You are on page 1of 7

ANALISIS KARAKTERISTIK UNJUK KERJA KONDENSOR

PADA SISTEM PENDINGIN (AIR CONDITIONING) YANG


MENGGUNAKAN FREON R-134 a BERDASARKAN PADA
VARIASI PUTARAN KIPAS PENDINGIN

Saut Siagian
Program Studi Teknik Mesin FT UPN “Veteran” Jakarta
Jl. RS.Fatmawati Pondok Labu Jakarta Selatan 12450
Telp 021.7658971

Abstact

Air conditioning in the room is used to regulate humidity, heating and cooling the air in the
room. This conditioning aims to provide comfort, so as to reducing fatigue. To get the air temperature
corresponding to the desired lot alternative that can be applied, such as by increasing the heat
transfer coefficient condensation and by adding the speed of cooling air in the condenser that will
obtained coefficient greater performance. The method used in this study was experiments using the
equipment of the machine refrigeration air conditioning system in the energy Conversion Laboratory
designed by students of the faculty of Engineering , recorded data such as temperature, pressure
and the pressure difference in the compressor. To make variations in condenser fan shaft rotation
is done by making several changes to the motor frequency power move. Variations condenser fan
rotation electric motor used is 50 rpm up to 120 rpm. The registration data such as pressure and
temperature subsequently plotted on P-h chart for the refrigerant R-134a. Based on the discussion
and the calculation of the data obtained, it can be a number of conclusions and performance
characteristics of the cooling system, greater the flow rate air to cool the condenser then the coefficient
of achievement is increasing. Because the rate of large heat release will impact on condenser
temperatures are getting lower, so can achieve lower temperatures again in evaporator output. So
the compressor work more light on the variation rate of heat release most.

Keywords: condenser, fan motor, refrigerant R-134a, air conditioning, Coefficient of performance,
Variation rotation

PENDAHULUAN menjadi satu dalam evaporator housing.


Proses pendinginan atau refrigerasi pada Sistem refrigerasi yang paling sederhana
hakekatnya merupakan proses pemindahan energi memiliki komponen utama yaitu kompresor,
panas yang terkandung di dalam suatu ruangan. kondensor, katup ekspansi, dan evaporator .
Sesuai dengan hukum kekekalan energi maka kita Untuk mendapatkan suhu udara yang sesuai
tidak dapat menghilangkan energi tetapi hanya dengan yangdiinginkan banyak alternative yang
dapat memindahkannya dari satu substansi ke dapat diterapkan, diantaranya adalah dengan
substansi lainnya. Untuk keperluan pemindahan menaikkan koefisien perpindahan kalor kondensasi
energi panas ruang, dibutuhkan suatu fluida dan dengan menambahkan kecepatan udara
penukar kalor yang selanjutnya disebut Refrigeran. pendinginpada kondensor sehingga akan diperoleh
Pengkondisian udara pada suatu ruang harga koefisien prestasi yang lebih besar . Lebih
mengatur mengenai kelembaban, pemanasan dan lanjut Kusnanto mengatakan bahwa dengan
pendinginan udara dalam ruangan. Pengkondisian menambahkan kecepatan udara pendingin pada
ini bertujuan memberikan kenyamanan, sehingga kondensor maka laju aliran massa akan menurun
mampu mengurangi keletihan yang efeknya untuk sehingga menyebabkan daya kompresor juga
meningkatkan kebugaran. Sistem pengkondisian mengalami penurunan. Namun demikian fenomena
udara pada suatu ruang umumnya terdiri dari ini perlu dikaji lebih jauh arus laut yang sering
evaporator, kondensor, receiver dan kadangkadang mengalami patah.
dilengkapi elemen pemanas yang tergabung
TINJAUAN PUSTAKA alat pengatur bahan pendingin ke evaporator.
Prinsip Kerja Mesin Pendingin Kompresor dalam system refrigerasi berfungsi
Refrigerant merupakan media pemindah untuk :
kalor pada system refrigerasi, dimana refrigerant - Menurunkan tekanan di dalam evaporator,
menyerap kalor pada tekanan rendah melalui sehingga bahan pendingin cair di evaporator dapat
evaporator dan melepaskan panas pada tekanan mendidih atau menguap pada suhu yang lebih
tinggi melalui kon- densor. Evaporator menyerap rendah dan menyerap panas lebih banyak dari
panas dari ruangan yang dikondisikan sehingga ruang di dekat evaporator.
temperatur ruangan menjadi dingin dan refrigerant - Menghisap bahan pendingin gas dari evaporator
bertekanan rendah di dalam evaporator mengalami dengan suhu rendah dan tekanan rendah lalu
pendidihan. Uap refrigeran tersebut kemudian memanpatkan gas tersebut sehingga menjadi gas
dikompresikan oleh kompressor ketekanan tinggi suhu tinggi dan tekanan tinggi. Kemudian
sehingga temperatur uap refrigeran tersebut juga mengalirkan ke kondensor, sehingga gas tersebut
mengalami kenaikan sehingga panas refrigerant dapat memberikan panasnya kepada zat yang
tesebut dapat dilepaskan ke lingkungan melalui mendinginkan kondensor lalu mengembun.
kondensor sedangkan refrigeran mengalami Untuk menentukan beberapa suhu yang harus
kondensasi sehingga refrigeran berubah fasa dicapai oleh evaporator, antara lain ditentukan
menjadi cairan pada tekanan tinggi. Cairan oleh beberapa rendah suhu penguapan di
refrigeran tersebut kemudian diekspansikan ke evaporator. Hal ini bergantung dari bahan
tekakanan evaporator untuk siklus selanjutnya pendingin dan macam kompresor yang dipakai.
oleh alat ekspansi . Siklus refrigerasi dapat dilihat Kompresor yang banyak dipakai ada 2 macam
pada gambar 1 yaitu:
1. Kompresor torak ( Reciprocating )
B
2. Kompresor rotari ( Rotary )
Kondensor Kondensor
Bagian
C Tekanan Kondensor berfungsi untuk membuang kalor dan
Tinggu mengubah wujud bahan pendingin dari dari gas
Alat Ekspansi menjadi cair. Selain itu kondensor juga digunakan
Kompressor
untuk membuat kondensasi bahan pendingin gas
dari kompresor dengan suhu tinggi dan tekanan
tinggi . Kondensor ada tiga macam menurut pendi-
O A Bagian
Tekanan nginannya yaitu
Rendah 1. Kondensor dengan pendinginan udara
Evaporator
(aircooled)
2. Kondensor dengan pendinginan air (watercooled)
Gambar 1. Siklus refrigerasi Standart 3. Kondensor dengan pendinginan campuran udara
dan air (evaporative)
Pada gambar 1 diatas menunjukkan kom -ponen Faktor penting yang menentukan kapasitas
komponen dan siklus sederhana dari system kondensor dengan pendinginan udara adalah
pendingin berdasarkan siklus kompresi uap 1. Luas permukakaan yang didinginkandan sifat
standart. perpindahan kalornya.
Kompresor 2. Jumlah udara permenit yang dipakaiuntuk
Kompresor adalah jantung dari sistem mendinginkan
kompresi uap, karena kompresor adalah 3. Perbedaan suhu antara bahan pendingindengan
pemompa bahan pendingin keseluruh sistem. Pada udara luar.
sistem refrigerasi kompresor bekerja membuat 4. Sifat dan karakteristik bahan pendingin yang
perbedaan tekanan, sehingga bahan pendingin dipakai.
dapat mengalir dari satu bagian ke bagian yang Laju perpindahan kalor yang dibutuhkan di
lain dalam sistem. Karena ada perbedaan tekanan dalam kondensor merupakan fungsi dari
antara sisi tekanan tinggi dan sisi tekanan rendah, kapasitas refrigerasi,suhu penguapan serta
maka bahan pendingin dapat menggalir melalui suhu pengembunan.
Uap refrigerant yang bertekanan dan bertemperatur 3 _ C lebih rendah dari pada temperature
tinggi pada akhir kompresi dapat dengan mudah refrigerant cair jenuh pada tekanan kondensasinya.
dicairkan dengan mendinginkannya dengan air Tem perature tersebut menyatakan besarnya derajat
pendingin (atau dengan udara pendingin pada pendinginan lanjut (degree of subcooling).
system dengan pendinginan udara) yang ada pada Evaporator
temperature normal. Dengan kata lain, uap Evaporator berfungsi untuk menyerap panas
refrigerant menyerahkan panasnya (kalor laten dari udara atau benda di dalam lemari es dan
pengembunan) kepada air pendingin (atau udara mendinginkannya. Kemudian membuang kalor
pendingin) di dalam kondensor, sehingga tersebut melalui kondensor diruang yang tidak
mengembun dan menjadi cair. Jadi, karena air didinginkan. Kompresor yang sedang bekerja
(udara) pendingin menyerap panas dari menghisap bahan pendingin gas dari evaporator,
refrigerant,maka ia akan menjadi panas pada waktu sehingga tekanan didalam evaporator menjadi
keluar dari kondensor. rendah dan vakum.
Selama refrigerant mengalami perubahan Evaporator fungsinya kebalikan dari
dari fase uap ke fase cair, di mana terdapat campu- kondensor, yaitu membuang panas kepada udara
ran refrigerant dalam fase uap dan cair, tekanan sekitar tetapi untuk mengambil panas dari udara
(tekanan pengembunan) dan temperaturnya didekatnya. Perencanan evaporator harus
(temperature pengembunan) konstan. Oleh karena mencakup : penguapan yang efektif dari bahan
itu temperaturnya dapat dicari dengan mengukur pendingin dengan penurunan tekanan yang
tekanannya. minimum dan pengambilan panas dari zat yang
Table 2.1 menunjukkan hubungan antara didinginkan secara efisien. Perencanan evaporator
temperature pengembunan (kondensasi) dan Kalor tergantung dalam penem- patannya dan zat yang
yang dikeluarkan didalam kondensor adalah jumlah akan langsung didinginkan apakah berwujud : gas,
kalor yang diperoleh dari udara yang mengalir cair atau padat. Pada semua keadaan beban, bahan
melalui evaporator (kapasitas pendi-nginan), dan pendingin akan penguap waktu mengalir sepanjang
kerja (energi) yang diberikan oleh kompresor kepa- pipa evaporator atau permukaan evaporator dan
da fluida kerja. Dalam hal penyegaran udara, jum- diusahakan agar cairan tetap membasai semua
lah kalor tersebut kira-kira tekanan pengembunan bagian dari evaporator.
(kondensasi). Berdasarkan prinsip kerjanya evaporator
Tabel 2.1. Temperatur pengembunan dan telanan dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu:
pengembunan dari beberapa refrigerant 1. Evaporator banjir (flooded evaporator)
2. Evaporator kering (dry or direct-expansion
evaporator)
Evaporator (penguap) yang dipakai ber-
bentuk pipa bersirip pelat. Tekanan cairan
refrigerant yang diturunkan pada katup ekspansi,
didistribusikan secara merata ke dalam pipa
evaporator, oleh distributor refrigerant. Dalam hal
Sumber : ASHRAE Hand Book of Fundamentals, 1972 tersebut refrigerant akan menguap dan menyerap
kalor dari udara ruangan yang bdialirkan melalui
Kalor yang dikeluarkan di dalam kondensor permukaan luar dari pipa evaporator. Apabila
adalah jumlah kalor yang diperoleh dari udarayang udara didinginkan (di bawah titik embun), maka
mengalir melalui evaporator (kapasitas pendi- air yang ada dalam udara akan mengembun pada
nginan), dan kerja (energi) yang diberikan oleh permukaan evaporator, kemudian ditampung dan
kompresor kepada fluida kerja. Dalam hal penye- dialirkan keluar. Jadi,cairan refrigerant diuapkan
garan udara, jumlah kalor tersebut kira-kira sama secara berangsur – angsur karena menerima kalor
dengan 1,2 kali kapasitas pendinginannya. sebanyak kalor laten penguapan, selama mengalir
Uap refrigerant menjadi cair sempurna di di dalam setiap pipa dari koil evaporator. Selama
dalam kondensor, kemudian dialirkan ke dalam proses penguapan itu, di dalam pipa akan terdapat
pipa evaporator melalui katup ekspansi. Dalam campuran refrigerant dalam fase cair dan gas.
hal ini, temperature refrigerant cair biasanya 2 – Dalam keadaan tersebut, tekanan (tekanan
penguapan) dan temperaturnya (temperature keluarnya, yang merupakan masukan evaporator.
penguapan) konstan. Oleh karena itu temperaturnya Katup tersebut mengindera tekanan evaporator,
dapat dicari dengan meng- ukur tekanan refrigerant dan bila tekanan tersebut turun kebawah sampai
di dalam evaporator. Table 2.2 menunjukkan batas kendali, maka katub membuka lebih besar.
hubungan antara temperature penguapan dan Bila tekananevaporator naik keatas batas kendali,
tekanan penguapan. katup tersebut menutup sebagian.
Uap refrigerant (uap jenuh kering) yang - Katup apung (float valve)
terjadi karena penguapan sempurna di dalam pipa, Katup apung adalah suatu jenis katup
dikumpulkan di dalam sebuah penampung uap ekspansi yang mempertahankan cairan berada
(header).Selanjutnya, uap tersebut diisap oleh pada level yang konstan didalam suatu wadah atau
kompresor. evaporator. Dengan mempertahankan level cairan
didalam evaporator, katup apung selalu
Tabel 2.2 Temperatur penguapan dan tekanan penguapan menciptakan kondisi aliran yang seimbang antara
dari beberapa refrigerant kompresor dan katup itu sendiri.
Setiap alat tersebut terakhir dirancang untuk
suatu penurunan tekanan tertentu. Katup expansi
yang biasa dipergunakan adalah katup expansi
termostatik yang dapat mengatur laju aliran refrige-
rant, yaitu agar derajat super panas uap refrigerant
di dalam evaporator dapat diusahakan konstan.
Sumber: ASHRAE Hand Book of Fundamentals, 1972
Dalam penyegar udara yang kecil, dipergunakan
Ekspansi pipa kapilar sebagai pengganti katup expansi. Dia-
Alat ekspansi mempunyai dua fungsi yaitu meter dalam dan panjang dari pipa kapilar tersebut
menurunkan tekanan refrigeran cair dan mengatur ditentukan berdasarkan besarnya perbedaan teka-
aliran refrigeran ke evaporator. nan yang diinginkan, antara bagian yang bertekanan
Jenis alat-alat ekspansi: tinggi dan bagian yang bertekanan rendah, dan
- Pipa kapiler jumlah refrigerant yang bersirkulasi. Cairan
Pipa kapiler dibuat dari pipa tembaga dengan refrigerant mengalir ke dalam evaporator, tekanan-
lubang dalam yang sangat kecil. Panjang dan nya turun dan menerima kalor penguapan dari
lubang kapiler dapat mengontrol jumlah bahan udara, sehingga menguap secara berangsur –angsur.
pendingin yang mengalir ke evaporator. Fungsi Selanjutnya proses siklus tersebut di atas terjadi
Pipa kapiler adalah : berulang-ulang.
* Menurunkan tekanan bahan pendingin cair
yang mengalir didalamnya. Tinjauan Termodinamika Siklus Refrigerasi
* Mengatur jumlah bahan pendingin cair Siklus refrigerasi akan dapat diilustrasikan
yang mengalir melaluinya. dengan mudah melalui diagram moiler secara
* membangkitkan tekanan bahan pendingin di sekematis sebagai berikut :
kondensor Katup ekspansi berpengendali superheat
(panas lanjut ) Jenis alat ekspansi yang paling
populer untuk sistem refrigerasi berukuran sedang
adalah katup berkendali lanjut panas atau katup
ekspansi termostatik. Pengendalian tidak
digerakkan oleh suhu di dalam evaporator, tetapi
oleh besarnya panas lanjut gas hisab yang
meninggalkan evaporator. Katup ekspansi panas-
lanjut mengatur laju aliran refrigeran cair yang
besarnya sebanding dengan laju penguapan Gambar 2. Diagram P-h siklus kompresi uap
didalam evaporator. Proses-proses yang membentuk siklus
- Katup ekspansi tekanan konstan kompresi uap standar adalah :
Katup ekspansi tekanan konstan berfungsi Proses 1-2, merupakan kompresi adiabatik dan
mempartahankan tekanan yang konstan pada sisi reversibel dari uap jenuh menuju tekanan
kondensor. Apabila perubahan energi kinetik dan Data-data yang dicatat yaitu suhu, tekanan
energi potensial diabaikan, maka kerja kompresor dan perbedaan tekanan pada orifice dengan variasi
adalah: putaran kerja poros kompresor. Untuk membuat
variasi putaran poros kompresor dilakukan dengan
melakukan beberapa perubahan frequensi motor
Proses 2-3 adalah proses pelepasan kalor reversibel listrik yang menggerakkan kompresor. Variasi
pada tekanan konstan, menyebabkan penurunan putaran motor listrik fan kondensor yang digunakan
panas lanjut (desuper heating) dan pengembunan adalah 50 rpm sampai dengan 120 rpm dengan
refrigeran. Kapasitas laju aliran kalor kondensasi interval 25 dalam pengambilan data.
Dengan bertambahnya putaran motor fan
kondensor maka diharapkan jumlah aliran udara
akan semakin besar sehingga lajua aliran massa
Proses 3-4 ialah proses ekspansi tidak Reversibel refrigean akan semakin kecil. Data hasil pencatatan
pada entalpi konstan, dari cairan jenuh menuju berupa tekanan dan temperature selanjutnya diplot
tekanan evaporator. Proses pencekikan (throttling pada diagram P-h untuk refrigeran Freon-134-a.
process) pada sistem pendingin terjadi di dalam Dari pembacaaan ini diketahui besarnya harga
pipa kapiler atau katup ekspansi. Proses di sini entalpi pada setiap titik yaitu h1, h2, h3, h4 (kJ/kg),
berlangsung pada proses adiabatik, sehingga dan laju aliran massa refrigeran (lbm/min). Harga
enthalpi ini selanjutnya sebagai dasar untuk
menghitung efek refrigerasi, kerja kompresi, dan
koefisien prestasi dengan memanfaatkan
Proses 4-1 merupakan penambahan Kalor persamaan (1) sampai (4).
reversibel pada tekanan tetap, yang menyebabkan
penguapan menuju uap jenuh. Kapasitas laju HASIL DAN PEMBAHASAN
aliran kalor evaporasi dirumuskan Dari hasil percobaan didapatkan beberapa
data temperatur dan tekanan pada titik-titik yang
ditentukan untuk keperluan perhitungan sebagai
Istilah prestasi di dalam siklus refrigerasi disebut berikut:
dengan koefisien prestasi atau COP yang Berdasarkan data dan perhitungan yang telah
didefinisikan sebagai: didapatkan diatas, maka didapatkan karakteristik
dari pengaruh variasi laju pelepasan kalor
kondensor Q cond (kJ/s) terhadap temperature di
kondensor, seperti grafik dibawah ini:
dimana :
h1 = Entalpi keluar evaporator [Btu/lb]
h2 = Entalpi masuk kondensor [Btu/lb]
h3 = Entalpi keluar kondensor [Btu/lb]
h4 = Entalpi masuk evaporator [Btu/lb]
mref = Laju aliran massa refrigeran [lbm/min]

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah percobaan dengan menggunakan
peralatan dari mesin refrigerasi sistem pendingin Gambar 3. Pengaruh laju pelepasan kalor kondensor terhadap
temp. Kondensor.
udara di laboratorium Konversi Enegi yang dirakit
oleh Mahasiswa Teknik Jurusan Teknik Mesin
Pada grafik diatas terlihat bahwa grafik
UPN“ Veteran “Jakarta, Komponen utama, alat
memiliki tren yang relatif turun, nilai temperature
pendukung dan alat pengukur yang telahdikalibrasi.
kondensor refrigeran turun seiring dengan kenaikan
Pengambilan data dilakukan setelah mesin
laju pelepasan kalor pada kondensor. Hal ini
pendingin berjalan selama sekitar satu jam atau
disebabkan semakin bertambahnya kecepatan
setelah bekerja pada kondisi tunak.
putaran kipas dari pendingin di kondensor akan maka temperatur kondensor menjadi semakin
mem- pengaruhi laju pelepasan kalor di kondensor, turun, mengakibatkan enthalpy masuk kompresor
sehingga uap refrigran akan cepat menjadi cair. dari kerja isentropik maupun actual kompresor
Ketika laju pelepasan kalor pada kondensor HS semakin turun. Akan tetapi dari analisa yang
bertambah maka akan mengakibatkan Tem- didapat, penurunan kerja pada sisi isentropik
peratur kondensor mengalami penurunan. Karena relative konstan, karena peningkatannya tidak
tekanan berbanding lurus dengan suhu maka sedrastis pada sisi actual, jika laju pelepasan kalor
tekanan kondensor akan menurun ketika suhu pada kondensor HS meningkat. Sedangkan pada
kondensorturun. kerja actual kompresor HS mengalami penurunan
yang signifikan seiring bertambahnya laju
pelepasan kalor pada kondensor HS, dan itulah
yang menyebabkan efisiensi isentropik dari
kompresor HS semakin meningkat.

Gambar 4. Pengaruh kecepatan putar terhadap nilai COP.

Pada grafik diatas terlihat bahwa grafik


memiliki tren yang relatif naik, nilai COP naik
seiring dengan naiknya putaran kipas pendingin Gambar 5. Pengaruh putaran fan kondensor terhadap daya
di kondensor. Koefisien prestasi adalah bentuk kompressor.
penilaian dari suatu mesin refrigeransi.
Koefisien prestasi yang tinggi sangat Dari gambar grafik di atas terlihat bahwa
diharapkan. Bila ditinjau dari segi perumusan: tren dari nilai daya kompressor sistem refrigerasi
semakin turun seiring dengan penambahan
COP = QIN / win …….. 6 ) kecepatan putaran dari fan pendingin kondensor.
Hal ini terjadi karena semakin cepat putaran fan
Sehingga koefisien prestasi ditentukan oleh maka berdampak pada penambahan laju kecepatan
kapasitas refrigerasi dan daya kompresor total dari udara ke kondensor sehingga mengakibatkan laju
high stage dan low stage.Sedangkan daya kom- pendinginan refrigeran naik. Kondisi yang
presor ditentukan dari kerja kompresor itu sendiri. demikian menyebabkan cepat tercapainya suhu
Harga koefisien prestasi yang semakin besar pendinginan sehingga kerja kompresor akan
menunjukkan bahwa kerja mesin tersebut semakin semakin menurun, sehingga akan meningkatkan
baik. Besarnya COP dipengaruhi oleh efek refri- nilai COP system refregerasi semakin meningkat.
geransi dan kerja kompresi. Kenaikan kecepatan
udara pendingin kondensor menyebabkan efek SIMPULAN DAN SARAN
refrigeransi meningkat, sedangkan kerja kompresi Berdasarkan pembahasan dan perhitungan
mengalami penurunan sehingga COP akan menjadi data yang diperoleh, maka dapat ditarik beberapa
semakin naik. kesimpulan sebagai berikut:
Efisiensi tergantung pada sisi enthalpy dari Semakin besar laju aliran udara untuk mendi-
kerja actual kompresor dan kerja isentropic nginkan kondensor maka besarnya koefisien pres-
kompresor. Jika selisih enthalpy pada kerja tasi semakin meningkat.Karena laju pelepasan
kompresor actual kecil, maka koefisien dari kalor yang besar akan berimbas pada temperature
kompresor tersebut semakin baik. Karena semakin kondensor yang semakin rendah, sehingga dapat
kecilnya selisih antara enthalpy kerja actual dari mencapai temperatur yang lebih rendah lagi pada
masukan dan keluaran kompressor mengakibatkan keluaran evaporator. Jadi kerja compressor lebih
kerja actual semakin kecil nilainya. Jadi, oleh ringan pada variasi laju pelepasan kalor yang
karena laju pelepasan kalor yang semakin besar, paling besar.
DAFTAR PUSTAKA
Arismunandar, W. dan Saito, H., 2002,
“Penyegaran Udara”, Cetakan ke-6, PT
Pradnya Paramita, Jakarta.

Kusnanto, S. 2004. “Optimasi Pengaruh


Kecepatan Udara Pendingin pada AC Mobil”.
Tugas Akhir S-1 Teknik Mesin Universitas
Muhammadiyah Surakarta

Stoecker, W.F. dan Jerold, W.J., 1996,


“Refrigerasi dan Penyegaran Udara”. Terjemahan
Supratman Hara. Penerbit Erlangga. Jakarta

Yawara, Eka. Purnomo, Prajitno. 2002,


“Koefisien Perpindahan Kalor Kondensasi
Petrozon Rossy-12 di Dalam Pipa Vertikal”,
Prosiding Simposium Nasional I RAPI UMS
Surakarta, 21 Desember 2002, hal: 24-28.

Yawara, Eka 2003, “Koefisien Perpindahan


Kalor Kondensasi Petrozon di dalam Pipa Vertikal”,
Tesis S-2 Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada,
Jogjakarta.

Marwan Efendi, “Pengaruh kecepatan Udara


pendingin kondensor terhadap koefisien Prestasi
Air Conditioning”. Jurnal teknik Gelagar vol 16.
2005

Marwani, “Pengaruh perubahan Putaran Fan


Kondensor terhadap Performansi Mesin
pengkondisian Udara”. Seminar Nasional Tahunan
Te k n i k M e s i n k e 9 P a l e m b a n g . 2 0 1 0 .

K, Handoko “Teknik Room Air


Conditioner”.PT Ichtiar Baru. Jakarta 1979

Althouse A.D. { 1982 }, Modern


Refrigeration and Air Conditioning,TheGoodheart-
Wilcot,Inc

Arora,CP,(1972) , Refrigeration and Air


Conditioning, Tata GrawHill Book Company, IIT,
New Delhi, India

ASHRAE Hand Book of Fundamentals,1972

Stoecker W.F., Jerold W. Jones dan Hara S.,


{1996}, “Refrigerasi dan PengkondisianUdara”,
edisi 2, Erlangga, Jakarta.

You might also like