You are on page 1of 6

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi

Vol. 1, No.1, Oktober 2012 7

PENGARUH PERSEPSI GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP


KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN BLITZMEGAPLEX TERAS
KOTA

Astried Fitri Karnita

Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta


Jakarta

E-mail: astriedfk@yahoo.com

Abstract

The research was aimed to determine influence of perception of leadership styles toward job satisfaction
among the employee in Blitzmegaplex Teras Kota. Dimensions of leadership styles in this research are
participative, caregiver, authoritarian, bureaucratic, and task-oriented leadership styles. Dimensions of job
satisfaction are hygiene factors and motivators. Methods of data collection in this research used leadership
styles and job satisfaction scales. Sampling technique was purposive sampling to obtained a sample of 30
people. Analysis of the data used is regression analysis. The result of this research explain that there is a
significant influence of perception of leadership styles toward job satisfaction among the employee in
Blitzmegaplex Teras Kota, with a correlation coefficient (r xy) is 0,523 and R Square (R2) is 0,273. The
magnitude show that the variable of job satisfaction accounted for by variable leadership styles as much as
27%. This means that as much as 27% of the leadership style variables influence to job satisfaction, and vice
versa. This can be used as guidelines for companies to improve the style of leadership in order to increase
employee job satisfaction, and maintain company productivity. From this result, it is suggested that other
variables which have not been revealed such as the fulfillment of expectations of salary, interpersonal
relations, work environment and physical condition, can be further studies.

Keywords: Perception of Leadership Style, Job Satisfaction

1. Pendahuluan baik dilihat dari kemampuan intelektualnya maupun


Setiap manusia yang tumbuh dan berkembang keterampilan teknis yang dimilikinya (Koesmono,
akan mengalami suatu masa untuk berkecimpung di 2005).
dalam dunia pekerjaan. Dunia kerja merupakan Ada berbagai tuntutan yang harus dijalani
sebuah wadah yang menampung sumber daya ketika seseorang memutuskan untuk berkarier di
manusia yang memiliki kemampuan, dalam hal ini dunia kerja. Hal ini dikarenakan dalam dunia kerja
pendidikan dan keterampilan. menuntut interaksi dengan rekan sekerja dan atasan,
Salah satu masalah nasional yang dihadapi oleh mengikuti aturan dan kebijakan organisasi,
bangsa Indonesia saat ini adalah penanganan memenuhi standar kinerja, hidup pada kondisi yang
terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia. sering kurang dari ideal, dan hal serupa lainnya.
Jumlah sumber daya manusia yang besar apabila Setiap individu memiliki tantangan untuk mampu
digunakan secara efektif dan efisien, hal ini akan meningkatkan kualitas diri sehingga mampu
bermanfaat untuk menunjang kemajuan bersaing di dalam dunia kerja. Hal ini berkaitan
pembangunan nasional yang berkelanjutan. dengan kemampuan seseorang untuk dapat bertahan
Melimpahnya sumber daya manusia yang ada saat dalam posisinya di tengah persaingan yang ada.
ini mengharuskan untuk berpikir bagaimana dapat Seseorang yang mampu bertahan dalam posisi
memanfaatkannya secara optimal. Agar di dalam kerja dapat dipengaruhi oleh banyak hal, salah
masyarakat memiliki sumber daya manusia yang satunya adalah kepuasan kerja. Kepuasan kerja
handal, maka diperlukan pendidikan yang merupakan penilaian dari pekerja yaitu seberapa
berkualitas, penyediaan berbagai fasilitas sosial, jauh pekerjaannya secara keseluruhan memuaskan
dan lapangan pekerjaan yang memadai. Saat ini
kemampuan sumber daya manusia masih rendah mengartikan kepuasan kerja adalah cara karyawan
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi
Vol. 1, No.1, Oktober 2012 8

merasakan dirinya atau pekerjaannya. Dapat Karyawan dan perusahaan merupakan dua hal
disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah perasaan yang tidak dapat dipisahkan. Karyawan memegang
yang menyokong atau tidak menyokong dalam diri peran utama dalam menjalankan roda kehidupan
karyawan yang berhubungan dengan pekerjaan perusahaan. Biasanya karyawan yang puas dengan
maupun kondisi dirinya. Perasaan yang apa yang diperolehnya dari perusahaan akan
berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek- memberikan lebih dari apa yang diharapkan dan
aspek seperti upaya, kesempatan pengembangan karyawan tersebut akan terus berusaha
karier, hubungan dengan karyawan lain, memperbaiki kinerjanya. Sebaliknya karyawan
penempatan kerja, dan struktur organisasi. yang kepuasan kerjanya rendah, cenderung melihat
Sementara itu, perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan sebagai hal yang menjemukan dan
dengan dirinya antara lain berupa umur, kondisi membosankan, sehingga karyawan bekerja dengan
kesehatan, kemampuan, dan pendidikan. terpaksa dan asal-asalan. Oleh karena itu
Dalam suatu organisasi atau perusahaan, merupakan keharusan bagi perusahaan untuk
kepuasan kerja harus mendapat perhatian yang mengenali faktor-faktor apa saja yang membuat
cukup besar karena dengan adanya kepuasan kerja, karyawan puas bekerja di perusahaan. Dengan
maka seseorang akan lebih bersemangat dalam terciptanya kepuasan kerja karyawan, produktivitas
bekerja sehingga dapat menunjang pencapaian individu dan perusahaan akan meningkat.
tujuan organisasi atau perusahaan. Kepuasan kerja Banyak perusahaan berkeyakinan bahwa
berhubungan erat dengan sikap dari karyawan pendapatan, gaji, atau salary merupakan faktor
terhadap pekerjaannya sendiri, situasi kerja, utama yang mempengaruhi kepuasan karyawan.
kerjasama antara pemimpin dengan sesama Sehingga ketika perusahaan mereka sudah
karyawan. Pada dasarnya kepuasan kerja memberikan gaji yang cukup, merasa bahwa
merupakan sesuatu yang bersifat individual, artinya karyawannya sudah puas. Sebenarnya kepuasan
setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang kerja karyawan tidak mutlak dipengaruhi oleh gaji
berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai-nilai yang semata. Banyak faktor yang mempengaruhi
berlaku pada dirinya. Hal ini disebabkan karena kepuasan kerja karyawan, diantaranya adalah
adanya perbedaan pada masing-masing individu. kesesuaian pekerjaan, kebijakan organisasi
Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang termasuk kesempatan untuk berkembang,
sesuai dengan keinginan individu tersebut, maka lingkungan kerja dan perilaku atasan dalam hal ini
semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan, yaitu faktor kepemimpinan memegang peran yang
dan juga sebaliknya. Dalam teori Maslow, cukup dominan di dalam meningkatkan kepuasan
kepuasan kerja menempati peringkat yang tinggi kerja dari karyawan.
sebab berkaitan dengan tujuan manusia untuk Keberadaan seorang pemimpin di dalam
merealisasikan dan mengaktualisasikan potensi organisasi sangat dibutuhkan untuk membawa
dirinya dalam pekerjaan. organisasi kepada tujuan yang telah ditetapkan.
Setiap organisasi atau perusahaan akan Pengaruh kepemimpinan terhadap kepuasan kerja
berupaya dan berorientasi pada tujuan jangka karyawan sangatlah penting karena faktor
panjang yaitu berkembangnya organisasi atau kepemimpinan akan mempengaruhi efektivitas dari
perusahaan yang diindikasikan dengan karyawan. Kepemimpinan seseorang tentunya akan
meningkatnya pendapatan, sejalan pula dengan diarahkan untuk kepentingan anggota dalam suatu
meningkatnya kesejahteraan para karyawannya. organisasi. Artinya bahwa kepemimpinan terjadi
Namun dalam prakteknya untuk mencapai tujuan pada saat seseorang menggunakan pengaruhnya
tersebut organisasi atau perusahaan sering kepada orang lain terhadap pencapaian tujuan
menghadapi kendala. Salah satu faktornya adalah dalam organisasi.
ketidakpuasan kerja dari para karyawannya. Pemimpin yang baik berarti mau menghargai
Sebagai akibatnya dapat berpengaruh kepada pekerjaan bawahannya. Aspek atasan (supervision)
kinerja karyawan maupun kinerja organisasi atau atau pemimpin dapat berkaitan dengan gaya
perusahaan secara keseluruhan. kepemimpinan yang diterapkan atasan tersebut
Kepuasan kerja merupakan dampak atau hasil dalam berinteraksi dengan bawahannya. Gaya
dari keefektifan performance dan kesuksesan dalam kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan
bekerja. Kepuasan kerja yang rendah pada oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi
organisasi adalah rangkaian dari menurunnya perilaku orang lain (bawahan). Gaya kepemimpinan
pelaksanaan tugas, meningkatnya absensi, dan merupakan norma perilaku yang dipergunakan oleh
penurunan moral organisasi (Yukl, 1989). seseorang pada saat orang tersebut mencoba
Sedangkan pada tingkat individu, ketidakpuasan mempengaruhi perilaku orang lain. Masing-masing
kerja berkaitan dengan keinginan yang besar untuk gaya kepemimpinan memiliki keunggulan dan
keluar dari kerja, meningkatnya stress kerja, dan kelemahan. Seorang pemimpin akan menggunakan
munculnya berbagai masalah psikologis dan fisik. gaya kepemimpinan sesuai kemampuan dan
kepribadiannya.
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi
Vol. 1, No.1, Oktober 2012 9

Setiap pemimpin dalam memberikan perhatian Januari 2012 sampai dengan Mei 2012, dapat
untuk membina, menggerakkan dan mengarahkan dilihat bahwa dengan jumlah karyawan 42 orang,
semua potensi karyawan di lingkungannya turnover yang ada adalah sebanyak 10 orang. Hal
memiliki pola yang berbeda-beda antara satu ini menunjukkan bahwa selama periode Januari
dengan yang lainnya. Perbedaan itu disebabkan 2012 sampai dengan Mei 2012 tingkat turnover
oleh gaya kepemimpinan yang berbeda-beda pula Blitzmegaplex Teras Kota adalah sebesar 23,8%.
dari setiap pemimpin. Dengan kesesuaian gaya Berdasarkan data yang didapatkan,
kepemimpinan yang diterapkan, maka berkaitan Blitzmegaplex Teras Kota merupakan lokasi
dengan kepuasan kerja karwayan yang akan dengan tingkat turnover dan absensi karyawan yang
dihasilkan. Seseorang yang mampu bertahan akan tinggi. Melihat fenomena tingginya tingkat
merasa survive dalam perkerjaannya sehingga dapat turnover dan menghubungakannya dengan gaya
menguntungkan perusahaan tempat ia bekerja. kepemimpinan para atasan di Blitzmegaplex Teras
Sedangkan seseorang yang tidak mampu bersaing Kota, hal ini memiliki daya tarik tersendiri bagi
maka ia akan keluar dari pekerjaan dan peneliti untuk mengkaji dan melakukan penelitian
mempengaruhi tingkat turnover pada perusahaan untuk memperoleh data-data yang lebih akurat.
tersebut. Oleh karena itu, untuk tercapainya Berdasarkan uraian sebelumnya, peneliti
kepuasan kerja karyawan, maka suatu perusahaan merumuskan permasalahan penelitian sebagai
atau organisasi dapat memperhatikan gaya garuh persepsi gaya
kepemimpinan yang efektif dalam mengelola kepemimpinan terhadap kepuasan kerja pada
sumber daya manusia dalam satu unit kerja. Karena
hal ini akan berpengaruh pada perilaku kerja yang Hipotesis yang diajukan yaitu Ha: Ada
mengindikasikan dengan peningkatan kepuasan pengaruh persepsi gaya kepemimpinan terhadap
kerja individu dan kerja unit itu sendiri, yang pada kepuasan kerja pada karyawan Blitzmegaplex Teras
akhirnya akan mempengaruhi kinerja perusahaan Kota. Sedangkan hipotesis Nullnya yaitu H0: Tidak
secara keseluruhan. ada pengaruh persepsi gaya kepemimpinan
Blitzmegaplex adalah suatu perusahaan yang terhadap kepuasan kerja pada karyawan
bergerak di bidang entertainment. Blitzmegaplex Blitzmegaplex Teras Kota.
merupakan sebuah tempat bagi para pecinta film
untuk menghabiskan waktunya menyaksikan film- 2. Metode Penelitian
film yang mereka sukai. Image yang dimiliki
Blitzmegaplex adalah suasana tempat menonton Variabel penelitian. Variabel penelitian
yang menarik karena memiliki design interior yang adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
berbeda-beda di setiap lokasi yang dimilikinya. obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi
Selain itu, Blitzmegaplex juga memiliki karyawan tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
yang tergolong muda, yaitu berusia 18 sampai dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
dengan 23 tahun. Sehingga hal ini membuat daya (Sugiyono, 2009). Dalam penelitian ini terdapat dua
tarik tersendiri bagi Blitzmegaplex untuk bisa jenis variabel, yaitu variabel independen (bebas)
menarik customer dari kalangan remaja sampai dan variabel dependen (terikat). Variabel
dengan orang dewasa yang ingin menonton. independen (variabel X) merupakan variabel yang
Blitzmegaplex memiliki 7 lokasi yang tersebar di mempengaruhi atau yang menjadi sebab
Jakarta, Tangerang, Bekasi, dan Bandung. Dari perubahannya atau timbulnya variabel dependen
ketujuh lokasi tersebut memiliki suasana kerja yang (terikat). Dalam penelitian ini, yang menjadi
berbeda-beda, dan pemimpin yang berbeda-beda variabel independen adalah persepsi gaya
pula. Pemimpin atau atasan merupakan seseorang kepemimpinan. Variabel dependen (variabel Y)
yang sangat berperan dalam terciptanya tujuan merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
perusahaan dan kelancaran operasional di semua menjadi akibat, karena adanya variabel independen
institusi/ perusahaan termasuk Blitzmegaplex, (bebas). Dalam penelitian ini, yang menjadi
karena pemimpinlah yang memiliki pengaruh variabel dependen adalah kepuasan kerja karyawan.
kepada setiap karyawannya. Atasan di Subjek Penelitian. Karakteristik subjek dalam
Blitzmegaplex terdiri dari beberapa orang, sehingga penelitian ini adalah:
akan tercipta berbagai tipe gaya kepemimpinan. 1. Karyawan (crew) Blitzmegaplex Teras Kota
Menurut Spector (1997), kepemimpinan merupakan yang sudah bekerja minimal selama 6 bulan.
salah satu aspek yang mempengaruhi kepuasan Hal ini agar subjek dapat memahami situasi
kerja karyawan, dan tercapainya kepuasan kerja gaya kepemimpinan yang ada di Blitzmegaplex
dapat dilihat dari tingkat turnover pada perusahaan Teras Kota.
tersebut. Setiap lokasi Blitzmegaplex memiliki 2. Usia 18 23 tahun. Hal ini dimaksudkan
tingkat turnover karyawan yang berbeda-beda. karena pada umur tersebut adalah syarat
Berdasarkan data yang didapatkan mengenai sebagai crew di Blitzmegaplex.
turnover karyawan Blitzmegaplex Teras Kota per
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi
Vol. 1, No.1, Oktober 2012 10

3. Tidak mendapatkan Surat Peringatan dalam 3


bulan terakhir. Surat Peringatan merupakan 3. Hasil & Diskusi
surat yang diberikan kepada karyawan ketika
karyawan tersebut melakukan pelanggaran Hasil analisis data dilakukan untuk menguji H 0
terhadap peraturan yang ada di perusahaan. Hal yang mengatakan tidak ada pengaruh persepsi gaya
ini dijadikan kriteria agar tidak terdapat emosi kepemimpinan terhadap kepuasan kerja pada
negatif ketika menilai gaya kepemimpinan karyawan. Hasil analisis regresi dapat dilihat pada
yang ada. tabel berikut ini:
Berdasarkan kriteria subjek penelitian di atas,
maka diperoleh 30 orang crew yang menjadi Tabel 1. Hasil Perhitungan Analisis Regresi
sampel penelitian. Subjek diperoleh dengan
bantuan informasi dari perusahaan dan diambil dari Variabel Konstanta Koefisien Signifikansi
lokasi Blitzmegaplex Teras Kota. regresi
Teknik Pengumpulan Data. Dalam penelitian Persepsi
ini, teknik pengumpulan data yang digunakan Gaya
adalah dengan teknik skala. Skala pada penelitian Kepemim
ini disusun berdasarkan model Likert. Skala Likert -pinan 13,443 0,998 0,003
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan terhadap
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang Kepuasan
fenomena sosial. Dengan skala Likert, maka kerja
variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel. Kemudian indikator tersebut
Berdasarkan data pada tabel, dapat dilihat
dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-
bahwa besarnya signifikansi adalah 0,003. Hal ini
item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau
menunjukkan bahwa nilai tersebut lebih kecil dari
pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang
0,05 (p=0,003 < 0,05). Sehingga H0 yang
menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari
menyatakan tidak ada pengaruh persepsi gaya
sangat positif sampai sangat negatif (Sugiyono,
kepemimpinan terhadap kepuasan kerja pada
2009). Skala Likert dalam penelitian ini terdiri atas
karyawan, ditolak. Sedangkan Ha yang mengatakan
lima kategori jawaban pernyataan sikap, yaitu :
ada pengaruh persepsi gaya kepemimpinan dengan
Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS),
kepuasan kerja pada karyawan, diterima. Untuk
Netral (N), Sesuai (S), Sangat Sesuai (SS).
persamaan regresi dapat disusun sebagai berikut:
Skala yang disusun dalam penelitian ini terdiri
dari skala kepuasan kerja dan skala gaya
kepemimpinan. Skala kepuasan kerja disusun Y = 13,443 + 0.998X
berdasarkan teori dua faktor kepuasan kerja Kepuasan Kerja = 13,443 + 0,998 Persepsi Gaya
menurut Herzberg (Munandar, 2001), yang meliputi Kepemimpinan
hygiene factors dan motivators. Sedangkan skala
Interpretasi persamaan tersebut adalah jika
gaya kepemimpinan disusun berdasarkan sumber
persepsi gaya kepemimpinan (X) mengalami
dari Sunita Singh-Sengupa (
kenaikan satuan, maka kepuasan kerja (Y)
yang meliputi lima dimensi gaya kepemimpinan,
mengalami peningkatan sebesar 0,998.
yaitu (1) gaya partisipatif, (2) gaya pengasuh, (3)
Berdasarkan persamaan regresi di atas, maka
gaya otoriter, (4) gaya birokratis, dan (5) gaya
dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh antara
berorientasi pada tugas.
persepsi gaya kepemimpinan terhadap kepuasan
Teknik Analisis Data. Teknik analisis data kerja yang bersifat positif. Hal ini berarti semakin
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis baik gaya kepemimpinan akan diiringi dengan
regresi. Teknik analisis regresi adalah suatu teknik tingginya kepuasan kerja. Begitu pula sebaliknya,
statistik parametrik yang dapat digunakan untuk buruknya gaya kepemimpinan akan diiringi dengan
mengadakan prediksi besarnya variasi yang terjadi rendahnya kepuasan kerja pada karyawan.
pada variabel Y berdasarkan variabel X, Analisis regresi menghasilkan R Square (R2)
menentukan bentuk hubungan antara variabel X sebesar 0,273. Artinya adalah variabel gaya
dengan variabel Y, serta menentukan arah dan kepemimpinan mempengaruhi kepuasan kerja
besarnya koefisien korelasi antara variabel X sebesar 27% dan sisanya 73% dipengaruhi oleh
dengan variabel Y. Analisis regresi sangat erat faktor lain.
kaitannya dengan analisis korelasi. Hal ini dapat Berdasarkan hasil analisis statistik, dihasilkan
dipahami dari lambang r yang dipakai untuk R Square (R2) sebesar 27%. Hal tersebut dapat
menyatakan koefisien korelasi itu sebenarnya dijadikan implikasi dari penelitian ini dalam dunia
merupakan kependekan dari kata regresi. kerja, yaitu apabila gaya kepemimpinan diperbaiki
dalam suatu perusahaan/ organisasi, maka kepuasan
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi
Vol. 1, No.1, Oktober 2012 11

kerja karyawan akan meningkat sebesar 27%, dan Artinya adalah variabel gaya kepemimpinan
hal ini juga akan meningkatkan produktivitas mempengaruhi kepuasan kerja sebesar 27%. Hasil
perusahaan. koefisien korelasi dengan arah positif menunjukkan
Adanya pengaruh yang positif antara gaya bahwa tingginya gaya kepemimpinan akan diiringi
kepemimpinan dengan kepuasan kerja dapat terjadi dengan tingginya kepuasan kerja, begitu pula
mengingat gaya kepemimpinan memegang peranan sebaliknya, rendahnya gaya kepemimpinan maka
penting terhadap kepuasan kerja. Pemimpin yang akan diiringi rendahnya kepuasan kerja.
diharapkan mampu memberikan cara-cara
memimpin dengan tepat sesuai dengan situasi dan 5. Daftar pustaka
kondisi yang terjadi tanpa melupakan fokus
terhadap tujuan yang hendak dicapai organisasi. Aamodt, Michael G. (1999). Applied Industrial/
Menurut Robbins (2001) perilaku atasan Organizational Psychology (3 rd Edition). USA:
merupakan determinan utama dari kepuasan kerja Wadsworth Publishing Company.
karyawan meningkat bila penyelia langsung bersifat
ramah dan dapat memahami, memberikan pujian Seri Ilmu Sumber Daya
untuk kinerja yang baik, mendengarkan pendapat Manusia: Psikologi Industri (Edisi Ketiga).
karyawan dan menunjukkan suatu minat kepada Yogyakarta: Liberty Yogyakarta
karyawan.
Kategorisasi Skor. Kategorisasi skor Azwar, Saifudin. (2010). Penyusunan Skala
bertujuan untuk mengelompokkan skor ke dalam Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
kategori tinggi, sedang, dan rendah. Dalam
penelitian ini, variabel kepuasan kerja dapat Azwar, Saifudin. (2009). Dasar-dasar Psikometri.
diketegorisasikan untuk mengetahui posisi skor Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
tersebut di dalam kelompok responden yang diteliti.
Sehingga dapat diketahui arti skor tersebut jika Baron, Robert A, & Byrne. (2005). Psikologi Sosial
dibandingkan dengan skor-skor kepuasan kerja Jilid 2 (Edisi Kesepuluh). Jakarta: Erlangga.
yang diperoleh oleh responden lainnya.
Berdasarkan perhitungan, maka diperoleh hasil Bass, B.M. (1981).
sebagai berikut: Leadership: A Survey of Theory and Reseacrh.
New York: The Free Press.
Tabel 2. Kategorisasi Skor Kepuasan Kerja
Gerungan, W.A. (1996). Psikologi Sosial (Edisi
Kategori Frekuensi Persentase (%) Kedua). Bandung: PT Refika Aditama.
Tinggi 30 100%
Sedang 0 0% Hadi, Sutrisno. (2004). Metodologi Reseacrh Jilid
Rendah 0 0% 1. Yogyakarta: Andi.
Jumlah 30 100%
Hughes, Richard L., Ginnett & Curphy. (2006).
Berdasarkan tabel di atas, kategori tinggi Leadership: Enhancing the Lessons of Experience
dihasilkan ketika skor total kepuasan kerja lebih (5th Edition). Singapore: McGraw-Hill.
besar dari 113,67 ( X > 113,67), kategori sedang
ketika skor total berada diantara 72,33 sampai Ivancevich, John M., Konopaske, & Matteson.
dengan 113,67 ( 72,33 < X < 113,67), dan kategori (2005). Perilaku dan Manajemen Organisasi jilid 2
rendah ketika skor total lebih kecil dari 72,33 ( X < (Edisi Ketujuh). Jakarta: Erlangga.
72,33 ). Dari pengkategorisasian tersebut, maka
diperoleh 30 responden berada pada kategori tinggi. Kerlinger, Fred N. (1995). Asas-asas Penelitian
Hal ini berarti bahwa kepuasan kerja pada Behavioral (Edisi Ketiga). Yogyakarta: Gajah
karyawan Blitzmegaplex Teras Kota tergolong Mada University Press.
tinggi 100%.
Kotler, Philip. (2000). Marketing Manajemen:
4. Kesimpulan Analysis, Planning, Implementation, and Control
(9th Edition). New Jersey: Prentice Hall
International, Int.
Didasari hasil analisis data yang telah
diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa ada
Mangkunegara, A.A.A. (2009). Manajemen Sumber
hubungan yang signifikan dengan arah positif
Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT Remaja
antara gaya kepemimpinan dengan kepuasan kerja
Rosdakarya.
pada karyawan Blitzmegaplex Teras Kota. Analisis
regresi menghasilkan R Square (R2) sebesar 0,273.
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi
Vol. 1, No.1, Oktober 2012 12

Manning, George, & Kent Curtis. (2003). The Art


of Leadership. New York: McGraw-Hill Spector, Paul E. (1997). Job Satisfaction:
Companies, Inc. Application, Assessment, Cause, and
Consequences. London: Sage Publication Ltd.

Pengukurannya. Jakarta: Ghalia Indonesia. Spector, Paul E. (2008). Industrial and


Organizational Psychology (5 th Edition). New
Miner, John B. (1992). Industrial-Organizational York: John Wiley & Sons Inc.
Psychology. New York: McGraw-Hill Inc. Sudijono, Anas. (1987). Pengantar Statistik
Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Munandar, Ashar S. (2001). Psikologi Indistri dan
Organisasi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Robbins, Stephen P. (1994). Teori Organisasi:
Struktur, Desain, dan Aplikasi. Jakarta: Arcan Walgito, Bimo. (2003). Pengantar Psikologi
Umum. Yogyakarta: Andi Offset.
Robbins, Stephen P. (2003). Perilaku Organisasi.
Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia Wexley, Kenneth N, & Yukl. (2003). Perilaku
Organisasi dan Psikologi Personalia. Jakarta :
Sahlan, Asnawi. (1999). Semangat Kerja dan Gaya Rineka Cipta.
Kepemimpinan.
.

You might also like