Professional Documents
Culture Documents
Abstract
White oyster mushroom cultivation need to take some risk factors that can affect the growth of
fungi. The risk factors contained in youth is to use a mixture of sawdust, which used a mixture of water,
the process of sterilization 6-8 hours, cleanliness kumbung moderate, less spraying is done, the low
temperature is still lacking, the risk of contamination of other fungi are very high and the
discovery of insect pests Cyllodes bifacies. The aim of research to determine the factors that affect the
cultivation and improvement efforts. The sampling method is purposive sampling and analyzed
descriptively. The results obtained are still widely found the process of selecting raw materials using a
mix of materials, sterilization less than optimal and spraying is still lacking, such as the discovery of the
pathogens fungus Trichoderma sp., Fusarium sp., Aspergillus sp and Mucor sp. and the presence of
the beetle Cyllodes bifacies. Efforts improvements made from selecting raw material, mixing raw
materials, fermenting, sterilization, inoculation seedlings, maintenance (spraying), kumbung maintain
cleanliness and prevent the emergence of various other pathogens.
10
BIOSCIENTIAE, Januari 2017 Mulyanto 14(1): 9-15 ISSN 1693-4792
Tabel 1. Data Pengamatan Tempat Budidaya Jamur Tiram RW 14 Desa Kaliori Kecamatan Banyumas
Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah
Kode Rata rata parameter
digenggam tidak lepas dan air tidak bangunan permanen dengan atap genteng
menetes. dan seng sebagai tempat pertumbuhan jamur
Proses sterilisasi baglog dilakukan tiram putih. Akan tetapi ada beberapa
dengan cara merebusnya dalam drum petani yang menggunakan bangunan
selama 6 – 8 jam. Pembakaran dapat permanen beratap daun rumbia, sehingga
menggunakan kayu bakar maupun gas hasil yang diperoleh lebih banyak
elpiji. Pembakaran yang menggunakan dibanidngkan dengan yang menggunakan
kayu bakar dapat menghasilkan panas atap genteng dan seng.
yang kurang stabil. Nyala api yang terlalu Tempat juga merupakan salah satu
besar menyebabkan plastik baglog komponen yang perlu diperhatikan dalam
meleleh, sebaliknya nyala api yang terlalu
budidaya jamur tiram putih. Djarijah dan
kecil menyebabkan proses sterilisasi tidak
sempurna dan mudah terkontaminasi. Djarijah (2001) menyatakan bahwa
Pembakaran yang baik menggunakan gas budidaya jamur tiram putih memerlukan
elpiji karena panas yang dihasilkan stabil beberapa tempat, sebaiknya terdapat
dan dapat menjangkau bagian dalam tempat yang berbeda untuk inkubasi dan
baglog. Menurut Djariah dan Djarijah tempat untuk pertumbuhan. Tempat
(2001), proses sterilisasi baglog dalam drum inkubasi merupakan tempat yang
minimal selama 8 jam, sehingga proses digunakan untuk menginkubasi bibit yang
sterilisasi sempurna. telah ditanam ke dalam baglog sampai
Penyemprotan air pada baglog juga tumbuh miselium. Baglog yang telah
termasuk faktor keberhasilan budidaya ditumbuhi miselium secara merata dapat
jamur tiram putih. Frekuensi dipindahkan ke dalam tempat pertumbuhan
penyemprotan disesuaikan dengan kondisi yang pada umumnya berada dalam
tempat tumbuh jamur tiram putih. Kondisi kumbung. Namun berbeda dengan kondisi
tempat tumbuh yang sudah cukup lembab, budidaya yang dilakukan oleh para petani
maka penyemprotan dilakukan sekali di RW 4 Desa Kaliori. Sebagian petani
dalam sehari. Namun, penyemprotan
menggunakan tempat inkubasi sekaligus
sebaiknya dilakukan sebanyak dua kali
yaitu pagi dan sore hari. Hal ini bertujuan untuk pertumbuhan jamur tiram putih, dan
untuk menciptakan kondisi yang lembab sebagian lainnya memisahkan antara
dan suhu yang sesuai dengan suhu optimal tempat inkubasi dengan tempat
untuk pertumbuhan jamur tiram putih. pertumbuhan.
Kelembaban dan suhu optimum Sunanto (2000), menyatakan bahwa
juga dipengaruhi oleh bahan pembuat perbedaan suhu optimum inkubasi dan
bangunan yang digunakan dalam budidaya pertumbuhan jamur tiram putih
jamur tiram putih. Gunawan (2004) menyebabkan tempat inkubasi sebaiknya
berpendapat bahwa kumbung yang dibedakan dengan tempat pertumbuhan.
digunakan dalam budidaya jamur tiram Suhu inkubasi berkisar antara 22 – 28 oC
putih sebaiknya tidak menggunakan dengan kelembaban berkisar 60 – 80%,
bangunan permanen, tetapi menggunakan sedangkan suhu pertumbuhan jamur antara
pagar dari gedeg atau anyaman bambu dan 16 – 22 oC dengan kelembaban 70 – 80%.
atap daun rumbia atau daun lainnya. Pagar Hal ini berbeda dengan suhu pertumbuhan
yang terbuat dari gedeg akan mengatur dalam kumbung jamur tiram putih di RW
sirkulasi udara secara terus menerus, dan 4 Desa Kaliori berkisar antara 23 – 27 oC,
atap dari daun akan menambah suasana suhu tersebut masih sedikit tinggi bagi
lembab dalam kumbung. Hasil panen di RW pertumbuhan jamur tiram putih. Oleh
4 Desa Kaliori masih kurang optimal, karena itu, pertumbuhan jamur tiram putih
karena sebagian besar petani menggunakan milik petani masih kurang optimal.
Kebersihan kumbung menjadikan
faktor yang penting dalam menentukan
12
BIOSCIENTIAE, Januari 2017 Mulyanto 14(1): 9-15 ISSN 1693-4792
13
BIOSCIENTIAE, Januari 2017 Mulyanto 14(1): 9-15 ISSN 1693-4792
14
BIOSCIENTIAE, Januari 2017 Mulyanto 14(1): 9-15 ISSN 1693-4792
15