You are on page 1of 7

BIOSCIENTIAE

Volume 14, Nomor 1, Januari 2017, Halaman 9-15


ISSN 1693-4792

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BUDIDAYA


JAMUR TIRAM PUTIH DAN UPAYA PERBAIKANNYA DI DESA
KALIORI KECAMATAN BANYUMAS KABUPATEN BANYUMAS
PROVINSI JAWA TENGAH
Arif Mulyanto1, Ika Oksi Susilawati2
1
Program Studi Teknologi Laboratorium Medik, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Purwokerto
2
Program Studi Biologi, Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lambung Mangkurat
Email : arif_anto@yahoo.co.id

Abstract

White oyster mushroom cultivation need to take some risk factors that can affect the growth of
fungi. The risk factors contained in youth is to use a mixture of sawdust, which used a mixture of water,
the process of sterilization 6-8 hours, cleanliness kumbung moderate, less spraying is done, the low
temperature is still lacking, the risk of contamination of other fungi are very high and the
discovery of insect pests Cyllodes bifacies. The aim of research to determine the factors that affect the
cultivation and improvement efforts. The sampling method is purposive sampling and analyzed
descriptively. The results obtained are still widely found the process of selecting raw materials using a
mix of materials, sterilization less than optimal and spraying is still lacking, such as the discovery of the
pathogens fungus Trichoderma sp., Fusarium sp., Aspergillus sp and Mucor sp. and the presence of
the beetle Cyllodes bifacies. Efforts improvements made from selecting raw material, mixing raw
materials, fermenting, sterilization, inoculation seedlings, maintenance (spraying), kumbung maintain
cleanliness and prevent the emergence of various other pathogens.

keyword : white oyster mushroom, risk factors, efforts to repair


Pendahuluan terdapat enam orang petani yang menekuni
Jamur tiram putih (Pleoratus budidaya jamur tiram. Para petani belum
ostreatus) merupakan salah satu spesies memperoleh hasil yang stabil selama
jamur yang dibudidayakan oleh warga RW menjalankan budidaya jamur tiram putih.
4 di desa Kaliori Kecamatan Banyumas Berdasarkan referensi disebutkan bahwa
Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa setiap baglog dapat menghasilkan jamur
Tengah. Para petani mencoba mencapai 0,7 – 1,1 kg, tetapi saat ini rata-
membudidayakan jamur tiram putih sejak rata produksi para petani di desa Kaliori
awal tahun 2003 dan mulai ditekuni secara baru mencapai 0,4 – 0,6 kg per baglog.
serius pada tahun 2008. Para petani Belum optimalnya hasil yang diperoleh,
mendapatkan ilmu budidaya jamur tiram dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
putih secara otodidak dengan membaca Beberapa faktor yang mempengaruhi
buku dan mempraktekkannya. Pada dalam usaha budidaya jamur tiram
awalnya hanya satu orang yang diantaranya perubahan suhu yang cukup
mempraktekkannya, setelah beberapa besar, berkembangnya jumur
tahun terdapat beberapa orang yang pengkontaminasi baglog, munculnya
tertarik untuk membudidayakan jamur serangga pembusuk baglog dan proses
tiram putih. Pada awal tahun 2013, pemeliharaan yang tidak higienis. Menurut
BIOSCIENTIAE, Januari 2017 Mulyanto 14(1): 9-15 ISSN 1693-4792

Djarijah (2001), beberapa penyebab selama ini dapat disebabkan oleh


kegagalan bubibaya jamur tiram pengetahuan masyakat pembudidaya jamur
diantaranya proses pemilihan bibit yang tiram yang masih rendah dan cukup puas
kurang baik, pembuatan baglog yang tidak dengan hasil yang diperoleh selama ini.
higienis, proses sterilisasi baglog yang Oleh karena itu perlu dikaji mengenai
tidak sempurna, penanaman bibit yang penyebab terjadinya kegagalan panen dan
tidak aseptis, tempat yang digunakan upaya untuk memperbaikinya.
sebagai rumah produksi (kumbung) tidak Materi dan Metode
bersih. Hal tersebut dapat menyebabkan Alat-alat yang digunakan adalah
tumbuhnya jamur kontaminan dalam autoklaf, inkubator, termometer, loop,
baglog yang sudah ditaman bibit dan juga mikroskop, dan bahan yang digunakan
adanya gangguan dari serangga kayu. dalam penelitian ini adalah baglog yang
Selain itu tidak dilakukannya terkontaminasi, bibit jamur, media PDA,
penyemprotan secara rutin pada tiap alkohol, spirtus, plastik, kertas label.
baglog, tidak menjaga kebersihan pekerja Metode pengambilan sampel adalah
yang akan bekerja didalam kumbung dan purposive sampling, data yang diperoleh di
tidak menjaga fluktuasi suhu di dalam uraikan secara deskriptif. Sampel baglog
kumbung juga menjadi faktor yang diambil dari masing-masing petani diambil
mempengaruhi budidaya jamur tiram secara acak, sampel di amati, diukur
putih. suhunya dan dilakukan isolasi terhadap
Suriawiria (2001) menambahkan, jamur pengkontaminasi. Jamur yang
faktor-faktor lain penyebab kegagalan tumbuh diamati dan identifikasi.
budidaya jamur tiram putih adalah proses
pembuatan, pemeliharaan dan pemanenan Hasil dan Pembahasan
jamur tiram putih tidak sesuai dengan Budidaya jamur tiram putih
pedoman yang umum digunakan dalam (Pleoratus ostreatus) memerlukan
budidaya jamur tiram putih. Hasil yang ketekunan dan keuletan (Lutuharheri,
tidak optimal pada umumnya disebabkan 2003). Proses pembuatan, pemeliharaan
oleh para petani yang tidak menjalankan dan pemanenan jamur tiram harus sesuai
aturan atau pedoman yang umum dengan aturan atau pedoman yang umum
digunakan dalam membudidayakan jamur digunakan dalam budidaya jamur tiram
tiram putih. putih untuk memperoleh hasil yang
Pada awal Januari sampai Maret optimal. Hasil yang tidak optimal pada
2016 terjadi kegagalan panen yang cukup umumnya disebabkan oleh para petani
besar, kurang lebih sekitar 5000 baglog yang tidak menjalankan aturan atau
milik para petani mengalami kerusakan pedoman yang umum di gunakan dalam
atau terkontaminasi, sehingga jamur tidak membudidayakan jamur tiram putih. Pada
tumbuh. Hal ini sangat merugikan para kenyataannya dalam menjalankan
petani jamur, kerugian ditaksir mencapai budidaya jamur tiram putih ada beberapa
10 – 15 juta rupiah (hasil wawancara dengan faktor yang dapat mempengaruhi hasil
petani). Bagi petani dengan modal minimal budidaya, oleh karena itu diperlukan
dapat mengalami kerugian, sedangkan kemampuan untuk membaca aturan atau
petani yang mempunyai modal cukup kuat pedoman dan mampu melakukan
harus memulai usaha ini dari awal. penyesuaian dengan kondisi yang ada.
Berdasarkan peristiwa tersebut, perlu dicari Penyesuaian ini dimaksudkan untuk
beberapa penyebab terjadinya kegagalan memperoleh hasil yang optimal
panen. (Suriawiria, 2001).
Kegagalan panen yang cukup besar Hasil pengamatan terhadap tempat
serta belum optimalnya hasil produksi budidaya jamur tiram di RW 4 di Desa

10
BIOSCIENTIAE, Januari 2017 Mulyanto 14(1): 9-15 ISSN 1693-4792

Kaliori Kecamatan Banyumas Kabupaten dilihat pada tabel dibawah ini.


Banyumas Provinsi Jawa Tengah dapat

Tabel 1. Data Pengamatan Tempat Budidaya Jamur Tiram RW 14 Desa Kaliori Kecamatan Banyumas
Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah
Kode Rata rata parameter

sampel Suhu Suhu


No. Serbuk Sumber Proses Kebersihan Kondisi Penyebab
Penyemprotan kumbung baglog
kayu air sterilisasi kumbung baglog kontaminan
Hitam dan Aspergillus sp dan
26 ± 1
1 P1 campura sumur 6 jam Pagi hari sedang 24 ± 5 0C 0 sedikit Fusarium sp
C
putih
Hitam dan Trichoderma
26 ± 1
2 P2 campura campura 7 jam Pagi dan sore Sedang 25 ± 2 0C 0 sedikit sp.Aspergillussp,
C
hijau putih Mucor sp.
25 ± 1 Hijaudan Trichoderma sp dan
3 P3 campura sumur 8 jam Pagi dan sore bersih 24 ± 3 0C 0 sedikit Mucor sp
C
kecoklatan
26 ± 1 Hitam dan Aspergillus sp dan
4 P4 campura sumur 6-7 jam Sore hari bersih 24 ± 2 0C 0 sedikit Cyllodes bifacies
C
putih
26 ± 1 Hitam dan Mucor sp dan
5 P5 campura sumur 7 jam 2 hari sekali sedang 24 ± 3 0C 0 sedikit Trichoderma sp.
C
hijau
27 ± 1 Hitam dan Cyllodes bifacies dan
6 P6 campura sumur 7-8 jam 2 hari sekali sedang 24 ± 5 0C 0 sedikit Aspergillus sp.
C
putih

Berdasarkan hasil pengamatan, miselium. Selain itu, getah dalam kayu


serbuk kayu yang digunakan oleh seluruh menyebabkan serbuk kayu yang
petani adalah campuran serbuk kayu yang dihasiilkan menjadi sulit dikeringkan. Oleh
berasal dari berbagai jenis tumbuhan. Para karena itu, dapat memudahkan serbuk
petani memperoleh serbuk kayu dari kayu menjadi busuk dan terkontaminasi
penggergaji kayu keliling. Serbuk kayu oleh jamur liar yang bersifat patogen.
campuran kurang baik digunakan karena Sumber air yang baik digunakan
berasal dari kayu keras dan kayu lunak dalam budidaya jamur tiram putih adalah
yang masih mengandung banyak getah. berasal dari air sumur dan tidak
Hal tersebut akan menyebabkan direkomendasikan menggunakan air
tumbuhnya kontaminan jamur patogen PDAM. Hal ini disebabkan air PDAM
sehingga proses pertumbuhan jamur tiram mengadung kaporit, yang dapat
putih dapat terganggu. Djarijah dan mempengaruhi pertumbuhan miselium
Djarijah (2001), menyatakan bahwa serbuk jamur. Selain itu, dalam menggunakan air
kayu yang baik untuk dijadikan baglog jumlahnya juga harus sesuai, tidak terlalu
adalah serbuk kayu yang berasal dari satu banyak atau terlalu sedikit. Menurut
jenis kayu dan lebih diutamakan kayu lunak. Cahyana et al. (1999), pemberian air harus
Hal ini disebabkan penggunaan kayu sesuai dengan kebutuhan atau kadar air yang
keras dapat menghambat pertumbuhan ditentukan, yaitu mencapai 60-65% dari
miselium jamur. Pertumbuhan miselium seluruh berat bahan yang akan digunakan
yang tidak merata dapat mempengaruhi untuk membuat baglog. Kesesuaian kadar
lama pertumbuhan jamur. air yang digunakan dapat dilihat saat
Sumiati (2006), menambahkan mencampur bahan untuk membuat baglog
bahwa serbuk kayu yang mengandung sampai semua bahan tercampur merata,
getah akan menghambat pertumbuhan kemudian ketika
11
BIOSCIENTIAE, Januari 2017 Mulyanto 14(1): 9-15 ISSN 1693-4792

digenggam tidak lepas dan air tidak bangunan permanen dengan atap genteng
menetes. dan seng sebagai tempat pertumbuhan jamur
Proses sterilisasi baglog dilakukan tiram putih. Akan tetapi ada beberapa
dengan cara merebusnya dalam drum petani yang menggunakan bangunan
selama 6 – 8 jam. Pembakaran dapat permanen beratap daun rumbia, sehingga
menggunakan kayu bakar maupun gas hasil yang diperoleh lebih banyak
elpiji. Pembakaran yang menggunakan dibanidngkan dengan yang menggunakan
kayu bakar dapat menghasilkan panas atap genteng dan seng.
yang kurang stabil. Nyala api yang terlalu Tempat juga merupakan salah satu
besar menyebabkan plastik baglog komponen yang perlu diperhatikan dalam
meleleh, sebaliknya nyala api yang terlalu
budidaya jamur tiram putih. Djarijah dan
kecil menyebabkan proses sterilisasi tidak
sempurna dan mudah terkontaminasi. Djarijah (2001) menyatakan bahwa
Pembakaran yang baik menggunakan gas budidaya jamur tiram putih memerlukan
elpiji karena panas yang dihasilkan stabil beberapa tempat, sebaiknya terdapat
dan dapat menjangkau bagian dalam tempat yang berbeda untuk inkubasi dan
baglog. Menurut Djariah dan Djarijah tempat untuk pertumbuhan. Tempat
(2001), proses sterilisasi baglog dalam drum inkubasi merupakan tempat yang
minimal selama 8 jam, sehingga proses digunakan untuk menginkubasi bibit yang
sterilisasi sempurna. telah ditanam ke dalam baglog sampai
Penyemprotan air pada baglog juga tumbuh miselium. Baglog yang telah
termasuk faktor keberhasilan budidaya ditumbuhi miselium secara merata dapat
jamur tiram putih. Frekuensi dipindahkan ke dalam tempat pertumbuhan
penyemprotan disesuaikan dengan kondisi yang pada umumnya berada dalam
tempat tumbuh jamur tiram putih. Kondisi kumbung. Namun berbeda dengan kondisi
tempat tumbuh yang sudah cukup lembab, budidaya yang dilakukan oleh para petani
maka penyemprotan dilakukan sekali di RW 4 Desa Kaliori. Sebagian petani
dalam sehari. Namun, penyemprotan
menggunakan tempat inkubasi sekaligus
sebaiknya dilakukan sebanyak dua kali
yaitu pagi dan sore hari. Hal ini bertujuan untuk pertumbuhan jamur tiram putih, dan
untuk menciptakan kondisi yang lembab sebagian lainnya memisahkan antara
dan suhu yang sesuai dengan suhu optimal tempat inkubasi dengan tempat
untuk pertumbuhan jamur tiram putih. pertumbuhan.
Kelembaban dan suhu optimum Sunanto (2000), menyatakan bahwa
juga dipengaruhi oleh bahan pembuat perbedaan suhu optimum inkubasi dan
bangunan yang digunakan dalam budidaya pertumbuhan jamur tiram putih
jamur tiram putih. Gunawan (2004) menyebabkan tempat inkubasi sebaiknya
berpendapat bahwa kumbung yang dibedakan dengan tempat pertumbuhan.
digunakan dalam budidaya jamur tiram Suhu inkubasi berkisar antara 22 – 28 oC
putih sebaiknya tidak menggunakan dengan kelembaban berkisar 60 – 80%,
bangunan permanen, tetapi menggunakan sedangkan suhu pertumbuhan jamur antara
pagar dari gedeg atau anyaman bambu dan 16 – 22 oC dengan kelembaban 70 – 80%.
atap daun rumbia atau daun lainnya. Pagar Hal ini berbeda dengan suhu pertumbuhan
yang terbuat dari gedeg akan mengatur dalam kumbung jamur tiram putih di RW
sirkulasi udara secara terus menerus, dan 4 Desa Kaliori berkisar antara 23 – 27 oC,
atap dari daun akan menambah suasana suhu tersebut masih sedikit tinggi bagi
lembab dalam kumbung. Hasil panen di RW pertumbuhan jamur tiram putih. Oleh
4 Desa Kaliori masih kurang optimal, karena itu, pertumbuhan jamur tiram putih
karena sebagian besar petani menggunakan milik petani masih kurang optimal.
Kebersihan kumbung menjadikan
faktor yang penting dalam menentukan

12
BIOSCIENTIAE, Januari 2017 Mulyanto 14(1): 9-15 ISSN 1693-4792

keberhasilan budidaya jamur tiram. Upaya untuk meningkatkan produksi


Tempat yang kurang bersih dapat menjadi dan mengurangi resiko budidaya jamur
sumber bagi pertumbuhan jamur patogen. tiram putih perlu dilakukan langkah-
Beberapa jamur pengkontaminan yang langkah perbaikan, dimulai dengan
diisolasi dari baglog milik para petani memilih serbuk kayu yang baik untuk
adalah Trichoderma sp., Fusarium sp., dijadikan bibit adalah serbuk kayu yang
Aspergillus sp. dan Mucor sp. Hal ini berasal dari satu jenis kayu. Penggunaan
sesuai dengan pendapat Sudarma et al. serbuk kayu yang berasal dari campuran
(2015), jamur pengkontaminasi baglog beberapa jenis kayu dapat mempengaruhi
diantaranya Aspergillus sp., Mucor sp., pertumbuhan miselium atau jamur pada
Trichoderma sp. dan Fusarium sp. Jamur baglog. Pertumbuhan yang tidak merata
patogen tersebut dapat bertahan apabila akan mempengaruhi lama pertumbuhan
proses sterilisasi tidak sempurna (waktu dan jamur yang hasilkan. Serbuk kayu
kurang lama). Sebagian besar jamur yang sebaiknya digunakan adalah serbuk
pengkontaminan merupakan jamur tular kayu yang berasal dari kayu lunak/ tidak
udara sehingga dapat terbawa oleh aliran keras, bersih, tidak mengandung getah dan
udara, dan mengkontaminasi saat kering (Djarijah dan Djarijah, 2001).
pengisian bibit ke dalam baglog. Kayu yang direkomendasikan dalam
Kumbang juga merupakan salah satu budidaya jamur tiram adalah kayu albasia,
penyebab kegagalan dalam budidaya jamur karena serbuk kayu ini tidak keras, tidak
tiram putih. Kumbang Cyllodes bifacies mengandung getah, kering dan tekstur
adalah jenis kumbang yang sering cukup lembut. Gunawan (2004),
ditemukan pada kumbung jamur milik menambahkan bahwa bahan kedua dalam
petani. Kumbang tersebut dapat berperan budidaya jamur tiram putih adalah dedak.
sebagai vektor pembawa organisme Dedak yang baik adalah dedak yang masih
patogen lain, seperti jamur dan bakteri. Hal baru, tidak berbau apek, halus dan banyak
ini sesuai dengan pendapat Situngkir mengandung menir. Bahan ketiga adalah
(2013), serangga yang umum mengganggu kapur, kapur pertanian atau gamping yang
budidaya jamur tiram adalah kumbang berfungsi untuk mengatur pH mendekati
Cyllodes bifacies. netral atau pH 7, sebagai sumber kalsium
Selain itu, perlu dilakukan dan sumber mineral. Dalam membuat
pengawasan terhadap kontaminasi hama baglog, perbandingan masing-masing
agar tidak merusak baglog. Beberapa hama bahan harus proporsional dan dicampur
selain kumbang yang biasanya secara merata.
mengganggu adalah rayap, lalat, cacing, Pencampuran bahan dalam
tikus dan celurut. Hama tersebut biasanya membuat baglog harus tepat dan merata.
menyerang tubuh buah dan media tanam, Pemberian air harus sesuai dengan
sehingga dapat menyebabkan rusaknya kebutuhan atau kadar air yang ditentukan,
tubuh buah, kontaminasi dan rusaknya yaitu kadar air mencapai 60-65%. Air
baglog. Cara mengatasi kontaminasi oleh yang digunakan harus memakai air sumur,
hama dapat dilakukan dengan tidak boleh memakai air PAM karena
penyemprotan insektisida. Akan tetapi dapat mengganggu pertumbuhan jamur.
dalam penggunaan insektisida perlu Tingkat keasaman (pH) harus diatur
diperhatikan konsentrasi dan mencapai 6-7 (Cahyana et al., 1999). Suhu
komposisinya. Hal ini disebabkan pertumbuhan diatur 22-28 oC dengan
beberapa merk insektisida juga dapat kelembaban 60-70%. Intensitas cahaya
bersifat fungisida sehingga akan juga harus diatur, pada saat pertumbuhan
menghambat pertumbuhan jamur miselium tidak memerlukan cahaya, tetapi
(Gunawan, 2004). pada saat pertumbuhan tubuh buah

13
BIOSCIENTIAE, Januari 2017 Mulyanto 14(1): 9-15 ISSN 1693-4792

memerlukan cahaya dengan intensitas memperoleh oksigen secara sempurna dan


penyinaran mencapai 60-70% cahaya akan tumbuh jamur kecil (Pin head)
(Sunanto, 2000). Bangunan yang dijadikan (Sunanto, 2000).
rumah produksi akan lebih baik jika Menurut Djarijah dan Djarijah
terbuat dari anyaman bambu, karena hemat (2001), pengukuran suhu ruangan dapat
biaya dan mengandung pori-pori untuk dilakukan dengan menggunakan
sirkulasi udara sehingga dapat mengatur termometer dinding, sedangkan
suhu dan kelembaban udara (Gunawan, kelembaban dapat dilakukan dengan
2004). menggunakan alat higrometer. Kondisi
Pengomposan perlu dilakukan yaitu tersebut dapat dijaga dengan
dengan mencampur antara serbuk kayu menyemprotkan air pada ruangan tersebut
secara berkala. Penyemprotan sebaiknya
dengan kapur dan dibairkan selama tiga
tidak dilakukan mengenai baglog secara
hari sampai pH antara 6-7. Ketika akan langsung. Penyemprotan yang terlalu
dibuat baglog baru ditambahkan dengan banyak dan mengenai baglog secara
dedak, pupuk Urea atau TSP dan air langsung dapat menyebabkan jamur busuk.
sampai merata. Bahan dimasukkan ke dalam Pemanenan dapat dilakukan saat
kantong plastik (baglog) di ikat dan pertumbuhan jamur tiram putih sudah
disterilisasi dalam drum minimal selama 8 optimal yaitu jamur cukup besar dan
jam. Baglog dibiarkan selama satu malam berwarna putih bersih serta tidak terlalu
sampai dingin. Inokulasi bibit sebaiknya tua. Pemanenan dilakukan pada pagi hari
dilakukan pada ruangan khusus untuk dengan mencabut seluruh tubuh buah
mengurangi resiko kontaminasi dan supaya tidak ada akar yang tertinggal.
dilakukan secara aseptis, bibit yang Bagian yang tertinggal dapat membusuk dan
digunakan sebaiknya berasal dari bibit mempengaruhi pertumbuhan tubuh buah
lokal yang diisolasi dan ditumbuhkan lainnya. Pertumbuhan jamur tiram putih
sendiri sehingga terjamin kualitas, serta dalam baglog dapat bertahan selama
akan menghemat biaya produksi, selain itu 3 - 4 bulan. Penanganan pasca panen harus
kebersihan dan ketrampilan dari orang segera dilakukan untuk menghidari
menginokulasi juga harus diperhatikan kerugian, disortir jamur-jamur yang baik
(Sumiati et al., 2006). dan dipisahkan sesuai dengan
Baglog yang telah diisi dengan bibit peruntukannya masing-masing (Suriawiria,
sebaiknya bagian ujung diberi kapas steril 2001).
dan diikat secukupnya, hal ini bertujuan Kesimpulan
untuk pertumbuhan maksimal miselium. Budidaya jamur tiram putih perlu
Baglog tersebut sebaiknya ditempatkan memperhatikan beberapa faktor resiko
pada ruang inkubasi dan ditata sedemikian yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
rupa supaya sirkulasi udara cukup baik, jamur tiram putih. Faktor resiko yang
ditunggu sampai miselium tumbuh merata terdapat di Desa Kaliori adalah
memenuhi seluruh baglog (baglog menjadi menggunakan serbuk kayu campuran, air
putih). Waktu yang diperlukan untuk yang digunakan sebagian besar
inkubasi kurang lebih 40 hari. Setelah menggunakan air sumur, proses sterilisasi
baglog penuh, maka siap untuk 6-8 jam, kebersihan kumbung sedang,
dipindahkan ke dalam kumbung penyemprotan kurang dilakukan, suhu
pertumbuhan. Baglog yang dipindah ke masih kurang rendah, resiko
kumbung pertumbuhan dapat dibuka karet terkontaminasi jamur lain sangat tinggi
yang menutupi masing-masing baglog dan dan ditemukannya serangga pengganggu
kapas juga dapat diambil/ dikeluarkan. Cyllodes bifacies. Upaya perbaikan yang
Setelah 3-5 hari ujung plastik dapat dilakukan mulai dari memilih bahan baku,
dipotong untuk membiarkan jamur

14
BIOSCIENTIAE, Januari 2017 Mulyanto 14(1): 9-15 ISSN 1693-4792

mencampurkan bahan baku, Ciawi kabupaten Bogor Provinsi


memfermentasi, sterilisasi, inokulasi bibit, Jawa Barat). Skripsi. Tidak

pemeliharaan (penyemprotan), menjaga dipublikasikan.


kebersihan kumbung dan mencegah Soenanto, H. 2000. Jamur Tiram,
munculnya berbagai patogen lainnya. Budidaya dan Peluang Usaha. Aneka
Daftar pustaka Ilmu, Semarang.
Cahyana, Y.A., Muchroji., M. Bakrun. Sudarma, I.M., N.M. Puspawati, N. N.
1999. Budidaya dan Analisis Usaha Purmidhi, K. A. Yuliadhi, N. W.
Jamur Tiram. Swadaya, Jakarta. Djarijah, Suniti, I. G. N. Bagus, I. N. Wijaya
N.M., dan A.S. Djarijah. 2001. dan D. Widaningsih. 2015.
Budidaya Jamur Tiram:Pembibitan, Keragaman dan daya hambat spora
Pemeliharaan dan Pengendalian tular udara yang mengkontaminasi
Hama Penyakit. Kanisus, Jakarta. media baglog Jamur Tiram putih
Luluharhari, 2003. Analisis Biaya (Pleoratus ostreatus (Jacq. Ex Rr)
Produksi pada Budidaya Jamur Kummer). Jurnal Agrotrop. 5 (2) :
Tiram Putih di Wilayah Bogor. 150 – 160
(Thesis) tidak dipublikasikan. Sumiati, E., E. Suryaningsih, dan
Gunawan, A.W. 2004. Budidaya Jamur Puspitasari. 2006. Perbaikan
Tiram. PT. Agro Media Pustaka, Produksi Jamur Tiram Pleurotus
Depok. ostreatus Strain Florida dengan
Situngkir, E. 2013. Analisis Sumber- Modifikasi Bahan Baku Utama
sumber resiko pada proses produksi Substrat. J. Hort., 16(2): 96-107.
jamur tiram putih (Studi kasus usaha Suriawiria, 2001. Sukses Beragrobisnis
rimba jaya mushroom kecamatan Jamur Kayu. Swadaya, Jakarta.

15

You might also like