You are on page 1of 15

PENGARUH MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP

KINERJA KARYAWAN KOPERASI DI KECAMATAN


SUMBERSARI JEMBER

Riska Ayu Pramesthi, SE, MM

Abstract
Motivation is something that should be done by the management in improving job
satisfaction and employee performance. The purpose of this study was to
determine the effect of motivation and job satisfaction on employee performance
cooperatives in Kecamatan Sumbersari Jember. The population data collected in
the study were all accounts totaling 100 officers from 20 cooperatives that made
the object of research. The sampling technique used is proportionate stratified
random sampling technique which this technique is used when the population
have a member who is not homogeneous and stratified proportionally, to
determine the results using the Partial Least Square (PLS). The study states that
motivation positive and significant effect on the performance, motivation and
significant positive effect on job satisfaction, job satisfaction and a significant
positive effect on performance. The implication of this study is two-factor theory
also has other limitations that situational variables. Herzberg assumes the
existence of a correlation between satisfaction and productivity.However,
research conducted by Herzberg emphasis on satisfaction and productivity
ignore. To maintain and improve the performance of cooperatives based on the
perspective of motivation theory (Herzberg) which reveal individual motives for
obtaining a motivator and hyegine factors need to be considered for future
research. Not all topics of research problems can be implemented and tested with
Herzberg's theory, because the companies and institutions have different
problems.

Keywords: Motivation, Job Satisfaction, Performance

Pendahuluan Seiring dengan meningkatnya


Koperasi merupakan salah satu perekonomian masyarakat di
pendorong pertumbuhan ekonomi Jember, koperasi diharapkan dapat
yang berbasis ekonomi kerakyatan. menjadi lembaga penyedia dana
Koperasi merupakan badan usaha untuk membiayai dan
yang dimiliki dan dioperasikan oleh mengembangkan usaha baik
orang-seorang demi kepentingan pertanian, perdagangan, industri,
anggota. Koperasi mempunyai maupun sektor non keuangan
peranan yang sangat penting bagi lainnya. Untuk mengelola koperasi
semua kalangan masyarakat dalam tidak cukup hanya dengan dana yang
melakukan transaksi keuangan. besar, tetapi harus ditunjang dengan
Koperasi adalah salah satu dari tiga pola pembinaan yang intensif,
bentuk pelaku ekonomi di negara terencana dan terukur bagi semua
Indonesia. Perkembangan koperasi karyawan koperasi. Hal ini
saat ini didukung oleh disebabkan adanya tantangan
perkembangan UKM di Jember. mengingat banyaknya masalah yang
harus dihadapi koperasi seperti memotivasi seorang karyawan agar
prinsip koperasi yang hingga kini dapat meningkatkan kinerjanya.
belum sepenuhnya dapat Terciptanya koperasi yang sehat
dilaksanakan terutama dalam upaya dapat dilakukan dengan cara
mensejahterakan anggotanya, memotivasi seorang karyawan dan
kualitas sumber daya manusia yang meningkatkan kepuasan kerja
harus terus ditingkatkan guna karyawan koperasi. Motivasi kerja
tercapainya koperasi yang sehat, dan kepuasan kerja merupakan
kuat, maju, berkualitas dan mandiri faktor sangat penting dalam
serta memiliki daya saing agar meningkatkan kinerja karyawan.
mampu bersaing di era global. Motivasi adalah proses yang
Pendayagunaan karyawan di dinamis dimana setiap orang dapat
koperasi perlu dikelola secara dimotivasi oleh hal-hal yang
profesional agar terwujudnya berbeda. Menurut Herzberg (1966)
keseimbangan antara kebutuhan dalam Teck Hong dan Wahed (2011)
karyawan dengan kepentingan dan ada dua jenis faktor yang mendorong
kemampuan koperasi. seseorang untuk berusaha mencapai
Keseimbangan tersebut merupakan kepuasan dan menjauhkan diri dari
kunci utama dalam pendayagunaan ketidakpuasan. Dua faktor itu
sumber daya karyawan untuk disebutnya factor hygiene (factor
mencapai kinerja yang maksimal ekstrinsik) dan faktor motivator
serta tetap bertahan dalam (faktor intrinsik). Factor hygiene
persaingan di era globalisasi. memotivasi seseorang untuk keluar
Karyawan (account officer) dari ketidakpuasan, sedangkan faktor
merupakan faktor produksi yang motivator memotivasi seseorang
paling utama, karena itu harus untuk berusaha mencapai kepuasan.
mempunyai kemauan dan Kepuasan kerja adalah keadaan
kemampuan dalam melaksanakan emosional karyawan dimana terjadi
tugas-tugas yang dibebankan dari ataupun tidak terjadi titik temu
koperasi. Kinerja karyawan adalah antara nilai balas jasa karyawan dari
hal yang mempengaruhi seberapa perusahaan atau organisasi dengan
banyak mereka memberi kontribusi tingkat balas jasa yang memang
kepada organisasi. Perbaikan kinerja diinginkan oleh karyawan yang
individu maupun kelompok menjadi bersangkutan (Martoyo, 2007:156).
pusat perhatian dalam upaya Robbins (2003:10) menyatakan
meningkatkan kinerja organisasi bahwa kepuasan kerja mengacu
(Malthis dan Jackson, 2001). Dari kepada sikap individu secara umum
pernyataan tersebut dapat terhadap pekerjaannya. Seseorang
disimpulkan untuk meningkatkan dengan tingkat kepuasan kerja yang
kinerja organisasi, terlebih dahulu tinggi mempunyai sikap positif
memperbaiki kinerja individu. terhadap pekerjaannya, sedangkan
Namun banyak faktor yang seseorang yang tidak puas dengan
menentukan kinerja selain faktor pekerjaannya mempunyai sikap
motivasi dan kepuasan kerja negatif terhadap pekerjaannya.
karyawan. Faktor yang dapat Berdasarkan uraian diatas, dengan
meningkatkan kinerja karyawan melihat permasalahan dan kendala
adalah bagaimana cara manajemen yang dihadapi seorang karyawan
yang tidak mencapai output kinerja diperoleh dari internet, dan jurnal-jurnal
maksimal sesuai ketentuan yang yang ada.
ditetapkan oleh koperasi. Maka akan
menjadi penting dan perlu untuk Populasi dan Sampel
melakukan sebuah penelitian, dalam Populasi data yang dikumpulkan
hal bagaimanakah meningkatkan dalam penelitian adalah seluruh
kinerja seorang karyawan melalui account officer yang berjumlah 100
motivasi dan kepuasan kerja yang orang dari 20 koperasi yang
diterapkan oleh manajemen, untuk dijadikan obyek penelitian, dengan
mengetahui pengaruh antara metode pengambilan sampel
motivasi, kepuasan kerja dan kinerja. Proportionate Stratified Random
Berdasarkan uraian tersebut maka Sampling.
rumusan masalah dalam artikel adalah:
(a) Apakah motivasi berpengaruh Metode Analisis Data
Alat analisis yang digunakan dalam
terhadap kinerja karyawan. (b) penelitian ini adalah analisis SEM
Apakah motivasi berpengaruh dengan menggunakan Partial Least
terhadap kepuasan kerja karyawan. Square (PLS) (path analysis).
(c) Apakah kepuasan kerja
berpengaruh terhadap kinerja Hasil Penelitian
karyawan. Sehingga tujuan yang ingin Uji Validitas dan Reabilitas
dicapai dalam artikel ini adalah sebagai Pengujian validitas menunjukan
berikut: (a) Untuk mengetahui dan sejauh mana ukuran tersebut dapat
menganalisis pengaruh motivasi digunakan untuk mengukur apa yang
terhadap kinerja karyawan. (b) Untuk seharusnya diukur Sugiyono (2007).
mengetahui dan menganalisis Valid tidaknya suatu instrumen
pengaruh motivasi terhadap dapat dilihat dari product moment
kepuasan kerja karyawan. (c) Untuk korelation (r-hitung) > 0.3 Sugiyono
mengetahui dan menganalisis (2012). Uji Validitas dapat dilihat
pengaruh kepuasan kerja terhadap pada Tabel 1.1
kinerja karyawan.

Metode Penelitian
Rancangan atau Desain Penelitian
Rancangan penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
cross sectional.

Jenis dan Sumber Data


Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer yang
diperoleh dari wawancara dan
penyebaran kuisioner yang terkait
dengan variabel- variabel yang diteliti.
Data sekunder dalam penelitian ini
meliputi diperoleh secara tidak langsung
melalui buku bacaan yang terkait
dengan variabel yang diteliti, data yang
Tabel 1.1 Uji Validitas
Koefisien Signifika
Variabel Indikator Korelasi nsi Keterangan
Achievement (Prestasi kerja) 0.859 0.000 Valid
Advancement (Pengembangan diri) 0.885 0.000 Valid
Work it self (pekerjaan itu sendiri) 0.953 0.000 Valid
Recognition (pengakuan) 0.918 0.000 Valid
Company policy (kebijakan persh.) 0.971 0.000 Valid
Motivasi Relationship with peers 0.907 0.000 Valid
(hubungan dengan rekan kerja) 0.000 Valid
Work security (keamanan kerja) 0.826 0,000 Valid
Relationship with supervisor 0.958 0.000 Valid
(Hubungan dengan atasan) 0.000 Valid
Gaji 0.819 0.000 Valid
Kepuasan Intrinsik 0.957 0.000 Valid
Kepuasan Kepuasan ekstrinsik 0.958 0.000 Valid
Kerja Pengakuan 0.957 0.000 Valid
Otoritas/utilitas social 0.948 0.000 Valid
Sumber : data diolah

Berdasarkan Tabel 1.1 di atas,


dapat diketahui bahwa instrumen
penelitian yang digunakan memiliki Tabel 1.2 Uji Reliabilitas
skor product moment lebih dari 0.3 Alpha
dengan taraf signifikansi kurang dari Variabel Cronbach Keterangan
5 persen sehingga semua butir dalam Motivasi 0.968 Reliabel
instrument dikatakan valid. Kepuasan
Kerja 0.968 Reliabel
Pengujian realibilitas bertujuan
Kinerja 0.862 Reliabel
untuk mengetahui keandalan alat Sumber : data diolah
ukur atau dengan kata lain alat ukur Berdasarkan Tabel 1.2, dapat
tersebut konsisten jika digunakan diketahui bahwa Alpha Cronbach
untuk mengukur objek yang sama seluruh instrument lebih besar
lebih dari dua kali. Instrument yang daripada 0.6. Hal ini menunjukkan
reliabel adalah instrument yang bahwa pengukuran tersebut dapat
digunakan beberapa kali untuk memberikan hasil yang konsisten
mengukur objek yang sama akan apabila dilakukan pengukuran
menghasilkan data yang sama kembali terhadap subyek yang sama.
Sugiyono (2007). Dengan kata lain,
pengukuran yang memiliki Metode Analisis Data
reliabilitas tinggi, adalah yang Diagram Alur Analisis PLS
mampu memberikan hasil ukur yang Untuk menguji hipotesis dan
terpercaya. Untuk menguji tingkat menghasilkan suatu model yang
reliabilitas, biasanya digunakan layak (fit), penelitian ini
sebuah variabelsi yang handal atau menggunakan Structural Equation
variabel hadir jika memberikan nilai Modeling (SEM) dengan pendekatan
Cronbach Alpha lebih besar 0.60 variance based atau component
(Iskandar dan Rafiki,2014). Semakin based dengan Partial Least Square
dekat Croanbach’s Alpha pada nilai (PLS). Bilamana model struktural
1.0, maka semakin baik reliabilitas yang akan dianalisis memenuhi
alat ukur tersebut. Hasil uji model rekursif dan variable laten
reliabilitas dapat dilihat pada Tabel memiliki indikator yang bersifat
1.2. formatif, refleksif atau campuran,
maka pendekatan yang paling tepat
digunakan adalah PLS.
1. Pengembangan model
berbasis teori atau inner
model
Di dalam PLS model struktural Pengembangan model
hubungan antar variabel laten berbasis konsep dan teori
disebut dengan inner model, dalam rangka menganalisis
sedangkan model pengukuran hubungan antara variabel
(bersifat refleksif atau formatif) eksogen dan endogen telah
disebut outer model. Disisi lain, di dijabarkan dalam kerangka
dalam SEM tidak dibedakan dengan konseptual.
tegas antar keduanya, namun 2. Pengembangan diagram alur
demikian terdapat istilah overall (Path Diagram)
model untuk model keseluruhan, Model teoritis yang telah
yaitu gabungan antara model dibangun dalam kerangka
struktural hubungan antar variabel konseptual kemudian
laten dan model pengukuran dengan digambar dalam sebuah
CFA (confirmatory factor analisys). diagram alur yang berfungsi
Langkah-langkah dalam analisis PLS untuk menunjukkan
adalah sebagai berikut: hubungan antara variabel
eksogen dan endogen.

Gambar 1.1 Diagram alur analisis PLS

X1. X1. X1. X1. X1. X1. X1. X1. X1.


1 2 3 4 5 6 7 8 9

H1
Motivasi Y1.
1
X1
Kinerja
Y1.
H Y1 2
2
X2. Y1.
1 3
Kepuasan H
X2. 3
2
Kerja
X2
X2.
3
X2.
4
Evaluasi Goodness of Fit Model 1. Menilai Outer Model atau
PLS Measurement Model
Pada tahap ini akan dilakukan Terdapat tiga kriteria di dalam
pengujian terhadap kesesuaian penggunaan teknik analisa data
model melalui berbagai kriteria dengan SmartPLS untuk menilai
goodness-of-fit. Partial Least Square outer model yaitu Convergent
(PLS) tidak mengasumsikan adanya Validity, Discriminant Validity, dan
distribusi tertentu untuk estimasi Composite Reliability.
parameter sehingga teknik
parametrik untuk menguji a. Convergent validity
signifikansi parameter tidak Convergent Validity dari
diperlukan. Model struktural atau model pengukuran dengan refleksif
inner model dievaluasi dengan indikator dinilai berdasarkan
melihat persentase varian yang korelasi antara item score atau
dijelaskan yaitu dengan melihat R2 component score yang diestimasi
(R-square) variabel eksogen untuk dengan Soflware PLS. Ukuran
variabel laten dependen dengan refleksif individual dikatakan tinggi
menggunakan ukuran Stone-Geisser jika berkorelasi lebih dari 0.70
Q Square test dan melihat besarnya dengan variabel yang diukur.
koefisien jalur strukturalnya. Namun menurut Chin (1998) dalam
Stabilitas dari estimasi ini dievaluasi Ghozali (2008) untuk penelitian
dengan menggunakan uji t-statistik tahap awal skala pengukuran nilai
yang didapat lewat prosedur loading 0.5 sampai 0.6 dianggap
bootstrapping. cukup memadai. Dalam penelitian
Evaluasi Fit Model ini akan digunakan batas loading
Teknik pengolahan data dengan factor sebesar 0.5. Hasil pengolahan
menggunakan metode SEM berbasis dengan menggunakan PLS dapat
PLS memerlukan 2 tahapan dalam dilihat pada Tabel 1.3. Nilai outer
menilai Fit Model dari sebuah model atau korelasi antara variabel
model penelitian Ghozali (2008). dengan variabel telah memenuhi
Tahap-tahap tersebut adalah sebagai convergent validity karena seluruh
berikut : memiliki nilai loading factor di atas
0.50.

Tabel 1.3 Outer Loadings (Measurement Model)


Variabel Indikator Outer
Loading
Motivasi Achievement (Prestasi kerja) 0.862
Advancement (pengembangan diri) 0.869
Work it self (pekerjaan itu sendiri) 0.953
Recognition (pengakuan) 0.914
Company policy (kebijakan perusahaan) 0.963
Relationship with peers (hubungan dengan rekan 0.896
kerja)
Work security (keamanan kerja) 0.808
Motivasi Relationship with supervisor (Hubungan dengan 0.945
atasan)
Gaji 0.824
Kepuasan Intrinsik 0.954
Kepuasan Ekstrinsik 0.961
Pengakuan 0.956
Kepuasan Kerja Otoritas/utilitas sosial 0.951
Tabungan 0.937
Deposito 0.872
Kinerja Kredit 0.839
Sumber : data diolah

Berdasarkan Tabel 1.3 diatas 1) Discriminant Validity


menunjukan bahwa indikator Discriminant validity
achievement (prestasi kerja), dilakukan untuk memastikan bahwa
advancement (pengembangan diri), setiap konsep dari masing-masing
Work it self (pekerjaan itu sendiri), variabel laten berbeda dengan
recognition (pengakuan), company variabel lainnya. Model dikatakan
policy (kebijakan perusahaan), mempunyai discriminant validity
relationship with peers (hubungan yang baik jika setiap nilai loading
dengan rekan kerja, work security indikator dari sebuah variabel laten
(keamanan kerja), relationship with memiliki nilai loading yang lebih
supervisor (Hubungan dengan besar dibanding nilai loading jika
atasan), gaji memiliki nilai Outer dikorelasikan dengan variabel laten
Loadings lebih besar dari 0,5. lainnya. Hasil pengujian
Indiktor company policy (kebijakan discriminant validity pada tabel 1.4
perusahaan) merupakan ukuran
terkuat dari variabel motivasi karena
memiliki nilai outer loading paling
besar (0.963). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa ke sembilan
indikator motivasi merupakan
indikator yang valid sebagai
pengukur variabel kinerja. Variabel
kepuasan kerja membuktikan bahwa
kepuasan intrinsik, kepuasan
ekstrinsik, pengakuan, dan
otoritas/utilitas sosial memiliki outer
loading lebih besar dari 0.5. Indiktor
kepuasan ekstrinsik merupakan
ukuran terkuat dari variabel
kepuasan kerja karena memiliki nilai
outer loading paling besar (0.961).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
ke empat indikator kepuasan kerja
merupakan indikator yang valid
sebagai pengukur variabel kinerja.
Dengan memperhatikan nilai rata-
rata pada variabel kinerja yang
memiliki nilai outer loading lebih
besar dari 0.5. hasil ini menujukan
bahwa tabungan, deposito, dan
kredit merupakan indikator terkuat
dalam merespon kinerja karyawan.
Tabel 1.4 Discriminant Validity
AE Korelasi
AVE Akar Kepuasan (X2) Kinerja (Y) Motivasi (X)
AVE
Kepuasan 0.913 0.956 1
(X2)
Kinerja (Y) 0.781 0.884 0.405 1
Motivasi 0.799 0.894 0.537 0.391 1
(X1)
Sumber : data diolah
Dari Tabel 1.4 dapat jelaskan Kriteria validity dan
bahwa dari hasil ketiga variabel reliabilitas juga dapat dilihat dari
memiliki nilai AVE diatas 0.50 dan nilai reliabilitas suatu variabel dan
semua variabel memiliki nilai akar nilai Average Variance Extracted
AVE lebih tinggi dari koefisien (AVE) dari masing-masing variabel.
korelasi antar satu variabel dengan Variabel dikatakan memiliki
variabel lainnya sehingga dapat reliabilitas yang tinggi jika nilai
dikatakan data memiliki composite reliablity diatas 0.70 dan
discriminant validity yang baik. AVE berada diatas 0.50. Pada Tabel
1.5 akan disajikan nilai Composite
b. Composite Reliability Reliability.

Tabel 1.5 Composite Reliability


Variabel Composite Reliability
Motivasi 0.973
Kepuasan Kerja 0.977
Kinerja 0.914
Sumber : data diolah

Tabel 1.5 valid dan reliable.


menginformasikan bahwa seluruh
variabel memenuhi composite Pengujian Model Struktural
reliability karena nilainya diatas (Inner Model)
angka yang direkomendasikan, yaitu Pengujian inner model
diatas 0.7 yang sudah memenuhi atau model struktural dilakukan
kreteria realibel. untuk melihat hubungan antara
Berdasarkan dari hasil variabel, nilai signifikansi dan R-
evaluasi secara keseluruhan, baik square dari model penelitian.
convergent. discriminant validity, Model struktural dievaluasi dengan
composite reliability, yang telah menggunakan R-square untuk
dipaparkan diatas, maka dapat variabel dependen uji t serta
disimpulkan bahwa indicator- signifikansi dari koefisien parameter
indikator sebagai pengukur variabel jalur struktural.
laten merupakan pengukur yang
Gambar 2.2 Model Struktural Hasil

Dari gambar 1.2 dapat kepuasan kerja dan satu variabel


dijelaskan bahwa covariance endogen yaitu kinerja.
pengukuran indicator dipengaruhi Penilaian model dengan PLS dimulai
oleh konstruk laten atau dengan melihat R-square untuk
mencerminkan variasi dari konstruk setiap variabel laten dependen.
unidimensional yang digambarkan
Perubahan nilai R-square dapat
dengan bentuk elips dengan
beberapa anak panah dari konstruk digunakan untuk menilai pengaruh
ke indikator. Model ini variabel laten eksogen tertentu
menghipotesiskan bahwa perubahan terhadap variabel laten endogen
pada konstruk laten mempengaruhi yang mempunyai pengaruh
perubahan pada indikator. Dalam substantif. Tabel 1.6 memperlihatkan
model tersebut terdapat dua variabel hasil estimasi R-square dengan
eksogen yaitu motivasi dan
menggunakan SmartPLS.
Tabel 1.6 Nilai R Square
Variabel R Square
Motivasi (X1)
Kepuasan (X2) 0.289
Kinerja (Y) 0.206
Sumber : data diolah
Tabel 1.6 menunjukkan nilai R- Untuk variabel kepuasan kerja
square variabel kepuasan kerja memiliki nilai R square sebesar
0.289 dan kinerja 0.206. Semakin 0.289 yang berarti 28.9% variance
tinggi nilai R-square, maka semakin motivasi mampu dijelaskan oleh
besar kemampuan variabel eksogen variabel kepuasan kerja sedangkan
tersebut dapat dijelaskan oleh sisanya dijelaskan oleh variabel lain
variabel endogen sehingga semakin di luar model penelitian.
baik persaman struktural.
Variabel kinerja memiliki nilai R- setara dengan koefisien determinasi
square 0.206 berarti 20.6% variance total pada analisis jalur (path
motivasi mampu dijelaskan oleh analysis).
variabel kinerja sedangkan sisanya
Perhitungan goodness of fit
dijelaskan oleh variabel lain di luar
model adalah sebagai berikut :
model penelitian. Selain dengan Q2 =1 - (1 – Rx22 ) (1 – Ry2 )
menggunakan R-square, goodness of =1 - ( 1 – 0.289) ( 1 – 0.206)
fit model juga diukur dengan = 1 – (0.72) (0.80)
menggunakan Q-Square predictive = 1 - 0.58
relevance untuk model struktural, = 0.42
mengukur seberapa baik nilai Berdasarkan perhitungan diatas,
42 persen menghubungkan variabel
observasi dihasilkan oleh model dan kinerja yang dijelaskan oleh variabel
juga estimasi parameternya. Nilai Q- motivasi dan kepuasan kerja,
square > 0 menunjukkan model sedangkan sisanya 58 persen
memiliki predictive relevance; dijelaskan oleh variabel yang tidak
sebaliknya jika nilai Q-Square ≤ 0 masuk ke dalam model.
menunjukkan model kurang
memiliki predictive relevance. Pengujian Hipotesis
Perhitungan Q-Square dilakukan Signifikansi parameter yang
dengan rumus: diestimasi memberikan informasi
yang sangat berguna mengenai
Q2 = 1 – {(1 – Rx12) (1 – R22)}, hubungan antara variabel-variabel
dimana Rx12, R22 adalah R- Square penelitian. Dasar yang digunakan
variabel endogen. dalam menguji hipotesis adalah nilai
Besaran Q2 memiliki nilai dengan yang terdapat pada output result for
rentang 0 < Q2 < 1, dimana inner weight. Tabel 1.7 memberikan
semakin mendekati 1 berarti model output estimasi untuk pengujian
model struktural.
semakin baik. Besaran Q2 ini

Tabel 1.7 Result For Inner Weights


Variabel Original Sample Standard T Kesimpulan
Sample (O) Mean Deviation
(M)
Deviation Statistics
(STDEV)
Motivasi 0.391 0.388 0.102 1.994 Diterima
(X1) ->
Kinerja (Y)
Motivasi 0.537 0.546 0.095 5.683 Diterima
(X1) ->
Kepuasan
(X2)
Kepuasan 0.274 0.281 0.121 2.268 Diterima
(X2) ->
Kinerja (Y)
Sumber : data diolah
Pengujian Hipotesis 1 : Pengaruh Pembahasan
motivasi terhadap kinerja Berdasarkan hasil analisis PLS,
Hipotesis 1 menyatakan bahwa maka pada bagian ini akan dibahas
motivasi berpengaruh positif dan hasil perhitungan yang telah
signifikan terhadap kinerja. Hasil uji dilakukan. Penelitian ini bertujuan
terhadap koefisien parameter antara untuk mengetahui pengaruh motivasi
motivasi terhadap kinerja dan kepuasan kerja terhadap kinerja
menunjukkan adanya hubungan yang karyawan koperasi di Kecamatan
positif dengan nilai koefisien sebesar Sumbersari Jember. Pengujian
0.391 dengan nilai t-statistik sebesar ditunjukan melalui hipotesis yang
1.994 dan signifikan pada α = 0.05. ada sehingga dapat mengetahui
Nilai t-statistik tersebut berada diatas bagaimana pengaruh masing-masing
nilai kritis 1.96, dengan demikian H0 variabel terhadap variabel yang
diterima. lainnya.

Pengujian Hipotesis 2 : Pengaruh Pengaruh Motivasi terhadap


motivasi terhadap kepuasan kerja Kinerja
Hipotesis 2 menyatakan bahwa Hasil analisis data menunjukan
motivasi berpengaruh positif dan bahwa motivasi terdapat pengaruh
signifikan terhadap kepuasan kerja. positif dan signifikan terhadap
Hasil uji terhadap koefisien kinerja karyawan koperasi. Ini
parameter antara motivasi terhadap artinya motivasi yang diukur melalui
kepuasan Kerja menunjukkan sembilan indikator yaitu:
adanya hubungan yang positif achievement (prestasi kerja),
dengan nilai koefisien sebesar 0.537 advancement (pengembangan diri),
dengan nilai t-statistik sebesar 5.683 work it self (pekerjaan itu sendiri) ,
dan signifikan pada α = 0.05. Nilai t- recognition (pengakuan), company
statistik tersebut berada pada diatas policy (kebijakan perusahaan),
nilai kritis 1.96, dengan demikian H0 relationship with peers (hubungan
diterima. dengan rekan kerja), work security
(keamanan kerja), relationship with
Pengujian Hipotesis 3 : Pengaruh supervisor (hubungan dengan
kepuasan kerja terhadap kinerja atasan) dan gaji berpengaruh positif
Hipotesis 3 menyatakan bahwa dan signifikan terhadap kinerja
kepuasan kerja berpengaruh positif karyawan koperasi. Hal ini
dan signifikan terhadap kinerja. memberikan petunjuk bahwa
Hasil uji terhadap koefisien hipotesis diterima. Cara motivasi
parameter antara kepuasan kerja yang diterapkan oleh manajemen
terhadap Kinerja menunjukkan koperasi dilihat dari manfaat
adanya hubungan yang positif langsung yang dirasakan oleh
dengan nilai koefisien sebesar 0.274 karyawan berdampak positif dan
dengan nilai t-statistik sebesar 2.268 signifikan terhadap kinerja, semakin
dan signifikan pada α = 0.05. Nilai t- baik motivasi yang dilakukan oleh
statistik tersebut berada diatas nilai manajemen terhadap karyawan maka
kritis 1.96, dengan demikian H0 semakin baik
diterima. kinerja yang dihasilkan karyawan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan antara lain
Shanthakumary (2012), Dieleman
(2003), Chaudhary et al. (2012),
Muogbo (2013), Gagne et al. (2008), penelitian yang dilakukan oleh Teck
Maharjan (2012), Susanty dan Hong dan Waheed (2011 ), Tang et
Baskoro (2012), Munizu (2010), al. (2004), Winer dan Schiff (1980),
Khan et al.,(2013), Peter dan Bram., Ncube dan Samuel (2014) Dawson
(2009), Gunggor.,(2011) (2005), Collie et al. (2012),
membuktikan bahwa motivasi Maharjan (2012) Mazlomi et al.
berpengaruh positif dan signifikan (2014), Sultan (2012). Berdasarkan
terhadap kinerja karyawan. penelitian ini dapat dijelaskan bahwa
Berdasarkan penelitian ini dapat motivasi kerja memang sangat
dijelaskan bahwa motivasi kerja diperlukan oleh seorang karyawan
memang sangat diperlukan oleh untuk dapat mencapai suatu
seorang karyawan untuk mencapai kepuasan kerja yang tinggi meskipun
output kinerja yang tinggi dan menurut sifatnya kepuasan kerja itu
mencapai salah satu predikat yang sendiri sangat relatif atau berbeda
telah ditentukan oleh instasi untuk antara satu orang dengan orang
koperasi yaitu predikat sehat. lainnya.

Pengaruh Motivasi terhadap Pengaruh Kepuasan Kerja


Kepuasan Kerja terhadap Kinerja
Hasil analisis data menunjukan Hasil analisis data menunjukan
bahwa motivasi berpengaruh positif bahwa kepuasan kerja yang diukur
dan signifikan terhadap kepuasan melalui empat indikator kepuasan
kerja. Ini artinya motivasi dengan intrinsik, kepuasan ekstrinsik,
teori dua factor (Herzberg) yaitu pengakuan dan otoritas/utilitas
motivator dan factor hyegien yang sosial berpengaruh positif dan
diukur melalui Sembilan indikator signifikan terhadap kinerja. Hal ini
yaitu achievement (prestasi kerja), mengandung arti bahwa semakin
advancement (pengembangan diri), meningkat kepusan kerja seorang
work it self (pekerjaan itu sendiri), karyawan maka semakin meningkat
recognition (pengakuan), company pula kinerja seorang karyawan.
policy (kebijakan perusahaan), Penelitian ini sejalan dengan
relationship with peers (hubungan penelitian yang telah dilakukan oleh
dengan rekan kerja), work security beberapa peneliti sebelumnya
(keamanan kerja), relationship with diantaranya : Helena dan Proenca
supervisor (hubungan dengan (2012), Almigo (2004), Cecilia
atasan) dan gaji berpengaruh positif (2008) Anthony et al. (2006), Grant
dan signifikan terhadap kepuasan (2001) dalam Halena (2012) Wood
kerja. Hal ini memberikan petunjuk et al. (2012) Bull (2005), Tadisina et
bahwa hipotesis diterima. Cara al. ( 2001), Tang et al. (2014),
motivasi yang diterapkan oleh Callaghan dan Coldwel (2014),
manajemen koperasi dilihat dari Pushpakumari (2008) yang
manfaat langsung yang dirasakan menyatakan bahwa kepuasan kerja
oleh karyawan berdampak positif berpengaruh positif terhadap kinerja
dan signifikan terhadap kepuasan karyawan. Berdasarkan penelitian ini
kerja. Hal ini mengandung arti dapat dijelaskan bahwa kepuasan
bahwa semakin baik dan meningkat kerja memang sangat diperlukan
motivasi yang diberikan pada kepada oleh seorang karyawan dalam
karyawan maka kepuasan kerja meningkatkan kinerja masing-
karyawan akan meningkat. masing individu meskipun menurut
Penelitian ini sejalan dengan sifatnya kepuasan kerja itu sendiri
sangat relative atau berbeda antara kepastian kepada karyawan sebagai
satu orang dengan orang lainnya. karyawan tetap koperasi, adanya
aturan tugas pokok karyawan dan
Kesimpulan dan Saran tidak ada mutasi wilayah kerja.
Kesimpulan Dimana manajemen koperasi harus
Berdasarkan hasil analisis yang memanfaatkan keterampilan
telah dilakukan, maka dapat ditarik karyawan dan kompetensi mereka
kesimpulan sebagai berikut; (a)
secara maksimal melalui penerapan
Motivasi berpengaruh positif dan
teori motivasi Herzberg di koperasi,
signifikan terhadap kinerja. Hal ini
diharapkan dapat meningkatkan
menunjukan bahwa semakin baik
kepuasan kerja dan kinerja karyawan
dan meningkat motivasi yang
koperasi. (c) Untuk penelitian
diberikan oleh manajemen terhadap
selanjutnya agar mengembangkan
karyawan, maka kinerja karyawan
serta lebih banyakmenggunakan
akan semakin meningkat dan
variabel dan melibatkan banyak
mencapai salah satu predikat yang
responden dalam melakukan
telah ditentukan oleh instasi yaitu
penelitian sehingga dapat
predikat sehat; (b) Motivasi
menghasilkan hasil yang lebih baik.
berpengaruh positif dan signifikan
Karena dalam teori motivasi
terhadap kepuasan kerja. Hal ini
(Herzberg) telah diperhitungkan
menunjukkan bahwa semakin
bahwa tidak semua teori motivasi
meningkat motivasi yang diberikan
dapat diterapkan di dalam koperasi,
oleh manajemen koperasi kepada
perusahaan dan institusi terhadap
karyawan, maka kepuasan kerja
karyawan, karena masing-masing
karyawan akan semakin meningkat;
karyawan koperasi, perusahaan dan
(c) Kepuasan kerja berpengarurh
institusi memiliki kebutuhan, dan
positif dan signifikan terhadap
kepentingan yang berbeda sehingga
kinerja. Hal ini menunjukan bahwa
teori Herzberg dipandang perlu
semakin tinggi dan meningkat
untuk dipertimbangkan didalam
kepuasan karyawan, maka kinerja
mengukur kepuasan dan kinerja
karyawan akan semakin meningkat
karyawan koperasi maupun
dalam menghasilkan output kinerja .
perusahaan dan instasi.
Saran
Berdasarkan pembahasan dan
Daftar Pustaka
simpulan yang telah dikemukakan Anthony, Scott, Gravelle Hugh,
sebelumnya, maka saran dari Steven Simoens,Chris Bojke
penelitian ini adalah : (a) Untuk and Bonnie Sibbald. 2006. Job
mempertahankan kepuasan kerja dan Satisfaction and Quitting
kinerja, manajemen koperasi Intentions: A Structural Model
hendaknya mempertahankan of BritishGeneral Practitioners.
beberapa faktor seperti prestasi British Journal of Industrial
kerja, pengakuan terhadap kinerja Relations. Vol. 44, No. 3,
karyawan, hubungan kondusif antara 09.2006, p. 519-540
karyawan dengan rekan kerja dan
atasan, dan kebijakan yang Bakhshi, A. Kumar K., Rani E.,
diterapkan oleh manajemen koperasi. 2009. Organizational Justice
(b) Untuk meningkatkan kepuasan
Perceptions As Predictor Of Job
kerja dan kinerja karyawan Satisfaction And Organization
manajemen hendaknya Commitment. International
meningkatkan keamanan kerja Journal Of Business And
karyawan dengan memberikan
Management, Vol. 4, No 9, pp. Herzberg, F. (1966). Work and the
145-154 nature of man. Cleveland, OH:
World Publishing Company
Brahmasari Ida Ayu, Agus Keputusan Menteri Negara Koperasi
Suprayetno. 2008. Pengaruh dan Usaha Kecil dan Menengah
Motivasi Kerja, Kepemimpinan Republik Indonesia, Nomor
dan Budaya Organisasi :96/Kep/M.KUKM/IX/2004,
Terhadap Kepuasan Kerja Tentang Pedoman Standar
Karyawan serta Dampaknya manajemen Koperasi Simpan
pada Kinerja Perusahaan(Studi pinjam dan Unit Simpan Pinjam
kasus pada PT. Pei Hai koperasi Keputusan Menteri
International Wiratama Koperasi Dan Pimbinaan
Indonesia) Pasca Sarjana Pengusaha Kecil Republik
Universitas 17 Agustus Indonesia ,Nomor :
Surabaya Jurnal Manajemen 226/Kep/M/V/1996,Tentang
Dan Kewirausahaan, Vol 10, petujuk pelaksanaan Kegiatan
No 2, SEPTEMBER 2008: Usaha Simpan pinjam oleh
hal.124-135 Koperasi
Klassen, R. M., Usher, E. L., &
Dinas Koperasi Jember 2016. Bong, M. (2010). Teachers'
Pengelola Bersertifikasi collective efficacy, job
Wujudkan Koperasi satisfaction, and job stress in
Mandiri.http://koperasi.jemberk cross-cultural context. The
ota.go.id/index.php/8508/Pengel Journal of Experimental
ola-Bersertifikasi-Wujudkan Education, 78, pp.464–486.
Koperasi-Mandiri (diakses 20 Maharjan, Sarita. 2012.Association
Agustus 2017) between Work Motivation and
Job Satisfaction of College
Dirianzani Leindra , Sugiono, Dewi Teachers Administrative and
Hardiningtyas. 2014. Analisis Management Review Vol. 24,
Pengaruh Motivasi Intrinsik dan No 2, pp..45-55.
Ekstrinsik Terhadap Kinerja Peraturan Pemerintah Republik
Karyawan Borongan dengan Indonesia Nomor 9 tahun 1995
Komitmen Organisasi Sebagai Tentang Pelaksanaan Kegiatan
Mediasi. Studi kasus: Usaha Simpan Pinjam Oleh
Perusahaan Rokok Adi Koperasi.
Peraturan Menteri Negara Koperasi
Gary, Dessler. 2010. Manjemen dan Usaha Kecil dan Menengah
Sumber Daya Manusia. edisi ke- Nomor :
10 jilid 1. Jakarta Barat. PT 19/Per/M.KUKM/XI/2008,Tent
Indeks ang Pedoman Penilaian
Kegiatan Usaha Simpan Pinjam
Ghozali, I., 2008. Structural oleh Koperasi.
Equation Modeling : Metode Peraturan Menteri Negara Koperasi
Alternatif Dengan Partial Least Dan Usaha Kecil Dan
Square. Badan Penerbit Menengah Republik Indonesia,
Universitas Diponegoro, Nomor :
Semarang 20/Pem/M.KUKM/XI/2008,Ten
tang Pedoman Penilaian
Kesehatan Koperasi Simpan
Pinjam dan Unit Simpan Pinjam
Koperasi.
Robbins, Judge. 2007. Perilaku
Organisasi, Buku 1 dan 2.
Jakarta : Salemba Empat

Robbins, Stephen P.-Timothy A.


Judge. 2008. Perilaku
Organisasi. Edisi 2- Buku 1.
Jakarta. Salemba Empat.

Robert L. Mathis dan Jhon H.


Jakson. 2001. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Buku 1.
Jakarta.Salemba Empat,.

Sugiyono 2007. Metode Penelitian


Bisnis. Cetakan Kesebelas.
Bandung. Alfabeta.
Sugiyono 2012. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan
RdanD. Cetakan Ke- 17.
Bandung. Alfabeta.

Teck Hong, Tan, Amna Waheed.


2011. Herzberg's Motivation-
Hygiene Theory And Job
Satisfaction In The Malaysian
Retail Sector: The Mediating
Effect of Love of Money.
Sunway University, School of
Business.5, Jalan Universiti,
Bandar Sunway 46150 Petaling
Jaya. Selangor, Malaysia.
Asian Academy of Management
Journal, Vol. 16, No 1, pp. 73 –
94

Undang-undang Republik Indonesia


Nomor 25 Tahun 1992 Tentang
Perkoperasian

You might also like