Professional Documents
Culture Documents
Hi - Nurachma - Asean - Woman - Trafficking (08-27-13-09-30-06)
Hi - Nurachma - Asean - Woman - Trafficking (08-27-13-09-30-06)
Abstract
This research aim to know how the role of ASEAN to overcome trafficking in
women in Indonesia from 2004 until 2008. This research is descriptive research
wherein give the common pictures and explain about the role of ASEAN regarding
to overcome trafficking in women especially in Indonesia. Presented data is
secondary data which is collected from various books, magazines, articles,
journals, summary lectures, websites and newspapers related to problems. Data
analyse’s technique used is content analysis.
Result of this research about role of the ASEAN to overcome trafficking in women
is to motivate Indonesia to publish the law about againts criminal act trafficking in
persons, to prevent and overcome trafficking in persons and protect trafficking
victims as an adaptation from the signature of UN Convention Transnational
Organized Crime and its protocol, Protocol to Prevent Suppress and Punish
Trafficking in Person, Especially Women and Children Suplementing The United
Nation Convention Again Transnational Organized Crime in 2000. Wherein this
law answer about the recommendation of ASEAN workshop at 6 th SOMTC in 2006
about determining the definition and parameter of trafficking in persons that point
to Palermo protocol which can be used as regional standard to collecting data in
national level. There is the obstacle are lack of the knowledge about trafficking in
person as criminal act that still happen in Indonesia society and the mistrust of
society to law intruments and agency in overcome trafficking in person especially
women.
Pendahuluan
1
Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Mulawarman. Email: nicetomiss_u@yahoo.com
55
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 567 - 578
Dalam catatan Asian Development Bank, pada tahun 2003 sebanyak satu juta
manusia telah diperdagangkan di seluruh dunia. Sebagian besar dari negara miskin
dan berada pada tahap berkembang. Dalam aktivitas perdagangan manusia tersebut,
perempuan juga telah menjadi bagian dari komoditas yang dieksploitasi. Dalam
kondisi seperti ini, anak – anak bangsa menjadi kehilangan tokoh ibu yang bisa
dijadikan panutan dan kebanggaan.
Isu mengenai wanita mulai diangkat pada ASEAN Women Leaders Conference di
Jakarta pada bulan Desember 1975. Pertemuan pertama ASEAN Standing Committee
di Manila tahun 1975 membentuk ASEAN Sub-Committee on Women (ASW).
Selanjutnya pada Pertemuan ke-20 ASW tahun 2001, ASW ditingkatkan statusnya
menjadi ASEAN Committee on Women (ACW).
Dari sisi perkembangan regional policy framework, terdapat tiga deklarasi penting
ASEAN yang terkait dengan isu wanita dan telah disahkan, yakni (www.deplu.go.id,
diakses 27 Desember 2008):
1.Declaration on the Advancement of Women in ASEAN, tahun 1988;
56
Peran ASEAN menangani perdagangan perempuan di Indonesia (Nurachma Rizka)
Sejauh ini, terdapat dua Work Plan yang telah disusun dan disahkan sebagai tindak
lanjut dari deklarasi-deklarasi yang dihasilkan, antara lain:
57
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 567 - 578
Kegiatan Administrasi
1.Organisasi Internasional Antar-pemerintah (Inter-Governmental Organization /
IGO) :
Anggotanya adalah pemerintah atau instansi yang mewakili pemerintah suatu negara
secara resmi.
2.Organisasi Internasional non-pemerintah (Non-Governmentlk Organization / NGO):
Terdiri dari kelompok – kelompok swasta di bidang keilmuan, keagamaan,
kebudayaan, bantuan teknik atau ekonomi dan sebagainya.
58
Peran ASEAN menangani perdagangan perempuan di Indonesia (Nurachma Rizka)
Fungsi Organisasi
1.Organisasi Politikal (Political Organization), yaitu organisasi yang dalam
kegiatannya menyangkut masalah – masalah politik dalam hubungan internasional.
Mungkin saja, titik berat pola kerjasama adalah ekonomi dan sosial-budaya tetapi
tidak dapat melepaskan sepenuhnya kaitan hal – hal lainnya itu terhadap masalah
politik
2.Organisasi Administartif (Administration Organization), yaitu organisasi yang
sepenuhnya hanya melaksanakan kegiatan teknik secara adminitratif. Misalnya :
pengaturan lalu-lintas dan ketentuan mengenai pos, lalu-lintas dan ketentuan
telekomunikasi (telepon SLI, telex, SKSD), ketentuan jalur pelayaran dan jalur
penerbangan, pengaturan kuota serta tingkat harga minyak atau komoditi lainnya.
3.Organisasi Peradilan (Judical Organization), yaitu organisasi yang menyangkut
penyelesaian sengketa pada berbagai bidang atau aspek (politik, ekonomi, hukum,
sosial dan budaya) menurut prosedur hukum dan melalui proses peradilan (sesuai
ketentuan internasional dan perjanjian – perjanjian internasional)
59
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 567 - 578
60
Peran ASEAN menangani perdagangan perempuan di Indonesia (Nurachma Rizka)
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan tipe deskriptif, yaitu tipe penelitian yang
mendeskripsikan satu atau lebih fenomena dengan beberapa pertimbangan, yang
mana penulis memberikan gambaran dan menjelaskan mengenai peran Association of
South East Asian Nation (ASEAN) dalam menangani perdagangan perempuan di
Indonesia pada tahun 2004 - 2008. Data yang disajikan merupakan data sekunder
yang diperoleh melalui telaah pustaka, yakni dengan mengumpulkan data-data yang
relevan dengan permasalahan yang dibahas dari literatur seperti buku, surat kabar,
atau majalah dan situs-situs dari internet. Teknik analisis yang digunakan adalah
content analysis, yaitu menganalisa data dari sumber – sumber tertulis dan data yang
terkumpul akan dihubungkan demi mendukung permasalahan yang diteliti.
Pembahasan
Perdagangan perempuan merupakan fenomena regional dan global yang selalu dapat
ditangani secara efektif pada tingkat nasional. Sebuah respon nasional sering
berakibat para pelaku perdagangan berpindah operasi ke tempat lain. Kerjasama
internasional baik multilateral maupun bilateral sangat berperan penting dalam
memberantas perdagangan perempuan. Kerja sama seperti ini dapat mengupas secara
kritis antara negara yang terlibat pada tahap – tahap yang berbeda dalam lingkaran
perdagangan perempuan.
Pertama, merupakan gejala global yang tidak dapat diselesaikan oleh satu Negara
saja, melainkan harus melalui kerjasama internasional.
Kedua, kejahatan ini tumbuh dan berkembang seirama dengan kemajuan teknologi
informasi dan transportasi internasional.
Ketiga,kejahatan tersebut disebabkan oleh kondisi sosial, politik, ekonomi,
pertahanan, keamanan, dan teknologi yang berkembang pesat di berbagai Negara juga
kebijakan dalam dan luar negeri suatu Negara yang menjadi sasaran dari kejahatan
ini.
Keempat, kejahatan lintas Negara tidak memandang ideologi, suku bangsa ataupun
agama dari para pelaku kejahatan ini.
Kelima, dapat dilakukan oleh individu, kelompok, atau bahkan Negara, baik sebagai
sponsor maupun pelakunya; keenam, tidak selalu didasari oleh motif politik semata,
tetapi juga motif-motif ekonomi atau bahkan tak ada motif yang jelas.
61
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 567 - 578
Dalam pertemuan AMMTC ke-2 di Kuala Lumpur, Malaysia telah disepakati delapan
jenis kejahatan transnasional yang dianggap berdampak serius di kawasan Asia
Tenggara dan memerlukan perhatian serta kerjasama yang serius dari negara-negara
anggota ASEAN. Kedelapan jenis kejahatan transnasional tersebut yaitu :
1. Illicit Drug Trafficking,
2. Trafficking in Persons Especially Women and Children,
3. Sea Piracy and Armed Robbery at Sea,
4. Arms Smuggling,
5. Terrorism,
6. Money Laundering,
7. International Economic Crime, dan
8. Cyber Crime
Pertemuan SOMTC ke-6 kali ini dirangkaikan dengan pertemuan SOMTC+1 yaitu
+China, +Jepang, + Korea Selatan dan +Australia serta SOMTC+3 yaitu +China,
Jepang dan Korea Selatan. Sebelum acara SOMTC dimulai terlebih dahulu
diselenggarakan kegiatan Workshop dan Working Group pada tanggal 5-6 Juni 2006
yaitu :
62
Peran ASEAN menangani perdagangan perempuan di Indonesia (Nurachma Rizka)
Pra SOMTC diawali dengan Workshop tentang Pengumpulan Data & Statistik
perdagangan manusia pada tanggal 5 Juni 2006. Workshop dibuka oleh Kabareskrim
Polri selaku ketua SOMTC Indonesia. Rekomendasi yang dihasilkan dalam workshop
ini yaitu :
1. Negara tujuan menginformasikan segera kepada Kedutaan atau Konsulat negara
asal/pengirim guna melakukan tindakan terhadap adanya dugaan kekerasan, pelaku
dan para korban sesuai mekanisme internasional.
2. Melaksanakan pelatihan bagi para aparat penegak hukum, polisi, jaksa dan hakim
untuk lmeningkatkan sensitivitas terhadap isu pelanggaran terhadap wanita dan anak-
anak.
63
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 567 - 578
10. Mengembangkan format data pengumpulan atau pola yang berisi informasi sesuai
dengan kebutuhan operasional ASEAN dalam rangka memerangi perdagangan
manusia.
11. Meningkatkan kerjasama yang lebih praktis dan berkelanjutan dengan mitra
ASEAN dialog, seperti Training of Trainers (TOT), pembangunan kamp relokasi,
penyediaan bantuan teknis, kerjasama intelejen, pembentukan hotline,
mengidentifikasi akar penyebab dan merumuskan rencana aksi.
12. Membuat kerjasama dengan Badan ASEAN terkait lainnya dalam rangka
merumuskan rencana kerja untuk melaksanakan Deklarasi ASEAN tentang
Perdagangan manusia, terutama Perempuan dan Anak.
Undang – Undang ini mengatur berbagai ketentuan yang dapat mengantisipasi dan
menjaring semua jenis tindak pidana perdagangan manusia khususnya perempuan,
mulai dari proses dan cara, sampai kepada tujuan dalam semua bentuk eksploitasi
yang mungkin terjadi dalam perdagangan perempuan, baik yang dilakukan antar
wilayah yang dalam negeri maupun antar negara dan baik dilakukan
perorangan,kelompok maupun korporasi. Undang – undang ini juga mengatur
perlindungan saksi dan korban sebagai aspek penting dalam penegakan hukum untuk
memberikan perlindungan kepada korban dan/atau saksi.
Selain itu, undang – undang ini memberikan perhatian terhadap penderitaan koban
akibat tindak pidana perdagangan manusia khususnya perempuan dalam bentuk hak
restitusi yang harus diberikan pelaku tindak perdagangan sebagai ganti kerugian bagi
korban dan mengatur hak korban atas rehabilitasi medis, psikologis dan sosial,
pemulangan serta integrasi yang wajib dilakukan oleh negara, khususnya bagi mereka
yang mengalami penderitaan fisik, psikis, dan sosial akibat tindak perdagangan.
Undang – Undang ini juga mengatur ketentuan tentang pencegahan dan penanganan
korban tindak pidana perdagangan sebagai tanggung jawab pemerintah, pemerintah
daerah, masyarakat dan keluarga. Juga mengatur pembentukan gugus tugas untuk
mewujudkan langkah – langkah yang terpadu dalam pelaksanaan pencegahan dan
penanganan perdagangan manusia.
Untuk kerjasama internasional diatur juga dalam Undang – Undang Nomor 21 Tahun
2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang dalam bentuk
perjanjian hukum timbal balik dalam pidana dan/atau kerja sama teknis lainnya. Hal
64
Peran ASEAN menangani perdagangan perempuan di Indonesia (Nurachma Rizka)
ini karena sifat dari tindak pidana perdagangan manusia merupakan tindak pidana
yang tidak hanya terjadi dalam satu wilayah negara, tetapi juga antar negara.
Kesimpulan
Peran ASEAN dalam menanggulangi masalah perdagangan perempuan di Indonesia
adalah sebagai fasilitator dengan mendorong Indonesia untuk mengeluarkan Undang
– Undang mengenai Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang dan
menfasilitasi Indonesia untuk menjalin kerjasama dengan negara lain dalam kerangka
ASEAN, serta bekerja sama dengan pihak – pihak lain untuk melakukan
pengumpulan data jumlah korban perdagangan perempuan.
Namun demikian, peran ASEAN di Indonesia masih terbatas hanya dalam tatanan
pembentukan kebijakan atau undang – undang. Belum ada tindakan langsung yang
menggambarkan peran ASEAN secara teknis di Indonesia. Hal ini yang
mengakibatkan peran ASEAN menjadi kurang efektif dan tidak menunjukkan hasil
seperti yang diharapkan karena pada kenyataannya jumlah korban perdagangan
perempuan masih meningkat. Akan tetapi, di satu sisi ASEAN cukup membantu
Indonesia melalui kerjasama – kerjasama yang dilakukan Indonesia dengan negara –
negara lain dalam kerangka ASEAN
Saran
Berkaitan dengan peran ASEAN dalam menangani perdagangan perempuan di
Indonesia, maka ada beberapa saran yang penulis anggap perlu untuk di ajukan, yaitu:
1.ASEAN sebagai organisasi internasional dalam kawasan Asia Tenggara harus
menetapkan badan – badan khusus yang berfokus pada kesejahteraan dan
perlindungan bagi perempuan seperti yang dimiliki oleh organisasi lain seperti PBB.
Hal ini akan lebih mempermudah fokus pemberantasan perdagangan perempuan di
wilayah negara – negara anggotanya.
2.Pemerintah Indonesia harus lebih bekerja keras dalam upaya mengeliminir kasus –
kasus perdagangan manusia khususnya perempuan dengan meningkatkan
pengetahuan masyarakat bahwa kegiatan trafficking merupakan salah satu bentuk
kejahatan dan pelanggaran hak asasi manusia
3.Penetapan hukuman harus lebih memberi efek jera kepada pelaku dan memberi
perlindungan terhadap korban tindak perdagangan
65
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 567 - 578
Brown, Louise, 2005. Sex Slaves: Sindikat Perdagangan Perempuan di Asia. Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia.
Rudy, T. May, 2005. Administrasi dan Organisasi Internasional. Bandung : PT Refika
Aditama.
Yentriyani, Andy, 2005. Politik Perdagangan Perempuan. Yogyakarta : Galang Press.
Jurnal :
Mattalitti, Abdurrachman dkk, 2001. Kerjasama ASEAN Dalam Menanggulangi
Kejahatan Lintas Negara. Jakarta : Direktoral Jenderal Kerjasama ASEAN
Departemen Luar Negeri Republik Indonesia.
Sumber lain :
ASEAN Selayang Pandang. Diakses dari http://www.deplu.go.id/pdf. Tanggal 27
Desember 2008
Indonesia Peringkat ketiga perdagangan perempuan dan anak – anak. Diakses dari
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0303/26/nas09.html. Tanggal 4 maret
2009
Kesepakatan Bersama (SOMTC) Ke-6 di Denpasar - Bali. Diakses dari
http://www.interpol.go.id/id/uu-dan-hukum/kesepakatan-bersama/221-
kesepakatan-bersama-somtc-ke-6-di-denpasar-bali. Tanggal 29 Agustus 2010.
Perdagangan (trafficking) Perempuan dan Anak, Suatu Permasalahan. Diakses dari
http://www.pemantauperradilan.com/opini.pdf. Tanggal 27 Desember 2008
66