You are on page 1of 18

Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Farrah Rizky Amelia Mirza, Fungsi Makroprudensial Bank Indonesia Terhadap Bank Setelah Berlakunya
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, Halaman 359-376

FUNGSI MAKROPRUDENSIAL BANK INDONESIA TERHADAP BANK


SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011
TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

Farrah Rizky Amelia Mirza


Fakultas Hukum Universitas Palembang
E-mail: kikymirza@unpal.ac.id

Abstract
Macroprudential supervision and regulation in strengthening the function and active role of
Bank Indonesia as a systemic regulator in maintaining financial system will be greatly
assisted by the existence of Financial Services Authority (OJK). In OJK assist Bank Indonesia
to conduct moral suasion to banking. This study discusses Bank Indonesia’s macroprudential
function against banks, their limits of scope, and functional relationship between Bank
Indonesia and OJK after the enactment of Law Number 21 of 2011 on OJK. It is expected that
the arrangement of cooperation or coordination between the two institutions will be clearly
illustrated. The method used in this study is normative law with legislative, conceptual, and
historical approaches. The types and source of legal materials include primary, secondary,
and tertiary legal materials. The technique used for drawing conclusions is deductive thinking,
the way of thinking in which general statements are drawn into specific conclusions to obtain
answers to the problems to be discussed in this journal. The study results showed that the limit
of scope of macroprudential supervision/authority of BI after the coming into effect of the Law
were macroprudential regulation and supervision. Macroprudential supervisory function of BI
prior to the existence of OJK was to establish and implement monetary policy, regulate and
maintain a smooth banking system, regulate and supervise banking activities.
Macroprudential supervisory function of BI following the enactment of the Law is limited to
having only a monetary policy role, maintaining rupiah stability. BI and OJK have functional
relationship on macroprudential and microprudential supervision after the enactment of the
law, cooperation and coordination in the implementation of their tasks according to their
respective authorities, information exchange of Financial Services Institutions, and
management of reporting system of banks and finance companies by BI and OJK.
Key words : Macroprudential; Bank Indonesia; Bank; Financial Services Authority

Abstrak
Pengawasan dan pengaturan makroprudensial dalam memperkuat fungsi dan peran aktif Bank
Indonesia sebagai systemic regulator dalam menjaga stabilitas sistem keuangan akan sangat
terbantu setelah adanya Otoritas Jasa Keuangan (OJK). OJK membantu Bank Indonesia untuk
melakukan himbauan moral (moral suasion) kepada perbankan. Penelitian ini membahas
fungsi makroprudensial Bank Indonesia terhadap bank, batasan ruang lingkupnya, serta
hubungan fungsional Bank Indonesia dengan OJK setelah berlakunya Undang-Undang Nomor
21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, diharapkan dapat tergambar jelas pengaturan
mengenai kerjasama atau koordinasi kedua lembaga tersebut. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode penelitian hukum normative, dengan pendekatan perundang-
undangan, pendekatan konseptual, pendekatan sejarah. Jenis dan sumber bahan hukum
meliputi bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Teknik penarikan kesimpulan
menggunakan logika berpikir deduktif yaitu cara berpikir di mana dari pernyataan yang
bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus untuk memperoleh jawaban-jawaban
atas permasalahan yang akan dibahas pada jurnal ini. Berdasarkan hasil penelitian, ruang
lingkup pengawasan/kewenangan makroprudensial Bank Indonesia setelah berlakunya
Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan yaitu pengaturan makroprudensial dan pengawasan
makroprudensial. Fungsi pengawasan makroprudensial oleh BI sebelum adanya Otoritas Jasa

359

Volume 19 Nomor 3, Bulan September 2021


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Farrah Rizky Amelia Mirza, Fungsi Makroprudensial Bank Indonesia Terhadap Bank Setelah Berlakunya
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, Halaman 359-376

Keuangan yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga
sistem kelancaran perbankan, mengatur dan mengawasi kegiatan perbankan. Fungsi
Pengawasan Makroprudensial oleh Bank Indonesia setelah berlakunya Undang-undang
Otoritas Jasa Keuangan, BI dibatasi hanya mempunyai peranan dalam kebijakan moneter yaitu
menjaga kestabilan nilai rupiah. BI dan OJK memiliki hubungan fungsional terhadap
pengawasan makroprudensial dan mikroprudensial setelah berlakunya Undang-Undang
Otoritas Jasa Keuangan yaitu bekerjasama dan koordinasi dalam pelaksanaan tugas sesuai
kewenangan masing-masing, pertukaran informasi Lembaga Jasa Keuangan serta pengelolaan
sistem pelaporan bank dan perusahaan pembiayaan oleh BI dan OJK.
Kata Kunci : Makroprudensial; Bank Indonesia; Bank; Otoritas Jasa Keuangan

PENDAHULUAN Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945)


Bank 1 adalah bagian dari sistem dikemukakan, negara memiliki Bank
keuangan dan sistem pembayaran suatu Sentral yang diatur dalam Undang-
negara dan mempunyai peranan yang Undang. Sebagaimana dijabarkan
sangat penting dalam kedua sistem dalam penjelasan Pasal 4 Ayat (1)
tersebut. Dalam rangka pembangunan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004
Negara Indonesia, perbankan Indonesia tentang Perubahan Atas Undang-
diberi peranan strategis oleh Undang- Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang
Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Bank Indonesia, Bank Sentral adalah
Perubahan Atas Undang-Undang lembaga negara yang mempunyai
Nomor 7 Tahun 1992 tentang wewenang untuk mengeluarkan alat
Perbankan, sebagai salah satu sarana pembayaran yang sah dari suatu
dalam menyerasikan dan negara, merumuskan dan
menyeimbangkan masing-masing melaksanakan kebijakan moneter,
unsur dari trilogi pembangunan, yaitu mengatur dan mengawasi kelancaran
pemerataan pembangunan, dalam sistem pembayaran, mengatur
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas dan mengawasi perbankan, serta
nasional.2 menjalankan fungsi sebagai lender of
Dalam Pasal 23 D Undang- the last resort.3 Bank Sentral dimaksud
Undang Dasar Negara Republik mempunyai tujuan mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah dan
1
Abdurrachman, 1991, Ensiklopedia Ekonomi tidak melakukan kegiatan intermediasi
Keuangan perdagangan Inggris-Indonesia
(Jakarta: Pradnya Paramita, 1991). seperti yang dilakukan oleh Bank pada
2
Mutiara Hikmah, “Fungsi Bank Indonesia
Sebagai Pengawas Perbankan di Indonesia,”
3
Jurnal Hukum dan Pembangunan 37 no. 4 Tentang BI: Fungsi BI, 2016,
(2007): 515. http://www.bi.go.id
360

Volume 19 Nomor 3, Bulan September 2021


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Farrah Rizky Amelia Mirza, Fungsi Makroprudensial Bank Indonesia Terhadap Bank Setelah Berlakunya
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, Halaman 359-376

umumnya. Walau demikian, dalam Indonesia. 7 . Krisis pada lembaga dan


rangka mendukung tugas-tugasnya pasar keuangan di Indonesia pada
Bank Sentral dapat melakukan aktivitas tahun 1997 berdampak signifikan pada
perbankan yang dianggap perlu.4 perekonomian bangsa, atas
Stabilitas keuangan merupakan rekomendasi IMF (International
8
suatu rangkaian yang diawali dengan Monetery Fund), Bank Indonesia
pemantauan dan identifikasi disarankan untuk membentuk unit yang
kemungkinan timbulnya suatu krisis, bertugas untuk menjaga stabilitas
sampai dengan pencegahan krisis keuangan negara, unit ini bertanggung
terjadi. Stabilitas keuangan dipengaruhi jawab untuk melakukan analisa makro
oleh lima elemen, yaitu lingkungan dan mikro guna mendeteksi
makro ekonomi yang stabil, lembaga kemungkinan terulangnya krisis serupa
finansial yang dikelola dengan baik, yang bersifat sistemik.9
pasar finansial yang sehat, kerangka Strategi-strategi yang ditempuh
pengawasan prudensial yang efisien, untuk menjaga stabilitas sistem
dan sistem pembayaran yang aman dan keuangan tidak terlepas dari
5
handal. Untuk mencapai kondisi komponen; Pemantapan Regulasi dan
stabilitas sektor keuangan, lembaga Standar, serta Disiplin Pasar;
keuangan harus dalam keadaan sehat, Peningkatan Riset dan Surveillance;
pasar keuangan stabil, dan harus Peningkatan Koordinasi dan
mempunyai lembaga pengaturan dan Kerjasama; dan Pemantapan Jaring
pengawasan yang kompeten.6 Pengaman dan Manajemen Krisis. 10
Saat ini lembaga yang berwenang Keempat hal tersebut diperkuat dengan
untuk mengatur dan mengawasi bank dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan.
adalah bank sentral, yaitu Bank
7
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di
Indonesia (Bandung: Citra Aditya Bakti,
4
2005).
Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan Edisi 8
Z. A. Maulana, 2003, Zionisme: gerakan
Revisi (Bandung: Mandar Maju, 2012). Menaklukan Dunia (Jakarta: Pustaka Amanah,
5
Anwar Nasution, ”Stabilitas Sistem 2003).
Keuangan: Urgensi, Implikasi Hukum, dan 9
Cyrillus Harinowo, IMF: Penanganan Krisis
Agenda Kedepan.” Makalah disampaikan pada dan Indonesia Pasca IMF (Jakarta: Gramedia
Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII Pustaka Utama, 2004).
yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan 10
Bank Indonesia, Booklet Stabilitas Sistem
Hukum Nasional- Departemen Kehakiman dan
Keuangan (Jakarta: Direktorat Penelitian dan
Hak Asasi Manusia RI, Denpasar, 14-18 Juli
2003. Pengaturan Perbankan Biro Stabilitas Sistem
6
Anwar Nasution. Keuangan Bank Indonesia, 2007).
361

Volume 19 Nomor 3, Bulan September 2021


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Farrah Rizky Amelia Mirza, Fungsi Makroprudensial Bank Indonesia Terhadap Bank Setelah Berlakunya
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, Halaman 359-376

Lahirnya Undang-Undang pengembangan dan perluasan akses


tentang Otoritas Jasa Keuangan tak keuangan.11
lepas dari respons atas perkembangan Berbeda dengan kebijakan
situasi di atas. Otoritas Jasa Keuangan mikroprudensial yang lebih
berdasarkan undang-undangnya, berorientasi kepada kesehatan individu
merupakan sebuah lembaga lembaga keuangan dan perlindungan
independen yang memiliki fungsi, nasabah, kebijakan makroprudensial
tugas, dan wewenang mengatur, lebih berorientasi pada sistem
12
mengawasi, memeriksa, dan menyidik keuangan secara agregat. Sejak
keseluruhan kegiatan jasa keuangan pendirian Biro Stabilitas Sistem
seperti perbankan, pasar modal, Keuangan di Bank Indonesia pada
asuransi, dan lembaga keuangan 2003, Bank Indonesia telah terlibat
nonbank. Tujuan dari kegiatan dalam mendukung terjadinya
pengawasan mikroprudensial yang kestabilan sistem keuangan. Hal ini
dilakukan Otoritas Jasa Keuangan dipertegas melalui Undang-Undang
adalah semakin terintegrasinya upaya Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas
perlindungan nasabah. Jasa Keuangan, yang menyatakan
Kebijakan makroprudensial pengaturan dan pengawasan
ditujukan untuk mengatur dan makroprudensial merupakan kewena-
mengawasi sistem keuangan, termasuk ngan Bank Indonesia.
perbankan dalam rangka mencegah dan Undang-Undang Nomor 21
mengurangi risiko sistemik, Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
mendorong fungsi intermediasi yang Keuangan mengatur tentang fungsi
seimbang dan berkualitas, serta yang terkait dengan mikroprudensial,
meningkatkan akses dan efisiensi yaitu mencakup pengaturan dan
sistem keuangan. Penerapan kebijakan pengawasan mengenai kelembagaan,
di bidang makroprudensial di Bank kesehatan, aspek kehati-hatian, dan
Indonesia dilakukan melalui : 1. fungsi pemeriksaan bank merupakan lingkup
pengaturan; 2. pengawasan pengaturan dan pengawasan yang
(surveillance); serta 3. fungsi menjadi tugas dan wewenang Otoritas

11
Abimanyu, Anggito, Reformasi Perpajakan
(Jakarta: Salemba Empat, 2003).
12
Abimanyu
362

Volume 19 Nomor 3, Bulan September 2021


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Farrah Rizky Amelia Mirza, Fungsi Makroprudensial Bank Indonesia Terhadap Bank Setelah Berlakunya
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, Halaman 359-376

13
Jasa Keuangan. Pengawasan dan ruang lingkup Pengawasan/
pengaturan makroprudensial dalam Kewenangan Makroprudensial dan
memperkuat fungsi dan peran aktif Mikroprudensial antara Bank Indonesia
Bank Indonesia sebagai systemic dan Otoritas Jasa Keuangan terhadap
regulator dalam menjaga stabilitas bank setelah berlakunya Undang-
sistem keuangan akan sangat terbantu Undang Nomor 21 Tahun 2011
setelah adanya Otoritas Jasa Keuangan. Tentang Otoritas Jasa Keuangan.
Berdasarkan uraian diatas, Bagaimana fungsi Pengawasan
penelitian ini antara lain akan Makroprudensial oleh Bank Indonesia
membahas fungsi makroprudensial sebelum dan setelah berlakunya
Bank Indonesia terhadap bank, batasan Undang-Undang Nomor 21 Tahun
ruang lingkupnya, serta hubungan 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan,
fungsional Bank Indonesia dengan serta hubungan fungsional antara Bank
Otoritas Jasa Keuangan setelah Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan
berlakunya Undang-Undang Nomor 21 terhadap Pengawasan Makroprudensial
Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa dan Mikroprudensialsetelah berlakunya
Keuangan, agar tergambar jelas Undang-Undang Nomor 21 Tahun
pengaturan mengenai kerjasama atau 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan.
koordinasi kedua lembaga tersebut. Dalam penelitian ini, penulis
Kejelasan tersebut diharapkan menggunakan metode penelitian
menghindari penafsiran yang beragam normatif, yaitu mengacu kepada norma
dan berakibat pada arah perubahan hukum yang terdapat di dalam
Undang-Undang tentang Perbankan peraturan perundang-undangan serta
dan Undang-Undang tentang Bank kebiasaan-kebiasaan yang berlaku
14
Indonesia sehingga akan menimbulkan dalam masyarakat, terkait fungsi
tumpang tindih kewenangan antara makroprudensial Bank Indonesia
Bank Indonesia dan Otoritas Jasa terhadap bank setelah berlakunya
Keuangan, seperti kekhawatiran Undang-Undang Nomor 21 Tahun
banyak pihak. 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan.
Penulisan dalam jurnal ini
14
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,
mengangkat permasalahan batasan Peranan dan Penggunaan Kepustakaan di
dalam Penelitian Hukum, (Jakarta: Pusat
13
Abimanyu Dokumentasi UI, 1979).
363

Volume 19 Nomor 3, Bulan September 2021


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Farrah Rizky Amelia Mirza, Fungsi Makroprudensial Bank Indonesia Terhadap Bank Setelah Berlakunya
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, Halaman 359-376

masyarakat. Pelaksanaan kewenangan


PEMBAHASAN pengaturan dan pengawasan
A. Ruang Lingkup Pengawasan/ makroprudensial tidak ditujukan untuk
Kewenangan Makroprudensial menilai tingkat kesehatan bank secara
Bank Indonesia setelah
individual.
berlakunya Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Berbagai ketentuan tersebut
Otoritas Jasa Keuangan menegaskan posisi Bank Indonesia

Menurut Ernie dan Saefulah, sebagai otoritas yang berwenang

fungsi pengawasan adalah :15 terhadap pelaksanaan dan pengawasan

1. Mengevaluasi keberhasilan dan makroprudensial di Indonesia.


pencapaian tujuan serta target Koordinasi antara berbagai otoritas
sesuai dengan indikator yang di
tetapkan; terkait sangat diperlukan demi
2. Mengambil langkah klarifikasi dan terlaksananya tugas dengan baik dan
koreksi atas penyimpangan yang
mungkin ditemukan; efektif.
3. Melakukan berbagai alternatif Sistem pengawasan perbankan itu
solusi atas berbagai masalah yang
terkait dengan pencapaian tujuan sendiri secara fungsi merupakan bagian
perusahaan. dari sistem pengawasan lembaga

Wewenang Bank Indonesia keuangan yang lebih luas membagi

mencakup: Pengaturan fungsi pengawasan lembaga keuangan

Makroprudensial dan Pengawasan tersebut menjadi tiga, yaitu :16

Makroprudensial. Pelaksanaan 1. Macroprudential Supervision


Pengawasan ini bertujuan
pengaturan dan pengawasan membatasi krisis keuangan
makroprudensial dimaksudkan sebagai yang dapat menghancurkan
ekonomi secara riil, berfokus
fungsi dan operasional bank dan/atau pada konsekuensi atas tindakan
lembaga keuangan dapat mendukung institusi sistematis terhadap
pasar keuangan.
kegiatan ekonomi makro secara 2. Microprudential Supervision
berkelanjutan, stabil secara industri Bertujuan untuk menjaga
tingkat kesehatan lembaga
dan/atau sistem, serta seimbang secara keuangan secara individu sesuai
sektor ekonomi dan/atau kelompok dengan peraturan yang dibuat

16
Lukman Dendawijaya, Lima Tahun
15
Saefullah dan Ernie, Pengembangan Penyehatan Perbankan Nasional (Jakarta :
Sumber Daya Manusia (Jakarta:Grasindo, Ghalia Indonesia, 2004).
2005).

364

Volume 19 Nomor 3, Bulan September 2021


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Farrah Rizky Amelia Mirza, Fungsi Makroprudensial Bank Indonesia Terhadap Bank Setelah Berlakunya
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, Halaman 359-376

otoritas keuangan. manusia, merger, konsolidasi dan


3. Laku Bisnis akuisisi bank, serta pencabutan
Menekankan pada perlindungan izin usaha bank; dan
konsumen, transaksi antar 3. Kegiatan usaha bank, antara lain
perusahaan, dan hal-hal lainnya sumber dana, penyediaan dana,
termasuk tindakan pencucian produk hibridasi, dan aktivitas di
uang. bidang jasa;
4. Pengaturan dan pengawasan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenai kesehatan bank yang
meliputi:
adalah lembaga independen dan bebas
5. Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas,
dari campur tangan pihak lain., yang kualitas aset, rasio kecukupan
modal minimum, batas maksimum
mempunyai fungsi, tugas, dan
pemberian kredit, rasio pinjaman
wewenang pengaturan dan pengawasan, terhadap simpanan, dan
pencadangan bank;
pemeriksaan, dan penyidikan
6. Laporan bank yang terkait dengan
sebagaimana diatur didalam Undang- kesehatan dan kinerja bank;
7. Sistem informasi debitur;
Undang Nomor 21 Tahun 2011
8. Pengujian kredit (credit testing);
Tentang Otoritas Jasa Keuangan. 17 dan
9. Standar akuntansi bank;
Pengaturan dan pengawasan
mengenai kelembagaan, kesehatan, Untuk melaksanakan tugas
aspek kehati-hatian, dan pemeriksaan pengawasan tersebut OJK mempunyai
bank merupakan lingkup pengaturan wewenang yaitu : 19
dan pengawasan microprudential yang 1. Menetapkan kebijakan operasional
pengawasan terhadap kegiatan jasa
menjadi tugas dan wewenang OJK.
keuangan;
Untuk melaksanakan tugas 2. Mengawasi pelaksanaan tugas
pengawasan yang dilaksanakan
pengaturan dan pengawasan di sektor
oleh kepala Eksekutif;
Perbankan OJK mempunyai 3. Melakukan pengawasan,
pemeriksaan, penyidikan,
wewenang :18
perlindungan konsumen, dan
1. Pengaturan dan pengawasan tindakan lain terhadap Lembaga
mengenai kelembagaan bank yang Jasa Keuangan, pelaku dan/atau
meliputi; penunjang kegiatan jasa keuangan
2. Perizinan untuk pendirian bank, sebagaimana dimaksud dalam
pembukaan kantor bank, anggaran peraturan perundang-undangan di
dasar, rencana kerja, kepemilikan, sektor jasa keuangan;
kepengurusan dan sumber daya 4. Memberikan perintah tertulis
kepada Lembaga Jasa Keuangan
17
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan dan/atau pihak tertentu;
Lainnya (Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada,
2008).
18 19
Kasmir Kasmir
365

Volume 19 Nomor 3, Bulan September 2021


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Farrah Rizky Amelia Mirza, Fungsi Makroprudensial Bank Indonesia Terhadap Bank Setelah Berlakunya
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, Halaman 359-376

5. Melakukan penunjukan pengelola keuangan terhadap peraturan yang


statuter;
berlaku. Pengawasan mikroprudensial
6. Menetapkan penggunaan
pengelola statuter; yang akan melakukan pengaturan dan
7. Menetapkan sanksi administratif
pengawasan prudensial (pengawasan
terhadap pihak yang melakukan
pelanggaran terhadap peraturan dan pengaturan ketentuan kehati-hatian)
perundang-undangan di sektor jasa
yang fokus pada keamanan dan
keuangan ; dan
8. Memberikan dan mencabut : kesehatan individual lembaga
a. izin usaha;
keuangan, termasuk bank dan lembaga
b. izin orang perseorangan;
c. efektifnya pernyataan keuangan non bank.20
pendaftaran;
Dalam menjalankan tugas
d. surat tanda terdaftar;
e. persetujuan melakukan kegiatan pengawasan bank, saat ini OJK
usaha;
melaksanakan sistem pengawasannya
f. pengesahan;
g. persetujuan atau penetapan dengan menggunakan 2 pendekatan
pembubaran, dan
yaitu : 21
h. penetapan lain.
1. Pengawasan Berdasarkan
Tujuan mikroprudensial Kepatuhan (Compliance Based
Supervision/CBS) yaitu
supervision adalah untuk menjaga
pemantauan kepatuhan bank
tingkat kesehatan lembaga terhadap ketentuan-ketentuan yang
terkait dengan operasi dan
keuangan secara individual. Untuk itu,
pengelolaan bank di masa lalu
otoritas pengawas lembaga dengan tujuan untuk memastikan
bahwa bank telah beroperasi dan
keuangan menetapkan regulasi yang
dikelola secara baik dan benar
berlandaskan pada prinsip kehati- menurut prinsip-prinsip kehati-
hatian.
hatian yang mencakup berbagai aspek
2. Pengawasan Berdasarkan Risiko
yakni permodalan, kualitas asset, (Risk Based Supervision/RBS)
yaitu pengawasan bank yang
manajemen, rentabilitas dan likuiditas
menggunakan strategi dan
serta sensitivitas terhadap risiko. metodologi berdasarkan risiko
yang memungkinkan pengawas
Disamping itu OJK juga melakukan
bank dapat mendeteksi risiko yang
pengawasan melalui dua pendekatan signifikan secara dini dan
mengambil tindakan pengawasan
yakni: (i) analisis laporan bank (off-site
yang sesuai dan tepat waktu.
analysis) dan pemeriksaan setempat
(on-site visit) untuk menilai kinerja dan 20
Booklet Perbankan Indonesia 2016 (Jakarta:
Departemen Perizinan dan Informasi
profil risiko serta kepatuhan lembaga Perbankan, Otoritas Jasa Keuangan, 2016).
21
Booklet Perbankan Indonesia.
366

Volume 19 Nomor 3, Bulan September 2021


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Farrah Rizky Amelia Mirza, Fungsi Makroprudensial Bank Indonesia Terhadap Bank Setelah Berlakunya
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, Halaman 359-376

B. Fungsi Pengawasan Tentang Otoritas Jasa Keuangan,


Makroprudensial oleh Bank
tugas Bank Indonesia sebagai bank
Indonesia Sebelum dan Setelah
berlakunya Undang-Undang sentral tidak lagi mencakup tugas
Nomor 21 Tahun 2011 Tentang
pengaturan dan pengawasan
Otoritas Jasa Keuangan
perbankan. Ke depan, Bank Indonesia
Bank Indonesia sebagai Bank
akan bertugas mengawal stabilitas
Sentral merupakan suatu lembaga yang
moneter, stabilitas sistem pembayaran,
independen dalam melaksanakan tugas
dan stabilitas sistem keuangan.23
dan wewenangnya, bebas dari campur
Dalam hal pengawasan yang
tangan pemerintah dan atau pihak lain,
dilakukan oleh Bank Indonesia
BI mempunyai wewenang untuk
terhadap dunia secara esensial
mengeluarkan alat pembayaran yang
kewenangan pokok Bank Indonesia
sah dari suatu negara, merumuskan dan
menjalankan fungsi stabilisasi sistem
melaksanakan kebijakan moneter,
keuangan negara. Termasuk adalah
mengatur dan menjaga kelancaran
menjaga inflasi agar tidak menjadi
sistem pembayaran, mengatur dan
tinggi, menjaga interest rate dan
mengawasi perbankan, serta
menjaga kestabilan nilai mata uang,
menjalankan fungsi sebagai lender of 24
dan mengatur kredit. Mengingat
22
last resort.
Bank Indonesia adalah milik negara
Sebagai lembaga negara yang
atau bank milik pemerintah maka
bertujuan mencapai dan memelihara
Bank Indonesia yang dipersiapkan
kestabilan nilai rupiah, maka Bank
oleh pemerintah itu perlu adanya
Indonesia mempunyai tugas untuk :
suatu "prinsip yang di pegang oleh
1. Menetapkan dan melaksanakan
Bank Indonesia dalam pengawasan di
kebijakan moneter.
2. Mengatur dan menjaga kelancaran dunia perbankan yaitu : prinsip
sistem perbankan.
indenpendensi, prinsip akuntabilitas
3. Mengatur dan mengawasi kegiatan
perbankan. dan prinsip, transparansi”.25

Setelah berlakunya Undang- 23


http://www.bi.go.id/id/tentang-
Undang Nomor 21 Tahun 2011 bi/museum/info/beritakhusus/Pages/Berita_To
T.aspx
24
Rahardjo Dawam, Independesi BI Dalam
22
Penjelasan pasal 4 ayat (1) UU No. 3 Tahun Kemelut Politik (Jakarta: Cidesindo, 2001).
25
2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Permadi Gandapraja, Dasar dan Prinsip
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Pengawasan Bank (Jakarta: PT. Gramedia
Tentang Bank Indonesia. Pustaka Utama, 2004).
367

Volume 19 Nomor 3, Bulan September 2021


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Farrah Rizky Amelia Mirza, Fungsi Makroprudensial Bank Indonesia Terhadap Bank Setelah Berlakunya
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, Halaman 359-376

Tugas dan kewenangan semata. Kebijakan moneter


pengawasan perbankan berkoordinasi merupakan yaitu kebijakan untuk
erat dengan Otoritas Jasa Keuangan. mencapai dan memelihara kestabilan
Hal ini tertera dalam Pasal 6 huruf b nilai rupiah yang dilakukan antara lain
Undang- Undang Nomor 21 Tahun melalui pengendalian jumlah uang
2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan beredar dan atau suku bunga.
yang mengatur tentang wewenang C. Hubungan fungsional antara
pengaturan dan pengawasan Otoritas Bank Indonesia dan Otoritas
Jasa Keuangan terhadap
Jasa Keuangan.
Pengawasan Makroprudensial
Dengan disahkan Undang- dan Mikroprudensial Setelah
Undang Nomor 21 Tahun 2011 Berlakunya Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2011 Tentang
tentang Otoritas Jasa Keuangan, yang
Otoritas Jasa Keuangan.
disahkan pada tanggal 22 Nopember
2011 maka peran Bank Indonesia Apabila dilihat dari sistematika

dibatasi dan hanya mempunyai Pasal 34 Undang-Undang Nomor 3

peranan dalam kebijakan moneter Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia,

yaitu menjaga kestabilan nilai rupiah dalam lingkup Bab VI tentang Tugas

saja. Fungsi, tugas dan wewenang Mengatur dan Mengawasi Bank,

pengaturan dan pengawasan kegiatan sementara lingkup OJK tidak hanya

jasa keuangan sektor Perbankan akan dibatasi untuk melakukan pengawasan

beralih ke Otoritas Jasa Keuangan terhadap bank, namun juga

sejak tanggal 31 Desember 2013. pengawasan terhadap lembaga

Fungsi, tugas dan wewenang keuangan lain yang bukan merupakan

pengaturan dan pengawasan kegiatan kewenangan Bank Indonesia seperti

sektor Pasar Modal dan Lembaga lembaga asuransi, dana pensiun,

Keuangan Non Bank akan beralih sekuritas (pasar modal), modal ventura,

sejak tanggal 31 Desember 2012. dan perusahaan pembiayaan, serta

Bank Indonesia hanya akan fokus badan-badan lain yang

kepada pengendalian inflasi dan nilai menyelenggarakan pengelolaan dana

tukar. Kekuatan Bank Indonesia yang masyarakat.

tersisa hanyalah masih mempunyai Sistem Hukum menurut Lawrence

fungsi sebagai lender of the last resort M Friedmann, bahwa setiap sistem

368

Volume 19 Nomor 3, Bulan September 2021


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Farrah Rizky Amelia Mirza, Fungsi Makroprudensial Bank Indonesia Terhadap Bank Setelah Berlakunya
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, Halaman 359-376

hukum selalu mengandung tiga unsur besar antara kedua kebijakan tersebut
yaitu structure (pembuat undang- namun secara teknis harus menjadi
undang), substance (aturan-aturan tanggungjawab satu lembaga yaitu
hukum), dan legal culture (perilaku Bank Indonesia. Secara
masyarakat terhadap hukum). Menurut makroprudensial Bank Indonesia
Friedmann tentang structure mengemban tugas sistemik seperti
menyangkut bagaimana peran legislatif pengendalian tingkat inflasi, menjaga
(sebagai pembuat undang-undang), kestabilan nilai rupiah, menjaga
eksekutif (pelaksana undang- undnag), kelancaran sistem pembayaran dan
dan yudikatif (pengawas pelaksanaan memantau perbankan secara umum.
undang-undang). Structure merupakan Akibatnya Bank Indonesia kesulitan
bagian kerangka pada legal system, dalam menjalankan fungsi pengawasan
yang mana juga merupakan bagian secara mikroprudensial.
yang memberikan jenis dari bentuk dan Kerjasama dan koordinasi
definisi dari legal system.26 dalam rangka pelaksanaan tugas Bank
Berikut tabel perbedaan Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan
kebijakan makroprudensial dan
untuk mewujudkan sistem keuangan
mikroprudensial :
Tabel 1 yang stabil dan berkesinambungan
Perbedaan kebijakan Makroprudensial dan
Mikroprudensial tertuang dalam Keputusan Bersama
tanggal 18 Oktober 2013 dengan
prinsip dasar bersifat kolaboratif,
meningkatkan efisiensi dan efektifitas,
menghindari duplikasi, melengkapi
pengaturan sektor keuangan, dan
memastikan kelancaran pelaksanaan
tugas Bank Indonesia dan Otoritas Jasa
Keuangan.27
Sumber : Bank Indonesia 2014
Hubungan fungsional dalam
bentuk kerjasama dan koordinasi dalam
Berdasarkan Tabel 1 terlihat
rangka mendukung pelaksanaan tugas
bahwa adanya perbedaan yang cukup
27
Booklet Perbankan Indonesia 2014, Edisi 1,
26
Lawrence Friedmann, American Law, (New (Jakarta: Departemen Perizinan dan Informasi
York City: W.W Norton & Company, 1984). Perbankan, Otoritas Jasa Keuangan, 2014).
369

Volume 19 Nomor 3, Bulan September 2021


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Farrah Rizky Amelia Mirza, Fungsi Makroprudensial Bank Indonesia Terhadap Bank Setelah Berlakunya
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, Halaman 359-376

dan wewenang Bank Indonesia dan Koordinasi Makroprudensial dan


Otoritas Jasa Keuangan yang sejalan Mikroprudensial (FKMM) yang
dengan Bank Indonesia dan Otoritas dilengkapi dengan penetapan “Petunjuk
Jasa Keuangan meliputi :28 Pelaksanaan Mekanisme Kerjasama
1. Bekerjasama dan koordinasi dalam dan Koordinasi (Juklak Mekor) Bank
pelaksanaan tugas sesuai
Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan”
kewenangan masing-masing;
2. Pertukaran informasi Lembaga serta “Forum Koordinasi Pertukaran
Jasa Keuangan serta pengelolaan
Informasi dan Sistem Pelaporan
sistem pelaporan bank dan
perusahaan pembiayaan oleh BI (FKPISP)”.30
dan OJK;
1. Keputusan Bersama Otoritas
3. Penggunaan kekayaan dan
dokumen yang dimiliki dan/atau Jasa Keuangan dan Bank
digunakan BI oleh OJK; dan Indonesia
4. Pengelolaan pejabat dan pegawai Keputusan Bersama ini
BI yang dialihkan atau
mengamanatkan bahwa prinsip
dipekerjakan pada OJK.
dasar pelaksanaan koordinasi,
Otoritas Jasa Keuangan selaku
meliputi :
otoritas pengaturan dan pengawasan
a. bersifat kolaboratif;
sektor jasa keuangan berupaya agar
b. meningkatkan efisiensi dan
pelaksanaan tugas dan fungsinya dapat
efektifitas;
membawa sektor jasa keuangan
c. menghindari duplikasi;
berjalan teratur, kredibel dan tumbuh
d. melengkapi pengaturan sektor
29
berkelanjutan.
keuangan; dan
Untuk mengoptimalkan koordinasi
e. memastikan kelancaran
dalam rangka pelaksanaan fungsi, tugas,
pelaksanaan tugas OJK dan BI.
dan wewenang Otoritas Jasa Keuangan
dan Bank Indonesia, telah disepakati
Adapun ruang lingkup Mekanisme
Keputusan Bersama Otoritas Jasa
Kerjasama dan Koordinasi OJK dan
Keuangan dan Bank Indonesia sebagai
Bank Indonesia, sebagaimana diatur
acuan koordinasi. Berdasarkan
dalam Pasal 3 ayat (2) Keputusan
Keputusan Bersama tersebut, kedua
Bersama Bank Indonesia dan OJK
institusi sepakat membentuk Forum

30
Booklet Perbankan Indonesia 2017, Edisi 4
28
Booklet Perbankan Indonesia 2014 (Jakarta: Departemen Perizinan dan Informasi
29
Booklet Perbankan Indonesia 2014 Perbankan, Otoritas Jasa Keuangan, 2017).
370

Volume 19 Nomor 3, Bulan September 2021


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Farrah Rizky Amelia Mirza, Fungsi Makroprudensial Bank Indonesia Terhadap Bank Setelah Berlakunya
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, Halaman 359-376

tanggal 18 Oktober 2013 meliputi wewenang OJK dan Bank


empat aspek, yaitu :31 Indonesia. Forum ini membahas
a. Kerjasama dan koordinasi isu-isu koordinasi OJK dan Bank
dalam pelaksanaan tugas sesuai
Indonesia yang bersifat prinsipil
kewenangan masing-masing;
b. Pertukaran informasi LJK serta dan strategis yang memerlukan
pengelolaan sistem pelaporan
kesepakatan dan tindak lanjut
bank dan perusahaan
pembiayaan oleh Bank bersama dari kedua lembaga atau
Indonesia dan OJK;
oleh salah satu lembaga sesuai
c. Penggunaan kekayaan dan
dokumen yang dimiliki atau kewenangan masingmasing.
digunakan Bank Indonesia dan
4. Penyusunan Petunjuk
OJK; dan
d. Pengelolaan pejabat dan Pelaksanaan Bersama
pegawai Bank Indonesia yang
Mekanisme Kerjasama dan
dialihkan atau dipekerjakan
pada OJK. Koordinasi OJK dan Bank
Indonesia Juklak Mekor mencakup
2. Keputusan Bersama OJK dan
Bank Indonesia terkait Sistem delapan area yaitu : 32
Informasi a. Koordinasi dan kerjasama serta
Bentuk kerjasama dan koordinasi pertukaran informasi hasil
pengawasan LJK dan
dimaksud antara lain meliputi:
MacroSurveillance;
a. Pengelolaan SID di Bank b. Koordinasi dan kerjasama
pelaksanaan pemeriksaan bank;
Indonesia selama masa transisi;
c. Koordinasi dan kerjasama di
dan bidang sistem pembayaran;
d. Koordinasi dan kerjasama serta
b. Pengembangan dan pengelolaan
pertukaran informasi dalam
SID di OJK. rangka penyusunan kajian dan/
atau penelitian bersama;
3. Forum Koordinasi
e. Koordinasi dan kerjasama serta
Makroprudensial dan pertukaran informasi dalam
Mikroprudensial (FKMM) rangka stance Indonesia atas
isu-isu fora internasional;
FKMM adalah forum yang f. Koordinasi dan kerjasama serta
pertukaran informasi dalam
dibentuk untuk memperlancar dan
rangka sosialisasi dan edukasi
mengoptimalkan kerjasama dan kepada masyarakat;
g. Koordinasi kantor perwakilan
koordinasi dalam rangka
dalam negeri BI dengan kantor
melaksanakan fungsi, tugas, dan regional/kantor OJK; dan

31 32
Booklet Perbankan Indonesia 2017. Booklet Perbankan Indonesia 2017.
371

Volume 19 Nomor 3, Bulan September 2021


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Farrah Rizky Amelia Mirza, Fungsi Makroprudensial Bank Indonesia Terhadap Bank Setelah Berlakunya
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, Halaman 359-376

h. Koordinasi tentang penetapan Sebagai tindak lanjut dari UU


dan pemutakhiran daftar bank
PPKSK, koordinasi yang dilakukan
sistemik.
antara OJK dan LPS antara lain terkait
5. Koordinasi dengan BI Terkait
koordinasi dalam rangka penanganan
Keanggotaan Komite Stabilitas
permasalahan bank termasuk
Sistem Keuangan
implementasi recovery and resolution
Dalam rangka mewujudkan
plan. Sementara itu, koordinasi yang
stabilitas sistem keuangan, pada
dilakukan antara OJK dan BI antara
tanggal 17 Maret 2016 telah
lain terkait :33
disahkan Undang-Undang (UU)
a. Penetapan dan pemutakhiran Bank
Nomor 9 Tahun 2016 tentang Sistemik; dan
b. Pemberian PLJP, mengenai
Pencegahan dan Penanganan
penilaian pemenuhan persyaratan
Krisis Sistem Keuangan (UU agunan, perkiraan kemampuan
bank mengembalikan PLJP, dan
PPKSK). UU PPKSK bertujuan
pengawasan bersama terhadap
menetapkan langkah-langkah bank yang menerima PLJP.
pencegahan dan penanganan
6. Forum Koordinasi Pertukaran
kondisi krisis sistem keuangan Informasi dan Sistem Pelaporan
(FKPISP)
khususnya Pemantauan dan
pemeliharaan stabilitas sistem Dalam rangka mendukung
keuangan mencakup : peralihan fungsi pengawasan
a. Penanganan krisis sistem keuangan; perbankan dari Bank Indonesia ke
b. Penanganan permasalahan OJK, maka dibentuk FKPISP
(likuiditas dan solvabilitas) bank sebagai sarana harmonisasi,
sistemik, baik dalam kondisi kolaborasi, dan komunikasi dalam
stabilitas sistem keuangan normal melaksanakan pertukaran
maupun kondisi krisis sistem informasi serta pengelolaan sistem
keuangan; dan pelaporan bank dan perusahaan
c. Pertukaran data dan/atau informasi pembiayaan.
yang diperlukan dalam rangka Mekanisme pertukaran
pencegahan dan penanganan krisis data/informasi antara Bank
sistem keuangan.

33
Booklet Perbankan Indonesia 2017.
372

Volume 19 Nomor 3, Bulan September 2021


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Farrah Rizky Amelia Mirza, Fungsi Makroprudensial Bank Indonesia Terhadap Bank Setelah Berlakunya
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, Halaman 359-376

Indonesia dan OJK dilakukan pengaturan makroprudensial dan


melalui : 34 pengawasan makroprudensial.
a. Metode pertukaran informasi Pelaksanaan pengaturan dan
melalui sarana pertukaran
pengawasan makroprudensial
informasi secara terintegrasi;
b. BI dan OJK dimaksudkan sebagai fungsi dan
menyediakan/menempatkan
operasional bank dan/atau lembaga
data/ informasi pada
repository Sarana Pertukaran keuangan dapat mendukung kegiatan
Informasi Terintegrasi
ekonomi makro secara berkelanjutan,
(SAPIT). Pengembangan
repository SAPIT yang stabil secara industri dan/atau sistem,
didukung oleh infrastruktur
serta seimbang secara sektor ekonomi
masing-masing lembaga dan
saling terhubung satu sama dan/atau kelompok masyarakat; Ruang
lain;
lingkup pengawasan/kewenangan
c. Metode pertukaran data
dan/atau informasi melalui mikroprudensial Otoritas Jasa
akses langsung ke aplikasi;
Keuangan setelah berlakunya Undang-
d. OJK/BI mempunyai hak akses
langsung ke beberapa aplikasi Undang Nomor 21 Tahun 2011
pelaporan dan aplikasi olahan
Tentang Otoritas Jasa Keuangan yaitu
OJK/BI yang dipergunakan
untuk tujuan pelaksanaan pengaturan dan pengawasan mengenai
tugas dan sesuai kewenangan
kelembagaan, kesehatan, aspek kehati-
sebagaimana diatur dalam
petunjuk pelaksanaannya; hatian, dan pemeriksaan bank
e. Metode pertukaran data
merupakan lingkup pengaturan dan
dan/atau informasi melalui
sarana lainnya; dan pengawasan microprudential yang
f. Pertukaran data dan/atau
menjadi tugas dan wewenang OJK.
informasi tersebut dapat
dilakukan antara lain melalui Fungsi pengawasan
e-mail, CD, hard disk, host to
makroprudensial oleh Bank Indonesia
host, atau media lainnya.
. sebelum berlakunya Undang-Undang
KESIMPULAN
Nomor 21 Tahun 2011 Tentang
Ruang lingkup pengawasan/
Otoritas Jasa Keuangan yaitu
kewenangan makroprudensial Bank
menetapkan dan melaksanakan
Indonesia setelah berlakunya Undang-
kebijakan moneter, mengatur dan
Undang Nomor 21 Tahun 2011
menjaga sistem kelancaran perbankan,
Tentang Otoritas Jasa Keuangan yaitu
mengatur dan mengawasi kegiatan
perbankan; Fungsi Pengawasan
34
Booklet Perbankan Indonesia 2017.
373

Volume 19 Nomor 3, Bulan September 2021


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Farrah Rizky Amelia Mirza, Fungsi Makroprudensial Bank Indonesia Terhadap Bank Setelah Berlakunya
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, Halaman 359-376

Makroprudensial oleh Bank Indonesia REKOMENDASI


setelah berlakunya Undang-Undang Pengawasan/ kewenangan
Nomor 21 Tahun 2011 Tentang makroprudensial dan mikroprudensial
Otoritas Jasa Keuangan yaitu Bank Bank Indonesia dan Otoritas Jasa
Indonesia dibatasi dan hanya Keuangan setelah berlakunya Undang-
mempunyai peranan dalam kebijakan Undang Nomor 21 Tahun 2011
moneter yaitu menjaga kestabilan nilai Tentang Otoritas Jasa Keuangan
rupiah saja. Fungsi, tugas dan diharapkan dapat terlaksana dengan
wewenang pengaturan dan pengawasan baik dan tetap menjaga pertumbuhan
kegiatan jasa keuangan sektor dan stabilitas perekonomian nasional.
Perbankan akan beralih ke Otoritas Fungsi pengawasan
Jasa Keuangan. makroprudensial oleh Bank Indonesia
Hubungan fungsional antara sebelum dan setelah berlakunya
Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Undang-Undang Nomor 21 Tahun
Keuangan terhadap pengawasan 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan,
makroprudensial dan mikroprudensial diharapkan dapat melaksanakan fungsi
setelah berlakunya Undang-Undang pengawasan yang baik sesuai dengan
Nomor 21 Tahun 2011 Tentang keadaan perekonomian di Indonesia,
Otoritas Jasa Keuangan yaitu dan mengurangi resiko terjadinya krisis
bekerjasama dan koordinasi dalam moneter di masa yang akan datang.
pelaksanaan tugas sesuai kewenangan Hubungan fungsional antara Bank
masing-masing, pertukaran informasi Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan
Lembaga Jasa Keuangan serta terhadap pengawasan makroprudensial
pengelolaan sistem pelaporan bank dan dan mikroprudensial setelah
perusahaan pembiayaan oleh BI dan berlakunya Undang-Undang Nomor 21
OJK; Penggunaan kekayaan dan Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa
dokumen yang dimiliki dan/atau Keuangan diharapkan dapat
digunakan BI oleh OJK; dan bekerjasama dan saling berkoordinasi
Pengelolaan pejabat dan pegawai BI untuk menjaga kestabilan,
yang dialihkan atau dipekerjakan pada keseimbangan, dan kemajuan ekonomi
OJK. di Indonesia. Diharapkan Undang-
Undang Bank Indonesia agar bisa di
374

Volume 19 Nomor 3, Bulan September 2021


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Farrah Rizky Amelia Mirza, Fungsi Makroprudensial Bank Indonesia Terhadap Bank Setelah Berlakunya
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, Halaman 359-376

ubah dan membahas tentang Booklet Perbankan Indonesia 2016,


kewenangan makroprudensial dan Jakarta: Departemen Perizinan
dan Informasi Perbankan,
mikroprudensial lebih detail lagi, agar
Otoritas Jasa Keuangan, 2016.
tidak terjadi tumpang tindih kekuasaan Booklet Perbankan Indonesia 2017,
dan terciptanya harmonisasi antara Edisi 4 Jakarta: Departemen
Perizinan dan Informasi
Bank Indonesia dan Otoritas Jasa
Perbankan, Otoritas Jasa
Keuangan. Keuangan, 2017.
Cyrillus Harinowo, IMF: Penanganan
Krisis dan Indonesia Pasca IMF,
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta: Gramedia Pustaka
Abdurrachman, 1991, Ensiklopedia Utama, 2004.
http://www.bi.go.id/id/tentang-
Ekonomi Keuangan perdagangan
Inggris-Indonesia, Jakarta: bi/museum/info/beritakhusus/Pag
Pradnya Paramita, 1991. es/Berita_ToT.aspx
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan
Abimanyu, Anggito, Reformasi
Perpajakan, Jakarta: Salemba Lainnya, Jakarta: PT.
Empat, 2003. Rajagrafindo Persada, 2008.
Lawrence Friedmann, American Law,
Anwar Nasution, ”Stabilitas Sistem
Keuangan: Urgensi, Implikasi New York City: W.W Norton &
Hukum, dan Agenda Kedepan.” Company, 1984.
Lukman Dendawijaya, Lima Tahun
Makalah disampaikan pada
Seminar Pembangunan Hukum Penyehatan Perbankan Nasional,
Nasional VIII yang Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004.
Muhammad Djumhana, Hukum
diselenggarakan oleh Badan
Pembinaan Hukum Nasional- Perbankan di Indonesia,
Departemen Kehakiman dan Hak Bandung: Citra Aditya Bakti,
2005.
Asasi Manusia RI, Denpasar, 14-
18 Juli 2003. Mutiara Hikmah, “Fungsi Bank
Bank Indonesia, Booklet Stabilitas Indonesia Sebagai Pengawas
Sistem Keuangan, Jakarta: Perbankan di Indonesia,” Jurnal
Direktorat Penelitian dan Hukum dan Pembangunan 37 no.
4 ( 2007): 515.
Pengaturan Perbankan Biro
Stabilitas Sistem Keuangan Bank Permadi Gandapraja, Dasar dan
Indonesia, 2007. Prinsip Pengawasan Bank,
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Booklet Perbankan Indonesia 2014,
Edisi 1, Jakarta: Departemen Utama, 2004.
Perizinan dan Informasi Rahardjo Dawam, Independesi BI
Dalam Kemelut Politik, Jakarta:
Perbankan, Otoritas Jasa
Keuangan, 2014. Cidesindo, 2001.

375

Volume 19 Nomor 3, Bulan September 2021


Solusi , ISSN Print 0216-9835; ISSN Online 2597-680X

Farrah Rizky Amelia Mirza, Fungsi Makroprudensial Bank Indonesia Terhadap Bank Setelah Berlakunya
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan, Halaman 359-376

Saefullah dan Ernie, Pengembangan


Sumber Daya Manusia, Jakarta:
Grasindo, 2005.
Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan
Edisi Revisi, Bandung: Mandar
Maju, 2012.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,
Peranan dan Penggunaan
Kepustakaan di dalam Penelitian
Hukum, Jakarta: Pusat
Dokumentasi UI, 1979.
Tentang BI: Fungsi BI, 2016,
http://www.bi.go.id
Z. A. Maulana, 2003, Zionisme:
gerakan Menaklukan Dunia,
Jakarta: Pustaka Amanah, 2003.

376

Volume 19 Nomor 3, Bulan September 2021

You might also like