You are on page 1of 10

J.Tek.Ling Vol. 7 No. 2 Hal.

180-189 Jakarta, Mei 2006 ISSN 1441 – 318X

UPAYA MITIGASI PENCEMARAN LAUT DENGAN


ARTIFICIAL WETLANDS
Sabaruddin Wagiman Tjokrokusumo

Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan


Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Abstract

Indonesia is an archipelago country which has coastline up to 81 000 km


with rich and bountiful wetlands, especially coastal wetlands. Wetland
areas estimated is more than 40.5 millions hectare, including mangrove
forest around 6.3 millions hectare. As world environmental condition is
degraded, Indonesia marine and coastal environments have been
experienced degradation, especially mass fish killed incident quite often
occurred in water environments due to eutrophiocation. This incidence
has lead to productive coastal and marine environments to become
hypoxia, means that this is a process of declining oxygen content in the
water column due to organic matter or organic chemicals in water
environment were accumulated in coastal and merine environments. Most
scientist precited that this conditions was occurred because of mangrove
forest was degraded and already convert to other uses, especially for
shrimp pond produvtion and industrial development. World scientist has
praised that mangrove forest is the place to be traditional shrimp pond
location in years. Scientifically this traditional shrimp pond has praticed
and applied ecotechnological approach for increasing stable shrimp
production in Indonesia. However, this method has been changed lately
for booming Indonesian shrimp export due to Indonesia economic
development. Therefore, this paper proposed and elaborated the
important and function of wetlands for not only economic development but
also conserve and mitigate artificial wetlands ecosystem as a whole
ecosystem for social, environmental and economic development in the
future. This paper is also clarify the important of artificial wetlands in
coastal and marine landscape.

Key words:: coastal wetlands, conserve and mitigate, Artificial-wetlands.

1. PENDAHULUAN (approaching an era of diminishing


resources). Namun demikian menurut
Indonesia adalah suatu Negara Mitsch and Jorgensen(1) bahwa tidak hanya
kepulauan (maritime country) yang telah Indonesia yang mengalami hal seperti itu
mendekati suatu era dimana sumberdaya tetapi juga dunia telah mendekati suatu era
alamnya terus menurun secara drastis dimana sumberdaya alamnya terus

180 Upaya Mitigasi Pencemaran......... J. Tek. Ling. PTL-BPPT. 7 (2): 180-189


menerus dikuras dan akhirnya mendekati dan sawah. Lahan basah Indonesia dikenal
suatu era penurunan sumberdaya sebagai kawasan yang mempunyai
(diminishing life support systems). kekayaan hayati “biodiversity” yang terkaya
Pertumbuhan penduduk Indonesia rata-rata di dunia, sehingga disebut sebagai
masih bertahan pada kisaran 2,5 persen “Indonesian wetland megabiodiverity”.
per tahun. Diperkirakan pada tahun 2010 Mangrove dunia yang luasnya mencapai 18
penduduk Indonesia akan mencapai 250 juta hektar tersebar 35% di daratan Asia
juta jiwa, dengan perkiraan pertumbuhan atau seluas 6,3 juta hektar khususnya di
sebesar 1,8% per tahun. Memang betul Southeast Asia(3) .
bahwa sebagai Negara kepulauan dengan
jumlah pulau sekitar 17 508 pulau dan Oleh karena itu lahan basah
panjang garis pantai sekitar 81 000 km mempunyai arti yang sangat penting bagi
serta 2/3 wilayahnya berupa perairan laut, masyarakat Indonesia, dimana lahan basah
Indonesia masih memiliki potensi berfungsi sebagai sistem penyangga
sumberdaya pesisir dan laut yang sangat kehidupan (life support systems), sebagai
besar(2) . Namun kita jangan berbangga hati sumber air, sumber pangan, dan menjaga
karena dengan tekanan penduduk yang “biodiversity”, serta akhir-akhir ini sering
besar, maka wilayah yang tadinya kurang disebut sebagai pengendali iklim global.
diminati seperti lahan basah (wetlands) baik Menyadari akan pentingnya baik secara
di wilayah pesisir (payau dan asin) maupun struktur maupun fungsi lahan basah secara
lahan basah air tawar terus dikejar orang lokal, nasional, regional dan internasional,
untuk digunakan sebagai lahan industri maka perlu adanya upaya pengelolaan
atau kegiatan lainnya. Karena wetlands lahan basah secara bijaksana, tepat,
dianggap lahan yang tidak mempunyai nilai terpadu dan berkelanjutan (sustainable
ekonomi, istilahnya kalau orang Jakarta development).
mengatakan bahwa lahan basah
merupakan “tempat jin buang anak” yaitu
Menurut Mitsch and Gosselink (4)
suatu tempat yang menakutkan,
menjijikkan, dan tempat bercokolnya bahwa wetlands merupakan ekosistem
berbagai macam penyakit utama tropis yang penting di dunia karena wetlands
yang paling terkenal sangat mematikan berguna sebagai “sources, sinks and
yaitu “malaria”. Lahan basah (wetlands) transformers” dari berbagai macam jenis
bahan kimia, biologis dan genetika. Oleh
sudah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh
manusia dan ditemukan dimana saja mulai karena itu werlands disebut juga sebagai
“the kidney of the landscape” untuk fungsi
dari wilayah tropika hingga tundra, kecuali
Antartika. Berbagai macam kultur yang diperankannya dalam siklus
orang/bangsa telah lama beradaptasi hydrologis dan kimia dan juga sebagai
dengan wetlands, dan mereka hidup secara penerima limbah dari berbagai macam
harmonis dengan lahan basah (wetlands). sumber baik alami maupun akibat ulah
manusia. Telah ditemukan bahwa wetlands
Asia khususnya orang/bangsa Indonesia
dalam upaya menunjang kehidupan dan dapat mampu membersihkan limbah cair,
mencegah banjir, dan melindungi pesisir
pembangunan bangsa dan negaranya
memanfaatkan lahan basah untuk dan dapat pula berfungsi sebagai
pengimbuh air tanah (aquifers). Namun
kebutuhan hidupnya. Indonesia mempunyai
lahan basah yang terluas di Asia (40,5 juta yang paling unik dan paling penting adalah
hektar), yang terdiri dari rawa air tawar, wetlands dapat berfungsi sebagai habitat
berbagai macam varietas flora dan fauna.
rawa gambut, muara sungai, hutan bakau
serta ekosistem lainnya seperti dataran Menurut Costanza et al. (5) bahwa wetlands
mempunyai nilai pelayanan ekosistem yang
lumpur dan pasir, terumbu karang dan
dataran rumput laut atau “sea grasses”. paling tinggi ($14.785/Ha./Tahun) diantara
berbagai macam ekosistem lainnya di
Disamping itu Indonesia juga banyak
mempunyai ekosistem badan air lainnya dunia, walaupun jumlahnya sedikit namun
(aquatic ecosystems), seperti sungai, mampu memberikan nilai yang hampir
sama dengan nilai lahan pangan (lihat
danau, waduk dan situ serta kolam, tambak

Tjokrokusumo. S. W., 2006 181


Tabel 1). Mungkin inilah yang dikatakan wetlands di Indonesia. Mungkin yang perlu
bahwa wetlands mempunyai ekosistem dianut atau menjadi referensi dalam
yang sangat produktif. Sedangkan yang pengklasifikasian wetlands adalah definisi
berada di urutan kedua adalah danau dan yang dikeluarkan oleh Konvensi Ramsar
sungai dengan nilai $8.498/Ha./Tahun. Dan tahun 1971 yang merupakan lembaga
yang berada diurutan ketiga adalah pesisir acuan dalam persoalan pengelolaan dan
dengan nilai $4.052/Ha./Tahun. Jadi perlindungan wetlands di dunia.
memang ternyata bahwa Indonesia memiliki
sumberdaya alam yang bernilai tinggi 2. DEFINISI DAN KLASIFIKASI LAHAN
secara ekonomi maupun secara ekosistem, BASAH
apabila apa yang diperhitungkan dan
digambarkan oleh Costanza et al.(5)
memang benar adanya. Mudah-mudahan Istilah atau definisi lahan basah
dengan memperhatikan nilai-nilai ekologis secara formal bagi para ilmuwan sangat
tersebut bangsa Indonesia menyadari sulit karena lebih dari 50 definisi lahan
dengan sesungguhnya bahwa lahan basah basah yang dipergunakan di dunia dan
(wetlands) merupakan sumberdaya alam disamping itu lahan basah yang
yang sangat berguna sebagai sumber digolongkan tidak membentuk suatu grup
penghidupan dimasa yang akan datang. struktur yang koheren yang berhubungan
dengan terbentuknya lahan basah
Tabel 1 Intisari Nilai Rata-rata Global tersebut. Istilah lahan basah pertama kali
Pelayanan Ekosistem per Tahun(5) . diperkenal kan menggambarkan
beberapa wilayah yang ditemukan
disekitar pinggiran danau dan tanah-tanah
Luas Total Total Nilai tergenang yang kerapkali tertutup dengan
Bioma Area Nilai Secara
(Ha.x10 per Ha. Global tumbuhan atau vegetasi yang sangat lebat
6
) ($/Ha. ($/Ha.x109) atau rapat. Kemudian belakangan
/tahun)
1.Laut maritime: 36 302 577 20 949 dimasukan badan air yang dangkal dan
-Lautan terbuka 33 200 252 8 381 berukuran kecil seperti situ dan setelah itu
-Pesisir 3 102 4 052 12 568 akhirnya danau dan juga estuari serta
2.Daratan: 15 323 804 12 319
-Hutan 4 855 969 4 706
pantai masuk kedalam kategori lahan
-Hutan tropika 1 900 2 007 3 813 basah. Menurut Konvensi Ramsar yang
3.Wetlands 330 14 785 4 879 pertama kali terbentuk pada tahun 1971 di
4.Danau/sungai 200 8 498 1 700 Iran, lahan basah adalah lahan rawa,
5.Lahan pangan 1 400 92 128
6.Urban 332 - - payau, gambut, dan perairan baik buatan
Total Dunia 51 625 - 33 268 maupun alami, tetap atau sementara
dengan kondisi air tergenang atau mengalir,
Namun menurut Mitsch and apakah itu tawar atau payau maupun asin
Gosselink(4) bahwa wetlands masih termasuk juga wilayah perairan laut yang
merupakan teka-teki bagi para ilmuwan, kedalamannya tidak lebih dari 6 meter pada
karena wetlands sangat sulit didefinisikan waktu air surut. Sehingga definisi tersebut
secara tepat, tidak hanya karena wetlands mencakup wilayah terumbu karang dan
tersebar luas secara geografis tetapi juga padang lamun di darah pesisir, dataran
disebabkan keragaman kondisi hidrologis lumpur, hutan bakau, muara, sungai, rawa
dimana mereka ditemukan. Wetlands air tawar, hutan rawa dan danau termasuk
kerapkali ditemukan pada pertemuan rawa dan danau bergaram.Sedangkan
diantara ekosistem daratan (terrestrial definisi lainnya menganggap bahwa lahan
ecosystems) dengan ekosistem akuatika basah adalah suatu ekoton yang
(aquatic ecosystems). Oleh karena itu merupakan daerah peralihan antara
definisi lahan basah sangat perlu untuk lingkungan daratan dan lingkungan perairan
diperjelas, agar tidak terjadi kesalah- dimana tanah yang tergenang atau jenuh
fahaman dan menimbulkan perbedaan air menyebabkan berkembangnya suatu
dalam pendataan dan penggolongan vegetasi yang khas (6, 7, 8) .

182 Upaya Mitigasi Pencemaran......... J. Tek. Ling. PTL-BPPT. 7 (2): 180-189


Karena kedua definisi tersebut, maka (8) Sawah pasang surut, sawah tadah
timbul suatu keinginan untuk hujan, sawah irigasi dan sawah lebak,
mengembangkan suatu klasifkasi yang (9) Tambak
sangat mendasar berdasarkan pada (10) Kolam/tambak garam.
struktur dan terbentuknya lahan basah
(“wetlands”) tersebut berdasarkan 3. PERAN, NILAI DAN FUNGSI WET-
originalitasnya, apakah itu suatu saluran LANDS DALAM BENTANG ALAM
kanal atau sebuah kolam, apakah itu
merupakan suatu lembah yang terdepresi
Lahan basah merupakan ekosistem
atau hanya dataran banjir. Namun demikian
dalam mendefinisikan tidak boleh diartikan yang sangat produktif dan oleh karena itu
mempunyai manfaat penting yang banyak
secara kaku, namun tetap pada konsep
yang bersifat fundamental yaitu sesuatu bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup
yang mampu untuk memisahkan antara lainnya. Keberadaan lahan basah akan
lahan basah yang berair mengalir (lotic) memberikan berbagai keuntungan dan
dengan lahan basah yang tergenang kepentingan bagi masyarakat, industri dan
pertanian.
(lentic).

Menurut Davies et al. (11) , manfaat


Menurut Konvensi Ramsar lahan
basah diklasifikasikan berdasarkan pola lahan basah (wetlands) dapat dibagi
Dugan (1990) (9) , yaitu: menjadi 3 bagian besar yaitu:

(1) Lahan basah berair asin yang terdiri (1) sebagai jasa, yaitu sebagai contoh
lahan basah berfungsi dalam pengisian
dari kawasan laut, kawasan muara,
kawasan laguna dan kawasan air tanah dan pengendali banjir,
berdrainase internal berair asin, (2) sebagai barang, yaitu berkaitan dengan
(2) Lahan basah berair tawar yang terdiri penggunaan lahan basah itu sendiri
dari kawasan sungai, kawasan danau, maupun lahan basah sebagai tempat
untuk menghasilkan sesuatu, seperti
dan kawasan rawa,
(3) Lahan basah buatan yang terdiri dari tempat untuk mengumpulkan kayu atau
untuk tempat penelitian, dan
kawasan budidaya perikanan,
pertanian, ladang garam, bekas galian, (3) sebagai atribut dan estetika, yaitu lahan
basah memiliki keindahan alam dan
tepat pengelolaan limbah, daerah
penampungan air, dll. kepentingan bagi tempat upara
keagaman.
Berdasarkan Howe et al. (10) , dalam
bukunya berjudul “Manual of Guidelines Menurut Denny (8) lahan basah
merupakan ekosistem yang sangat
for Scoping EIA in Tropical Wetlands”,
Indonesia membagi lahan basah (wetlands) mendekati ekosistem hutan tropika dan
kedalam 10 tipe lahan basah yaitu: atau bahkan melebihi produktifitasnya
ekosistem lahan pertanian pangan. Sebagai
gambaran ada beberapa contoh dari lahan
(1) Rawa yang meliputi hutan rawa gambut basah di Afrika, dimana rawa-rawa di Afrika
dan hutan rawa non gambut, lebak menghasilkan Papyrus (sejenis tumbuhan
(dataran banjir) dan non lebak, yang digunakan dalam pembuatan kertas)
(2) Hutan bakau atau hutan rawa air sekitar 100 ton/ha/tahun, dan Typha spp.
payau, (sejenis tumbuhan yang digunakan untuk
(3) Terumbu karang, pembuatan bahan kerajinan atau tali)
(4) Padang lamun, sekitar 30-70 ton/ha/tahun. Adalagi
(5) Danau, situ, telaga, kolam, danau tumbuhan yang mengapung di permukaan
buatan atau bendungan, air mungkin menghasilkan 40 ton/ha/tahun.
(6) Muara sungai, estuary Tumbuhan yang tergelam (submerged
(7) Sungai, batang, air, way, wei, sei, dan macrophytes) juga sangat produktif seperti
kolam sungai, Potamogeton, dimana dilaporkan

Tjokrokusumo. S. W., 2006 183


menghasilkan biomasa sekitar 40 4. FUNGSI WETLAND SEBAGAI
ton/ha/tahun. Sebagai perbandingan PENGENDALI PENCEMARAN
daerah lahan pertanian pangan dan
perkebunan seperti perkebunan tebu hanya Fungsi wetlands memang banyak
menghasilkan 63 ton/ha/tahun dan tepung sekali dalam kaitannya dengan bentang
maizena (jagung) sekitar 60 ton/ha/tahun, alam, dimana wetlands dijuluki sebagai “the
dimana untuk mencapai hasil seperti ini kidney of the landscape”, yaitu wetlands
diperlukan input yang besar dalam investasi berfungsi sebagai ginjalnya bentang alam
untuk pupuk, pestisida dan penyediaan air yang mampu membersihkan kotoran atau
irigasi. racun yang mengalir dalam saluran air atau
sungai atau ekosistem perairan (urat nadi
Secara terinci fungsi wetlands dapat bentang alam). Oleh karena itu, fungsi
dibagi menjadi sebagai berikut: wetlands dalam kaitannya dengan
pengendali pencemaran adalah sebagai
(1) Sumberdaya air, dimana lahan basah berikut:
sering digunakan sebagai sumber air
rumah tangga, industri, dan pertanian. 1. Pengatur aliran air, yaitu untuk
Sesuai dengan pertumbuhan penyimpanan air dan memperlambat
penduduk, permintaan produksi air aliran air,
terus meningkat darti tahun ke tahun. 2. Mencegah intrusi air asin, baik untuk air
Air minum yang disalurkan selama tanah maupun untuk air permukaan,
tahun 1991 mencapai 989 juta m3 atau 3. Pelindung terhadap bencana alam, yaitu
naik sebesar 29,28% dibandingkan untuk penahan badai, ombak dan
tahun 1990(12) . Sedangkan menurut tsunami,
data dari WRI(13) , pada tahun 1987 4. Pengendap lumpur hasil erosi dan
Indonesia mempergunakan air kegiatan lainnya, serta racun,
sebanyak 16.590 juta m3. Air tersebut 5. Penambat unsur hara,
dipergunakan untuk keperluan rumah 6. Penambat racun,
tangga sebanyak 13%, industri
sebanyak 11% dan pertanian sebanyak Ke-enam peran tersebut merupakan
76%, satu kesatuan yang diemban oleh wetlands
(2) Pengatur aliran air, yaitu untuk dalam memelihara lingkungan atau
penyimpanan air dan memperlambat kemampuannya dalam melakukan atenuasi
aliran air, polusi limbah baik yang dikeluarkan oleh
(3) Mencegah intrusi air asin, baik untuk air industri maupun lainnya, baik “point source”
tanah maupun untuk air permukaan, maupun “non-point source”. Ada beberapa
(4) Pelindung terhadap bencana alam, faktor yang berperan dalam ekosistem
yaitu untuk penahan badai, dan wetlands, yaitu hidrologi, flora-fauna dan
tsunami, “substrate” dimana flora-fauna tumbuh dan
(5) Pengendap lumpur hasil erosi dan berkembang.
kegiatan lainnya, serta racun,
(6) Penambat unsur hara,
(7) Penambat racun, Banyak tumbuhan air yang tumbuh
(8) Sumberdaya alam in situ dan ex situ, di lahan basah yang dapat menimbun
logam berat pada jaringannya sampai
(9) Penghasil energi,
(10) Sarana transportasi, 100.000 kali konsentrasi air
disekelilingnya(14) . Banyak diantaranya juga
(11) Sumber plasma nutfah,
(12) Habitat kons ervasi,, mengandung bahan-bahan pengikat logam
(13) Rekreasi dan pariwisata, berat dan karenanya berperan dalam
(14) Kepentingan sosial budaya, menawarkan racun logam, seperti eceng
(15) Sarana penelitian dan pendidikan, dan gondok (Eichhornia crassipes), Typha
latifolia, Kaso (Phragmites australis)
(16) Memelihara proses-proses dan system
alami. semuanya berhasil digunakan untuk
mengolah limbah dari kawasan

184 Upaya Mitigasi Pencemaran......... J. Tek. Ling. PTL-BPPT. 7 (2): 180-189


pertambangan yang mengandung logam didisain untuk mengambil manfaat atau
berat dalam konsentrasi tinggi sepeeti keuntungan dari proses-proses yang telah
cadmium, merkuri, nikel, tembaga, seng, berhasil selama ini yang terjadi pada
dan vanadium. Menurut Maltby (15) bahwa lingkungan lahan basah alami untuk
rawa Cypress di florida Amerika Serikat mengolah dan membersihkan air limbah
ternyata mampu mengurangi kandungan yang telah terpolusi. Mekanisme
nitrogen hingga 98% dan fosfor hingga 97% bagaimana hal tersebut dapat terjadi adalah
dari air yang semula melewatinya sebelum sebagai berikut:
akhirnya air tersebut memasuki air tanah.
Di India yaitu kota Kalkuta memanfaatkan (1) mengendapkan bahan partikel
lahan basah untuk mengolah air limbah tersuspensi,
rumah tangga, lalu kompleks lahan basha (2) menyaring dan mengendapkan bahan
ini digunakan untuk budidaya perikanan kimia melalui proses kontak antara air
dengan hasil 2,4 ton/Ha/tahun, dan juga air dengan bahan substrat dan sampah
limbah ini digunakan untuk mengairi lahan (litter),
sawah dengan produksi 2 ton/Ha/tahun(16) . (3) melaksanakan proses transformasi
Begitu efisien dan ekonomisnya proses kimia,
pemurnian air oleh ekosistem wetlands, (4) melakukan proses adsorpsi dan
maka dibuatlah lahan-lahan basah buatan pertukaran ion pada permukaan
di berbagai belahan dunia. tanaman, substrat, sediment dan
serasah sampah (litter),
5. TEKNIK-TEKNIK ARTIFICIAL (5) menghancurkan, mentransformasi dan
WETLANDS mengambil polutan dan hara dengan
menggunakan bantuan mikroorganisme
Manfaat wetlands untuk tujuan dan tanaman,
pengendap sedimen, penambat unsur hara (6) memanfaatkan proses rantai makanan
dan penambat racun telah dikembangkan (food chain process) dan siklus hidup
oleh para ahli untuk tujuan memperbaiki pathogen secara alami.
kualitas air akibat aktivitas industri yang
terus meningkat tanpa adanya usaha untuk Artificial wetlands adalah semua
menurunkan limbah yang sesuai dengan wetlands yang secara sengaja diciptakan
baku mutu lingkungan, dan bahkan banyak untuk menggantikan habitat alam sebagai
industri yang membuang limbahnya ke suatu keharusan dalam rangka
sungai begitu saja tanpa adanya instalasi menurunkan tekanan limbah yang begitu
pengolahan limbah yang memadai dalam besar dilepaskan oleh industri ke perairan
rangka memperkecil polutan bahan kimia alam, dan menurut kategori di Amerika
yang beracun dan sulit terdegradasi. Dalam Serikat, ekosistem ini termasuk dalam
rangka meningkatkan kemampuan alam kategori lahan perairan bukan pengolah air
untuk mengasimilasi limbah, maka limbah. Oleh karena itu, menurut
dilakukanlah usaha-usaha konservasi lahan Hammer(17) , artificial wetlands harus
basah dan mitigasi pencemaran lahan direncanakan, didisain, dikonstruksi, dan
perairan baik perairan laut asin maupun dimonitor secara hati-hati.
perairan daratan yang tawar melalui
artificial wetlands. Artificial wetlands adalah Ada beberapa komponen yang harus
suatu sistem rekayasa Teknologi diperhatikan dalam membuat atau
(engineered wetlands) yang didisain dan merestorasi artificial wetlands, yaitu air,
dikonstruksi menggunakan/ memanfaatkan tanah, dan vegetasi atau tanaman(17) .
kemampuan proses-proses alami seperti Disamping komponen tersebut diatas,
kemampuan berbagai macam vegetasi, dalam mendisain artificial wetlands harus
berbagai macam jenis tanah, dan berbagai diperhatikan 5 (lima) zona yang dimiliki oleh
macam flora fauna serta berbagai macam setiap jenis wetlands, yaitu zona “inlet”,
mikroba yang berasosiasi dengan zona air dalam, zona litoral, zona makrofita,
ekosistem lahan basah. Artificial wetlands dan zona “outlet”. Namun yang terpenting

Tjokrokusumo. S. W., 2006 185


dalam membuat atau menciptakan artificial dan mengkonservasi sumberdaya air di
wetlands harus digarsikan terlebih dahulu India, yang kemudian ia berhasil membuat
tujuan dari pembuatan artificial wetlands sebuah buku kecil berjudul “Vetiver Grass:
tersebut. Ada beberapa tipe wetlands yang A Hedge Against Erosion”. Kemudian
dirancang berdasarkan tujuan dilaporkan oleh Srisatit dan Sengsai (18)
pembuatannya, antara lain adalah sebagai bahwa vetiver grass mampu mereduksi
berikut: Chromium (Cr) dalam artificial wetlands
sebesar 89,29%. Namun demikian
(1) Wetlands yang dirancang khusus untuk disamping bermanfaat untuk mereduksi
menampung air hujan, limbah berkromium, vetiver grass juga
(2) Wetlands yang dirancang untuk mampu mencegah erosi dan biomasanya
pengolah limbah cair, dapat digunakan dan dikonversi menjadi
(3) Wetlands yang dirancang khusus untuk “essential oil production” dan bahan bakar.
rehabilitasi habitat “biodiversity”, Vetiver grass mampu tumbuh dengan
(4) Wetlands yang dirancang khus us untuk produksi tertinggi hingga 70 ton per hektar
dam di daerah pertanian (farm dam), per tahun yang dapat digunakan sebagai
dan “boiler fuel” di pembangkit regional tenaga
(5) Wetlands yang dirancang untuk tempat listrik sekala kecil. Nilai kalorinya
rekreasi dan keindahan. dibandingkan dengan bensin 4 ton bahan
daun kering sama dengan 1 ton bensin (fuel
oil). Diperkirakan biaya untuk memproduksi
Oleh karena itu, dalam membangun 4 ton bahan daun kering adalah US$40
artificial wetland harus dipersiapkan dan atau sama dengan US$10/ton. Tambahan
dilakukan perencanaan tahapan kerja
pula Mahisarakul et al. (19) melaporkan
secara sistematis, layaknya membagun bahwa Vetiver grass juga mampu meredam
sebuah bendungan dalam hal pekerjaan
kandungan logam dalam air lindi tempat
tanah dan bangunan. Ditambah dengan pembuangan sampah di Thailand dan
adanya persiapan untuk penanaman
dapat digunakan sebagai tanaman untuk
tanaman vegetasi khas wetlands. tujuan phytoremediasi. Dari berbagai
macam kegiatan penelitian di Australia
Adapun tahapan pekerjaan dalam dilaporkan oleh Ash dan Truong (20) bahwa
merancang dan membangun sebuah vetiver grass sangat effektif untuk
artificial wetlands adalah sebagai berikut: menghilangkan “nutrient loads” pada
kolam pembuangan limbah yang ditanami
(1) Mendefinisikan Tujuan dengan vetiver grass dalam sebuah
(2) Koordinasi, Konsultasi Publik, Izin, “floating pontoons”. Hart et al. (21) juga
Minta Nasihat dan Bantuan melaporkan bahwa “septic tank effluent
(3) Seleksi dan Evaluasi Lahan hydroponic vetiver treatment” sangat
(4) Rekayasa Disain (Design engineering) membantu untuk menghilangkan
(5) Rekayasa Konstruksi (Construction kontaminasi nitrat untuk mengurangi polusi
engineering) air tanah (mitigating gorund water
(6) Seleksi Tanaman dan Penanaman pollution by septic tank effluents). Percy
(7) Operasi, dan Perawatan serta dan Truong(22) juga melaporkan bahwa
Pemantauan limpasan air lindi TPA (landfill leachate
run-off) dapat dihilangkan kandungan
6. SUKSES STORY PENGGUNAAN logam berat dan kadar garam serta hara-
WETLANDS nya dengan menggunakan vetiver yang
ditanam pada tempat pembuangan air lindi
TPA. Dari pengalaman di China dilaporkan
Vetiver grass (Vetiveria zizanioides oleh Xia et al.(23) bahwa vetiver grass yang
L. Nash) merupakan tanaman rumput yang ditanam sebagai wetland yang mengalir
digunakan pertama kali oleh Prof John secara vertikal (vertical flow wetlands)
Greenfield dari New Zealand pada tahun mampu secara efektif mengolah limbah cair
1980-an untuk mencegah terjadinya erosi pabrik pengolahan minyak yang

186 Upaya Mitigasi Pencemaran......... J. Tek. Ling. PTL-BPPT. 7 (2): 180-189


mengandung konsentrasi tinggi bahan Friendly Aquaculture” (MFA) di 5 negara
organic dan inorganic dan mampu Asia yang berumur sangat tua dan telah
menurunkan kandungan ammonia sebesar lama di aplikasi adalah tradisional
97,7%; COD sebesar 78,2%; BOD sebesar “HongKong “gei wai” dan Indonesia
91,4% dan minyak (oil) sebesar 95,3%. “tambak”, namun Vietnam’s “Shrimp-
mangrove farms” telah secara luas
Disamping infromasi yang telah dipraktekkan tersebar di seluruh Vietnam
disampaikan diatas, sistem budidaya hingga luasnya mencapai ribuan hektar.
perikanan pesisir pantai dengan Namun pilihan jenis dan species tanaman
menggunakan hutan mangrove telah sangat menentukan keberhasilan system
banyak dilakukan di Asia, dari mulai istilah terpadu ini. Menurut Mitsch et al. (29) , bahwa
“gei wai” dari Hong Kong dan “tambak” di sungai dan saluran air lainnya selalu tidak
Indonesia yang dilakukan oleh pemerintah banyak terpengaruh dengan besarnya
Indonesia dalam menerapkan konsep “nutrient loading”, tetapi dalam banyak
“silvofisheries” yaitu menggabungkan kasus justru wilayah laut dan pesisir yang
usaha perikanan tambak udang dengan berdampak besar karena semua aliran
penanaman mangrove. Ternyata kegiatan sungai akhirnya akan kelaut dan akibatnya
serupa juga terdapat di Vietnam yang banyak wilayahj perairan laut dan pantai
mencampur usaha perikanan tambak mengalami proses eutrofikasi. Sebagai
udang dengan tanaman mangrove, contoh terjadi di wilayah Gulf of Mexico (30) ,
demikian juga di Philipina dengan istilah di Laut Baltic (31) , di laut Adriatic (32) , dan
“aquasilviculture” dan di Malaysia dengan Laut Hitam (33) , serta Teluk Jakarta(34) .
istilah “mangrove pens”. Teknologi seperti Sementara itu Ronnback (2002) (35)
ini telah banyak dievaluasi oleh mengatakan bahwa industri aquakultur
Primavera(24) (2000) dalam bentuk merupakan industri yang banyak berperan
keharmonisan atau konflik kepentingan dalam mempercepat terjadinya proses
kebutuhan akan hubungan saling eutrofikasi. Diusulkan agar industri
menguntungkan antara mangrove dengan aquakultur harus merubah teknik budidaya
flora fauna yanag ada didalamnya. Dan tambak untuk memperbaiki lingkungan agar
kemudian disadari bagaimana keberadaan industri aquakultur dapat berkelanjutan
mereka berdampak terhadap fungsi berdasarkan aspek ramah lingkungan. Ada
sebagai sumberdaya dasar, seperti hasil dua tipe system produksi yang disarankan
hutan perikanan) dan sebagai regulator yaitu (1) tambak terpadu yang bersifat
atau fungsi ekologis seperti tempat asuhan, ekstensif yang telah lama dipraktekkan
zona pelindung, resiklus hara, dan habitat selama beratus -ratus tahun (“Indonesian
binatang liar. tambak dan Gei wai HongKong”), dan (2)
system tertutup yang intensif yang
membuat petani tambak mampu
Semua kegiatan ini merupakan mengontrol lebih baik lingkungan
sumbangan terbesar mereka terhadap
pertambakannya.
hilangnya hutan mangrove di wilayah
pesisir pantai. Di Vietnam total hutan
mangrove yang dikonversi untuk 7. KESIMPULAN DAN SARAN
pertambakan mencapai 102 000 Ha dari
tahun 1983-1987(25) , di Thailand kehilangan (1) Diketahui sejak lama bahwa wetlands
hutan mangrove mencapai 203 600 Ha (26) . mempunyai kemampuan untuk
Disamping itu juga wabah konversi hutan mengurangi beban pencemar yang
mangrove juga melanda Amerika Latin, dilakukan oleh factor alam maupun
yaitu lebih kurang 75% dari 100 000 Ha kegiatan manusia.
tambak udang di Honduras menggunakan (2) Wetlands sudah sejak lama pula
hutan mangrove (27, 28) . sangat harmonis dengan kehidupan
manusia karena mampu memberikan
Diantara 6 tipe system budidaya daya dukung yang tinggi bagi
perikanan pesisir pantai dan laut “Mangrove kehidupan dan penghidupan manusia.

Tjokrokusumo. S. W., 2006 187


(3) Kegiatan manusia menyebabkan 7. Cowardin, l.M., Carter, V., Gollet, F.C.,
terdesaknya wetlands alami yang and LaRoe, E.T. 1979 Classification of
tersedia dikonversi untuk berbagai Wetlads and Deept Water Habitats of
keperluan dan kepentingan, dan the United States. US Fish & Wildlife
akhirnya rusak dan bahkan hilang Service Pub. FSW/OBS-79/31,
termakan oleh usia. Washington D.C., USA.
(4) Perlu adanya usaha untuk merubah 8. Denny P. 1985. The Ecology and
sikap atau paradigma dalam Management of African Wetland
memanfaatkan wetlands sebagai “life Vegetation. Dr W. Junk, Dordrecht.
support system” karena wetlands tidak 9. Dugan (1990).
saja memberikan manfaat untuk 10. Howe, C.P., Claridge, G.F., Hughes, F.,
kehidupan manusia tetapi juga mampu and Zuwendra (1991). Manual of
mencegah terjadinya “coastal disaster” Guidelines for Scoping EIA in tropical
dan menciptakan “marine pollution Wetlands. PHPA/AWB Sumatra
mitigation”. Wetland Project report No.5
(5) Untuk memulihkan kembali wetlands PHPA/AWB, Bogor.
yang telah rusak perlu adanya usaha 11. Davies et al. (1995).
untuk memperbaiki dan memperbanyak 12. BPS (1992).
jumlah wetlands (“creating artificial 13. WRI (994).
wetlands”) yang ada dibentang alam 14. Lakshman, G. (1987). Ecotechnological
karena wetlands memberikan opportunities for aquatic plants-a
keuntungan ganda bagi kehidupan survey of utilization options. In Reddy,
manusia baik sebagai “life support K.R. and Smith, W.H. (eds) “Aquatic
system” maupun sebagai “the kidney of Plants for Water Treatment and
the landscape” resource Recovery. Magnolia
Publishing Inc., Florida, USA.
DAFTAR PUSTAKA 15. Maltby, E. (1986). Waterlogged Wealth:
Why Waste the World’s Wet Places?
International Institute for Environment
1. Mitsch, W.J. and S.E. Jorgensen 1989. and Development, London.
Introduction to ecological engineering. 16. Ghosh, D. dan Sen, S. (1987).
In Mitsch and Jorgensen (eds.) Ecological history of Calcuta’s Wetland
“Ecological Engineering: Introduction to
Conversion. Environmental
Ecotechnology”. A Wiley -Interscience Conservation 14(3):219-226.
Publication, John Wiley & Sons. New
17. Hammer, D.A. (1992). Creating
York, USA. Freshwater Wetlands. Lewis
2. Bengen, D.G. 2004. Perspektif dampak Publishers, Chelsea, MI, USA.
ekologi reklamasi di wilayah pesisir. 18. Srisatit, T. and Sengsai, W. (2003).
Departemen Kelautan dan Perikanan, Chromium removal efficiency by
di Jakarta 14-15 Juni 2004.
Vetiveria Zizanioides and Vetivera
3. Spalding, M., Blasco, F., dan Field, C. Nemoralis in constructed wetlands for
1997. World Mangrove Atlas.
tannery post-treatment wastewater.
International Society for Mangrove The 3rd International Conference on
Ecosystems, Okinawa, japan, 178p.
Vetiver and Exhibition (ICV-3) in
4. Mitsch and Gosselink (1980). Guangzhou, China, 6-9 October 2003.
Wetlands. 19. Mahisarakul, J., Topungtium, S.,
5. Costanza, R. et al., 1997. The value of
Srisaichua, S., Lekkong, P.,
the world’s ecpsystem services and Chamraskul, P., and Chaichaaum, R.
natural capital. Nature 387:253-260.
(2003). The use of vetiver grass to
6. Worthington, E.B. 1976. The Conervation rehabilitate city garbage leachate by
of Wetlands in Africa In Proceedings of
isotop techniques. The 3rd International
The Symposium on the Okavango Conference on Vetiver and Exhibition
Delta and Its Future Utilization. (ICV-3) in Guangzhou, China, 6-9
Bostwana Society, Gaborone.
October 2003. Guangdong Aacademy

188 Upaya Mitigasi Pencemaran......... J. Tek. Ling. PTL-BPPT. 7 (2): 180-189


of Agricultural Sciences in association 25. Tuan, M.S. (1997). Building up the
with South China Institute of Botany, strategy for mangrove management in
Chinese Academy of Sciences and Vietnam, pp. 244-255. Proceedings of
South China Agricultural university and Ecotone V, Community Participation in
Guangdong Association of Grass Conservation, Ssustainable Use and
Industry and Environment. Rehabilitation of Mangroves in
20. Ash R., and Truong, P. (2003). The use Southeast Asia. UNESCO, Japanese
of vetiver grass wetlands for sewerage Man and the biosphere National
treatment in Australia. The 3rd Committee and Mangrove Ecosystem
International Conference on Vetiver Research Centre, Vietnam.
and Exhibition (ICV-3) in Guangzhou, 26. Menasveta, P. 1997Mangrove
China, 6-9 October 2003. Guangdong destruction and shrimp culture systems.
Aacademy of Agricultural Sciences in World Aquacultur. 28(4):36-42.
association with South China Institute 27. Skladany, M. and Harris, C.K. 1995 On
of Botany, Chinese Academy of global pond: international development
Sciences and South China Agricultural and commondity chains in the shrimp
university and Guangdong Association industry, pp. 171-189 In McMichael, P.
of Grass Industry and Environment. (ed.) “Food and Agrarian Orders in the
21. Hart, B., Cody, R., and Truong, P. World Economy. Green Wood Press,
(2003). Hydroponic Vetiver treatment of Connecticut, USA.
post septic tank effluent. The 3rd 28. DeWalt, B.R., Vergne, P., and Hardin,
International Conference on Vetiver M. 1996 Shrimp aquaculture
and Exhibition (ICV-3) in Guangzhou, development and the environment:
China, 6-9 October 2003. Guangdong people, mangrove and fisheries on the
Aacademy of Agricultural Sciences in gulf of Fonseca, Honduras. World
association with South China Institute development 24:1193-1208.
of Botany, Chinese Academy of 29. Mitsch et al. 2001.
Sciences and South China Agricultural 30. Rabalais, N.N., Turner, R.E., Justic, D.,
university and Guangdong Association Dortch, Q., and Wiseman W.J. (1999).
of Grass Industry and Environment. Characterization of Hypoxia: Topic I.
22. Percy, I. and Truong, P. 2003. Landfill Decision Analysis Series no.15.
leachate disposal with irrigated Vetiver 31. Larson, U.R., Elmgren, R., and Wulff,F.
grass. The 3rd International Conference (1985). Eutrophication and the Baltic
on Vetiver and Exhibition (ICV-3) in Sea: Cause and consequences. Ambio
Guangzhou, China, 6-9 October 2003. 14:9-14.
23. Xia, H., Ke, H., Deng, Z., Tan, P., and 32. Faganeli, J., Avcin, A., Fanuko, N.,
Liu S. 2003. Ecological effectiveness of Malej, A., Turk, V., Tusnik, P., Vriser,
vetiver constructed wetlands in treating B., and Vukovic, A. (1985). Bottom
oil-refined wastewater. The 3rd Layer Anoxia in the Central Part of the
International Conference on Vetiver Gulf of Trieste in the late Summer of
and Exhibition (ICV-3) in Guangzhou, 1983. Marine Pollution Bulletin 16:75-
China, 6-9 October 2003. Guangdong 78.
Aacademy of Agricultural Sciences in 33. Tolmazin, R. (1985). Changing coastal
association with South China Institute oceanography of the Black sea I: North-
of Botany, Chinese Academy of western shelf. Progress in
Sciences and South China Agricultural Oveanography 15:2127-2176.
university and Guangdong Association 34. BPLHD (2004).
of Grass Industry and Environment. 35. Ronnback, P. (2002). Environmentally
24. Primavera, J.H. (2000). Integrated Sustainable Shrimp Aquaculture.
Mangrove -Aquaculture Systems in Swedish Society for Nature
Asia, In Integrated Coastal Zone Conservation, March 2002.
Management. Autumn ed., pp.121-130.

Tjokrokusumo. S. W., 2006 189

You might also like