 2005, “Alternatif Model
Peraturan Bupati Agam Nomor 9 tahun
Kelembagaan Pemerintah Daerah”
2006 tentang Pelimpahan Wewenang
dalam Desentralisasi dan Tuntutan
Penandatanganan KTP kepada
Penataan Kelembagaan Daerah (ed.
Camat.
Soedarmayanti), Bandung:
Peraturan Daerah Kabupaten Agam
Humaniora.
Nomor 5 tahun 2008 tentang
Safitri, Yudiantarti & Harida I, 2010,
Pembentukan Organisasi dan Tata
“Implementasi Analisis Jabatan dalam
Kerja Kecamatan.
Menata Organisasi Birokrasi yang
Peraturan Bupati Agam No. 21 Tahun 2008
Efektif di Daerah (Studi Kasus pada BKD
tentang Penjabaran Tugas dan Fungsi
Kota Mataram”, dalam Jurnal Wacana
Serta Uraian Tugas Kecamatan.
Kinerja, 13, No. 1: 1411-4917.
Sinambela, Lijan Poltak , 2006, Reformasi
*) Tulisan ini merupakan bagian dari
Pelayanan Publik: Teori, Kebijakan, dan
hasil kajian berjudul Pengembangan
Implementasi, Jakarta: Bumi Aksara.
Model Kecamatan yang dilakukan Pusat
Supardi dan Syaiful Anwar, (2002), Dasar-
Kajian dan Diklat Aparatur I - LAN,
Dasar Perilaku Organisasi, Jogjakarta:
Tahun 2010, dimana Penulis termasuk
UII Press.
sebagai Tim Penelitian.
Tim Peneliti, (2006), Kajian Pengukuran
Indeks Pelayanan Publik (IPP) di
Daerah, Bandung: PKP2A I LAN.
Tim Peneliti, (2010), Hasil Kajian
Pengembangan Kelembagaan
Kecamatan, Bandung: PKP2A I LAN.
Wasistiono, Sadu, dkk, (2009),
Perkembangan Organisasi
Kecamatan dari Masa ke Masa,
Bandung: Fokusmedia.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah.