You are on page 1of 22

M Jeffri Arlinandes Chandra Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.

1 Tahun 2015

KEWENANGAN BANK INDONESIA DALAM PENGATURAN DAN


PENGAWASAN PERBANKAN SETELAH TERBITNYA UNDANG-UNDANG
NO 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

Oleh
M Jeffri Arlinandes Chandra1

Abstract

Bank Indonesia is the central bank of Indonesia which has the authority as the
monetary authority (monetary authority) and to supervise and regulate banking
institutional. To keep the independency of Bank Indonesia, based on Bank Indonesia
Law 23/99 Article 34 paragraph (1) and (2) then formed the Financial Services
Authority (OJK) on 22 November 2011, the OJK has the function of regulation and
supervision of banking in Indonesia. Banking regulation by the OJK considered not
have the legal basis for the establishment OJK formed to the banking supervision is
considered that Bank Indonesia has failed to carry out these functions while the banking
arrangements are retained by Bank Indonesia in accordance with the explanation of
Article 34 paragraph (2) of the Act of Bank Indonesia, not only that delay the
establishment of the OJK also considered unconstitutional by some parties that the
filing of a lawsuit to download the OJK Act judicial review to the Constitutional Court
(MK). Establishment of the OJK that no delay occurs then make FSA unconstitutional
but the OJK when examined under Law 12/11 on the establishment of legislation, the
OJK is a constitutional institution but when examined the substance of the Act OJK then
indeed there is debate as function settings question will cause the function to implement
and establish a system of payment by Bank Indonesia smoothness will automatically fall
under the authority of the OJK for implementing and applying the regulatory function of
the payment system is one of the activities in the regulation and supervision of banks
that will lead to the health of financial institutions, especially banks can be controlled
and detected earlier if there are indications of deterioration of the financial condition of
banking which will lead to a suspension / closure of banking activities

Keywords: Bank Indonesia, Law No 21 Year 2011 Regarding The Financial Services
Authority, Regulatory Authority And Banking Supervision

                                                            
1
M Jeffri Arlinandes Chandra, Dosen Fakultas Hukum Universitas Dehasen Bengkulu

24
 
M Jeffri Arlinandes Chandra Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

A. PENDAHULUAN dihasilkan oleh pengawasan dan


1. Latar Belakang pembinaan bank yang efektif) yang
Indonesia merupakan negara dapat kita lihat dengan lahirnya Undang
berkembang yang menyebabkan banyak – Undang No 21 Tahun 2011 tentang
faktor yang mendukung dalam Otoritas Jasa Keuangan (UU Otoritas
perkembangannya negara ini antara Jasa Keuangan) yang disahkan pada
lainnya Bank. Bank mempunyai fungsi tanggal 22 November 2011, dengan
dan peranan penting dalam adanya lembaga OJK diharapkan akan
perekonomian nasional. jika di lihat dari memecahkan masalah mengenai
kondisi masyarakat sekarang, jarang pengawasan yang selama ini di lakukan
sekali orang yang tidak mengenal dan oleh Bank Indonesia akan beralih ke
tidak berhubungan dengan Bank. OJK berdasarkan Undang-Undang
Hampir semua orang berkaitan dengan tersebut.
lembaga keuangan. Undang – Undang OJK timbul
Dari pengertian bank menurut akibat adanya amanat Undang –
Undang-undang Negara Republik Undang Nomor 7 tahun 1997 jo Undang
Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 dapat – Undang Nomor 23 Tahun 1999 dan
disimpulkan bahwa usaha perbankan diperbaharui dengan Undang – Undang
meliputi tiga kegiatan, yaitu Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan
menghimpun dana, menyalurkan dana, Peraturan Pengganti Undang – Undang
dan memberikan jasa bank lainnya. No 2 Tahun 2008 tentang perubahan
Kegiatan menghimpun dan kedua atas Undang-Undang Nomor 23
menyalurkan dana merupakan kegiatan Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia
pokok bank sedangkan memberikan jasa menjadi Undang-Undang bahwa pada
bank lainnya hanya kegiatan pasal 34 Ayat (1) dan (2).
pendukung. Kegiatan menghimpun Dengan adanya OJK timbul pro
dana, berupa mengumpulkan dana dari dan kontra yang ada di kalangan
masyarakat dalam bentuk simpanan masyarakat perbankan maupun pelaku
giro, tabungan, dan deposito.2 dunia usaha dan pakar hukum pada
Pengawasan yang dilakukan utamanya yang mempertanyakan
secara impicit (Perlindungan yang konstitusionalitas Otoritas Jasa
Keuangan ( OJK ) karena dalam
                                                            
2
Undang- Undang No 10 Tahun 1998 pembentukannya OJK mempunyai
Tentang Perubahan UU No 7 Tahun 1992
tentang Perbankan. landasan pembentuk Undang-Undang

25
 
M Jeffri Arlinandes Chandra Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

tersebut dalam konsideran telah mengambil kewenangan 3 institusi


mengingatnya hanya mengacu pada sekaligus yang menyebabkan
Undang-Undang tentang Bank keberadaan OJK dipertanyakan.
Indonesia saja akan tetapi peralihan hak Selain itu masalah pengaturan
dan kewenangan yang dimilikinya tidak juga tidak disebutkan dalam pasal 34
hanya mengatur dalam sektor perbankan ayat (1) dan (2) Undang-Undang
akan tetapi juga mengatur dalam sektor tentang Bank Indonesia akan tetapi
perasuransian, sektor pasar modal, dana perpindahan kewenangan yang dimiliki
pensiun, lembaga pembiayaan dan OJK merupakan pengawasan dan
lembaga jasa keuangan lalinya pengaturan terhadap perbankan
berdasarkan pasal 6 Undang-Undang sehingga menyebabkan override
Otoritas Jasa Keuangan. Sehingga ada kewenangan yang diberikan kepada
yang berpendapat bahwa OJK telah OJK yang menyebabkan pengaturan
melebihi kewenangan yang telah perbankan oleh OJK dipertanyakan,
diamanatkan Undang-Undang Bank selain itu tentang jangka waktu
Indonesia sesuai dengan Pasal 34 ayat pembentukan lembaga yang diberikan
(1) dan (2). Undang-Undang Bank Indonesia dalam
Menurut Rimawan Pradiptyo, pembentukan OJK juga telah melebihi
pengawasan terhadap lembaga batas waktu yang ditentukan yaitu
keuangan ( LK ) dilakukan oleh tiga dalam pasal 34 ayat (2) disebutkan
institusi, yaitu Kementrian Koperasi, bahwa “Pembentukan lembaga
Bapepam-LK dan Bank Indonesia. pengawasan sebagaimana dimaksud
Pengawasan lembaga keuangan bank pada ayat (1) akan dilaksanakan
(LKB), mencakup bak umum,BPR dan selambat-lambatnya 31 Desember
bank syariah, dilakukan oleh Bank 2002” akan tetapi realisasi
Indonesia. pengawasan lembaga pembentukan lembaga OJK pada 22
keuangan non-bank (LKNB ) dipecah November 2011 dan peralihan
menjadi dua, yaitu LKNB non Koperasi kewenangan pengaturan dan
diawasi oleh Bapepam-LK, sementara pengawasan ke OJK pada tanggal 31
LKNB koperasi diawasi oleh                                                                                  
Kementrian Koperasi .sehingga OJK 3 perbankan,sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang No 10 tahun 1998, dan
Undang-Undang No 3 Tahun 2004 Tentang
                                                             Bank Indonesia , serta Undang-Undang No 21
3
Hermansyah, “Hukum Perbankan Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (
Nasional Indonesia ditinjau menurut Undang- OJK ),Edisi Kedua, Kencana Prenada Media
Undang No 7 tahun 1992 tentang Group, Jakarta 2011, Hal. 214.

26
 
M Jeffri Arlinandes Chandra Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

Desember 2013 sehingga kurang lebih tetapi sektor – sektor lain yang menjadi
memerlukan 9 tahun dalam realisasi tugas OJK membuat lembaga tersebut
pembentukan dan 2 tahun masa menjadi lembaga yang menjadi
peralihan ke Bank Indonesia yang koordinator dari lembaga – lembaga
pengaturan tentang jangka waktu yang dibawahinya termasuk dalam
tersebut tidak diatur dalam ketentuan perbankan yaitu Bank Indonesia,
lain, sehingga menjadi pertanyaan yang sehingga menimbulkan suatu
kompleks ketika apakah OJK perdebatan saat dipertanyakan masalah
merupakan lembaga yang konstitusional posisi siapa yang menjadi leader dalam
berdasarkan pembentukan dan sektor perbankan di Indonesia.
kewenangan yang dimilikinya? Saat ini OJK telah digugat oleh
Selain konstitusionalitas kelompok yang menyebutkan tim
lembaga OJK, kelembagaan antara OJK Pembela Kedaulatan Ekonomi Bangsa
dan Bank Indonesia juga masih dengan mempersoalkan fungsi
diperdebatkan karena apabila kita lihat pengawasan dan pengaturan perbankan
dalam pembentukan lembaga OJK Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Hal itu
tersebut berdasarkan tata urut peraturan dikarenakan fungsi pengawasan dan
perundang – undangan maka Otoritas pengaturan perbankan di OJK tak diatur
Jasa Keuangan seharusnya lembaga dalam konstitusi. Permintaan tersebut
yang menjalankan fungsi koordinasi ditandai dengan adanya pengajuan
yang dimiliki oleh Bank Indonesia permohonan uji materi UU No. 21
sebagai lembaga negara yang Tahun 2011 tentang OJK ke Mahkamah
mempunyai kewenangan yang penuh Konstitusi dengan No Reg Perkara
terhadap pengendalian fungsi Moneter Nomor 25/PUU-XII/2014 Tugas
dan Fungsi kelancaran pembiayaan Pengaturan Dan Pengawasan Di Sektor
sehingga OJK seharusnya merupakan Perbankan oleh Otoritas Jasa Keuangan.
pelaksana dari fungsi Bank Indonesia Tim Pembela Kedaulatan
tersebut akan tetapi apabila kita lihat Ekonomi Bangsa Salamuddin Daeng
dalam tataran kewenangan yang juang mempermasalahkan, kata
dimiliki oleh OJK posisi tersebut “independen' dalam ketentuan Pasal 1
malahan terbalik seakan-akan OJK angka 1 UU OJK bertentangan dengan
merupakan lembaga yang super power ketentuan Pasal 23D dan Pasal 33 UUD
yang cakupannya tidak hanya 1945. Menurutnya, kata “independen”
pengawasan sektor perbankan saja akan dalam konstitusi hanya dimungkinkan

27
 
M Jeffri Arlinandes Chandra Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

dengan melalui bank sentral, bukan setelah terbentuknya Otoritas Jasa


OJK. Atas dasar itu, kata “independen” Keuangan?
dalam Pasal 1 angka 1 UU OJK
dicangkok secara utuh dari Pasal 34 B. METODE PENELITIAN
ayat (1) UU No. 3 Tahun 2004 tentang 1. Jenis Penelitian
Bank Indonesia (BI). “Independensi itu Jenis penelitian yang digunakan
hanya dikenal melalui turunan regulasi yaitu penelitian Yuridis Normatif.
yang merujuk dan mengacu pada Penelitian ini tidak hanya menggunakan
ketentuan Pasal 23D UUD 1945, yang pendekatan Yuridis Normatif, Tetapi
dapat dimungkinkan adanya bank juga menggunakan pendekatan
sentral yang independen,”4 peraturan perundang-undangan (Statute
Maka melihat berbagai masalah Approce), pendekatan historis karena
yang dikemukakan di atas maka penulis akan dilihat dari dasar pembentukan
bermaksud akan mengangkat penulisan peraturan perundang-undangan dan
tesis dengan Judul “Kewenangan Bank lembaga yang dibentuk dan pendekatan
Indonesia dalam Pengaturan dan koperatif karena akan dilihat
Pengawasan Perbankan di Indonesia perbandingan antara lembaga negara
Setelah terbitnya Undang-Undang No yang berhubungan ( Otoritas Jasa
21 Tahun 2011 Tentang OJK”. Keuangan dan Bank Indonesia ).

2. Identifikasi Masalah 2. Bahan Hukum


Berdasarkan uraian di atas, Adapun bahan hukum yang
dalam tulisan ini dikaji dua isu digunakan dalam penelitian ini adalah :
hukum yaitu: Bahan Hukum Primer, yang berupa
1. Bagaimana kedudukan Bank peraturan perundang-undangan,
Indonesia dalam sistem lembaga khususnya penelitian hukum Normatif,
keuangan di Indonesia setelah maka kajian dalam penelitian ini
terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan sepenuhnya dilakukan dengan
? menggunakan data sekunder,
2. Bagaimana Kewenangan Bank berdasarkan kekuatan mengikatnya,
Indonesia dalam Mengatur dan maka bahan hukum (bahan pustaka di
Mengawasi perbankan di Indonesia bidang hukum) sebagai data sekunder
                                                            
4 yang dipergunakan dalam kajian
Hukum Online/mk-diminta-cabut-
pengawasan-perbankan-ojk.htm, Diposting hari penelitian ini
selasa 16 September 2014. Jam 16.00 WIB.

28
 
M Jeffri Arlinandes Chandra Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

Sumber bahan hukum Sekunder kewenangan yang dimiliki, status


adalah bahan yang memberikan kewenangan yang dimikili.
penjelasan mengenai bahan hukum
4. Analisis bahan Hukum
primer dan Sumber data Hukum Tersier
Keseluruhan data yang diperoleh
adalah bahan yang memberikan
baik primer maupun sekunder dianalisis
penjelasan mengenai bahan hukum
secara kualitatif dan diberikan
primer dan bahan hukum sekunder.
penggambaran mengenai bagaimana
3. Prosedur Pengumpulan Bahan koordinasi dan fungsi pengawasan yang
Hukum. dilakukan oleh Bank Indonesia terhadap
Dalam Penelitian Hukum lembaga perbankan di Indonesia.
dikenal tiga alat pengumpul (bahan Berdasarkan peraturan perundang-
hukum), yaitu studi dokumen5 Data- undangan yang berlaku.
data yang didapatkan dari pengumpulan
studi dokumen digunakan sebagai bahan C. PEMBAHASAN
hukum sekunder dan sekaligus bahan 1. Kedudukan Bank Indonesia dan
hukum primer. Otoritas Jasa Keuangan dalam
Menyangkut pengumpulan sistem lembaga keuangan di
bahan hukum sekunder dilaksanakan indonesia.
dengan melakukan studi dokumen dan Selain peralihan kewenangan
dengan memilih bahan-bahan hukum yang secara jelas diatur di dalam
yang relevan dengan objek penelitian Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011
yang diajukan dengan prosedur sebagai Tentang Otoritas Jasa Keuangan, diatur
berikut: Terhadap bahan hukum primer, pula hubungan kelembagaan dan
sekunder dan tertier prosedur kerjasama antar lembaga mengingat
pengumpulannya dilakukan dengan terdapat beberapa masalah yang sangat
menempatkan kategorisasi hukum signifikan terkait proses peralihan ini.
terhadap mengkualifikasi hukum yang Sebagaimana dianut oleh Bank
ditentukan dalam usulan penelitian Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan juga
seperti bahan hukum menyangkut merupakan lembaga yang independen
pengertian kewenangan, dalam melaksanakan tugas dan
pertanggungjawaban hukum atas wewenangnya, bebas dari campur
                                                             tangan pihak lain kecuali untuk hal-hal
5
Soerjono Sukanto, Pengantar
Penelitian Hukum,UI Press, Jakarta , yang secara tegas diatur di dalam
2006,Halaman 201.

29
 
M Jeffri Arlinandes Chandra Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Hanya dengan menjadi suatu lembaga


Tentang Otoritas Jasa yang berintegritas tinggi, dinamis,
Keuangan.6Pengecualian ini sekalipun, policy-driven, berkemampuan riset yang
seharusnya tidak mengurangi kuat, forward looking, dan market
independensi Otoritas Jasa Keuangan. friendly serta senantiasa belajar
Pengawasan terhadap bank pada (learning organization) pada akhirnya
dasarnya dibangun atas tiga pilar: akan berhasil melaksanakan tugas yang
regulasi, monitoring dan sanksi. Jika diamanatkan oleh rakyat dan menjadi
dianalogikan sebagai manusia: regulasi lembaga yang kompeten dan
itu adalah badan, monitoring itu sebagai independen.7 Dalam Pasal 8 Undang-
kepala (akal, mata dan telinga), dan Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang
penegakan hukum (sanksi) menjadi hati Otoritas Jasa Keuangan dijelaskan
nuraninya. Agar efektif, kondisi ketiga mengenai kewenangan Otoritas Jasa
elemen yang terintegrasi tersebut harus Keuangan yang berkaitan dengan fungsi
senantiasa dipelihara agar sehat (sound) Otoritas Jasa Keuangan mengenai tugas
dan difungsikan secara tepat (proper). kerja yang berhubungan dengan
Sistem perbankan itu sendiri dapat pengawasan dan pengaturan yang
diibaratkan sebagai suatu bangunan bersifat microprudential8. Keberadaan
yang bersendikan ketiga pilar tersebut. Otoritas Jasa Keuangan sebagai
Jika salah satu pilarnya lemah atau lembaga baru dianggap sebagai
kurang kukuh, maka dia akan mudah kebutuhan untuk mengatasi
roboh dan mudah dimasuki atau permasalahan keuangan yang terfokus
disalahgunakan oleh pihak-pihak yang pada lembaga keuangan untuk
tidak bertanggung jawab. Keberhasilan menghindari penanganan yang tidak
sebagai lembaga pengawas bank tidak transparan terhadap pengelolaan dan
akan berjalan dengan sendirinya hanya                                                             
7
S. Batunanggar, 1999, Strategi
dengan re-organisasi atau pemisahan
Pengawasan Bank Yang Efektif di Indonesia,
fungsi pengawasan dari bank sentral. Institusi bankir Indonesia, Edisi Nomor 78, Juli-
Agustus 1999.
Keberhasilan itu merupakan produk
8
Microprudential adalah analisis yang
yang dikembangkan dari suatu filosifi mengarah pada perkembangan dalam individu
lembaga keuangan dan lebih menaruh pada
yang orientasi pasar yang fleksibel.
menghindari problem individual lembaga untuk
                                                             melindungi kepentingan deposan. Sumber:
6
Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang http://gagasanhukum.com/2013/02/11/bank-
Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa indonesia-ojk-dan-basel-iii-bagian-i/ di Akses
Keuangan. Tanggal 10 Februari 2015 Jam 02.00

30
 
M Jeffri Arlinandes Chandra Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

permasalahan keuangan, lahirnya melakukan pengawasan di bidang


Otoritas Jasa Keuangan sebagai microprudential, pemisahan
lembaga independen yang menjadi kewenangan ini bertujuan untuk
pengawas perbankan dan lembaga semakin mengefisiensikan kinerja
pembiayaan, menjadikan kewenangan lembaga keuangan agar tidak terjadi
pengawasan perbankan yang dimiliki benturan kepentingan, benturan
Bank Indonesia beralih ke Otoritas Jasa kepentingan yang dimaksud adalah
Keuangan, kewenangan pengawasan adanya penggabungan 2 (dua) fungsi
perbankan diamanatkan oleh Pasal 7 yang berbeda di dalam satu lembaga
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 merupakan suatu pengalaman dan
Tentang Otoritas Jasa Keuangan ini kenyataan yang terjadi di beberapa
meliputi kewenangan pengawasan, negara saat ini, misalnya pengaturan
pengaturan dan mengenai kesehatan pengawasan yang dilaksanakan bank
bank; 9 sentral yang sekaligus berperan sebagai
Pengawasan dan pengaturan otoritas moneter. Benturan kepentingan
yang dilakukan oleh Bank Indonesia yang dimaksud mengakibatkan
sebelumnya adalah pengawasan berkurangnya efektifitas pengaturan dan
universal yang bersifat pengawasan perbankan yang seharusnya
macroprudential10dan microprudential lebih menekankan pada pendekatan
keberadaan Otoritas Jasa Keuangan prudensial. Penggunaan instrumen-
adalah sebagai lembaga yang instrumen moneter berupa likuiditas
                                                             untuk menyehatkan kondisi bank yang
9
Undang – Undang No 21 Tahun 2011
Tentang Otoritas Jasa Keuangan, Pasal 7. diawasinya cenderung lebih dipilih oleh
10
Macroprudential memfokuskan
analisisnya pada sistem keuangan secara bank sentral daripada menggunakan
menyeluruh yaitu dengan memperhatikan yang pengaturan dan pengawasan yang
terjadi di balik suatu kejadian, baik yang
diakibatkan oleh faktor internal maupun faktor mengedepankan peraturan kehati-hatian
eksternal. Analisis macroprudential belum
menjadi macroprudential supervision sebelum (prudential regulator). Hal ini
hasil analisis tersebut disebut dengan soft law dilakukan karena bank sentral ingin
atau soft macroprudential supervision. Tujuan
dasar macroprudential supervision menutupi potensi kegagalannya dalam
mengembangkan pendekatan supervisi yang
difokuskan pada stabilitas sistem keuangan. melakukan fungsi pengawasannya
Secara lebih praktis, macroprudential terhadap bank yang bersangkutan yang
supervision melibatkan kegiatan monitoring
resiko sistemik dan segera merancang langkah mendorong digunakannya instrumen
pengawasan yang diperlukan untuk mengurangi
atau mengatasi resiko sistemik tersebut. moneter (lender of last resort) yang
  pada dasarnya tidak menyelesaikan inti

31
 
M Jeffri Arlinandes Chandra Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

kelemahan bank sebagai akibat lembaga lain yang berakibat terjadi


pelanggaran terhadap prudential perpindahan secara mutlak11.
regulator. Adanya benturan Kontitusionalitas otortitas jasa
kepentingan antara bank sentral sebagai keuangan ( OJK ) menjadi
otoritas moneter dan bank sentral dipertanyakan karena kewenangan
sebagai pengawas perbankan inilah tersebut mulanya dimiliki oleh bank
yang perlu dihindari dengan cara indonesia adalah mandat langsung dari
memisahkan fungsi pengawasan bank UUD NRI 1945 berdasarkan pasal 23 D
dari bank sentral yang fungsi utamanya yaitu :“Negara memiliki suatu bank
adalah otoritas moneter. sentral yang susunan, kedudukan,
Fungsi masing – masing kewenangan, tanggung jawab, dan
lembaga yang diharapkan agar dapat independensinya diatur dengan undang-
memisahkan antara pengaturan dan undang.”12, dari isi undang- undang
pengawasan baik secara tersebut maka Undang-Undang Bank
makcoprudential yang di lakukan oleh Indonesia merupakan Undang-Undang
bank Indonesia dan microprudential yang bersifat antribusi ( diperintahkan
yang dilakukan oleh otoritas jasa langsung untuk diatur langsung dengan
keuangan. Pembentukan otoritas jasa Undang-Undang) sehingga dapat dilihat
keuangan sebagai penerima delegasi dari yang menghendaki adanya Undang-
kewenangan yang pada mulanya Undang Bank Indonesia tersebut adalah
merupakan kewenangan bank Indonesia UUD NRI 1945 itu sendiri13.
menjadi acuan dasar menentukan Konstitusional atau tidak
apakah suatu lembaga yang dibentuk konstitusional suatu produk hukum
secara hukum ( Konstitusional atau secara bisa dikaji dalam 2 aspek yaitu
Inkonstitusional ) dikarenakan aspek formil dan aspek materiilnya,
pelimpahan kewenangan yang diberikan pengkajian masing-masing aspek suatu
tidak boleh melebihi yang diamanatkan produk hukum itu dalam hal
dalam oleh pemberi delegasi tersebut. konstitusionalitas suatu undang-undang
Menurut pengamatan penulis bahwa terhadap undang-undang dasar maka
pembentukan otoritas jasa keuangan pengujian formil kepada MK dapat
merupakan delegasi kewenangan dari diajukan sendiri dan bersamaan dengan
bank indonesia yang berarti bahwa                                                             
11
Jimly Asshiddiqie,Prihal Undang-
terjadi perpindahan/pelimpahan Undang, Rajawali Pers,Jakarta,2014. Hal 264
12
Lihat Pasal 23D UUD NRI 1945
kewenangan dari satu lembaga kepada 13
Op Cit, Hal 189.

32
 
M Jeffri Arlinandes Chandra Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

pengujian formal. Pasal 4 ayat (1) PMK karena merupakan produk hukum yang
nomor 006/PMK/2005 tentang pedoman baik perencanaan, penyusunan,
beracara dalam perkara pengujian pembahasan, pengesahan, dan
Undang-Undang mengatur. pengundangan telah berdasarkan kepada
“permohonan pengujian UU meliputi asas pembentukan peraturan perundang-
pengujian formil dan /atau pengujian undangan yang baik15 dan telah sesuai
materil”. Pengajuan bersamaan dengan kaidah pembentukan peraturan
pengujian formil dan materil didasarkan perundang-undangan maka dapat
pada alasan selain pembentuk undang- diartikan bahwa Undang-Undang OJK
undang berdasarkan UUD 1945,juga adalah undang-undang yang
didasarkan terdapat materi muatan konstitusional berdasarkan
ayat,pasal dan/atau bagian dari undang- pembentukan peraturan perundang-
undang dimaksud bertentangan dengan undangan dan tidak menyalahi prosedur
UUD 194514. dalam pembentukannya.
Pembentukan lembaga OJK Kejadian tersebut berbanding
merupakan mandat dari Undang – terbalik dengan materi muatan dalam
Undang Nomor 7 tahun 1997, Undang – UU OJK yang sebagian pasal dalam UU
Undang Nomor 23 Tahun 1999 dan OJK tidak sesuai/bertentangan dengan
diperbaharui dengan Undang – Undang kehendak UUD NRI 1945. Ketidak
Nomor 6 Tahun 2009 tentang Bank sesuaiannya kewenangan dalam
Indonesia pada pasal 34 Ayat (1) dan mengatur dan mengawasi bank oleh
(2) yang mengharuskan adanya suatu OJK dapat dilakukan uji materi
lembaga yang independen untuk terhadap undang-undang tersebut
mengawasi bidang perbankan di karena OJK dianggap mempunyai
Indonesia, maka dapat dikatakan bahwa kewenangan melebihi yang
Undang-Undang Bank Indonesia didelegasikan oleh pasal 34 ayat (1) dan
melahirkan Undang-Undang Otoritas (2) UU Bank Indonesia. OJK memiliki
Jasa Keuangan. fungsi bukan hanya pengawasan akan
Secara formil dalam tetapi juga fungsi pengaturan dalam
pembentukan Undang-Undang Bank perbankan, dalam penjelasan pasal 34
Indonesia dan Undang-Undang OJK ayat (1) bahwa tugas pengaturan masih
mempunyai kedudukan yang sama dilakukan oleh Bank Indonesia dan

                                                                                                                         
14 15
Ibid, hal. 157 Ibid.

33
 
M Jeffri Arlinandes Chandra Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

bukan merupakan domain dari tugas pengalihan kewenangan oleh suatu


dan fungsi OJK. Tidak hanya itu OJK organ pemerintahan kepada pihak lain
juga memegang fungsi dan tugas untuk mengambil keputusan dan
kewenangan mengatur dan mengawasi tanggung jawab sendiri.16. sehingga
lembaga keuangan Bank yaitu pasar kewenangan tersebut beralih dari Bank
modal dan lembaga keuangan non bank Indonesia kepada OJK. akan tetapi
yang secara peraturan perundang- materi Undang-Undang dalam OJK
undangan pasar modal dan lembaga menurut penulis bertentangan dengan
keuangan lain bukan merupakan ruang UUD NRI 1945 karena Undang-Undang
lingkup dari Bank Indonesia dan Bank Indonesia walaupaun susunan,
lembaga-lembaga tersebut mempunyai kedudukan, kewenangan, tanggung
peraturan perundang-undangan yang jawab dan indepedensinya diatur lebih
tersendiri. lanjut dengan undang-undang17 maka
Walaupun Undang–Undang tidak dapat ditafsirkan bahwa undang-
OJK menganut dan dibenarkan dengan undang Bank Indonesia bukan
asas posterior ( hukum baru ) maka merupakan patokan oleh hakim dalam
tidak serta merta bahwa Undang- terjadinya perselisihan antar lembaga
Undang BI tidak berlaku lagi dan dapat yang mengatur hal yang sama, karena
dikesampingkan oleh UU OJK karena kedudukan Undang-Undang Bank
Bank Indonesia masih diakui dan Indonesia yang merupakan atribusi
memiliki kewenangan dalam UUD NRI 1945 pasal 23 ayat (1) dan
pengaturan inflasi dan moneter dalam penjabaran lebih lanjut dari UUD NRI
tugasnya, Bank Indonesia menurut UU 1945 ( karena sifat dari UUD/Konstitusi
OJK mempunyai protokol koordinasi adalah prinsipil dan tidak mengatur
dengan Bank Indonesia dan hanya secara jelas, sehingga perlu ada
sebagian saja kewenangan BI yang penjabaran yang dapat dijadikan tolok
didelegasikan Ke OJK. Delegasi ukur )18 awal dalam pelaksanaan tugas
kewenangan yang dimaksud “het dan fungsi bank Indonesia dalam
overdragen door een bestuursorgan van                                                             
16
Jimmly Asshidiqie, Prihal Perundang-
zijn bevoeggheid tot hen nemen van Undangan,Rajawali Pers,Jakarta,2014 lihat
besuiten aan een ander die deze onder dalam hal. 264 Lihat Algemene Wet
Besturuursrecht ( AWB),1992/1993, artikel
eigen verantwoordelijkheid 1.A.1.2.1. dan Artikel 1.A.1.1.
17
Lihat Pasal 23 D UUD NRI 1945
uitoefent”yang berarti delegasi 18
Bayu Dwi Anggoro, Perkembangan
pembentukan Undang-Undangan di Indonesia,
merupakan pemberian,pelimpahan,atau KONpress,Jakarta 2014 Hal. 156.

34
 
M Jeffri Arlinandes Chandra Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

kewenangannya menjadi tolok ukur kewenangan yang ada pada UU Bank


dalam pendelegasian oleh undang- Indonesia itu sendiri.
undang tersebut maka menurut penulis
2. Kewenangan Pengaturan dan
harus sesuai dengan mandat dari
Pengawasan Perbankan oleh Bank
Undang-Undang Bank Indonesia maka
Indonesia
tidak boleh terjadi penyelundupan
Kewenangan yang dimiliki oleh
kewenangan maupun tugas dari
Otoritas Jasa Keuangan terdapat
Undang-Undang yang dibentuk secara
merupakan pendelegasian kewenangan
atribusi merupakan kehendak langsung
yang dimiliki oleh Bank Indonesia yang
oleh UUD NRI 1945 sehingga bisa
termasuk pada pasal 34 ayat (1) dan (2)
dilakukan pengujian materiil dari
UU BI. Pada mulanya Bank Indonesia
Undang – Undang OJK tersebut dengan
memiliki tugas dan wewenang
UUD NRI 1945 dengan pelanggaran
berdasarkan UU BI yaitu terdapat pada
pasal 23 D tentang pembentukan UU
pasal 8 :
BI.
Untuk mencapai tujuan sebagaimana
Konstitusionalnya UU OJK berdasarkan
dimaksud dalam Pasal 7, Bank
pembentukan peraturan perundang-
Indonesia mempunyai tugas sebagai
undangan maka sebelum adanya uji
berikut :
materi Undang-Undang OJK yang
a. Menetapkan dan melaksanakan
menurut penulis bertentangan dengan
kebijakan moneter;
UUD NRI 1945 maka Bank Indonesia
b. Mengatur dan menjaga kelancaran
harus menjalankan fungsi dan tugasnya
sistem pembayaran;
sebagai bank sentral Indonesia yang
c. Mengatur dan mengawasi Bank.
mempunyai kewenangan berdasarkan
UU Bank Indonesia, sehingga
Lahirnya Undang – Undang No 21
kedudukan Bank Indonesia dalam
Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
lembaga keuangan di Indonesia adalah
Keuangan menyebabkan adanya
sebagai koordinator dalam pelaksanaan
pendelegasian kewenangan dari bank
penyelengaraan stabilitas keuangan
Indonesia menuju otoritas jasa
negara yang tugas dan fungsinya
keuangan, kewenangan yang dimaksud
merupakan suatu tindakan prefentif (
merupakan kewenangan pengawasan
tindakan pencegahan ) terhadap upaya –
terhadap perbankan oleh otoritas jasa
upaya yang dapat mengancam stabilitas
keuangan. Dengan lahirnya OJK maka
keuangan negara sesuai dengan

35
 
M Jeffri Arlinandes Chandra Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

terdapat perselisihan penafsiran kewenangan yang diamanatkan


mengenai pelaksanaan tugas berdasarkan pendelegasian
pengawasan oleh OJK sehingga kewenangan, OJK hanya memiliki
timbullah anggapan bahwa OJK fungsi pengawasan dalam sistem
mempunyai kewenangan yang yang perbankan sesuai dengan penjelasan
tidak sesuai dengan amanat pasal 34 UU pasal 34 ayat (1) dan (2) yaitu :19
BI sehingga OJK dianggap menguasai “Lembaga pengawasan jasa
kewenangan secara sebagian besar Bank keuangan yang akan dibentuk
Indonesia. Kewenangan OJK melakukan pengawasan
berdasarkan UU no 21 Tahun 2013 terhadapBank dan perusahaan-
tentang OJK antara lain terdapat pada perusahaan sektor jasa keuangan
pasal 4 – pasal 9. lainnya yang meliputi asuransi,
Dari uraian kewenangan OJK diatas danapensiun, sekuritas, modal
bahwa OJK mempunyai beberapa ventura, dan perusahaan pembiayaan,
perselisihan kewenangan dengan Bank serta badan-badan lain
Indonesia,pasar modal dan lembaga yangmenyelenggarakan pengelolaan
keuangan Non Bank sebagai pembentuk dana masyarakat.Lembaga ini
OJK dan lembaga keuangan lainnya bersifat independen dalam
yaitu : menjalankan tugasnya dan
a) Otoritas Jasa Keuangan bukan hanya kedudukannya berada
lembaga pengawasan perbankan diluarpemerintah dan berkewajiban
akan tetapi juga merupakan lembaga menyampaikan laporan kepada
pengatur perbankan sehingga tidak Badan Pemeriksa Keuangan
sesuai dengan UU 23 Tahun 1999 danDewan Perwakilan Rakyat.Dalam
tentang Bank Indonesia pasal 34 ayat melaksanakan tugasnya, lembaga ini
(1) dan (2). (supervisory board) melakukan
Berdasarkan amanat dari koordinasi dankerjasama dengan
pasal 34 ayat (1) dan (2) UU BI, Bank Indonesia sebagai Bank Sentral
dalam pembentukan OJK, OJK yang akan diatur dalam Undang-
hanya mempunyai kewenangan undangpembentukan lembaga
pengawasan dalam perbankan. Akan pengawasan dimaksud.Lembaga
tetapi dalam kenyataannya dianggap
                                                            
tidak sesuai berdasarkan pasal 19
Penjelasan Pasal 34 Ayat (1) dan (2),
Undang – Undang No 23 tahun 1999 Tentang
pembentuk UU OJK tersebut, dari Bank Indonesia.

36
 
M Jeffri Arlinandes Chandra Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

pengawasan ini dapat mengeluarkan diambil secara paksa dengan adanya


ketentuan yang berkaitan dengan UU OJK.
pelaksanaantugas pengawasan Bank
3. Pedelegasian kewenangan
dengan koordinasi dengan Bank
pengaturan dan pengawasan
Indonesia dan meminta
perbankan dari Bank Indonesia ke
penjelasandari Bank Indonesia
OJK juga menyebabkan fungsi
keterangan dan data makro yang
mengatur dan menjaga kelancaran
diperlukan.Adapun tugas mengatur
sistem pembayaran oleh Bank
akan tetap dilakukan oleh Bank
Indonesia secara otomatis beralih
Indonesia.”
ke OJK walapun secara the jure
Dari penjelasan pasal diatas
masih dipegang oleh Bank
secara terang bahwa OJK seharusnya
Indonesia akan tetapi secara the
hanya memiliki kewenangan dalam
facto Bank Indonesia hanya
pengawasan perbankan saja
mempunyai fungsi dan tugas
sedangkan pengaturan tentang
menetapkan dan melaksanakan
perbankan tetap berada dalam
kebijakan moneter.
kewenangan Bank Indonesia,
Pendelegasian kewenangan
sehingga tugas mengatur perbankan
dalam pengaturan dan pengawasan
tetap berada ditangan lembaga bank
perbankan ke OJK menyebabkan fungsi
Indonesia sedangkan otoritas jasa
Bank Indonesia dalam pengatur dan
keuangan juga dapat mengeluarkan
menjaga kelancaran sistem pembayaran
pengaturan yang bersifat entern
menjadi bukan lagi merupakan
dalam tugas pengawasan secara
ranah/tugas fungsi dari Bank Indonesia
langsung (Represif ) dan Bank
karena menjaga dan mengatur sistem
Indonesia berperan sebagai petugas
pembayaran merupakan suatu usaha
pengawasan secara tidak langsung (
dalam perbankan untuk mengelola agar
Prepentif )terhadap perbankan sesuai
dalam sistem pengelolaan data
dengan tugas dan fungsi bank
penyelenggaraan sistem pembayaran.
Indonesia dalam undang-undang BI,
Adapun tugas dan wewenang Bank
sehingga untuk mengembalikan
Indonesia dalam menjaga sistem
kewenangan Bank Indonesia tersebut
kelancaran pembayaran adalah terdapat
dapat menempuh tinjauan materiil (
dalam pasal 15 – pasal 23 Undang-
Judicial Review ) dari MK mengenai
Undang Bank Indonesia serta
kewenangan Bank Indonesia yang

37
 
M Jeffri Arlinandes Chandra Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

penjelasan pasal yang telah dijelaskan pembayaran. Informasi yang diperoleh


dalam kewenangan Bank Indonesia dari penyelenggaraan sistem
diatas, penjelasan pasal mengenani pembayaran itu juga diperlukan untuk
kelancaran pembayaran merupakan menunjang pelaksanaan tugas-tugas
suatu porsi dalam pelaksanaan sistem BankIndonesia sebagaimana dimaksud
perbankan yang tugas dan dalam Pasal 8.
pengawasannya telah beralih ke OJK20.
Adapun penjelasan kewenangan
mengenai pengawasan dan pengaturan Huruf c
dalam sistem pembayaran maka dapat Penetapan penggunaan alat pembayaran
kita lihat pada penjelasan pasal 15-23 dimaksudkan agar alat pembayaran
UU BI. yang digunakan dalam masyarakat
Dengan Penjelasan Pasal : memenuhi persyaratan keamanan bagi
Pasal 15 Ayat (1) pengguna. Dalamwewenang ini
Huruf a termasuk membatasi penggunaan alat
Jasa sistem pembayaran yang dapat pembayaran tertentu dalam
dilaksanakan oleh Bank Indonesia rangkaprinsip kehati-hatian.
antara lainadalah jasa transfer dana nilai Dalam rangka pelaksanaan kewenangan
besar. Adapun persetujuan terhadap pada ayat (1) ini, Bank Indonesia dapat
penyelenggaraan jasa sistem melakukan pemeriksaan terhadap
pembayaran dimaksudkan agar penyelenggara jasa sistem pembayaran.
penyelenggaraan jasa sistem
Dalam penjelasan pasal 15 ayat
pembayaranoleh pihak lain memenuhi
(1) huruf c didapatkan bahwa dalam
persyaratan, khususnya persyaratan
melaksanakan kewenangan pengaturan
keamanan dan efisiensi.
dan pengawasan sistem pembayaran
Huruf b
yang mana objeknya merupakan
Kewajiban penyampaian laporan
perbankan adalah dalam pengawasan
berlaku bagi setiap penyelenggara jasa
OJK seharusnya Bank Indonesia
sistempembayaran. Hal ini
meminta persetujuan mengenai kegiatan
dimaksudkan agar Bank Indonesia dapat
yang akan dilakukan oleh Bank
memantaupenyelenggaraan sistem
Indonesia tersebut.
                                                             Ayat (2) dalam penjelasan
20
Lihat Pasal dan Penjelasan Pasal 15-
23 Undang – Undang No 23 Tahun 1999 mengenai kewenangan Bank Indonesia
Tentang Bank Indonesia.

38
 
M Jeffri Arlinandes Chandra Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

dalam menjaga sistem pembayaran huruf a, huruf d dan huruf f tersebut


yaitu Pokok-pokok ketentuan yang akan di atas.
ditetapkan dalam Peraturan Bank i. Mengawasi dan mengatur sistem
Indonesia memuat antara lain: kliring antar bank, kliring antar bank
a. Jenis penyelenggaraan jasa sistem adalah pertukaran warkat atau data
pembayaran yang memerlukan keuangan elektronik antar bank baik
persetujuan BankIndonesia dan atas nama Bank maupun nasabah
prosedur pemberian persetujuan oleh yang hasil perhitungannya
Bank Indonesia; diselesaikan pada waktu tertentu.
b. Cakupan wewenang dan tanggung Warkat atau data keuangan
jawab penyelenggara jasa sistem elektronik dimaksud merupakan alat
pembayaran, termasuk tanggung pembayaran bukan tunai yang diatur
jawab yang berkaitan dengan dalam peraturan perundang-
manajemen risiko; undangan atau ketentuan lain yang
c. Persyaratan keamanan dan efisiensi berlaku, yang lazim digunakan dalam
dalam penyelenggaraan jasa sistem transaksi pembayaran.
pembayaran;
Ketentuan pasal dan penjelasan
d. Penyelenggara jasa sistem
pasal tentang kewenangan pengelolaan
pembayaran yang wajib
sistem kelancaran pembayaran yang
menyampaikan laporan kegiatan;
merupakan wewenang Bank Indonesia
e. Jenis laporan kegiatan yang perlu
tersebut diatas apabila kita bandingkan
disampaikan kepada Bank Indonesia
dengan kewenangan serta tugas dan
dan tata cara pelaporannya;
fungsi OJK dalam pelaksanaan tugas
f. Jenis alat pembayaran yang dapat
pengawasan dan pengaturan perbankan
digunakan oleh masyarakat termasuk
akan berbenturan karena perbankan
alatpembayaran yang bersifat
yang merupakan objek dari pelaksanaan
elektronis seperti kartu ATM, kartu
sistem kelancaran pembayaran
debet, kartu kredit, kartu pra bayar
merupakan domain dari OJK. Untuk
dan uang elektronik;
kewenangan Bank Indonesia dalam
g. Persyaratan keamanan alat
perbankan terdapat pada pasal 40 UU
pembayaran;
OJK yaitu :
h. Sanksi administratif berupa denda
a. Bank Indonesia untuk melaksanakan
bagi pelanggaran ketentuan pada
fungsi, tugas, dan wewenangnya

39
 
M Jeffri Arlinandes Chandra Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

memerlukan pemeriksaan khusus Indonesia dalam sistem kelancaran


terhadap bank tertentu, Bank pembayaran yang ada diperbankan tidak
Indonesia dapat melakukan dimiliki oleh Bank Indonesia, disini
pemeriksaan langsung terhadap bank bank Indonesia merupakan otoritas
tersebut dengan menyampaikan fiskal dan moneter21, sehingga
pemberitahuan secara tertulis terlebih seharusnya kewenangan dalam sistem
dahulu kepada OJK. kelancaran pembayaran,kliring antar
b. Bank Indonesia tidak dapat bank merupakan tugas dari OJK karena
memberikan penilaian terhadap bila kita lihat secara seksama bahwa
tingkat kesehatan bank. kewenangan tersebut seperti
c. Dalam hal OJK mengindikasikan pelaksanaan kliring,pengawasan sistem
bank tertentu mengalami kesulitan kelancaran harusnya Bank Indonesia
likuiditas dan/atau kondisi kesehatan berkoordinasi dengan OJK karena
semakin memburuk, OJK segera domain pelaksanaan kewenangan
menginformasikan ke Bank pengaturan dan pengawasan perbankan
Indonesia untuk melakukan langkah- telah di kelola oleh OJK secara utuh dan
langkah sesuai dengan kewenangan protokol koordinasi mengenai hubungan
Bank Indonesia. antar lembaga pada pasal 40 dan 41 UU
Penjelasan : OJK bahwa Bank Indonesia mempunyai
Ayat (2) Yang dimaksud dengan kewenangan pengawasan dalam
“langkah-langkah sesuai kewenangan perbankan akan tetapi harus melalui
Bank Indonesia” adalah pemberian prosedur pengajuan ke OJK sebagai
fasilitas pembiayaan jangka pendek pemegang kewenangan mengenai
dalam menjalankan fungsi Bank perbankan dan penilaian terhadap suatu
Indonesia sebagai lender of last resort. perbankan harus dilaporkan ke OJK dan
Dalam menjalankan fungsi dimaksud, Bank Indonesia tidak mempunyai
Bank Indonesia dapat melakukan kewenangan dalam pemberian status
pemeriksaan terhadap bank dengan mengenai kondisi bank yang telah
menyampaikan pemberitahuan secara diawasi sehingga yang mempunyai
tertulis kepada OJK. otoritas penuh masalah perbankan
adalah OJK..
Sehingga apabila kita melihat
penjelasan pasal demi pasal tersebut
                                                            
diatas bahwa kewenangan Bank 21
Penjelasan mengenai ketentuan umum dalam 
Undang‐Undang OJK 

40
 
M Jeffri Arlinandes Chandra Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

Penulis berpendapat bahwa Indonesia tersebut haruslah sesuai


adanya OJK merupakan suatu dengan kewenangan yang telah
pengawasan sistem keuangan yeng dimandatkan oleh UU BI yaitu sesuai
terpadu dengan sistem pada pola OJK dengan pasal 34 ayat (1) dan (2) serta
sebagai koordinator pengaturan dan penjelasannya. Maka bila terjadi suatu
pengawasan sistem keuangan kewenangan yang pengaturan
(Perbankan,Pasar kewenangan yang berlebih dan
Modal,Perasuransian,Dana Pensiun dan penyelundupan kewenangan dalam
Lembaga Pembiayaan) dengan sistem pembentukan OJK. Penyelundupan
koordinasi kepada otoritas fiskal dan yang dimaksud adalah pengaturan
moneter yaitu Bank Indonesia. Ex- perbankan bukan merupakan domain
officio yang merupakan perwakilan dari dari OJK melainkan masih kewenangan
Bank Indonesia,Bappepam – LK Bank Indonesia secara utuh berdasarkan
dimaksudkan dalam rangka koordinasi, penjelasan pasal 34 ayat (1) ,sedangkan
kerja sama, dan harmonisasi kebijakan pengawasan atas perbankan merupakan
di bidang fiskal, moneter, dan sektor domain dari OJK secara keseluruhan.
jasa keuangan. Keberadaan Ex-officio Karena pengaturan yang dimasukkan
juga diperlukan guna memastikan dalam kewenangan OJK mengakibatkan
terpeliharanya kepentingan nasional fungsi pengaturan dan pengawasan
dalam rangka persaingan global dan sistem pembayaran oleh Bank Indonesia
kesepakatan internasional, kebutuhan menjadi lumpuh karena sistem
koordinasi, dan pertukaran informasi pembayaran merupakan sistem yang
dalam rangka menjaga dan memelihara terdapat dalam perbankan ( kegiatan
stabilitas sistem keuangan22. perbankan ) sehingga seharusnya dalam
Maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pengaturan dan
Undang-Undang OJK bertentangan pengawasan sistem tersebut Bank
dengan UUD 1945 karena UU OJK Indonesia harus meminta izin kepada
mereduksi kewenangan Bank Indonesia OJK sebagai pemegang domain
yang merupakan UU Organik terhadap pengawasan dan pengaturan
berdasarkan amanat langsung dari UUD dalam perbankan karena kegiatan
NRI 1945, sehingga apabila OJK ingin tersebut dapat mempengaruhi
mengambil kewenangan Bank kedudukan OJK, dalam arti luas bahwa
OJK memiliki kewenangan dalam
                                                            
22
Ibid.  pengaturan dan pengawasan sistem

41
 
M Jeffri Arlinandes Chandra Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

pembayaran dan pengaturan dan mengambil kewenangan Bank


pengawasan perbankan di Indonesia Indonesia tersebut dan menempatkan
sehingga bila merujuk dari OJK sebagai koordinator lembaga
pembentukan perundang-undangan keuangan maka UUD NRI 1945 harus
maka UU OJK dapat dimintakan uji direvisi dan dimasukkan OJK sebagai
materiil ke MK sebagai UU yang lembaga negara seperti Bank Indonesia
bertentangan dengan UUD NRI 1945 dalam UUD NRI 1945 agar mempunyai
sehingga hakim dapat memahami dan cantolan yang kuat dalam konstitusi
menyelaraskan kembali mengenai karena OJK mengelola seluruh kegiatan
kehendak dari pembentukan OJK keuangan yang akan berdampak pada
tersebut negara pada umumnya,maka belum
adanya cantolan tersebut maka OJK
D. PENUTUP dianggap Inkonstitusional karena
1. Kesimpulan bertentangan dengan UUD NRI 1945
a. Kedudukan Bank Indonesia dalam
b. Kewenangan Bank Indonesia
sistem lembaga keuangan di
dalam Mengatur dan Mengawasi
indonesia setelah terbentuknya
perbankan di Indonesia setelah
Otoritas Jasa Keuangan.
terbentuknya Otoritas Jasa
Kedudukan OJK sebagai
Keuangan.
lembaga pengatur dan pengawas
Kewenangan yang dimiliki OJK
lembaga keuangan baik perbankan,pasar
dianggap melebihi yang ditentukan oleh
modal,perasuransian dan lembaga
pasal 34 ayat (1) dan (2) Undang-
pembiayaan menyebabkan OJK harus
Undang BI karena seharusnya
mempunyai landasan yang kuat dalam
pengaturan perbankan bukan
konstitusi Indonesia yaitu dalam UUD
merupakan domain dari OJK melainkan
NRI 1945, tidak adanya landasan
masih kewenangan Bank Indonesia
tersebut menyebabkan konflik dalam
secara utuh,sedangkan pengawasan atas
pengaturan dan pengawasan oleh OJK.
perbankan merupakan domain dari OJK
Pertama, Undang-Undang OJK
secara keseluruhan. Pembentukan
bertentangan dengan UUD 1945 karena
Undang-Undang OJK dianggap
UU OJK mereduksi kewenangan Bank
melebihi kewenangan Bank Indonesia
Indonesia yang merupakan UU Organik
sebagai sumber pembentukan OJK itu
berdasarkan amanat langsung dari UUD
sendiri karena Bank Indonesia tidak
NRI 1945, sehingga apabila OJK ingin

42
 
M Jeffri Arlinandes Chandra Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

memiliki kewenangan dalam kepala negara. Hak prerogatif Presiden


pengawasan pasar modal pensiunan dan yang dilaksanakan bukan murni untuk
lembaga keuangan sehingga melaksanakan kewajiban Konstitusional
kewenangan OJK dalam pengawasan Presiden, tetapi adanya keterlibatan
dan pengaturan di lembaga tersebut lembaga lain dalam pelaksanaan hak
batal demi hukum. Kewenangan OJK prerogatif dalam hal pengangkatan
dalam mereduksi kewenangan Calon Kapolri harus dengan persetujuan
pengaturan dan pengawasan perbankan Dewan Perwakilan Rakyat hal ini tentu
mengakibatkan fungsi pengaturan dan saja tidak selaras dengan cabang
pengawasan sistem pembayaran oleh kekuasaan eksekutif yang dijalankan
Bank Indonesia menjadi lumpuh karena oleh Presiden dimana dalam
sistem pembayaran merupakan sistem melaksanakan tugasnya sebagai alat
yang terdapat dalam perbankan negara Kepolisian Republik Indonesia
sehingga seharusnya dalam pelaksanaan berada di bawah dan bertanggung jawab
pengaturan dan pengawasan sistem langsung kepada Presiden apabila
tersebut Bank Indonesia harus meminta pengangkatan Kapolri masih harus
izin kepada OJK sebagai pemegang menunggu persetujuan Dewan
domain terhadap pengawasan dan Perwakilan Rakyat (DPR) hal ini tentu
pengaturan dalam perbankan sehingga saja berpengaruh terhadap kinerja
Bank Indonesia hanya memiliki fungsi Presiden dalam melaksanakan tugas
menetapkan dan melaksanakan eksekutifnya sebagai kepala
kebijakan moneter, sehingga dengan pemerintahan dan sebagai kepala negara
inkosntitusionalnya OJK maka semua
2. Saran
kewenangan yang direduksi OJK
Kesimpulan dari permasalahan
terhadap Bank Indonesia merupakan
yang diangkat tersebut diharapkan agar
wewenang dan tanggung jawab Bank
dalam penyelesaian hukum tersebut
Indonesia secara penuh sebelum adanya
penulis menyarankan beberapa masukan
upaya hukum dengan produk hukum
dalam penyelenggaraan negara yaitu :
OJK tersebut.
Hak Prerogatif yang dimiliki 1. Inkonstitusionalnya OJK karena
Presiden sekarang, mempunyai bertentangan dengan UUD NRI 1945
pengaruh terhadap kedudukan Presiden maka disarankan agar OJK dapat
dalam melaksanakan tugasnya sebagai menjalankan tugasnya sebagai peran
kepala pemerintahan sekaligus sebagai pengawas lembaga keuangan di

43
 
M Jeffri Arlinandes Chandra Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

Indonesia agar mempunyai sumber Ganda, Permadi Praja, Dasar dan


Prinsip Pengawasan Bank,
hukum yang jelas dan kuat dengan
Jakarta : PT.
adanya amandemen UUD NRI 1945 Gramedia Pustaka, 2004.
Ismail, Maqdir, Skandal Bank Bali,
dengan memasukan OJK sebagai
Perkara Hukum atau Politik,
lembaga pengawas keuangan di Jakarta :Alvabet, 1999
Ismail, Maqdir, Bank Indonesia
Indonesia.
Indepedensi, Akuntabilitas dan
2. Tugas pengaturan perbankan yang Transparansi,Jakarta : Fakultas Hukum,
Universitas Al-Azhar
saat ini merupakan tugas OJK agar
Indonesia,2007.
dikembalikan kembali ke Bank ____________, Bank Indonesia Dalam
Perdebatan Politik dan Hukum,
Indonesia.Sehingga OJK mempunyai
Jakarta :Navila Idea, 2009.
otoritas khusus dalam pengawasan Kaligis , O.C., Antologi Tulisan Ilmu
Hukum, Bandung : Alumni 2009
lembaga keuangan saja dan tidak
Rachbini, Didik J. Suwidi ToNomor,
memiliki tugas pengaturan dalam dkk, Bank Indonesia : Menuju
IndependensiBank Sentral, Jakarta: PT.
lembaga keuangan supaya tidak
Mardi Maluyo, 2000
terjadi tumpang tindih kewenangan Napitupulu, Ria Diana Winanti,
Lembaga Penjamin Simpanan
antar lembaga
Di
Indonesia,Jakarta: BIS, 2010.
Sitompul, Zulkarnain, Problematika
E. DAFTAR PUSTAKA
Perbankan, Bandung : Penerbit
Buku Book
Terraceand Library, 2005.
Ali, Zainuddin, Metode Penelitian
Husein, Yunus , dkk, Analisis dan
Hukum, Jakarta : Sinar Grafika
Evaluasi Hukum Tentang
2009.
Perubahan
Amiruddin dan Asikin , Zainal,
Undang-Undang Perbankan, (UU
Pengantar Metode Penelitian
Nomor. 7 Tahun 1992 Jo. UU
Hukum,
Nomor. 10 Tahun 1998),Jakarta :
Matraman :Rajawali pers, 2003.
Badan Pembinaan Hukum
Badan Pembinaan Hukum Nasional,
Nasional Departmen Hukum dan
Pengkajian Hukum Tentang
Ham,2007.
Kemandirian Bank Sentral, Jakarta :
Departemen Hukum dan
Artikel/Makalah
Perundangaundangan,2000.
Bank Indonesia, Studi Hukum Bantuan Harian Umum Kompas tanggal 26
Likuiditas Bank Indonesia, Agustus 2010.
Jakarta : Penerbit Bank Indonesia, 2002. Naskah akademik pembentukan otoritas
Darwam, M. Rahardjo, dkk: Bank jasa keuangan
Indonesia Dalam Kilasan Pandangan Fraksi-franksi, Dalam Rapat
Sejarah Pembahasan RUU tentang
Bangsa,Jakarta: LP3ES, 1995 Otoritas Jasa Keuangan.
Darwam, M. Rahardjo dkk, Independesi Kiryanto, Ryan, Otoritas Jasa Keuangan
BI Dalam Kemelut Politik, dan Kepentingannya, Kompas,
Jakarta :Cidesindo, 2001 14 Juni2003.

44
 
M Jeffri Arlinandes Chandra Jurnal Hukum Sehasen Vol.1 No.1 Tahun 2015

S. Batunanggar, Strategi Pengawasan Bank Indonesia, Tujuan Pengaturan dan


Bank Yang Efektif, Jakarta: Pengawasan
Institusi Bank,http://www.bi.go.id/web/id
BankirIndonesia, edisi Nomormor 78 /Perbankan/Ikhtisar+Perbankan/
Juli-Agustus 1999 Pengaturan+dan+Pengawasan+B
Syahdeini, Sutan Remy, beberapa ank/Tujuan+dan+Kewenangan/
pokok pemikiran mengenai Bank Indonesia, Transparasi dan
reformasi akuntabilitas kebijakan
hukumperbankan di Indonesia, Makalah moneter.http://www.bi.go.id/we
yang tidak diterbitkan, b/id/Moneter/Transparansi+dan+
tahun 2001. Akuntabilitas/
Tim Penelitian UGM dan UI, Kajian Independensi Bank Indonesia
Akademik, Alternatif Struktur (perspektif historis),
Otoritas Jasa Keuangan yang Optimum, http://matakuliah.
2010 files.wordpress.com/2007/09/ind
Sitompul, Zulkarnain, Artikel yang ependensi-bank-indonesia.pdf
berjudul “Menyambut Khadiran Nasution, Marah Sutan, Berharap Pada
OtoritasJasaKeuangan (OTORITAS OTORITAS JASA
JASA KEUANGAN)”, Pilars KEUANGAN,
Nomor.02/Th. VII/12-18 http://hukumonline.com/berita/b
Januari 2004. aca/lt4eb0a7465d187/berharap-
Sitompul, Zulkarnain, Memberantas pada-otoritas jasa keuangan.
Kejahatan Perbankan : tantangan Trilogi pembangunan pada masa orde
PengawasanBank, Jurnal Hukum Bisnis baru,
vol. 24-Nomor.1-Tahun 2005 http://londo43ver.blogspot.com/
2010/11/trilogi-
Peraturan Perundang-Undangan pembangunan.html
Sitompul, Zulkarnain, Menyambut
Undang-Undang Dasar 1945.
Kedatangan Otoritas Jasa
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1968
Keuangan,
tentang Bank Sentral
http://www.sippm.unas.ac.id.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
http://www.hukumonline.com/berita/ba
tentang Perbankan
ca/lt530f2cdb0765c/mk-diminta-
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
cabut-pengawasan-perbankan-
tentang Bank Indonesia
ojk.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999
 
tentang Bank Indonesia.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang
PembentukanPeraturanPerundan
g-undangan,
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011
tentang Otoritas Jasa Keuangan.

Internet
Bank Indonesia, Peran Bank Indonesia
dalam stabilitas
keuangan,http://www.bi.go.id/w
eb/id/Perbankan/Stabilitas+Siste
m+Keuangan/Peran+Bank+Indo
nesia/Peran+BI/.

45
 

You might also like