You are on page 1of 20

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/331318123

AKLIMATISASI HASIL EKSPLORASI DARI TAMAN NASIONAL KAYAN


MENTARANG DI KEBUN RAYA EKA KARYA BALI

Conference Paper · December 2018

CITATIONS READS

0 129

3 authors:

Dewi Lestari Gebby Agnessya Esa Oktavia


Indonesian Institute of Sciences Indonesian Institute of Sciences
14 PUBLICATIONS   1 CITATION    6 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Ni Putu Sri Asih


Indonesian Institute of Sciences
21 PUBLICATIONS   17 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Anemochory View project

Araceae View project

All content following this page was uploaded by Dewi Lestari on 25 February 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


AKLIMATISASI HASIL EKSPLORASI DARI
TAMAN NASIONAL KAYAN MENTARANG DI
KEBUN RAYA EKA KARYA BALI

Dewi Lestari*, Gebby A.E. Oktavia, Ni Putu Sri Asih


Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bali LIPI,
Candikuning, Baturiti, Tabanan, Bali 82191
*
Email: dewi016@lipi.go.id

Abstract
Acclimatization is a treatment to conditioning plant from site in
order to survive, health and well developed so that will be appointed
as plant collection in Eka Karya Bali Botanic Garden (EKBBG). This
research is aimed to observe that acclimatization process and its
success rate, that conducted in the acclimatization plot of nurseries,
begonias acclimatization house and orchids acclimatization house of
EKBBG for a year, June 2016 - June 2017. Plants are acclimatized by
adjusting planting media and environmental conditions according
to original habitat. After being sowed and planted, those plants are
observed at the end of the 2016 and June 2017. The results showed
that success rate of acclimatization is 75,02% specimens or 81.56%
accession number. Plants that have been appointed as EKBG
collection is 25,14% from survival number, while the rest is still
required further acclimatization. Deaths are dominated by species
which taken from habitats whose condition differs from EKBBG.
Keywords: Collection, Kayan Mentarang National Park, Eka Karya
Bali Botanic Garden

PENDAHULUAN
Kebun Raya Eka Karya Bali (KREKB) adalah lembaga yang
bertujuan mengkonservasi keanekaragaman tumbuhan secara ex-situ.
Koleksinya didapatkan dari hasil kegiatan eksplorasi di kawasan in-situ
seperti hutan lindung, taman nasional, cagar alam dan lain-lain. Karena
koleksi yang didapatkan merupakan tumbuhan yang dipindahkan dari
habitat aslinya, maka proses aklimatisasi menjadi kegiatan yang sangat
penting di KREKB.
Aklimatisasi adalah upaya penyesuaian atau adaptasi suatu
organisme terhadap lingkungan yang baru dimasukinya (Kusuma 2009).
Pemanfaatan Biodiversitas Tropika
2 untuk Mewujudkan Bio-Based Economy

Proses aklimatisasi di kebun raya umumnya dilakukan dalam bentuk


penanaman pada media yang sesuai, penyungkupan material tanaman,
penjarangan dalam polibag, pemupukan dan penyiraman rutin hingga
tanaman diangkat menjadi koleksi kebun (Trimanto 2013a). Proses
ini penting karena akan menentukan seberapa jauh tanaman dapat
bertahan hidup dalam kondisi yang berbeda dengan habitat asalnya. Jika
aklimatisasi berhasil, maka tumbuhan dapat diangkat sebagai koleksi dan
menambah koleksi KREKB. Oleh karena itulah dilakukan penelitian
yang bertujuan untuk mengetahui aklimatisasi tumbuhan hasil eksplorasi
dari Taman Nasional Kayan Mentarang (TNKM) yang dilakukan di
KREKB dan mengetahui seberapa besar tingkat keberhasilannya.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk
mengevaluasi proses aklimatisasi dan memberikan rekomendasi
mengenai pelaksanaan aklimatisasi tahap selanjutnya maupun eksplorasi
selanjutnya (Fiqa dan Darmayanti, 2011).

METODE
Penelitian aklimatisasi ini dilakukan di petak aklimatisasi
pembibitan, begonia dan anggrek KREKB pada Juni 2016 – Juni 2017.
Alat yang digunakan adalah alat tulis, 4 in 1 meter (anemometer, humidity,
light and type K thermometer) Lutron LM-8000A, soil pH dan kamera
digital. Sedangkan bahan yang digunakan adalah media tanam (humus,
pasir, pasir berbatu, cacahan pakis dan kadaka, sekam bakar dan serabut
kelapa), formulir A1, formulir pengamatan hasil eksplorasi, formulir
serah terima hasil eksplorasi, formulir bibit tanaman mati.
Penelitian dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap
proses aklimatisasi. Perkembangan bibit tanaman yang diaklimatisasikan
dan pencatatan data suhu, intensitas cahaya dan kelembaban udara, pH
media pada lokasi aklimatisasi juga dilakukan. Selanjutnya dilakukan
penelaahan terhadap formulir pengamatan hasil eksplorasi, formulir
serah terima hasil eksplorasi, formulir bibit tanaman mati, formulir
penanaman serta melakukan tinjauan pustaka terhadap literatur yang
terkait.
Data yang diperoleh diolah secara deskriptif, ditampilkan dalam
bentuk grafik dan tabel. Hasil akhir pengamatan diperbandingkan
dengan formulir hasil eksplorasi (A1) untuk mengetahui persentase
Pemanfaatan Biodiversitas Tropika
untuk Mewujudkan Bio-Based Economy 3
keberhasilan aklimatisasi tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Eksplorasi di Taman Nasional Kayan Mentarang memperoleh
hasil sebanyak 358 nomor (1089 spesimen) yang terdiri atas 52 famili,
2 gendup dan 105 marga (Lestari dkk, 2016). Koleksi terbanyak adalah
anggrek (126 nomor), Araceae (90 nomor) dan paku (51 nomor).
Tumbuhan tersebut diperoleh dari 2 tipe hutan, yaitu hutan kerangas
dan hutan hujan dataran tinggi (Lestari dkk, 2017).

Gambar 1. Proporsi habitus tumbuhan yang diperoleh dari dua tipe


vegetasi.
Sebagian besar spesimen tumbuhan tiba di KREKB dalam keadaan
masih segar, sehingga langsung dapat diaklimatisasikan tanpa perlakuan
tambahan. Kesegaran yang masih terpelihara ini diduga merupakan
efek dari cara pengambilan spesimen tanaman, penanganan spesimen
di lapangan yang tepat dan pengemasan spesimen dengan boks plastik.
Pengambilan spesimen dilakukan dengan cara menggali tanaman,
tidak dengan mencabut tanaman sehingga akarnya tidak rusak. Sebagian
tanah yang ikut terbawa pada akar dibungkus kembali dengan lumut
atau koran dan plastik untuk menjaga akar dalam keadaan lembab. Hal
ini sesuai yang dilaporkan dalam penelitian Hidayat dkk. (2017) yang
menyebutkan bahwa kelembaban tanah yang terjaga baik ini menopang
Pemanfaatan Biodiversitas Tropika
4 untuk Mewujudkan Bio-Based Economy

kesegaran tanaman selama di basecamp.


Sesampai di basecamp, spesimen direndam dengan air yang telah
dicampur dengan ZPT atonik. Tanaman kemudian diletakkan pada
lokasi yang terlindung dari sinar matahari. Atonik digunakan karena
dapat merangsang pertumbuhan akar, meningkatkan keluarnya kuncup,
pembuahan, memperbaiki kualitas hasil panen, dan mengaktifkan
penyerapan unsur hara (Kusumo, 1984). Perendaman spesimen hasil
eksplorasi dengan ZPT juga dilakukan oleh Trimanto dan Rahardianto
(2017), namun ZPT yang mereka gunakan adalah Rootone-F.
Pengemasan spesimen sangat penting dalam menjaga kesegaran
tanaman ketika dipindahkan dari lokasi eksplorasi menuju KREKB.
Penggunaan bahan kemasan yang tepat dapat mempertahankan bahan
stek tetap segar selama pengiriman (Danu dan Abidin, 2007). Spesimen
dalam proses transportasi dari TNKM menuju KREKB ini dikemas
dengan boks plastik. Boks plastik dipilih karena mampu menjaga
kelembaban spesimen dan mencegah terjadinya transpirasi yang
berlebihan. Bentuknya yang kokoh juga menghindarkan spesimen dari
benturan dan kerusakan akibat penimpaan, tidak seperti bahan kemas
lain seperti kardus.
Aklimatisasi
Terdapat 3 lokasi aklimatisasi di KREKB, yaitu rumah aklimatisasi
anggrek, rumah aklimatisasi begonia dan pembibitan. Rumah aklimatisasi
anggrek digunakan untuk aklimatisasi koleksi anggrek, sedangkan rumah
aklimatisasi begonia digunakan untuk aklimatisasi tanaman Begonia,
dan pembibitan digunakan untuk aklimatisasi koleksi tumbuhan selain
anggrek dan Begonia. Oleh karena itu, setelah dibongkar dari kemasan,
tumbuhan hasil eksplorasi disortir dan dibawa ke 3 lokasi aklimatisasi
tersebut.
Penyiapan Media
Zulkarnain (2009) melaporkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan planlet selama tahap aklimatisasi adalah
media tanam, intensitas cahaya, kelembaban dan suhu ruang. Media
penting karena merupakan salah satu faktor lingkungan yang berfungsi
menyediakan unsur hara dan air bagi pertumbuhan tanaman (Marlina
Pemanfaatan Biodiversitas Tropika
untuk Mewujudkan Bio-Based Economy 5
dan Rusnandi, 2007). Media yang sebaiknya digunakan untuk proses
aklimatisasi adalah media yang mempunyai kemampuan menahan
air yang tinggi, mempunyai aerasi yang baik sehingga memudahkan
pertumbuhan akar, tidak mudah ditumbuhi jamur dan mudah menyatu
(Hardiyati, 2015; Budisantoso, 2013). Dengan acuan tersebut, maka
media yang digunakan untuk aklimatisasi hasil eksplorasi di KREKB
adalah humus, pasir, pasir berbatu, pakis lempeng, campuran cacahan
pakis, kadaka dan arang sekam, serta campuran arang sekam dan serabut
kelapa.
Jenis media yang digunakan disesuaikan dengan jenis dan bentuk
tanaman yang akan diaklimatisasi. Hasil eksplorasi berupa biji disemai di
bak pasir. Pasir dipilih sebagai media semai biji karena memiliki drainase
yang baik, cepat mengalirkan air (Bahri & Saukani, 2017) dan bebas
patogen (Dodo & Sudarmono, 2011). Meski miskin unsur hara, namun
pasir mengandung mineral yang dibutuhkan tanaman dan baik untuk
perkembangan akar kecambah (Wiryanta, 2007). Hal ini ditunjukkan
oleh penelitian Damayanti & Helmanto (2015) yang menyatakan bahwa
biji Clausena excavata paling cepat berkecambah jika disemai di media
pasir daripada di media bioposka. Sedangkan campuran arang sekam
dan serabut kelapa dipilih sebagai media semai spora karena abu sekam
dan serabut kelapa adalah bahan organik yang remah sehingga udara, air
dan akar mudah masuk dalam fraksi dan dapat mengikat air (Irawan dan
Kafiar, 2015).
Anggrek epifit diaklimatisasi pada media pakis berbentuk
lempengan dan moss (ditempel), maupun ditanam di pot tanah dengan
media campuran cacahan pakis, kadaka, arang dan arang sekam dan
pot tanah dengan media serabut kelapa dan arang. Anggrek terestrial
diaklimatisasikan dalam pot tanah bermedia arang sekam. Pakis
mempunyai kapasitas penahan air yang tinggi, terdiri dari serabut-
serabut kaku sehingga membentuk celah mikro yang memudahkan akar
tanaman tumbuh ke segala arah dan kelebihan air dalam media dapat
mudah mengalir dan mengandung zat hara organik (Suradinata dkk,
2012). Arang kayu memiliki beberapa kelebihan di antaranya mudah
menyerap air, tidak mudah ditumbuhi cendawan, dapat bertahan lama
(BPTP, 2003), arang sekam memiliki kelebihan steril karena sudah
melalui proses pembakaran, sabut kelapa murah serta mudah didapatkan
Pemanfaatan Biodiversitas Tropika
6 untuk Mewujudkan Bio-Based Economy

(Andalasari dkk, 2014), sedangkan kadaka dapat menyimpan air dan


unsur hara cukup lama serta tidak mudah melapuk (Tirta, 2006).
Hasil eksplorasi non anggrek baik yang epifit maupun terrestrial
ditanam di polybag dengan media humus. Tumbuhan tersebut
membutuhkan nutrisi yang signifikan untuk proses adaptasinya dan
humus memenuhi kebutuhan tersebut. Koleksi non anggrek reofit
(tumbuhan yang hidup di sepanjang sungai), seperti Aridarum sp., Ooia
sp. ditanam dalam pot tanah dengan media humus berbatu kerikil. Pot
tersebut kemudian digenangkan dalam air untuk menyerupai kondisi
habitat asal dan secara rutin disiram dengan sprayer agar selalu basah dan
lembab. Untuk Nepenthes dan Rhododendron, media yang digunakan
adalah campuran media dari habitat asli dan humus. Penggunaan media
dari habitat asli dilakukan karena Febrianto dkk. (2015) menyatakan
bahwa aklimatisasi N. gracilis pada media tanah dari habitat alaminya
yang miskin hara lebih berhasil daripada menggunakan media lain.
Terakhir, hasil eksplorasi Begonia ditanam pada polybag dengan media
campuran arang sekam dan humus.

Gambar 2. Media yang digunakan pada aklimatisasi


Media yang digunakan memiliki pH yang mendekati media asal.
Media Nepenthes memiliki pH 5.5, media semai spora memiliki pH
6.3, humus memiliki pH 5,8-6. Media begonia memiliki pH 6,8. Media
sekam untuk anggrek memiliki 6,8. Pakis memiliki pH netral, serabut
kelapa memiliki pH 6,8-6,9. Campuran media sekam mentah, pakis,
kadaka, arang dan arang sekam memiliki 6,8.
Kelembaban, Cahaya dan Temperatur
Setelah ditanam pada media yang sesuai, maka faktor berikutnya
yang mempengaruhi keberhasilan aklimatisasi dan perlu dikontrol
Pemanfaatan Biodiversitas Tropika
untuk Mewujudkan Bio-Based Economy 7
adalah kelembaban, cahaya, temperatur (Izudin 2013). Cahaya, suhu
dan kelembaban tempat aklimatisasi ditingkatkan secara bertahap supaya
tanaman mampu beradaptasi dengan kondisi lapangan (Gunarsih dkk,
2016).
Kelembaban relatif yang tinggi dan intensitas cahaya yang rendah
perlu dipertahankan untuk beberapa hari pertama aklimatisasi karena
hal ini akan meningkatkan daya hidup bibit. Untuk itu, tiap rumah
aklimatisasi dipasangi paranet 70% (dipasang dobel). Naungan paranet
tersebut diharapkan akan mengurangi transpirasi dan kelebihan cahaya
yang dapat merusak molekul klorofil (Izudin, 2013). Selain itu, dilakukan
penyungkupan dengan kantong plastik bening. Sistem sungkup ini
terbukti lebih baik dan relatif murah dan mudah dalam pengerjaannya
(Izudin, 2013). Beberapa jenis tanaman yang disungkup tunggal adalah
Begonia spp., Nepenthes spp., beberapa jenis paku yang memang rentan
terhadap kekeringan serta serta spora yang disemai.

Gambar 3. Rumah aklimatisasi untuk meningkatkan daya hidup bibit


Setelah dari rumah berparanet dobel, tanaman di pembibitan
dipindahkan ke petak aklimatisasi yang diberi naungan paranet tunggal
70% dan disungkup massal. Sementara anggrek dipindah ke rumah
anggrek yang tanpa naungan. Sedangkan begonia yang sensitif terhadap
intensitas cahaya tinggi, tetap berada di rumah aklimatisasi Begonia
dengan paranet 70%, namun sungkupnya mulai dibuka. Biji dan spora
yang telah berkecambah dipindahkan ke polybag tunggal, digabungkan
dan diperlakukan sama seperti tanaman yang lain.
Selanjutnya, tanaman dipelihara dengan penyiraman sesuai
kebutuhan (dua hari sekali di musim kering dan seminggu sekali di
musim penghujan), pemupukan kimia urea dan pemisahan anakan dari
polybag yang sudah terlalu padat tanamannya.
Pemanfaatan Biodiversitas Tropika
8 untuk Mewujudkan Bio-Based Economy

Hasil Aklimatisasi
Pengamatan periode pertama (hingga akhir tahun 2016 atau
7 bulan setelah eksplorasi) menunjukkan bahwa 84,022% spesimen
tanaman berhasil tumbuh dan beradaptasi dengan kondisi lingkungan.
Spesimen yang dianggap masih dorman, biji dan spora yang belum
tumbuh masih diperhitungkan sebagai spesimen yang hidup hingga
periode ini.
Pada periode tersebut, sebagian spesimen yang bertahan hidup
bahkan mulai berbunga (6,4%). Tanaman yang mulai berbunga tersebut
antara lain anggrek, Gosong sp., Rhododendron sp. dan Ardisia sp.
(Gambar 4). Hingga awal tahun 2017, sebagian tanaman tersebut telah
diangkat sebagai koleksi, yaitu sebesar 14,8%.

Gambar 4. Tanaman hasil aklimatisasi yang telah berbunga


Hingga setahun setelah eksplorasi, jumlah spesimen yang bertahan
hidup adalah sebesar 75,02% dan jumlah no akses yang bertahan hidup
adalah sebesar 81.84%. Jumlah tanaman yang berhasil diangkat sebagai
koleksi KREKB meningkat menjadi 25,14%.
Keberhasilan proses aklimatisasi sebesar 81,84% ini lebih tinggi
dari keberhasilan aklimatisasi yang dilakukan Trimanto (2013b) dan
Trimanto dan Rahardiantoro (2017), namun kurang dari keberhasilan
aklimatisasi Fiqa dan Darmayanti (2011) yang mencapai 84,5%.
Keberhasilan ini diduga karena beberapa faktor, yaitu media tanam
dan kondisi lingkungan di lokasi aklimatisasi sesuai dengan habitat asal
tanaman di TNKM.
Kawasan yang dieksplor berada pada ketinggian 938 m dpl hingga
1290 m dpl (Lestari dkk, 2016), sesuai dengan ketinggian KREKB yang
berada di 1250 m dpl. Tingkat keasaman tanah habitat asal berada pada
pH 5-7, sesuai dengan pH media yang digunakan dalam aklimatisasi ini.
Pemanfaatan Biodiversitas Tropika
untuk Mewujudkan Bio-Based Economy 9
Tabel 1. Kondisi lingkungan di pembibitan, rumah begonia dan
rumah anggrek
RH (%) Suhu (0C) Intensitas cahaya (lux)
Pembibitan 47,5 - 85,1 22,1 – 28,6 > 205
Rumah begonia 77 – 88 20.8 - 23,2 426 – 1357
Rumah anggrek 66,3 – 67,8 22.6 – 23,2 624-753

Kematian
Hingga periode 1 pengamatan, terdapat 37 nomor akses yang mati
tanpa menyisakan satu spesimen tanaman pun (Tabel 2). Sebagian besar
yang mati adalah anggrek (45,94%). Anggrek termasuk jenis tumbuhan
yang sulit diaklimatisasikan, salah satunya adalah Goodyera sp. Trimanto
(2013) juga melaporkan kematian 3 nomor akses Goodyera sp. dari
Gunung Egon yang diaklimatisasi di Kebun Raya Purwodadi.
Tabel 2. Jenis tanaman yang mengalami kematian setelah aklimatisasi
7 bulan
No
No Jenis Tanaman Suku A B Keterangan
Kolektor
1 DL 119 Lindsaea nitida Lindsaceae 3 3 hutan dataran
Copel.* tinggi
2 DL 134 Didymochlaena Dryopteridaceae 1 8 hutan dataran
sp. tinggi
3 DL 137 Ooia sp.* Araceae 1 1 hutan dataran
tinggi
4 DL 139 Scindapsus sp. Araceae 1 0 hutan dataran
tinggi
5 DL 143 Zingiber sp. Zingiberaceae 1 0 hutan dataran
tinggi
6 DL 153 - Gesneriaceae 1 4 hutan dataran
tinggi
7 DL 330 Zingiber sp. Zingiberaceae 5 0 hutan dataran
tinggi
8 DL 173 - 1 3 hutan dataran
tinggi
9 DL 179 Dacrycarpus sp. Podocarpaceae 2 2 hutan dataran
tinggi
10 GT Begonia sp. Begoniaceae 1 1 hutan dataran
3688 tinggi
11 GT Piper sp. Piperaceae 1 4 hutan dataran
3691 tinggi
Pemanfaatan Biodiversitas Tropika
10 untuk Mewujudkan Bio-Based Economy

12 GT Calanthe sp. 1 0 hutan dataran


3693 tinggi
13 DL 181 Cibotium 1 1 hutan dataran
barometz (L.) J. tinggi
Sm.
14 DL 184 Zingiber sp. Zingiberaceae 1 0 hutan dataran
tinggi
15 DL 189 - Araceae 1 4 hutan dataran
tinggi
16 DL 193 Lindsaea scan- Lindsaceae 1 3 hutan dataran
dens Hook.* tinggi
17 DL 195 Lindsaea bouil- Lindsaceae 1 1 hutan dataran
lodii Christ* tinggi
18 DL 196 Eurycoma sp. Simaroubaceae 2 7 hutan dataran
tinggi
19 DL 202 Alocasia peltata Araceae 3 4 hutan dataran
M. Hotta* tinggi
20 DL 205 Agathis sp. Araucariaceae 3 4 hutan dataran
tinggi
21 DL 207 - Poaceae 4 0 hutan dataran
tinggi
22 DL 208 Cyathea sp. Cyatheaceae 1 4 hutan dataran
tinggi
23 DL 214 Clerodendrum 5 0 hutan dataran
sp. tinggi
24 DL 217 Globa sp.* Zingiberaceae 1 1 hutan dataran
tinggi
25 GT Thrixspermum Orchidaceae 1 0 hutan dataran
3699 sp. tinggi
26 GT Mycaranthes sp. Orchidaceae 1 0 hutan dataran
3706 tinggi
27 GT Mycaranthes sp. Orchidaceae 1 0 hutan dataran
3710 tinggi
28 GT Dendrobium sp. Orchidaceae 1 0 hutan dataran
3715 tinggi
29 GT Pholidota sp. Orchidaceae 2 3 hutan dataran
3716 tinggi
30 GT Appendicula sp. Orchidaceae 1 0 hutan dataran
3718 tinggi
31 GT Appendicula sp. Orchidaceae 1 0 hutan dataran
3721 tinggi
32 GT Dendrobium sp. Orchidaceae 1 0 hutan dataran
3722 tinggi
33 GT Agrostophyllum Orchidaceae 1 0 hutan dataran
3727 sp.* tinggi
Pemanfaatan Biodiversitas Tropika
untuk Mewujudkan Bio-Based Economy 11
34 GT Oberonia sp. Orchidaceae 1 1 hutan dataran
3736 tinggi
35 GT Ceratostylis sp. Orchidaceae 3 0 hutan dataran
3816 tinggi
36 DL 227 Gendub - 1 0 hutan dataran
tinggi
37 DL 231 Litsea cubeba Lauraceae 6 4 hutan dataran
(Lour.) Pers. tinggi
38 DL 240 Lindsaea sp. Lindsaceae 1 1 hutan dataran
tinggi
39 DL 204 Lithocarpus sp. Fagaceae 3 1 hutan dataran
tinggi
40 DL 309 Pangium edule Achariaceae 6 4 hutan dataran
Reinw. tinggi
41 DL 230 Litsea sp. Lauraceae 2 0 hutan dataran
tinggi
42 DL 278 Cinnamomum Lauraceae 1 9 hutan dataran
sp. tinggi
43 DL 185 Asplenium nor- Aspleniaceae 1 4 hutan dataran
male D. Don. tinggi
44 DL 207 - Poaceae 4 0 hutan dataran
tinggi
45 DL 291 Rhododendron Ericaceae 1 4 Hutan kerangas
sp.
46 DL 282 Nepenthes sp. Nepenthaceae 1 1
Hutan kerangas
47 DL 295 Nepenthes sp. Nepenthaceae 5 0
Hutan kerangas
48 DL 284 Nepenthes sp. Nepenthaceae 5 0
Hutan kerangas
49 DL 294 Nepenthes sp. Nepenthaceae 2 3
Hutan kerangas
50 DL 283 Nepenthes sp. Nepenthaceae 2 3
Hutan kerangas
51 DL 296 Hoya sp. Aclepidaceae 4 0
Hutan kerangas
52 DL 217 Globa sp. Zingiberaceae 1 1
Hutan dataran
tinggi
53 DL 267 Rhapidopho- Araceae 1 4 hutan dataran
ra korthalsii tinggi
Schott.
54 DL 307 Zingiber sp. Zingiberaceae 2 3 hutan dataran
tinggi
55 DL 251 Piper sp. Piperaceae 4 0 hutan dataran
tinggi
56 DL 250 Piper sp. Piperaceae 3 1 hutan dataran
tinggi
57 DL 153 - Gesneriaceae 1 4 hutan dataran
tinggi
58 DL 242 - Asclepiadaceae 5 0 Hutan kerangas
Pemanfaatan Biodiversitas Tropika
12 untuk Mewujudkan Bio-Based Economy

59 DL 279 Inga sp. Fabaceae 2 4 hutan dataran


tinggi
60 DL 292 Nepenthes sp. Nepenthaceae 3 2 Hutan kerangas
61 DL 293 Nepenthes sp. Nepenthaceae 4 0 Hutan kerangas
62 DL 241 Nepenthes sp. Nepenthaceae 5 0 Hutan kerangas
63 DL 295 Nepenthes sp. Nepenthaceae 5 0 Hutan kerangas
64 DL 143 Zingiber sp. Zingiberaceae 1 0 Hutan dataran
tinggi
65 DL 139 Scindapsus sp. Araceae 1 0 hutan dataran
tinggi
66 DL 266 Musa sp. Musaceae 4 1 hutan dataran
tinggi
67 GT Liparis sp. Orchidaceae 1 0 hutan dataran
3751 tinggi
68 GT Dendrobium sp. Orchidaceae 1 0 Hutan kerangas
3756
69 GT Bulbophyllum Orchidaceae 1 0 Hutan kerangas
3758 sp.
70 GT -* Orchidaceae 3 1 Hutan kerangas
3764
71 GT Oberonia sp. Orchidaceae 1 0 Hutan kerangas
3765
72 GT Goodyera sp. Orchidaceae 1 0 Hutan dataran
3772 tinggi
73 GT Schoenorchis sp. Orchidaceae 1 0 Hutan dataran
3777 tinggi
74 GT Dendrobium Orchidaceae 1 4 Hutan dataran
3778 compressistyllum tinggi
J.J.Sm.*
75 DL 267 Rhapidopho- Araceae 1 4 Hutan dataran
ra korthalsii tinggi
Schott.*
76 DL 270 Anadendrum Araceae 2 3 Hutan dataran
sp.* tinggi
77 GT Bulbophyllum Orchidaceae 1 5 Hutan dataran
3788 sp.* tinggi
78 GT Anoectochilus sp. Orchidaceae 1 0 Hutan dataran
3789 tinggi
79 DL 279 Inga sp. Fabaceae 6 4 Dataran tinggi ter-
buka
80 DL 290 - Polypodiaceae 5 0 Hutan kerangas
81 DL 303 Blechnum sp. * Blechnaceae 1 3 Hutan dataran
tinggi
82 DL 307 Zingiber sp. Zingiberaceae 2 3 Hutan dataran
tinggi
Pemanfaatan Biodiversitas Tropika
untuk Mewujudkan Bio-Based Economy 13
83 DL 308 Odontosoria sp. Lindsaceae 1 4 Hutan dataran
tinggi
84 GT Begonia sp. Begoniaceae 1 1 Hutan dataran
3688 tinggi
85 GT Begonia sp. Begoniaceae 1 3 Hutan dataran
3719 tinggi
86 GT Begonia sp. Begoniaceae 2 3 Hutan dataran
3750 tinggi

Keterangan A : Jumlah spesimen mati


B : Jumlah spesimen masih hidup
: Tanaman yang tidak bertahan hidup mati sama sekali
Pada periode kedua pengamatan, terjadi pula pertambahan
kematian. Pertambahan kematian ini terjadi pada tanaman yang
dinyatakan masih dorman pada periode sebelumnya, yang ternyata
tidak menunjukkan perkembangan dan tanda kehidupan hingga akhir
periode pengamatan. Sebanyak 29 nomor akses tidak dapat bertahan
hidup dan tidak menyisakan satu spesimen pun. Jadi total kematian
adalah sebesar 18,43% dari keseluruhan nomor akses hasil eksplorasi.
Beberapa nomor tanaman yang mati pada periode kedua ini terdapat
dalam Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Tanaman yang mati pada periode kedua pengamatan
No No akses Nama Jenis Habitus Habitat
1 DL 121 Hymenophyllum sp. Terrestrial hutan dataran tinggi
2 DL 224 Tectaria sp. Terestrial hutan dataran tinggi
3 DL 120 Tectaria sp. Terrestrial hutan dataran tinggi
4 GT 3693 Calanthe sp. Terrestrial hutan dataran tinggi
5 GT 3750 Begonia sp Terestrial hutan dataran tinggi
6 GT 3783 Begonia sp Terestrial hutan dataran tinggi
7 GT 3688 Begonia sp Terestrial hutan dataran tinggi
Pemanfaatan Biodiversitas Tropika
14 untuk Mewujudkan Bio-Based Economy

8 DL 330 Zingiber sp. Terestrial Hutan dataran tinggi


9 DL 184 Zingiber sp. Terestrial Hutan dataran tinggi
10 DL 153 Gesneriaceae Terestrial Hutan dataran tinggi
11 DL 239 Gesneriaceae Terestrial Hutan dataran tinggi
12 DL 186 Schizostachyum sp. Terestrial Hutan dataran tinggi
13 DL 213 Gendub Terestrial Hutan dataran tinggi
14 DL 227 Gendub Terestrial Hutan dataran tinggi
15 DL 246 Rhododendron sp. Terestrial Kerangas
16 DL 247 Rhododendron sp. Terestrial Kerangas
17 DL 276 Melastoma sp. Terestrial Hutan dataran tinggi
18 DL 281 Vaccinium sp Terestrial Kerangas
19 DL 139 Scindapsus sp. Terestrial Hutan dataran tinggi
20 DL 194 Engelhardtia sp. Terestrial Hutan dataran tinggi
21 DL 214 Clerodendrum sp. Terestrial Hutan dataran tinggi
22 DL 228 Rubiaceae Terestrial Hutan dataran tinggi
23 DL 241 Nepenthes sp. Terestrial Kerangas
24 DL 294 Nepenthes sp. Terestrial Kerangas
Rafflesiana
25 DL 3684 Begonia sp. Terestrial Hutan dataran tinggi
26 DL 3688 Begonia sp. Terestrial Hutan dataran tinggi
27 DL 3690 Begonia sp. Terestrial Hutan dataran tinggi
28 DL 3750 Begonia sp. Terestrial Hutan dataran tinggi
29 DL 235 Colocasia oresbia Terestrial Hutan dataran tinggi

Kematian ini diduga terjadi karena ketidakcocokan kondisi habitat


asal dengan lokasi aklimatisasi. Kelembaban udara habitat anggrek
dan begonia berkisar antara 70–90%, suhu antara 240 C – 36 0 C dan
intensitas cahayanya berkisar antara 300 lux hingga lebih dari 20.000 lux
(Lestari, 2016). Sedangkan kondisi rumah anggrek kelembaban, suhu
dan intensitas cahayanya di bawah kondisi tersebut (Tabel 1). Demikian
pula dengan kondisi rumah aklimatisasi begonia.
Kelembaban yang tinggi dipicu oleh kondisi curah hujan yang
tinggi hingga mencapai 506 mm (BPS, 2017). Kondisi ini diperparah
dengan adanya naungan alami dari tanaman reboisasi di sekitar petak
anggrek yang membuat suhu dan intensitas cahaya di rumah aklimatisasi
menjadi lebih rendah. Kondisi yang terlalu lembab juga menyebabkan
begonia mati membusuk. Demikian pula jenis-jenis tanaman yang
diperoleh dari hutan kerangas, seperti Nepenthes spp., Rhododendron
spp., Vaccinium spp., Oberania sp.
Kematian dapat terjadi karena belum atau kurang mampunya bibit
berfotosintesis dan terjadinya kontaminasi oleh organisme (Hardiyati,
2015). Hal ini terjadi pada Calanthe sp. yang terinfeksi serangga sehingga
Pemanfaatan Biodiversitas Tropika
untuk Mewujudkan Bio-Based Economy 15
daunnya menghitam dan perlahan-lahan mati. Kematian juga terjadi
pada biji yang disemaikan, yaitu biji Angelhardtia sp. Biji tidak dapat
berkecambah karena diduga merupakan biji recalcitrant yang telah habis
viabilitasnya. Biji tersebut diperoleh dari atas tanah, bukan dari pohon,
sehingga tingkat kesehatan, tingkat kematangan dan viabilitasnya tidak
dapat dipastikan.

KESIMPULAN
Tanaman diaklimatisasi dengan menyesuaikan media tanam dan
kondisi lingkungan sesuai habitat aslinya. Biji disemai di bak pasir,
campuran arang/abu sekam dan serabut kelapa dipilih sebagai media
semai spora. Anggrek epifit diaklimatisasi pada media pakis berbentuk
lempengan dan moss (ditempel), maupun ditanam di pot tanah dengan
media campuran cacahan pakis, kadaka, arang dan arang sekam dan
pot tanah dengan media serabut kelapa dan arang. Anggrek terestrial
diaklimatisasikan dalam pot tanah bermedia arang sekam. Selanjutnya
kelembaban, cahaya dan temperatur dikontrol dan ditingkatkan secara
bertahap supaya tanaman mampu beradaptasi dengan kondisi lapangan.
Dilakukan pula perawatan rutin berupa penyiraman dan pemupukan
kimia.
Hingga setahun setelah eksplorasi, jumlah spesimen yang bertahan
hidup adalah sebesar 75,02% dan jumlah no akses yang bertahan hidup
adalah sebesar 81.56%. Jumlah tanaman yang berhasil diangkat sebagai
koleksi KREKB baru mencapai 25,14%. Sisanya, masih dalam proses
aklimatisasi lebih lanjut.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih diberikan kepada I Putu Suparta, Moh
Adenan, I Nyoman Sudiatna, Made Sumerta, Ahmad Fauzi dan Burhani
yang telah membantu proses aklimatisasi dan perawatan tumbuhan dari
pasca eksplorasi hingga diangkat menjadi tanaman koleksi. Ucapan
terima kasih juga diberikan kepada Suci Ezra, mahasiswa magang dari
ITB yang telah membantu proses awal aklimatisasi. Kegiatan ini didanai
oleh DIPA KREKB Sub-kegiatan Konservasi Flora Kawasan Timur
Indonesia tahun 2016 - 2018.
Pemanfaatan Biodiversitas Tropika
16 untuk Mewujudkan Bio-Based Economy

DAFTAR PUSTAKA
Andalasari, T. D., Yafisham, & Nuraini. 2014. Respon pertumbuhan
anggrek dendrobium terhadap media tanam dan pupuk daun.
Jurnal Penelitian Pertanian Terapan 14(1), 76-82.
Bahri, S., & Saukani. 2017. Pengaruh Ukuran Biji dan Media Tanam
terhadap perkecambahan dan pertumbuhan bibit karet.
Agrosamudra Jurnal Penelitian 4(1), 58-70.
BPTP JKT. 2003. Media tumbuh anggrek Dendrobium. Liptan Lembar
Informaasi Pertanian 1.
BPS. 2017. Kabupaten Tabanan dalam Angka 2017. Tabanan: BPS
Kabupaten Tabanan.
Budisantoso, I. 2013. Aklimatisasi Bibit Hasil Kultur Jaringan
Tumbuhan. Disampaikan dalam rangka pelatihan kultur
jaringan tumbuhan siswa SMP AL IRSYAD Purwokerto, pada
hari Sabtu 23 Maret 2013.
Damayanti, F., & Helmanto, H. 2015. Perkecambahan dan pertumbuhan
kecambah Clausena excavate pada perlakuan pemberian
kompos Bioposka. Prosiding Seminar Nasional Masyarakat
Biodiversitas 1(4), 856-859.
Danu & Abidin, A. Z. 2007. Pengaruh kemasan dan lama penyimpanan
terhadap pertumbuhan bahan stek akar sukun. Jurnal Penelitian
Hutan Tanaman 4(2), 69-118.
Dodo, S. 2011. Pengaruh media semai, ukuran, dan perlakuan biji ulin
(Eusideroxylon zwageri T. & B.) terhadap persen berkecambah.
Prosiding Lokakarya “Status Konservasi dan Formulasi Strategi
Konservasi Jenis-Jenis Pohon yang Terancam (Ulin, Eboni dan
Michelia). Bogor, April 2011.
Febrianto, R., Suwirmen, & Syamsuardi. 2015. Aklimatisasi Planlet
Kantong Semar (Nepenthes gracilis Korth.) pada berbagai
Campuran Media Tanam Tanah Ultisol Acclimatization of
Pitcher Plant (Nepenthes gracilis Korth.) Planlet on Variety of
Mixed Planting Medium Ultisol Soil. J. Bio. UA 4(2), 96-101.
Fiqa, A. P., & Darmayanti, A. S. 2011. Daya adaptasi tumbuhan koleksi
hasil eksplorasi di kawasan hutan raya Nipa-Nipa (Murhum)
Kabupaten Kendari dan Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara.
Pemanfaatan Biodiversitas Tropika
untuk Mewujudkan Bio-Based Economy 17
Journal of Biological Researches (7), 73-76.
Gunarsih, C., Purwoko, B. S., Dewi, I. S., & Syukur, M. 2016. Regenerasi
Planlet dan Aklimatisasi Kultur Antera Enam Persilangan F1
Padi Sawah. J Agron Indonesia 44(22), 133- 140.
Hardiyati, T. 2015. Aklimatisasi bibit hasil kultur jaringan tumbuhan.
Makalah disampaikan dalam rangka Pengenalan Teknik Kultur
In-vitro Anggrek MGMP guru SMA Tegal. Purwokerto 15
Desember 2015.
Hidayat, S., Puspitaningtyas, D. M., Hartini, S., Munawaroh, E., Astuti,
I. P., & Wawangningrum, H. 2017. Eksplorasi Flora 25 Tahun
Menjelajah Rimba Nusantara. Jakarta: LIPI Press.
Izudin, E. 2013. Teknik Aklimatisasi Tanaman Hasil Kultur Jaringan.
Informasi Teknis 11(2), 49–56.
Irawan, A., & Kafiar, Y. 2015. Pemanfaatan cocopeat dan arang sekam
padi sebagai media tanam bibit cempaka wasian (Elmerria
ovalis). Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas
Indonesia 1(4), 805-808.
Kusuma, L. A. 2009. Kultur Jaringan Tumbuhan Jarak. https://leqi.
wordpress.com/2007/aklimatisasi-bibit-hasil-kultur-jaringan.
pdf.
Kusumo, S. 1984. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Jakarta: CV. Yasaguna.
Lestari, D., Tirta, I. G., Oktavia, G. A. E., Adenan, M., & Suparta, I.
P. 2016. Laporan Eksplorasi dan Inventarisasi Flora di Taman
Nasional Kayan Mentarang, Kalimantan Utara (15 Mei-3 Juni
2016). Bali: Balai Konservasi Tumbuhan Eka Karya Bali-LIPI.
Lestari, D., Oktavia, G. A. E, & Asih, N. P. S. 2017. Eksplorasi dan
Inventarisasi Araceae di SPTN I Long Bawan, Taman Nasional
Kayan Mentarang, Kalimantan Utara. Prosiding Semnas
Biodiversitas 6(3), 145-152.
Marlina, N., & D. Rusnandi. 2007. Teknik Aklimatisasi Planlet
Anthurium pada beberapa media tanam. Buletin Teknik
Pertanian 12(1), 38-40.
Suradinata, Y. R., Nuraini, A., & Setiadi, A. 2012. Pengaruh kombinasi
media tanam dan konsentrasi pupuk daun terhadap
pertumbuhan tanaman anggrek Dendrobium sp. pada tahap
Pemanfaatan Biodiversitas Tropika
18 untuk Mewujudkan Bio-Based Economy

aklimatisasi. J Agrivigor 11(2), 104-116.


Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman Solusi Perbanyakan Tanaman
Budi Daya. Bumi Aksara. Jakarta.
Tirta, I. G. 2006. Pengaruh beberapa jenis media tanam dan pupuk daun
terhadap pertumbuhan vegetatif anggrek jamrud (Dendrobium
macrophyllum A. Rich). Biodiversitas 7(1), 81-84.
Trimanto. 2013a. Aklimatisasi tumbuhan hasil eksplorasi dan
perbanyakan tanaman unit seleksi dan pembibitan kebun raya
Purwodadi. Prosiding Seminar Nasional Biologi 10(2), 1-7.
Trimanto. 2013b. Acclimatization of plant collection from East Nusa
Tenggara Exploration: Egon Forest, Mutis Mount and
Camplong Park at Purwodadi Botanic Garden. Journal of
Biological Research (19), 5-10.
Trimanto & Rahardianto, A. 2017. Acclimatization of plant collection
from Moyo Island, West Nusa Tenggara at Purwodadi Botanical
Garden. Tropical Dryland 1(1), 43-49.
Wiryanta, B. T. W. 2007. Media Tanam untuk Tanaman Hias. Jakarta:
Agromedia.


View publication stats

You might also like