You are on page 1of 23

MODEL PENGEMBANGAN

KELEMBAGAAN KECAMATAN YANG BERBASIS PADA


KOMPLEKSITAS DAN PRIORITAS LAYANAN PUBLIK
(Studi Kasus di Kecamatan Lubuk Basung dan Ampek Angkek
Kabupaten Agam, Sumatera Barat)

Rosita Novi Andari


PKPPA I Lembaga Administrasi Negara, Jl. Kiara Payung, Sumedang,
Telp. (022) 7790044, Fax. (022) 7790055, email: rositanovi@gmail.com

Institutional Development District Model Based On


Public Service Priority And Complexity
(Case study in Sub District Lubuk Basung and Ampek Angkek,
District Agam, West Java)

Institutional Development District is very urgent to improve the quality of district services as the
spearhead of the public service. Institutional development district model consists of four aspects: (1) tasks
and functions, (2) organizational structure, (3) governance (management districts), and (4) personnel
and infrastructure resources, which is formulated based on the complexity and public service
priorities held districts.
The results showed that the application formulation of institutional development model district in
Lubuk Basung and Ampek Angkek shows similar results for mass organizations that include tasks and
functions and organizational structure with four sub sections. The model of governance (management
district) and personnel and infrastructure resources tend to be different, where one-door mechanism and
integrated services around the district was held in the District of Lubuk Basung, while in District Ampek
Angkek with the mechanism of integrated services around the district and services online. The personnel
and infrastructure resources support services in the District of Lubuk Basung is not adequate, while in
Ampek Angkek.
Keyword: district, institutional development model, public services.

A. PENDAHULUAN pengukuran kinerja pelayanan pubik


secara keseluruhan yang merupakan
Peningkatan kualitas pelayanan
gabungan antara IPP Bidang Pendidikan,
publik menjadi salah satu isu kebijakan di
IPP Bidang Kesehatan serta IPP Bidang
era reformasi birokrasi saat ini. Hal ini
Sarana dan Prasarana pada tahun 2005 di
menjadi sangat penting mengingat kualitas
107 daerah kabupaten/kota di Indonesia
pelayanan publik sejak reformasi birokrasi
memperlihatkan bahwa indeks tertinggi
digulirkan sudah ada perbaikan tapi
yang diperoleh daerah adalah 100 dan
belum meningkat secara signifikan.
indeks terendahnya adalah 0. Adapun IPP
Kinerja birokrasi pemerintah secara rata-rata adalah 51,37. Dari 107 daerah
sederhana dapat diukur dengan menilai tersebut, sebanyak 57 daerah (53,27%)
baik buruknya kualitas pelayanan publik. memperoleh nilai indeks di atas rata-rata,
Pengukuran kinerja pelayanan publik sedangkan sisanya yaitu 50 daerah
merupakan aspek yang sangat penting (46,73%) memperoleh nilai indeks dibawah
untuk melihat pencapaian pelaksanaan rata-rata. Hal ini mengindikasikan bahwa
pelayanan kepada masyarakat. secara umum telah ada perbaikan dalam
Berdasarkan hasil Kajian Pengukuran pemberian pelayanan publik namun masih
Indeks Pelayanan Publik (IPP) di Daerah belum signifikan karena sebagian besar
yang dilakukan oleh PKP2A I LAN daerah masih menghadapi berbagai
(2006:163-164) dapat diketahui bahwa hambatan dalam penyelenggaraan

220
MODEL PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN KECAMATAN YANG BERBASIS PADA
KOMPLEKSITAS DAN PRIORITAS LAYANAN PUBLIK
(Studi Kasus di Kecamatan Lubuk Basung dan Ampek Angkek Kabupaten Agam, Sumatera Barat)
:: Rosita Novi Andari

pelayanan publik terutama pada aspek kondisi ekonomi, sosial, budaya serta
ketatalaksanaan dan aspek Sumber Daya kebutuhan masyarakatnya.
Aparatur (SDA).
Kecamatan merupakan salah satu
Pergeseran manajemen pemerintahan instansi perangkat daerah yang memiliki
daerah dari sentralistik ke desentralistik peran strategis dalam penyelenggaraan
membawa perubahan dalam praktek pelayanan publik atau bisa dikatakan
penyelenggaraan pelayanan publik oleh sebagai ujung tombak pelayanan publik.
birokrasi di daerah. Hal ini terutama sejak Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh
ditetapkannya UU No.32 Tahun 2004 Sadu Wasistiono (2009:1) bahwa
tentang Pemerintahan Daerah. Kebijakan kecamatan merupakan salah satu entitas
desentralisasi tersebut merupakan sebuah pemerintahan yang memberikan
langkah maju untuk membenahi pelayanan langsung maupun tidak
penyelenggaraan pemerintahan. Menurut langsung kepada masyarakat. Sebagai sub
Jusman Iskandar (2005: 290-291) salah satu sistem pemerintahan di Indonesia,
dasar pertimbangan kebijakan kecamatan mempunyai kedudukan cukup
desentralisasi dan otonomi daerah adalah strategis dan memainkan peran fungsional
kenyataan bahwa Indonesia yang dalam pelayanan dan administrasi
berwilayah luas, berpenduduk besar, pemerintahan, pembangunan serta
kondisi sosial kultural yang beraneka kemasyarakatan.
ragam, sangat sulit untuk dikelola secara
Menurut UU No. 32 Tahun 2004
efektif apabila ditumpukan secara
tentang Pemerintahan Daerah pasal 15
terpusat.
ayat 1 dan 2, Camat memiliki tugas
Pertimbangan lain adalah dengan atributif yaitu tugas pemerintahan umum
desentralisasi pembangunan daerah akan yang melekat di kecamatan, dan tugas
lebih sesuai dengan kondisi ekonomi, delegatif yaitu wewenang yang diberikan
sosial, dan budaya setempat. oleh Bupati/Walikota kepada Camat.
Penyelenggaraan berbagai layanan publik Sejauhmana kinerja pemerintah kecamatan
juga dimungkinkan menjadi lebih baik, sebagai unit pelayanan pelayanan publik
efektif, dan efesien. Adapun tujuan utama akan tergantung dari sejauhmana kualitas
desentralisasi dan otonomi daerah adalah pelayanan publik yang mampu diberikan
mendekatkan pelayanan kepada kepada masyarakat sebagai wujud dari
masyarakat, artinya pelayanan pelaksanaan tugas atributif dan tugas
pemerintahan diharapkan dapat diberikan delegatif yang dimiliki. Dalam kaitannya
lebih efektif dan efesien. Hal ini dengan hal ini, pengembangan
didasarkan pada asumsi bahwa kelembagaan kecamatan yang ada harus
pemerintah daerah lebih memahami disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan
kebutuhan dan aspirasi masyarakatnya. publik yang diharapkan oleh masyarakat
dan tuntutan kekinian yang ada.
Dalam rangka mewujudkan tujuan
otonomi daerah yaitu mempercepat Berdasarkan hal tersebut di atas,
tercapainya kesejahteraan rakyat melalui tulisan ini membahas dan menganalisis
peningkatan pelayanan publik di daerah, hasil kajian mengenai model
maka instansi pemerintah di tingkat pengembangan kelembagaan kecamatan
daerah dituntut mampu memberikan (PKP2A I LAN, 2010) yang berbasis pada
pelayanan publik yang mudah, cepat dan kompleksitas dan prioritas pelayanan
murah sebagaimana yang selalu diidam- publik di Kecamatan Lubuk Basung dan
idamkan masyarakat selama ini. Dalam hal Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten
ini, dibutuhkan inovasi dari masing- Agam Provinsi Sumatera Barat. Adapun
masing daerah dalam penyelenggaraan rumusan masalah yang dibahas dalam
pelayanan publik yang sesuai dengan tulisan ini adalah sebagai berikut:

221
1. Bagaimanakah kondisi umum (2009) mengkaji dan memetakan
kelembagaan kecamatan di perkembangan organisasi kecamatan
Kecamatan Lubuk Basung dan menurut UU No. 5 Tahun 1974, UU No.22
Ampek Angkek? Tahun 1999 dan UU No. 32 Tahun 2004
2. Bagaimanakah model antara lain mencakup kedudukan
pengembangan kelembagaan organisasional, bagan susunan organisasi
kecamatan yang berbasis pada kecamatan, rentang kendali kecamatan,
kompleksitas dan prioritas hubungan kerja kecamatan. Secara umum
pelayanan publik di Kecamatan perkembangan kecamatan tersebut dapat
Lubuk Basung dan Ampek Angkek? dilihat pada Tabel 1
Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa di
B. TINJAUAN PUSTAKA
era desentralisasi yaitu pada masa
1. Urgensi Transformasi Kelembagaan berlakunya UU No. 32 Tahun 2004,
Kecamatan di Era Desentralisasi kedudukan kecamatan dalam sistem
pemerintahan daerah mengalami
Keberadaan kecamatan mengalami perubahan yaitu sebagai perangkat daerah
perkembangan seiring dengan perubahan yang menjalankan dua kewenangan yaitu
kebijakan tentang pemerintahan daerah. kewenangan atributif dan delegatif.
Dalam bukunya yang berjudul Struktur organisasi kecamatan terdiri dari
“Perkembangan Organisasi Kecamatan Camat, Sekretaris Camat, sebanyak-
Dari Masa ke Masa”, Sadu Wasistiono banyaknya terdapat lima seksi, serta
Tabel 1
Perkembangan Kelembagaan Kecamatan

UU NO. 5 Tahun UU No. 22 UU No 32


Kelembagaan Kecamatan
1974 Tahun 1999 Tahun 2004
1. Kedudukan Organisasional Perangkat Pusat Perangkat Daerah Perangkat Daerah

2. Asas Penyelenggaraan Dekonsentrasi Desentralisasi Desentralisasi


3. Kewenangan 1. Atributif Delegatif 1. Atributif
2. Delegatif 2. Delegatif
4. Struktur Organisasi Camat, Sekretaris, Camat, Sekretaris, Camat, Sekretaris,
Satuan Polisi Pamong 5 seksi, serta sebanyak-
Praja, Unsur Aparat jabatan fungsional banyaknya
Depdagri terdapat 5 seksi,
serta jabatan
fungsional

5. Tata Hubungan Kerja


Camat dengan:
1) Bupati/Walikota 1) Hierarkis 1) Hierarkis 1) Hierarkis
2) Dinas/Lemtekda 2) Hirarkis 2) Koordinatif & 2) Koordinatif
Koordinatif Teknis Teknis
Fungsional Fungsional
3) Pemerintah Desa 3) Hierarkis 3) Koordinatif & 3) Koordinatif &
Fasilitatif Fasilitatif
4) Kelurahan 4) Hirarkis 4) Hierarkis 4) Koordinatif
5) Instansi Vertikal 5) Hirarkis 5) Hub. kerja 5) Koordinasi
Koordinatif biasa Teknis
Fungsional
Sumber: Diolah dari Sadu Wasistiono (2009)

222 Jurnal Wacana Kinerja Volume 13 No.2 November 2010 (220-242)


MODEL PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN KECAMATAN YANG BERBASIS PADA
KOMPLEKSITAS DAN PRIORITAS LAYANAN PUBLIK
(Studi Kasus di Kecamatan Lubuk Basung dan Ampek Angkek Kabupaten Agam, Sumatera Barat)
:: Rosita Novi Andari

jabatan fungsional. Sedangkan tata kewenangan delegatif saja yang diberikan


hubungan kerja dengan perangkat daerah kepada camat tetapi juga kewenangan
lainnya lebih bersifat koordinatif. Gambar atributif. Pada Pasal 126 ayat (2) UU
1 berikut memperlihatkan susunan Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan bahwa
organisasi kecamatan berdasarkan PP “Kecamatan dipimpin oleh Camat yang
Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan. dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh
pelimpahan sebagian wewenang
Pada dasarnya camat melaksana-kan
Bupati/Walikota untuk menangani
tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan
sebagian urusan otonomi daerah”. Hal ini
kewenangan yang melekat dan diberikan
menunjukkan bahwa kewenangan yang
padanya. Menurut Sadu Wasistiono
dimiliki Camat bersifat delegatif.
(2009:22) dilihat dari sumbernya,
Sedangkan kewenangan atributif
kewenangan dapat dibedakan menjadi dua
sebagaimana terdapat pada ayat (3) yaitu
macam yaitu kewenangan atributif dan
disebutkan bahwa Camat
kewenangan delegatif.
menyelenggarakan tugas umum
Kewenangan atributif adalah
pemerintahan.
kewenangan yang melekat dan diberikan
kepada suatu institusi atau pejabat Dalam Kepmendagri Nomor 158
berdasakan peraturan perundang- Tahun 2004 disebutkan bahwa Camat
undangan, sedangkan kewenangan mempunyai tugas dan fungsi
delegatif adalah kewenangan yang berasal melaksanakan kewenangan pemerintahan
dari pendelegasian dari institusi atau yang dilimpahkan oleh Bupati/Walikota
pejabat yang lebih tinggi tingkatannya. sesuai dengan karakteristik wilayah,
kebutuhan daerah dan tugas pemerintahan
Menurut UU No. 32 Tahun 2004
lainnya berdasarkan peraturan
tentang Pemerintahan Daerah, tidak hanya

Camat

Kelompok Jabatan
Sekretaris Camat
Fungsional

Seksi Tata Seksi Seksi Seksi Seksi


Pemerintahan Pember- Ketentraman …. ….
dayaan dan Ketertiban
Masyarakat Umum
dan Desa

Sumber: PP No.19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan

Gambar 1
Susunan Organisasi Kecamatan Berdasarkan PP Nomor 19 Tahun 2008

223
perundang-undangan. Selain tugas umum Pemberian kembali kewenangan atributif
pemerintahan, Camat menyelenggara-kan ini mengisyaratkan masih dibutuhkannya
urusan pemerintahan yang meliputi lima Kecamatan dalam melakukan
bidang kewenangan pemerintahan, yaitu pemerintahan umum di daerah.
bidang pemerintahan, bidang
Seiring dengan kebutuhan pelayanan
pembangunan dan ekonomi, bidang
publik yang semakin beragam dan
pendidikan dan kesehatan, bidang sosial
kompleks, Kecamatan sebagai sebuah
dan kesejahteraan serta bidang
bentuk organisasi/kelembagaan dituntut
pertanahan.
untuk menyesuaikan diri dan berinovasi
Pada tahun 2008 dikeluarkan PP sesuai perubahan dan tuntutan kekinian
Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan yang ada. Dalam hal ini, pengembangan
yang mengatur secara rinci mengenai kecamatan dalam rangka upaya
tugas dan wewenang Camat, baik untuk transformasi kelembagaan kecamatan
yang bersifat atributif maupun delegatif. dirasa penting untuk dilakukan.
Dalam kaitannya dengan pelaksanaan
Secara legal formal dalam tataran
tugas atributif, Camat menyelenggarakan
kebiajakan, kecamatan telah mengalami
tugas umum pemerintahan yang meliputi:
perubahan baik secara kelembagaan
a. mengoordinasikan kegiatan maupun ketatalaksanaan hingga sekarang.
pemberdayaan masyarakat; Perubahan yang terjadi dalam kecamatan,
b. mengoordinasikan upaya pada dasarnya merupakan sebuah
penyelenggaraan ketenteraman dan pengembangan kelembagaan yang wajar
ketertiban umum; terjadi di setiap organisasi manapun. Satu
c. mengoordinasikan penerapan dan hal yang patut mendapat perhatian adalah
penegakan peraturan perundang- apakah perubahan tersebut berjalan ke
undangan; arah yang lebih baik dalam arti kecamatan
d. mengoordinasikan pemeliharaan tumbuh menjadi lembaga yang bukan
prasarana dan fasilitas pelayanan hanya dapat melaksanakan tugas dan
umum; fungsinya seperti tercantum dalam
e. mengoordinasikan penyelenggaraan peraturan perundangan yang berlaku,
kegiatan pemerintahan di tingkat namun lebih dari itu kecamatan harus
kecamatan; mampu menjadi lembaga yang dapat
f. membina penyelenggaraan memberikan kemanfaatan nyata bagi
pemerintahan desa dan/atau masyarakat di lingkungannya.
kelurahan; dan
Menurut Nugraha (dalam
g. melaksanakan pelayanan masyarakat
Soedarmayanti dkk, 2005:155), persoalan
yang menjadi ruang lingkup tugasnya
kelembagaan bersangkut paut dengan
dan/atau yang belum dapat
sebuah entitas yang dibentuk dan dibatasi,
dilaksanakan pemerintahan desa atau
serta pola interaksi dan hubungannya
kelurahan.
dengan entitas lain. Pola interaksi inilah
Sedangkan dalam melaksanakan yang akan membentuk batasan dan
tugas delegatif, Camat melaksanakan perkembangan kelembagaan itu dalam
kewenangan pemerintahan yang kerangka suprasistem yang lebih luas.
dilimpahkan oleh bupati/walikota untuk Menurut UNDP (1999), ada tiga level
menangani sebagian urusan otonomi kapasitas kelembagaan yang harus
daerah, yang meliputi aspek: (a) perizinan; memadai agar proses kelembagaan yang
(b) rekomendasi; (c) koordinasi; (d) dijalankan menjadi sangat kokoh. Ketiga
pembinaan; (e) pengawasan; (f) fasilitasi; kapasitas itu adalah (1) sistem, (2)
(g) penetapan; (h) penyelenggaraan; dan (i) organisasi, dan (3) individu.
kewenangan lain yang dilimpahkan.

224 Jurnal Wacana Kinerja Volume 13 No.2 November 2010 (220-242)


MODEL PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN KECAMATAN YANG BERBASIS PADA
KOMPLEKSITAS DAN PRIORITAS LAYANAN PUBLIK
(Studi Kasus di Kecamatan Lubuk Basung dan Ampek Angkek Kabupaten Agam, Sumatera Barat)
:: Rosita Novi Andari

Pertama, level sistem, yaitu level yang kebermaknaannya merupakan hal yang
menyangkut aspek tata aturan yang baik sangat menentukan. Secara sederhana,
(good governance) dari kelembagaan yang gambaran ketiga level tersebut dapat
ada dengan seluruh stakeholdernya, baik dilihat pada gambar 2.
secara vertikal dengan instansi pemerintah
Dalam konteks pengembangan
lainnya maupun horizontal dengan
kelembagaan kecamatan, ketiga level
kelompok masyarakat dan dunia usaha.
kapasitas kelembagaan tersebut perlu
Proses otonomi daerah yang tidak diikuti
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
oleh peraturan yang memadai telah
pelayanan dan tuntutan kekinian yang
menyebabkan banyak “kekosongan”
ada. Pada level sistem, perlu adanya
dalam sistem tata aturan kelembagaan
sinergisitas pelaksanaan kebijakan yang
publik yang ada. Pengaturan kewenangan
mengatur tentang organisasi kecamatan.
yang ada telah menyebabkan
Dalam hal ini pelaksanaan tugas pokok
ketidakjelasan atas fungsi-fungsi yang
dan fungsi kecamatan harus sesuai dengan
seharusnya dijalankan oleh sebuah
peraturan perundangan yang ada. Pada
kelembagaan publik.
level organisasi, bentuk dan struktur
organisasi kecamatan harus disesuaikan
dengan kompleksitas pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi kecamatan. Sedangkan
pada level individu, kuantitas, kualitas
dan kompetensi SDM aparatur kecamatan
harus juga disesuaikan dengan
kompleksitas pelaksanaan tugas pokok
dan fungsi kecamatan.
Berdasarkan penjelasan tersebut,
pada prinsipnya ada empat aspek utama
yang perlu diperhatikan dalam
membangun model pengembangan
Sumber: Nugraha (dalam Soedarmayanti dkk, kelembagaan kecamatan yaitu:
2005:157
a. Tugas dan fungsi kecamatan
Gambar 2
Level Dalam Pengembangan Menurut Yudiantarti. S & Harida I
Kapasitas Kelembagaan (dalam Jurnal Wacana Kinerja, 2010:
44-45) institusi dibentuk pastilah
memiliki tugas dan fungsi. Rumusan
Kedua, level organisasi, yaitu bentuk tugas adalah pernyataan yang
dan struktur kelembagaan, sudahkah menggambarkan apa yang harus
bentuk kelembagaan yang saat ini ada - dilaksanakan dan untuk mencapai
pemerintah pusat, propinsi, dan tujuan. Sedangkan rumusan fungsi
kabupaten/kota, berikut struktur yang adalah fungsi-fungsi yang harus
dimilikinya- mampu menjawab berbagai dilaksanakan demi terlaksananya
kebutuhan pembangunan di daerah. Dan, tugas-tugas tersebut. Adapun tugas
ketiga, level individu, yaitu kualitas dan dan fungsi kecamatan merupakan
kompetensi aparatur dalam kelembagaan perpaduan antara tugas-tugas yang
yang ada di daerah. Sehungguhnya, melekat dan/atau harus
masalah ini merupakan pertama dan dilaksanakan oleh Camat atau
utama yang berkaitan erat dengan kualitas kecamatan yang mencakup tugas
pemerintah daerah. Level ini, walaupun atributif maupun tugas delegatif
posisinya bersifat mikro, yang ditetapkan sesuai ketentuan

225
peraturan perundang-undangan 2. Manajemen Penyelenggaraan
yang berlaku. Pelayanan Publik Kecamatan
b. Struktur organisasi kecamatan Tujuan dari kebijakan reformasi
birokrasi dalam persepsi umum tidak lain
Menurut Supardi dan Syaiful Anwar
adalah perbaikan kualitas pelayanan
(2002:30) struktur organisasi
publik. Dalam hal ini, penyelenggaraan
diartikan sebagai suatu kerangka
pelayanan publik merupakan upaya
yang mewujudkan pola tetap dari
Negara untuk memenuhi kebutuhan dasar
hubungan-hubungan di antara
dan hak-hak sipil setiap warga Negara atas
bidang-bidang kerja, maupun orang-
barang, jasa, dan pelayanan administrasi
orang yang menunjukkan
yang disediakan oleh penyelenggara
kedudukan, wewenang, dan
pelayanan publik. Komitmen pemerintah
tanggung jawab masing-masing
tersebut kemudian dipertegas dengan
dalam suatu sistem kerjasama.
ditetapkannya kebijakan pelayanan publik
Struktur organisasi kecamatan
yaitu UU No. 25 Tahun 2009 Tentang
sebagaimana ditetapkan dalam
Pelayanan Publik. UU tentang Pelayanan
peraturan perundang-undangan
Publik ini dimaksudkan untuk
yang berlaku terdiri dari Camat,
memberikan kepastian hukum dalam
Sekretaris Camat, dan sebanyak-
hubungan antara masyarakat dan
banyaknya terdapat lima seksi.
penyelenggara dalam pelayanan publik.
c. Tata laksana (Manajemen
Secara teoritis, dalam manajemen
kecamatan)
pelayanan publik terdapat pendapat yang
Ketatalaksanaan (manajemen berbeda-beda mengenai definisi dari
kecamatan) mencakup berbagai pelayanan. Savas (dalam Jusman Iskandar,
mekanisme dan prosedur 2005: 340) mengemukakan bahwa
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi terminologi pelayanan pemerintah
camat/kecamatan yang potensial (government service) diartikan sebagai
mendukung struktur organisasi pemberian pelayanan oleh agen
untuk mencapai tugas-tugasnya pemerintah melalui pegawainya (the
seperti mekanisme pelayanan delivery of service bg a government agency
kecamatan, mekanisme koordinasi, using its own employees).
pelaksanaan Standart Operating
Davidow dan Lovelock (dalam
Procedure (SOP), Standar Pelayanan
Jusman Iskandar, 2005: 341) menyebutkan
(SP), dan pelaksanaan fungsi-fungsi
bahwa pelayanan adalah hal-hal yang jika
manajemen lainnya yang
diterapkan terhadap sesuatu produk akan
mendukung.
meningkat daya atau nilai terhadap
d. Sumber Daya Aparatur kecamatan pelanggan (service is those thing which when
added to a product, increase its utility or value
Sumber daya aparatur kecamatan to the customer). Lebih lanjut Lovelock
mencakup SDM dan sumber-sumber menyebutkan bahwa pelayanan yang baik
daya lain seperti ketersediaan sarana membutuhkan instruktur pelayanan yang
dan prasarana yang diperlukan sangat baik pula. Hal yang paling penting
dalam rangka tercapainya tugas dan adalah membuat setiap orang dalam
fungsi yang diemban oleh Camat. organisasi berorientasi pada kualitas.
Keempat aspek inilah yang dirumuskan Kotler dan Sampara (dalam Lijan
dalam model pengembangan kelembagaan Poltak S, 2008: 4-5) memberikan definisi
kecamatan. yang berbeda mengenai pelayanan.
Menurut Kotler pelayanan adalah setiap

226 Jurnal Wacana Kinerja Volume 13 No.2 November 2010 (220-242)


MODEL PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN KECAMATAN YANG BERBASIS PADA
KOMPLEKSITAS DAN PRIORITAS LAYANAN PUBLIK
(Studi Kasus di Kecamatan Lubuk Basung dan Ampek Angkek Kabupaten Agam, Sumatera Barat)
:: Rosita Novi Andari

kegiatan yang menguntungkan dalam atas barang, jasa, dan/atau pelayanan


suatu kumpulan atau kesatuan, dan administratif yang disediakan oleh
menawarkan kepuasan meskipun hasilnya penyelenggara pelayanan publik yaitu
tidak terikat pada suatu produk secara setiap institusi penyelenggara negara,
fisik. Sedangkan menurut Sampara, korporasi, lembaga independen yang
pelayanan adalah suatu kegiatan atau dibentuk berdasarkan undang-undang
urutan kegiatan yang terjadi dalam untuk kegiatan pelayanan publik. Ruang
interaksi langsung antar seseorang dengan lingkup pelayanan publik meliputi
orang lain atau mesin secara fisik, dan pelayanan barang publik dan jasa publik
menyediakan kepuasan pelanggan. serta pelayanan administratif yang
mencakup bidang pendidikan, pengajaran,
Sementara itu, istilah public berasal
pekerjaan dan usaha, tempat tinggal,
dari Bahasa Inggris public yang berarti
komunikasi dan informasi, lingkungan
umum, masyarakat, Negara. Kata public
hidup, kesehatan, jaminan sosial, energi,
sebenarnya sudah diterima menjadi
perbankan, perhubungan, sumber daya
Bahasa Indonesia Baku menjadi Publik
alam, pariwisata, dan sektor strategis
yang berarti umum, orang banyak, ramai.
lainnya.
Padanan kata yang tepat digunakan
adalah praja yang sebenarnya bermakna Secara teoritis, tujuan pelayanan
rakyat sehingga lahir istilah pamong praja publik pada dasarnya adalah memuaskan
yang berarti pemerintah yang melayani masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu
kepentingan seluruh rakyat. Inu dkk (1999) dituntut kualitas pelayanan prima dari
mendefinisikan publik adalah sejumlah setiap penyelenggara pelayanan publik.
manusia yang memiliki kebersamaan Gaspersz (dalam Lijan Poltak, 2008:6)
berpikir, perasaan, harapan, sikap dan mengemukakan bahwa pada dasarnya
tindakan yang benar dan baik berdasarkan kualitas mengacu kepada pengertian
nilai-nilai norma yang merasa memiliki. pokok:
Oleh karena itu, pelayanan publik
a. kualitas terdiri atas sejumlah
diartikan sebagai setiap kegiatan yang
keistimewaan produk, baik
dilakukan oleh pemerintah terhadap
keistimewaan langsung, maupun
sejumlah manusia yang memiliki setiap
keistimewaan atraktif yang
kegiatan yang menguntungkan dalam
memenuhi keinginan pelanggan dan
suatu kumpulan atau kesatuan, dan
memberikan kepuasan atas
menawarkan kepuasan meskipun hasilnya
penggunaan produk;
tidak terikat pada suatu produk secara
b. kualitas terdiri atas segala sesuatu
fisik.
yang bebas dari kekurangan atau
Kurniawan (dalam Lijan Poltak S, kerusakan.
2008: 5) mengartikan pelayanan publik
Dalam kaitannya dengan hal
sebagai pemberian layanan (melayani)
tersebut, negara berkembang umumnya
keperluan orang lain atau masyarakat
tidak dapat memenuhi kedua kualitas
yang mempunyai kepentingan pada
tersebut sehingga pelayanan publiknya
organisasi itu sesuai dengan aturan pokok
menjadi kurang memuaskan. Secara terinci
dan tata cara yang telah ditetapkan.
Master (dalam Lijan Poltak, 2008:6)
Adapun yang dimaksud dengan mengemukakan berbagai hambatan dalam
pelayanan publik menurut UU No. 25 pengembangan sistem manajemen
Tahun 2009 adalah kegiatan atau kualitas, antara lain:
rangkaian kegiatan dalam rangka
a. ketiadaan komitmen dari manajemen;
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
b. ketiadaan pengetahuan dan
dengan peraturan perundang-undangan
kekurangpahaman tentang
bagi setiap warga Negara dan penduduk

227
manajemen kualitas bagi aparatur varieabel-variabel pelayanan prima seperti
yang bertugas melayani; terdapat dalam agenda perilaku pelayanan
c. ketidakmampuan aparatur mengubah prima sektor publik SESPANAS LAN
kultur yang mempengaruhi kualitas (dalam Lijan Poltak, 2008:7). Variabel yang
manajemen pelayanan pelanggan; dimaksud adalah:
d. ketidaktepatan perencanaan
a. pemerintahan yang bertugas
manajemen kualitas yang dijadikan
melayani;
pedoman dalam pelayanan
b. masyarakat yang dilayani
pelanggan;
pemerintah;
e. pendidikan dan pelatihan
c. kebijaksanaan yang dijadikan
berkelanjutan belum optimal;
landasan pelayanan public;
f. ketidakmampuan membangun
d. peralatan atau sarana pelayanan yang
learning organization, learning by the
canggih;
individuals dalam organisasi;
e. resources yang tersedia untuk diracik
g. ketidaksesuaian antara struktur
dalam bentuk kegiatan pelayanan;
organisasi dengan kebutuhan;
f. kualitas pelayanan yang memuaskan
h. ketidakcukupan sumber daya dan
masyarakat sesuai dengan standar
dana;
dan asas pelayanan masyarakat;
i. ketidaktepatan sistem penghargaan
g. manajemen dan kepemimpinan serta
dan balas jasa bagi karyawan;
organisasi pelayanan masyarakat;
j. ketidaktepatan mengadopsi prinsip
h. perilaku pejabat yang terlibat dalam
manajemen kualitas ke dalam
pelayanan masyarakat, apakah
organisasi;
masing-masing telah menjalankan
k. ketidaktepatan dalam memberikan
fungsi mereka.
perhatian pada pelanggan, baik
internal maupun eksternal; Variabel pelayanan prima di sektor
l. ketidaktepatan dalam pemberdayaan publik seperti diatas dapat
dan kerjasama. diimplementasikan apabila aparat
pelayanan berhasil menjadikan kepuasan
Selanjutnya Fitzsimmons dan
pelanggan sebagai tujuan utamanya. Oleh
Fitzsimmons (dalam Lijan Poltak, 2008:6)
karena itu, penyelenggaraan pelayanan
berpendapat terdapat lima indikator
publik berdasarkan UU No. 25 Tahun 2009
pelayanan publik yaitu reability yang
tentang Pelayanan Publik harus
ditandai pemberian pelayanan yang tepat
dilaksanakan berdasarkan asas-asas: (1)
dan benar; tangibles yang ditandai dengan
kepentingan umum, (2) kepastian hukum,
penyediaan yang memadai sumber daya
(3) kesamaan hak, (4) keseimbangan hak
manusia dan sumber daya lainnya;
dan kewajiban, (5) keprofesionalan, (6)
responsiveness, yang ditandai dengan
partisipatif, (7) persamaan
keinginan melayani konsumen dengan
perlakuan/tidak diskriminasi, (8)
cepat; assurance, yang ditandai tingkat
keterbukaan, (9) akuntabilitas fasilitas dan
perhatian terhadap etika dan moral dalam
perlakuan khusus bagi kelompok rentan,
memberikan pelayanan, dan empaty, yang
(10) ketepatan waktu, dan (11) kecepatan,
ditandai tingkat kemauan untuk
kemudahan, dan keterjangkauan.
mengetahui keinginan dan kebutuhan
konsumen. Selain itu, setiap penyelenggara
pelayanan publik di daerah berkewajiban
Kualitas pelayanan berhubungan erat
menyusun dan menetapkan Standar
dengan pelayanan yang sistematis dan
Pelayanan (SP) dan Standard Operational
komprehensif yang lebih dikenal daengan
Procedure (SOP) dengan memperhatikan
konsep pelayanan prima. Aparat
kemampuan penyelenggara, kebutuhan
pelayanan hendaknya memahami
masyarakat, dan kondisi lingkungan.

228 Jurnal Wacana Kinerja Volume 13 No.2 November 2010 (220-242)


MODEL PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN KECAMATAN YANG BERBASIS PADA
KOMPLEKSITAS DAN PRIORITAS LAYANAN PUBLIK
(Studi Kasus di Kecamatan Lubuk Basung dan Ampek Angkek Kabupaten Agam, Sumatera Barat)
:: Rosita Novi Andari

Berdasarkan penjelasan diatas, dalam adalah deskripsi analisis kualitatif.


konteks manajemen pelayanan publik di Sedangkan metode pengolahan dan
kecamatan, maka pelayanan publik yang analisis data kuantitatif yang digunakan
diselenggarakan oleh kecamatan harus untuk membuat dan menganalisis
memperhatikan asas-asas formula-formula pengembangan
penyelenggaraan pelayanan publik dan kelembagaan kecamatan adalah teknik
mekanisme pelayanan yang disesuaikan statistik deskriptif.
dengan kompleksitas dan prioritas
kebutuhan pelayanan sesuai tugas atributif
dan tugas delegatif yang dimiliki camat, D. PEMBAHASAN
kebutuhan masyarakat, dan tuntutan
kekinian. 1. Kondisi Umum Kelembagaan
Kecamatan Lubuk Basung dan
Ampek Angkek
C. METODE PENELITIAN
Kabupaten Agam merupakan salah
Metodologi penelitian yang satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Barat
digunakan sebagai pola pikir penelitian yang terletak antara 00̊2' LS, dan 99˚52' -
adalah metode penelitian terapan dengan 100˚23' BT dengan batas-batas wilayah:
pendekatan deskriptif kualitatif. sebelah utara berbatasan dengan
Pengumpulan data dilakukan melalui desk Kabupaten Pasaman, sebelah Timur
research dan studi lapangan yaitu dengan berbatasan dengan Kabupaten 50 Kota,
penyebaran kuesioner, wawancara sebelah selatan berbatasan dengan
mendalam (indepth interview) dan Focussed Kabupaten Padang Pariaman dan
Group Discussion (FGD). Responden untuk Kabupaten Tanah Datar dan sebelah barat
instrumen kuesioner meliputi Camat, dengan Samudera Indonesia
pegawai kecamatan, tokoh masyarakat di
Secara geografis, kondisi Kabupaten
kecamatan, Kepala Bagian Organisasi/
Agam yang memiliki luas wilayah sebesar
Tata Pemerintahan, Kepala KPT atau
2.232,30 Km2 ini dapat dibedakan atas 4
BPPT. Sedangkan key informant wawancara
bagian wilayah, yaitu: (1) Wilayah datar
adalah Camat, Kepala Bagian Organisasi/
dengan luas wilayah 662 Km2, (2) Wilayah
Tata Pemerintahan, Kepala KPT atau BPPT
datar berombak dengan luas 153 Km2, (3)
dan FGD adalah melibatkan para pakar
Wilayah bukit dan bergunung seluas 616
praktisi dan akademisi.
Km2, (4) Wilayah datar berombak dan
Kecamatan Lubuk Basung dan bergelombang seluas 801 Km2.
Ampek Angkek di Kabupaten Agam
Berdasarkan kondisi geografis
Sumatera Barat dipilih sebagai lokus
tersebut, perekonomian Kabupaten Agam
penelitian dengan pertimbangan
dibentuk oleh sektor pertanian,
kompleksitas karakteristik kecamatan
perkebunan dan kehutanan, pertenakan,
yaitu perkotaan dan pedesaan, dengan
perikanan, pertambangan, pariwisata, dan
variasi kondisi geografis berupa daerah
industri. Kontribusi sektor-sektor tersebut
pegunungan.
cukup signifikan bagi kehidupan sosial
Adapun analisis data dilakukan budaya masyarakat di Kabupaten Agam.
secara kuantitatif maupun kualitatif. Kabupaten Agam berpotensi pada sektor
Metode pengolahan dan analisis data perkebunan, terutama dengan komoditi
kualitatif digunakan untuk menganalis andalannya, yaitu kelapa sawit. Komoditi
kondisi eksisting kelembagaan kecamatan andalan lainnya adalah hasil laut.

229
Tabel 2
Profil Kecamatan Lubuk Basung dan Ampek Angkek

Aspek Kecamatan Lubuk Basung Kecamatan Ampek Angkek


GEOGRAFIS
Luas wilayah 33.792 Ha 33,53 Ha
Keadaan alam dataran, berbukit dan bergelombang dengan dataran dengan ketinggian 910 m
ketinggian 102 m diatas permukaan laut diatas permukaan laut
Jumlah Nagari 5 nagari dan 26 jorong 7 nagari dan 33 jorong
dan Jorong
Jarak Nagari 10 km 10 km
Terjauh dari
Kecamatan
Jarak 9 km 73 km
Kecamatan ke
Ibukota
Kabupaten
DEMOGRAFIS
Jumlah 71.187 jiwa 33.971 jiwa
Penduduk • laki-laki 34.109 (48%) • laki-laki 16.515 (49%)
• perempuan 37.078 (52%) • perempuan 17.456 (51%)
Pendidikan - -
Mata 1. sektor pertanian (65%) 1. sektor pertanian (43%)
pencaharian 2. sektor jasa dan perdagangan termasuk PNS dan 2. sektor industri dan kerajinan
ABRI (35%) seperti: konveksi, bordir,
terawang dan suji (38%)
3. perdagangan (10%)
4. konstruksi (5%),
5. usaha lainnya (4%).
POTENSI WILAYAH
Potensi Alam 1. pertanian tanaman pangan (padi, pisang, dan 1. pertanian tanaman pangan
ubi kayu) (padi, ubi jalar, dan sayur-
2. perkebunan kelapa sawit, kelapa dalam dan sayuran (kubis, buncis, terung))
kakao 2. peternakan (kambing)
3. perternakan (sapi, kerbau, ayam)
4. perikanan (ikan air tawar)
5. pertambangan (obsidian, pasir dan batu dan
tanah liat)
Potensi 1. pertanian 1.
pertanian (tanaman pangan dan
Ekonomi 2. perdagangan (rumah makan) peternakan)
3. usaha kerajinan 2. bidang industri dan kerajinan
4. industri ataupun sektor jasa (konveksi, bordir, terawang, suji)
3. perdagangan
Sumber: Diolah dari Hasil Kajian Pengembangan Kelembagaan Kecamatan (PKP2A I LAN, 2010)

Kabupaten Agam terbagi dalam 16 Secara umum, kelembagaan


kecamatan dan 82 nagari serta 467 jorong. kecamatan di Kabupaten Agam telah
Dari 16 kecamatan yang terdapat di diatur berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Agam, dipilih dua kecamatan Kabupaten Agam Nomor 5 tahun 2008
yang memenuhi kriteria sebagai lokasi tentang Pembentukan Organisasi dan Tata
penelitian yaitu Kecamatan Lubuk Basung Kerja Kecamatan dan Peraturan Bupati
dan Ampek Angkek. Adapun gambaran Agam No. 21 Tahun 2008 tentang
profil dari kedua kecamatan tersebut dapat Penjabaran Tugas dan Fungsi Serta Uraian
dilihat pada tabel 2 Tugas Kecamatan. Berdasarkan Peraturan

230 Jurnal Wacana Kinerja Volume 13 No.2 November 2010 (220-242)


MODEL PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN KECAMATAN YANG BERBASIS PADA
KOMPLEKSITAS DAN PRIORITAS LAYANAN PUBLIK
(Studi Kasus di Kecamatan Lubuk Basung dan Ampek Angkek Kabupaten Agam, Sumatera Barat)
:: Rosita Novi Andari

Tabel 3
Kondisi Eksisting Kelembagaan Kecamatan

Kelembagaan Kecamatan Kecamatan Lubuk Basung Kecamatan Ampek Angkek

Struktur Organisasi 1) Camat 1) Camat


2) Sekretaris Camat 2) Sekretaris Camat
3) Kepala Sub Bagian terdiri 3) Kepala Sub Bagian terdiri dari
dari - Sub Bagian Umum dan
- Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Kepegawaian - Sub Bagian Keuangan
- Sub Bagian Keuangan - Sub Bagian Perencanaan
- Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan
dan Pelaporan 4) Seksi-seksi terdiri dari:
4) Seksi-seksi terdiri dari: - Seksi Pemerintahan
- Seksi Pemerintahan - Seksi Ketentraman dan
- Seksi Ketentraman dan Ketertiban
Ketertiban - Seksi Pelayanan Umum
- Seksi Pelayanan Umum dan Pendapatan
dan Pendapatan - Seksi Perekonomian dan
- Seksi Perekonomian dan Pembangunan
Pembangunan - Seksi Kesejahteraan Sosial
- Seksi Kesejahteraan
Sosial

Tata Laksana 1) Pelayanan Satu Pintu 1) Pelayanan Satu Pintu


(Manajemen 2) Pelayanan Terpadu Keliling 2) Pelayanan Terpadu Keliling
Kecamatan) Kecamatan Kecamatan dengan Caraka
3) SP Kecamatan 3) Pelayanan Online
4) SP Kecamatan
SDA Kecamatan 1) SDM Aparatur 1) SDM Aparatur
• Jumlah 15 orang • Jumlah 24 orang
• Pendidikan: • Pendidikan:
SLTA (8 orang) SD (1 orang)
Diploma (2) SLTA (11 orang)
Sarjana (5 orang) Diploma (2 orang)
2)Sarana Prasarana Pelayanan Sarjana (10 orang
Mobil Pelayanan, Peralatan 2) Sarana Prasarana Pelayanan
multimedia,dll Mobil Pelayanan, Jaringan
LAN, Peralatan multimedia,dll
Sumber: Diolah dari Hasil Kajian Pengembangan Kelembagaan Kecamatan (PKP2A I LAN, 2010)

Daerah Kabupaten Agam Nomor 5 tahun yang mulai digulirkan sejak tahun 2001
2008. Secara umum, kondisi eksisting antara lain: (1) Keputusan Bupati Agam
kelembagaan Kecamatan Lubuk Basung No. 182 Tahun 2001 tentang Pelimpahan
dan Ampek Angkek dapat dilihat pada Wewenang Pengelolaan Pajak Daerah dan
tabel 3 Reribusi Daerah kepada Pemerintah
Kecamatan dan Kecamatan Pembantu
Dalam kaitannya dengan
sebanyak 12 jenis kewenangan. (2)
penyelenggaraan pelayanan publik oleh
Keputusan Bupati Agam No. 206 Tahun
Kecamatan, pemerintah daerah Kabupaten
2003 Tentang Pelimpahan Sebagian
Agam telah mengeluarkan berbagai
Wewenang Bidang Pelayanan Umum
kebijakan daerah tentang pelimpahan
Kepada Camat berisi tentang pelimpahan
wewenang dari Bupati kepada Camat
sebagian wewenang Bupati yang meliputi

231
22 jenis izin dan rekomendasi. (3) complexity). Selain itu, juga diformulasikan
Keputusan Bupati Agam No. 240 Tahun model tata laksana dan model SDA
2004 tentang Perubahan Keputusan Bupati kecamatan.
Agam No. 206 Tahun 2003 Pelimpahan
a. Formulasi Model Pengembangan
Sebagian Wewenang Bidang Pelayanan
Kelembagaan Kecamatan
Umum Kepada Camat berisi tentang
perubahan pelimpahan wewenang Bupati Dalam konteks model yang
kepada Camat dimana untuk Izin Usaha dikembangkan, pelimpahan sebagian
Dokter dan Bidan (Rekomendasi Dari kewenangan Bupati/Walikota kepada
Dinas Kesehatan), Izin Usaha Apotik dan Camat dipandang sebagai jenis-jenis
Toko Obat (Rekomendasi Dari Dinas pelayanan publik di kecamatan yang
Kesehatan) dan Izin Usaha Klinik dan diprioritaskan yang disebut dengan istilah
Usaha Rumah Sakit Swasta (Rekomendasi atau terminologi prioritas pelayanan
Dinas Kesehatan) dicabut, sehingga publik kecamatan. Asumsinya bahwa
wewenang Bupati yang dilimpahkan yang pelimpahan sebagian kewenangan
semula 22 menjadi 19 jenis. (4) Peraturan Bupati/Walikota kepada Camat tersebut
Bupati Agam Nomor 9 tahun 2006 tentang sudah mempertimbangkan 3 hal penting
Pelimpahan Wewenang Penandatanganan yaitu: 1) pelayanan yang dipandang
KTP kepada Camat. Berdasarkan beberapa penting terkait dengan potensi kecamatan
kebijakan daerah tentang pelayanan publik (alam dan ekonomi), 2) pelayanan yang
sebagimana dijelaskan diatas dapat dibutuhkan masyarakat kecamatan, dan 3)
diketahui bahwa di Kabupaten terdapat 32 pelayanan yang dipandang penting karena
jenis kewenangan bidang pelayanan adanya tuntutan kekinian. Sedangkan
umum yang telah dilimpahkan oleh Bupati yang dimaksud kompleksitas layanan
kepada Camat. publik kecamatan adalah objek layanan
dan jangkauan layanan yang juga
dipertimbangkan. Oleh karena itu, Besaran
2. Model Pengembangan Kelembagaan Organisasi Kecamatan (BOK) sama dengan
Kecamatan Kompleksitas dan Prioritas Layanan
Publik Kecamatan (KPLPK). Adapun
Berdasarkan Hasil Kajian
Kompleksitas dan Prioritas Layanan
Pengembangan Kelembagaan Kecamatan
Publik Kecamatan (KPLPK)
(PKP2A I LAN, 2010) dijelaskan bahwa
diformulasikan dengan rumusan sebagai
pengembangan kelembagaan kecamatan
berikut:
pada prinsipnya merupakan perpaduan
antara tugas-tugas yang melekat dan/atau
harus dilaksanakan oleh Camat atau BOK=KPLPK
kecamatan, struktur organisasi kecamatan
yang dipandang mampu melaksanakan KPLPK= OL + JL +PL
tugas-tugas tersebut, tata laksana (business
process) yang dinilai potensial bagi struktur
organisasi untuk mencapai tugas- Dimana:
tugasnya, dan ketersediaan sumber daya BOK = Besaran Organisasi
aparatur yang memadai untuk Kecamatan
terwujudnya pencapaian tujuan organisasi KPLPK = Kompleksitas dan Prioritas
kecamatan yang bersangkutan. Dari hasil Layanan Publik Kecamatan
kajian ditemukan formulasi model OL = Objek layanan
pengembangan kelembagaan kecamatan JL = Jangkauan layanan
yang berbasis pada kompleksitas dan PL = Prioritas layanan
prioritas layanan publik kecamatan
(organization-based public service priority and

232 Jurnal Wacana Kinerja Volume 13 No.2 November 2010 (220-242)


MODEL PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN KECAMATAN YANG BERBASIS PADA
KOMPLEKSITAS DAN PRIORITAS LAYANAN PUBLIK
(Studi Kasus di Kecamatan Lubuk Basung dan Ampek Angkek Kabupaten Agam, Sumatera Barat)
:: Rosita Novi Andari

Tabel 4
b. Model Tata Laksana (Manajemen
Aspek Penilaian Kompleksitas & Prioritas
Kecamatan)
Layanan Publik Kecamatan (KPLPK)
Model pengembangan kelembagaan
Aspek Penilaian Skor Skor kecamatan sebagaimana telah dirumuskan
terendah tertinggi diatas perlu didukung dengan
Objek Layanan (OL)
pengembangan model tata laksana dan
∑Penduduk 5 17,5
model SDA. Dalam hal ini, pemerintah
∑Desa/Kelurahan/Nagari 5 17,5
daerah kabupaten/kota dalam
Jarak Layanan (JL)
Jarak Kec-Kab 2 7
memformulasikan kebijakan mengenai hal
Jarak Desa-Kab 2 7 tersebut perlu memperhatikan tuntutan
Waktu Tempuh 2 7 kekinian yang ada. Berdasarkan hasil
Alat Transportasi 2 7 Kajian Pengembangan Kelembagaan
Biaya 2 7 Kecamatan (PKP2A I LAN, 2010) ada tiga
Proporsi Layanan (PL) 10 60 alternatif mekanisme pelayanan yang
Jumlah Skor 130 dapat dilakukan di Kecamatan yaitu
Sumber: Hasil Kajian Pengembangan Kelembagaan pelayanan satu pintu, pelayanan terpadu
Kecamatan (PKP2A I LAN, 2010) keliling, dan pelayanan online.

Objek Layanan (OL) merupakan 1) Pelayanan Satu Pintu


beban kerja kecamatan berdasarkan Pelayanan satu pintu merupakan
jumlah penduduk kecamatan dan jumlah pelayanan yang diselenggarakan
nagari/desa/kelurahan. Jangkauan pada satu tempat yang meliputi
Layanan (JL) merupakan kemudahan berbagai jenis pelayanan yang
akses masyarakat dalam mendapatkan memiliki keterkaitan proses dan
pelayanan kecamatan berdasarkan jarak dilayani melalui satu pintu. Adapun
terjauh desa ke kabupaten dan kecamatan, pelayanan satu pintu yang dapat
ketersediaan alat transportasi, waktu dilaksanakan di Kecamatan
tempuh dan biaya yang dibutuhkan mencakup:
masyarakat. Sedangkan Prioritas Layanan a) Pelayanan Satu Pintu yang
(PL) merupakan jumlah pelayanan diselenggarakan secara penuh di
kecamatan yang ditentukan berdasarkan Kecamatan.
pelayanan yang didelegasikan, pelayanan Pelayanan-pelayanan yang mulai
yang dibutuhkan masyarakat, dan potensi awal permohonan pengajuan,
kecamatan. Masing-masing rumusan OL, proses, sampai keluarnya
JL, dan PL, kemudian diberikan skor dokumen semuanya
terendah dan tertinggi seperti yag terlihat diselenggarakan dan berlangsung
pada Tabel 4 di kecamatan..
b) Pelayanan Satu Pintu di
Nilai-nilai yang diperoleh dari Kecamatan dengan melibatkan
seluruh aspek penilaian tersebut (OL, JL, Instansi Terkait
dan PL) disebut Nilai Kompleksitas &
Prioritas Layanan Publik Kecamatan Pelayanan-pelayanan yang pada
(KPLPK). Nilai KPLPK inilah yang akan tahap pengajuan permohonan
menentukan besaran organisasi dilaksanakan di Kecamatan,
kecamatan, terutama berkaitan dengan namun tahap pemprosesan
banyaknya Seksi yang perlu dibentuk di dilakukan oleh instansi terkait
kecamatan. Penentuan klasifikasi Nilai (dinas, badan, kantor) yang
KPLPK dan Besaran Organisasi Kecamatan memiliki kewenanagan
dapat dilihat pada Tabel 5 menyelenggarakan jenis
pelayanan tersebut, kemudian

233
Tabel 5
Klasifikasi Nilai KPLPK dan Besaran Organisasi Kecamatan

Rentang Besaran Organisasi Kecamatan


Nilai
106 – 130 Model 1:
Terdiri dari Camat, Sekretaris Camat yang membawahi 2 Subbagian, dan 5 Seksi.
• 2 Seksi menjalankan tugas-tugas atributif atau penyelenggaraan tugas-tugas
umum pemerintahan.
• 3 Seksi menjalankan tugas-tugas delegatif atau penyelenggaraan tugas-tugas atas
pelimpahan sebagian wewenang Bupati/Walikota dalam urusan otonomi
daerah (yang proporsinya besar dan prioritasnya tinggi).
81 – 105 Model 2:
Terdiri dari Camat, Sekretaris Camat yang membawahi 2 Subbagian, dan 4 Seksi.
• 2 Seksi menjalankan tugas-tugas atributif atau penyelenggaraan tugas-tugas
umum pemerintahan.
• 2 Seksi menjalankan tugas-tugas delegatif atau penyelenggaraan tugas-tugas atas
pelimpahan sebagian wewenang Bupati/Walikota dalam urusan otonomi
daerah (yang proporsinya cukup besar dan prioritasnya cukup tinggi).
56 – 80 Model 3:
Terdiri dari Camat, Sekretaris Camat yang membawahi 2 Subbagian, dan 3 Seksi.
• 2 Seksi menjalankan tugas-tugas atributif atau penyelenggaraan tugas-tugas
umum pemerintahan.
• 1 Seksi menjalankan tugas-tugas delegatif atau penyelenggaraan tugas-tugas atas
pelimpahan sebagian wewenang Bupati/Walikota dalam urusan otonomi
daerah (yang proporsinya sangat terbatas atau sedikit).
30 – 55 Model 4:
Terdiri dari Camat, Sekretaris Camat yang membawahi 2 Subbagian, dan 2 Seksi.
• 2 Seksi menjalankan tugas-tugas atributif atau penyelenggaraan tugas-tugas
umum pemerintahan tanpa adanya tugas-tugas atas pelimpahan sebagian
wewenang Bupati/Walikota dalam urusan otonomi daerah.
Sumber: Hasil Kajian Pengembangan Kelembagaan Kecamatan (PKP2A I LAN, 2010)

setelah selesai diproses relatif sulit. Keunggulan dari


dikembalikan ke kecamatan pelayanan ini selain menyelenggarakan
untuk diserahkan kepada pelayanan yang sifatnya administratif,
pemohon Secara sederhana, juga dapat sekaligus
mekanisme pelayanan satu pintu menyelenggarakan pelayanan non
di kecamatan dapat dilihat pada administratif seperti fasilitasi dan
Gambar 3 pembinaan program-program kegiatan
pemerintah. Secara sederhana,
2) Pelayanan Terpadu Keliling
mekanisme pelayanan terpadu keliling
Pelayanan terpadu keliling kecamatan
kecamatan dapat dilihat pada Gambar
merupakan sebuah inovasi
4
penyelenggaraan pelayanan publik
yang bertujuan untuk mendekatkan 3) Pelayanan Online Kecamatan
pelayanan kepada masyarakat. Sasaran Pelayanan online merupakan sebuah
utama dari pelayanan ini adalah inovasi penyelenggaraan pelayanan
masyarakat yang akses ke kecamatan publik yang bertujuan untuk

234 Jurnal Wacana Kinerja Volume 13 No.2 November 2010 (220-242)


MODEL PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN KECAMATAN YANG BERBASIS PADA
KOMPLEKSITAS DAN PRIORITAS LAYANAN PUBLIK
(Studi Kasus di Kecamatan Lubuk Basung dan Ampek Angkek Kabupaten Agam, Sumatera Barat)
:: Rosita Novi Andari

Pelayanan Satu Pintu yang diselenggarakan


Pelayanan Satu Pintu di Kecamatan dengan
secara penuh di Kecamatan
melibatkan Instansi Terkait

Sumber: Hasil Kajian Pengembangan Kelembagaan Kecamatan (PKP2A I LAN, 2010)


Gambar 3
Mekanisme Pelayanan Satu Pintu Kecamatan

Sumber: Hasil Kajian Pengembangan Kelembagaan Kecamatan (PKP2A I LAN, 2010)

Gambar 4
Mekanisme Pelayanan Terpadu Keliling Kecamatan

mendekatkan pelayanan kepada Area Networking (LAN). Secara


masyarakat. Sasaran utama dari sederhana, mekanisme pelayanan
pelayanan ini adalah masyarakat yang terpadu keliling kecamatan dapat
akses ke kecamatan relatif sulit. dilihat pada Gambar 5
Pelayanan online mensyaratkan
Dalam mendukung penyelenggaraan
adanya mekanisme hubungan kerja
pelayanan publik secara optimal dan
antara kecamatan dengan desa dan
konsisten, dibutuhkan panduan-panduan
instansi terkait (dinas, badan, kantor)
tentang mekanisme kerja lainnya yang
yang dikoneksikan melalui sistem Local

235
Dinas Terkait Kecamatan

Desa Masyarakat

Sumber: Hasil Kajian Pengembangan Kelembagaan Kecamatan (PKP2A I LAN, 2010)

Gambar 5
Mekanisme Pelayanan Online Keliling Kecamatan
diperuntukan bagi pegawai di kecamatan c. Model Sumber Daya Aparatur
sebagai panduan kerja maupun bagi
Untuk mendukung mekanisme
masyarakat atau pengguna layanan
pelayanan kecamatan dibutuhkan SDM
panduan dan untuk mengevaluasi kinerja
Aparatur dan sarana prasarana yang
layanan kecamatan, antara lain:
memadai dan sesuai mekanisme
1) Penyusunan Standard Operating pelayanan yang diselenggarakan. SDM
Procedures administrasi pemerintahan Aparatur kecamatan harus memiliki
baik yang terkait dengan kegiatan kompetensi yang sesuai dengan tugas dan
pemerintahan; pelayanan internal, tanggung jawabnya. Sehubungan dengan
maupun pelayanan eksternal. hal itu, kualifikasi SDM yang dibutuhkan
2) Penyusunan Standar Pelayanan di kecamatan yaitu SDM dengan
Publik (SPP) terkait dengan kualifikasi di bidang pemerintahan,
pelayanan internal dan pelayanan budaya, teknik komunikasi dan teknis
eksternal; pelayanan. SDM Aparatur yang
3) Penyusunan Standar Pelayanan ditempatkan di kecamatan sebaiknya
Minimal (SPM) untuk kegiatan memiliki fisik yang prima dan perilaku
pelayanan kepada masyarakat; yang baik serta mampu memahami
4) Melakukan koordinasi dengan SKPD kebutuhan masyarakat yang dilayani.
lainnya dalam pelaksanaan program Kompetensi ini dibutuhkan agar SDM
Pemerintah Kabupaten; Aparatur Kecamatan dapat dengan sigap
memberikan layanan pada masyarakat.

Tabel 6
Objek Layanan Kecamatan Lubuk Basung dan Ampek Angkek
Kecamatan Lubuk Basung Kecamatan Ampek Angkek
Kondis
Dimensi Kondisi Positif Negatif Nila i Positi Negatif Nila
Existing (+) (-) i Existin f (+) (-) i
g
Jumlah
71.187 √ 17.5 33.971 √ 17.5
penduduk

Jumlah nagari 5 √ 5 7 √ 5

Total Nilai OL 22.5 22.5

236 Jurnal Wacana Kinerja Volume 13 No.2 November 2010 (220-242)


MODEL PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN KECAMATAN YANG BERBASIS PADA
KOMPLEKSITAS DAN PRIORITAS LAYANAN PUBLIK
(Studi Kasus di Kecamatan Lubuk Basung dan Ampek Angkek Kabupaten Agam, Sumatera Barat)
:: Rosita Novi Andari

Tabel. 7
Jangkauan Layanan Kecamatan Lubuk Basung dan Ampek Angkek

Kecamatan Lubuk Basung Kecamatan Ampek Angkek


Kondis Kondis
Posi Negat
Dimensi i Posit Negatif i Nil
Nilai tif if
Existin if (+) (-) Existin ai
(+) (-)
g g
Jarak dari kecamatan
9 km √ 7 73 km √ 7
ke ibukota kabupaten
Jarak dari nagari
terjauh dengan 10 km √ 7 10 km √ 7
ibukota kabupaten
Waktu tempuh dari
nagari terjauh di
1,5 jam √ 7 3,5 jam √ 7
kecamatan ke
kabupaten
Angkut Angkut
Alat transportasi
an √ 7 an √ 7
umum
umum umum
Biaya (dari nagari
Rp Rp
terjauh di kecamatan √ 7 √ 7
15.000; 50.000
ke ibukota kabupaten
Total Nilai JL 35 35

Dukungan sarana dan prasarana Dari hasil formulasi model pengembangan


yang dibutuhkan kecamatan juga harus kelembagaan kecamatan sebagaimana
disesuaikan dengan mekanisme pelayanan yang telah dijelaskan diatas, berikut ini
yang diselenggarakan, diantaranya sebagai adalah aplikasi model pengembangan
berikut: kelembagaan kecamatan di Kecamatan
Lubuk Basung dan Ampek Angkek
1) Sarana dan prasarana pelayanan satu
Kabupaten Agam.
pintu yang dibutuhkan mencakup
loket pelayanan (loket penerimaan d. Aplikasi Model Pengembangan
dan pengambilan dokumen), ruang Kecamatan Lubuk Basung dan
pemprosesan, ruang tunggu Ampek Angkek.
pelayanan, dan peralatan-peralatan
1) Perhitungan Nilai KPLPK dan Besaran
multimedia sesuai dengan jenis-jenis Organisasi Kecamatan
pelayanan yang diberikan.
2) Sarana dan prasarana pelayanan a) Objek Layanan Kecamatan
terpadu keliling yang dibutuhkan Secara demografis, jumlah penduduk
seperti mobil pelayanan keliling dan di Kabupaten Agam adalah 445.387 orang
peralatan-peralatan multimedia yang tersebar di 16 kecamatan dengan
sesuai dengan kebutuhan rata-rata jumlah penduduk per kecamatan
penyelenggaraan pelayanan adalah 27.836 orang. Berdasarkan tabel 6
3) Sarana dan prasarana pelayanan dapat dike tahui bahwa beban kerja di
online yang dibutuhkan seperti sistem kecamatan Lubuk Basung tergolong tinggi
Local Area Networking (LAN) dan karena dilihat dari jumlah penduduknya
peralatan-peralatan multimedia ada 71.187 diatas rata-rata jumlah
sesuai dengan kebutuhan penduduk.
penyelenggaraan pelayanan.

237
Tabel .8
Prioritas Layanan Kecamatan Lubuk Basung dan Ampek Angkek

Kecamatan Lubuk Basung Kecamatan Ampek Angkek

Jumlah Pelayanan Jumlah


Jenis Pelayanan Total
Berdasarkan Total Pelayanan Pelayanan
Pelayanan
Kuesioner dan yang Berdasarkan
yang
Kondisi Existing Teridentifikasi Kuesioner dan
Teridentifikasi
Kondisi Existing
Pelayanan Administratif
• Aspek Perizinan 12 7 10 7
• Aspek Rekomendasi 4 25 10 25
• Aspek Penyelenggaraan 7 14 9 14
Pelayanan non administratif
• Aspek Koordinasi 10 28 18 28
• Aspek Pembinaan 2 5 3 5
• Aspek Fasilitasi 12 14 10 14
• Aspek Pengawasan 1 1 1 1
Jumlah Layanan 48 94 61 94

: (48 x 50)+10 : (61 x 50) + 10


Nilai Perolehan Prioritas
94 94
Layanan
: 35,5 : 42,4

Sedangkan cakupan wilayahnya dikeluarkan masyarakat cukup mahal


tergolong sedikit karena hanya 5 nagari. yaitu (Perjalanan PP) sebesar Rp 30.000,00.
Demikian juga dengan Kecamatan Ampek Kondisi tersebut hampir sama dengan
Angkek yang memiliki jumlah penduduk Kecamatan Ampek Angkek, dimana secara
sebanyak 33.971 dengan cakupan wilayah geografis, jarak terjauh nagari di
7 nagari. Sehingga, objek layanan di kecamatan Ampek Angkek ke Kabupaten
kecamatan Lubuk Basung dan Ampek Agam adalah 83 km dan ke Kecamatan 10
Angkek masing-masing dapat km.
dikategorikan banyak yaitu dengan bobot Dengan letak yang jauh dari pusat
nilai 22,5. ibukota kabupaten dan kondisi alam
kecamatan yang di dataran tinggi,
b) Jangkauan Layanan Kecamatan
membuat akses masyarakat ke kabupaten
Secara geografis, jarak terjauh nagari menjadi sulit karena harus menempuh
di kecamatan Lubuk Basung ke Kabupaten perjalanan yang lama dan mahal dengan
Agam adalah 19 km dan ke Kecamatan 10 waktu tempuh 3,5 jam dan biaya
km. Dengan kondisi alam yang berupa perjalanan PP Rp 100.000. Berdasarkan hal
dataran, berbukit dan bergelombang maka tersebut, maka akses masyarakat di kedua
jarak tempuh ke kecamatan maupun kecamatan dalam mendapatkan pelayanan
ibukota Kabupaten relatif jauh dengan ke Ibu Kota Kabupaten dinilai sulit untuk
waktu tempuh selama 1,5 jam. Sedangkan dijangkau yaitu dengan bobot nilai 35.
ketersediaan angkutan umum dirasa
c) Prioritas Layanan Kecamatan
belum memadai karena belum
menjangkau nagari-nagari yang letaknya Berdasarkan data Tabel 8 dapat
jauh, sehingga biaya yang harus diketahui bahwa jumlah keragaman

238 Jurnal Wacana Kinerja Volume 13 No.2 November 2010 (220-242)


MODEL PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN KECAMATAN YANG BERBASIS PADA
KOMPLEKSITAS DAN PRIORITAS LAYANAN PUBLIK
(Studi Kasus di Kecamatan Lubuk Basung dan Ampek Angkek Kabupaten Agam, Sumatera Barat)
:: Rosita Novi Andari

pelayanan publik di Kecamatan Lubuk Kecamatan tersebut masuk dalam Model 2


Basung ada 48 jenis pelayanan baik (81-105), yang terdiri dari Terdiri dari
administratif maupun non administratif. Camat, Sekretaris Camat yang membawahi
Dari hasil perhitungan diatas didapat nilai 2 Subbagian, dan 4 Seksi. 2 Seksi
perolehan prioritas layanan di Kecamatan menjalankan tugas-tugas atributif atau
Lubuk Basung adalah 35,5. Hal ini berarti penyelenggaraan tugas-tugas umum
prioritas pelayanan di Kecamatan Lubuk pemerintahan. 2 Seksi menjalankan tugas-
Basung dikategorisasikan sedang yaitu tugas delegatif atau penyelenggaraan
proporsi pelayanan yang didelegasikan tugas-tugas atas pelimpahan sebagian
kepada Kecamatan adalah dikategorikan wewenang Bupati/Walikota dalam
cukup besar dan prioritas pelayanannya urusan otonomi daerah (yang proporsinya
dikategorikan cukup tinggi. Demikian juga cukup besar dan prioritasnya cukup
di kecamatan Ampek Angkek, dengan 61 tinggi).
jenis pelayanan, nilai perolehan prioritas
2) Tugas Pokok dan Fungsi Camat
layanannya adalah 42,4 dan dikategorikan
sedang yaitu proporsi pelayanan yang Berdasarkan Nilai KPLPK di atas
didelegasikan kepada kecamatan adalah maka tugas-tugas yang diemban oleh
dikategorikan cukup besar dan prioritas Camat di Kecamatan Lubuk Basung dan
pelayanannya dikategorikan cukup tinggi. Ampek Angkek tergolong cukup besar
dimana Camat mengemban dua tugas
Pada Tabel 9 dapat dilihat hasil
utama sekaligus yaitu tugas atributif dan
pembobotan untuk masing-masing aspek
delegatif. Diembannya dua tugas sekaligus
pengembangan model kelembagaan
--tugas atributif dan delegatif-- oleh Camat
kecamatan
merupakan hal yang wajar dan bahkan
Berdasarkan nilai ketiga komponen semestinya setiap Camat menjalankan
tersebut, dapat diketahui bahwa Total tugas-tugas tersebut. Merujuk pada tugas
Nilai Kompleksitas dan Prioritas atributif sebagaimana disebutkan dalam
Layanan Publik Kecamatan Lubuk Basung PP No. 19 tahun 2008 dan tugas delegatif
adalah 83, sedangkan Kecamatan Ampek yang dilimpahkan oleh Bupati Agam
Angkek 89,9. Dengan Nilai KPLPK 93 dan kepada Camat, maka tugas pokok dan
99,9 maka Besaran Organisasi di kedua fungsi Camat dapat dikembangkan
sebagaimana diuraikan di bawah ini.
Tabel. 9
Hasil pembobotan nilai KPLK Camat memiliki tugas pokok untuk
Kecamatan Lubuk Basung dan Ampek melaksanakan tugas atributif atau tugas
Angkek umum pemerintahan sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku, dan
Komponen Nilai Nilai melaksanakan tugas delegatif atau tugas-
Layanan KPLK KPLK tugas atas pelimpahan sebagian
Kecamatan Kecamatan Kecamatan wewenang Bupati dalam urusan otonomi
Lubuk Ampek daerah.
Basung Angkek
(Catatan: Dalam konteks ini,
Objek 22,5 22,5
Layanan proporsi tugas delegatif yang dilimpahkan
dinilai “cukup besar” atau mencakup
Jangkauan 35 35
sebagian dari bidang-bidang urusan yang
Layanan
ada. Adapun tugas atributif dan delegatif
Proporsi 35,5 42,4
yang dijalankan oleh Camat meliputi
Layanan
berbagai fungsi pelayanan yang di
Total Nilai 93 99,9
dalamnya meliputi pelayanan
KPLK
administratif dan non administratif).

239
Dalam rangka tercapainya tugas- pelayanan yang diselenggarakan oleh
tugas tersebut, Camat menyelenggara-kan kecamatan pun berbeda-beda. Oleh karena
fungsi, yaitu: itu, besaran organisasi kecamatan perlu
memperhatikan kompleksitas dan prioritas
a) Sekretariat (mencakup fungsi pelayanan
pelayanan yang harus diselenggarakan
internal kecamatan)
oleh kecamatan.
b) Tata pemerintahan (mencakup fungsi
pelayanan pemerintahan) 4) Model Tata Laksana dan SDA
c) Ketenteraman, ketertiban, dan Kecamatan Lubuk Basung dan Ampek
pemberdayaan masyarakat (mencakup Angkek
fungsi pelayanan masyarakat, pelayanan
Apilikasi model tata laksana dan
utilitas, pelayanan sandang, pangan,
model SDA di kecamatan Lubuk Basung
papan)
dan Ampek Angkek cenderung berbeda,
d) Pendidikan dan kesehatan (mencakup
hal ini terutama karena adanya
fungsi pelayanan pembangunan, pelayanan
perbedaaan karaktiristik wilayah dan
masyarakat, dan pelayanan utilitas)
jangkauan layanannya. Model tata laksana
e) Perekonomian dan pembangunan
(manajemen kecamatan) yang paling tepat
(mencakup fungsi pelayanan
diselenggarakan di Kecamatan Lubuk
pemerintahan, pelayanan pembangun-an,
Basung adalah mekanisme pelayanan satu
pelayanan masyarakat, pelayanan utilitas,
pintu baik yang berhenti di kecamatan
dan pelayanan sandang, pangan, papan)
maupun yang melibatkan instansi terkait.
3) Struktur Organisasi Kecamatan Lubuk Hal ini sesuai dengan kondisi eksisting ada
Basung dan Ampek Angkek saat ini, dimana setiap hari masih banyak
masyarakat yang datang ke Kantor Camat
Berdasarkan hasil analisis aplikasi
Lubuk Basung untuk mendapatkan
formulasi model pengembangan
pelayanan, terutama yang akses ke
kelembagaan sebagaimana dijelaskan
Kecamatan dekat. Namun demikian,
diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
untuk menjangkau masyaraat di nagari
Kecamatan Lubuk Basung dan Kecamatan
yang letaknya jauh dari kecamatan, maka
Ampek Angkek memiliki besaran
mekanisme pelayanan terpadu keliling
organisasi yang sama yaitu termasuk
kecamatan sebagaimana kondisi eksisting
model 2 dengan struktur organisasi yang
saat ini tepat untuk terus diselenggarakan.
terdiri dari Camat, Sekretariat (2
Sedangkan untuk pelayanan online, dirasa
subbagian) dan 4 seksi. Besaran organisasi
belum terlalu dibutuhkan, karena secara
tersebut berbeda dengan kondisi eksisting
geografis Kecamatan Lubuk Basung dekat
kelembagaan kecamatan yang ada saat ini
dengan pusat pemerintahan kabupaten.
dimana besaran organsiasi kecamatan di
Jadi, mekanisme pelayanaan dan
Lubuk Basung dan Ampek Angkek dan di
koordinasi dengan nagari maupun instansi
seluruh kecamatan di Kabupaten Agam
terkait cukup dengan interaksi langsung.
dibuat seragam sesuai dengan Peraturan
Selain itu, dilihat dari kesiapan aparat
Daerah Kabupaten Agam Nomor 5 tahun
kecamatan dan masyarakat dalam
2008 tentang Pembentukan Organisasi dan
mengoperasikan sistem LAN, internet, dan
Tata Kerja Kecamatan dengan struktur
peralatan multimedia lainnya belum
organisasi yang terdiri dari Camat,
memadai, karena di lihat dari kuantitas
Sekretariat (3 subbagian) dan 5 seksi.
dan kualitas SDM Aparat Kecamatan,
Penyeragaman besaran organisasi
terutama di bidang teknologi informasi
kecamatan ini dirasa belum representatif
(IT) masih sangat terbatas. Adapun untuk
karena pada dasarnya masing-masing
ketersediaan sarana dan prasarana
kecamatan memiliki perbedaan
pelayanan di Kecamatan Lubuk Basung
karakteristik wilayah dan potensi wilayah,
kurang memadai terutama untuk
sehingga kompleksitas dan prioritas

240 Jurnal Wacana Kinerja Volume 13 No.2 November 2010 (220-242)


MODEL PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN KECAMATAN YANG BERBASIS PADA
KOMPLEKSITAS DAN PRIORITAS LAYANAN PUBLIK
(Studi Kasus di Kecamatan Lubuk Basung dan Ampek Angkek Kabupaten Agam, Sumatera Barat)
:: Rosita Novi Andari

Sumber: Hasil Kajian Pengembangan Kelembagaan Kecamatan (PKP2A I LAN, 2010)

Gambar 6
Struktur Organisasi Kecamatan Lubuk Basung dan Ampek Angkek

pengadaan mobil khusus pelayanan memilih pelayanan keliling daripada


keliling dan peralatan multimedia seperti datang ke Kantor Camat.
laptop dan komputer.
Di lihat dari kesiapan kuantitas dan
Sedangkan model tata laksana kualitas SDM aparat kecamatan dan
(manajemen kecamatan) di Kecamatan masyarakat sudah cukup memadai,
Ampek Angkek yang paling tepat adalah namun masih perlu mendapatkan
pelayanan terpadu keliling kecamatan pelatihan dan pembinaan khususnya di
seperti kondisi eksisting saat ini. Hal ini bidang IT. Sedangkan untuk ketersediaan
dikarenakan pelayanan dengan sistem sarana dan prasarana pelayanan di
jemput bola oleh petugas caraka dirasa Kecamatan Ampek Angkek dirasa sudah
cukup efektif bagi masyarakat dalam cukup memadai untuk penyelenggarakan
mendapatkan pelayanan. Di samping itu, pelayanan keliling maupun pelayanan
pelayanan online juga tepat online.
diselenggarakan di Kecamatan Ampek
Angkek, karena dilihat dari kondisi
geografis kecamatan Ampek Angkek E. PENUTUP
letaknya jauh dari pusat pemerinatahan
Pengembangan Kelembagaan
kabupaten, sehingga mekanisme
Kecamatan sangat urgen dilakukan untuk
pelayanan yang terkait dengan instansi
meningkatkan kualitas pelayanan
lain di kabupaten cukup dilakukan dengan
kecamatan sebagai ujung tombak
sistem online ini. Kondisi eksisting yang
pelayanan publik. Berdasarkan
ada pelayanan online ini sudah mulai
kompleksitas dan prioritas layanan publik
dikembangkan di Kecamatan dengan
kecamatan, model pengembangan
membangun jaringan LAN yang
kelembagaan kecamatan di Lubuk Basung
menghubungkan nagari dan kecamatan.
dan Ampek Angkek yang notabene
Adapun untuk pelayanan satu pintu
berkarakteristik pegunungan memiliki
kecamatan kurang tepat, karena kondisi
kesamaan besaran organisasi kecamatan
eksisisting yang ada di Kantor Camat
yaitu termasuk Model 2 yang mencakup
setiap harinya cenderung sepi oleh
tugas pokok dan fungsi dan struktur
masyarakat yang ingin mendapatkan
organisasi yang terdiri dari Camat,
pelayanan. Disisi lain masyarakat lebih

241
Sekretaris Camat yang membawahi 2 Peraturan Pemearintah Nomor 19 Tahun
Subbagian, dan 4 Seksi. Namun, 2008 tentang Kecamatan.
berdasarkan model tata laksana dan SDA Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
terdapat perbedaan, mekanisme pelayanan Tentang Pelayanan Publik.
yang tepat untuk diaplikasikan di Keputusan Bupati Agam No. 182 Tahun
Kecamatan Lubuk Basung adalah model 2001 tentang Pelimpahan Wewenang
pelayanan satu pintu dan pelayanan Pengelolaan Pajak Daerah dan
terpadu keliling kecamatan, sedangkan di Reribusi Daerah kepada Pemerintah
Kecamatan Ampek Angkek adalah model Kecamatan dan Kecamatan
pelayanan keliling dan pelayanan online. Pembantu.
Adapun untuk SDA di kecamatan Lubuk Keputusan Bupati Agam No. 206 Tahun
Basung kurang memadai, sedangkan di 2003 Tentang Pelimpahan Sebagian
Kecamatan Ampek Angkek sudah cukup Wewenang Bidang Pelayanan Umum
memadai. Kepada Camat.
Keputusan Bupati Agam No. 240 Tahun
2004 tentang Perubahan Keputusan
REFERENSI Bupati Agam No. 206 Tahun 2003
Pelimpahan Sebagian Wewenang
Iskandar, Jusman, (2005) , Manajemen
Bidang Pelayanan Umum Kepada
Publik, Bandung: Puspaga.
Camat.
Nugraha, 2005, “Alternatif Model
Peraturan Bupati Agam Nomor 9 tahun
Kelembagaan Pemerintah Daerah”
2006 tentang Pelimpahan Wewenang
dalam Desentralisasi dan Tuntutan
Penandatanganan KTP kepada
Penataan Kelembagaan Daerah (ed.
Camat.
Soedarmayanti), Bandung:
Peraturan Daerah Kabupaten Agam
Humaniora.
Nomor 5 tahun 2008 tentang
Safitri, Yudiantarti & Harida I, 2010,
Pembentukan Organisasi dan Tata
“Implementasi Analisis Jabatan dalam
Kerja Kecamatan.
Menata Organisasi Birokrasi yang
Peraturan Bupati Agam No. 21 Tahun 2008
Efektif di Daerah (Studi Kasus pada BKD
tentang Penjabaran Tugas dan Fungsi
Kota Mataram”, dalam Jurnal Wacana
Serta Uraian Tugas Kecamatan.
Kinerja, 13, No. 1: 1411-4917.
Sinambela, Lijan Poltak , 2006, Reformasi
*) Tulisan ini merupakan bagian dari
Pelayanan Publik: Teori, Kebijakan, dan
hasil kajian berjudul Pengembangan
Implementasi, Jakarta: Bumi Aksara.
Model Kecamatan yang dilakukan Pusat
Supardi dan Syaiful Anwar, (2002), Dasar-
Kajian dan Diklat Aparatur I - LAN,
Dasar Perilaku Organisasi, Jogjakarta:
Tahun 2010, dimana Penulis termasuk
UII Press.
sebagai Tim Penelitian.
Tim Peneliti, (2006), Kajian Pengukuran
Indeks Pelayanan Publik (IPP) di
Daerah, Bandung: PKP2A I LAN.
Tim Peneliti, (2010), Hasil Kajian
Pengembangan Kelembagaan
Kecamatan, Bandung: PKP2A I LAN.
Wasistiono, Sadu, dkk, (2009),
Perkembangan Organisasi
Kecamatan dari Masa ke Masa,
Bandung: Fokusmedia.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah.

242 Jurnal Wacana Kinerja Volume 13 No.2 November 2010 (220-242)

You might also like