You are on page 1of 16

DAMPAK PERKEMBANGAN PARIWISATA MINAT KHUSUS

SNORKELING TERHADAP LINGKUNGAN:


KASUS DESTINASI WISATA KARIMUNJAWA

Sabda Elisa Priyanto, M.Par


Jurusan Perhotelan D3
Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo (STIPRAM) Yogyakarta
Jl. Laksda Adisucipto Km. 5 Yogyakarta 55281 Indonesia
E-mail : sabda.priyanto@gmail.com
ABSTRACT

The tudy will analyze the impact of tourism by the type of special interet tourism to the
environment. Impact on the coat and islands, the impact on vegetation, the impact wildlife,
and the impact on urban areas and rural areas.
Positive impact on the coat and the island is the efort for preservation and conservation
of coral reefs, reef ish, giant clams and turtles, and encouraged to make environmentally-
friendly tourism activities. The negative impact is a damage to coral reefs from snorkeling
activities, and the loss of traditional land allotment to the beach.
The positive impact on vegetation is their attempt to biodiversity and conservation of
vegetation typical of Publications, and reforetation activities is to replant mangrove.
Negative impacts on vegetation is illegal logging and the clearing of trees to increase tourit
attraction as supporters of the main activities. commercialization of the plant for souvenirs.
Positive impact on wildlife is their conservation, preservation, and biodiversity, the
breeding of animals and relocating the animals to their natural habitat. The negative impact
is going hunting animals as souvenirs and tourit consumption, harassment of wildlife
photography, animal exploitation for pertujukan, changes in animal intincts, and the
migration of animals.
Positive impact on urban areas and rural areas is happening arrangement karimunjawa
towns and villages, and their empowerment. The negative impact of pressure on the land for
the opening of a new tourit attraction, there are exchange in the function of residential land
into commercial land, and the occurrence of traic congetion, noise pollution, air pollution,
and pollution aethetics.

Keywords: Environmental Impact, Tourism, Snorkeling,


PENDAHULUAN Besar Bahasa Indonesia, dampak diartikan
1. Latar Belakang sebagai tabrakan, sedangkan pariwisata
Perkembangan pariwisata yang begitu adalah berbagai macam kegiatan wisata
pesat tentunya tidak bisa dielakkan akan yang didukung oleh berbagai fasilitas
menimbulkan dampak pariwisata, mulai serta layanan yang disediakan oleh
dari dampak ekonomi, sosial budaya, masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan
sampai ke dampak terhadap lingkungan pemerintah daerah (UU no 10 Thn 2009 ttg
baik itu dampak positif atau dampak Kepariwitaan).
negatif (Pitana 2009: 183). Dalam Kamus Dari pengertian di atas, dampak yang
terjadi adalah efek dari kegiatan atau
13
14 JURNAL Kepariwisataan Volume 10 Nomor 3 September 2016 : 13 - 28

Gambar 1.1 Pertumbuhan jumlah wisatawan Karimunjawa 2009-2014 (TIC Jepara).

aktiitas pariwisata dengan unsur ekonomi, Dari latar belakang masalah yang
sosial budaya, dan lingkungan, selanjutnya dipaparkan di atas, maka perumusan
munculah dampak positif dan dampak masalah penelitian ini adalah, apa
negatif didalamnya. saja dampak lingkungan baik positif
Karimunjawa sebagai detinasi atau negatifnya yang dihasilkan dari
wisata yang berada di kabupaten Jepara kegiatan wisata minat khusus snorkeling
Jawa Tengah dari tahun 2009-2014 terhadap lingkungan di detinasi wisata
selalu mengalami peningkatan jumlah Karimunjawa?
kunjungan wisatawannya. Pada Gambar
1.1 pertumbuhan jumlah wisatawan TINJAUAN PUSTAKA
Karimunjawa menunjukan bahwa pada 1. Pariwisata
tahun 2009 wisatawan nusantara yang Undang undang no 10 Tahun 2009
mengunjungi Karimunjawa hanya 12.812 tentang Kepariwisataan Republik Indonesia
wisatawan dan wisatawan mancanegara mendeinisikan pariwisata adalah “Berbagai
879 wisatawan, sedangkan di tahun 2014 macam kegiatan wisata yang didukung
jumlah wisatawan mancanegara menjadi oleh berbagai fasilitas serta layanan yang
71.081 wisatawan dan 8.669 wisatawan disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
mancanegara. Regresi setiap tahun memiliki pemerintah, dan pemerintah daerah”
kecenderungan untuk selalu naik, walau 2. Dampak
masih didominasi oleh wisatawan nusantara. Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Dari data pada gambar 1.1 di atas, terlihat mendeinisikan dampak adalah “Dampak/
bahwa perkembangan kunjungan wisatawan dam•pak/ n 1 benturan; 2 pengaruh kuat yg
selalu naik, dari kenaikan tersebut tentunya mendatangkan akibat (baik negatif maupun
akan menghasilkan dampak atau tabrakan positif); 3 Fis benturan yg cukup hebat
dari kegiatan pariwisata dengan lingkungan antara dua benda sehingga menyebabkan
yang ada di Karimunjawa terutama dari perubahan yg berarti dl momentum (pusa)
kegiatan snorkeling. sitem yg mengalami benturan itu;“
2. Rumusan Masalah Ismayanti (2010:181-186) menjelaskan
Sabda Elisa Priyanto, M.Par : Dampak Perkembangan Pariwisata Minat Khusus Snorkeling
Terhadap Lingkungan: Kasus Destinasi Wisata Karimunjawa 15

Gambar 2.1 Kerangka Proses Dampak Pariwisata (Sumber: Mahieson dan Wall dalam
Ismayanti 2006:183)

bahwa dampak pariwisata itu merupakan keagamaan, dan wilayah perkotaan dan
serangkaian kegiatan yang dilakukan pedesaan. Indikator dampaknya baik secara
oleh wisatawan yang secara langsung positif dan negatif adalah seperti pada tabel
menyentuh dan melibatkan masyarakat 2.1 berikut.
segingga membawa berbagai dampak 4. Wisata minat khusus.
pada masyarakat. Kegiatan kepariwisataan Ismayanti (2010:155) mengatakan
dilakukan mulai dari keberangkatan hingga bahwa pariwisata minat khusus merupakan
di daerah tujuan wisata manapun. Mathieson pariwisata yang menawarkan kegiatan yang
dan Wall (Dalam Ismayanti: 2010:183) tidak biasa dilakukan oleh wisatawan pada
menggambarkan kerangka proses terjadinya umumnya atau wisata yang membutuhkan
sebuah dampak pariwisata di dalamnya keahlian khusus atau ketertarikan khusus
terdiri dari tiga elemen dasar yakni elemen untuk melakukannya, dan setiap orang
dinamis, tatis, dan elemen kons ekuensi. mempunyai keahlian masing-masing.
3. Faktor Lingkungan isik. 5. Snorkeling.
Ismayanti (2010:203-208) menjabarkan Pengertian dasar snorkeling adalah suatu
dampak pariwisata terhadap lingkungan itu teknik menikmati pesona keindahan dasar
ada delapan hal yaitu air, udara, pantai dan laut dengan menggunakan perlatan dasar
pulau, pegunungan dan area liar, vegetasi, selam berupa snarkle, in (kaki katak) dan
kehidupan liar, situs sejarah, budaya dan mask (kacamata renang). Jenis penyelaman
16 JURNAL Kepariwisataan Volume 10 Nomor 3 September 2016 : 13 - 28
Tabel 2.1 Manfaat dan beban pariwisata terhadap lingkungan isik
Dampak
No Manfaat Beban Pariwisata
Terhadap
1 Air 1. Program kebersihan dan 1. Polusi pembuangan limbah (polusi
penghematan air. air)
2. Penggunaan Alat 2. Sulit mendapatkan air bersih
transportasi air ramah 3. Gangguan kesehatan masyarakat
lingkungan (seperti 4. Kerusakan vegetasi air
perahu dayung) 5. Etetika perairan berkurang
6. Makanan laut menjadi berbahaya
akibat air beracun
2 Udara 1. Penggunaan kendaraan 1. Polusi udara
ramah lingkungan 2. Polusi suara
2. Penggunaan alat angkutan 3. Gangguan kesehatan masyarakat
udara masal
3 Pantai dan 1. Preservasi dan konservasi 1. Lingkungan tepian pantai rusak
Pulau pantai dan laut 2. Kerusakan karang laut
2. Kegiatan wisata ramah 3. Hilangnya peruntukan lahan pantai
lingkungan tradisional
4. Erosi pantai
4 Pegunungan 1. Reboisasi 1. Tanah longsor
dan Area liar 2. Peremajaan pegunungan 2. Erosi tanah
3. Menipisnya vegetasi pegunungan
4. Polusi visual.
5 Vegetasi 1. Upaya biodiversitas 1. pembalakan liar
2. Reboisasi 2. pembabatan pepohonan
3. konservasi 3. banyak kebakaran hutan (akibat api
unggun)
4. koleksi tanaman untuk cinderamata
6 Kehidupan 1. konservasi dan preservasi 1. pemburuan hewan sebagai
Liar 2. biodiversitas cinderamata
3. pembiakan satwa 2. pelecehat satwa liar untuk fotograi
4. relokasi hewan ke habitat 3. eksploitasi hewan untuk pertunjukan
asli 4. gangguan reproduksi hewan
5. pembuatan peraturan 5. perubahan inting hewan
tentang pemburuan 6. migrasi hewan.
7 Situs Sejarah 1. konservasi dan preservasi 1. kepadatan di daerah wisata
dan budaya 2. renovasi 2. alterasi fungsi awal situs
keagamaan 3. manajemen pengunjung 3. komersialisasi daerah wisata.
8 Wilayah 1. Penataan kota atau desa 1. Tekanan terhadap lahan
perkotaan 2. Pemberdayaan masyarakat 2. Perubahan fungsi lahan tempat
dan 3. Manajemen pengunjung tinggal menjadi lahan komersil
perdesaan 3. Kemacetan lalulintas
4. Polusi suara, polusi udara, polusi
etetika
Sumber: Ismayanti (2010:207)
Sabda Elisa Priyanto, M.Par : Dampak Perkembangan Pariwisata Minat Khusus Snorkeling
Terhadap Lingkungan: Kasus Destinasi Wisata Karimunjawa 17

ini dilakukan pada laut dangkal karena tidak yaitu dampak positif dan dampak negatif.
menggunakan alat bantu pernafasan berupa Selanjutnya dengan mengetahui apa
tabung oksigen. Snorkeling atau menyelam saja dampak positif dan negatif yang
di permukaan atau selam dangkal (skin dihasilkan dari kegiatan wisata minat
diving) juga adalah kegiatan berenang atau khusus snorkeling di Karimunjawa, akan
menyelam dengan mengenakan peralatan muncul saran untuk masyarakat, indutri dan
berupa masker selam dan snorkel. Walaupun pemerintah untuk kemajuan Karimunjawa
untuk melakukan snorkeling tidak butuh kedepannya. Kerangka teoritis penelitian ini
kemampuan khusus, bahkan yang tidak bisa secara sederhana bisa dilihat pada gambar
berenang juga bisa melakukan kegiatan ini. 2.2 di bawah ini.
(backpackerborneo.com)
METODOLOGI PENELITIAN
A. Kerangka Teoritis.
Setelah melihat tinjauan putaka di atas, 1. Teknik Pengumpulan Data
maka kerangka teoritis yang akan mendasari Data primer yang digunakan
penulisan ini adalah adanya dampak dalam penelitian ini diperoleh melalui
atau tabrakan dari lingkungan di elemen pengamatan dan pencatatan langsung yaitu
lingkungan, ekonomi, sosial, budaya, isik berupa observasi lapangan langsung ke
(alam dan bangunan isik), tehnologi dan Karimunjawa dan wawancara, sedangkan
politik pada masyarakat dengan aktiitas dalam melakukan wawancara, digunakan
dari sitem pariwisata dan komponennya teknik pengambilan sampel secara purposive
di suatu detinasi wisata yang dalam hal sampling yaitu sampel dipilih sesuai dengan
ini adalah dari jenis wisata minat khusus maksud dan tujuan tertentu. Sampel dalam
snorkeling, selanjutnya munculah dampak, penelitian adalah pemandu wisata, pelaku
indutri, masyarakat dan wisatawan (Renna:

Lingkungan, ekonomi, Sosial, Akiitas dari siste


budaya, isik ala da pari isata
ba gu a isik , poliik. da ko po e ya
Is aya i : - UU No Tahu

Faktor Lingkungan air,


pa tai & pulau, egetasi, Wisata Mi at
& kehidupa liar, Wilayah Khusus S orkeli g
perkotaa da perdesaa .
Is aya i
Is aya i : - DAMPAK
(TABRAKAN) :
Is aya i
: -

NEGATIF? POSITIF?

Gambar 2.2 Kerangka Teoritis Penelitian.


18 JURNAL Kepariwisataan Volume 10 Nomor 3 September 2016 : 13 - 28
2011) 40%.
Data sekunder diperoleh dari Dinas b) Ekositem Ikan-ikan Karang, Kima, dan
Kebudayaan dan Pariwisata, Tourism Penyu.
Information Centre Jepara, dan Balai Total jumlah spesies ikan karang
Taman Nasional Karimunjawa sebagai yang ditemukan di seluruh perairan
lembaga-lembaga yang terkait dengan Karimunjawa adalah 535 spesies yang
terhadap pengembangan pariwisata. Selain termasuk dalam 117 genus dan 43 famili.
dari lembaga-lembaga tersebut, data juga Karimunjawa juga memiliki lima spesies
diperoleh dari hasil penelitian yang pernah kima, yaitu T.derasa, T.crocea, T.maxima,
dilakukan sebelumnya di Karimunjawa baik T.squamosa, dan Hipopus hipopus, dengan
oleh civitas akademik maupun oleh intitusi kelimpahan terbanyak ditemukan di
wisata. Pulau Kembar dan kelimpahan terendah
2. Metode Analisis Data. di Pulau Cemara Besar. Spesies yang
Metode analisis berfungsi untuk paling sedikit ditemukan adalah Hipopus
menjawab pertanyaan penelitian yang telah hipopus. Di kepulauan Karimunjawa
disebutkan sebelumnya. Pertama, untuk ditemukan 2 spesies penyu, yaitu penyu
mengidentiikasi perkembangan pariwisata hijau (Chlonia mydas) dan penyu sisik
yang dilihat dari komponen-komponen (Eretmochelys imbricate). Terdapat
pariwisata. Kemudian untuk melihat 12 pulau di Kawasan Taman Nasional
perkembangannya menggunakan metode Karimunjawa yang merupakan lokasi
deskriptif kualitatif.. pendaratan dan peneluran penyu. Pada
tabel 3.1 adalah tarif penerimaan Negara
HASIL PENELITIAN DAN bukan pajak berdasarkan PP no. 59 Tahun
PEMBAHASAN 1998, Balai Taman Nasional Karimunjawa
1. Dampak Positif Terhadap Pantai dan dari wisatawan yang bisa digunakan
Pulau. untuk memberikan dampak positif bagi
a) Preservasi dan konservasi ekositem preservasi dan konservasi di taman Nasional
terumbu karang Karimunjawa.
Di Karimunjawa, terdapat tiga ekositem c) Kegiatan wisata ramah lingkungan.
terumbu karang yakni jenis trumbu karang Kegiatan wisata ramah lingkungan
pantai (fringing reef), terumbu karang di Karimunjawa ini didasarkan pada
penghalang (barrier reef), dan beberapa Keputusan Direktoran Jendral PHKA
taka (patch reef). Ekositem terumbu karang No. SK.79/IV/Set-3/2005 tanggal 30 Juni
di kepulauan Karimunjawa terdiri dari 64 2005 tantang Revisi Mintakat/Zonasi
ganera karang yang termasuk dalam 14 TN Kepulauan Karimunjawa. Zonasi di
famili ordo scleractinian dan tiga non ordo TN Karimunjawa seluas 111.625 hektar
sceractinian. Sedangkan yang mendominasi pada poin ke-3 menyatakan bahwa zona
ekositem ini adalah ganera Acropora pemanfaatan pariwisata seluas 1.226,525
dan Porites. Lebih lanjut dinyatakan, hektar meliputi perairan Pulau Menjangan
dalam beberapa tahun terakhir, presentase Besar, Pulau Menjangan Kecil, Pulau
penutupan terumbu karang berkisar antara Menyawakan, Pulau Kembar, Sebelah
7-69% dengan rata-rata penutupan 54,50%. timur Pulau Kumbang, Pulau Tengah, Pulau
Presentase penutupan ekositem dari Bengkoang, Indonor, dan Karang Kapal.
terumbu karang di kepulauan Karimunjawa Pada zona pemanfaatan pariwisata, zona
ini menunjukan kenaikan dengan kisaran yang dikembangkan untuk kepentingan
Sabda Elisa Priyanto, M.Par : Dampak Perkembangan Pariwisata Minat Khusus Snorkeling
Terhadap Lingkungan: Kasus Destinasi Wisata Karimunjawa 19

Tabel 4.1 Penerimaan Negara bukan pajak berdasarkan PP no. 59 Tahun 1998, Balai Taman
Nasional Karimunjawa.
No Jenis Kegiatan Wisman Wisnus
1 Pengunjung Rp. 20.000 Rp. 2.000
2 Penelitian Rp. 100.000 Rp. 45.000
Pengambilan Gambar Snapshoot
3 a. Film Rp. 3.000.000 Rp. 2.000.000
b. Video Komersil Rp. 2.500.000 Rp. 1.500.000
Olahraga/rekreasi alam bebas
4 Rp. 750.000 Rp. 50.000
menyelam
Sumber: Balai Taman Nasional Karimunjawa.

Tabel 4.2 Dugaan Perubahan Kondisi Ekositem di Karimunjawa


Luas Ekositem (ha)
Tahun Terumbu Karang Padang Lamun Hutan Mangrove
2010 338.41 ha 162.81 ha 176.24 ha
2011 337.81 ha 162.78 ha 172.26 ha
2012 337.19 ha 162.75 ha 168,21 ha
2013 336.54 ha 162.71 ha 164.07 ha
2014 335.87 ha 162.67 ha 159.85 ha
2015 335.16 ha 162.62 ha 155.00 ha
Sumber : Suryanti (2010)

wisata alam bahari dan wisata alam lain ini.


yang ramah lingkungan. Pada kawasan Dari tabel diatas jelas terlihat bahwa
tersebut, dapat dikembangkan sarana perubahan ekositem di Karimunjawa setiap
prasarana rekreasi dan pariwisata yang tahunnya selalu mengalami penurunan
ramah lingkungan melalui perijinan khusus. dalam hal luas ekositem, baik dari terumbu
2. Dampak Negatif Terhadap Pantai dan karang, padang lamun, dan hutan mangrove.
Pada tren perubahan kondisi ekositem
Pulau.
di Karimunjawa pada graik 4.1 diatas
a) Lingkungan tepian pantai rusak.
terlihat jelas bahwa setiap tahun dari tahun
Kegiatan pariwisata di Karimunjawa ini
2010, menunjukan bahwa secara garis besar
mengakibatkan degradasi ekositem, baik
ketiga ekositem penting yakni terumbu
yang disebabkan oleh wisatawan secara
karang, padang lamun, dan hutan mangrove
langsung seperti diving, snorkeling, boating,
secara berangsur-angsur selalu mengalami
atau freedive atau dampak tambahan seperti
penyusutan. Perubahan ini merupakan
jangkar kapal wisata yang merusak terumbu
kondisi dari perkembangan aktivitas
karang di spot snorkeling atau diving.
manusia di daratan. Beberapa aktiitas
b) Kerusakan karang laut.
manusia yang tercatat mengakibatkan
Suryanti (2010) membuat tabel
perubahan terhadap tutupan ekositem
dugaan perubahan kondisi ekositem di
adalah berkembangnya daerah pemukiman.
Karimunjawa seperti pada tabel 3.1 dibawah
Tren ini merupakan akibat dari pertumbuhan
pupulasi manusia yang cepat, baik
20 JURNAL Kepariwisataan Volume 10 Nomor 3 September 2016 : 13 - 28

Gambar 4.1 Graik Dugaan Perubahan Kondisi Ekositem di Karumunjawa tahun 2010-2015
(Suryanti: 2010)

pertumbuhan alami atau karena migrasi. dan Kalimosodo (Cordia subcordata).


c) Hilangnya peruntukan lahan pantai Vegetasi pantai juga menjadi fokus
tradisional. selanjutnya dimana pada vegetasi ini
Kegiatan pariwisata dalam hal ini turut dicirikan dengan adanya ketapang
menyumbang dampak terhadap hilangnya (Terminalia cattapa), Cemara Laut
peruntukan lahan pantai tradisional. (Casuarina equisetifolia) Kelapa
Dampak langsungnya bisa berupa (Cocos Nucifera), Jati Pasir (Scaerota
bergesernya fungsi pantai tradisional frutescens), Setigi (Pemphis acidula),
sebagai atraksi wisata untuk kegiatan dan Waru Laut (Hibiscus tiliaceus).
snorkeling, dan dampak tidak langsungnya Vegetasi pantai ini adalah salah satu yang
adalah, karena periwisata di Karimunjawa paling rentan terjadi perubahan kareda
yang berkembang terus menerus, akan kegiatan pariwisata, maka dari itu pihak
menuntut tersedianya jasa akomodasi BTNKJ juga serius menjaga vegetasi
di Karimunjawa, yang berimbas kepada pantai di Karimunjawa.
banyaknya dibangun hotel untuk pemenuhan b) Reboisasi
kebutuhan wisatawan. Hotel dan penginapan Upaya reboisasi ini dilakukan oleh Balai
banyak dibangun di tepian pantai Taman Nasional Karimunjawa, dilakukan
Karimunjawa, sampai di beberapa pulau diantara pulau karimunjawa dengan
yang ini tentunya memberikan dampak Pulau Kemunjan, yakni penanaman
hilangnya peruntukan lahan untuk pantai pohon bakau. Disamping sebagai upaya
tradisional. untuk menjaga wilayah pesisir dari abrasi
3. Dampak Positif Terhadap Vegetasi. air laut, kawasan ini juga telah digunakan
a) Upaya biodiversitas dan konservasi sebagai salah satu atraksi wisata paling
Upaya biodiversitas dan konservasi ini baik di Karimunjawa.
banyak dilakukan oleh Balai Taman 4. Dampak negatif
Nasional Karimunjawa. Kegiatan ini a) Pembalakan liar dan pembabatan pohon.
dilakukan untuk melindungi vegetasi Secara langsung, wisata minat
khas dari Karimunjawa seperti khusus snorkeling tidak memberikan
melindungi beberapa lora khas. Jenis dampak terhadap pembalakan liar dan
kayu Dewandaru (Fragrarea fragrans), pembabatan pohon. Tetapi, paket wisata
Sabda Elisa Priyanto, M.Par : Dampak Perkembangan Pariwisata Minat Khusus Snorkeling
Terhadap Lingkungan: Kasus Destinasi Wisata Karimunjawa 21

snorkeling di Karimunjawa, tidak akan Liar.


hanya menjual kegiatan snorkeling a) Konservasi, preservasi dan biodiversitas.
sepenuhnya, kegiatan sebelum dan Kawasan konservasi laut di Karimunjawa
sesudah snorkeling, wisatawan akan merupakan suatu kawasan di pesisir dan
dibawa menjelajahi pulau karimun jawa laut yang mencakup daerah intertidal,
dan Kemunjan. Di Pulau Karimunjawa, subtidal, dan kolom air diatasnya,
atraksi andalan wisatawan adalah dengan beragam lora dan fauna yang
tracking ke Bukit Joko Tuo, awalnya berasosiasi didalamnya, yang memiliki
daerah ini menawarkan atraksi untuk nilai ekologis, ekonomis, sosial dan
bisa melihat Karimunjawa dari atas budaya. Proses perencanaan kawasan
bukit, tetapi semakin meningkatnya zonasi yang sangat dibutuhkan sebagai
jumlah kunjungan dan minat wisatawan, upaya konservasi, preservasi, dan
kawasan Bukit Joko Tuo akhirnya biodiversitas ini didasarkan pada sasaran
dilebarkan, sehingga kendaraan seperti dan tujuan kawasan konservasi yang
motor dan mobil bisa sampai ke atas, jelas. Untuk mencapai sasaran dan
dan kawasan di puncak bukit Joko tujuan kawasan konservasi, informasi
Tuo semakin dilebarkan, sehingga dasar tentang lokasi sangat dibutuhkan,
mengorbankan beberapa pohon yang khususnya menyangkut karakteritik
seharusnya menjadi pelingdung dari air ekositem dan sumberdaya, tingkat
keika musim hujan bagi karimunjawa. pemanfaatan sumberdaya dan ancaman
b) Koleksi tanaman untuk cinderamata. terhadap sumberdaya. Taman Nasional
Karimunjawa mempunyai koleksi Karimunjawa membutuhkan suatu
tanaman yang dijadikan cinderamata bagi sitem zonasi sebagai salah satu bahan
wisatawan yang menjadi kekhasan dari acuan untuk melakukan pengelolan yang
Karimunjawa, yaitu kayu Setigi, Kayu mencakup wilayah laut.
Dewadaru (Fragrarea fragrans), dan b) Pembiakan satwa.
Kayu Kalimasdo (Cordia subcordata),. Pulau Menjangan Besar, merupakan
Dari ketiga jenis kayu khas Karimunjawa tempat pembiakan jenis satwa hiu
itu masyarakat lokalnya mengolah karang. Jenis hiu yang banyak hidup
untuk dijadikan berbagai macam jenis di Karimunjawa. Walau tidak dikelola
cinderamata, seperti menjadi tasbih, keris secara baik dan professional, tetapi
dari kayu, gelang, tongkat, mata cincin, setidaknya ada dari pihak swata yang
dan masih banyak jenis lainnya. sudah melakukan hal ini. Lebih lanjut,
Di sekitar alun-alun karimunjawa, upaya pembiakan satwa di Taman
masyarakat setempat banyak menjual Nasional Karimunjawa ini banyak
cinderamata khas Karimunjawa dari dilakukan oleh pihak dari Balai Taman
kayu ini, dan cinderamata ini termasuk Nasional Karimunjawa.
sesuatu yang pali dicari ketika wisatawan c) Relokasi hewan ke habitat asli.
berkunjung ke Karimunjawa, karena Pulau Menjangan Besar sebelumnya
ketiga jenis kayu ini hanya ada di dijelaskan merupakan tempat pembiakan
Karimunjawa, karena menurut beberapa jenis Hiu Karang di Karimunjawa. Dari
pandangan dari penjual di Karimunjawa, hasil pembiakan Hiu Karang tadi, ketika
bahwa jenis kayu ini memiliki tuah yang sudah memasuki usia yang sudah layak,
baik untuk pemiliknya. maka beberapa hiu tadi akan direlokasi
5. Dampak Positif Terhadap Kehidupan ke habitat aslinya. Ini merupakan upaya
22 JURNAL Kepariwisataan Volume 10 Nomor 3 September 2016 : 13 - 28
untuk tetap menjaga keletarian dari Hiu karang, dan penyu di penangkaran
jenis ikan hiu ini. Dilakukan setiap hewan di Pulau Penjangan Besar menjadi
beberapa tahun sekali, dan kegiatan ini sasaran wisatawan selanjutnya. Dengan
dilakukan oleh swata yang dibantu oleh membayar retribusi masuk ke tempat
beberapa organisasi yang peduli dengan penangkaran hiu di Pulau Menjangan
lingkungan, terutama ikan hiu, dan juga Besar ini, atau biasanya sudah termasuk
dari pemerintah. di dalam paket wisata, wisatawan bisa
6. Dampak Negatif turun ke dalam kolam untuk bisa berforo
a) Pemburuan hewan sebagai cinderamata tersama ikan hiu karang, dan penyu.
atau konsumsi. d) Perubahan inting hewan
Ini terjadi di spot snorkeling Pulau
Cinderamata dari hasil laut adalah Cilik, sebelah timur pulau. Ketika
pernak-pernik atai aksesoris yang wisatawan datang, dan akan melalkukan
terbuat dari kerang-kerang kecil yang snorkeling, pemandu wisata biasanya
dirangkai menjadi gelang, kaling, dan akan menyebarkan beberapa potong
gantungan kunci. Sedangkan jenis jenis roti tawar untuk memancing ikan-
yang dikonsumsi seperti Tenggiri ikan karang untuk muncul, dan ketika
(Scomberomurus sp.), Tongkol wisatawan urun untuk mengambil foto,
(Euthinnus Sp.), Manyun (Netuma wisatawan bisa berfoto di antara banyak
thalassina), Bantong (Selar boobs), Sulir ikan yang terpancing dengan makanan
(Atule mate), Badong
(Carangoides yang disebar ke lautan. Secara alamiah
sp, Caranx sp.), Tunulan (Sphyraena ini akan mengubah inting alami dari
sp.) Banyar (Ratrelliger sp.) Todak ikan di sekitar Pulau Cilik, Ikan tersebut
(Tylosurus sp.)Teri (Hypoatherina sp.), akan jadi sangat tergantung dari kegiatan
Cumi (Laligo Sp.) Sotong (Sephia wisatawan yang sering membagikan
sp.) Kepiting, lobter, dan ikan ikan makanan ke laut. Kedua, terjadi pada
karang seperti kerapu (Epinephelus hiu karang di Pulau menjangan besar
sp.) Sunu (Plectropomus sp.) Baronang yang dijadikan objek pertunjukan dan
(Sigamus sp.), Tambak (Lethrinus sp.) fotograi, inting asli ikan hiu yang
dan Kakap (Lutjanus sp.). Dari 100% merukan hewan predator dan karnivora
hasil tangkapan nelayan, rata-rata ini sedikit banyak akan berumah karena
sebanyak 93% untuk dijual dan 7% untuk perilaku wisatawan ini.
dikonsumsi pribadi (BTNKJ 2014) e) Migrasi hewan.
b) Pelecehan satwa liar untuk fotograi Pemandu wisata menyatakan bahwa
Atraksi wisata ini banyak terjadi di Pulau di beberapa sopt snorkeling jenis ikan
Menjangan besar, dimana wisatawan yang biasanya banyak, tetapi seiring
bisa melakukan pengambilan gambar bertambahnya aktiitas wisatawan, ada
atau berfoto dengan beberapa hewan beberapa jenis ikan sudah jarang terlihat.
laut. Wisatawan akan menambah 5.000 Beberapa jenis ikan di Pulau Cilik
rupiah dari tiket masuk untuk bisa yang paling banyak terasa mulai jarang
berfoto dengan hewan di situ. Bintang terlihat.
laut, Ikan Buntal, Penyu, dan Ikan Pari.
Kegiatan wisatawan berfoto ini tentunya 7. Dampak Positif Terhadap Wilayah
memberikan dampak pelecehan terhadap Perkotaan dan Perdesaan.
satwa liat untuk tujuan potograi. a) Penataan kota atau desa
c) Eksploitasi hewan untuk pertunjukan. Salah satu dampak pariwisata terhadap
Sabda Elisa Priyanto, M.Par : Dampak Perkembangan Pariwisata Minat Khusus Snorkeling
Terhadap Lingkungan: Kasus Destinasi Wisata Karimunjawa 23

Tabel 4.3 Tarif Jasa Pariwisata di Karimunjawa


No Jenis Layanan Harga (dalam IDR)
1 Sewa Alat Snorkeling 50.000/hari
2 Sewa Diving Equipment Mulai 300.000
3 Penginapan hometay 70.000-300.000
4 Sewa Motor 75.000/hari
5 Sewa Kapal untuk Wisata 500.000/hari
6 Biaya Guide 150.000/hari
7 Parkir kapal 20.000/kapal
8 Masuk ke penangkaran Hiu 25.000/pax
Sumber: Hasil Survey 2015.

lingkungan wilayah perkotaan dan satu jenis peraturannya adalah mereka


perdesaan adalah adanya penataan sepakan untuk mentandarkan harga sewa
kota dan desa. Dampak yang paling layanan kepada wisatawan, sehingga
terasa adalah dibangunnya dermaga tidak terjadi “perang harga” di kalangan
wisata di dekat alun-alun, di sebelah masyarakat yang berusaha di bidang ini.
barat Karimunjawa. Pembangunan 8. Dampak Negatif.
beberapa ruko-ruko untuk masyarakat a) Tekanan terhadap lahan.
lokal yang ingin menjual hasil kerajinan Sebaran pertumbuhan pembentukan
dan cinderamata kahs Karimun ada di atraksi wisata baru, joko tuo, bukit
beberapa tempat salah satunya adalah di love, tugu karimunjawa guna
sisi barat dari alun-alun Karimunjawa. membuat keragaman atraksi wisata
Pembangunan ini membuat wisatawan di Karimunjawa menjadi salah satu
yang ingin mencari cinderamata khas penyumbang dampak pariwisata terhadap
Karimunjawa bisa terpusat pada satu lingkungan. Wisata snorkeling sangat
tempat. tergantung terhadap cuaca, ketika cuaca
b) Pemberdayaan masyarakat. sedang tidak baik, dan syahbandar
Efek dari perkembangan pariwisata pelabuhan melarang semua operator
yang cukup tinggi tentunya tingkat kapal untuk membawa wisatawan untuk
sosial masyarakat semakin tinggi pula, snorkeling, tentunya para tour leader
dan pada perkembangannya munculah yang membawa wisatawan akan merubah
beberapa konlik di dalamnya. Konlik itinerary wisatanya ke daratan. Awalnya
dalam menetapkan harga sewa alat hanya ada bukit Joko Tuo, yang berada
snorkeling, harga sewa kapal, dan disebelah utara kota, dengan atraksi
sebagainya. Solusi selanjutnya yang melihat pelabuhan dan kota dari atas
muncul adalah dibentuknya paguyupan bukit, selanjutnya berdirilah lagi bukit
atau perkumpulan masyarakat lokal Love, yang dibangun oleh salah satu
yang bersama-sama ingin memajukan masyarakat lokal untuk bisa melihat
pariwisata di Karimunjawa dalam hal matahari terbenan dari sisi barat pulau.
membari pelayanan kepada wisatawan. Yang terbaru adalah bukit dengan
Dari paguyupan tadi munculah beberapa prasasrti bertuliskan karimunjawa yang
aturan main bagi siapa yang ingin diharapkan bisa menjadi ikon dari
berusaha bersama di bidang ini. Salah detinasi wisata Karimunjawa.
24 JURNAL Kepariwisataan Volume 10 Nomor 3 September 2016 : 13 - 28
Tabel 4.4 Jumlah Penginapan dan Toko Cinderamata di Karimunjawa tahun 2007-2014
Tahun Jumlah Penginapan Jumlah Toko Cinderamata
2007 25 16
2008 27 18
2009 27 19
2010 28 19
2011 30 19
2012 34 19
2013 36 20
2014 39 21
Sumber: Observasi Penulis 2014.

b) Perubahan fungsi lahan tempat tinggal KESIMPULAN DAN SARAN


menjadi lahan komersil. Simpulan penelitian dengan judul
Pertumbuhan jumlah kunjungan “Dampak Perkembangan Pariwisata Minat
wisatawan yang tinggi ke Krimunjawa Khusus Snorkeling Terhadap Lingkungan:
tentunya berimbas kepada permintaan Kasus Detinasi Wisata Karimunjawa”
jumlah penginapan yang berbanding dapat dijelaskan dalam beberapa poin-poin
lurus. Beberapa masyarakat lokal mulai penting berdasarkan hasil analisis.
mengubah rumah mereka, menambahkan 1. Dampak terhadap pantai dan pulau.
beberapa kamar-kamar yang kemudian Dampak positif dari wisata minat khusus
bisa mereka jual kepada wisatawan yang snorkeling terhadap pantai dan pulau yang
ingin berlibur di Karimunjawa. Amar pertama adalah adanya preservasi dan
menjadikan rumahnya sebagai tempat konservasi terhadap ekositem pantai di
penginapan, dengan menambahkan tiga Karimunjawa. Preservasi dan konservasi
buah kamar yang bisa digunakan oleh bagi beberapa jenis terumbu karang dan
wisatawan, mulai dari harga Rp. 70.000- spesies hewan laut yang ada di sekitar
150.000/malam, tergantung dari musim karimunjawa. Kedua, terdorongnya untuk
liburan. membuat kegiatan wisata yang ramah
c) Kemacetan lalulintas, polusi suara, polusi lingkungan, beberapa tour operator
udara, dan polusi etetika. di Karimunjawa dalam menjual paket
Dampak ini banyak terjadi ketika wisatanya memasukan kegiatan untuk bisa
liburan panjang, yakni pada bulan Juli- menjaga dan memelihara pantai dan pulau
Agutus, wisatawan bisa mencapai 7000- di Karimunjawa untuk selalu bersih dan
an dalam sekali gelombang keatangan terawat.
wisatawan. Data pada tahun 2014, jumlah Dampak negatif terhadap pantai dan
wisatawan yang dtang ke Karimunjawa pulau di Karimunjawa ini dimulai dari
baik wisatawan mancanegara atau rusaknya tepian pantai, terutama di pulau-
wisatawan nusantara mencapai 79.750 pulau yang dijadikan tempat itirahat
(lihat gambar 1.1), dan dari regresi makan siang bagi wisatawan yang telah
tahun kecenderungan wisatawan akan melakukan kegiatan snorkeling, selanjutnya
terus bertambah, apalagi akses ke adalah kerusakan terhadap terumbu karang,
Karimunjawa sekarang sudah semakin wisatawan pemula yang belum pernah
banyak dan baik. melakukan kegiatan snorkeling sebelumnya
cenderung sebagai penyebab utamanya,
Sabda Elisa Priyanto, M.Par : Dampak Perkembangan Pariwisata Minat Khusus Snorkeling
Terhadap Lingkungan: Kasus Destinasi Wisata Karimunjawa 25

karena mereka belum terbiasa dengan hewan sebagai cinderamata dan untuk
lingkungan laut, sehingga mereka tidak dikonsumsi, dengan semakin banyaknya
sadar bisa menginjak-injak terumbu karang wisatawan yang datang ke Karimunjawa
yang masih hidup, atau menjadikan terumbu tentunya permintaan akan cinderamata dari
karang sebagai tempat berdiri ketika beberapa jenis hewan khas akan menjadi
beritirahat di sela-sela mereka snorkeling. buruan wisatawan, seperti cangkang kerang,
Hilangnya peruntukan lahan untuk dan juga permintaan untuk dijadikan bahan
pantai tradisional adalah dampak negatif konsumsi akan semakin memperbanyak
selanjutnya yang muncul, banyaknya upaya untuk memburu hewan khas
pembangunan akomodasi penginapan baru Karimunjawa.
guna mencukupi kebutuhan wisatawan Dampak kedua adalah terjadinya
ketika liburan tiba adalah salah satu pelecehan satwa liar untuk fotograi, ini
penyebeb utamanya. terjadi di Pulau Menjangan besar, dimana
2. Dampak terhadap vegetasi. wisatawan bisa melakukan foto dengan
Dampak positif pariwisata minat khusus beberapa satwa laut seperti Bintang Laut,
snorkeling terhadap vegetasi adalah upaya Ikan Buntal, Penyu, dan beberapa satwa
biodiversitas, reboisasi dan konservasi laut lainnya. Ketiga dampak negatifnya
yang dilakukan di karimunjawa adalah adalah terjadinya eksploitasi hewan untuk
dengan melakukan penanaman kembali pertunjukan, masih di Pulau Menjangan
bakau sebagai kawasan penyanggah pesisir, Besar, wisatawan bisa turun ke dalam
melakukan konservasi terhadap kawasan kolam untuk berinteraksi dengan Hiu-Hiu
pantai di Karimunjawa, dan adanya upaya karang dan beberapa penyu, yang ini akan
biodiversitas dengan melangsungkan memberikan dampak selanjutnya bagi
kehidupannya dan berinteraksi dengan hewan hewan tersebut yakni terjadinya
faktor biologi dan non biotik. perubahan inting dari hewan yang dijadikan
Dampak negaif bagi vegetasi yang objek fotograi dan untuk pertunjukan
pertama adalah pembalakan liar dan tersebut.
pembabatan pohon yang dilakukan untuk 4. Dampak terhadap wilayah perkotaan dan
menambah kawasan wisata baru untuk perdesaan.
memnuhi kebutuhan wisatawan yang Dampak pariwisata positif terhadap
datang, dan terjadinya penebangan pohon wilayah perkotaan dan perdesaan di
untuk dijadikan cinderamata seperti jenis Karimunjawa adalah adanya penataan kota
pohon Dewandaru (Fragrarea fragrans), dan perdesaan, seperti adanya pemisahan
Kalimosodo (Cordia subcordata). dermaga utama dan dermaga wisata,
3. Dampak terhadap kehidupan liar. penataan pedagang cinderamata, sampai ke
Dampak positif terhadap kehudipan liar memperindah ruang terbuka umum seperti
adalah adanya upanya untuk konservasi, alun-alun dan membangun pintu gerbang
preservasi dan biodiversitas terhadap ke objek wisata yang baik. Selanjutnya ada
ekositem di Karimunjawa. Kemudian ada pemberdayaan masyarakat setempat dengan
upaya untuk pembiakan satwa seperti Hiu adanya paguyupan-paguyupan yang bekerja
Karang di Pulau Menjangan Besar dan bersama untuk memajukan taraf kehidupan
kemudian dari hasil pembiakan tersebut masyarakat dengan menjual layanan kepada
Hiu Karang akan direlokasi ke habitat wisatawan.
asli mereka. Dampak negatif terhadap Dampak negatif terhadap wilayah
kehidupan liar adalah terjadinya perburuan perkotaan dan perdesaan yang pertama
26 JURNAL Kepariwisataan Volume 10 Nomor 3 September 2016 : 13 - 28
adalah tekanan terhadap lahan karena penginapan di Karimunjawa, perlu
pembentukan dan pengembangan atraksi diterapkan konsep “Compact
wisata baru untuk memberkaya pilihan Development”
berwisata di Karimunjawa, seperti Bukui d. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah,
Joko Tuo, Bukit Love, Bukit karimunjawa, khususnya Kabupaten Jepara lebih baik
selajutnya yang kedua adalah terjadinya untuk bisa mengajak masyarakat di
fungsi lahan tempat tinggal menjadi Karimunjawa dalam membuat aturan
lahan komersil, masyarakat lokal mulai atau kebijakan tentang pembangunan
membangun penginapan-penginapan untuk kawasan wisata di Karimunjawa,
memenuhi kebutuhan wisatawan yang setiap yang kedepannya diharapkan Taman
tahun selalu mengalami peningkatan, dan Nasional Karimunjawa juga bisa sebagai
ini dijadikan peluang bisnis oleh masyarakat kawasan wisata yang bisa membantu
lokal, dan yang ketiga adalah ketika musim meningkatkan perekonomian masyarakat
liburan sering terjadi kemacetan lalulintas, setempat.
polusi udara dan polusi etetika. Ketika 2. Rekomendasi Meso.
musim liburan ada ribuan wisatawan ke a. Perlunya sumber daya manusia yang
Karimunjawa, dalams sehari akan ada professional dalam menjadi pemandu
ratusan kapal wisata beroperasi untuk wisata di Karimunjawa. Seperti
membawa wisatawan, ini akan memberikan memberikan pelatihan menjadi pemandu
kemacetan lalulintas, dan polusi udara di wisata yang berwawasan lingkungan
karimunjawa, belum lagi ditambah dengan kepada pemandi wisata di Karimunjawa.
polusi etetika terhadap masyarakat lokal, b. Pemerintah Kabupaten Jepara perlu
seperti berubahnya budaya lokal karena mengkaji tudi kelayakan tentang daya
semakin besarnya gesekan dengan dunia tampung detinasi wisata Karimunjawa,
luar. karena pada beberapa kasus, faktor
Berdasarkan hasil dari analisis dan utama dari kerusakan lingkungan di
simpulan yang telah diuraikan di atas, maka Karimunjawa adalah karena jumlah
diusulkan rekomendasi terdiri menjadi 3 wisatawan yang sudah melampaui
bagian yaitu rekomendasi makro, meso, dan ambang batas dari segi kuantitas
mikro. wisatawan.
1. Rekomendasi Makro c. Pemerintah Kabupaten Jepara
a. Perlu adanya penyusunan zonasi terbaru seharusnya juga membuat kebijakan
dengan memperjelas cakupan zona inti dalam membatasi jumah pembangunan
dan perlindungan dengan zona wisata akomodasi penginapan di kawasan
di Taman Nasional Karimunjawa. Karimunjawa, dan membuat aturan
Sehingga akan Nampak jelas zona tentang tandar pembuatan akomodasi di
mana yang memang diperuntukan untuk Karimunjawa, seperti harus mempunyai
perlindungan dan keletarian, dan zona konsep “green hotel”
mana yang bisa dikembangkan sebagai d. Pemerintah Kabupaten Jepara dalam
kawasan pariwisata. membuat aturan dan kebijakan,
b. Diperlukannya sumber daya manusia juga perlu mempertimbankan hasil
yang ahli dalam mengawasi aktiitas dari penelitian ini terutama dalam
kepariwisataan di terutama terhadap pembentukan zonasi dan pemberdayaan
dampak-dampak yang dihasilkan. masyarakat lokal untuk sumber daya
c. Dalam pembangunan jenis akomodasi pariwisata pariwisata yang professional.
Sabda Elisa Priyanto, M.Par : Dampak Perkembangan Pariwisata Minat Khusus Snorkeling
Terhadap Lingkungan: Kasus Destinasi Wisata Karimunjawa 27

3. Rekomendasi Mikro itu dermaga, rumah atung atau hotel.


a. Pemerintah harus berani mengambil Selanjutnya ada pemantaualn ke lapangan
kebijakan untuk menutup beberepa tentang kegiatan yang bisa merusak
snorkeling yang dianggap sudah sampai terumbu karang di Karimunjawa.
kepada kerusakan parah terhadap karang f. Operator wisata yang menjual paket
dan ekositem laut, seperti di kawasan wisata di Karimunjawa diharuskan
Pulau Cemara Kecil, selanjutnya bisa memasukan kegiatan wisata yang
dijadikan sebagai kawasan konservasi berbasis ekowisata dalam paket
dan preservasi. wisatanya. Seperti membawa wisatawan
b. Pemerintah Jepara memberikan untuk melakukan penanaman bakau,
workshop tentang pantingnya sadar pelepasan penyu, sampai ke penanaman
wisata di sebuah detinasi wisata dengan kebali terumbu karang yang patah,
menjalankan sapta pesona. Dalam atau menyumbangkan 10% dari hasil
pelaksanaannya bisa bekerjasama dengan jualan paket wisata mereka untuk upaya
perguruan tinggi dalam penyediaan konservasi.
sumber daya manusianya, seperti g. Perlunya penyediaan pusat data dan
membuka kesempatan magang kerja informasi yang selalu update sehingga
dan Kuliah Kerja Nyata bagi mahasiswa kedepannya segala jenis informasi bisa
pariwisata di Karimunjawa, agar diakses dengan baik oleh masyarakat.
masyarakat lokal bisa mendapat wawasan h. Perlunya penelitian-penelitian lebih
tentang pariwisata. lanjut tentang kepariwisataan secara luas
c. Pemerintah diharapkan bisa membuat di Karimunjawa, mengingat kedepannya,
aturan tegas dan selanjutnya sanksi aspek pariwisata di Karimunjawa bisa
kepada masyarakat atau operator tour menjadi mesin penggerak majunya
wisata yang dalam melakukan aktiitas ekonomi masyarakat setempat.
wisatanya membiarkan wisatawan
melakukan kegiatan yang bisa berdampak DAFTAR PUSTAKA
terhadap kerusakan lingkungan. Agnesari Lisa, “Intensitas Dampak
d. Perlu dibuatnya klasiikasi spot Lingkungan Dalam Pengembangan
snorkeling bagi beberapa tingkatan Ekowisata (Studi Kasus Pulau
kemampuan wisatawan. Wisatawan Karimunjawa, Taman Nasional
pemula, atau baru pertama kali Karimunjawa)”, Universitas
melakukan snorkeling diberikan spot Diponegoro Semarang. Semarang.
snorkeling yang sebaran terumbu 2005.
karangnya sudah banyak yang rusak, Damanik Janianton, Helmut F. Weber,
sedangkan bagi wisatawan yang sudah “Perencanaan Ekowisata”. Andi.
mahir atau berpengalaman, terlebih Yogyakarta. 2006.
sudah memiliki sertiikat menyelam, bisa Balai Taman Nasional Karimunjawa.
dibawa ke spot snorkeling yang lebih “Penataan Zonasi Taman Nasional
baik, karena jenis weiatwan yang ini Karimunjawa Kabupaten Jepara,
tentunya sudah paham tentang temubu Provinsi Jawa Tengah” Departemen
karang dan ekositem di dalamnya. Kehutanan Direktorat Jendral
e. Pemerintah Kabupaten Jepara harus Prlindungan Hutan dan Konservasi
memperketat aturan untuk membangun Alam. 2004.
bangunan di atas terumbu karang, baik
Badan penanaman Modal dan Pelayanan
28 JURNAL Kepariwisataan Volume 10 Nomor 3 September 2016 : 13 - 28
Perizinan Terpadu Kabupaten Jepara. Sunaryo Bambang, “Kebijakan
“Proil Invetasi Kabupaten Jepara Pembangunan Detinasi Pariwisata:
2014: Jepara Pilihan Tepat untuk Konsep dan Aplikasinya di Indonesia”.
Berinvetasi”. 2014. Gava Media, Yogyakarta, 2013.
Hikmah Riveral. “Kerusakan Terumbu Suryanti. “Degradasi Pantai Berbasis
Karang di Kepulauan Karimunjawa” Ekositem di Pulau Karimunjwawa,
Fakultas MIPA, IU 2009. Kabupaten Jepara” Program Doktor
Ismayati, “Pengantar Pariwisata”. Manajemen Sumberdaya Pantai, Undip,
Grasindo. Jakarta. 2010. 2010.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Suwena I Ketut, I Guti Ngurah Widyamaja,
Departemen Pendidikan dan “Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata”,
Kebudayaan. Balai Putaka. 1993. Udayana University Press. Despasar,
2010.
Laksono Khsanul Ni’am dan Mussadun,
“Dampak Aktivitas Ekowisata di Pulau Undang Undang no 10 tahun 2009 Tentang
Karimunjawa berdasarkan persepsi Kepariwisataan.
Masyarakat”. Undip. 2014
Letyono Renna, “Dampak Negatif
Perkembangan Pariwisata Terhadap
Lingkungan Fisik Pesisir. Studi Kasus:
Pantai Pangandaran”. Program Studi
Magiter Perencanaan Wilayah dan
Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan
dan Pengembangan Kebijakan
(SAPPK) ITB. 2011.
Limbong Ferncius dan Sugiono Soetomo.
“Dampak Perkembangan Pariwisata
Terhadap Lingkungan Taman Nasional
Karimunjawa” Jurnal Ruang. Volume 2
Nomor 1 Tahun 2014.
Pitana I Gde, I Ketut Surya Diarta,
“Pengantar Ilmu Pariwisata”. Andi,
Yogyakarta. 2009.
Qomarudin, “Perubahan Sosial dan Peran
Masyarakat Dalam Pengembangan
Kawasan Wisata Kepulauan
Karimunjawa”. Program Pasca
Sarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Universitas Negeri Semarang
Indonesia. 2013.
Ramly Nadjamuddin Dr. M.Si, “Pariwisata
Berwawasan Lingkungan: Belajar dari
Kawasan Ancol”. Graindo Khasanah
Ilmu, Jakarta, 2007.

You might also like