You are on page 1of 11

PENGEMBANGAN EKOWISATA PANTAI MAHITAM TERHADAP KEBERSIHAN

DAN LINGKUNGAN SEKITAR GUNA MENJADI DESTINASI WISATA YANG


LAYAK
The Ecotourism Tourism of Mahitam Beach to the Clarity of Environment as an Effort to
Become a Proper Tourism Destination
Deddy Sanjaya
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung
Email : deddy.sanjaya75@gmail.com

ABSTRACT
Activities that occur around the coast are influenced by the behavior of local fishing
communities. The behavior that usually occurs is the disposal of garbage in random places and
natural waste that comes from the leaves of the surrounding trees, which causes slums around
the beach. This situation continues without environmental improvement. So that the
environmental conditions experience a decline in quality, both from cleanliness and the beauty
of the environment around the beach. This research was conducted Mahitam Island located in
Padang Cermin District, Pesawaran District, Lampung. Not far from the beach this Ketapang.
Research a qualitative descriptive study, which aims to determine the extent to which the
behavior of the fishing community to preserve the environment by looking at the results of a
survey of provision of facilities, infrastructures and environmental conditions. The method
used in this study is observation and survey by means of interviews and informants. In reality,
fishermen are not aware of environmental hygiene, even though the community itself knows
that the environment is clean, life will be more comfortable. With these circumstances, it is
requested that those involved in environmental hygiene can continue to provide guidance on
environmental cleanliness. It's simpler to be able to provide trash bins in several places.
Keywords: beach cleanliness, black beach, ecotourism
ABSTRAK
Kegiatan yang terjadi di sekitar pantai dipengaruhi oleh perilaku masyarakat nelayan setempat.
Perilaku yang biasanya terjadi adalah pembuangan sampah di tempat-tempat sekitar dan
sampah alami yang berasal dari daun-daun pohon di sekitarnya, yang menyebabkan daerah
kumuh di sekitar pantai. Situasi ini berlanjut tanpa perbaikan lingkungan. Sehingga kondisi
lingkungan mengalami penurunan kualitas, baik dari kebersihan dan keindahan lingkungan
sekitar pantai. Penelitian ini dilakukan di Pulau Mahitam yang terletak di Kecamatan Padang
Cermin, Kabupaten Pesawaran, Lampung. Tidak jauh dari pantai Ketapang ini. Lakukan
penelitian studi deskriptif kualitatif, yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perilaku
masyarakat nelayan untuk melestarikan lingkungan dengan melihat hasil survei terhadap
penyediaan sarana, prasarana dan kondisi lingkungan. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah observasi dan survei dengan cara wawancara dan informan.
Kenyataannya, nelayan tidak sadar kebersihan lingkungan, meskipun masyarakat itu sendiri
tahu bahwa lingkungannya bersih, kehidupan akan lebih nyaman. Dengan keadaan ini, diminta
agar mereka yang terlibat dalam kebersihan lingkungan dapat terus memberikan panduan
tentang kebersihan lingkungan. Lebih mudah untuk menyediakan tempat sampah di beberapa
tempat.
Kata kunci: kebersihan pantai, pantai hitam, ekowisata
I. PENDAHULUAN

Pariwisata menjadi salah satu sektor yang mulai diperhitungkan atau diperhatikan
diberbagai negara baik negara maju ataupun negara sedang berkembang tidak terkecuali
Indonesia. Indonesia yang memiliki wilayah yang sangat luas dan didukung oleh sumber daya
alam dan budaya yang beragam sangat potensial untuk diolah dan dimanfaatkan. Dari sumber
daya alam yang ada, pariwisata merupakan salah satu sektor yang memiliki potensi yang sangat
layak untuk dikelola dan dikembangkan secara maksimal.
Pantai mahitam terkenal dengan keindahan Pantainya dan Keberadaan pasir timbul hingga
ke tengah laut ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Terbukti banyak sekali
yang datang dan melakukan selfie di pasir putih dengan lautan pada tepi kanan dan kirinya.
Ditambah lagi dengan warna biru muda air lautnya, Lokasinya tidak jauh dari Desa Ketapang
yang berada di Lampung Selatan.
pantai pasir yg putih memiliki daya tarik tersendiri serta nilai sejarah tinggi. Sebagai daya
tarik wisata seharusnya Pantai mahitam memiliki suatu penunjang khususnya pada sarana-
sarana penunjang kebersihan. Suatu sarana yang nyaman dan bersih sangat berperan dalam
menarik wisatawan, oleh karena itu diperlukan kualitas kebersihan dan kenyaman yang baik
bagi wisatawan yang datang berkunjung.
Kualitas kebersihan yang merupakan kondisi nyaman secara umum bagi wisatawan yang
diciptakan oleh pegelolaan daerah wisata itu sendiri. Baik wisatawan, penduduk lokal, dan
pengelola sarana umum atau pribadi turut berperan dalam menjaga kualitas kebersihan Pantai
mahitam.
Dengan meningkatnya jumlah wisatawan ke Pantai mahitam, maka juga berdampak pada
peningkatann berbagai produk dan sarana untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. Sehingga
jumlah sampah dan limbah pun meningkat dari wisatawan ataupun sarana penunjang, dan
berdampak pula pada kualitas kebersihan Pantai mahitam. Sehingga fasilitas saling
berhubungan erat dengan pengunjung dan pada kebersihan tempat wisata itu sendiri.
Menurut pendit (2009:128) masyarakat dan kebudayaannya cenderung mengalami
perubahan yang diakibatkan oleh keberadaan pariwisata disuatu kawasan wisata tersebut.
bagaimana karakteristik interaksi antara wisatawan dengan masyarakat lokal, bagaimana
proses pariwisata bisa mengubah masyarakat dan seperti apa budaya masyarakat sebagai tuan
rumah, dan apakah perubahan tersebut menguntungkan atau merugikan bagi masyarakat
sebagai tuan rumahh.
Tujuanya penelitian ini dilakukan adalah untuk menganalisa lebih lanjut seberapa baik
kualitas kebersihan pada Pantai mahitam Banyak fenomena dimana wisatawan asing sangat
tidak nyaman dengan kebersihan sarana penunjang umum seperti toilet, tempat pemandian
umum, dan tempat sampah yang tidak memadai sehingga mereka meragukan destinasi wisata
tersebut. Beberapa toilet umum di daerah wisata pun masih belum memadai perawatannya
sehingga kurang nyaman digunakan. Terlebih lagi, sanitasi yang buruk dapat menyebabkan
penyakit oleh karena itu, kualitas kebersihan yang kurang seperti pada tempat makan di jalanan
ataupun lingkungann yang kotor merupakan risiko kesehatan bagi wisatawan yang
mengunjunginya.
Strategi dan Rencana Pengelolaan Lingkungan. Strategi yang perlu diterapkan pada
pengelolaan lingkungan harus didasari pemikiran bahwa pembangunan pariwisata selalu
melibatkan perubahan lingkungan pada kawasan on-site dan perubahan lingkungan pada
kawasan off-site. Sebagai suatu kesatuan dalam lingkungan hidup, perubahan pada satu
kawasan dari kedua kawasan ini akan berdampak pada perubahan di kawasan lainnya. Belum
lagi bila dihubungkan dengan dampak pembangunan dari sektor-sektor lain yang menempati
kawasan yang sama, akan lebih kompleks lagi permasalahan yang akan timbul, demikian pula
tindakan pemecahannya
Kualitas kebersihan sangat berperan penting dalam menciptakan suasana lingkungan daya
tarik wisata yang nyaman dan dapat dinikmati wisatawan atau pengunjung untuk dapat menilai
sejauh mana kualitas kebersihan ,Maka diperlukan suatu penilaian dan penelitian yang konstan
dan terus menerus mengenai kualitas kebersihan di Pantai mahitam untuk pengembangan daya
tarik wisata dan memberikan citra positif bagi wisatawan yang datang mengunjunginya.

II. METODE

1.1 Lokasi penelitian


Pulau Mahitam terletak di Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran,
Lampung. Tak jauh dari Pantai Ketapang.

Gambar 1.1 Lokasi pantai mahitam

1.2 Bahan dan Alat

Alat Tulis,Kamera ,Perekam suara, GPS.


1.3 Pengumpulan Data
a. Wawancara
b. Observasi
c. Dokumentasi
Penelitian ini dilakukan Sesuai tujuan penelitian untuk mengetahui kualitas kebersihan
Pantai dan sarana di Pantai mahitam saat ini, maka digunakanlah metode observasi langsung
serta penelitian deskriptif kualitatif, serta survei langsung kepada wisatawan. Melalui observasi
langsung kita mengumpulkan data mengenai jumlah sarana penunjang pariwisata di Pantai
mahitam. Sarana yang dimaksud adalah sarana umum yang termasuk toilet, tempat parkir, dan
tempat beristirahat terbuka. Metode penelitian deskriptif adalah mencari teori, bukan menguji
teori.Metode ini menitikberatkan pada observasi. Peneliti bertindak sebagai pengamat, ia hanya
mengamati gejala dan mencatatnya dalam buku observasi. Dengan susasana ilmiah berarti
bahwa peneliti terjun ke lapangan. Ia tidak berusaha memanipulasi variabell. Hasan
(2002:22).” Pendekatan kualitatif menurut Santana (2007:29) menyatakan bahwa “memproses
pencarian gambaran data dari konteks kejadiannya langsung, sebagai upaya melukiskan
peristiwa sepersis kenyataannya, yang berarti membuat berbagai kejadiannya seperti merekat
dan melibatkan perspektif (peneliti) yang partisipatif di dalam berbagai kejadiannya, serta
menggunakan pendikduksian dalam gambaran fenomena yang diamatinya.

1.4 Titik Sampel

Gambar 1.2 Sampah dedaunan pinggir pantai

Gambar 1.3 Pelepah Pohon Kelapa


Gambar 1.4 Sampah Plastik

III. KAJIAN

Melalui pengamatan langsung di Pantai mahitam, Untuk menuju ke pulau ini, Anda bisa
menyeberang melalui Pantai Ketapang menggunakan perahu. Atau Anda bisa jalan kaki dari
Pantai Ketapang jika air laut surut. Obyek Wisata Pulau Mahitam di Gebang Lampung bisa
dibilang sebuah wisata pulau yang memiliki beberapa akan fasilitas dan pelayanan diantaranya
parkir,mushola,kamar mandi/MCK,dan penginapan. Wisma Delima bisa dibilang sebagai
eksklusif, guest house yang menyediakan kamar yang berisi 2 tempat tidur untuk 2 orang tamu.
Tambahan fasiltas lainnya adalah dengan adanya kamar mandi dalam. Namun dari segi
kebersihan terkadang pada pinggir pantai terdapat sampah dedaunan yang tidak dibersihkan
serta pelepah pohon kelapa yang berserakan disekitar sangat disayangkan pantai ini jika tidak
dirawat dan terlihat pula sebagian air yang mulai tercemar sampah , tentunya dalam hal ini
wisatawan pun miris melihat pantai yang tidak terawat hanya mengutamakan keindahan alam
nya saja ,penduduk sekitar kurang peduli terhadap kebersihan pantai , di pantai tersebut
terdapat rumah warga namun warga sekitar hanya memanfaatkan tiket masuk yang tidak sesuai
dengan fasilitas dipantai tersebut . Untuk itu perlunya peninjauan sebagai Berikut :
A. Analisis Strategi Pengelolaan dan Pengembangan Ekowisata yang Sesuai dengan
Potensi yang Dimiliki.
Analisis strategi pengembangan dan pengelolaan ekowisata yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif dengan menggunakan analisis SWOT
(Strength, Weakness, Opportunity danThreat) yang tetap berpedoman dan mengacu pada visi
dan misi pengembangan ekowisata Kabupaten Pesawaran itu sendiri. Berdasarkan potensi dan
peluang serta kendala yang ada, maka hasil analisis dapat digunakan untuk menentukan arah
pengembangan atau kemungkinan pengembangan ekowisata melalui perencanaan dan analisis
kebijakan yang ada. Analisa SWOT (Strength, Weaknes, Opportunity dan Threat) merupakan
cara mengenali ekowisata secara rinci dengan berbagai faktor tinjauan untuk landasan berbagai
rencana-rencana pengembangan program yang sesuai dengan kondisi wilayah. Yoeti (1996)
mengatakan bahwa analisa SWOT yaitu suatu analisa untuk mengetahui dan menginventarisasi
faktor-faktor Pengembangan ekowisata di Kabupaten Pesawaran dengan konsep menjaga
keseimbangan merupakan salah satu upaya pembangunan ekowisata berkelanjutan. Konsep ini
didukung secara ekologis dalam jangka panjang, sekaligus layak secara ekonomis, adil secara
etika dan sosial. Potensi Ekowisata Kabupaten pesawaran sekaligus potensi pasar wisatawan
yang bisa saja tersebar tidak merata di Kabupaten pesawaran serta kondisi lingkungan fisik,
sosial, budaya maupun ekonomi yang beragam menyebabkan pengembangan ekowisata yang
sesuai dengan kerangka pembangunan berkelanjutan menjadi tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Pengembangan ekowisata harus disesuaikan dengan daya dukung spesifik untuk tiap-tiap
kecamatan.
B. Strategi dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM).
Berbicara tentang masalah perencanaan sumber daya manusia, apalagi dalam konteks
perdagangan bebas, seharusnya lebih berkiblat ke pembenahan ditingkat perencana atau
pengelola produk-produk ekowisata dan pembuat keputusan (decision maker). Salah satu titik
lemah pembangunan ekowisata khususnya pariwisata terletak pada kemampuan birokrasi yang
jauh dari memadai, baik untuk menyusun perencanaan pengembangan program
kepariwisataan, regulasi, sampai koordinasi lintas-sektoral. Keterbatasan seperti ini jelas tidak
akan mampu menghasilkan produk ekowisata yang berdaya-saing tinggi di pasar baik lokal,
regional, nasional apalagi pada pasar yang bertaraf internasional. Warga yang ada disekitar
pantai agar lebih sadar terhadap kebnersihan untuk mementingkan kenyamanan pengunjung .
untuk itu pemerintah harus lebih menegaskan kepada warga sekitar untuk turut serta
mengembangkan pantai tersebut .
Perilaku masyarakat dan wisatawan yang tidak peduli dengan lingkungan perlu diubah.
Hal ini tidak mudah untuk dilakukan, mengubah perilaku adalah sesuatu yang tidak dalam
hitungan jam atau hari dapat dilakukan, merubah perilaku merupakan sebuah proses perlahan
dan panjang. Cara yang dapat dilakukan yaitu dengan sosialisasi yang mampu menyentuh ke
seluruh lapisan masyarakat secara intensif dan berkesinambungan. Penyuluhan Gerakan Sadar
Wisata dan Sapta Pesona merupakan salah satu cara untuk memberikan pengetahuan kepada
masyarakat bahwa kawasan yang mereka tinggali merupakan objek wisata yang akan selalu
dikunjungi wisatawan apabila kawasan tersebut bersih, indah, nyaman, tertib, dan aman.
Pemahaman akan Sadar Wisata serta penerapan Sapta Pesona menjadi penting artinya, karena
dengan masyarakat sebagai tuan rumah yang baik, pada gilirannya memiliki dampak pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kunjungan wisatawan akan meningkat seiring dengan
meningkatnya kepuasan wisatawan tersebut, karena akseptabilitas tuan rumah, baik dilihat dari
keramahannya, ketertiban, keamanan maupun kenangan yang didapatkan. Pemerintah daerah perlu
memikirkan cara efektif untuk mengatur perilaku masyarakat dan wisatawan, salah satunya
yaitu pendidikan massal yang secara tidak langsung disampaikan dengan pesan-pesan singkat
dalam bentuk brosur, papan pengumuman, baliho, audio visual maupun media-media lainnya
yang mudah dicerna. Mengarahkan masyarakat dan wisatawan untuk tidak membuang sampah
sembarangan perlu strategi jitu, disamping penyediaan sarana dan prasarana yang memadai.
Pendidikan sejak dini akan kebersihan lingkungan perlu dilakukan dengan cara memasukkan
materi mengenai lingkungan kedalam kurikulum pendidikan berupa buku pelajaran murid,
poster-poster, maupun brosur.
Langkah ini diharapkan mampu mendidik generasi penerus untuk lebih menghargai
lingkungan dan kebersihan. Persoalan sampah hanya akan terselesaikan bila masyarakat ikut
ambil bagian dalam program-program kebersihan, itu sebabnya pendidikan tentang kebersihan
lewat kampanye publik dan sekolah perlu dilakukan secara gencar. Keterlibatan masyarakat
dalam pengelolaan sampah merupakan salah satu faktor teknis untuk menanggulangi persoalan
sampah di kawasan wisata. Daripada mengasumsikan bahwa masyarakat akan menghasilkan
jumlah sampah yang terus meningkat, minimisasi sampah harus dijadikan prioritas utama.
Model pemecahan masalah yang aplikatif dan dapat bernilai ekonomis yaitu dengan
membiasakan masyarakat untuk memilah sampah. Sistem ini bila diterapkan pada skala
kawasan diharapkan mampu memperkecil kuantitas / volume dan kompleksitas sampah. Model
ini akan dapat memangkas rantai transportasi yang panjang dan beban APBD yang berat. Selain
itu masyarakat secara bersama diikutsertakan dalam pengelolaan yang akan memancing proses
serta hasil yang jauh lebih optimal daripada cara yang diterapkan selama ini.

C. Persepsi Wisatawan

Peran serta wisatawan dalam strategi pengelolaan sampah ditunjukkan dengan


kepedulian wisatawan terhadap sampah, seperti membuang sampah pada tempatnya.
Membuang sampah pada tempatnya merupakan salah satu usaha kecil yang dapat dilakukan
oleh wisatawan, namun mempunyai dampak yang sangat besar terhadap kondisi lingkungan
di kawasan wisata Pantai Parangtritis. Perilaku serta kesadaran wisatawan akan kebersihan
turut menentukan tingkat kebersihan kawasan tersebut. Wisatawan yang berkunjung ke
kawasan pantai parangtritis kadang-kadang membuang sampah selain ditempat yang telah
ditentukan. Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa wisatawan pada umumnya masih
membuang sampah sembarangan, meskipun hal tersebut tidak sering mereka lakukan.
Kesadaran wisatawan untuk memungut sampah apabila melihat ada sampah berserakan dirasa
masih cukup, dan perlu untuk ditingkatkan kesadarannya sehingga kepekaan akan kebersihan
lingkungan dapat bertambah.
Pengetahuan akan peraturan yang mengatur kebersihan sebagian besar telah diketahui
oleh wisatawan. Berdasarkan data tersebut maka dapat terlihat bahwa pada umumnya
wisatawan mengetahui adanya peraturan mengenai persampahan, akan tetapi kesadaran dari
wisatawan yang pada akhirnya menjadi kunci penentu dari perilaku membuang sampah

D. Hasil Peninjauan

1) Transportasi
Pulau Mahitam berada sangat dekat dengan Pantai Ketapang. Terletak di kecamtan
Padang Cermin, Pesawaran, Lampung membuat Pulau Mahitam cukup banyak dikunjungi
wisatawan karenalokasinya berdekatan dengan Pantai Ketapang yang juga berada dekat dengan
jalan raya menuju lokasi wisata seperti Pantai Klara, Pantai Batu Mandi (Klaura) dan juga
Teluk Kiluan. Untuk menuju lokasi wisata ini kita terlebih dahulu arus menuju Pantai
Ketapang.
Perjalanan menuju Pantai Ketapang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 60 menit
hingga 90 menit dari kota Bandar Lampung. Jaringan Transportasi yang digunakan adalah
kendaraan roda empat dan dua , namun saat menggunakan mobil parkir tidak berada didalam
sehingga lokasi parkir mobil jauh dari penyebrangan ke pantai mahitam sehingga perlunya
jalan kaki terlebih dahulu .

2) Jaringan listrik

Jaringan listrik menuju pantai mahitam telah terpasang dengan menggunakan listrik
PLN yang menggunakan kabel udara. Dengan adanya jaringan ini seluruh kawasan pantai
mahitam telah mendapatkan penerangan listrik.

3) Jaringan air bersih


Jaringan air bersih masih kurang diperhatikan oleh pemerintah maupun warga
setempat, dikarenakan air bersih yang kurang memadahi, wisatawan susah untuk mencari air
ketika sesudah mandi di laut ataupun untuk membersihkan diri.

4) Lapangan parkir

Arena parkir di lokasi wisata berukuran 50 kali 25 meter. Lapangan parkir ini kurang
luas untuk ukuran parkir wisatawan lokal.

c. Fasilitas Wisata

1) Arena bermain

Arena bermain tidak ada namun ada menara suar tapi masih kurangnya pengawasan
warga setempat karna dapat berbahaya jika menara ini di naiki pada saat kondisi hujan atau
licin .

2) Pengamanan

Untuk pengamanan pantai tidak dibangun peer pemecah gelombang sehingga


kemungkinan pantai akan terabrasi. Selain pengamanan fisik obyek, selain itu juga pihak
pengelola tidak menempatkan petugas pengamanan sekaligus sebagai pemberi bantuan jika
terjadi kecelakaan ketika mandi di laut. Untuk itu diharapkan pengunjung akan merasa was-
was dan tidak nyaman dalam menikmati objek wisata.

3) Gardu pemandangan

Gardu ini dibangun untuk para wisatawan yang ingin menikmati indahnya
pemandangan laut saat matahari terbit atau terbenam serta menikmati semilirnya angin laut.

4) Fasilitas Umum

Fasilitas umum yang disediakan oleh pengelola objek wisata Pantai mahitam meliputi :

a) Kamar mandi dan WC Umum

Kamar mandi dipergunakan oleh pengunjung untuk “bilas” setelah mereka mandi atau
bermain air laut. WC umum sangat penting untuk memenuhi hajat para pengunjung objek
wisata.

c). Kunjungan Wisata

Jumlah wisata pengunjung rata-rata 300 - 500 orang setiap bulannya. Kunjungan wisata
banyak dilakukan pada hari Minggu atau libur. Kunjungan wisata banyak dilakukan pada pagi
hari atau sore hari, Sehingga petugas pada pukul 05.00 harus sudah siap di pintu gerbang dan
tutup selepas matahari tenggelam. (Wawancara, 15 oktober 2018).
Peran pemerintah daerah sangat penting untuk mengoperasionalkan pengembangan ekowisata
dilandasi prinsip-prinsip sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri)
Nomor 33 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pengembangan
Ekowisata di Daerah, dalam Pasal 2 yaitu :
1.Kesesuaian antara jenis dan karakteristik ekowisata.
2.Konservasi, yaitu melindungi, mengawetkan, dan memanfaatkan secara lestari sumber daya
alam yang digunakan untuk ekowisata.
3.Ekonomis, yaitu memberikan manfaat untuk masyarakat setempat dan menjadi penggerak
pembangunan ekonomi di wilayahnya serta memastikan usaha ekowisata dapat berkelanjutan.
4.Edukasi, yaitu mengandung unsur pendidikan untuk mengubah persepsi seseorang agar
memiliki kepedulian, tanggung jawab, dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan dan
budaya.
5.Memberikan kepuasan dan pengalaman kepada pengunjung.
6.Partisipasi masyarakat, yaitu peran serta masyarakat dalam kegiatan perencanaan,
pemanfaatan, dan pengendalian ekowisata dengan menghormati nilai-nilai sosial-budaya dan
keagamaan masyarakat di sekitar kawasan, dan
7.Menampung kearifan lokal. .

V. KESIMPULAN

Pengelolaan sarana umum, sarana tambahan, tempat sampah, dan kebersihan Pantai
secara keseluruhan akan membuat daya tarik wisata Pantai mahitam makin diminati wisatawan.
Dari hasil penelitian ini secara keseluruhan para wisatawan mengganggap kualitas kebersihan
Pantai mahitam sudah tergolong cukup. Namun untuk kedepannya masih banyak yang harus
dilakukan baik oleh masyarakat, pengelola, dan kesadaran wisatawan untuk menjaga dan
membuat kualitas kebersihan
Pantai mahitam lebih baik dari sebelumnya. Pengamatan langsung serta wawancara
menegaskan pentingnya kebersihan pada suatu daya tarik wisata dan disimpulkan bahwa semua
yang ada dan mengunjungi daerah wisata tersebut memiliki tanggung jawab tersendiri untuk
mempertahankan kualitas kebersihan yang ada. Karena suatu tujuan wisata yang nyaman
dimulai dari kualitas kebersihan yang baik.

DAFTAR PUSTAKA
Karyono, Hari. 1997. Kepariwisataan. Jakarta: PT. Grasindo
Sammeng, Andi Mappi.2001.Cakrawala Pariwisata.Jakarta:Balai Pustaka.
Nugroho, I. 2007. Ekowisata: Sektor Riil Pendukung Pembangunan Berkelanjutan. Majalah
Perencanaan Pembangunan-BAPPENAS Jakarta. Edisi 2 tahun ke XII (Januari-Maret): 44-57.

Sidik, M. A., Herumartono, D. dan Sutanto, H. B. 1985.Teknologi Pemusnahan Sampah


dengan Incinerator dan Landfill. Direktorat Riset Operasi dan Manajemen. Diputi Bidang
Analisa Sistem Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta.
Hardinoto, K. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata. Universitas Indonesia
Press. Jakarta. Ismayanti. 2011. Pengantar Pariwisata. Buku. Grasindo. Jakarta
Chafid Fandeli, C. 2000.Pengertian dan Konsep Dasar Ekowisata .
FakultasKehutananUniversitas. Gadjah Mada Yogyakarta.

Dephut, 2010. Kemungkinan Meningkatkan Ekowisata. Dephut.go.id Effendi. 2003. Survey


Hidrografi Pantai
. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Anonim, 2000. Faktor Daya Tarik Obyek Sumber Daya Alam Sekawasan Sesuai Permintaan
Pasar Dalam Meningkatkan Kunjungan Wisata Di Jawa Tengah
Avenzora, R. 2003a. Perencanaan Pengembangan Pariwisata Alam Nasional Di Kawasan
Hutan: Wissenchaftlichesplannung VS Leidbildsplannung. Makalah disampaikan Dalam
Lokakarya Pembahasan Draf Rencana Pengembangan Pariwisata alam Nasional di Kawasan
Hutan Oleh Ditjen PHKA, Departemen Kehutanan; Hotel Salak Bogor, 30 desember 2003.
Avenzora, R. 2003b. Ekoturisme: Evaluasi Konsep. Media Konservasi, Jurnal Ilmiah Bidang
Konservasi sumberdaya Alam Hayati dan Lingkungan. Vol. VIII/Nomor 2, Juni 2003.
Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB
Mahdayani, W. 2010.Ekowisata. Panduan Dasar Pelaksanaan. Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Nias Selatan.

Omarsaid, C. 2010. Keterkaitan Lingkungan Bahari dan Ekowisata .Pusat


PenelitianKepariwisataan-Institut Teknologi Bandung

Muntasib, E.K.S.H. 2009. Materi Matakuliah Perencanaan Pelayanan Ekowisata. Departemen


Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Institut Pertanian Bogor.

Sastrayuda, G.S. 2010.Konsep Pengembangan Kawasan Ekowisata.

Rangkuti, F., 2006. Analisis SWOT. Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.

Chaniago, J.I. 2008. Ekowisata Berbasis Masyarakat Dalam Percepatan Pembangunan


Berkelanjutan (Studi Kasus Konsep Ekowisata Pantai di Waigeo Selatan, Kabupaten Raja
Ampat, Papua). Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor (PKSPL
IPB). Diakses dari

Pendit, N.S. 1999. Ilmu Pariwisata, sebuah Pengantar Perdana. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengembangan
Ekowisatadi Daerah.

Darsoprajitno,H.S, 2002. Ekologi Pariwisata. Tata Laksana Pengelolaan Objek dan Daya Tarik
Wisata. Penerbit Angkasa, Bandung.

Fauzi, A., 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Teori dan Aplikasi. Penerbit
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

You might also like