You are on page 1of 15

Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 14 / No.

1 / Januari 2019

Peran Guru dalam Kegiatan Promosi Kesehatan Pencegahan Obesitas pada


Siswa Sekolah Dasar
Hermien Nugraheni*), Aryadiva N.Prayoga*), Wanda Nur Aida*)
*)
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang
Korespondensi: hermienprajoga@gmail.com

ABSTRACT
Background: Primary school-aged children are at risk of having health problems. One of the
health problems that can cause disruption of growth and development is obesity. School is
one of the parties who play an important role in providing health education for children
which aims to improve healthy living habits of children. The role of school primarily teacher
was very important to prevent children obesity. The purpose of this study was to identify the
role of teachers in health promotion activities in elementary schools for prevent obesity
Method: This study was conducted using descriptive analytical design with cross sectional
approach, complemented with qualitative data. The population in this study were teachers in
elementary schools who appointed as health school teachers in the working area of
Kedungmundu Health Center, Semarang City. Sample of this study was selected purposively
by the criteria of active and inactive school health programs. The total sample was 14
teachers for each group, therefore totally 28 teachers involved in this study. Data was
collected using face to face interview with trained enumerator and participants signed
informed consent before interviewed.
Results: level of Knowledge and attitudes of teachers about health promotion schools for
preventing student’s obesity were higher between active and non-active school health
program. Teacher's age and education were significantly associated with active school
programs with p value 0.039 and 0.040 respectively. Teachers from active school health
programs were younger (<30 years old) and have higher education (bachelor) than those
who are not active school. Teachers from active school health programs are more initiative to
run activities which support nutritional behavior such as provision healthy canteens and
physical activities outside the class course rather than only waiting for activities from the
health center.
Keywords: Teachers, health promotion school, obesity, elementary students

PENDAHULUAN dapat terjadi pada anak yang mengalami


Anak usia sekolah dasar merupakan obesitas adalah kesulitan dalam bernapas,
sumber daya manusia yang masih berada memiliki risiko fraktur yang lebih tinggi,
dalam tahap tumbuh kembang. Namun, hipertensi, resistensi insulin, penanda
dalam tumbuh kembangnya, anak usia penyakit kardiovaskular dini dan efek pada
sekolah dapat berisiko memiliki masalah psikologi anak.(1)(2)
kesehatan. Salah satu masalah kesehatan Prevalensi obesitas pada anak
yang dapat menyebabkan gangguan secara signifikan meningkat, baik di negara
pertumbuhan dan perkembangan adalah berkembang maupun maju. Satu dari 8
obesitas. Risiko gangguan kesehatan yang anak di Amerika menderita obesitas dan

53
Peran Guru dalam Kegiatan… (Hermien N., Aryadiva N. P., Wanda N. A.)

meningkatkan risiko obesitas ketika gizi lebih berupa kegemukan dan obesitas
mencapai usia dewasa. Menurut sebuah pada anak usia 6-14 tahun di Kota
penelitian, 42,4% anak di Itali didiagnosa Semarang menduduki peringkat pertama
menderita obesitas. UNICEF pada tahun se-Jawa Tengah yaitu sebesar 16,85%.(6)
2013 menyatakan bahwa prevalensi Menurut Data Dinas Kesehatan Kota
obesitas anak mencapai 5,4% di negara- Semarang Tahun 2014 tentang Status Gizi
negara berkembang.(3) Anak per kelurahan di Kota Semarang,
Prevalensi nasional kegemukan dan kelurahan dengan prevalensi obesitas anak
obesitas pada anak usia sekolah (5-12 tertinggi pada tahun 2014 adalah
tahun) terus meningkat, pada tahun 2007 Kelurahan Tlogosari Kulon yaitu 23,93%.
prevalensi kegemukan dan obesitas yaitu Obesitas tidak hanya menyerang
sebesar 7,9% kemudian terjadi peningkatan orang dewasa, namun juga mengancam
pada tahun 2010 sebesar 9,2% dan kalangan remaja bahkan anak-anak.
meningkat kembali pada tahun 2013 yaitu Obesitas pada anak jika tidak teratasi akan
sebesar 18,8%. Pada tahun 2010 provinsi berlanjut sampai remaja bahkan sampai
Jawa Tengah termasuk dalam provinsi dewasa, yang dapat mengantarkannya pada
yang prevalensi kegemukan dan obesitas masalah kesehatan yang biasanya sering
pada anak sekolah di atas prevalensi dialami oleh orang dewasa seperti diabetes,
nasional yaitu sebesar 10,9% .(4) tekanan darah tinggi, dan kolesterol
Penelitian yang dilakukan oleh tinggi.(5)(7) Selain itu juga, obesitas akan
Damayanti et.al yang tergabung dalam berpengaruh terhadap psikologisnya.
Masyarakat Pediatri Indonesia terhadap Anak-anak yang obesitas cenderung lebih
anak-anak sekolah dasar di sepuluh kota merasa cemas dan memiliki kemampuan
besar Indonesia dengan metode acak bersosialisasi lebih rendah, hal tersebut
periode 2002-2005 menunjukkan hasil juga akan mengganggu proses belajar
prevalensi obesitas pada anak usia sekolah sehingga dapat menyebabkan menurunnya
dasar yaitu Jakarta (25%), Semarang prestasi akademis anak.(8)
(24,3%), Medan (17,75%), Denpasar Sekolah merupakan salah satu
(11,7%), Surabaya (11,4%), Padang pihak yang turut berperan penting dalam
(7,1%), Manado (5,3%), Yogyakarta (4%), memberikan pendidikan kesehatan bagi
dan Solo (2,1%).(5) Ini berarti anak obes di anak yang bertujuan untuk menanamkan
Semarang berada pada peringkat kedua. kebiasaan hidup sehat bagi anak.(9)
Menurut data Riskesdas untuk Laporan Intervensi yang dilakukan melalui
Jawa Tengah pada tahun 2007, prevalensi beberapa program secara intensif dan

54
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 14 / No. 1 / Januari 2019

beragam dari pihak sekolah memiliki METODE


potensi yang tinggi untuk mengurangi Penelitian ini dilaksanakan
obesitas pada anak usia sekolah. Untuk menggunakan disain penelitian deskriptif
mengatasi masalah kegemukan dan analitik dengan pendekatan cross sectional.
obesitas pada anak usia sekolah maka telah dan kualitatif. Populasi pada penelitian ini
diterbitkan Pedoman Pencegahan dan adalah Guru-guru pembina UKS/UKGS
Penanggulangan Kegemukan dan Obesitas pada sekolah dasar (SD) dan madrasah
pada Anak Sekolah. Pedoman tersebut ibtidaiyah (MI) di wilayah kerja
harus digunakan oleh tim Pembina dan Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang
pelaksana UKS sebagai panduan dalam berjumlah 31 SD/MI. Sampel dipilih
mengatasi masalah kegemukan dan secara purposive dengan kriteria guru UKS
obesitas pada anak sekolah.(5)(10) yang berasal dari sekolah yang aktif dalam
Sekolah memiliki peranan penting kegiatan UKS dan guru UKS yang
terhadap obesitas pada anak usia sekolah. sekolahnya termasuk kategori kurang aktif
Anak-anak sekolah umumnya dalam kegiatan UKS. Data dari Puskesmas
menghabiskan seperempat waktunya di Kedungmundu didapatkan 14 SD/MI aktif
sekolah setiap hari. Peran sekolah dapat dalam kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah
dilihat dari beberapa aspek, seperti peran (UKS) dan 14 SD/MI yang kurang aktif,
guru.(11)(12) Guru memiliki pengaruh dalam sehingga total sampel sebanyak 28 Guru
hal pemilihan makanan selama anak berada UKS/UKGS dengan perbandingan
di sekolah. Guru juga dapat memberi kelompok 1:1.
pendidikan kesehatan tentang gizi, dan Variabel dependen adalah kegiatan
menjadi role model dalam perilaku gizi promosi kesehatan di sekolah untuk
sehat. (11)(12) Selain peran guru dan asupan pencegahan obesitas siswa yang meliputi
makan, aktivitas fisik yang dilakukan kegiatan: pendidikan kesehatan tentang
selama di sekolah dan waktu luang juga obesitas dan penyakit-penyakit akibat
dapat menjadi salah satu faktor yang obesitas, pendidikan kesehatan tentang gizi
berperan dalam kejadian obesitas pada dan makanan sehat, pendidikan kesehatan
anak usia sekolah.(13)(14) tentang aktivitas fisik, kegiatan aktivitas
Tujuan penelitian ini adalah untuk fisik di luar mata pelajaran olahraga dan
mengidentifikasi peran guru dalam senam bersama di sekolah.
kegiatan promosi kesehatan di sekolah Variabel independen meliputi
untuk pencegahan obesitas pada siswa karakteristik responden yaitu jenis kelamin
sekolah dasar. guru, umur guru, tingkat pendidikan guru,

55
Peran Guru dalam Kegiatan… (Hermien N., Aryadiva N. P., Wanda N. A.)

paparan pelatihan UKS, pengetahuan, dan etik Fakultas Kesehatan Masyarakat


sikap guru dalam kegiatan promosi Universitas Diponegoro.
kesehatan di sekolah untuk pencegahan
obesitas siswa serta kebijakan sekolah dan HASIL DAN PEMBAHASAN
dukungan orang tua. UKS (Usaha Kesehatan Sekolah)
Pengambilan data dilaksanakan dari merupakan bagian dari program kesehatan
pertengahan bulan April hingga anak usia sekolah yang memiliki tiga
pertengahan bulan Mei 2018 dengan program pokok yaitu pendidikan
menggunakan kuesioner kepada responden kesehatan, pelayanan kesehatan dan
guru untuk menggali informasi terkait pembinaan lingkungan sekolah sehat.
identitas responden, pengetahuan, sikap Menurut Kepmenkes, UKS merupakan
dan praktik guru pada kegiatan promosi upaya terpadu dalam rangka meningkatkan
kesehatan di sekolah untuk pencegahan kemampuan hidup sehat yang kemudian
obesitas siswa. membentuk perilaku sehat anak usia
Selain itu cek list kegiatan promosi sekolah yang berada di sekolah. UKS
kesehatan di sekolah untuk pencegahan berperan dalam memberikan pengetahuan
obesitas siswa selama satu bulan terakhir yang berkaitan dengan masalah-masalah
melalui form recall, pedoman wawancara kesehatan kepada para siswa/anak
mendalam kepada kepala sekolah dan sehingga kedepannya diharapkan mereka
orangtua (ketua komite). Analisis statistik dapat mempraktikan gaya hidup sehat di
dilakukan secara univariat untuk mana pun.(10)
mengetahui gambaran karakteristik Pelaksana kegiatan UKS adalah
responden dan analisis bivariat guru yang ditunjuk sekolah dan dilatih oleh
menggunakan independen-T test untuk Puskesmas, untuk membantu dalam
data rasio berdistribusi normal atau Chi- penyebaran informasi dan memberikan
Square untuk data kategorikal dan pendidikan kesehatan anak. Setiap sekolah
nominal. mempunyai masing-masing minimal 1
Data kualitatif dianalisis dengan orang guru UKS.(10)
metoda analisis konten. Semua Karakteristik subjek penelitian
responden diberikan informed consent dapat dilihat pada Tabel 1. Jenis kelamin
yang ditandatangani terlebih dulu responden sebagian besar wanita baik yang
sebelum wawancara sebagai kesediaan di kelompok aktif UKS (73%) maupun
keterlibatan dalam penelitian ini. kelompok nonaktif UKS (71%). Demikian
Protokol penelitian disetujui oleh komisi juga umur responden lebih banyak yang

56
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 14 / No. 1 / Januari 2019

kurang dari 30 tahun di kedua kelompok memperlihatkan tingkat pengetahuan


yaitu 71% pada kelompok aktif dan 57% guru tentang kegiatan promosi kesehatan
pada yang tidak aktif. Tingkat pendidikan untuk mencegah obesitas pada siswa,
responden lebih banyak yang sarjana pada lebih baik pada yang aktif UKS (85,7%)
kelompok aktif 57% dan hanya 29% pada dibandingkan dengan yang nonaktif
kelompok nonaktif. Kelompok yang aktif (50%). Sedangkan sikap guru yang
UKS lebih banyak yang sudah mengikuti mendukung kegiatan promosi kesehatan
pelatihan (71%) dibanding yang tidak aktif siswa lebih banyak pada kelompok aktif
(57%). (64,3%) dibanding pada kelompok
Dalam hal pengetahuan, Tabel 2 nonaktif (42,9%).

Tabel 1. Karakteristik responden guru-guru Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah
(MI) yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang

No Karakteristik Responden Kelompok Kelompok


Aktif UKS Nonaktif UKS
n % n %
1 Jenis kelamin
Pria 3 27 4 29
Wanita 11 73 10 71
2 Umur
< 30 tahun 10 71 8 57
≥30 tahun 4 29 6 43
3 Pendidikan
D1-D3 6 43 10 71
≥ S1 8 57 4 29
4 Pernah Pelatihan tentang
pengelolaan UKS
Ya 10 71 8 57
Tidak 4 29 6 43

Tabel 2. Pengetahuan, dan sikap guru tentang kegiatan promosi kesehatan di sekolah untuk
pencegahan obesitas pada siswa.

No Variabel Kelompok Aktif UKS Kelompok Nonaktif UKS

n % n %
1 Pengetahuan
Baik 12 85,7 7 50
Cukup 2 14,3 7 50
2 Sikap
Baik 9 64,3 6 42,9
Kurang 5 35,7 8 57,1

57
Peran Guru dalam Kegiatan… (Hermien N., Aryadiva N. P., Wanda N. A.)

Tabel 3. Uji perbedaan peran guru dalam kegiatan promosi kesehatan untuk pencegahan
obesitas siswa antar kelompok aktif dan non aktif UKS

Mean
Variabel Mean kelompok kelompok
No Nilai p
independen aktif UKS nonaktif
UKS
1 Pengetahuan Guru 10 6 0,005
2 Sikap Guru 12 11 0,017
3 Pelatihan UKS 5 2 0,023
4 Umur Guru 12 13 0,039
5 Pendidikan Guru 6 3 0,040

Tabel 3 menunjukkan bahwa mata pelajaran Pendidikan Jasmani,


tingkat pengetahuan guru (p value 0,005), Olahraga dan Kesehatan.(9) Hal ini
dan sikap guru (p value 0,017) mempunyai menunjukkan bahwa fasilitas dari masing2
perbedaan yang bermakna antara sekolah tentang UKS berbeda-beda.
kelompok aktif dan tidak aktif yang artinya Demikian juga SDM nya dalam hal ini
pengetahuan dan sikap guru yang aktif guru UKS. Guru UKS biasanya adalah
dalam UKS lebih baik dari yang tidak guru pendidikan jasmani dan olah raga
aktif. Demikian juga pendidikan guru (p yang telah dilatih oleh Puskesmas serta
value 0,040) dan pengalaman pelatihan diberikan penanaman sikap positif
guru UKS (p value 0,023) serta umur guru terhadap prinsip hidup sehat dan
(p value 0,040) mempunyai perbedaan peningkatan keterampilan dalam
yang signifikan antara kedua kelompok. melaksanakan kegiatan pendidikan kepada
Artinya guru yang pendidikan tinggi, siswa. Selain itu guru juga dilatih pada
berumur muda (<30 tahun) dan pernah pertolongan dan perawatan kesehatan
dilatih lebih banyak pada kelompok aktif siswa sederhana. (9) Sedangkan materi yang
daripada yang tidak aktif. harus diajarkan dalam pendidikan
Seluruh SD di wilayah kerja kesehatan kepada siswa mencakup
Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang kebersihan diri, mengenal makanan sehat,
umumnya memiliki ruang UKS yang mengenal bahaya narkoba, menjaga
dilengkapi sarana perlengkapan UKS kebersihan lingkungan, membiasakan
beserta administrasinya. Tetapi hanya 9 buang sampah pada tempatnya.(10) tidak
sekolah (29%) yang mempunyai ruangan meratanya pelatihan yang diberikan oleh
memenuhi kriteria baik dalam hal ukuran puskesmas kemungkinan karena pergantian
maupun fasilitas sesuai dengan peraturan guru di sekolah atau jadwal pelatihan yang
Mendiknas nomor 22 tahun 2006 pada tidak rutin diadakan.

58
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 14 / No. 1 / Januari 2019

Hasil penelitian tentang peran guru Kesehatan, materi-materi berkaitan dengan


dalam upaya promosi kesehatan di sekolah obesitas siswa memang bukan prioritas
untuk pencegahan obesitas pada siswa dari kegiatan UKS. Penyampaian materi
sekolah dasar membuktikan bahwa tentang obesitas pernah dilakukan hanya
pengetahuan guru dan sikap yang baik sekilas secara bersamaan dengan materi
tentang program promosi kesehatan di umum tentang kesehatan seperti mengenal
sekolah untuk pencegahan obesitas pada makanan sehat, mengenal bahaya rokok
siswa sekolah dasar berpengaruh terhadap dan narkoba, menjaga kebersihan diri dan
pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan di lingkungan.
sekolah untuk pencegahan obesitas pada Dalam kegiatan pelayanan
siswa. Selain itu para guru termotivasi kesehatan, guru UKS hanya melakukan
untuk melakukan pemeriksaan indeks pengukuran berat badan dan tinggi badan
massa tubuh siswa secara rutin dengan siswa yaitu melalui wali kelas masing-
benar dan berkelanjutan untuk memantau masing, tanpa dilakukan penggolongan
sekaligus melakukan upaya pencegahan status gizi sehingga pihak sekolah belum
bila didapatkan adanya kecenderungan dapat mengetahui secara pasti jumlah
obesitas pada siswa. kasus obesitas. Tetapi pada kelompok
Kondisi tingkat pengetahuan guru UKS aktif, mereka secara mandiri
seperti itu meningkatkan motivasi mereka berinisiatif melakukan kegiatan pembinaan
untuk melakukan kegiatan tersebut secara lingkungan sekolah sehat termasuk
intensif dan rutin. Para guru mau pembinaan kantin sehat sebagai upaya
bekerjasama terlibat dalam program menyediakan makanan yang bersih, sehat
promosi kesehatan di sekolah dengan dan aman bagi siswanya. Makanan yang
aktif.(12) Dari segi usia, guru dengan usia sehat sangat penting untuk mengurangi
muda lebih termotivasi untuk obesitas, anak sangat dianjurkan untuk
meningkatkan diri serta berprestasi kerja makan makanan yang sehat seperti buah
sehingga mendorong mereka untuk aktif dan sayur, menghindari makanan dan
dan semangat bekerja. Motivasi yang minuman yang manis, mengurangi
tinggi akan mendorong seseorang untuk makanan berlemak dan goreng-gorengan
aktif melakukan suatu kegiatan.(15) serta mengurangi konsumsi junk food dan
Berdasarkan hasil wawancara fast food. Seperti yang dijelaskan oleh
mendalam kepada beberapa kepala sekolah kepala sekolah salah satu SD yang kategori
dan guru UKS yang aktif diketahui bahwa UKS aktif sebagai berikut:
dalam pelaksanaan kegiatan Pendidikan

59
Peran Guru dalam Kegiatan… (Hermien N., Aryadiva N. P., Wanda N. A.)

“Kebanyakan anak-anak menyukai dilakukan di luar mata pelajaran


makanan cepat saji, makanan yang
pendidikan jasmani dan olah raga, kecuali
dibakar, minuman bersoda, camilan, dan
permen, makanan dan minuman tersebut bila ada mahasiswa yang PKL di SD
biasanya memiliki kandungan kalori dan
tersebut, sehingga sifatnya insidental saja.
gula atau garam yang tinggi. Sehingga
untuk merubah kesukaannya maka kantin Seperti yang diuraikan oleh seorang guru
harus menyediakan makanan sehat.” (KS
yang UKSnya tidak aktif sebagai berikut:
1)

Berdasarkan hasil observasi peneliti “Tidak pernah ada kegiatan aktivitas fisik
bagi siswa selain mata pelajaran PJOK
rata-rata kantin sekolah menjual beberapa
karena kebijakan sekolah terkait dengan
makanan lokal seperti soto dengan sedikit pengaturan aktivitas fisik siswa diluar itu
belum diatur secara maksimal oleh pihak
sayuran, snack-snack ringan kemasan dan
institusi pendidikan.” (Guru 2)
juga minuman yang disukai anak-anak saja
tetapi jarang menjual buah-buahan. Hal ini dapat dilihat dengan tidak
Sementara pada sekolah yang guru optimalnya pengaturan jam istirahat siswa
UKS nya kurang aktif mengatakan bahwa yang banyak dilakukan untuk mengunjungi
kegiatan pendidikan kesehatan dilakukan kantin sekolah dari pada melakukan
hanya bila ada petugas puskesmas datang, aktivitas fisik. Demikian juga yang
biasanya di awal tahun ajaran baru. Mereka disampaikan oleh seorang guru dari
tidak pernah melakukan pengukuran berat sekolah yang non aktif UKS seperti
badan dan tinggi badan siswa. Kemudian, berikut:
untuk mengetahui status gizi anak sekolah,
tergantung dari pihak puskesmas saja. “Mereka hanya berkunjung ke UKS jika
merasa tidak enak badan dan jika ada
Dalam hal aktifitas fisik, pada
jadwal piket dokter kecil saja. Mereka
sekolah yang aktif UKS, mereka belum pernah berkonsultasi dengan
pembina UKS terkait masalah obesitas.
mempunyai kegiatan ekstrakurikuler yang
Dan memang belum pernah diadakan
sebagian besar mengarah ke aktivitas fisik kegiatan khusus untuk siswa obesitas dan
pencegahannya kepada siswa, menunggu
siswa.
puskesmas bila ada kegiatan.” (Guru 3)
Ekstrakurikuler berupa kegiatan
Pramuka, latihan seni tari dan olahraga Keaktifan sekolah dalam hal
pencak silat sudah berjalan dengan baik, program kesehatan yang dimotori oleh
walaupun pelatih masih mendatangkan dari guru dan didukung kepala sekolah serta
luar sekolah dan tetap dalam pantauan guru dibina oleh puskesmas sangat menentukan
bidang studi. Tetapi pada yang UKSnya aktif tidaknya suatu kegiatan diluar mata
tidak aktif, aktifitas fisik tidak pernah pelajaran.

60
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 14 / No. 1 / Januari 2019

Pihak yang turut berperan dalam Ketidakdewasaan intelektual dan


upaya penanggulangan obesitas adalah psikologis pada anak-anak dibandingkan
guru UKS, guru merupakan unsur yang dengan orang dewasa dan kerentanan
sangat penting dalam pelaksanaan promosi terhadap tekanan dari teman mereka serta
kesehatan di sekolah.(12)(16) Peran guru ketersediaan makanan di rumah dan di
dalam memotori upaya promosi kesehatan sekolah mempengaruhi kebiasaan makan
di sekolah khususnya dalam upaya pada anak.(24) Oleh karena itu upaya untuk
penanggulangan obesitas antara lain adalah mengurangi obesitas pada anak-anak akan
memonitor pertumbuhan dan lebih baik jika berbasis keluarga dan
perkembangan anak-anak didik atau murid berbasis sekolah. Obesitas berhubungan
melalui penimbangan berat badan secara dengan pola makan dan peningkatan
berkala ataupun rutin tiap bulan, perilaku yang inaktif.(25) Selain di rumah
mengawasi adanya kelainan-kelainan yang sekolah merupakan tempat yang tepat
mungkin terdapat pada murid baik kelainan untuk mengimplementasikan intervensi
fisik maupun non-fisik, melakukan deteksi mencegah dan menurunkan prevalensi
dini terhadap penyakit-penyakit yang obesitas pada anak, karena memberikan
terjadi pada murid dan mengirimkannya ke kontak yang intensif dan terus-menerus
puskesmas atau rumah sakit.(2)(5)(17) Oleh kepada anak.(26)(27) Infrastruktur sekolah,
sebab itu, agar guru dapat menjalankan lingkungan fisik, kebijakan, kurikulum dan
peran-peran tersebut maka guru harus guru mempunyai potensi untuk
memperoleh pelatihan-pelatihan kesehatan mempengaruhi secara positif kesehatan
dari petugas kesehatan puskesmas anak. (26)(27)
setempat dan perlu diberikan buku-buku Upaya berbasis sekolah lebih
panduan tentang kesehatan.(18–20) Pihak berorientasi kepada pencegahan,
sekolah juga dituntut untuk selalu menargetkan seluruh siswa untuk
mengawasi tingkat konsumtif para menghindari makanan yang membuat
siswanya, karena tidak dipungkiri bahwa anak-anak obesitas. Seperti pada program
beberapa makanan yang dibeli saat sekolah Planet Health di mana diterapkan
dapat memicu kegemukan dan obesitas kurikulum interdisipliner yang bertujuan
pada anak jika dikonsumsi secara untuk mengurangi konsumsi lemak
berlebihan. Makanan tidak akan memicu makanan, meningkatkan konsumsi buah-
kegemukan dan obesitas apabila buahan dan sayuran, mempromosikan
dikonsumsi sesuai kebutuhan kalori bagi aktivitas fisik, dan membatasi waktu
tubuh.(13)(21)(22) menonton televisi.(12)(28)

61
Peran Guru dalam Kegiatan… (Hermien N., Aryadiva N. P., Wanda N. A.)

Intervensi berbasis sekolah (NHSP). Untuk mendapatkan status


melibatkan pendidikan gizi, penyediaan sebagai Sekolah Sehat, sekolah wajib
kantin sekolah yang sehat, program mengembangkan 4 kegiatan pokok
kebugaran, peningkatan fasilitas taman Sekolah Sehat yaitu: 1) Pendidikan
bermain, dan kegiatan ekstrakurikuler. Individu, Sosial dan Kesehatan (PSHE)
Sekolah merupakan tempat yang ideal termasuk di dalamnya pendidikan seks dan
untuk melaksanakan program yang reproduksi (Sexual and Reproductive
bertujuan meningkatkan aktivitas dan Education) dan pendidikan mengenai obat-
kebugaran pada anak-anak. Dengan obat terlarang, 2) Kebiasaan makan sehat,
demikian peran sekolah menjadi sangat 3) Aktivitas fisik teratur, dalam hal ini
penting karena waktu anak-anak sebagian adalah olahraga serta 4) Kesejahteraan dan
besar dihabiskan di sekolah. Sekolah kesehatan mental.(32)(33)
mempunyai peran penting dalam upaya Di Indonesia sendiri dari hasil
pencegahan maupun penanggulangan penelitian sebelumnya belum ada
obesitas pada anak.(29) Strategi intervensi penerapan kebijakan institusi pendidikan
berbasis sekolah penting karena anak-anak dalam pengelolaan obesitas pada anak usia
mempercayai semua hal yang diberikan sekolah dasar khusus pada bidang
sekolah sehingga keuntungan unik sekolah kurikulum. Kebijakan hanya mengacu pada
ini dapat dimanfaatkan agar anak-anak Peraturan Menteri Pendidikan dan
berperilaku sehat.(14)(30) Agar guru dapat Kebudayaan Republik Indonesia nomor 70
berperan sebagai agen perubahan perilaku tahun 2013 yang menyebutkan bahwa mata
yang baik, maka guru perlu memiliki pelajaran di Sekolah Menengah
pengetahuan dan persepsi yang benar Atas/Kejuruan yang wajib diikutsertakan
terhadap masalah obesitas pada anak. oleh peserta didik salah satunya yaitu
Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa pendidikan jasmani, olahraga dan
obesitas pada anak dan remaja dapat kesehatan (penjaskes), yang mencakup
dicegah dengan program berbasis sekolah aktivitas fisik seperti berolahraga, tetapi
dikombinasikan dengan promosi kebiasaan juga dipelajari materi kesehatan, akan
makan yang sehat dan aktivitas fisik.(21)(31) tetapi tidak ada disebutkan kurikulum
Berdasarkan hasil penelitian, di khusus yang mempelajari tentang obesitas.
Inggris telah menerapkan The Whole Idealnya dapat diterapkan seperti di Inggris
School Approach dengan program yaitu program NHSA, sebagai kurikulum
komprehensif yang dikenal sebagai khusus di sekolah sehingga mampu
National Healthy Schools Programmes menekan angka kejadian obesitas pada

62
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 14 / No. 1 / Januari 2019

remaja. Tidak adanya kurikulum khusus sehat dan kegiatan aktifitas fisik diluar
tentang obesitas juga dapat memberi mata pelajaran. Sedangkan pada sekolah
dampak kurangnya pengetahuan dan yang UKSnya tidak aktif hanya menunggu
pemahaman siswa tentang obesitas, baik kegiatan dari puskesmas. Kegiatan UKS,
dalam hal penanganan ataupun pencegahan terutama pencegahan obesitas pada anak,
obesitas. Sehingga pola kebiasaan hidup direkomendasikan untuk perlu diadakan
yang salah dan tidak sehat berlangsung pelatihan rutin kepada para guru untuk
terus menerus serta pengetahuan gizi yang meningkatkan pengetahuan dan sikapnya
kurang pada remaja memungkinkan remaja sehingga dapat memotivasi guru untuk
kurang dapat memilih menu makanan yang aktif berinisiatif mengembangkan berbagai
bergizi seimbang. kegiatan yang berkaitan dengan kesehatan
khususnya pencegahan obesitas. Dukungan
SIMPULAN kepala sekolah juga diperlukan dan
Pengetahuan dan sikap guru berperan penting dalam meningkatkan
tentang upaya promosi kesehatan di motivasi guru.
sekolah untuk pencegahan obesitas pada
siswa pada kelompok aktif UKS adalah KEPUSTAKAAN
lebih baik dibandingkan pada kelompok 1. Sajawandi L. Pengaruh Obesitas
non aktif UKS. Pengetahuan dan sikap pada Perkembangan Siswa Sekolah
kedua kelompok ini berbeda bermakna Dasar dan Penanganannya dari
dengan p value 0,005. Pihak Sekolah dan Keluarga. J
Umur guru dan pendidikan guru Pendidik Sekol Dasar UNTIRTA.
berbeda signifikan antar kedua kelompok 2015;1(2):1–13.
dengan p value 0,039 dan 0,040. Pada 2. Destya Sekar Ayu. Oktia Woro
sekolah dengan UKS aktif lebih banyak Kasmini. Diary Teratas (Terapi
terdapat guru yang usianya <30 tahun dan Anak Obesitas) dalam Perubahan
berpendidikan tinggi (sarjana) Perilaku Gizi Siswa Sekolah Dasar.
dibandingkan dengan yang UKSnya tidak UNNES J Public Heal.
aktif. 2016;5(2):167–75.
Pada sekolah yang UKSnya aktif 3. UNICEF. The State of the World’s
guru dan kepala sekolah berperan lebih Children 2017 Statistical Tables -
aktif untuk berinisiasi mengadakan UNICEF DATA [Internet]. 2017.
kegiatan yang mendukung perilaku gizi Available from:
baik pada anak seperti pembinaan kantin https://data.unicef.org/resources/stat

63
Peran Guru dalam Kegiatan… (Hermien N., Aryadiva N. P., Wanda N. A.)

e-worlds-children-2017-statistical- 2015;12(1):15. Available from:


tables/ http://www.ijbnpa.org/content/12/1/
4. Badan Penelitian dan 15
Pengembangan Kesehatan. Riset 12. Evans CEL, Albar SA, Vargas-
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Garcia EJ, Xu F. School-Based
2013. Laporan Nasional 2013. 2013. Interventions to Reduce Obesity
20 p. Risk in Children in High- and
5. Devinta Very Fridayanti GN. Peran Middle-Income Countries [Internet].
UKS dalam Upaya Penanggulangan 1st ed. Vol. 76, Advances in Food
Obesitas pada Anak Usia Sekolah. J and Nutrition Research. Elsevier
Heal Educ. 2016;1(2):56–61. Inc.; 2015. 29-77 p. Available from:
6. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa http://dx.doi.org/10.1016/bs.afnr.20
Tengah. Profil Kesehatan Provinsi 15.07.003
Jawa Tengah Tahun 2015. 2015; 13. Harrison MK, Peggs C. The role of
7. Fahrurozi IA. Nutrition and Health schools in preventing childhood
Promotion pada Obesitas : Literature obesity. W V Med J.
Review. J Ilm Kesehat. 2004;98(6):260–2.
2017;4(3):173–9. 14. Larson N, Davey CS, Caspi CE,
8. Taras H, Potts-datema W. Obesity Kubik MY, Nanney MS. School-
and student performance at school. J Based Obesity-Prevention Policies
Sch Health. 2005;75(8):291–6. and Practices and Weight-Control
9. Pusat Promosi kesehatan Depkes RI. Behaviors among Adolescents. J
Promosi Kesehatan di Sekolah. Acad Nutr Diet [Internet]. Elsevier
2008. 111 p. Inc; 2017;117(2):204–13. Available
10. Bina Kesehatan Anak DR. Pedoman from:
Akselerasi Pembinaan dan http://dx.doi.org/10.1016/j.jand.201
Pelaksanaan UKS. Bina Kesehatan 6.09.030
Anak, Depkes RI. 2003. 1-50 p. 15. Jørgensen TS, Krølner R, Aarestrup
11. Langford R, Bonell C, Jones H, AK, Tjørnhøj-Thomsen T, Due P,
Campbell R. Obesity prevention and Rasmussen M. Barriers and
the Health promoting Schools Facilitators for Teachers’
framework: essential components Implementation of the Curricular
and barriers to success. Int J Behav Component of the Boost
Nutr Phys Act [Internet]. Intervention Targeting Adolescents’

64
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 14 / No. 1 / Januari 2019

Fruit and Vegetable Intake. J Nutr Pedoman Pembinaan dan


Educ Behav [Internet]. Elsevier Inc.; Pengembangan Usaha Kesehatan
2014;46(5):e1–8. Available from: Sekolah. Kemendikbud. Jakarta;
http://dx.doi.org/10.1016/j.jneb.201 2012.
4.06.003 20. Notoatmojo S. Promosi Kesehatan
16. Habib-Mourad C, Ghandour LA, Teori dan Aplikasi. 2012.
Moore HJ, Nabhani-Zeidan M, 21. Story M, Nanney MS, Schwartz
Adetayo K, Hwalla N, et al. MB, M. S, M.S. N, M.B. S. Schools
Promoting healthy eating and and obesity prevention: creating
physical activity among school school environments and policies to
children: findings from Health-E- promote healthy eating and physical
PALS, the first pilot intervention activity. Milbank Q [Internet].
from Lebanon. BMC Public Health 2009;87(1):71–100. Available from:
[Internet]. 2014;14:940. Available http://ovidsp.ovid.com/ovidweb.cgi?
from: T=JS&PAGE=reference&D=emed9
http://onlinelibrary.wiley.com/o/coc &NEWS=N&AN=2009120772%5C
hrane/clcentral/articles/879/CN- nhttp://ovidsp.ovid.com/ovidweb.cgi
01113879/frame.html ?T=JS&PAGE=reference&D=med5
17. Matthew AK, Monintja TCN, Ratag &NEWS=N&AN=19298416
GAE. Sikap guru mengenai 22. Christian MS, Evans CE, Nykjaer C,
intervensi diet dan aktivitas fisik Hancock N, Cade JE. Measuring
pada siswa obesitas di sekolah diet in primary school children aged
dasar. J Kedokt Komunitas Dan 8-11 years: validation of the Child
Trop. 2016;IV(1):1–8. and Diet Evaluation Tool (CADET)
18. Satria Irwandi, Nurul Ufatin S. with an emphasis on fruit and
Peran Sekolah dalam vegetable intake. Eur J Clin Nutr
Menumbuhkembangkan Perilaku [Internet]. 2015;69(2):234–41.
Hidup Sehat pada Siswa Sekolah Available from:
Dasar. J Pendidik Teor Penelitian, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubme
dan Pengemb Vol 1 Nomor 3 Bulan d/25139558
Maret Tahun 2016. 2016;1(3):492– 23. Story M. Schools and Obesity
8. Prevention: Creating School
19. Kementerian Pendidikan dan Environments and Policies to
Kebudayaan Repblik Indonesia. Promote Healthy Eating and

65
Peran Guru dalam Kegiatan… (Hermien N., Aryadiva N. P., Wanda N. A.)

Physical Activity. Milbank Q. 2016;16(2):187–200. Available


2009;87(1):71–100. from:
24. Caan W, Cassidy J, Coverdale G, http://dx.doi.org/10.1016/j.appet.201
Ha M, Nicholson W, Secchi S, et al. 6.04.027
“Smart Bodies” school wellness 28. Scherr RE, Linnell JD, Dharmar M,
program increased children’s Beccarelli LM, Bergman JJ, Briggs
knowledge of healthy nutrition M, et al. A Multicomponent,
practices and self-efficacy to School-Based Intervention, the
consume fruit and vegetables. Prev Shaping Healthy Choices Program,
Med (Baltim) [Internet]. Elsevier Improves Nutrition-Related
Inc.; 2013;52(5):445–51. Available Outcomes. J Nutr Educ Behav
from: [Internet]. Elsevier Inc.;
http://dx.doi.org/10.1016/j.jneb.201 2017;49(5):368–379.e1. Available
4.06.003 from:
25. Mushtaq et.al. Dietary behaviors, http://dx.doi.org/10.1016/j.jneb.201
physical activity and sedentary 6.12.007
lifestyle associated with overweight 29. Centre for Desease Control and
and obesity, and their socio- Prevention (CDC). Whole School,
demographic correlates, among Whole Community, Whole Child
Pakistani primary school children. Healthy Schools [Internet]. Vol. 32,
Int J Behav Nutr Phys Act. Family & Community Health. 2009.
2011;8:130. p. 257–70. Available from:
26. Brown R, Ogden J. Children â€TM s http://content.wkhealth.com/linkbac
eating attitudes and behaviour : a k/openurl?sid=WKPTLP:landingpag
study of the modelling and control e&an=00003727-200907000-00009
theories of parental. Health Educ 30. Arriscado D, Muros JJ, Zabala M,
Res. 2004;19(3):261–71. Dalmau JM. Influence of school
27. Cullen KW, Baranowski T, health promotion on the life habits
Rittenberry L, Cosart C, Hebert D, of schoolchildren. An Pediatría
Moor C De, et al. A Review of (English Ed [Internet]. Asociación
Family and Social Determinants of Española de Pediatría;
Children’s Eating Patterns and Diet 2015;83(1):11–8. Available from:
Quality Heather. Health Educ Res http://dx.doi.org/10.1016/j.anpede.2
[Internet]. Elsevier Inc.; 015.05.018%5Cnhttp://linkinghub.el

66
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 14 / No. 1 / Januari 2019

sevier.com/retrieve/pii/S234128791 2015;40. Available from:


5001131 https://education.gov.mt/en/resource
31. Et PA. Effectiveness of a childhood s/News/Documents/Healthy Eating
obesity prevention programme and Physical Activity Policy.pdf
delivered through schools, targeting 33. Theresa C. Lewallen, Chesa holly
6 and 7 year olds: cluster Hunt, William Potts-Datema,
randomised controlled trial Stephanie Zaza WG. The Whole
(WAVES study). BMJ. 2017;358:1– School , Whole Community , Whole
15. Child Model : A New Approach for
32. Respect for all Framework. A Improving Educational Attainment
Whole School Approach to a and Healthy Development for
Healthy Lifestyle: Healthy Eating Students *. 2015;85(11):729–40.
and Physical Activity Policy.

67

You might also like