You are on page 1of 10

SKRINING FARMAKOGNOSI TANAMAN ETNOFARMASI ASAL KABUPATEN

BULUKUMBA YANG BERPOTENSI SEBAGAI ANTIKANKER

Asni Amin
Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia
email : nienieasni_apt@yahoo.com

Abstract
The use of traditional medicine has long been known and used by the people of South Sulawesi
and recorded since the 15th century in lontara 'pabbura. Bulukumba as one of the areas of south
Sulawesi inhabited by ethnic of Kajang and ethnic of Makassar has also been used plants to treat
several of diseases including. Screening studies pharmacognostic origin Bulukumba conducted
to identify medicinal plants used by the community Bulukumba to treat cancer. The research
location is the village of Bahari Bonto Lembanna District Bulukumba, The research location is
the village Lembana of Bonto Bahari District Regency of Bulukumba, the surveys plants
etnofarmasi through sanro (traditional healers), public figures and society who have knowledge
of traditional medicine with purposive sampling method. Pharmacognosy screening includes
determination etnofarmasi plants that have been collected, organoleptic examination,
morphology, anatomy and identification of chemical constituents using color reagent and
precipitation reactions. The results obtained five plants etnofarmasi potential for the treatment
of cancer, leaf of landep (Barleria prionitis L.) Family Acanthaceae, gewor (Basella rubra L)
Famili Acanhtaceae, pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis) Family Loranthaceae, rumput
mutiara (Hedyotis corymbosa L.) family Rubiaceae dan gondola (Commelina benghalensis L.)
Family Commelinaceae, with chemical ingredients contain flavonoids, saponins, alkaloids, and
tannins. The content of flavonoids and alkaloids in plants has the potential to be used as a
cancer treatment.

Keywords : Etnopharmacy, anticancer, Pharmacognosy screening.

Abstrak
Penggunaan obat tradisional telah lama dikenal dan digunakan oleh masyarakat Sulawesi Selatan
dan dibukukan sejak abad ke-15 dalam lontara’ pabbura. Bulukumba sebagai salah satu wilayah
Sulawesi Selatan dihuni oleh etnis Makassar dan etnis Kajang juga telah menggunakan tanaman
termasuk untuk mengobati berbagai penyakit. Penelitian skrining farmakognostik asal Kabupaten
Bulukumba dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi tanaman obat yang digunakan oleh
masyarakat Bulukumba untuk mengobati penyakit kanker. Lokasi penelitian adalah desa
Lembanna Kecamatan Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba, dengan mensurvei tanaman
etnofarmasi melalui sanro (pengobat tradisional), tokoh masyarakat dan masyarakat yang
memiliki pengetahuan tentang obat tradisional dengan metode purposive sampling. Skrining
farmakognosi meliputi determinasi tanaman etnofarmasi yang telah dikumpulkan, pemeriksaan
organoleptik, morfologi, anatomi dan identifikasi kandungan kimia menggunakan pereaksi
warna dan reaksi pengendapan. Hasil penelitian didapatkan lima tanaman etnofarmasi yang
potensial untuk pengobatan kanker yaitu daun landep (Barleria prionitis L.) Famili Acanthaceae,
gewor (Basella rubra L) Famili Acanhtaceae, pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis) Famili
Loranthaceae, rumput mutiara (Hedyotis corymbosa L.) family Rubiaceae dan gondola
(Commelina benghalensis L.) famili Commelinaceae, dengan kandungan kimia mengandung

J. Trop. Pharm. Chem. 2012. Vol 1. No. 4. 263


Skrining Farmakognosi Tanaman Etnofarmasi

flavanoid, saponin, alkaloid, dan tanin. Kandungan flavonoid, dan alkaloid dalam tanaman
berpotensi untuk digunakan sebagai obat kanker.

Kata Kunci : Etnofarmasi, Antikanker, Skrining farmakognosi.

PENDAHULUAN penelitian etnofarmasi untuk menggali


warisan budaya khususnya dalam upaya
Penggunaan bahan alam sebagai obat pengembangan obat tradisional dan
tradisional di Indonesia telah dilakukan oleh membuktikan secara ilmiah kebenaran
nenek moyang kita sejak berabad-abad lalu khasiatnya.
berdasarkan etnofarmasi yang menggunakan
bahan alam sebagai obat terkait dengan Salah satu cara pembuktian ilmiah akan
penggunaannya dalam konteks kultural oleh kebenaran dalam penggunaan obat
masyarakat lokal (etnik). Hal ini terkait ciri tradisional yang digunakan oleh masyarakat
budaya masyarakat Indonesia dengan masih Bulukumba adalah dengan melakukan
dominannya unsur-unsur tradisional dalam skrining farmaskognostik tanaman
kehidupan sehari-hari. Penggunaan bahan etnofarmasi yang berpotensi sebagai obat
alam sebagai obat tradisional terbukti dari antikanker.
adanya naskah kuno pada daun lontar seperti
Husodo (Jawa), Usada (Bali), dan Lontarak Bulukumba adalah salah satu wilayah di
pabbura (Sulawesi Selatan). Persepsi Sulawesi Selatan yang dulu berada di
mengenai konsep sakit, sehat, dan bawah kekuasaan kerajaan Bontobangun,
keragaman jenis tumbuhan yang digunakan yang dihuni oleh banyak kelompok etnis,
sebagai obat tradisional terbentuk melalui tapi masih dominan bahasa Makassar
suatu proses sosialisasi yang secara turun sehingga dapat dianggap termasuk rumpun
temurun dipercaya dan diyakini bahasa Makassar. Wilayah ini memiliki
kebenarannya. Keadaan ini didukung oleh letak geografis dan tofografi berada pada
keanekaragaman hayati yang terhimpun kondisi empat dimensi yakni dataran tinggi
dalam berbagai tipe ekosistem yang pada kaki gunung Bawakaraeng–
pemanfaatannya telah mengalami sejarah Lompobattang, dataran rendah, pantai dan
panjang sebagai bagian dari kebudayaan. laut lepas, sehingga sangat potensial untuk
pengembangan obat bahan alam. Masyarakat
Meskipun penggunaan obat tradisional dari di wilayah ini utamanya etnis Makassar, dan
bahan alam di Sulawesi Selatan telah Kajang telah menggunakan tanaman untuk
dibukukan sejak awal abad 15 dikenal mengobati berbagai penyakit yang dilakukan
dengan sure lontarak pabburak yang berisi oleh sanro, termasuk untuk mengobati
jenis tanaman, khasiat dan cara penyakit kanker.
penggunaannya, namun publikasi dan
popularitas referensi ini seolah tertimbun Tujuan penelitian ini adalah untuk
bersama kemajuan zaman dengan mendeterminasi dan mengidentifikasi
meninggalnya tokoh-tokoh adat, dan farmakognosi secara organoleptik,
dukun/sanro, akibatnya masyarakat Sulawesi morfologi, anatomi dan komponen kimia
Selatan sendiri seolah kehilangan pedoman tanaman etnofarmasi yang digunakan
dalam penggunaan tanaman obat yang ada masyarakat Bulukumba sebagai antikanker.
disekitarnya. Sehingga perlu dilakukan

J. Trop. Pharm. Chem. 2012. Vol 1. No. 4. 264


Skrining Farmakognosi Tanaman Etnofarmasi

METODE 5. Identifikasi Kandungan kimia dengan


pereaksi warna dan reaksi pengendapan
Alat : Alat-alat gelas, sentrifuge, plat tetes. untuk menguji adanya kandungan
Bahan : beberapa tanaman etnofarmasi asal amilum/ aleuron, alkaloid, saponin,
Kabupaten Bulukumba, pereaksi IKI, steroid, karbohidrat, glikosida, fenolik,
Dragendorf, Luff, FeCl3, Vanilin-asam tannin, dan flavanoid yang mengacu
sulfat, flouroglusin, Sudan III, KOH 10%- sesuai dengan prosedur pada Materia
etanol, Liberman-Buchard, Aquadest. Medika Indonesia.

Waktu Penelitian : a. Reaksi warna

Penelitian dilakukan pada Oktober 2009– Reaksi warna dilakukan terhadap hasil
Maret 2010. penyaringan zat berkhasiat baik sebagai
hasil mikrosublimasi atau langsung
terhadap irisan serbuk simplisia :
Lokasi Penelitian:
1. Lignin: serbuk simplisia diberi
Penelitian tanaman etnofarmasi dilakukan larutan floroglusin P, tambahkan
asam klorida P, diamati di
di Desa Lembanna, Kec. Bontobahari
mikroskop, positif terdapat sel batu
Kabupaten Bulukumba, dan pengujian
jika dinding sel berwarna merah.
skrining farmakognosi dilakukan di
2. Pati / Aleuron: ditambahkan
Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia
pereaksi Iodium 0,1 N pada bahan
Fakultas Farmasi UMI.
yang akan diperiksa, pati berwarna
Metode : biru, dan aleuron berwarna kuning
coklat sampai coklat.
1. Pengumpulan data etnofarmasi di desa 3. Suberin, kutin, minyak menguap, dan
Lembanna dilakukan dengan penyebaran minyak lemak : bahan yang akan
kuisener dan wawancara dengan metode diperiksa diletakkan di atas kaca
purposive sampling (informan dipilih objek, tambahkan beberapa tetes
berdasarkan pengetahuan dan sudan III LP, bahan dapat
pengalamannya tentang tanaman obat, dijernihkan dengan klorohidrat,
yaitu dukun/sanro atau keturunannya, kecuali bahan yang mengandung
tokoh adat/masyakarat dan orang yang minyak atsiri.
berpengalaman dalam pengobatan 4. Uji adanya sterol dengan reaksi
tradisional), semua data etno-farmasi Liebermen Bouchard : 10 tetes
dikumpulkan sebagi data inventarisasi minyak lemak dan dilarutkan dalam
tanaman obat. 5 ml kloroform, campur dan amati
2. Pengumpulan sampel tanaman dan warna yang terjadi.
determinasi tanaman. 5. Selulosa: Untuk menentukan adanya
3. Pemeriksaan tanaman meliputi: uji selulosa bahan ditambahkan larutan
Organoleptik (bau, warna, dan rasa) dari seng (II) klorida beriodium,
tanaman dan simplisia, morfologi memberikan warna ungu merah.
tanaman, dan anatomi berupa 6. Zat samak / tannin: Bahan
pemeriksaan penampang melintang dan ditambahkan besi (III) ammonium
membujur dari daun, batang dan akar. sulfat P encer, zat samak dan
4. Pembuatan Simplisia dengan metode
pengeringan.

J. Trop. Pharm. Chem. 2012. Vol 1. No. 4. 265


Skrining Farmakognosi Tanaman Etnofarmasi

senyawa tanat lainnya berwarna hijau 4 menit, tambahkan pereaksi molish,


atau biru sampai hitam. terjadi warna merah.
7. Katekol: Letakkan bahan atau serbuk 13.Steroid: Ekstrak metanol kering
di atas kaca objek ditambahkan disuspensikan dengan air, kemudian
larutan vanillin P 10% b/v dalam ditambahkan n-hexan, ulangi sampai
etanol 90 % P, kemudian dalam asam ekstrak tidak berwarna lagi, residu
klorida P, bagian yang mengandung ditambah 10 ml kloroform, kocok 5
turunan katekol berwarna merah menit. Decanter dalam tabung reaksi
intensif. yang berisi 10 ml NaSO4 anhidrat.
8. Dioksiantrakinon: Serbuk dalam Filtrat ditambahkan pereaksi
tabung reaksi ditambahkan kalium Libermen Buchard.
hidroksida etanol LP, warna merah
9. Fenol ditentukan dengan reaksi b. Reaksi Pengendapan
Mikrosublimasi yaitu serbuk sampel
dalam vial dilarutkan dengan air, dan Pengujian dengan reaksi pengendapan
ditutupi dengan objek gelas dan di dilakukan untuk menguji adanya
atas objek gelas diberi kapas, alkaloid, yaitu:
dipanaskan hingga menyublin. Sebanyak 500 mg serbuk simplisia,
a. Hasil mikrosublimasi ditambah- ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan
kan fosfo-molibdat asam sulfat 9 ml air, dipanaskan di atas penangas air
LP, warna biru. selama 2 menit, setelah dingin disaring,
b. Hasil mikrosublimasi ditambah- dan diambil 3 tetes filtrat pada dua kaca
kan asam diazobensulfonat LP, arloji:
warna biru. a. Filtrat ditambahkan 2 tetes mayer LP
10.Saponin : sebanyak 0,5 g serbuk pada kaca arloji pertama, terbentuk
dalam tabung reaksi ditambahkan 10 endapan menggumpal berwarna
ml air panas, dinginkan kemudian putih
kocok kuat selama 10 detik, b. Filtrat ditambahkan 2 tetes
terbentuk buih yang mantap selama Bouchardat LP pada kaca arloji
10 menit setinggi 1-10 cm, dan kedua, terbentuk endapan berwarna
penambahan 1 tetes asam coklat sampai hitam.
hidroklorida 2N, buih tidak hilang.
11.Flavanoid : Sari 0,5 g serbuk dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
10 ml metanol dengan alat pendingin
balik selama 10 menit, disaring Penggunaan tanaman obat oleh masyarakat
panas, filtrate ditambahkan 10 ml air, Sulawesi Selatan telah dikenal dalam buku
setelah dingin tambahkan 5 ml eter lontarak pabbura dan merupakan budaya
minyak tanah P, kocok hati-hati, yang diwariskan berdasarkan kearifan lokal
diamkan. Lapisan metanol diambil masyarakat (etnis) yang terdapat di
dan diuapkan pada suhu > 400 di dalamnya, seperti yang digunakan oleh
bawah tekanan. masyarakat Bulukumba dari etnis Makassar
12.Karbohidrat: ekstrak etanol dan Kajang dalam hal pengobatannya selain
ditambahkan air 2 ml dalam cawan menggunakan mistik, doa atau
porselin, diuapkan, tambahkan 2-3 kepercayaannya, sanro (dukun) juga
tetes asam sulfat P, diamkan selama menggunakan tanaman untuk mengobati
penyakit sebagai obat termasuk penyakit

J. Trop. Pharm. Chem. 2012. Vol 1. No. 4. 266


Skrining Farmakognosi Tanaman Etnofarmasi

kanker. Hasil survei tanaman etnofarmasi potensial sebagai immunostimulan,


terhadap sanro dan tokoh masyarakat desa merangsang mekanisme imun spesifik dan
Lembanna Kecamatan Bontobahari non-spesifik [13].
Kabupaten Bulukumba terdapat 5 tanaman
berpotensi antikanker, yaitu rumpu’ (rumput Tumbuhan Gawo atau Gewor (Commelina
mutiara), Boyo-boyo (pecut kuda), Gawo benghalensis L.) termasuk kelas
(gewor), Tamba robbo’ (gendola), dan monocotyledoneae dengan ciri-ciri adalah
Bianta (landep). Bianta atau landep herba, tinggi 30-60 cm, batang tegak, bulat,
daunnya secara etnofarmasi digunakan beruas-ruas, lunak, hijau, daun tunggal,
untuk melunakkan tumor dan juga sebagai berseling, duduk memeluk batang, bunga
obat menghilangkan radang akibat tumor. majemuk, kelopak 3 helai, mahkota bentuk
jantung, biru. Buah kotak, bulat telur,
Hasil penelitian diketahui daun landep hijau. Biji bulat, kecil, hitam. Akarnya
(Barleria prionitis L.) termasuk famili serabut. Pada anatomi terdapat jaringan
Acanthaceae mengandung golongan epidermis disertai stomata dengan tipe
senyawa minyak atsiri, alkaloida, glikosida, diasitik, dan pada batang terdapat berkas
tannin berupa tannin katekol, saponin, dan pengangkut tipe kolateral. Identifikasi
flavonoid. Studi aktivitas antibakteri dan kandungan kimia mengandung katekol dan
antiinflamasi ekstrak pada bagian berbeda aleuron, polifenol, flavonoid, dan saponin.
tanaman Landep asal Afrika Selatan,
menunjukkan antimikroba spektrum luas, Penelitian fitokimia yang lain menunjukkan
dari 21 ekstrak yang digunakan ternyata 20 kandungan metabolit sekunder berupa
ekstrak memiliki aktivitas antiinflamasi alkaloid, lactone, kumarin, triterpen, steroid,
terhadap cyclooxygenase COX-1 dan 10 resin, fenol, tanin, asam amino, kuinon,
ekstrak menunjukkan aktivitas yang baik flavonoid, dan saponin. Alkaloid
pada uji COX-2. diterpenoid memiliki aktivitas antibakteri
[10]. Flavonoid yang terkandung
Semua ekstrak petroleum eter kecuali didalamnya berfungsi sebagai antiokasidan
ekstrak batang dapat menghambat sintesis dengan nilai IC50 = 21,53 µg/ml, sehingga di
prostaglandin dalam COX-1 [13]. Studi Pakistan daunnya dimakan sebagai lalapan
antifungi, penghambatan asetilkolinesterase, atau [5]. Akarnya memiliki aktivitas
anti oxidan dan fitokimia tanaman Barleria hepatopretektor dengan kandungan alkaloid
species menunjukkan aktivitas dan kandungan flavanoidnya berpotensi
penghambatan ekstrak daun B. Greenii lebih antioksidan [14]. Rumput mutiara (Hedyotis
tinggi dibandingkan pada batang dan akar, corymbosa L) adalah rumput tumbuh
demikian pula terhadap penghambatan rindang berserak, batang bersegi, daun
asetilkolinesterase, sebalik-nya pada B. berhadapan bersilang, bunga bentuknya
albostellata aktivitasnya lebih tinggi pasa seperti payung berwarna putih, bunga
batang dibandingkan pada akar dan daun. majemuk 2-5, termasuk famili Rubiaceae [7,
Uji aktivitas antioksidan terhadap radikal 17]. dan hasil penelitian tanaman ini
bebas DPPH dengan nilai EC50 antara 6.65- mengandung katekol, aleuron, dioksi-
12.56 µg/ ml dengan kandungan flavonoid, antrakinon, alkaloid, steroid, dan minyak
iridoid and tannin [12]. Hasil uji fraksi atsiri. Sifat dari tumbuhan adalah rasa
iridoid Barleria prionitis Linn. terhadap manis sedikit pahit, lembut, netral, agak
aktivitas immunomodulator secara in vitro dingin sudah terkenal sejak nenek moyang
dan in vivo menunjukkan fraksi iridoid untuk menghilangkan demam dan

J. Trop. Pharm. Chem. 2012. Vol 1. No. 4. 267


Skrining Farmakognosi Tanaman Etnofarmasi

hepatoprotektor [3], dan pada masyarakat inisiasi, promosi maupun progresi melalui
Bulukumba digunakan juga sebagai obat mekanisme molekuler antara lain inaktivasi
antikanker. senyawa karsinogen, anti proliferatif,
penghambatan angiogenesis, cell cycle
Kandungan glikosida flavonoid pada rumput arrest, induksi apoptosis dan antioksidan
mutiara diduga mampu menghambat proses [11].
karsinogenesis baik secara in vitro maupun
in vivo. Penghambatan terjadi pada tahap

Tabel 1. Data tanaman etnofarmasi meliputi bagian tanaman, kegunaan, dan cara penggunaannya sebagai anti
kanker yang digunakan di etnis Makassar di desa Lembanna Kecamatan Bontobahari Kabupaten
Bulukumba.
No Nama Daerah Bagian yang Nama Simplisia Kegunaan Cara Penggunaan
digunakan
1. Bianta Daun Barleriae Folium peluruh haid, abortivum, dapat 7-10 lembar Daunnya
mengurangi rasa sakit dan direbus dengan 4 gelas
dapat melunakkan tumor. air hingga 1 gelas,
diminum 2 x ½ gelas
sehari.
2. Rumpu’ Herba Hedyotis Herba untuk demam, antiradang, Untuk radang herba
diuretik, menghilangkan racun, ditumbuk dan dibalurkan
tonsilis, Bron-khitis, radang pada bagian yg sakit,
usus buntu; hepatitis, infeksi untuk kan-ker ditumbuk
saluran kemih, bisul, kanker dan perasannya diminum,
payudara sehari 3 x 1
3. Tamba robbo’ Daun Basellae Folium Influenza, radang pada mata, Daunnya direbus dengan
diare, Rematik, radang 2 gelas air hingga 1
kandung kemih, radang usus gelas, diminum 2 x 1.
buntu.analgetik, diuretik, dan
antispermatozoa, tumor.
4. Gawo Herba Commellinae herba Gawo digunakan untuk Herbanya direbus dengan
Herba kanker, mengatasi demam, obat 3 gelas air hingga 1
luka, dan sakit kepala. gelas, diminum 2 x 1.
5. Boyo-boyo Daun Stachytarphetae Infeksi dan batu saluran Daun direbus dengan 3
Folium kencing, Sakit tenggorokan, gelas air hingga 1 gelas,
Rematik, Haid tidak teratur, diminum 2 x 1.
Batuk, Hepatitis dan
antikanker.

Tabel 2. Data etnofarmasi dan determinasi tanaman obat yang berpotensi antikanker asal desa Lembanna
Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba
No Nama Daerah Nama Indonesia Spesies Nama Simplisia Famili
1. Bianta Landep Barleria prionitis L. Barleriae Folium Acanthaceae
2. Tamba robbo’ Gendola Basella rubra L Basellae Folium Acanhtaceae
3. Gawo Gewor Commelina Commellinae Herba Commelinaceae
benghalensis L.
4. Boyo-boyo Pecut kuda Stachytarpheta Stachytarphetae Lorantaceae
jamaicensis Folium
5 Rumpu’ Rumput mutiara Hedyotis corymbosa L Hedyotis Herba Rubiaceae

J. Trop. Pharm. Chem. 2012. Vol 1. No. 4. 268


Skrining Farmakognosi Tanaman Etnofarmasi

Tabel 3. Data Skrining Farmakognosi tanaman etnofarmasi yang berpotensi antikanker asal desa Lembanna
Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba obat
No Spesies Organoleptik Morfologi Anatomi Kandungan kimia
1. Barleria prionitis L. Daun berbau tinggi antara 0,5 – 1,5 Epidermis bawah minyak atsiri, zat-
lemah, rasa agak cm. Batang segi empat pada daun Stomata: zat alkaloida,
kelat. Warna warna coklat. Daun Tipe anomositik, glikosida, tannin
hijau, batang dan yang bawah bertangkai, trikoma banyak katekol, flavonoid
akar warna coklat, helaian daun elips pada permukaan dan alkaloid
tidak berbau, dan hingga bentuk lanset, bawah, bentuk
tidak berasa. pangkal menyempit kerucut panjang
sepanjang tangkai dan rambut 150 µm,
ujung seperti duri. hablur kalsium
Bunga kuning, bunga oksalat berbentuk
tunggal dan sering roset yang besar
berkumpul menjadi dan bentuk prisma.
bulir. Bunga bentuk Kelenjar lisigen
mangkuk. Buah bulat Pada batang dan
telur bentuk berkas pembuluh
memanjang, biji, tiap kolateral, hipo-
ruang 1. Akarnya dermis dan
tunggang. kambium.
2. Basella rubra L Daun tidak Daun tunggal yang Irisan melintang Flavanoid, tannin
berbau, rasa pahit, bentuknya bulat dengan anatomi daun dan saponin.
warna hijau, panjang 2-17 cm, lebar menunjukkan
batang tidak 1 - 13 cm, tepi rata, adanya stomata tipe
berbau, warna saat ujung meruncing, anomositik dan
muda ungu dan pertu-langan menyirip, pada batang
saat tua coklat, warna daun hijau, terdapat berkas
rasa agak dengan batang pengangkut tipe
pahit,dan akar percabangan banyak, kolateral terbuka.
berwarna coklat, dimulai dan berakar
rasa sepat. tunggang.
3. Commelina Daun, batang Herba, tinggi 30-60 Daun epidermis dan katekol dan
benghalensis L. berbau, rasa pahit, cm. Batang tegak, stomata tipe aleuron, polifenol,
warna hijau dan bulat, beruas-ruas, diasitik, pada flavonoid, dan
akar berwarna lunak, hijau. Daun batang berberkas saponin.
putih kecokalatan tunggal, berseling, pembuluh tipe
dan agak pahit duduk memeluk kolateral terbuka,
batang, lonjong, tepi dengan dindingnya
sedikit berombak, berlignin.
ujung meruncing, Penampang
pangkal tumpul, membujur akar dan
panjang 3-6 cm, lebar batang ditemukan
1-3 cm, pertulangan sel idioblas dan
daun sejajar, calcium oksalat
permukaan berbulu, berbentuk prisma.
hijau. Bunga majemuk,
kelopak 3 helai,
mahkota bentuk
jantung, biru. Buah
kotak, bulat telur,
hijau. Biji bulat, kecil,
hitam. Akarnya
serabut.

J. Trop. Pharm. Chem. 2012. Vol 1. No. 4. 269


Skrining Farmakognosi Tanaman Etnofarmasi

Tabel 3. Data Skrining Farmakognosi tanaman etnofarmasi yang berpotensi antikanker asal desa Lembanna
Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba obat( Lanjutan)
4. Stachytarpheta Daun, batang dan Daun berhadapan katekol, lignin,
jamaicensis akar berbau khas bentuk bulat telur, dioksiantrakinon
dan tajam, daun tunggal dengan glikosida, flavonoid
warna hijau, rasa panjang 4-4 cm, lebar dan alkaloid.
pedas dan agak 3 - 6 cm, tepi bergerigi,
pahit. Batang ujung runcing, hijau
coklat, rasa agak tua. akar serabut. Pada
pahit. Akar warna batang berbentuk bulat
coklat tua, rasa panjang beruas-ruas.
pahit. Bunga majemuk
tersusun dalam bulir
yang memanjang,
mirip pecut,
panjangnya 4 – 20 cm.
warna ungu. Buah
berbentuk garis, berbiji
2, berbentuk jarum
berwarna hitam.
5 Hedyotis Warna daun hijau, Daun: tunggal, Epidermis bawah katekol, aleuron,
corymbosa L rasa pahit, dan menyirip, berhadap dan stomata tipe diokstrakinon,
tidak berbau. bersilang, ujung diasitik dan sistem alkaloid, steroid,
Bentuk batang runcing, pangkal jaringan dan minyak atsiri.
bulat berwarna hampir duduk, tepi pengangkut pada
coklat, tidak rata, daging daun tipis batang dan akar
berbau dan rasa lunak. Warna pada adalah kolateral
pahit. Pada akar waktu muda hijau terbuka.
berwarna kemerahan dan saat tua
kecoklatan, rasa hijau kemerahan,
pahit, tidak permukaan atas
berbau. berwarna hijau tua,
kasar, permukaan
bawah daun warna
hijau muda. Batang
tidak berkayu, bentuk
bulat, percabangan
banyak, permukaan
batang kasar, warna
batang muda coklat
muda dan batang
coklat tua. Akar
serabut.

Herba gendola (Basella rubra L) merupakan menghemolisis darah merah. Gendola juga
tanaman budidaya yang lebih dikenal memiliki efek menghilangkan panas dalam,
dengan nama Binahong berdaun tunggal racun dan mengeluarkan organisme
letak berhadapan, bentuknya bulat termasuk penyebab sakit dari darah [6]. Senyawa
famili Acanthaceae [7, 17], ini memiliki flavanoidnya berkhasiat sebagai anti oksidan
efek analgetik, diuretik, dan dan diduga juga berpotensi sebagai
antispermatozoa. Saponin pada daun antikanker.
gendola memiliki kemampuan untuk

J. Trop. Pharm. Chem. 2012. Vol 1. No. 4. 270


Skrining Farmakognosi Tanaman Etnofarmasi

Pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis) DAFTAR PUSTAKA


adalah tanaman dengan ciri daun letak
berhadapan, berupa daun tunggal tepi 1. B.V. Ghule, P.G. Yeole, 2012. In Vitro And In
bergerigi, ujung daun runcing, bunga Vivo Immunomodulatory Activities Of Iridoids
Fraction From Barleria prionitis Linn., Journal
majemuk tersusun dalam poros bulir yang of Ethnopharmacology, Volume 141, Issue 1.
memanjang, seperti pecut, sehingga disebut 2. Cuéllar Armando, 2010, Preliminary
pecut kuda ini termasuk famili Loranthaceae Phytochemical And Antimicrobial Evaluation Of
[15], uji kandungan kimia menunjukkan The Fresh And Dried Whole Plant Extracts
bahwa tanaman ini positif mengandung From Commelina Benghalensis, Rev.
Colombiana cienc. Anim. 2(1)
katekol, lignin dan dioksiantrakinon. Serta 3. Dalimarta, 2006. Atlas Tumbuhan Obat
mengandung glikosida flavonoid dan Indonesia, Jilid 3, Trubus Agriwidya, Jakarta.
alkaloid yang diduga berkhasiat sebagai 4. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
antikanker. Flavonoid dari spesies lain yaitu Makanan., 1989,-1995 Materia Medika
ekstrak methanol S. indica bersifat Indonesia, Jilid I-VI, Departemen Kesehatan
Republik, Jakarta
sitoprotrotektor dan antioksidan terhadap 5. Dixon, R.A, Dey, P.M, Lamb, C.J, 1983.
DPPH dengan nilai IC50 = 40,07 µg/ml [16]. Phytoalexins, Enzymology and Molecular
Biology, Adv. Enzymol. 55:1-69.
Efek flavonoid sebagai antikanker dapat 6. Fauzi R. Kusuma and B Muhammad Zaky.
bersifat kemopreventif dan kemoterapi 2005. Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat. Agro
Media. Pustaka..Yogyakarta
dengan mekanisme menginaktifkan senyawa 7. Gembong T., 1987. Taksonomi Tumbuhan
karsinogen, antiproliferasi, memperbaiki Obat-Obatan, Gadjah Mada University Press,
siklus sel, menginduksi apoptosis dan Yogyakarta.
diferensiasi, menghambat angiogenesis, 8. Hamid A., 2008. Pengobatan Tradisional
antioksidan dan mencegah resitensi dari Berbasis Lontara di Sulawesi Selatan, Dinas
Kebudayaan Sulawesi Selatan.Makassar.
kombinasi penggunaan obat [11]. 9. Hasan, S. M, et al, 2009, DPPH Free Radical
Scavenging Activity Of Some Bangladeshi
Medicinal Plants, Journal of Medicinal Plants
KESIMPULAN Research Vol.3 (11).
10. Omulokoli, E.; Khan, B.; Chhabra, S.C. 1997.
Antiplasmodial Activity of Four Kenyan
Medicinal Plants. J. Ethnopharmacol. 56:133-
Hasil penelitian didapatkan lima tanaman 137.
etnofarmasi yang potensial untuk 11. Ren, W., et al., 2003. Flavonoids: Promising
pengobatan kanker yaitu daun (Barleria Anticancer Agents, Medicinal Research
prionitis L.) Famili Acanthaceae, gewor Reviews, Vol. 23, No. 4.
12. S.O. Amoo, A.R. Ndhlala, J.F. Finnie, J. Van
(Basella rubra L) Famili Acanhtaceae, pecut Staden, 2011. Antifungal, Acetylcholinesterase
kuda (Stachytarpheta jamaicensis) Famili Inhibition, Antioxidant And Phytochemical
Loranthaceae, rumput mutiara (Hedyotis Properties Of Three Barleria species, South
corymbosa L.) family Rubiaceae dan African Journal of Botany, Volume 77, Issue 2.
gondola (Commelina benghalensis L.) famili 13. S.O. Amoo, J.F. Finnie, J. Van Staden, 2009. In
Vitro Pharmacological Evaluation Of Three
Commelinaceae, dengan kandungan kimia Barleria species, Journal of
mengandung flavanoid, alkaloid, dan tanin. Ethnopharmacology, Volume 121, Issue 2.
Kandungan flavonoid, dan alkaloid dalam 14. Sambrekar et al, 2009. Protective Activity Of
tanaman berpotensi untuk digunakan sebagai Commelina Benghalensis- Root Extracts
obat kanker. Against Paracetamol Induced Hepatic Damage
In Wistar Rats, Pharmacologyonline 3: 836-
844.

J. Trop. Pharm. Chem. 2012. Vol 1. No. 4. 271


Skrining Farmakognosi Tanaman Etnofarmasi

15. Sutrisno, B., 1998. Taksonomi Spermatophyta Potent Traditional Anti-oxidant Medicinal Plant,
Untuk Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas European Journal of Scientific Research, Vol.
Pancasila, Jakarta 46. No.1.
16. Zafar Z., Muralidhar Talkad, Chinmay 17. Van Steenis, dkk., 2006. Flora, Untuk Sekolah
Bandopadhyay, and Anil Kumar H.V, 2010. A di Indonesia, Pradnya Paramita., Jakarta.
Safety Evaluation of Starchytaperta indica, a

J. Trop. Pharm. Chem. 2012. Vol 1. No. 4. 272

You might also like