You are on page 1of 10

Media Litbang. Kesehat, Vol. xx, No.

x, 20xx: xxx - xxx

HUBUNGAN GANGGUAN MENTAL EMOSIONAL DENGAN HIPERTENSI PADA


PENDUDUK INDONESIA

Sri Idaiani1 dan Herlina Sri Wahyuni2

1
Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik- Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan
2
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka (UHAMKA)
Jakarta
E-mail: sriidaiani@gmail.com

ASSOCIATION BETWEEN MENTAL EMOTIONAL DISORDER AND


HYPERTENSION AMONG INDONESIAN
Abstract

Hypertension is often associated with psychological stress for it sufferer. The aims of this analysis
were to undertake how many people with mental emotional disorder have hypertension and to assess
association between mental emotional disorders with hypertension besides other characteristics. The
data were taken from National Basic Health Research 2013.The samples were 651.200 people 18
years old and above. The samples were identified have hypertension by measurement using digital
blood pressure monitor or consume anti hypertension medicine routinely. Stress or mental emotional
disorder was assessed by self-reporting questionnaire (SRQ). Samples were categorized have mental
emotional disorder if they answered “yes” for ≥ six questions of SRQ. The data were analyzed using
SPSS 21 with complex sample method. The association among variables was assessed by bivariate,
multivariate with significance p < 0.05.The percentage of mental emotional people who had
hypertension was 34.4%. The main factors associated with hypertension were age ≥ 65 years old
(ORadj7,58 95%CI 7,29-7,87), 35-64 years old (ORadj 3,06;95%CI 2,98-3,15) divorced
(ORadj=1,85;95%CI 1,77-1,95), unemployed (ORadj1,22 ;95%CI 1,18-1,26), mental emotional
(ORadj 1.10; 95% CI 1,06-1,15) .In this study, mental emotional disorder had weak association with
hypertension. Intervention program for hypertension control is better directed to old people and
people with divorced status of marriage.

Keywords: hypertension, mental emotional disorder, Riskesdas 2013.

Abstrak

Hipertensi banyak dihubungkan dengan stres psikologik yang dialami penderitanya. Tujuan
analisis ini adalah untuk mengetahui berapa banyaknya penduduk yang mengalami gangguan
mental emosional dengan hipertensi serta berapa besar hubungan antara gangguan mental
emosional dengan hipertensi diantara faktor sosiodemografi lainnya. Sampel diperoleh dari
data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Sampel berumur ≥ 18 tahun keatas sebanyak
651.200 orang. Hipertensi dinilai dengan pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter
digital dan pengakuan mengonsumsi obat antihipertensi secara rutin. Stres atau gangguan
mental emosional (GME) dinilai dengan kuesioner self reporting questionnaire yang terdiri
dari 20 butir pertanyaan. Apabila menjawab “ya” minimal 6 butir pertanyaan, responden

131
GME dan hipertensi (Idaiani dan Wahyuni)

dinyatakan mengalami GME. Data dianalisis dengan program SPSS versi 21 dengan metode
complex sample. Hubungan variabel dinilai dengan analisis bivariat dan multivariat dengan
kemaknaan p < 0,05. Persentase penduduk dengan ganguan mental emosional yang
mengalami hipertensi 34,4%. Faktor –faktor terbesar yang berhubungan dengan hipertensi
adalah umur ≥ 65 tahun (ORsuaian 7,58 95% CI 7,29-7,87), umur 35-64 tahun
(ORsuaian=3,06 95%CI 2,98-3,15) status bercerai (ORsuaian1,85 95% CI 1,77-1,95), tidak
bekerja (ORsuaian 1,22 95%CI 1,18-1,26), gangguan mental emosional (ORsuaian 1,10
95% CI 1,06-1,15). Gangguan mental emosional memiliki hubungan yang tidak terlalu besar
terhadap hipertensi pada penelitian ini. Intervensi program hipertensi akan lebih baik
ditujukan untuk orang berusia lanjut dan status perkawinan bercerai.

Kata kunci: hipertensi, gangguan mental emosional, Riskesdas 2013

Submit : xx-09-2015 Review : xx-xx-20xx Review : xx-xx-20xx revisi : xx–xx-20xx

PENDAHULUAN Prevalensi hipertensi lebih tinggi di


negara dengan penghasilan penduduknya
Hipertensi atau penyakit tekanan rendah (40%) dibandingkan negara yang
darah tinggi merupakan salah satu kondisi penduduknya mempunyai penghasilan tinggi
yang biasanya mendahului penyakit jantung (35%). Prevalensi hipertensi paling tinggi di
dan pembuluh darah. Empat puluh lima wilayah Afrika yaitu 46% dan paling rendah
persen kematian terkait penyakit jantung dan di negara di wilayah Amerika yaitu 35%.4,5
pembuluh darah dan 51% kematian akibat Di Indonesia prevalensi hipertensi menurut
stroke disebabkan oleh hipertensi.1 Pada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
tahap awal perjalanan hipertensi sering tidak 2007 adalah 31,7%.6 Riskesdas tahun 2013
mempunyai gejala walaupun sudah menyebutkan prevalensinya 25,8%.7 Di
didiagnosis hipertensi, banyak yang tidak pulau Jawa prevalensi hipertensi 41,9%, di
segera mencari pengobatan. Pada tahap wilayah perkotaan Indonesia 39,9%,
lanjut, hipertensi akan berkembang menjadi sedangkan di perdesaan 44,1%.8 Hipertensi
penyakit jantung dan pembuluh darah, gagal semakin meningkat prevalensinya dari tahun
ginjal dan stroke.2 ke tahun karena jumlah penduduk bertambah,
pola hidup tidak sehat, aktivitas fisik kurang
Pada kondisi sudah terjadi penyakit- dan terpapar dengan stres psikologis. Pola
penyakit yang disebutkan di atas, maka biaya hidup tidak sehat tersebut antara lain adalah
menjadi tinggi. Di antara penyakit tidak diet yang tidak sehat misalnya tinggi gula,
menular, beban penyakit jantung dan lemak dan garam, dan kurang mengonsumsi
pembuluh darah adalah tertinggi yaitu 36,7 makanan berserat. Selain itu adalah
trilyun USD disusul penyakit pernafasan penggunaan tembakau dan alkohol.2
kronik sebesar 1,57 trilyun USD dan Stres psikologik merupakan tanda
penyakit kanker 1,51 trilyun USD. Angka ini seseorang mengalami suatu kondisi yang
diperoleh berdasarkan perhitungan di negara memerlukan adaptasi. Dalam batas wajar
berkembang dan negara maju, meskipun stres akan menimbulkan dampak positif bagi
kejadiannya lebih tinggi di negara mental seseorang, tetapi stres yang
berkembang.3,4 berkepanjangan akan merusak mekanisme

132
Media Litbang. Kesehat, Vol. xx, No. x, 20xx: xxx - xxx

fungsional tubuh. Mekanisme yang pendidikan minimal diploma 3 bidang


mendasarinya adalah adanya perubahan aksis kesehatan. Pemeriksaan yang dilakukan
hipothalamo pituitary adrenal (HPA) yang untuk menilai tekanan darah penduduk
dipicu oleh stres kronik.9 Seperti yang telah adalah pengukuran tekanan darah dengan
diketahui, stres menyebabkan pengeluaran menggunakan tensimeter digital tensimeter
hormon adrenalin, yang bila terus menerus yang khusus dibeli untuk keperluan
diproduksi akan mengaktivasi perubahan Riskesdas 2013. Sebelum melakukan survei,
aksis HPA. Perubahan ini menyebabkan petugas mendapatkan pelatihan mengenai
meningkatnya tekanan darah, meskipun ada wawancara dan pengukuran tekanan darah.9
beberapa pendapat yang menyatakan hal ini Sampel berumur 18 tahun keatas,
belum pasti. bertempat tinggal pada rumah tangga terpilih
Berdasarkan prevalensi hipertensi dan blok sensus (BS) terpilih. Jumlah seluruh
yang cukup tinggi pada penduduk Indonesia BS sebanyak 11.986 BS, dan jumlah rumah
serta beban biaya yang besar apabila telah tangga yang dikunjungi sebanyak 294.959
berkembang menjadi komplikasi penyakit rumah tangga (RT). Total sampel berusia 18
jantung dan pembuluh darah, maka akan tahun keatas sebanyak 653.431 orang.
menarik untuk dilakukan analisis mengenai Sebanyak 2231 dikeluarkan karena tidak
keterkaitan hipertensi dengan stres mempunyai data yang lengkap mengenai
psikologik atau gangguan mental emosional identitas, karakteristik atau hasil pengukuran
pada penduduk Indonesia berdasarkan data tekanan darah sehingga yang dianalisis
Riskesdas tahun 2013. Tujuan analisis ini hanya sebanyak 651.200 sampel.
adalah untuk mengetahui berapa banyak Pengukuran tekanan darah dilakukan
penduduk yang mengalami gangguan mental sebanyak dua kali, Tiga puluh menit
emosional dan hipertensi serta berapa besar sebelumnya tidak diperbolehkan melakukan
hubungan hipertensi diantara faktor aktivitas fisik atau makan. Sepuluh menit
sosiodemografi lainnya dengan gangguan sebelum pengukuran diminta menenangkan
mental emosional. diri dan bersikap santai sebelum dilakukan
pengukuran. Pengukuran tekanan darah
dilakukan dalam posisi duduk dan manset
METODE
diletakkan pada lengan kiri. Setiap hasil
pengukuran sistolik/diastolik dicatat pada
Tulisan ini merupakan analisis lanjut formulir yang disediakan. Jarak pengukuran
data Riskesdas tahun 2013. Riskesdas tekanan darah pertama dan kedua adalah 2-3
dilakukan serentak di 33 provinsi di menit. Pengukuran ketiga dilakukan apabila
Indonesia dan dirancang untuk mewakili data terdapat selisih hasil kedua pengukuran
nasional, provinsi bahkan kabupaten dan sistolik/diastolik ≥ 10 mmHg.7 Diagnosis
kota. Pada prinsipnya Riskesdas adalah hipertensi ditetapkan apabila rata-rata
sebuah survei di masyarakat yang menilai tekanan sistolik ≥ 140 mm Hg atau rata-rata
indikator kesehatan.7 Pemilihan responden tekanan darah diastolik ≥ 90 mm Hg untuk
dilakukan menurut kerangka sampel sensus orang berusia 18 tahun keatas.10
penduduk 2010 yang dilakukan Badan Pusat Stres psikologik dinyatakan sebagai
Statistik (BPS). gangguan mental emosional, yaitu suatu
Data diperoleh melalui wawancara istilah yang digunakan sejak survei kesehatan
dan pengukuran di rumah penduduk. rumah tangga (SKRT) tahun 1995 untuk
Wawancara dilakukan oleh tim yang terdiri menilai status mental penduduk. Instrumen
dari 3 orang petugas dengan latar belakang yang digunakan untuk menilai gangguan

133
GME dan hipertensi (Idaiani dan Wahyuni)

mental emosional adalah self reporting pegawai dengan asumsi mempunayai


questionnaire yang terdiri dari 20 butir kemapanan yang sama. Pekerjaan non-
pertanyaan (SRQ-20). Kuesioner ini pegawai adalah pekerjaan selain yang
direkomendasikan oleh World Health disebutkan diatas, yaitu petani, nelayan,
Organization (WHO) untuk digunakan di buruh, atau pekerjaan tidak tetap lainnya.
negara berkembang.11 Alat ini mudah Tidak bekerja adalah orang yang tidak
digunakan oleh karena hanya memerlukan memiliki pekerjaan pada sebagian besar
jawaban “ya“ atau “tidak”. Sampel aktivitas hariannya termasuk ibu rumah
diindikasikan mengalami gangguan mental tangga. Status perkawinan dikelompokkan
emosional apabila menjawab “ya” paling menjadi kawin, tidak kawin dan bercerai
sedikit 6 butir pertanyaan. Nilai batas pisah hidup atau mati.Tingkat ekonomi keluarga
ini ditetapkan sesuai penelitian sebelumnya dibagi menjadi kuintil. Kelompok kuintil
yang dilakukan Badan Penelitian dan tertinggi adalah 5 dan terendah adalah 1.
Pengembangan Kesehatan.12 Kuintil 1-3 digolongkan ke dalam kelompok
Untuk keperluan analisis dilakukan ekonomi rendah, sedangkan kuintil 4 dan 5
beberapa pengelompokan. Kelompok umur digolongkan ke dalam kelompok ekonomi
dibagi menjadi umur muda (18-34 tahun), tinggi.
sedang (35-64 tahun), dan tua (≥ 65 tahun). Pengolahan data menggunakan
Pendidikan rendah yaitu yang tidak pernah komputer dengan program statistik SPSS
sekolah, tidak tamat sekolah dasar sampai versi 21. Analisis yang digunakan adalah
dengan tamat sekolah menengah pertama bivariat dan multivariat dengan metode
atau yang sederajat. Pendidikan sedang complex sample oleh karena data set berasal
apabila menamatkan sekolah menengah atas dari data hasil survei kesehatan nasional.
atau yang sederajat. Dikategorikan Batas kemaknaan ditetapkan untuk menilai
pendidikan tinggi apabila pernah menempuh hubungan variabel adalah < 0,05 dengan
pendidikan tinggi setingkat universitas atau confidence interval 95%.
akademi. Pegawai negeri sipil, BUMN, TNI,
Polri, pekerja swasta, dan pekerja tetap
lainnya termasuk pensiunan yang HASIL
mendapatkan uang pensiun setiap bulan
dikelompokkan pegawai. Pada saat analisis Sebaran karakteristik sampel dapat
data, yang sedang menjalani pendidikan dilihat pada tabel 1.
sekolah digabung kedalam kelompok
Tabel 1. Sebaran Sampel berdasarkan Karakteristik, Riskesdas 2013

95% CI %
Karakteristik n= 651.200 %
atas bawah SE
Kelompok Umur (tahun )
Umur muda ( 18 – 34 ) 232,022 43,5 43,3 - 43,8 0,1
Umur sedang ( 35 – 64) 369.251 49,9 49,7 - 50,3 0,1
Umur tua (≥ 65) 49.927 6,5 6,4 - 6,6 0,1
Jenis Kelamin
Laki-laki 312.726 49,8 49,7 - 50,0 0,1
Perempuan 338.474 50,2 50,0 - 50,3 0,1

134
Media Litbang. Kesehat, Vol. xx, No. x, 20xx: xxx - xxx

Pendidikan
Pendidikan tinggi 50.008 7,1 6,8 - 7,3 0,1
Pendidikan sedang 168.270 27,3 26,9 - 27,6 0,2
Pendidikan rendah 432.922 65,7 65,2 - 66,1 0,2
Pekerjaan
Pegawai / sekolah 104.015 17,6 17,3 - 17,9 0,1
Non pegawai 340.056 50,1 49,8 - 50,4 0,2
Tidak bekerja 207.129 32,3 32,1 - 32,6 0,1
Status Perkawinan
Belum Kawin 108.097 18,2 18,0 - 18,5 0,1
Kawin 491.425 74,5 74,3 - 74,7 0,1
Cerai 51.678 7,3 7,2 - 7,4 0,1
Tempat tinggal
Perkotaan 300.680 51,1 50,8 - 51,4 0,2
Perdesaan 350.520 48,9 48,6 - 49,2 0,2
Status ekonomi
Tinggi 273.872 45,2 44,7 - 45,7 0,3
Rendah 377.328 54,8 54,3 - 55,3 0,3
Hipertensi
Tidak 470.372 74,5 74,2 - 74,7 0,1
Ya 180.828 25,5 25,3 - 25,8 0,1
Gangguan mental emosional
Tidak 615.857 94,0 93,8 - 94,2 0,1
Ya 35.343 6,0 5,8 - 6,2 0,1

Berdasarkan karakteristik sampel yang Dari tabel 2 terlihat umur tua


dianalisis, terbanyak dengan pendidikan mempunyai hubungan lebih besar terhadap
rendah, non pegawai (bekerja pada sektor hipertensi dibandingkan dengan umur muda
informal), berstatus kawin, dan tidak disamping faktor tidak memiliki pekerjaan
mengalami hipertensi. Kurang dari 8% dan berstatus cerai. Jenis kelamin laki-laki
sampel dengan latar belakang pendidikan
memiliki risiko mengalami hipertensi yang
tinggi, usia lebih dari 65 tahun dan lebih sedikit dibandingkan perempuan
mempunyai status perkawinan bercerai mati demikian pula dengan status ekonomi rendah
dan hidup. memiliki risiko mengalami hipertensi lebih
tinggi dibandingkan status ekonomi tinggi.

Tabel 2. Analisis Bivariat Hubungan Gangguan Mental Emosional, Karakteristik


Sampel dengan Hipertensi, Riskesdas 2013

135
GME dan hipertensi (Idaiani dan Wahyuni)

Hipertensi
Ya Tidak 95%CI Nilai
n= 180.828 n= 470.372 ORkasar
bawah atas p
(%) (%)
Kelompok umur
(tahun)
Umur muda (18-34) 12,2 87,8 Referens 0,001
Umur sedang (35-64) 33,4 66,6 3,45 3,37 - 3,53
Umur tua (≥65) 41,7 58,3 10,27 10,27 - 9,91
Jenis kelamin
Perempuan 30,4 69,6 Referens - 0,001
Laki-laki 24,9 75,1 0,74 0,72 - 0,75
Pendidikan
Pendidikan tinggi 24,4 75,6 Referens 0,001
Pendidikan sedang 20,9 79,1 0,80 0,77 - 0,84
Pendidikan rendah 30,8 69,2 1,42 1,36 - 1,49
Pekerjaan
Pegawai/sekolah 20,8 79,2 Referens 0,001
Non-pegawai 26,7 73,3 1,44 1,40 - 1,49
Tidak bekerja 33,1 66,9 1,91 1,85 - 1,97
Status perkawinan
Belum kawin 11,9 88,1 Referens 0,001
Kawin 29,1 70,9 2,98 2,88 - 3,09
Cerai 48,4 51,6 7,63 7,30 - 7,97
Tempat tinggal
Perkotaan 28,9 71,1 Referens 0,008
Perdesaan 26,8 73,2 0,97 0,94 - 0,99
Sosial ekonomi
Tinggi 27,9 72,1 Referens 0,001
Rendah 27,6 72,4 1,04 1,02 - 1,06
Gangguan mental
emosional
Tidak 27,4 72,6 Referens 0,001
Ya 34,4 65,6 1,33 1,28 1,38

Tempat tinggal tidak berhubungan dengan


hipertensi oleh karena mempunyai
kemaknaan yang lebih dari 0,05. Sampel
tidak terlalu besar terhadap hipertensi pada
yang mengalami gangguan mental emosional
analisis ini. Di bawah ini dipaparkan hasil
dan juga hipertensi sebesar 34,4%. Gangguan
analisis multivariat.
mental emosional mempunyai risiko yang

136
Media Litbang. Kesehat, Vol. xx, No. x, 20xx: xxx - xxx

Tabel 3. Analisis Multivariat Hubungan Gangguan Mental Emosional dengan


Hipertensi, Riskesdas 2013

OR suaian 95%CI Nilai p


atas bawah
Kelompok umur
(tahun)
Umur muda (15-34) Referens 0,001
Umur sedang (35-64) 3,06 2,98 - 3,15
Umur tua (≥65) 7,58 7,29 7,87
Jenis kelamin
Perempuan Referens 0,001
Laki-laki 0,87 0,85 0,88
Pendidikan
Pendidikan tinggi Referens 0,001
Pendidikan sedang 0,94 0,89 - 0,98
Pendidikan rendah 1,17 1,11 - 1,22
Pekerjaan
Pegawai/sekolah Referens 0,001
Non-pegawai 0,94 0,91 - 0,97
Tidak bekerja 1,22 1,18 - 1,26
Status perkawinan
Belum kawin Referens 0,001
Kawin 1,30 1,24 - 1,35
Cerai 1,86 1,77 - 1,95
Tempat Tinggal
Perkotaan 0,001
Perdesaan 0,90 0,88 - 0,93
Status ekonomi
Tinggi Referens 0,001
Rendah 0,92 0,90 - 0,95
Gangguan mental emosional
Tidak Referens 0,001
Ya 1,10 1,06 - 1,15
yang mempunyai risiko mengalami
Berdasarkan hasil analisis yang dipaparkan hipertensi. Gangguan mental emosional tidak
pada tabel 3, terlihat bahwa umur ≥ 65 tahun mempunyai hubungan yang kuat untuk
mempunyai peluang mengalami hipertensi mengalami hipertensi setelah dikontrol
yang cukup tinggi dibandingkan umur yang dengan variabel lain.
lebih muda. Status perkawinan bercerai
merupakan faktor ke-2 terbesar setelah faktor
PEMBAHASAN
umur tua dibandingkan sampel yang kawin
dan belum kawin. Non pegawai sebaliknya
menjadi bukan kelompok Hasil analisis ini sejalan dengan
sebagian hasil penelitian sebelumnya di
negara lain yang menyebutkan bahwa tidak

137
GME dan hipertensi (Idaiani dan Wahyuni)

selalu terdapat hubungan stres psikologik analisis bivariat dan multivariat. Hal ini dapat
dengan kejadian hipertensi, meskipun disebabkan adanya pengaruh faktor umur.
sebagian penelitian menyebutkan hasil yang Melalui analisis khusus yang memisahkan
sebaliknya.13,14 Perbedaan ini dapat umur < 65 tahun dan ≥ 65 tahun diperoleh
disebabkan jenis stres yang dinilai, yaitu hasil yang berbeda . Pada kelompok umur <
jenis stres kronik yang mempunyai hubungan 65 tahun pengaruh faktor bercerai terhadap
dengan hipertensi. Pada Riskesdas 2013, hipertensi ditunjukkan dengan OR kasar 5,35
kronisitas tidak dinilai oleh karena SRQ-20 ;95% CI 5,10-5,61, OR kasar kawin 2,79
merupakan alat ukur stres atau gangguan 95%CI 2,69-2,89. Sebaliknya pada kelompok
mental emosional yang mencerminkan umur ≥ 65 tahun dengan status bercerai OR
kondisi mental seseorang dalam waktu 30 kasar 1,33; 95% CI 1,05-1,69 dan status
hari terakhir. Dengan batasan ini, kondisi kawin OR kasar 0,86 95% CI 0,68-1,09).
yang dinilai pada saat wawancara Faktor umur merupakan perancu untuk status
kemungkinan merupakan kondisi yang baru perkawinan.
terjadi tetapi juga dapat merupakan kondisi Stres psikologik dapat terjadi dalam
yang sudah terjadi lama sebelumnya. berbagai konteks. Berbagai penelitian
Hasil analisis menunjukkan odds ratio menghubungkan stres di tempat kerja, stres
gangguan mental emosional terhadap terhadap lingkungan bahkan ada yang
hipertensi 1,11 (95% CI 1,06-1,15) yang menggabungkan stres psikologik dengan
berarti memperlihatkan adanya hubungan, stres fisik dalam kaitannya dengan
meskipun tidak terlalu besar. Hasil ini hampir hipertensi.15-17 Stres yang berhubungan
sama dengan penelitian sebelumnya yang dengan pekerjaan juga ditanggapi dengan
juga memperlihatkan OR yang berkisar 1,2.15 cara yang berbeda antar individu. Pada laki-
Faktor pekerjaan adalah faktor yang laki tidak selalu konsisten.15 Terdapat
penting terhadap hipertensi. Pekerja yang penelitian yang menyebutkan ada perbedaan
mengalami stres baik umum atau stres menyikapi stres pekerjaan antara penduduk
khusus di tempat kerja akan lebih berisiko lokal dibandingkan imigran.18 Ada yang
mengalami hipertensi dibandingkan yang mengidentifikasi stres psikososial melalui
tidak stres. Pada perempuan faktor stres di kemudahan mengakses kendaraan dan
tempat kerja lebih banyak terjadi, sedangkan mendapatkan trasportasi umum. Pada daerah
pada laki -aki stres di tempat kerja hanya terpencil, orang akan lebih berisiko
kadang-kadang terjadi.15 mengalami tekanan darah tinggi apabila
Gambaran faktor risiko yang kesulitan mengakses kendaraan atau jalan
berhubungan dengan hipertensi banyak besar.16
memiliki kemiripan dengan faktor risiko Keterbatasan penelitian ini adalah alat
yang berhubungan dengan gangguan mental ukur stres yang tidak dapat membedakan
emosional yaitu selalu lebih tinggi pada stres kronik atu akut dan juga tidak dapat
kelompok umur tua, pendidikan rendah, membedakan sumber stres yaitu berasal dari
status perkawinan bercerai, tidak bekerja,dan pekerjaan, atau lingkungan atau bahkan
perempuan. Perbedaannya adalah status penyakit fisik lain yang diderita. Faktor lain
ekonomi rendah tidak mempunyai risiko adalah belum mengikutsertakan faktor-faktor
menjadi hipertensi dibandingkan dengan risiko lainnya misalnya dislipidemi, obesitas,
yang berasal dari kelompok status ekonomi konsumsi gula, garam dan aktivitas fisik
tinggi. dalam penilaian.
Pada status perkawinan didapatkan Kelompok orang dengan tingkat
perbedaan OR yang cukup tinggi antara ekonomi tinggi juga lebih tinggi risikonya

138
Media Litbang. Kesehat, Vol. xx, No. x, 20xx: xxx - xxx

mengalami hipertensi dibandingkan dengan DAFTAR RUJUKAN


ekonomi rendah. Hal ini memperlihatkan 1. Cause of death [Internet]. 2008 [cited 20
bahwa ada faktor lain yang turut berperan Agustus 2015]. Available from:
misalnya pola makan dan kurang aktivitas http://www.who.int/healthinfo/global_burden_di
fisik oleh karena secara umum hipertensi sease/cod_2008_sources_methods.pdf.
2. World Health Organization. A global brief on
lebih tinggi pada kalangan ekonomi
hypertension 2013.Geneve.2013.
rendah.Perceraian lebih mempunyai
pengaruh yang besar pada kelompok umur < 3. Lim S, Vos T, Flaxman A, Danaei G.
comparative risk assessment of burden of disease
65 tahun. and injury attributable to 67 risk factors and risk
Disarankan agar stres ditanggulangi factor clusters in 21 regions, 1990-2010 : a
sehingga tidak berkembang menjadi lebih systematic analysis for the Global Burden of
parah. Cara penanggulangan stres antara lain Disease Study 2010. Lancet. 2012;380
manajemen stres misalnya dengan cara (9859):2224-60.
melakukan sejenis relaksasi dan 4. World Health Organization. Global status report
memecahkan persoalan-persoalan yang on noncommunicable diseases 2010.
dihadapi. Dengan tingginya risiko mengalami Geneve2011 [cited 2015 August 20].
hipertensi pada kelompok umur lebih tua 5. Global Health Observatory Data Repository.
atau sama dengan 65 tahun diharapkan [Internet]. 2008 [cited August 20 2015].
Available from:
program pengendalian hipertensi lebih
http://apps.who.int/gho/data/view.main.
banyak diarahkan pada kelompok ini.
6. Departemen Kesehatan RI. Laporan Riskesdas
2007.Jakarta, 2009
KESIMPULAN 7. Kementerian Kesehatan RI .Laporan Riskesdas
2013. Jakarta: Penerbit Badan Litbangkes
Kemenkes RI, 2013.
Melalui analisis ini terlihat bahwa
meskipun ada hubungan antara stres atau 8. Setiawan, Z. 2006. Prevelensi dan Determinan
gangguan mental emosional terhadap Hipertensi di Pulau Jawa tahun 2004. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional, I(2), 57-61.
hipertensi yang dinilai melalui pengukuran
tekanan darah serta sedang mengomsumsi 9. Widmaier E, Raff H, Strang K. Vander’s Human
obat anti hipertensi, tetapi hubungannya Physiology: The Mechanisms of
BodyFunction.10 th ed, 2006.
sangat kecil yaitu OR mendekati 1. Hal ini
mengarahkan bahwa kemungkinan stres 10. Textor SC.The new hypertension guidelines
from JNC 7, Mayo Clin Proc.2003;78:1078-81.
kroniklah yang lebih berperan terhadap
terjadinya hipertensi. 11. A user's guide to the self report questionnaire.
Geneve: Division of Mental Health WHO; 1994.
12. Hartono IG. Psychiatric morbidity among
patients attending the Bangetayu community
UCAPAN TERIMA KASIH health centre in Indonesia [Thesis]. Perth:
Tim penulis mengucapkan terima University of Western Australia; 1995.
kasih kepada Kepala Pusat Teknologi 13. Sparrenberger F, Cichelero FT, Ascoli AM,
Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Fonseca FP, Weiss G, Berwanger O, et al. Does
Badan Penelitian dan Pengembangan psychosocial stress cause hypertension? A
Kesehatan yang memberi dukungan dan systematic review of observational studies. J
Hum Hypertens 2009, 23:12–19.
kesempatan untuk menganalisis data
Riskesdas 2013. 14. Agyei B, Nicolaou M, Boateng L, Dijkshoorn
H,Van den Born BJ, Charles Agyemang C.
Relationship between psychosocial stress and

139
GME dan hipertensi (Idaiani dan Wahyuni)

hypertension among Ghanaians in Amsterdam,


the Netherlands – the GHAIA study. BMC
Public Health. 2014;14:692.
15. Hu B, Liu X,Yin S, Fan H, Feng F, Yuan J.
Effects of psychological stress on hypertension
in middle mged Chinese: A cross sectional
study.Plos One 2015;10(6): e0129163. X
Epub June 4,2015.
16. Hamano T, Kimura Y, Takeda M, Yamasaki M,
Isomura M, Nabika T, Shiwaku K. Effect of
environmental and lifestyle factors on
hypertension: Shimane COHRE study. Plos one
2012;7(11) e49122. Epub November 9,2012.
17. Grimsrud A, Stein DJ, Seedat S, Williams D,
Myer L. The Association between hypertension
and depression and anxiety disorders: Results
from a nationally representative sample of South
African Adults.Plos one. 2009;4(5) e5552. Epub
May 14,2009.
18. Olesen K, Carneiro IG, Jørgensen MB.
Associations between psychosocial work
environment and hypertension among non-
Western immigrant and Danish cleaners. Int
Arch Occup Environ Health 2012;85:829–35.

140

You might also like