You are on page 1of 11

SEMINAR MAHASISWA

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

Kampus Terpadu Balunijuk, Gedung Daya, Kabupaten Bangka

Nama : Siti Suhaiba

NIM : 2011511065

Kegiatan : Seminar Hasil

Judul Penelitian : Efektivitas Edible Coating Pati Tepung Tapioka yang diperkaya Ekstrak

Bawang Putih pada Komoditas Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

Dosen Pembimbing : 1. Rion Apriyadi S.P., M.Si

2. Deni Pratama, S.P, M.Si

Hari/Tanggal : .............../............

Waktu : ............../.............

Tempat : Ruangan Seminar, Gedung Daya, Kabupaten Bangka


Efektivitas Edible Coating Pati Tepung Tapioka yang diperkaya Ekstrak Bawang Putih pada Komoditas Cabai
Merah (Capsicum annuum L.)

The Effectiveness of Edible Coating Tapioca Starch Enri with Garlic Extract in the commodity of Red Chili
(Capsicum annuum L.)

Suhaiba S1, Apriyadi R2, Pratama D2


1
Mahasiswa Jurusan Agroteknologi, FPPB, Universitas Bangka belitung
2
Dosen Jurusan Agroteknologi, FPPB, Universitas Bangka Belitung

ABSTRACT
Red chili (Capsicum annuum L.) is one of the most common horticultural commodities that used by community. Post
harvest commodities of red chili is easily damaged, this because chili cannot be stored for a long time. This condition makes red
chili damaged both in quality and quantity. This study conducted to determine the effect of edible coating of tapioca starch and
garlic extract to preservation of red chili. This research started in December 2018 until February 2019 at Agrotechnology
Laboratory, Faculty of Agriculture, Fisheries and Biology, University of Bangka Belitung. This research used factorial complete
randomized design (FCRD) with two factors, first factor was tapioca starch concentration consist of 2%, 3% and 4%, second
factor was garlic extract consist of garlic extract 1%. The results analyzed by using analysis of variance with a significant level of
95%. Results showed that the treatment of tapioca starch and garlic extract concentration had no significant effect on days 3, 6, 9
and 12, to weight loss, total dissolved solids, vitamin C, and color observation of red chili.

Keywords: Red chili, edible coating, tapioca starch, garlic extract.

PENDAHULUAN yang dikombinasikan dengan bahan antimikroba


(Lamona et al. 2015).
Latar Belakang Menurut Tharanathan (2003), edible coating
Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan mempunyai potensi untuk memperpanjang umur simpan
salah satu komoditas hortikultura yang paling sering dan mempertahankan kualitas dari bahan pangan
digunakan oleh masyarakat. Cabai merah termasuk dengan tidak merubah aroma, rasa dan tekstur. Menurut
komoditas pascapanen yang mudah rusak, hal ini Miskiyah et al. (2011) mengatakan bahwa Edible
menyebabkan cabai tidak dapat disimpan dalam waktu coating merupakan suatu lapisan tipis yang dapat
yang lama. Kondisi ini menyebabkan cabai merah akan dimakan dan berfungsi sebagai barrier untuk menjaga
mengalami kerusakan baik kualitas maupun kuantitas kelembaban buah mengontrol komponen-komponen
(Lamona et al. 2015). larut air yang dapat menyebabkan perubahan pigmen
Cabai merah dapat mengalami kerusakan pada dan komposisi nutrisi cabai merah serta memperbaiki
saat pemanenan, penyimpanan dan proses penjualan mutu dan kualitas bahan pangan selama penyimpanan.
yang disebabkan oleh kerusakan fisik, kimia dan biologi Sehingga edible coating mampu melindungi kulit cabai
(Pujimulyani 2009). Kerusakan yang terjadi pada buah merah dari kerusakan. Edible coating yang dapat
yang telah dipanen, disebabkan karena buah cabai digunakan yaitu edible coating yang terbuat dari bahan
masih melakukan proses metabolisme dengan polisakarida seperti pati (Baldwin et al. 2012). Pati yang
menggunakan cadangan makanan yang terdapat dalam dapat digunakan sebagai bahan dasar edible coating
buah, sehingga mempercepat proses hilangnya nilai gizi adalah pati yang mengandung banyak amilopektin,
pada buah (Susanto 2006). Serangan antraknose oleh salah satunya adalah tepung tapioka. Pati tepung tapioka
cendawan Colletotrichum capsici pada pascapanen dapat diperkaya dengan bahan fungisida nabati dari
cabai merah juga menyebabkan busuk buah sehingga ekstrak bawang putih (Santoso 2011)
dapat menurunkan produksi hingga 50% (Choudhary Bawang putih (Allium sativum L.) mengandung
2013). zat antioksidan dan antimikroba yang cukup tinggi.
Penanganan pascapanen perlu dilakukan untuk Kandungan senyawa phenolic dalam bawang putih
mempertahankan mutu dan memperpanjang masa merupakan inhibitor yang kuat terhadap oksidasi lemak.
simpan cabai merah. Penanganan yang dapat dilakukan Allisin merupakan senyawa kimia yang terkandung
untuk memperpanjang masa simpan cabai merah yaitu dalam bawang putih yang mempunyai sifat antimikroba
penyimpanan dengan suhu rendah. Penanganan (Sari 2013). Penggunaan ekstrak bawang putih dengan
pascapanen menggunakan bahan pengemas juga konsentrasi 15% dapat menekan pertumbuhan
memberikan perlindungan terhadap cabai merah, Colletotrichum sp. (Istifadah et al 2017).
sehingga proses respirasi terhambat (Arifin 2010). Salah Pengembangan teknik edible coating dengan
satu langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi penambahan ekstrak bawang putih perlu dikaji dan
kerusakan tersebut adalah dengan menggunakan teknik
edible coating dengan penyimpanan pada suhu ruang

1
diteliti untuk melihat potensi bahan tersebut dalam stopwatch, hot plate, labu takar, gelas ukur, gelas
memperpanjang masa simpan komoditas cabai merah. beaker, spatula, tissu, termometer dan kertas label.
Aplikasi edible coating dari pati tepung tapioka dengan Bahan yang digunakan adalah cabai merah, tepung
ekstra bawang putih diharapkan dapat mempertahankan tapioka, bawang putih, aquades, larutan iodin dan
kualitas cabai merah dan mampu memperlambat proses amilum.
respirasi serta transpirasi selama penyimpanan
komoditas sehingga masa simpan dapat dipertahankan.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen
Rumusan Masalah dengan Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF) 2
1. Apakah terdapat pengaruh konsentrasi pati tepung faktor. Faktor perlakuan pertama adalah konsentrasi pati
tapioka pada teknik edible coating untuk tepung tapioka yang terdiri dari:
memperpanjang masa simpan cabai merah? P0 : Tanpa edible coating
2. Berapakah konsentrasi tepung tapioka yang P1 : Konsentrasi pati 2%
terbaik untuk memperpanjang masa simpan cabai P2 : Konsentrasi pati 3%
merah? P3 : Konsentrasi pati 4%
3. Apakah ekstrak bawang putih berpengaruh
terhadap lama penyimpanan cabai merah? Faktor kedua adalah perlakuan pemberian ekstrak
4. Bagaimana interaksi pati tepung tapioka dengan bawang putih yang terdiri dari:
ekstrak bawang putih dalam memperpanjang B0 : Tanpa ekstrak bawang putih
masa simpan cabai merah? B1 : Dengan ekstrak bawang putih
Tujuan
Penelitian ini terdapat 8 kombinasi perlakuan
1. Mengetahui apakah terdapat pengaruh konsentrasi
yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 24 unit
pati tepung tapioka pada teknik edible coating
percobaan. Cabai merah yang digunakan setiap unit
untuk memperpanjang masa simpan cabai merah
percobaan sebanyak 25 buah, sehingga jumlah total
2. Mengetahui konsentrasi berapa tepung tapioka
cabai merah yang digunakan sebanyak 600 buah. Setiap
yang terbaik untuk memperpanjang masa simpan
satu unit percobaan menggunakan 5 buah sampel
cabai merah
pengamatan. Sehingga diperoleh 120 sampel
3. Mengetahui pengaruh ekstrak bawang putih
pengamatan.
terhadap lama penyimpanan cabai merah
4. Mengetahui interaksi pati tepung tapioka dengan
ekstrak bawang putih dalam memperpanjang Cara Kerja
masa simpan cabai merah Sortasi Cabai Merah
Cabai merah yang digunakan, diperoleh
Hipotesis langsung dari petani cabai yang ada di Desa Sunghin
1. Terdapat pengaruh konsentrasi tepung tapioka Kecamatan Merawang. Pemanenan cabai dilakukan
pada teknik edible coating dapat memperpanjang pada pemanenan. Umumnya buah cabai merah dipetik
masa simpan cabai merah. dengan interval waktu panen 2–3 hari. Pemilihan cabai
2. Konsentrasi tepung tapioka 3% memberikan dilakukan dengan melihat ukuran buah yang relatif
umur simpan yang lebih lama dibandingkan sama mulai dari warna, bentuk dan ukuran.
perlakuan lain.
3. Terdapat pengaruh ekstrak bawang putih terhadap
Pembuatan Ekstrak Bawang Putih
lama penyimpanan cabai merah.
Tahap pembuatan ekstrak bawang putih
4. Terdapat interaksi pati tepung tapioka dengan
dilakukan dengan mengupas bawang putih kemudian
ekstrak bawang putih dalam memperpanjang
ditimbang sebanyak 2 kg. 500 gr bawang putih yang
masa simpan cabai merah.
telah dikupas, diparut dan diperas untuk diambil
PELAKSANAAN PENELITIAN sarinya. Teknik tersebut dilakukan untuk mendapatkan
Waktu dan Tempat ekstrak bawang putih yang digunakan untuk
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan menghaluskan bawang putih sebelumnya. Kemudian
Desember 2018 sampai Februari 2019. Kegiatan 1,5 kg bawang putih dihaluskan menggunakan air
penelitian dilaksanakan di Laboratorium ekstrak bawang putih sebelumnya. Setelah dihaluskan,
Agroteknologi dan Laboratorium Dasar Fakultas cairan bawang putih disaring dan diperas hingga didapat
Pertanian Perikanan dan Biologi Universitas ekstrak bawang putih 100% (Selfi 2018).
Bangka Belitung.
Pembuatan Larutan Edible Coating
Alat dan Bahan Pembuatan larutan edible coating dilakukan pada
Alat yang digunakan adalah timbangan, saat akan dilakukan pelapisan pada cabai merah.
baskom, saringan, blender, erlenmeyer, pipet tetes, Sebelum melakukan pelarutan, tepung tapioka disaring
alat titrasi, kertas saring, mortar, refraktometer, terlebih dahulu untuk mendapatkan tepung yang lebih

2
2
halus dan bersih. Proses pembuatan larutan edible Kandungan Vitamin C
coating dilakukan dengan cara memasukkan tepung Pengukuran kandungan vitamin C yaitu dengan
tapioka sesuai perlakuan. Setiap perlakuan ditambahkan cara menghaluskan 10 g cabai merah yang diencerkan
aquades sampai 500 ml, kemudian dipanaskan sampai dengan aquades sampai 250 ml. Kemudian disaring
suhu 70oC. Selanjutnya tepung tapioka sesuai perlakuan dengan kertas saring. Filtratnya diambil sebanyak 10 ml
(2%, 3% dan 4%) lalu sedikit demi sedikit diaduk dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Setiap
selama 3 menit (Budiman 2011). Setelah semua bahan erlenmeyer ditambahkan indikator amilum sebanyak 2
homogen lalu tambahkan ekstrak bawang putih dengan ml. Selanjutnya dititrasi menggunakan larutan standar I2
dosis 1% (5 ml). Metode pengadukan secara manual 0,1 N hingga warnanya berubah menjadi ungu muda
menggunakan spatula dan dibantu menggunakan stirer (Widarta et al. 2015). Pengamatan kandungan vitamin
untuk proses homogenisasai (Evirananda 2016). C dilakukan pada hari ke-0 sebelum aplikasi dan hari
ke-3, 6, 9 dan 12 setelah aplikasi. Rumus perhitungan
Aplikasi Edible Coating pada Cabai Merah kandungan vitamin C adalah sebagai berikut:
Aplikasi edible coating pada cabai merah
dilakukan dengan metode pencelupan (dipping). Cabai ml titrasi x P x 0,88
Vitamin C =
merah dibersihkan dengan cara dicuci menggunakan air g sampel
bersih untuk menghilangkan kotoran yang menempel
kemudian ditimbang untuk mengetahui bobot awal Keterangan :
cabai lalu dikeringanginkan. Cabai merah dicelupkan ke ml titrasi : Iodin
dalam larutan edible coating selama 60 detik dengan P : Pengenceran
suhu 30oC, agar larutan edible coating tidak mengental 0,88 : Faktor 1 ml 0,01 N
kemudian dikeringanginkan. Cabai merah yang telah g : Bobot contoh
dilapisi edible coating disimpan pada suhu ruang
(Anggraini 2016). Warna
Pengamatan warna cabai merah dilakukan
Peubah yang diamati dengan membandingkan warna kulitnya selama
Susut Bobot pengamatan menggunakan buku Munsell color chart.
Sampel pengamatan ditimbang terlebih dahulu Cabai merah yang akan di ukur diletakkan disamping
sebelum diberi perlakuan untuk memperoleh nilai bobot buku Munsell color chart kemudian di bandingkan
awal. Penimbangan bobot dilakukan pada hari ke-0, 3, perubahan warna tersebut. Pengamatan warna dilakukan
6, 9 dan 12 hari penyimpanan untuk mengetahui berapa pada hari ke-0 sebelum aplikasi dan hari ke-3, 6, 9 dan
perubahan susut bobot yang terjadi pada setiap 12 setelah aplikasi.
pengamatan. Penimbangan dilakukan menggunakan
timbangan analitik. Rumus perhitungan susut bobot Analisis Data
(Laily 2013), adalah sebagai berikut: Data pengamatan dianalisis menggunakan sidik
ragam dengan taraf kepercayaan 95%. Jika terdapat
W0−Wn perlakuan yang memberikan pengaruh nyata, maka
Susut Bobot = X 100%
W0 dilakukan uji lanjut menggunakan BNT (beda nyata
terkecil) dengan tingkat kepercayaan 95%
Keterangan: menggunakan statistical analitic system (SAS).
Wo = Bobot awal simpan cabai merah (g)
Wn = Bobot buah cabai merah hari pengamatan ke-
HASIL DAN PEMBAHASAN
Total Padatan terlarut (Brix)
Alat yang digunakan pada pengamatan nilai total Hasil
padatan terlarut ialah refraktometer. Pengamatan nilai Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan
total padatan terlarut dilakukan dengan cara konsentrasi pati dan ekstrak bawang putih pada hari ke-
menghaluskan 5 buah cabai merah. Kemudian 3, 6, 9 dan 12 menunjukkan pengaruh tidak nyata pada
dimasukkan kedalam plastik lalu diperas sampai keluar peubah susut bobot dan vitamin C dan berpengaruh
airnya, kemudian ujung plastik digunting lalu air cabai nyata pada peubah total padatan terlarut hari ke-0.
merah diteteskan pada kaca refraktometer. Nilai yang Interaksi antara perlakuan konsentrasi dan ekstrak
terbaca menunjukkan besarnya nilai total padatan bawang putih hari ke-0 berpengaruh nyata terhadap
terlarut pada cabai merah (Siburian 2015). Pengamatan peubah total padatan terlarut (Tabel 1).
TPT dilakukan pada hari ke-0 sebelum aplikasi dan hari
ke-3, 6, 9 dan 12 setelah aplikasi.

3
Tabel 1. Hasil sidik ragam efektifitas edible coating pati tepung tapioka yang diperkaya ekstrak bawang putih pada
komoditas cabai merah (capsicum annum l.)
Konsentrasi Pati Ekstrak bawang putih Interaksi
Peubah Hari KK (%)
F-hit Pr>F F-hit Pr>F F-hit Pr>F
3 2,03 tn 0,15 1,83 tn 0,2 0,05 tn 0,99 16,71
tn tn tn
6 1,34 0,3 1,51 0,24 0,24 0,87 11,07
Susut Bobot
9 1,39 tn 0,28 1,90 tn 0,19 0,07 tn 0,98 9,48
12 1,18 tn 0,35 0,55 tn 0,47 0,24 tn 0,87 9,66
tn tn tn
3 1,56 0,24 2,45 0,14 0,11 0,95 9,48
Total Padatan 6 0,48 tn 0,7 1,23 tn 0,28 0,85 tn 0,49 8,78
Terlarut (TPT) 9 0,29 tn
0,83 1,16 tn
0,3 2,82 tn
0,07 9,67
tn tn tn
12 1,78 0,19 0,02 0,89 0,37 0,77 9,77
tn tn tn
3 1,57 0,24 2,33 0,15 0,30 0,82 23,63
tn tn tn
Kadar Vitamin 6 0,82 0,5 1,23 0,28 0,41 0,75 31,54
C 9 1,04 tn 0,4 2,02 tn 0,17 1,22 tn 0,34 62,21
12 2 tn 0,15 0,67 tn 0,43 1,11 tn 0,37 22,22
Keterangan : tn : Berpengaruh tidak nyata
Pr>f : Nilai Probability
KK : Koefisien Keragaman

Susut bobot cabai merah pada perlakuan Nilai total padatan terlarut cabai merah pada
konsentrasi pati tepung tapioka dan ekstrak bawang perlakuan konsentrasi pati dan ekstrak bawang putih
putih cenderung mengalami peningkatan selama 12 hari mengalami kenaikan dari hari ke-3 sampai hari ke-12,
penyimpanan. Susut bobot yang cenderung lebih tinggi hari ke-12 menunjukkan nilai total padatan terlarut
terdapat pada perlakuan P0B1 yaitu 48,96%, sedangkan tertinggi dibandingkan hari ke-3, 6 dan 9. Nilai total
susut bobot yang rendah terdapat pada perlakuan P2B0 padatan terlarut tertinggi pada hari ke-12 terdapat pada
yaitu 42,12% (Gambar 1). perlakuan P1B1 yaitu 12,97 Brixo, sedangkan nilai total
padatan terlarut terendah terdapat pada perlakuan P3B1
50 yaitu 5,50 Brixo (Gambar 2).
P0B0
45 P0B1
P1B0
14.00
40
Susut Bobot (%)

P1B1 12.00
35
TPT (Brixo)

P2B0 Hari ke-3


30 10.00
P2B1
P3B0 8.00 Hari ke-6
25
P3B1 Hari ke-9
20 6.00
15 4.00 Hari ke-12
10 2.00
Hari ke- 3 Hari ke-6 Hari ke-9 Hari ke-12 P0B0 P0B1 P1B0 P1B1 P2B0 P2B1 P3B0 P3B1

Hari pengamatan Jenis perlakuan

Ket : Ket :
P0 :Tanpa perlakuan P0 :Tanpa perlakuan
P1 : Konsentrasi 2% P1 : Konsentrasi 2%
P2 : Konsentrasi 3% P2 : Konsentrasi 3%
P4 : Konsentrasi 4% P4 : Konsentrasi 4%
B0 :Tanpa bawang putih B0 :Tanpa bawang putih
B1 : Dengan bawang putih B1 : Dengan bawang putih

Gambar 1. Persentase susut bobot pada perlakuan konsentrasi Gambar 2. Total padatan terlarut pada perlakuan konsentrasi
pati tepung tapioka dengan ekstrak bawang putih pati tepung tapioka dengan ekstrak bawang putih
pada cabai merah. pada cabai merah.

4
Peubah kandungan vitamin C pada perlakuan perubahan yaitu 4/10 5R yang dikategikan kedalam
konsentrasi pati tepung tapioka dan ekstrak bawang warna merah. (Tabel 2).
putih cenderung mengalami perubahan selama Tabel 2. Tingkatan warna cabai merah perlakuan edible
pengamatan. Nilai vitamin C pada perlakuan P0B0, coating pati tepung tapioka dan ekstrak
P2B0 dan P3B1 cenderung mengalami penurunan bawang putih selama 12 hari penyimpanan.
selama pengamatan dan perlakuan lainnya cenderung Hari pengamatan
berfluktuasi selama pengamatan. Nilai vitamin C Perlakuan Pengamatan
tertinggi selama 12 hari penyimpanan terdapat pada 3 6 9 12
perlakuan P3B0 yaitu 0,55%, sedangkan nilai vitamin C P0B0 value 4 4 4 4
terendah yaitu 0,22% (Gambar 3). chroma 10 10 10 10
hue 5R 5R 5R 5R
0.65 warna Merah Merah Merah Merah
P0B1 value 4 4 4 4
0.55
chroma 10 10 10 10
Vitamin C (%)

0.45 Hari ke-3 hue 5R 5R 5R 5R


warna Merah Merah Merah Merah
0.35 Hari ke-6 P1B0 value 4 4 4 4
Hari ke-9 chroma 10 10 10 10
0.25 hue 5R 5R 5R 5R
Hari ke-12 warna Merah Merah Merah Merah
0.15 P1B1 value 4 4 4 4
chroma 10 10 10 10
0.05
P0B0 P0B1 P1B0 P1B1 P2B0 P2B1 P3B0 P3B1 hue 5R 5R 5R 5R
warna Merah Merah Merah Merah
Jenis perlakuan
P2B0 value 4 4 4 4
Ket :
chroma 10 10 10 10
P0 :Tanpa perlakuan hue 5R 5R 5R 5R
P1 : Konsentrasi 2% warna Merah Merah Merah Merah
P2 : Konsentrasi 3%
P2B1 value 4 4 4 4
P4 : Konsentrasi 4%
B0 :Tanpa bawang putih chroma 10 10 10 10
B1 : Dengan bawang putih hue 5R 5R 5R 5R
Gambar 3. Kandungan vitamin C pada perlakuan konsentrasi warna Merah Merah Merah Merah
pati tepung tapioka dengan ekstrak bawang putih P3B0 value 5 5 4 4
pada cabai merah. chroma 10 10 10 10
hue 5R 5R 5R 5R
Hasil pengamatan warna kulit cabai merah tidak warna Merah Merah Merah Merah
mengalami perubahan yang signifikan selama 12 hari P3B1 value 4 4 4 4
penyimpanan. Tingkatan warna cabai merah pada hasil chroma 10 10 10 10
pengamatan yaitu 5/10 5R dan 4/10 5R. Perlakuan hue 5R 5R 5R 5R
warna Merah Merah Merah Merah
P0B0 sampai perlakuan P2B1 memiliki tingkatan warna
Keterangan: Pengamatan warna cabai merah berdasarkan
yang sama yaitu 4/10 5R dari hari ke-3 sampai hari ke- buku Munsell Color Chart, value: kecerahan,
12. Sedangkan perlakuan P3B0 memiliki tingkatan chroma: intensitas warna, hue: warna dominan
warna yang sama pada hari ke-3 dan ke-6 yaitu 5/10 5R, dan R: Red/merah (Istianingsih & Efendi
kemudian pada hari ke-9 dan hari ke-12 mengalami 2013).

Pembahasan transpirasi (Nurbaiduri 2017). Menurut Christina et al.


Hasil analisis sidik ragam menunjukkan (2014) persentase kehilangan susut bobot buah selama
bahwa perlakuan konsentrasi pati tepung tapioka dan penyimpanan terjadi karena adanya proses respirasi dan
ekstrak bawang putih berpengaruh tidak nyata terhadap transpirasi pada buah yang terjadi selama penyimpanan.
peubah susut bobot. Hal ini diduga karena konsentrasi Menurut Arifiya et al. (2015) semakin tinggi laju
pati dan ekstrak bawang putih yang digunakan masih respirasi pada buah semakin cepat pula proses
belum mampu mengurangi laju penurunan susut bobot penguapan (transpirasi) dari buah ke lingkungan, yang
cabai merah secara signifikan. Hal ini sesuai dengan menyebabkan peningkatan susut bobot buah semakin
penelitian Breemer et al. (2017) menyatakan bahwa besar pula. Menurut Usni et al. (2016) mengatakan
perlakuan edible coating berbahan dasar pati sagu bahwa selain dikarenakan transpirasi dan respirasi,
konsentrasi 10% mampu menghambat laju respirasi peningkatan susut bobot dapat disebabkan oleh selulosa
buah tomat selama penyimpanan. dan hemiselulosa dalam kulit buah ketika pematangan
Penurunan bobot yang tinggi menunjukkan diubah menjadi zat pati sehingga bobot berkurang.
kualitas buah yang rendah, hal ini disebabkan oleh Menurut Yulianti dan Ginting (2012) bahwa ketebalan
proses metabolisme pada buah salah satunya yaitu coating menentukan ketahanan pelapisan sehingga

5
mampu menghambat respirasi dan transpirasi. Salah putih yang digunakan masih belum mampu
satu upaya untuk mengurangi susut bobot terhadap mempertahankan nilai kandungan vitamin C cabai
transpirasi ialah dengan meningkatkan ketebalan merah. Nilai kandungan vitamin C kemungkinan dapat
coating (konsentrasi) pada cabai merah. dipengaruhi jika dosis perlakuan yang digunakan
Selama proses pematangan, kandungan ditambah. Hal ini sesuai dengan penelitian Breemer et
karbohidrat (pati) akan selalu berubah. Proses al. (2017) menyatakan bahwa perlakuan edible coating
pematangan akan mempengaruhi kualitas buah yang berbahan dasar pati sagu konsentrasi 10% mampu
ditentukan dari kandungan kadar gula yang dihitung mempertahankan nilai kandungan vitamin C buah tomat
sebagai total padatan terlarut menggunakan selama penyimpanan.
refraktometer. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan Hasil pengamatan menunjukkan bahwa nilai
bahwa perlakuan konsentrasi pati dan ekstrak bawang vitamin C pada semua perlakuan cenderung tidak stabil
putih berpengaruh tidak nyata terhadap nilai total selama 12 hari penyimpanan. Menurut Masfufatun et
padatan terlarut. Hal ini diduga perlakuan konsentrasi al. (2009) vitamin C bersifat tidak stabil dan mudah
pati dan ekstrak bawang putih belum mampu teroksidasi jika terkena udara atau suhu tinggi, yang
mempertahankan nilai total padatan terlarut cabai menyebabkan terjadinya proses respirasi sehingga
merah. Penelitian Sari et al. (2018) menyatakan bahwa menyebabkan kematangan pada buah dan
perlakuan edible coating pati tepung sagu 40 g/400 ml mempengaruhi nilai kandungan vitamin C. Menurut
dengan penambahan ekstrak kunyit 8% dapat Widarta et al. (2015) vitamin C dapat berbentuk sebagai
mempertahankan nilai total padatan terlarut buah tomat L-askorbat dan asam L-dehidroaskorbat yang aktif
selama penyimpanan. berdasarkan hal tersebut ada menjadi vitamin C dan stabil dalam kondisi asam.
kemungkinan bahwa konsentrasi pati yang digunakan Berdasarkan hasil pengamatan, cabai merah
dalam penelitian ini masih rendah, sehingga belum dengan perlakuan konsentrasi pati dan ekstrak bawang
mampu mempertahankan nilai total padatan terlarut putih menunjukkan warna yang cenderung sama pada
cabai merah. semua perlakuan yang memiliki warna yang merah.
Hasil pengamatan menunjukkan adanya Hasil ini sejalan dengan penelitian Pangidoan et al.
peningkatan nilai total padatan terlarut pada setiap (2014) yang menyatakan perubahan warna pada cabai
perlakuan selama 12 hari penyimpanan. Hal ini merah tidak terlalu dipengaruhi oleh jenis perlakuan, hal
disebabkan karena buah setelah dipanen dan masa tersebut disebabkan karena cabai termasuk buah non-
penyimpanan masih mengalami perubahan fisiologis klimakterik sehingga fase pemasakan karena proses
hingga memasuki masa kelayuan (senesen). Selama respirasi akan berjalan lambat. Menurut Dendang et al.
masa penyimpanan buah yang diikuti dengan terjadinya (2016) menyatakan bahwa warna yang masih merah
proses respirasi berpengaruh juga terhadap nilai TPT pada cabai kemungkinan disebabkan belum terjadinya
(Selfi 2018). Rahmadani et al. (2013) menyatakan oksidasi karotenoid (β-karoten dan kapsantin).
bahwa, kandungan glukosa akan meningkat ketika buah Perubahan warna merah pada cabai terjadi akibat
mengalami pematangan dan akan menurun seiring adanya sintesis dari pigmen tertentu, seperti karatenoid
lamanya penyimpanan. Peningkatan kadar glukosa dan flavonoid, disamping terjadinya perombakan
disebabkan adanya hidrolisis pati menjadi glukosa. Pada klorofil (Nurdjannah 2014). Menurut Lamona et al.
akhir masa penyimpanan terjadi penurunan kadar (2015) warna merah pada cabai disebabkan oleh adanya
glukosa karena hidrolisis pati berkurang, sedangkan kandungan pigmen karotenoid yang warnanya
glukosa digunakan untuk respirasi yang terus bervariasi dari kuning jingga sampai merah gelap.
berlangsung.
Menurut Febrizal (2017) semakin lama masa KESIMPULAN DAN SARAN
simpan buah maka proses respirasi akan terus
berlangsung yang menyebabkan meningkatnya aktivitas Kesimpulan
enzim poligalakturonase. Enzim tersebut berperan 1. Perlakuan edible coating pati tepung tapioka dan
dalam mengubah asam poligalakturonat (protopektin, ekstrak bawang putih berpengaruh tidak nyata
asam pektinat, pektin dan asam-asam pektat) menjadi pada peubah susut bobot, total padatan terlarut
pektin yang larut dalam air sehingga terjadinya dan kandungan vitamin C buah cabai merah.
perubahan nilai TPT. Menurut Wahyuni et al. (2014) 2. Perlakuan konsentrasi pati 3% (P2) cenderung
selain faktor respirasi, TPT juga dipengaruhi oleh pektin memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan
pada buah. Pektin pada buah akan membentuk larutan perlakuan lainnya berdasarkan peubah susut
koloidal dalam air selama proses pematangan buah. bobot, vitamin C dan warna.
Selama peoses pematangan buah, pektin dalam buah 3. Penambahan ekstrak bawang putih berpengaruh
akan terhidrolisis menjadi komponen-komponen yang tidak nyata terhadap lama penyimpanan cabai
larut sehingga pektin akan menurun dan komponen merah.
yang larut dalam air akan meningkat. 4. Konsentrasi pati dan ekstrak bawang putih tidak
Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan menunjukkan adanya interaksi yang berpengaruh
konsentrasi pati dan ekstrak bawang putih memberikan nyata dalam memperpanjang masa simpan cabai
pengaruh yang tidak nyata pada peubah kadar vitamin merah.
C. Hal ini diduga konsentras pati dan ekstrak bawang
6
Saran terhadap Kualitas Pepaya MJ9. [skripsi].
Disarankan penelitian menggunakan edible Surakarta: Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
coating pati tepung tapioka dengan konsentrasi 3%. Maret.
Penambahan konsentrasi pati terdapat kemungkinan Istifadah N, Ayuningtyas A, Nasahi C. 2017. Efek
untuk dapat memperpanjang masa simpan cabai merah. Pencampuran Bahan Pestisida Nabati Terhadap
Keefektifannya dalam Menekan Colletotrichum
sp. In Vitro Serta Penyakit Antraknosa Pada
DAFTAR PUSTAKA Stroberi. Agrologia, 6 (1): April 2017 26-36.
Laily N. 2013. Pengaruh Jenis Pati sebagai Bahan Dasar
Anggarini D, Hidayat N, Mulyadi AF. 2016. Edible Coating dan Suhu Penyimpanan Terhadap
Pemanfaatan Pati Ganyong Sebagai Bahan Baku Kualitas Stroberri (Fragaria x ananasa) var.
Edible coating dan Aplikasinya pada Rosa Linda. [skripsi]. Malang: Fakultas Sains dan
Penyimpanan Buah Apel Anna (Malus sylvestris) Teknologi, Universitas Islam Negeri Maulana
(Kajian Konsentrasi Pati Ganyong dan Gliserol). Malik Ibrahim Malang.
Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Lamona A, Purwanto YA, Sutrisno. 2015. Pengaruh
5(1): 1-8. jenis kemasan dan penyimpanan suhu rendah
Arifin I. 2010. Pengaruh Cara dan Lama Penyimpanan terhadap perubahan kualitas cabai merah keriting
Terhadap Mutu Cabai Rawit ( Capsicum segar. Jurnal Keteknikan Pertanian. 3(2):145-
Fruetencens L. Var. Cengek. [skripsi]. Malang: 152.
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Masfufatun, Widaningsih, Nurkumala, T.
Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Rahayuningsih. 2009, Pengaruh suhu dan waktu
Arifiya N, Purwanto YA, Budiastra IW. 2015. Analisis penyimpanan terhadap vitamin C dalam jambu
Perubahan Kualitas Pascapanen Pepaya Varietas biji (Psidium guajava). Jurnal Fakultas Teknik
IPB9 pada Umur Petik yang Berbeda. Jurnal Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Vol.11
Keteknikan Pertanian. 3(1): 41-48. No(2).
Baldwin EA, Hagenmaier R, Bay J. 2012. Edible Miskiyah, Widaningrum, Winarti C. 2011. Aplikasi
Caoting and Film to Improve Food Quality Edible Coating Berbasis Pati Sagu dengan
Second edition. London: CRC Press. Penambahan Vitamin C pada Paprika : Preferensi
Breemer R, Picauly P, Hasan N. 2017. Pengaruh Edible Konsumen dan Mutu Mikrobiologi. J. Horti.
Coating Berbahan Dasar Pati Sagu terhadap 21:68-76.
Mutu Buah Tomat Selama Penyimpanan. Jurnal Nurbaiduri DI. 2017. Penggunaan Kalsium Klorida
Teknologi Pertanian 6(1): 14-20. (CaCl2) untuk Mempertahankan Sifat Fisik dan
Budiman. 2011. Aplikasi Pati Singkong sebagai Bahan Kimia Buah Jambu Bol Varietas Harman
Baku Edible Coating untuk Memperpanjang (Syzygium malaccence) pada Penyimpanan Suhu
Umur Simpan Pisang Cavendish (Musa Ruang. [skripsi]. Bangka Belitung : Universitas
cavendishii.). [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bangka Belitung.
Bogor. Nurdjannah R. 2014. Perubahan Kualitas Cabe Merah
Christina SD, Sumardi SH, Susilo B. 2014. Pelapisan dalam Berbagai Jenis Kemasan selama
lilin lebah dan suhu penyimpanan terhadap Penyimpanan Dingin [tesis]. Bogor: Program
kualitas buah jambu biji (Psidium guajava L). Pascasarjana, IPB.
Jurnal Biopress Komoditas Tropis. 2:79-90. Pangidoan S. 2014. Transportasi dan simulasi dengan
Choudary CS. 2013. Efficacy of Different Fungicides, pengemasan curah untuk cabai keriting segar. J.
Biocides and Botanical Extract Seed Treatment Keteknikan Pertanian 2(1).
for Controlling Seed Borne Colletotrichum sp. In Pujimulyani D. 2009. Teknologi Pengelolahan Sayur-
Chilli (Capsicum annum L.). An International sayuran dan Buah-buahan. Yogyakarta: Graha
Quarterly Journal of Life Sciences (The Bioscan Ilmu.
Journal) 8 (1): 123-126. Ramadani M, Linda R, Murkarlina. 2013. Penggunaan
Dendang N, Lahming, Rais M. 2016. Pengaruh lama larutan kalsium klorida dalam menunda
dan suhu pengeringan terhadap mutu bubuk cabai pematangan buah pepaya (Carica papaya L.)
merah (Capsicum annum L.) dengan Jurnal protobion. 2: 161-166.
mnggunakan Cabinet Dryer. Jurnal Pendidikan Santoso B. 2011. Pengembangan Edible Film dengan
Teknologi Pertanian. Vol (2) (2016): S30-S-39. Menggunakan Pati Ganyong Termodifikasi
Febrizal R. 2017. Pengembangan metode pengukuran Ikatan Silang. J.Teknol. dan Industri Pangan.
tingkat kematangan buah jambu kristal XXII: 105-109.
menggunakan pengolakan citra. [skripsi]. Bogor: Sari AM, Ansharullah, Asyik N. 2018. Pengaruh
Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian aplikasi edible coating berbasis pati sagu dengan
Bogor. penambahan filtrat kunyit (Curcuma domestica
Evirananda IP. 2016. Pengaruh Edible Coating valet) terhadap karakteristik organoleptik tomat
Berbasis Tapioka dengan Penambahan Minyak segar. J. Sains dan Teknologi Pangan3(2): 1129-
Atsiri Sereh Dapur (Cymbopogon citratus) 1139.
7
Sari RP, Wulandari ST, Wardhani DH. 2013. Pengaruh
Penambahan Ekstrak Bawang Putih (Allium
sativum L.) terhadap Karekteristik Edible Film
Pati Ganyong (Canna edulis Kerr.) Jurnal
Teknologi Kimia dan Industri 2(3): 82-87.
Selfi. 2018. Pemanfaatan Gel Aloe Vera dan Ekstrak
Jahe sebagai Edible Coating Buah Jambu Cincalo
(Syzygium aqueum) Selama Penyimpanan Suhu
Ruang. [skripsi]. Balunijuk: Fa kultas Petanian
Perikanan dan Biologi Universitas Bangka
Belitung.
Siburian HP. 2014. Aplikasi Edible Coating Aloe vera
Kombinasi Eksrta Jahe pada Buah Tomat Selama
Penyimpana. [skripsi]. Lampung: Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
Susanto BB. 2006. Pascapanen Hortikultura. Mataram:
Erlangga.
Tharanathan RN. 2003. Biodegradable films and
composite coatings: past, present and future.
Trends in Food Science & Technology. 14(3): 71-
78.
Usni A, Karo-karo T, Tusraini E. 2016. Pengaruh edible
coating berbasis pati kulit ubi kayu terhadap
kualitas dan umur simpan buah jambu biji merah
pada suhu kamar. J. Rekaya pangan dan
pertanian. 4(3): 293-303.
Wahyuni T, Lubis LM, Ginting S. 2014. Pengaruh
perbandingan sari buah markisa dengan pepaya
dan konsentrasi gula terhadap mutu permen
(Hard Candy). J. Rekayasa Pangan Pertanian.
2:125-136.
Widarta IWR. Suter K. Yusa NM, Arisandhi PW. 2015.
Analisis Pangan. Bali: Universitas Udayana.
Yulianti R, Ginting E. 2012. Perbedaan Karakteristik
Fisik Edible Film dari Umbi-Umbian yang
Dibuat dengan Penambahan Plasticier. Jurnal
Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 31: 131-
136.

8
5

You might also like