You are on page 1of 15

JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No.

1 April 2017
PENGARUH DUKUNGAN SUAMI DAN TINGKAT KECEMASAN IBU
PRIMIGRAVIDA TERHADAP LAMA KALA I PERSALINAN SPONTAN DI
KLINIK BERSALIN SWASTA WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANAH TINGGI
KOTA BINJAI TAHUN 2014

RISMENI SARAGIH
DOSEN TETAP AKADEMI KEBIDANAN KHARISMA HUSADA BINJAI

ABSTRACT

Labor is the interplay between psychological and physiological impulses in


women with the influence of impulses on the baby's birth. Factors affecting the
sooner or later delivery are power, passage, passanger, maternal psychology and
birth attendant (Suyati, 2011). The purpose of this study is to analyze the influence of
husband support and primativus maternal anxiety level on the prolonged period of
spontaneous labor In the Private Maternity Clinic Area Work of Puskesmas Tanah
Tinggi Kota Binjai In Year 2014
This research was conducted with cross-sectional approach where the sample
was obtained by consecutive sampling. Primary data collection was done by
questionnaire and observation method and secondary data was collected based on
the recording by the researcher in the form of data of pregnant and maternity mother
and test instrument validity (questionnaire) that is comparing Corrected Item-Total
Correlation value with table value r, at df = 30 -2 = 28 α: 0.05 of 0.361.
The results showed the majority of the first time in labor category in the Normal
category (66.7%), the majority of husband support in the category of Good (64.6%)
and anxiety level on the first stage of labor I in the category of Mild (62.5%). It is
therefore expected that the maternal husbands should participate in providing
support for primigravida maternal anxiety levels during the first stage of spontaneous
labor.

Keyword : PRIMIGRAVIDA

PENDAHULUAN

Salah satu tujuan Millennium Development Goal’s (MDG’s) adalah


meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Target Nasional MDG’s adalah menurunkan
angka kematian ibu sebesar tiga perempat dari angka kematian ibu pada tahun 1990
sebesar 405 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2015 (MDG’s, 2015).
Pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2015 mengisyaratkan
bahwa seluruh pembangunan kesehatan bangsa ditujukan kepada upaya
menyehatkan bangsa. Indikator kesehatan suatu bangsa antara lain adalah angka
mortalitas dan morbiditas (Manuaba, 2009). Menurut laporan World Health
Organisation (WHO), diperkirakan diseluruh dunia terdapat sekitar 536.000 wanita
meninggal dunia akibat masalah persalinan, dari jumlah tersebut 99% diantaranya
terjadi dinegara-negara berkembang (WHO, 2008).
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi bila dibandingkan dengan
negara ASEAN lainnya, pada tahun 2003 angka kematian ibu di Indonesia
sebanyak 307 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2004 sebanyak 240 per
299
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017
100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2007 sebanyak 228 per 100.000 kelahiran
hidup, pada tahun 2012 sebanyak 359 per 100.000 kelahiran hidup, dan pada tahun
2015 diharapkan dapat mencapai 102 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012).
Menurut SKRT, 2001 penyebab langsung kematian ibu terjadi pada saat persalinan
dan segera setelah persalinan yaitu perdarahan (27%), eklamsia (23%), infeksi
(11%), komplikasi purperium (8%), partus lama/macet (5%), abortus (5%), trauma
obstetrik (5%), emboli (5%) dan lain-lain (11%).
Gambaran mengenai angka kematian ibu di Propinsi Sumatera Utara dalam
tiga tahun terakhir menunjukan kecendrungan adanya penurunan, dari 313/100.000
kelahiran hidup pada tahun 2011, menjadi 274/100.000 kelahiran hidup pada tahun
2012, dan 126/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2013. Salah satu faktor penting
dalam upaya penurunan angka kematian ibu (AKI) adalah penyediaan dan
peningkatan pelayanan kesehatan yang berkualitas baik terhadap ibu bersalin
dengan pertolongan persalinan yang tepat dan dapat menghindari persalinan
berlangsung dengan tindakan seperti seksio cesaria, vakum ekstraksi, yang
mempunyai resiko terhadap kesehatan ibu dan bayi yang akan dilahirkan (Dinkes
Provsu, 2013).
Dalam rangka menurunkan AKI di Indonesia, pada tahun 2000 pemerintah
merancangkan MPS (Making Pregnancy Safer) yang merupakan strategi sektor
kesehatan secara terfokus pada pendekatan dan perencanaan yang sistematis dan
terpadu. Salah satu strategi MPS adalah mendorong pemberdayaan perempuan dan
keluarga. Output yang diharapkan dari strategi ini adalah menetapkan keterlibatan
suami dalam mempromosikan kesehatan ibu dan meningkatkan peran aktif suami
maupun keluarga dalam kehamilan dan persalinan (Depkes RI, 2001, dalam
Handonowati).
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran
bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta
dan selaput janin dari tubuh ibu. Menurut proses berlangsungnya persalinan
dibedakan menjadi 3 yaitu persalinan spontan (bila persalinan berlangsung dengan
kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir), persalinan buatan (bila persalinan
dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi forceps/vacum, atau dilakukan
operasi sectio caesaria), persalinan anjuran (persalinan yang tidak dimulai dengan
sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin
atau prostaglandin). Faktor–faktor yang mempengaruhi cepat atau lambatnya
persalinan adalah power, passage, passanger, psikologi ibu dan penolong
persalinan (Yanti, 2009).
Proses persalinan terdiri dari 4 kala, kala I disebut kala pembukaan, dimana
terjadinya pematangan serviks sampai lengkap 10 cm, kala II disebut juga kala
pengeluaran karena berkat kekuatan his dan kekuatan ibu mengedan janin didorong
keluar sampai lahir, kala III atau kala uri dimana plasenta lepas dari dinding uterus
dan dilahirkan.
Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta (Saifudin, 2003). Menurut
Prawirohardjo (2008) kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap,
pada primigravida berlangsung selama kurang lebih 13 jam sedangkan pada
multigravida kurang lebih 7 jam. Dari hasil penelitian Sari (2009) di RSUD kota
Surakarta, ditemukan sebanyak 73% ibu mengalami persalinan dengan kala I yang
normal dan 37% mengalami persalinan dengan kala I yang tidak normal.
Kecemasan merupakan gangguan psikologis yang dapat mempengaruhi
kelancaran proses persalinan. Determinan terjadinya kecemasan pada ibu bersalin
300
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017
adalah cemas sebagai akibat dari nyeri persalinan, keadaan fisik ibu, riwayat
pemeriksaan kehamilan, kurangnya pengetahuan tentang proses persalinan,
dukungan dari lingkungan sosial (suami, keluarga atau teman) serta latar belakang
psikososial lain yang bersangkutan seperti tingkat pendidikan, status perkawinan,
kehamilan yang tidak diinginkan serta sosial ekonomi keluarga (Aryasatiani, 2005).
Menurut Kartono (1992) Penyebab timbulnya kegelisahan dan ketakutan pada akhir
kehamilan adalah adanya perasaan takut mati, takut tidak dapat menjadi ibu yang
baik serta takut terhadap bayi yang dilahirkannya cacat. Pitt (1994) juga menyatakan
bahwa kecemasan lain biasanya muncul disebabkan oleh faktor ekonomi, ganguan
hubungan suami istri, rasa cemas bila tidak mendapat dukungan moral dari suami
ataupun keluarga.
Di Indonesia pada tahun 2008 terdapat 373.000.000 orang ibu hamil, dan yang
mengalami kecemasan dalam menghadapi persalinan ada sebanyak 107.000.000
orang atau sebanyak 28,7%. (Depkes RI, 2008, dalam Anggraini). Dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh Tursilowati, dkk (2007) di Desa Jepat Lor Kecamatan
Tayu Kabupaten Pati ditemukankan bahwa dari jumlah sampel 26 ibu hamil,
sebanyak 14 ibu mengalami kecemasan ringan (53,85%), 4 ibu mengalami
kecemasan sedang (15,53%), 1 ibu mengalami kecemasan berat (3,84%) dan 7 ibu
yang tidak mengalami kecemasan (26,78%).
Berdasarkan penelitian Hamranani, dkk (2002) yang menunjukan adanya
hubungan yang siknifikan antara tingkat kecemasan dan lama persalinan kala I,
dimana ditemukan bahwa perpanjangan kala I mayoritas terjadi pada tingkat
kecemasan sedang (81,25%) dan tingkat kecemasan berat (18,75%) serta tidak
ditemukan perpanjangan kala 1 pada ibu dengan tingkat kecemasan ringan.
Sedangkan menurut Primus (2006) dalam penelitiannya tentang hubungan faktor
psikis terhadap lama persalinan, menyatakan bahwa faktor kecemasan pada ibu
dapat menyebabkan persalinan berlangsung lebih lama dan melaporkan bahwa
proporsi kejadian persalinan lama sebesar 28,2%.
Salah satu kebutuhan dasar pada ibu bersalin adalah dukungan fisik dan
psikologis. Dukungan fisik dan psikologis tersebut dapat diberikan oleh orang
terdekat ibu misalnya suami atau keluarga. Dukungan suami merupakan suatu
bentuk perwujutan dari sikap perhatian dan kasih sayang (Yanti, 2009). Adapun
dukungan fisik yang dapat diberikan suami pada ibu saat proses persalinan antara
lain adalah membantu mengatur posisi ibu, membantu ibu kekamar mandi,
memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi, menciptakan suasana lingkungan yang
aman dan nyaman. Sedangkan yang termasuk dukungan psikologis adalah
membimbing ibu mengatur nafas saat kontraksi, memberi asuhan tubuh
(menghapus keringat ibu, memegang tangan, memberikan pijatan, mengelus
perut/pinggang ibu dengan lembut), memberi informasi tentang kemajuan
persalinan, memberi dorongan spiritual, dan memberi semangat mengedan saat
kontraksi serta memberikan pujian atas kemampuan ibu saat mengedan (Musbikin,
2012 ; Rukiyah dkk, 2011).
Untuk membantu kelancaran proses persalinan kala I, peran suami yang bisa
dilakukan yaitu mengurangi kecemasan dengan melontarkan cerita-cerita lucu,
memberi makan dan minum pada ibu, mengelus perut dan pinggang ibu pada saat
datangnya rasa sakit. Hasil penelitian Nisa (2013) tentang hubungan peran suami
terhadap proses kelancaran persalinan normal pada ibu primipara di Rumah Sakit
Umum Daerah Pidie Jaya menunjukkan bahwa dukungan suami saat istri
melahirkan sangat berpengaruh terhadap persalinan. Suami dapat membuat
301
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017
gerakan-gerakan kecil dengan mengusap kening istri pada saat istri mendapat
kontraksi yang kuat pada saat persalinan.
Suami memiliki andil yang cukup besar dalam menentukan status kesehatan
ibu, secara psikologis istri membutuhkan dampingan suami selama masa kehamilan
sampai pada proses persalinan (Suryani, 2008). Penelitian terhadap 26 pasangan
suami istri yang sedang menghadapi kehamilan di California yang dikemukakan oleh
Gladieux (Dagun, 1990) menyimpulkan, dukungan emosional suami terhadap istri
dapat menyebabkan adanya ketenangan batin dan perasaan senang dalam diri istri.
Istri menjadi lebih mudah menyesuaikan diri dalam situasi kehamilannya itu.
Studi pendahuluan dilakukan pada tanggal 08 sampai dengan 10 Maret 2014
melalui wawancara pada 10 orang ibu primigravida trimester III yang datang ke klinik
bersalin Lena Barus, Wulan Sari dan Mutiara Kasih. Ditemukan 6 dari 10 ibu hamil
merasa cemas dan takut dalam menghadapi proses persalinan, tetapi 4 ibu hamil
merasa tenang dan aman karena adanya perhatian serta dukungan dari suami
maupun keluarganya. Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari klinik bersalin
Lena Barus, Wulan Sari dan Mutiara Kasih pada bulan Januari-Februari 2014
terdapat 45 ibu primipara yang bersalin spontan dan ditemukan 14 (31,12%) ibu
primipara yang mengalami perpanjangan kala 1 persalinan. Tanpa disadari
perhatian dari suami terhadap ibu dapat mengurangi kecemasan sehingga dapat
membuat ibu hamil tenang dalam menghadapi proses persalinan dan adanya
kecemasan yang berhubungan dengan nyeri persalinan, adanya rasa takut mati,
takut tidak dapat menjadi ibu yang baik dan takut anak lahir cacat.
Berdasarkan latar belakang di atas, dengan ditemukannya perpanjangan kala 1
persalinan sebanyak 31,12%, maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai
“Pengaruh Dukungan Suami Dan Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida Terhadap
Lama Kala 1 Persalinan Spontan Di Klinik Bersalin Swasta Wilayah Kerja
Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai Pada Tahun 2014”.

TINJAUAN PUSTAKA
Persalinan
Persalinan normal merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan
lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan/kekuatan sendiri.
Persalinan merupakan hubungan saling mempengaruhi antara dorongan psikologi
dan fisiologis dalam diri wanita dengan pengaruh dorongan pada proses kelahiran
bayi. Faktor yang mempengaruhi cepat atau lambatnya persalinan adalah power,
passage, passanger, psikologi ibu dan penolong persalinan (Suyati, 2011).
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Kelahiran
seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang dinantikan oleh ibu dan keluarga
selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai peranan ibu adalah melahirkan bayinya.
Peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini
adanya komplikasi, disamping itu keluarga juga memberikan bantuan dan dukungan
pada ibu bersalin (Saifudin, 2009).
Secara fisiologi, ketika usia kehamilan sudah cukup matur, timbul serangkaian gejala
yang menandakan dimulainya persalinan menurut Sumarah (2009) sebab-sebab
mulainya persalinan belum diketahui denganpasti sehingga menimbulkan beberapa
teori yang berkaitan dengan mulai timbulnya his. Teori-teori tersebut saling
berhubungan sehingga menghasilkan kontraksi uterus yang sangat kuat, teratur,

302
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017
ritmik yang berakhier dengan lahirnya janin dan plasenta. Teori-teori yang dimaksud
adalah:
1. Peregangan otot uterus, dengan bertambahnya usia kehamilan, kapasitas
uterus bertambah dan otot‐otot dinding uterus semakin tegang. Kondisi ini
menyebabkan perangsangan mekanik berupa kontraksi uterus.
2. Tekanan pada serviks. Kondisi tersebut merangsang pelepasan oksitosin dan
menyebabkan kontraksi uterus.
3. Stimulasi oksitosin. Pada akhir kehamilan kadar oksitosin meningkat dan otot-
otot uterus sangat peka terhadap pengaruh oksitosin. Oksitosin bekerjasama
dengan prostaglandin untuk menimbulkan kontraksi.
4. Perubahan rasio antara hormon estrogen dan progesteron berangsur‐angsur
menurun pada akhir kehamilan dibandingkan dengan kadar estrogen, hal ini
merangsang kontraksi uterus.
5. Usia plasenta. Dengan tuanya kehamilan maka usia plasenta menjadi tua.
Proses tersebut menyebabkan vili khorialis mengalami perubahan‐perubahan
sehingga kadar progesteron dan estrogen menurun. Hal ini merangsang
kontraksi uterus.
6. Peningkatan kadar kortisol janin. Hal ini menyebabkan menurunnya
pembentukan progesteron dan meningkatnya prostaglandin yang merangsang
timbulnya kontraksi uterus.
7. Selaput janin memproduksi prostaglandin. Kondisi tersebut merangsang
kontraksi uterus.
Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan menjadi cepat atau lambat yaitu
power (his, kontraksi otot dinding perut, kontraksi diagfragma pelvis atau kekuatan
mengejan, ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum), passanger (janin dan
plasenta), passage (jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang), psikis ibu dan penolong
persalinan. (Rukiyah dkk, 2011 ; Yanti, 2009).
1. Power (Tenaga)
Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan yang
mendorong janin keluar dalam persalinan ialah : his, kontraksi otot-otot perut,
kontraksi diafragma dan aksi ligament, dengan kerjasama yang baik dan sempurna.
Power (kekuatan) yang dibutuhkan dalam proses kelahiran bayi terdiri dari 2 tenaga
yaitu tenaga primer dan skunder. Tenaga primer berasal dari kekuatan kontraksi
uterus (his) yang berlangsung sejak mulai persalinan sampai pembukaan lengkap.
Tenaga skunder adalah kekuatan mengedan ibu yang dibutuhkan setelah
pembukaan lengkap (Yanti, 2009).
His adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik
dan sempurna dengan sifat-sifat: kontraksi simetris, fundus dominant, kemudian
diikuti relaksasi. Pada saat kontraksi otot-otot rahim menguncup sehingga menjadi
tebaldan lebih pendek. kavum uteri menjadi lebih kecil mendorong janin dan kantong
amnion kearah bawah rahim dan serviks.
Mengejan merupakan sebuah reflex, dorongan, instingtif yang disebabkan oleh
tekanan kepala bayi pada dasar panggul dan dubur. Mengejan tidak akan terasa
sakit dan dan tidak akan melukai bayi tetapi memerlukan tenaga yang cukup kuat
(Stoppart M, 2013). Setelah serviks terbuka lengkap kekuatan yang sangat penting
pada ekspulsi janin adalah yang sangat dihasilkan oleh peningkatan intra-abdomen
yang diciptakan oleh kontraksi otot-otot abdomen. Dalam bahasa obstetric biasanya
ini disebut mengejan. Sifat kekuatan yang dihasilkan mirip seperti yang terjadi pada
303
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017
saat buang air besar, tetapi biasanya intensitasnya jauh lebih besar (Rukiyah dkk,
2011)

2. Passanger (Janin)
Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah faktor janin, yang
meliputi sikap janin, letak janin, bagian terbawah, dan posisi janin. Sikap (Habitus) ;
sikap janin menunjukan hubungan bagian-bagian janin dengan sumbu janin,
biasanya terhadap tulang punggungnya. Janin umumnya dalam sikap fleksi dimana
kepala, tulang punggung, dan kaki dalam keadaan fleksi, lengan bersilang didada.
3. Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul,
vagina dan introitus vagina (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak,
khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi
panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil
menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relative kaku. Oleh karena itu ukuran
dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai. (Sumarah dkk,
2009).
Dua sampai tiga minggu sebelum permulaan persalinan, segmen bawah dari
uterus akan mereggang dan membiarkan janin turun lebih jauh kebawah, kepala
tersebut bisa saja turun dan mengunci (engaged). Fundus tidak lagi mendesak paru-
paru, pernafasan menjadi lega. Jantung dan paru dapat berfungsi lebih baik dan
wanita tersebut mengalami kelegaan yang dikenal dengan sebutan peringanan.
Sympisis pubis akan melebar dan dasar panggul menjadi rilex dan melembut, yang
memungkinkan uterus turun lebih jauh kedalam panggul. Sebelum peringanan,
fundus mendesak diafragma, segmen uterus bagian bawah tidak lembek dan belum
mereggang untuk menampung kepala janin yang oleh karenanya tetap tinggi.
Pada primigravida, otot-otot abdominal berada dalam tonus yang baik,
sehingga dapat memegang uterus dalam posisi tegak serta membantu dalam
penguncian kepala janin, pada wanita otot-otot abdomen akan menjadi sedikit lebih
berayun sehingga kepala janin mungkin tidak akan mengunci. Berjalan menjadi
sedikit sulit oleh karena sympisis pubis lebih mobile dan relaksasi dari sendi sakro-
iliaka bisa menimbulkan rasa sakit dipunggung. Tekanan pada fundus akan
berakibat pada peningkatan tekanan didalam panggul, yang bisa dijelaskan dengan
adanya kepala janin, kongesti pembuluh vena diseluruh daerah tersebut serta
relaksasi sendi-sendi panggul. Sekresi vagina juga paling banyak pada priode ini
(Bobak, 2000; Pilliteri, 2003).
Selama priode pra-persalinan ibu primigravida perasaan kaku, canggung dan
letih. Perubahan mood (keadaan jiwa) merupakan peristiwa biasa yang dialami oleh
ibu, rasa cemas yang dialami ibu meningkatkan produksi adrenalin yang akan
menghambat kegiatan uterus dan bisa pada gilirannya memperlama persalinan.
Sikap bidan, nasehat dan bimbingan yang diberikan selama kehamilan akan
memengaruhi kemajuan persalinan.
4. Psikis Ibu Bersalin
Persiapan psikologis sangat penting dalam menjalani persalinan. Semakin
seorang ibu siap dan memahami proses persalinan adalah sesuatu hal normal dan
biasa dijalani oleh setiap wanita maka ibu akan dengan mudah bekerjasama dengan
petugas kesehatan yang membantu proses persalinannya. Satu hal yang perlu
diingat dalam proses persalinan normal, dimana aktor utama dalam proses ini
adalah ibu dengan segala perjuangan dan daya upayanya. Ibu harus meyakini
304
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017
bahwa ia mampu menjalani proses persalinan ini dengan lancar, karena jika ibu
sudah mempunyai keyakinan positif maka semangat ini akan menjadi kekuatan yang
besar saat ibu berjuang mengeluarkan bayi. Sebaliknya apabila ibu diawal sudah
nglokro (tidak semangat) akan membuat proses persalinan menjadi sulit (Nisman,
2011).
Persalinan dan kelahiran merupakan proses fisiologis yang menyertai
kehidupan hampir setiap wanita. Walaupun prosesnya fisiologis, tetapi pada
umumnya menakutkan karena disertai rasa nyeri yang hebat, bahkan terkadang
menimbulkan kondisi fisik dan mental yang mengancam jiwa. Nyeri adalah suatu
fenomena subjektif, sehingga keluhan nyeri-persalinan setiap wanita tidak akan
sama, bahkan pada wanita yang samapun, nyeri persalinan saat ini tidak akan sama
dengan nyeri persalinan yang lalu (Schats, 1986 dalam Yanti, 2009).
5. Penolong Persalinan
Penolong persalinan adalah petugas kesehatan yang mempunyai legalitas
dalam menolong persalinan atara lain dokter, bidan serta mempunyai kompetensi
dalam menolong persalinan, menagani kegawatdaruratan, serta melakukan rujukan
jika diperlukan. Penolong persalinan selalu menerapkan upaya pencegahan infeksi
yang dianjurkan termasuk diantaranya cuci tangan, memakai sarung tangan dan
perlengkapan pelindung pribadi serta pendokumentasian alat bekas pakai (Rukiyah
dkk, 2011).
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya kematian ibu adalah
kemampuan dan ketrampilan penolong persalinan. Tahun 2006, cakupan persalinan
oleh tenaga kesehatan di Indonesia masih sekitar 76% artinya masih banyak
pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dukun bayi dengan cara tradisional yang
dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayinya (Nisman, 2011).

METODE PENELITIAN

Landasan Teori
Landasan teori yang digunakan dalam penelitiaan ini untuk pengaruh tingkat
kecemasan terhadap lama persalinan kala I adalah yang dikemukakan oleh
Chapman (2006) bahwa kecemasan yang dialami oleh ibu bersalin semakin lama
akan semakin meningkat seiring dengan semakin seringnya kontraksi muncul
sehingga keadaan ini akan membuat ibu semakin tidak kooperatif. Stress persalinan
secara reflex menyebabkan peningkatan kadar katekolamin ibu jauh diatas kadar
yang ditemukan pada wanita yang tidak hamil atau wanita hamil sebelum persalinan.
Stress psikologis dan hipoksia yang berkaitan dengan nyeri dan rasa cemas
meningkatkan seksresi adrenalin. Peningkatan sekresi adrenalin dapat
menyebabkan vaso kontriksi akibatnya aliran darah uterus menurun, sehingga
mengakibatkan terjadinya hipoksia dan bradikardi janin yang akhirnya akan terjadi
kematian janin dan dapat menghambat kontraksi, sehingga memperlambat
persalinan.
Sedangkan untuk pengaruh dukungan suami terhadap lama persalinan kala I
adalah yang dikemukakan oleh Guyton (2006) bahwa dukungan yang dirasakan oleh
ibu selama proses persalinan secara terus menerus dapat menimbulkan emosi ibu
menjadi tenang serta memberi impuls ke neurotransmitter ke sistem limbic dan
diteruskan ke amigdala kemudian ke hipotalamus sehingga terjadi perangsangan
pada nucleus ventromedial dan area sekelilingnya sehingga menimbulkan perasaan

305
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017
tenang dan akhirnya kecemasan pun menurun mengakibatkan persalinan menjadi
normal.

Gambar 3.1 Mekanisme Tingkat Kecemasan dan Dukungan Suami Terhadap Lama
Persalinan.
Kecemasan Ibu
Dukungan Suami
Respon Perilaku
Respon Prilaku Destruktif Emosi (Senang)

Emosi (cemas) Impuls Neurotransmitter ke system limbic


Impuls Neurotransmitter ke system limbic
Amigdala
Amigdala Hipotalamus
Hipotalamus (CFR)
Merasa Tenang
Hipofisis Anterior (ACTH)
Persalinan Normal
Medula Adrenal
Kadar Katekolamin Meningkat
Sekresi Adrenalin Meningkat
Vasokontriksi Pemb. Darah
Aliran darah Uterus Menurun
Menghambat Kontraksi
Hipoksia dan Bradikardi Janin
3.2 Kerangka Konsep Kematian
Memperlambat Persalinan
Berdasarkan landasan teori, maka peneliti merumuskan kerangka konsep
penelitian sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Dukungan Suami :
- Fisik
- Emosional
Lama Kala I Persalinan
Tingkat Kecemasan lbu :
- Ringan
- Sedang
- Berat
- Panik

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian


Jenis Penelitian

306
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017
Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei dengan pendekatan cross-
sectional.

Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Klinik Bersalin Swasta Wilayah Kerja Puskesmas
Tanah Tinggi Kota Binjai.
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan mulai dari Februari sampai Juli tahun
2014.

Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu primigravida yang melahirkan di
klinik bersalin swasta Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Tinggi kota Binjai Tahun
2014.
Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi dengan kriteria inklusi ibu
primigravida yang datang sebelum fase aktif kala I persalinan dan suami ikut hadir
pada saat persalinan. Sampel diperoleh dengan consecutive sampling dimana ibu
primigravida yang datang melahirkan diambil sebagai sampel sampai jumlah sampel
yang dibutuhkan terpenuhi. Besar sampel diambil dengan menggunakan rumus uji
hipotesis untuk proporsi populasi tunggal (Lameshow, 1990 dalam Hidayat, 2011)
sebagai berikut :
{ √ √ }

Keterangan :
n = Besar sampel minimum
Z1-α/2 = Nilai baku normal berdasarkan α yang ditentukan (α = 0,05)  1,96
Z1-β = Nilai baku normal berdasarkan β yang ditentukan (β = 0,10)  1,282
Po = Proporsi lama kala I tidak normal = 0,28 (Primus, 1990)
Pa = Proporsi lama kala I tidak normal = 0,48 (Asumsi peneliti)
{ √ √ }

{ √ √ }

Berdasarkan perhitungan besar sampel maka besar sampel minimal yang


dibutuhkan adalah 48 orang.

Metode Pengukuran
Pengukuran Variabel Independen
1. Kecemasan
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Zung Self – Rating
Anxiety Scale (ZSAS) dengan menggunakan kuisoner yang berisi daftar pernyataan
307
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017
untuk mengukur tingkat kecemasan pada ibu primigravida menghadapi persalinan.
Instrumen ini terdiri dari 20 butir pernyataan. Responden memilih 1 dari 4 pilihan
jawaban yang ada pada kuesioner, dimana digunakan scoring atau nilai jawaban
sebagai berikut : SL (Selalu) diberi nilai 4; S (Sering) diberi nilai 3; K (Kadang) diberi
nilai 2; TP (Tidak Pernah) diberi nilai 1.
Jawaban dikategorikan dalam tingkat kecemasan sebagai berikut (Zung. W.W.K.,
1979) :
Nilai 20 – 35 : Ringan
Nilai 36 – 50 : Sedang
Nilai 51 – 65 : Berat
Nilai 66 – 80 : Panik
2. Dukungan Suami
Jumlah pertanyaan untuk dukungan suami berjumlah 10 buah. Pertanyaan
yang diajukan dengan alternatif jawaban “Ya” (bobot 1) dan “Tidak” (bobot 0). Hasil
yang diperoleh dikategorikan sebagai berikut (Arikunto, 2010) :
a. Dukungan baik : jika total nilai yang diperoleh skor 8-10 dari total skor
b. Dukungan cukup : jika total nilai yang diperoleh skor 4-7 dari total skor
c. Dukungan kurang: jika total nilai yang diperoleh skor 0-3 dari total skor
Pengukuran Variabel Dependen
1. Lama Kala I Persalinan
Pengukuran lama kala I persalinan dalam penelitian ini berdasarkan hasil dari
observasi peneliti dengan menggunakan partograf yang dihitung dalam jam,
dikategorikan sebagai berikut : (Prawirohardjo, 2010).
a. Normal : jika terjadi selama ≤14 jam
b. Tidak Normal : jika terjadi selama >14 jam.
Tabel 3.1 Metode Pengukuran Variabel Independen dan Dependen

Jumlah
Alternatif Skala
No Variabel Pertanyaa Kategori
jawaban Ukur
n
1 Kecemasan 20 a. SL (4) Ringan (20-35) Ordinal
b. S (3) Sedang (36-50)
c. K (2) Berat (51-65)
d. TP (1) Panik (66-80)

a. Ya
2 Dukungan 10 Baik (8-10) Ordinal
(1)
Suami Cukup (5-7)
b. Tidak (0)
Kurang (0-4)

3 Lama Kala I Observasi Normal (≤14) Nominal


Tidak Normal
(>14)

Metode Analisis Data


Analisis data dalam penelitian ini mencakup :

308
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017
a. Analisis univariat, yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal variabel
independen (Dukungan suami dan tingkat kecemasan ibu primigravida) dan
variabel dependen (lama kala I persalinan spontan) dalam bentuk distribusi
frekuensi.
b. Analisis bivariat, yaitu analisis yang digunakan untuk melihat ada tidaknya
hubungan tingkat kecemasan dan dukungan suami pada ibu primigravida
terhadap lama kala I persalinan spontan dengan menggunakan uji chi square
pada α = 0,05 dengan pertimbangan skala data yang merupakan skala ordinal.
Nilai p dari masing-masing variabel independen yang diujikan dengan
menggunakan uji chi square menentukan apakah variabel tersebut masuk ke
dalam model regresi logistik berganda, dimana hanya variabel dengan nilai p
<0,25 yang dapat masuk ke dalam model regresi logistik berganda pada
analisis multivariat (Sastroasmoro, 2011).
c. Analisis multivariat, yaitu analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor
yang berpengaruh dan paling dominan dari variabel independen (dukungan
suami dan tingkat kecemasan pada ibu primigravida) terhadap variabel
dependen (lama kala I persalinan spontan dilakukan dengan menggunakan uji
regresi logistik berganda dengan α = 0,05. Alasan penggunaan uji ini adalah
karena variabel dependen memiliki skala ukur nominal dengan dua kategori
atau dikotomus (Sastroasmoro, 2011).

HASIL PENELITIAN
Lama Kala I Persalinan Ibu Primigravida di Klinik Bersalin Swasta Wilayah
Kerja Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai Tahun 2013
Berdasarkan hasil penelitian lama kala I persalinan dalam kategori Normal
(66,7%), dan selebihnya dengan kategori tidak normal (33,3). Hal ini menunjukkan
bahwa secara umum responden di Wilayah kerja Puskesmas Tanah Tinggi Kota
Binjai lebih banyak mengalami lama kala I persalinan normal. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian Primus (1990) yang melaporkan kejadian persalinan lama sebesar
28,2%.
Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu kala I disebut juga kala pembukaan,
dimana terjadinya pematangan dan pembukaan serviks sampai lengkap 10 cm, kala
II disebut juga kala pengeluaran oleh karena berkat kekuatan his dan kekuatan ibu
mengedan janin didorong keluar sampai lahir, kala III atau kala uri dimana plasenta
lepas dari dinding uterus dan dilahirkan, kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta
dan lamanya 1‐2 jam (Mochtar, 1998). Apabila pengelolaan kurang baik maka akan
terjadi pemanjangan kala I dan dapat berakhir dengan persalinan lama.
Berdasarkan hasil penelitian memberikan gambaran bahwa masih besarnya
kejadian persalinan lama pada ibu. Salah satu faktor pada ibu primigravida rentan
mengalami persalinan lama karena stress dalam menghadapi persalinan yang baru
pertama kali akan dihadapi dikarenakan kurangnya kesiapan ibu dalam menghadapi
proses persalinan terutama oleh nyeri pada saat kontraksi uterus yang semakin
lama intensitas nyeri makin meningkat. Stress persalinan secara reflex
menyebabkan peningkatan kadar katekolamin ibu jauh diatas kadar yang ditemukan
pada wanita yang tidak hamil atau wanita hamil sebelum persalinan. Stress
psikologis dan hipoksia yang berkaitan dengan nyeri dan rasa cemas meningkatkan
seksresi adrenalin. Peningkatan sekresi adrenalin dapat menyebabkan vaso
kontriksi akibatnya aliran darah uterus menurun, sehingga mengakibatkan terjadinya

309
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017
hipoksia dan bradikardi janin yang akhirnya akan terjadi kematian janin dan dapat
menghambat kontraksi, sehingga memperlambat persalinan.

Pengaruh Dukungan Suami Terhadap Lama Kala I Persalinan Di Wilayah Kerja


Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai Tahun 2014.
Berdasarkan hasil penelitian dukungan suami, dukungan suami dalam kategori
Baik (64,6%), sedangkan dukungan suami dalam kategori Kurang (35,4%). Hal ini
menunjukkan bahwa secara umum responden di Wilayah kerja Puskesmas Tanah
Tinggi Kota Binjai lebih banyak memberi dukungan baik pada masing-masing
responden.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nisa (2013) tentang
hubungan peran suami terhadap proses persalinan normal pada ibu primipara di
rumah sakit umum pidie jaya menunjukan bahwa dukungan suami saat istri
melahirkan sangat perpengaruh terhadap lama persalinan kala I, peran suami yang
bisa dilakukan yaitu mengurangi kecemasan dengan melontarkan cerita-cerita lucu,
memberikan makanan dan minum pada ibu, mengelus perut dan pinggang ibu pada
saat datangnya rassa sakit.

Pengaruh Tingkat Kecemasan Terhadap Lama Kala I Persalinan Di Wilayah


Kerja Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai Tahun 2014
Berdasarkan hasil penelitian tingkat kecemasan terhadap lama kala I
persalinan dalam kategori Ringan (62,5%), sedangkan tingkat kecemasan dalam
kategori sedang (37,5%). Hal ini menunjukkan bahwa secara umum responden di
Wilayah kerja Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai lebih banyak memiliki tingkat
kecemasan Ringan dibandingkan kecemasan sedang. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hamranami, dkk (2002) yang menyatakan bahwa
adanya hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dan lama kala I
persalinan, dimana ditemukan bahwa perpanjangan kala I lebih banyak terjadi pada
tingkat kecemasan sedang (81,25%) dan tingkat kemasaan berat (18,75%) dan
ditemukan perpanjangan kala I pada ibu dengan tingkat kecemasan ringan.
Hal ini terlihat pada hasil tabulasi silang antara dukungan suami dengan lama
kala I persalinan, diperoleh bahwa responden yang lebih banyak mengalami lama
kala I normal adalah responden yang memiliki dukungan Baik (60,4%) dibanding
dengan responden yang memiliki dukungan kurang (6,2%).
Hal ini menunjukkan semakin baik suami memberikan dukungan pada
responden, maka responden tidak akan mengalami perpanjangan kala I. Hasil ini
sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Guyton (2006) bahwa dukungan yang
dirasakan oleh ibu selama proses persalinan secara terus menerus dapat
menimbulkan emosi ibu menjadi tenang serta memberi impuls ke neurotransmitter
ke sistem limbic dan diteruskan ke amigdala kemudian ke hipotalamus sehingga
terjadi perangsangan pada nucleus ventromedial dan area sekelilingnya sehingga
menimbulkan perasaan tenang dan akhirnya kecemasan pun menurun
mengakibatkan persalinan menjadi normal.
Hasil tabulasi silang antara kecemasan terhadap lama kala I persalinan normal,
diperoleh bahwa responden yang mengalami kecemasan ringan (62,5%) sedangkan
yang sedang (37,5%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian primus (2006) yang
menyatakan bahwa faktor kecemasan ibu dapat menyebabkan persalinan
berlangsung lebih lama dan melaporkan bahwa proporsi kejadian persalinan lama
sebesar 28,2%. Hal ini menyatakan bahwa semakin ringan kecemasan seseorang
310
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017
maka proporsi persalinan lama akan lebih sedikit sedangkan jika responden
mengalami kecemasan sedang maka proporsi persalinan lama akan lebih banyak.
Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda dukungan suami mempunyai
resiko terhadap lama kala I persalinan diperoleh nilai probabilitas (p = 0,015) dengan
besar pengaruh dukungan suami terhadap lama kala I persalinan dilihat dari nilai
Exp (B) dengan nilai 23,506 dimana dari hasil analisis terlihat bahwa, responden
yang memiliki dukungan baik terhadap lama kala I persalinan akan memberikan
dukungan baik 31responden. dibandingkan responden yang memberikan dukungan
kurang berisiko tinggi mengalami lama kala I persalinan.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang “Pengaruh dukungan suami dan tingkat


kecemasan ibu primigravida terhadap lama kala 1 persalinan spontan di klinik
bersalin swasta Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai pada tahun
2014” dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Secara umum responden di Wilayah kerja Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai
mayoritas mengalami lama kala I persalinan adalah normal 66,7% dan minoritas
kategori tidak normal 33,3%.
2. Secara umum responden di Wilayah kerja Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai
mayoritas memiliki tingkat kecemasan ringan 62,5% dibandingkan tingkat
kecemasan sedang 37,5%.
3. Secara umum responden di Wilayah kerja Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai
mayoritas memiliki tingkat kecemasan ringan 62,5% dibandingkan kecemasan
sedang 37,5%.

Saran
Setelah penulis menyimpulkan penilaian tentang “Pengaruh Dukungan Suami
Dan Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida Terhadap Lama Kala 1 Persalinan
Spontan Di Klinik Bersalin Swasta Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Tinggi Kota
Binjai Pada Tahun 2014” saran yang dapat penulis sampaikan adalah :
Bagi Masyarakat
Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya suami ibu bersalin
berkunjung ke Klinik Bersalin Swasta Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Tinggi Kota
Binjai agar ikut serta dalam meningkatkan Dukungan Suami Dan Tingkat
Kecemasan Ibu Primigravida Terhadap Lama Kala 1 Persalinan Spontan.
Bagi Institusi Akademik Kebidanan Kharisma Husada Binjai
Dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan sumbangan pemikiran di
bidang Kesehatan serta sebagai masukan tentang Dukungan Suami Dan Tingkat
Kecemasan Ibu Primigravida Terhadap Lama Kala 1 Persalinan Spontan bagi
Mahasiswa Akbid Kharisma Husada Binjai serta bagi peneliti selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

311
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017
Anggraini, R. (2010). Karakteristik Ibu Hamil yang Mengalami Kecemasan Di BPS
Uswatun Poncowati Lampung Tengah, http://www.4share.com/ Diakses Pada
5 April 2014.
Arikunto, Suharmisi, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Aryasatiani, 2005. http://repository.ac.id/bitstream/123456789/20180/5/Chapter%20I.
pdf Diakses Pada 5 April 2014
Atkinson, R.L., Pengantar Psikologi. Edisi Kedelapan. Alih Bahasa Nurdjanah Taufiq.
Jakarta: Erlangga
Bobak, 2005. Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC
Chapman, V. 2006. Asuhan Kebidanan: Persalinan dan Kelahiran. Jakarta: EGC
Cornor, D,. 2012. Suami Sebagai Pendamping Dalam Proses Persalinan. Dibuka
Pada Website: http:/www.gogle.co.id./peran./suami./Sebagai./Pendamping
./dalam./proses./persalinan./Dream./Corner Diakses Pada 5 April 2014

Dagun, A.M., 1990. Psikologi Keluarga, Jakarta: PT Rhienka Cipta.


Dinkes Provsu, 2013. Pemprov Sumut Klaim Tekan Kematian Ibu Dan Bayi.,
Diakses 5 April 2014; file:///C:/Usher/Usher/Documents/data%20baru
%20tesis/Berita%20%20%20BKKBN%20AKI.html
Eniyati, Putri, M, 2012. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Handonowati, A, 2009. Hubungan Pendampingan Suami Dengan Kelancaran
Proses Persalinan Kala I Dibidan Delima Geneng, Yogyakarta: Mei
Hamilton, P.M., (1995). Dasar-Dasar-Keperawatan-Maternitas (Edisi6).Jakarta: EGC
Hamranani, 2002. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Lama Persalinan Kala I
Pada Primipara Diruang Santa ANA Maria Rumah Sakit Panti Nirmala,
Malang: Agustus
Hastuti., Budi.S.F, (2009). Pengaruh Dukungan Suami Terhadap Lama Persalinan
Kala II Pada Ibu Primipara, Yogyakarta.
Hawari, D, 2011. Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta: FKUI.
Hidayat, A.A. Alimul, 2011.Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data,
Jakarta; Salemba Medika
Kartono, 1992. Psikologi Wanita Menjadi Ibu Dan Nenek, Bandung : Mandar Maju
Kaplan, H.L., Sadock, B.J., Grebb, J.A., (1997). Sinopsis Psikiatri Jilid 2, Alih
Bahasa : Widjaja Kusuma, Jakarta : Binarupa Aksara.
Koesoemapradja, N, 1993. Partograph : Suatu Alat Pengelola Untuk Mencegah
Persalinan Lama. Dalam : Koesoemapradja, N, Hartono H. S, Palarto B, eds.
Manfaat Partograf Dan Beberapa Upaya Untuk Menurunkan Kematian Ibu
Dan Anak. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Manuaba, I. B. G, (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, Dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
MDG’s 2012. Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2012. Diakses 5 April 20
14; www.depkes.go.id/downloads/PROFIL-KES-PROVINSI-2012/11%Profil-
Kes.Prov.DKI Jakarta.
Musbikin, I, (2008). Panduan Bagi Ibu Hamil dan Melahirkan. Yogyakarta: Mitra
Pustaka
Mufdlilah, Asri H., Ima K., 2012. Konsep Kebidanan Edisi Revisi. Yogyakarta: nuMed
Medika.

312
JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017
Nisa, T, 2013. Hubungan Peran Suami Terhadap Proses Kelancaran Persalinan
Normal Pada Ibu Primipara Di Rumah Sakit Umum Daerah Pidie Jaya,
Jakarta : November.
Nisman W.A, 2011. Melahirkan Itu Mudah dan Menyenangkan, Yogyakarta : Andi.
Prawirohardjo, S, 2010. Ilmu Kebidanan, Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Pillitteri, A, 2003. Maternal and Child Health Nursing: Care of The Childbearing
Famil. (4 th ed). Philadelpia: Lippincott
Primus, M.D, 1990. Hubungan Kecemasan Dengan Lama Persalinan. Tesis.
Yogyakarta: Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Gajah Mada
Rukiyah, A, (2009). Asuhan Kebidanan 2 (Persalinan). Jakarta: Trans Info Media
Saifuddin A. B, 2001. Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal,
Yayasan Bina Nusantra Pustaka Sarwono Prawirohadjo, Jakarta.
Sastroasmoro, S, Ismael, S, (2011). Dasar-Dasar Metode Penelitian Klinis. Edisi ke-
4. Jakarta: Sagung Seto

Sari, W. (2001). Perbedaan Tingkat Kecemasan Suami Dan Istri Dalam Menghadapi
Kehamilan Pertama Trimester III. Laporan Penelitian. Depok: Fakultas Ilmu
Keperawata Universitas Indonesia.
SDKI, 2012. Analisis Mortalitas Di Indonesia. Diakses 5-4-2014; http://Adepedia-M
yownworld.blogspot.com/2013/03/Analisis-mortalitas-diindonesia.html,
Adepedia.
Stopart M, 2013. Panduan Mempersiapkan Kehamilan & Kelahiran, Cetakan X,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Sumarah, 2009. Perawatan Ibu Bersalin. Yogyakarta : Fitramaya.
Stuart dan Sundden, 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC.
Sulistyorini, Tursilowati, (2007). Pengaruh Peran Serta Suami Terhadap Tingkat
Kecemasa
Ibu Hamil Dalam Menghadapi Proses Persalinan di Desa Jepat Lor Kecamata
n Tayu Kabupaten Pati 2007.Diakses Pada Tanggal 3 Januari 2010 dari http:/
/www.skripsistikes.wordpress.com/2008/03/07/ Pengaruh-Peran-Serta-
Suami-Terhadap-Tingkat-Kecemasan-Ibu-Hamil-Dalam-Menghadapi- Proses-
Persalinan-Di-Desa-Jepat-Lor-Kecamatan-Tayu-Kabupaten -Pati-2007/.
Yanti, 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Cetakan I Yogyakarta :
Pustaka Rihama,
Zung. W.W.K., 1979. Rating Anxiety for Anxiety Disoerder Physychosomatic. USA :
Mosby Company.

313

You might also like