You are on page 1of 6

Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 3, No.

3, Desember
Astuti dan2016
Mulyaningsih, Peran Perawat sebagai Educator ... 183
DOI: 10.26699/jnk.v3i3.ART.p183-188

PERAN PERAWAT SEBAGAI EDUCATOR MEMPENGARUHI


KEPATUHAN KONSUMSI OBAT ANTIRETROVIRAL (ARV) BAGI
PASIEN HIV/AIDS DI KLINIK VCT RSUD Dr. MOEWARDI
(Nurse Role As Educator Affected the Compliance of Antiretroviral
(ARV) Consumption For Patients with HIV/AIDS in the VCT Clinic
of Dr. Moewardi Hospital)

Danik Astuti dan Mulyaningsih


Stikes ‘Aisyiyah Surakarta
email: ningsih.solo@gmail.com

Abstract: HIV/AIDS is a global matter, it threatens the world including Indonesia. Antiretroviral (ARV)
is a therapy which patients have to consume medicine for their life, antiretroviral (ARV) therapy is able
to make relieved to ODHA (HIV/AIDS patient) and family. Nurse participation is most needed by pa-
tients in doing therapy process. The aim of this study was to know and analyze the correlation of nurses
as educator by the compliance of antiretroviral medicine consumption to HIV/AIDS patients in VCT
clinic of Dr. Moewardi hospital. This research used cross sectional approach. The research subjects
were HIV/AIDS patients which undergone antiretroviral (ARV) therapy in VCT clinic of Dr. Moewardi
hospital by 65 respondents as sample. The research instruments used questionnaire and follow-up card.
The data analysis used chi square test. Result;Univariat analysis outcome was known by most of respon-
dents to perceive nurses participation as educator in good category (58,5%) and most of them are
obedient in consuming antiretroviral (ARV) medicine (52,3%). Bivariat analysis outcome was the chi
square score to significant extend 5% as 6,665 by value 0,010 and odd ratio (OR) as mush as 3,846 CI
95% (1.354-10.922). There was significant correlation between nurses as educator and the compliance
of antiretroviral (ARV) medicine consumption in VCT clinic of Dr. Moewardi hospital.

Keywords: nurses participation, obedience, patient

Abstrak: Masalah HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan global yang mengancam dunia termasuk
Indonesia. Terapi antiretroviral (ARV) merupakan terapi yang dijalankan pasien dengan mengkonsumsi
obat seumur hidup mereka, adanya terapi antiretroviral (ARV) merupakan payung peneduh bagi ODHA
dan keluarga. Peran serta perawat sangat dibutuhkan oleh pasien dalam menjalani terapi. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa hubungan perawat sebagai educator dengan kepatuhan
konsumsi obat antiretroviral (ARV) bagi pasien HIV/AIDS di klinik VCT RSUD Dr. Moewardi. Desain
penelitian dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian adalah pasien HIV/AIDS yang melakukan
terapi antiretroviral (ARV) di klinik VCT RSUD Dr. Moewardi dengan sampel sebanyak 65 responden.
Instrumen penelitian berupa kuisioner dan kartu follow-up. Teknik analisa data menggunakan uji chi
square. Hasil analisa univariat diketahui sebagian besar responden mempersepsikan peran perawat sebagai
educator dalam kategori baik (58,5%) dan sebagian besar responden patuh dalam mengkonsumsi obat
antiretroviral (ARV) (52,3% ). Hasil analisa bivariat diperoleh nilai chi square untuk taraf signifikan 5%
sebesar 6,665 dengan value 0,010 dan odd ratio (OR) sebesar 3,846 CI 95% (1.354 -10.922). Kesimpulan; ada
hubungan yang signifikan antara peran perawat sebagai educator dengan kepatuhan konsumsi obat
antiretroviral (ARV) di klinik VCT RSUD Dr. Moewardi.

Kata Kunci: peran perawat, kepatuhan, pasien

183
184 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 3, Nomor 3, Desember 2016, hlm. 183–188

Masalah HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan adalah 95,6% (27.134 orang) menggunakan lini 1
global yang mengancam dunia termasuk Indonesia. dan 4,5% (1.249 orang) menggunakan lini 2. Data
Masalah yang berkembang sehubungan dengan tahun 2015 di klinik VCT terdapat 192 penderita
penyakit HIV dan AIDS adalah angka kejadian dan HIV/AIDS dan ODHA yang melakukan terapi
kematian yang masih tinggi. Saat ini tidak ada negara ARV sebanyak 187 penderita. Dari 187 penderita
yang terbebas dari masalah HIV/AIDS. Meskipun yang patuh mengkonsumsi obat antiretroviral seba-
telah dicapai berbagai kemajuan di bidang kedok- nyak 167 penderita sedangkan yang tidak patuh
teran dan farmasi, serta telah dilakukan berbagai sebanyak 20 penderita (Kementrian RI, 2015).
upaya pencegahan primer maupun sekunder, tetapi Hasil wawancara mendalam dan observasi
angka kesakitan dan kematian tetap tinggi sebagian besar tingkat kepatuhan ODHA minum
(Nasronudin, 2014). obat ARV adalah >95%. Hal ini disebabkan adanya
Angka kematian tertinggi di Indonesia salah dukungan dari keluarga (orang tua dan suami),
satunya adalah masalah HIV/AIDS. Sejak tahun teman, Manager kasus dan faktor motivasi dalam
2005 sampai September 2015 terdapat kasus HIV diri ODHA seperti untuk tetap hidup dan melakukan
sebanyak 184.929 yang didapat dari laporan layanan aktifitas dengan baik. Hasil penelitian ini menun-
konseling dan tes HIV. Jumlah kasus HIV tertinggi jukkan bahwa dengan adanya kunjungan manajer
yaitu di DKI Jakarta (38.464 kasus), diikuti Jawa kasus selama 3 sampai 4 kali kunjungan menunjuk-
Timur (24.104 kasus), Papua (20.147 kasus), Jawa kan kepatuhan minum obat>95% (Yuniar, 2013).
Barat (17.075 kasus), dan Jawa Tengah (12.267 Hasil penelitian Afidah (2013) mengatakan
kasus). Sementara kasus AIDS sampai September bahwa perawat diharapkan dapat mengoptimalkan
2015 sejumlah 68.917 kasus. Sampai September perannya sebagai yaitu dengan memberikan infor-
2015 kasus AIDS terbesar di 381 (77 persen) dari masi yang dibutuhkan oleh pasien, menjadi penghu-
498 kabupaten/kota di seluruhprovinsi di Indonesia. bung antara pasien dan tim kesehatan lain, membela
Di Surakarta kasus HIV AIDS selalu mengalami hak-hak pasien dan melindungi pasien dari tindakan
kenaikan setiap tahunnya. Dan pada tahun 2015 yang merugikan perawat atau tim kesehatan lain
mencapai 1.738 kasus. Tingginya angka penderita seharusnya dapat memberikan sasaran mengenai
HIV/AIDS di Kota Surakarta tersebut menduduki pengobatandan proses kesembuhannya. merugikan.
peringkat kedua setelah Kota Semarang (Kemenkes, Saran yang diberikan dapat mengurangi kecemasan
2015). yang dialami pasien sehingga dapat menunjang
Upaya pemerintah yang telah dilakukan untuk keberhasilan pengobatan selanjutnya.
menurunkan angka penderita HIV/AIDS yaitu me- Hasil penelitian Hapsari (2013) menunjukkan
lalui terapi antiretroviral. Terapi tersebut merupakan jumlah responden dengan kategori tidak mendapat-
terapi yang dijalankan pasien dengan mengonsumsi kan peran perawat sebagai educator dengan baik
obat seumur hidup mereka. Untuk menekan peng- sebanyak 48 responden (64,0%) dan jumlah res-
gandaan (replikasi) virus di dalam darah, tingkat obat ponden dengan kategori mendapatkan pelaksanaan
antiretroviral harus selalu di atas tingkat tertentu. peran perawat sebagai educator dengan baik
Pemberian terapi ARV tidak serta merta diberikan sebanyak 27 responden (36,0%). Hasil penelitian
begitu saja pada penderita yang dicurigai tetapi perlu pada 75 pasien menggambarkan sebagian besar
mempertimbangkan berbagai faktor dari segi pe- reponden belum mendapatkan peran perawat seba-
ngetahuan, kemampuan, kesanggupan pengobatan gai educator. Perawat pada dasarnya memiliki tiga
jangka panjang, resistensi obat, efek samping, jang- peran dalam melaksanakan tugasnya. Peran
kauan memperoleh obat, serta saat yang tepat untuk mandiri, peran tergantung dan peran kolaborasi
memulai terapi. Dengan semakin dekat dan mudah- merupakan peran perawat dalam memberikan
nya antiretroviral (ARV) dijangkau masyarakat, pelayanan kesehatan pada pasien.
maka langkah mantap dari pemerintah tersebut me- Hasil penelitian Hapsari (2013) menunjukkan
rupakan payung peneduh bagi ODHA dan keluarga bahwa hampir 50% responden menilai peran
(Nasronudin, 2007). perawat sebagai educator dalam kategori tidak baik.
Data ODHA di Indonesia yang mendapatkan Faktor lain yang mempengaruhi peran perawat
pengobatan ARV sampai dengan bulan Maret 2014 sebagai educator adalah kondisi pasien, kebudayaan
sebanyak 25.817 orang. Sebanyak 96% orang dewasa pasien, bahasa yang digunakan pasien sehari-hari
dan 4% anak-anak. Sedangkan pemakaian rejimennya dan kesiapan pasien/keluarga dalam menerima
pengajaran dari perawat.
Astuti dan Mulyaningsih, Peran Perawat sebagai Educator ... 185

Berdasarkan dari hasil wawancara dengan pa- Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa dari
sien yang melakukan terapi antiretroviral di dapatkan 65 responden sebanyak 38 responden (58,5%)
hasil 5 dari 10 responden diantaranya menjawab mempersepsikan peran perawat sebagai educator
peran perawat kurang baik dalam memberikan pela- dalam kategori baik.
yanan. Dan dari 10 responden didapatkan hasil 6 Dalam menjalankan peran educator perawat
diantaranya menyatakan tidak patuh dan 4 diantara- membantu pasien untuk meningkatkan kesehatan-
nya patuh. 3 dari responden mengatakan tidak patuh nya melalui pemberian pengetahuan terkait dengan
karena perawatnya kurang care dalam memberikan keperawatan dan tindakan medis yang diterima se-
pelayanan. hingga pasien atau keluarga dapat menerima tang-
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah gung jawab terhadap hal-hal yang diketahuinya
diuraikan di atas maka rumusan masalah yang dite- Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hapsari
tapkan yaitu apakah ada hubungan peran perawat (2013) faktor yang dapat mempengaruhi peran pera-
sebagai educator dengan kepatuhan konsumsi obat wat sebagai educator adalah kondisi pasien, kebuda-
antiretroviral (ARV) bagi pasien HIV/AIDS di klinik yaan pasien, bahasa yang digunakan pasien sehari-
VCT RSUD Dr. Moewardi. Penelitian dilakukan hari dan kesiapan pasien/keluarga pasien dalam
untuk mengetahui hubungan peran perawat sebagai menerima pengajaran dari perawat. Hal ini didukung
educator dengan kepatuhan konsumsi obat oleh pernyataan Erickson yang mengatakan bahwa
antiretroviral (ARV) bagi pasien HIV/AIDS di klinik hal yang dapat mempengaruhi peran perawat seba-
VCT RSUD Dr. Moewardi. gai educator di rumah sakit adalah bahasa dan
kebudayaan pasien.
BAHAN DAN METODE Hasil penelitian Hapsari (2013) menunjukkan
Penelitian ini merupakan penelitian dengan bahwa 50% responden menilai peran perawat seba-
pendekatan cross sectional. Metode penelitian ini gai educator kategori tidak baik. Ada faktor lain yang
adalah analitik dimana mencoba mencari hubungan mempengaruhi pelaksanaan peran perawat sebagai
antara variable dan seberapa besar hubungan antara educator antara lain usia, pendidikan, lama kerja,
variabel yang ada. Lokasi penelitian di ruang pengetahuan dan sikap mengambil bagian penting
voluntary counseling and testing (VCT) RSUD yang biasa mempengaruhi pelaksanaan peran pera-
Dr. Moewardi. Populasi yang digunakan dalam wat sebagai educator di rumah sakit. Perawat seba-
penelitian ini adalah seluruh pasien HIV/AIDS yang gai educator di rumah sakit mempunyai peran dan
melakukan terapi antiretroviral (ARV) di VCT tanggung jawab yang besar.
RSUD Dr. Moewardi sebanyak 187 pasien. Sampel
yang digunakan sebanyak 65 responden dengan Kepatuhan Konsumsi Obat Antiretroviral
teknik pengambilan sampel accidental sampling. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kepatuhan Konsumsi
Instrumen yang digunakan berupa lembar kuisioner Obat Antiretroviral (ARV) Bagi Pasien HIV/
dan kartu follow up pasien. Data yang dikumpulkan AIDS Di Klinik VCT RSUD Dr. Moewardi
dalam penelitian ini adalah data primer dan data
No Kepatuhan f %
sekunder.Teknik analisa penelitian menggunakan Konsusmsi
teknik analisa univariat dan analisa bivariat dengan ARV
uji Chi Square. 1 Patuh 31 47,7
2 Tidak Patuh 34 52,3
HASIL PENELITIAN Total 65 100
Perawat Sebagai Educator
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa dari
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Peran Perawat Sebagai 65 responden sebanyak 34 responden (52,3%)
Educator Di Klinik VCT RSUD Dr. Moewardi patuh dalam mengkonsumsi obat antiretroviral
No Peran perawat f % (ARV).
sebagai educator Obat antiretroviral mempunyai peranan penting
1 Kurang baik 27 41,5 bagi pasien HIV/AIDS yaitu untuk memperpanjang
2 Baik 38 58,5 usia dan memperbaiki kualitas hidup Kepatuhan
Total 65 100 menggunakan obat antiretroviral merupakan moti-
vasi dari dalam diri penderita untuk tetap bertahan
186 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 3, Nomor 3, Desember 2016, hlm. 183–188

hidup, tingkat kesadaran tinggi akan fungsi dan man- teratur. Meningkatkan akses dan keterjangkauan
faat ARV serta keimanan terhadap agama/keya- biaya pemeriksaan laboratorium dan obat-obat IO
kinannya. Motivasi dari dalam diri penderita untuk (Infeksi Oportunistik). 3) meningkatkan edukasi ke
sembuh atau bertahan hidup merupakan faktor masyarakat untuk mengurangi atau menghilangkan
pendukung kepatuhan yang paling sering dinyatakan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA, mening-
oleh responden. katkan kepedulian terhadap ODHA khususnya
Menurut Nasronudin (2007) kepatuhan pasien ODHA anak-anak.
dalam mengkonsumsi obat antiretroviral dipengaruhi
oleh banyak faktor, pengelolaan dan perawatan Analisa Bivariat Hubungan peran perawat
terhadap penderita HIV/AIDS tergantung pada sebagai educator dengan kepatuhan konsumsi
kerjasama petugas kesehatan dengan pasien ke- obat antiretroviral (ARV) bagi pasien HIV/
luarga. ODHA yang mempunyai pengetahuan yang AIDS di klinik VCT RSUD Dr.Moewardi
cukup tentang HIV/AIDS, kemudian selanjutnya Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat diketahui
mengubah perilakunya sehingga akan dapat me- bahwa responden yang berpersepsi peran perawat
ngendalikan kondisi penyakitnya, sehingga penerita baik dan patuh yaitu sebanyak 25 responden
dapat hidup lebih lama. Konseling sangat dibutuhkan (38,5%). Untuk persepsi peran perawat kurang baik
untuk memberikan pengetahuan terhadap ODHA dan tidak patuh sebanyak 18 responden (27,7%).
dan penerimaan pasien terhadap sakitnya. Pengeta- Setelah dilakukan analisa dengan uji Chi Square,
huan itu meliputi pengertian tentang terapi ARV, pen- dari hasil tersebut dapat disimpulkan ada hubungan
tingnya kepatuhan terapi, efek samping yang mung- yang signifikan antara peran perawat sebagai edu-
kin terjadi serta lama, dengan pengetahuan tinggi cator dengan kepatuhan konsumsi obat antiretroviral
diharapkan ODHA menjalankan kepatuhan terapi (ARV) di klinik VCT RSUD Dr. Moewardi dengan
ARV sesuai aturan yang dianjurkan oleh dokter. value 0,010. Nilai OR 3,846 artinya bahwa peran
Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang perawat sebagai educator yang baik mempunyai
dialakukan oleh Mahardining (2012) sebagian patuh peluang 3,846 kali pasien untuk patuh mengkonsumsi
menggunakan obat antiretroviral dipengaruhi du- ARV dibandingkan dengan peran kurang baik dari
kungan dari anggota keluarga dan teman dekat me- perawat dalam memberi edukasi kepatuhan kon-
rupakan salah satu dukungan yang sangat diperlukan sumsi obat antiretroviral (ARV).
terhadap pelaksanaan terapi ARV dan berpengaruh
besar bagi ODHA untuk memacu semangat hidupnya. PEMBAHASAN
Menurut hasil penelitian Yuniar (2013) menje-
laskan bahwa faktor eksternal utama yang mening- Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil pene-
katkan kepatuhan minum ARV adalah 1) keterse- litian yang telah dilakukan oleh Lumbanbantu (2012)
diaan dan keterjangkauan obat ARV, dukungan dimana peran serta perawat sangat dibutuhkan oleh
keluarga, KDS, LSM dan tenaga kesehatan serta pasien karena dengan adanya dukungan dan peng-
destigmatisasi dan tidak boleh ada diskriminasi oleh arahan dari perawat akan memberikan semangat
teman, masyarakat dan tenaga kesehatan. 2) bagi pasien HIV/AIDS untuk menjalani terapi anti-
meningkatkan keterlibatan keluarga, KDS, LSM dan retroviral dengan patuh.
tenaga kesehatan untuk memotivasi ODHA agar Menurut Susanto (2012) perawat sebagai
hidup lebih berkualitas dan minum ARV secara educator harus memberikan pengetahuan, informasi,

Tabel 3. Hubungan peran perawat sebagai educator dengan kepatuhan konsumsi obat antiretroviral (ARV) bagi
pasien HIV/AIDS di klinik VCT RSUD Dr. Moewardi
Kepatuhan
CI 95%
Peran
perawat Tidak patuh Patuh Total OR
ρvalue Lower
sebagai f % f % f %
upper
edu cator
Kurang Baik 18 27,7 9 13,8 27 41,5 0,010 3,846 1.354
10.922
Baik 13 20 25 38,5 38 58,5

Total 34 47,7 31 52,3 65 100


Astuti dan Mulyaningsih, Peran Perawat sebagai Educator ... 187

dan pelatihan ketrampilan kepada pasien, keluarga mempengaruhi kepatuhan konsumsi obat antiretro-
pasien maupun anggota masyarakat dalam upaya viral bagi pasien HIV/AIDS.
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Menurut Asmadi (2008) Kemampuan berko-
Dalam memberikan pengetahuan atau pendidikan munikasi perawat merupakan aspek mendasar
perawat harus mampu mempengaruhi pasien agar dalam keperawatan. Perawat harus berinteraksi
dapat berperilaku atau memiliki pengetahuan dan dengan pasien selama 24 jam penuh. Interaksi
pemahaman yang sesuai dengan yang diharapkan merupakan bagian dari komunikasi. Perawat dapat
sehingga pasien dapat mempunyai semangat yang memberikan informasi/penjelasan kepada pasien,
tinggi pula untuk menjalani terapi antiretroviral membujuk dan menghibur pasien, dan menjalankan
(ARV). tugas lainnya dengan adanya komunikasi. Proses
Hasil penelitian Martoni (2013) salah satu fak- komunikasi diharapakan dapat mempengaruhi dan
tor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah meyakinkan pihak lain baik itu pasien, rekan sejawat,
pengetahuan terapi pasien. Penetahuan merupakan maupun tenaga kesehatan lain. Citra profesionalisme
faktor yang paling dominan berhubungan dengan yang baik pada perawat akan tercipta dengan ko-
kepatuhan pasien HIV/AIDS terhadap terapi ARV. munikasi yang baik pula.
Dengan adanya pengetahuan yang tinggi dari pasien Perawat harus mampu memahami psikologis
akan mempengaruhi tingkat kepatuhan yang tinggi pasien agar dapat mempengaruhi orang lain. Pera-
pula dari pasien. Dengan pengetahuan yang cukup wat harus meningkatkan sensitivitas dan kepeduli-
tentang HIV/AIDS pasien akan merubah perilaku- annya. Saat berbicara dengan orang lain perawat
nya sehingga akan dapat mengendalikan kondisi harus melakukannya dengan hati dengan kata lain
penyakitnya Selain itu pemberian pendidikan terha- perawat berkomunikasi dengan orang lain dengan
dap pasien akan mempengaruhi pengetahuan pasien menyentuh hati orang lain. Seberapa bagusnya gaya
sehingga pasien mempunyai semangat yang tinggi komunikasi perawat dan luasnya wawasan ilmu
untuk lebih patuh dalam menjalani terapi anti- pengetahuan, orang lain perlu melihat bukti atas apa
retroviral (ARV). yang disampaikan. Upaya untuk mengubah dan
Menurut Niven (2000) dan Carpentino (2009) meningkatkan profesionalisme perawat paling baik
adanya pemberian pendidikan yang aktif dari perawat dilakukan melalui pembuktian secara langsung mela-
seperti penggunaan buku-buku, leaflet, dan lembar lui peran sebagai model.
balik akan mampu meningkatkan kepatuhan pasien. Menurut Asmadi (2008) dengan adanya model
Temuan ini didukung oleh pernyataan Meichenbuan atau contoh hal ini berarti bisa membangun dukungan
& Turk, bahwa faktor yang paling berhubungan sosial dari keluarga dan teman-teman. Selain itu
dengan kepatuhan antara lain faktor sikap, keadaan kelompok-kelompok pendukung dapat dibentuk
sakit yang dirasakan, faktor lingkungan dan faktor untuk membantu kepatuhan terhadap program-
psikis. Hal ini sejalan dengan Nasronudin dan program pengobatan seperti pengurangan berat
Margarita (2007) berhasilnya pengelolaan dan badan, berhenti merokok, dan menurunkan konsumsi
perawatan terhadap penderita HIV/AIDS tergan- alkohol sehingga akan mempengaruhi pasien
tung pada kerjasama petugas kesehatan dengan tersebut.
pasien. Hasil penelitian lain dari Yuniar (2013) menje-
Fisher (1992 dalam Bastable, 2002) menge- laskan sebagian besar faktor internal utama yang
mukakan bahwa perspektif ahli farmasi terhadap meningkatkan kepatuahan minum ARV adalah moti-
pengukuran kepatuhan yang dilakukan pada vasi dari dalam diri ODHA untuk lebih berkualitas,
program pengobatan lebih efektif dengan model pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan fungsi
komunikasi untuk pendidikan yang diberikan kepada dan manfaat ARV, strategi menganggap obat seba-
pasien. Komunikasi antara perawat dan pasien/ gai vitamin atau obat biasa seperti obat darah tinggi
keluarga dalam pendidikan kesehatan sangat penting atau diabetes.
dalam memudahkan pasien dalam menerima atau Hasil penelitian ini juga menemukan fenomena,
memahami instruksi yang diberikan untuk pasien ada sebagian peran perawat baik tetapi responden
ketika berada di rumah yang dapat secara mandiri tidak patuh dalam mengkonsumsi obat antiretroviral.
menjaga atau meningkatkan kesehatannya. Komu- Ketidak patuhan ini bisa disebabkan faktor individu,
nikasi yang efektif juga akan meningkatkan kepa- seperti lama pengobatan, kondisi psikologis, dan
tuhan pada pasien. Jadi peran serta perawat sangat nutrisi yang tidak mendukung.
188 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 3, Nomor 3, Desember 2016, hlm. 183–188

Adapun faktor-faktor lain yang bisa mengham- dapat memotivasi dan mendukung demi kesem-
bat kepatuhan antara lain (Blevins & Lubkin, 1999; buhan pasien dan mengingatkan pasien untuk selalu
Hussey & Gilliland, 1989 dalam Carpenito, 2009): patuh dalam mengkonsumsi obat antiretroviral
1) penjelasan yang tidak adekuat. Penjelasan yang (ARV).
tidak adekuat dari perawat akan menjadikan pasien
semakin binggung dan tidak mengerti terhadap apa DAFTAR RUJUKAN
yang disampaikan oleh perawat. 2) perbedaan pen- Afidah. 2013. “Gambaran Pelaksanaan Peran Advokat
dapat antara pasien dan tenaga kesehatan. 3) terapi Perawat Di Rumah Sakit Negeri Di Kabupaten
jangka panjang. Obat antiretroviral merupakan jenis Semarang”.Jurnal Managemen Keperawatan–
obat yang harus dikonsumsi jangka panjang karena Vol 1, No. 2, November 2013: 124-130.
obat tersebut merupakan obat yang harus dikonsumsi Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.
seumur hidup oleh pasien dengan adanya terapi da- Bastable. 2002. Perawat Sebagai Pendidik. Jakarta: EGC.
lam jangka panjang otomatis akan menimbulkan rasa Carpentino. 2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi
Pada Praktik Klinis. Edisi 9. Jakarta: EGC.
kebosanan dari pasien tersebut sehingga akan me-
Hapsari. 2013.”Hubungan Peran Perawat sebagai
nyebabkan adanya putus obat dari pasien. 4) tinggi-
Edukator dengan Pemenuhan Kebutuhan Rasa
nya kompleksitas atau biaya pengobatan. 5) tinggi- Aman Pasien di Ruang Rawat Inap RSU dr. H.
nya jumlah dan tingkat keparahan efek samping. Koesna di Kabupaten Bondowoso”. Artikel
Menurut Nursalam dan Kurniawati (2007) Ilmiah Mahasiswa 2013.
faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan terapi Kemenkes RI. 2011. Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan
adalah malabsobsi obat, interaksi antar obat, resis- Terapi Antiretroviral Pada Orang Dewasa:
tensi virus. ARV hanya obat yang bersifat seman- Jakarta.
tara dan tidak menyembuhkan penyakit mereka. Pe- Kemenkes. 2015. Artikel Detak Unsiyah.com.
maknaan ARV sebagai vitamin membuat mereka Kurniawati, Nursalam. 2007. Asuhan Keperawatan Pada
merasa sehat seperti fungsi vitamin yaitu untuk me- Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba
Medika.
ningkatkan daya tahan tubuh. Apabila tidak ditunjang
Lumbanbantu. 2012. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan
dengan pemberian nutrisi yang baik, tingkat kepa- Dengan Kepatuhan ODHA (Orang Dengan HiV/
tuhan menurun ditambah lagi dengan efek samping AIDS) Dalam Menjalani Terapi Antiretroviral Di
yang ditimbulkannya. RSU. DR. Pirngadi Medan Tahun 2012”. Artikel
Ilmiah Mahasiswa 2012.
SIMPULAN DAN SARAN Mahardining. 2010. “Hubungan Antara Pengetahuan,
Motivasi, Dan Dukungan Keluarga Dengan
Simpulan
Kepatuhan Terapi Antiretroviral Pada ODHA”.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diurai- Jurnal Kesehatan Masyarakat.
kan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan Martoni. 2013. “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
bahwa sebagian besar responden mempersepsikan Kepatuhan Pasien HIV/AIDS di Poliklinik Khusus
peran perawat sebagai educator baik dan sebagian Rawat Jalan Bagian Penyakit Dalam RSUP dr. M.
besar responden patuh dalam mengkonsumsi obat Djamil Padang Periode Desember 2011-Maret
2012”. Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April
antiretroviral (ARV).
2013.
Berdasarkan analisis yang dilakukan diperoleh
Nasronudin. 2007. Konseling, Dukungan Perawatandan
hasil adanya hubungan peran perawat sebagai edu- Pengobatan ODHA, Universitas Airlangga:
cator dengan kepatuhan konsumsi obat antiretroviral Surabaya.
(ARV) bagi pasien HIV/AIDS di klinik VCT RSUD ________. 2014. Konseling, Dukungan Perawatan dan
Dr. Moewardi. Pengobatan ODHA. Surabaya: Universitas
Airlangga.
Saran Niven. 2002. Psikologi Kesehatan Edisi 2. Jakarta: EGC.
Susanto. 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diurai- Jakarta: Trans Info Media.
kan diharapkan perawat rumah sakit selalu mem- Yuniar, Y. 2013. Faktor-Faktor Pendukung Kepatuhan Orang
berikan semangat atau dorongan kepada pasien Dengan HIV/AIDS (ODHA) dalam Minum Obat
HIV/AIDS agar tetap semangat menjalani kehi- Antiretroviral di Kota Bandung Dan Cimahi.
dupannya dan dan selalu memberikan edukasi ke- Jurnal Kesehatan. Badan Litbangkes Bandung.
pada anggota keluarga agar dari pihak keluarga

You might also like