Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Investment is the driving force of a country's economy. The state's obligation to regulate
investment is due to the complexity of the nature of investment and has an impact on many
aspects, ranging from land, labor, capital, taxation and other aspects. The principle of
"national treatment" as the basic principle of TRIMs/GATT has been adopted in UUPM.
Against this principle in its application should also pay attention to the welfare of the people,
where the State's right in making an investment rule for the greatest purpose of people's
prosperity and do not turn off investors coming from within the country itself. Impact in the
application of the principle of "national treatment" in the Capital Market Law provides fresh
angina for the Inventor from abroad. However, in competition between the recipient country
of Investment, in the case of licensing of UUPM regulates the licensing mechanism, so before
the investor does business, he / she is obliged to obtain the permit. The permit is obtained
through one-door integrated services. The one-stop integrated service aims at assisting
investors in obtaining ease of services, fiscal facilities, and information on investments,
conducted by authorized institutions or agencies.
Abstrak
Investasi merupakan penggerak roda ekonomi suatu negara. Kewajiban negara mengatur
investasi dikarenakan kompleksitas sifat penanaman modal serta memiliki dampak terhadap
banyak aspek, mulai dari masalah pertanahan, tenaga kerja, permodalan, perpajakan dan
pelbagai aspek lainnya. Prinsip “national treatment” sebagai prinsip dasar TRIMs/GATT
telah diadopsi dalam UUPM. Terhadap prinsip ini dalam penerapannya haruslah juga
memperhatikan kesejahtaraan rakyat, dimana hak Negara dalam membuat suatu aturan
investasi untuk tujuan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dan jangan mematikan investor
yang berasal dari dalam negari sendiri. Dampak dalam penerapan prinsip “national
treatment” dalam UUPM memberikan angina segar bagi Inventor dari luar negeri. Namun,
dalam persaingan antara Negara penerima Investasi, dalam hal perizinan UUPM mengatur
mekanisme perizinan, jadi sebelum investor melakukan kegiatan usaha, ia wajib memperoleh
izin. Izin tersebut diperoleh melalui pelayanan terpadu satu pintu. Pelayanan terpadu satu
pintu tersebut bertujuan membantu penanam modal dalam memperoleh kemudahan
pelayanan, fasilitas fiskal, dan informasi mengenai penanaman modal, yang dilakukan oleh
lembaga atau instansi yang berwenang.
173
Al’Adl, Volume IX Nomor 2, Agustus 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
174
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
2
www.hukumonline.com, Edisi 15 Maret
2017.
175
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
176
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
177
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Penanaman Modal”.5 Pertama, prinsip “(1) Without prejudice to other rights and
obligations under GATT 1994, no Member
“National Treatment” dalam TRIMs
shall apply any TRIM that is inconsistent
adalah, bahwa tidak ada tindakan with the provision of Article III or Article
XI of GATT 1994.
diskriminasi bagi penanam modal di
(2) An illustrative list of TRIMs that are
negara-negara anggota GATT. Herman inconsistent with the obligation of national
treatment provided for in paragraph 4 of
Mosler, hakim pada Mahkamah
Article III of GATT 1994 and the
Internasional menjelaskan unsur-unsur obligation of general elimination of
quantitative restrictions provided for in
penting yang terkandung dalam prinsip
paragraph 1 of Article XI of GATT 1994 is
“National Treatment” adalah: contained in the Annex to this Agreement.”
a. Adanya kepentingan lebih dari satu
Berkaitan dengan mekanisme
negara;
perdagangan bebas multilateral, prinsip ini
b. Kepentingan tersebut terletak di
melarang negara-negara anggota
wilayah dan termasuk yuridiksi
GATT/WTO menerapkan kebijakan yang
suatu negara;
menyebabkan diskriminasi perlakuan
c. Negara tuan rumah harus
antara produk impor dengan produk buatan
memberikan perlakuan yang sama
sendiri. Dengan kata lain negara-negara
baik terhadap kepentingannya
anggota memiliki kewajiban untuk tidak
sendiri maupun terhadap
memperlakukan produk-produk impor
kepentingan negara lain yang
secara berbeda dengan kebijakan terhadap
berada di wilayahnya;
produk-produk yang sama buatan dalam
d. Perlakuan tersebut tidak boleh
negeri.7 Ruang lingkup berlakunya prinsip
menimbulkan keuntungan bagi
ini juga berlaku terhadap semua
negara tuan rumah sendiri dan
diskriminasi yang muncul dari tindakan-
merugikan kepentingan negara
tindakan perpajakan dan pungutan-
6
lain.
pungutan lainnya. Prinsip ini berlaku pula
Dalam Article II of TRIMs
terhadap perundang-undangan, pengaturan
mengenai National Treatment dan
dan persyaratan-persyaratan hukum yang
QuantitativeRestrictions menyebut-kan:
dapat mempengaruhi penjualan,
5
Mahmul Siregar, “Perdagangan pembelian, pengangkutan, distribusi atau
Internasional dan Penanaman Modal”, Medan,
Universitas Sumatera Utara Sekolah Pascasarjana, penggunaan produk-produk di pasar dalam
2005, hlm. 67-93.
6
Herman Mosler, The International Society as
7
a legal Community, Sijtihoff & Nordhoff, USA, http://www.meti.go.jp/English/report/gct0002
1980, hlml. 255. e.pdf, diakses tangal 15 Maret 2017.
178
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
negeri. Prinsip ini juga memberikan dan WTO, ditambah pula ketentuan yang
perlindungan terhadap proteksionisme berkaitan dengan AFTA.”9
179
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
180
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
181
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
bidang-bidang lain. Akan tetapi, pada proses (process) yang diperlukan untuk
pihak lain penanaman modal asing itu menunjukkan hukum dalam kenyataan”. 17
sendiri tidak dapat diintensifkan, sebelum
sarana dan prasarana (infrastruktur), Berdasarkan pandangan yang
administrasi Negara dan pendidikan tenaga
dikemukakan oleh para ahli hukum di atas,
kerja Indonesia belum disempurnakan”.
tampak bahwa adanya suatu undang-
Dalam kesempatan lain
undang tidak otomatis akan berjalan
dikemukakan juga oleh C.F.G. Sunaryati
dengan sendirinya, akan tetapi harus
Hartono, bahwa:
diikuti dengan pranata hukum lainnya.
“Perubahan undang-undang saja tidak akan
Namun juga harus disadari bahwa
membawa perbaikan, apabila tidak disertai
oleh perubahan yang searah di bidang berjalannya penegakan hukum tidaklah
peradilan, rekrutmen pada pendidikan
semata-mata tergantung kepada aparat
hukum, reorganisasi birokrasi,
penyelarasan proses mekanisme kerja, yang menjalankannya, akan tetapi juga
modernisasi segala sarana dan prasarana
dipengaruhi oleh budaya hukum yang
serta pengembangan budaya dan perilaku
hukum masyarakat yang mengakui hukum dianut oleh masyarakat.18
sebagai sesuatu yang sangat diperlukan
Oleh karena itu, hal yang harus
bagi pergaulan dan kehidupan masyarakat
dan bernegara yang damai, tertib dan diperhatikan dalam rangka
sejahtera. Ekonomi sangat erat dengan
mempromosikan Indonesia sebagai salah
kesejahteraan dan pelayanan public. Untuk
itu baik hukum maupun ekonomi harus satu Negara tujuan investasi yang
tunduk pada asas good governance atau
kompetitif dibandingkan dengan Negara
asas-asas penyelenggaraan pemerintahan
yang baik (algemenen beginselen van lain, memberikan jaminan adanya
behoorlijk bestuur).16
kepastian hukum berinvestasi di Negara
Pendapat senada juga dikemukakan ini.
oleh Soediman Kartohadiprodjo: Perlu kiranya dikemukakan disini,
“Efektivitas produk peraturan perundang- bahwa jaminan kepastian hukum yang
undangan dalam penerapannya
dimaksud tidak semata-mata adanya
memerlukan perhatian akan lembaga-
lembaga dan prosedur yang diperlukan undang-undang yang berkaitan dengan
dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu,
investasi, akan tetapi bagaimana
pengertian hukum yang memadai tidak
hanya memandang hukum itu sebagai pelaksanaan undang-undang tersebut dan
suatu perangkat kaidah dan asas-asas yang
17
mengatur kehidupan manusia dalam Soediman Kortohadiprodjo, Hukum
masyarakat, akan tetapi harus pula Nasional Beberapa Catatan, Bandung, Binacipta,
1980, hlm. 13.
mencakup lembaga (institutions) dan 18
Ifrani, Penerapan Undang-Undang Tindak
Pidana Korupsi Tehadap Tindak Pidana dibidang
Kehutanan, Jurnal Hukum Al’Adl Volume VIII
16
Ibid, hlm. 317. Nomor 3, September-Desember 2016, hlm. 68.
182
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
183
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
hukum mampu menciptakan stability, dalam negeri dengan barang impor dan
predictability dan fairness. Dua hal yang mengarah kepada pengurangan terhadap
pertama dalah prasyarat bagi system kesejahteraan ekonomi.23 Dengan
ekonomi saja untuk berfungsi. Termasuk persaingan yang adil antara produk impor
dalam fungsi stabilitas (stability) adalah dan produk dalam negeri, maka terjadi
potensi hukum untuk menyeimbangkan perbaikan kinerja pada produksi dalam
dan mengakomodasikan kepentingan- negeri untuk lebih efisien sehingga dapat
kepentingan yang saling bersaing. bersaing dengan produk impor, sedangkan
Kebutuhan hukum untuk meramalkan bagi konsumen hal ini akan lebih
(preadictability) akibat dari langkah- menguntungkan karena memungkinkan
langkah yang diambil khususnya penting konsumen memperoleh barang yang lebih
bagi negeri yang sebagian besar rakyatnya baik dan harga yang lebih wajar. Dalam
untuk pertama kali memasuki hubungan- perspektif lain disebutkan bahwa justru
hubungan ekonomi melampaui lingkungan tindakan yang demikian dapat
social yang tradisional. Aspek keadilan menyebabkan kurangnya minat investor
(fairness), seperti perlakuan yang sama dan untuk menanamkan modalnya, karena
standar pola tingkah laku pemerintah berkurangnya keleluasaan investor untuk
adalah untuk menjaga mekanisme pasar mengambil keputusan bisnis yang lebih
22
dan mencegah birokrasi yang berlebihan. bebas.
Dengan demikian bahwa prinsip Agreement on TRIMs pada Article
“National Treatment” ini menghindari II pada prinsipnya melarang semua
diterapkannya peraturan-peraturan yang persyaratan penanaman modal yang tidak
menerapkan perlakuan diskriminatif yang konsisten dengan Article III GATT 1994
ditujukan sebagai alat untuk memberikan tentang National Treatment, namun tidak
proteksi terhadap produk-produk buatan dijelaskan secara tegas bentuk-bentuk
dalam negeri. Tindakan yang demikian ini persyaratan penanaman modal yang
menyebabkan terganggunya kondisi dipandang tidak konsisten dengan prinsip
persaingan antara barang-barang buatan “National Treatment”. Hanya saja dalam
22
Erman Rajagukguk, “Hukum ekonomi
Artice II.2 Agreement on TRIMs
Indonesia memperkuat persatuan nasional. disebutkan bahwa persyaratan penanaman
Mendorong pertumbuhan ekonomi dan memperluas
kesejahteraan social. Dalam seminar pembangunan modal yang dilarang adalah tindakan-
hukum nasional VIII, Bali 14-18 Juli 2003 Buku 3
Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen
23
Kehakiman RI, Jakarta, 2004, hlm. 252-256. Ibid, hlm. 3
184
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
185
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
186
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
187
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Hal lain, yang harus dilakukan adalah banyak menimbulkan kecemasan dan rasa
mendatangi calon-calon investor asing ke tidak menentu bagi penanaman modal27
negaranya. Hal ini berarti perlu strategi Berkaitan dengan ketentuan
baru untuk mempromosikan Indonesia investasi seperti yang dikemukakan di atas
sebagai Negara tujuan investasi.26 Untuk agaknya tidaklah bila dikemukakan disini
itu, perlu disiapkan peta investasi yang bahwa ketentuan investasi yang menjadi
memuat peluang apa saja yang ada bagi acuan para investor adanya aturan yang
calon investor; ketentuan investasi yang jelas seperti yang dikemukakan oleh John
komprehensif sehingga dapat dijadikan W. Head sebagai berikut:
pegangan bagi para calon investor jika ia “Dua perkembangan penting di tahun-
tahun belakangan ini berkaitan dengan
ingin menanamkan modalnya di Indonesia
hukum penanaman modal asing yakni: 1.
dan adanya kepastian hukum. kecendrungan umum membuat peraturan
nasional tentang penanaman modal asing
Sebagaimana yang dikemukakan
semakin serupa. Kecendrungan semacam
oleh Sumantoro dalam rangka lebih ini pada tahun 1970-an banyak Negara di
dunia memberlakukan larangan keras
mendapatkan iklim penanaman modal
terhadap masuknya modal asing. Namun
yang lebih menarik, penyelenggaraan pada tahun 1990-an terjadi perubahan
secara dramatis yang disebabkan oleh dua
pengaturan hukum dan perundang-
alasan utama yakni pertama adanya krisis
undangan di bidang penanaman modal dan hutang yang membuat perekonomian dari
banyak Negara berkembang mengalami
peraturan-peraturan yang mempunyai
kehancuran di awal tahun 1980-an
keterkaitan dengan penanaman modals memaksa mereka untuk menurunkan
hambatan penanaman modal asingnya.
secara mantap, lengkap dan memberi
Kedua jatuhnya Uni Soviet di tahun 1990
kepastian berikut ketentuan-ketentuan dan sejalan dengan itu bergerk dari
perencanaan ekonomi pusat ke Indonesia
pelaksanaannya yang efektif sangat
pasar membuat peraturan penanaman
memegang peranan penting. Salah satu modal lebih bebas lagi 2. Membuat
peraturan penanaman modal asing
yang menghambat iklim investasi adalah,
internasional dan seusai dengan standar
terletak pada tidak tepatnya minimum internasional tertentu. Hal ini
ditandai dengan selesainya putaran
penyelenggaraan kebijakan dan peraturan
Uruguay pada awal tahun 1990-an yang
di bidang penanaman modal, sehingga memasuk-kan masalah perdagangan
dikaitkan dengan investasi (trade related
investment measurements TRIMs).
26 Menurut ketentuan (perjanjian) ini setiap
UNCTAD tahun 2003 tentang ranking FDI,
Indonesia masuk urutan ke 138 dari 140 negara
anggota peserta WTO harus menahan diri
yang disurvei pada tahun 1998-2001, yang dilansir
27
dalam www.unctad.or. Dengan tajuk “world Sumantoro, Kerjasama Patungan dengan
investment report 2003” diakses 17 Maret 2017. Modal Asing, Bandung, Alumni, 1984, hlm. 671.
188
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
189
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
190
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
191
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
192
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
193
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017 ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Makalah
Hikmahanto Juwana, “Prospek Investasi
Asing di Daerah dalam
Menyongsong Berlakunya Undang-
Undang Investasi Baru” Makalah
dalam seminar nasional, yang
diselenggarakan oleh FH Trisakti
Elips, Jakarta 22 Juli 2002.
Yati Nurhayati, Perdebatan Antara Metode
Normatif dan Metode Empirik
Dalam Penelitian Ilmu Hukum
Ditinjau Dari Krakter, Fungsi, dan
Tujuan Ilmu Hukum, Jurnal
Hukum Al’Adl Volume V Nomor
10 Juli-Desember 2013.
Internet
www.unctad.or. Dengan tajuk “world
investment report 2003” diakses 17
Maret 2017.
www.Hukumonline.com. Edisi 15 Maret
2017.
M Sadeli, 2017, Iklim Investasi dan
Undang-undang baru dalam kolom
sadli dalam, www.pacific net, akses
3 Juni 2017.
http://www.meti.go.jp/English/report/gct00
02e.pdf. diakses tangal 15 Maret
2017.
194