Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
The purposes of this research was to investigate the proximate content, amino acid
content and sensory snakehead fish (Channa striata) powder broth with the effect of drying
temperature. The research was conducted on April 2016 to August 2016. The research
method was used randomized block design (RBD). Drying temperature treatment used 50 oC,
60 oC and 70 oC. The parameters of this research was proximate analysis such as water
content, ash content, protein content, lipid content, and carbohydrate content while for amino
acid analysis only to find out the amount of essential amino acids and non-essential course and
analytical sensory (appearance, flavor, texture, color and taste). Proximate content gave
significant effect on protein content and there was no effect on water content, ash content, fat
and carbohydrate content. Gave significant effect on sensory analysis (appearance, flavor,
texture, color and taste). The concentration of protein content of the resulting broth powder
ranges from 11.99% to 20.94%, there are eight types of essential amino acids and 7 types of
non-essential amino acids while sensory analysis produced for sightings range from 3.72 to
4.52, flavor range between 3.8 to 4.32, textures range from 3.52 to 4.4, color range from 1.88
to 3.8 and taste range from 3.84 to 4.4.
Keywords: Amino acids, broth powder, proximate, sensory. snakehead fish, temperature
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menentukan kandungan proksimat, kandungan asam amino
dan sensori kaldu bubuk kepala ikan gabus (Channa striata) dengan pengaruh suhu
pengeringan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2016 sampai Agustus 2016.
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok. Perlakuan suhu pengeringan yang
digunakan 50 oC, 60 oC dan 70 oC. Parameter yang diamati meliputi analisis proksimat terdiri
dari kadar air, kadar abu, protein, lemak, dan karbohidrat sedangkan untuk analisis asam amino
hanya untuk mengetahui jumlah asam amino esensial dan non esensialnya saja dan analisis
sensoris (penampakan, flavor, tekstur, warna dan rasa). Kandungan proksimat yang
berpengaruh nyata yaitu protein dan berpengaruh tidak nyata terhadap kadar air, kadar abu,
kadar lemak dan kadar karbohidrat. Analisis sensoris yang berpengaruh nyata (penampakan,
flavor, tekstur, warna dan rasa). Kadar protein kaldu bubuk yang dihasilkan berkisar antara
11,99 % hingga 20,94 %, terdapat 8 jenis asam amino esensial dan 7 jenis asam amino non
esensial sedangkan analisis sensori yang dihasilkan untuk penampakan berkisar antara 3,72
hingga 4,52, flavor berkisar antara 3,8 hingga 4,32, tekstur berkisar antara 3,52 hingga 4,4,
warna berkisar antara 1,88 hingga 3,8 dan rasa berkisar antara 3,84 hingga 4,4.
Kata kunci: Asam amino, ikan gabus, kaldu bubuk, sensori, suhu
98 Sobri et al.: Uji pengaruh suhu pengeringan pada karakteristik
dilakukan dengan 3 kali ulangan. Masing- sedangkan rerata kadar air terendah diperoleh
masing perlakuan suhu tersebut adalah: pada perlakuan suhu 70 oC yaitu 14,75%.
Suhu pengeringan
A1 : Suhu pengeringan 50 ºC 20
A2 : Suhu pengeringan 60 ºC 16,52 16,12
14,75
10
Cara Kerja
Preparasi Kepala Ikan Gabus 5
Kepala ikan gabus dicuci hingga bersih
kemudian ditiriskan. Setelah ditimbang kepala 0
ikan gabus diperkecil ukurannya 50 ᵒC 60 ᵒC 70 ᵒC
menggunakan pisau. Kemudian direbus pada Perlakuan
suhu 100 oC selama 30 menit dengan
perbandingan kepala ikan dan air 2:1, untuk Gambar 1. Histogram rerata kadar air kaldu bubuk
kepala ikan gabus
pengambilan filtrat dilakukan dengan
menggunakan spiner.
Berdasarkan analisis keragaman
(P<0,05) menunjukkan bahwa perlakuan
Pembuatan Kaldu Bubuk Kepala Ikan
suhu berpengaruh tidak nyata terhadap kadar
Gabus
air kaldu bubuk yang dihasilkan. Secara
Sebanyak 500 mL filtrat ditambahkan
statistik perlakuan suhu tidak mempengaruhi
bawang putih halus 1%, garam 1%, gula 2%
kadar air tetapi kandungan kadar air
dan dekstrin 4% kemudian dipanaskan dalam
mengalami penurunan terhadap kaldu bubuk
panci sambil diaduk-aduk hingga mengental
yang dihasilkan, hal ini diduga karena suhu
serta tercium aroma flavor dari ikan gabus
perlakuan yang digunakan semakin tinggi.
tersebut. Setelah itu keringkan dengan
Berdasarkan hasil penelitian dari
menggunakan spray dryer. Kemudian lakukan
Meiyani (2014), bahwa kadar air yang
pengayakan dengan ayakan 60 mesh.
diperoleh dengan suhu pengeringan 100 oC
dengan penambahan dekstrin 5% yaitu
Parameter Pengamatan
6,72%. Menurut standar BPOM (2006),
Parameter yang diamati pada
bahwa kadar air suatu produk serbuk adalah
penelitian ini meliputi analisis proksimat
8%. Oleh karena itu suhu pengeringan yang
(kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar
digunakan pada pembuatan kaldu bubuk
protein, karbohidrat), asam amino dan
kepala ikan gabus harus ditingkatkan lagi,
analisis sensori yaitu uji sensori.
karena semakin tinggi suhu yang digunakan
kadar air yang dihasilkan akan semakin
HASIL DAN PEMBAHASAN rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Tonon et al. (2008), bahwa suhu pengeringan
Kadar Air yang lebih tinggi menghasilkan bubuk dengan
Kadar air merupakan salah satu sifat kadar air rendah dan lebih higroskopis.
kimia dari bahan yang menunjukkan
banyaknya air yang terkandung di dalam Kadar Abu
bahan pangan (Winarno, 2008). Hasil rerata Abu merupakan zat anorganik sisa hasil
kadar air kaldu bubuk dari kepala ikan gabus pembakaran suatu bahan organik. Hasil rerata
dapat dilihat pada Gambar 1. kadar abu kaldu bubuk dari kepala ikan gabus
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh dapat dilihat pada Gambar 2.
bahwa kadar air pada kaldu bubuk kepala Hasil penelitian yang diperoleh yaitu
ikan gabus berkisar antara 14,75% sampai kadar abu pada kaldu bubuk dari kepala ikan
16,52%. Rerata kadar air tertinggi diperoleh gabus berkisar 11,01% sampai 13,41%.
pada perlakuan suhu 50 oC yaitu 16,52%, Rerata kadar abu tertinggi diperoleh pada
perlakuan suhu 70 oC yaitu 13,41%,
sedangkan rerata kadar abu terendah (Winarno et al. 1980). Hasil rerata kadar
diperoleh pada perlakuan suhu 50 oC yaitu protein kaldu bubuk dari kepala ikan gabus
11,01%. dapat dilihat pada Gambar 3.
16 30
13,41
14 12,27 25
12
20 17,96 ab
10
8 15 11,99 a
6
10
4
2 5
0 0
50 ᵒC 60 ᵒC 70 ᵒC 50 ᵒC 60 ᵒC 70 ᵒC
Perlakuan Perlakuan
Gambar 2. Histogram rerata kadar abu kaldu bubuk
kepala ikan gabus Gambar 3. Histogram rerata kadar protein kaldu
bubuk kepala ikan gabus
Berdasarkan analisis keragaman
(P<0,05) menunjukkan bahwa perlakuan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
suhu berpengaruh tidak nyata terhadap kadar kadar protein pada kaldu bubuk dari kepala
abu kaldu bubuk yang dihasilkan. Perbedaan ikan gabus berkisar 11,99% sampai 20,94%.
suhu tidak memberikan pengaruh yang Rerata kadar protein tertinggi diperoleh pada
signifikan terhadap kadar abu yang dihasilkan. perlakuan 70 oC yaitu 20,94%, sedangkan
Pada penelitian ini hasil rerata nilai kadar abu rerata kadar protein terendah diperoleh pada
berdasarkan perlakuan suhu mengalami perlakuan 50 oC yaitu 11,99%.
kenaikan. Hal ini diduga karena suhu yang Berdasarkan hasil analisis sidik ragam
digunakan saat proses pengeringan semakin (P>0,05) pada taraf uji 5% menunjukkan
tinggi yang menyebabkan mineral-mineral pengaruh yang nyata terhadap suhu
yang tersisa pada bahan meningkat. perlakuan. Pada uji lanjut Beda Nyata Jujur
Berdasarkan hasil penelitian Desy (BNJ) menunjukkan bahwa perlakuan suhu
et al. (2013), bahwa nilai rerata kadar abu dari 50 oC dan 70 oC berbeda nyata terhadap
serbuk albumin ikan gabus dengan suhu kadar protein kaldu bubuk yang dihasilkan,
pengeringan 37 oC adalah 0,93% merupakan tetapi pada perlakuan 50 oC dan 60 oC
nilai terendah dan pada suhu pengeringan berbeda tidak nyata dan pada perlakuan 60 oC
53 oC merupakan nilai tertinggi yaitu 1,34%. dan 70 oC berbeda tidak nyata terhadap
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar protein kaldu bubuk yang dihasilkan.
suhu yang digunakan pada proses Hal ini diduga karena semakin tinggi suhu
pengeringan akan meningkatkan kandungan yang digunakan pada proses pengeringan
kadar abu. meningkatkan kadar protein. Adanya
Hal ini sesuai dengan pernyataan penambahan dekstrin yang digunakan
Susanto dan Saneto (1994), bahwa bahan berfungsi untuk melapisi komponen flavor
makanan yang dikeringkan akan mengalami seperti protein dari suhu tinggi.
pemekatan dari bahan-bahan yang tertinggal Menurut hasil penelitian dari Meiyani
salah satunya adalah mineral. Menurut (2014), bahwa rerata kadar protein yang
Sudarmadji et al. (1997), kadar abu tergantung dihasilkan dengan suhu pengeringan 100 oC
pada jenis bahan, cara pengabuan, waktu dan mengalami kenaikan dari kontrol 46,09%
suhu yang digunakan saat pengeringan. menjadi 48,1% dengan penambahan dekstrin
5%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
Kadar Protein tinggi suhu pengeringan yang digunakan tidak
Kadar protein didalam bahan pangan akan merusak komponen protein melainkan
menentukan mutu bahan pangan itu sendiri meningkatkan komponen protein yang ada
pada kaldu bubuk kepala ikan gabus. Hal ini Menurut penelitian Meiyani (2014)
sesuai dengan pernyataan Adawyah (2007), diperoleh hasil bahwa peningkatan kadar
semakin tinggi suhu pengeringan yang lemak terjadi karena pemberian dekstrin yang
digunakan pada bahan pangan maka akan semakin meningkat (2,5-7,5%) walaupun
meningkatkan kadar protein. Penggunaan dengan suhu pengeringan yang tinggi yaitu
panas dalam pengolahan bahan pangan dapat 100 oC karena struktur kandungan dekstrin
menurunkan persentase kadar air yang akan meningkatkan kadar lemak. Menurut
mengakibatkan persentase kadar protein Ismiwarti (2005), lemak dari cangkang
meningkat. Semakin kering suatu bahan maka rajungan maupun kepala udang ini umumnya
semakin tinggi kadar proteinnya. terdiri dari asam-asam lemak yang dapat
menimbulkan rasa gurih dari flavour, dan
Kadar Lemak aman jika dikonsumsi. Sesuai dengan
Lemak merupakan salah satu sumber pernyataan Desrosier (1988), selama
energi yang dibutuhkan oleh tubuh selain pengeringan bahan pangan kehilangan kadar
karbohidrat. Hasil rerata kadar lemak pada air yang menyebabkan naiknya kadar zat gizi
kaldu bubuk dari kepala ikan gabus dapat di dalam massa yang tertinggal seperti lemak.
dilihat pada Gambar 4.
Kadar Karbohidrat
10 Karbohidrat merupakan sumber kalori
utama dan memegang peranan penting dalam
Kadar Lemak (%)
8
tub uh. Kadar karbohidrat by difference
6 ditentukan dari hasil pengurangan 100%
4
dengan kadar air, kadar abu, kadar lemak, dan
2,45 2,83
2,36 kadar protein (Winarno 2008). Hasil rerata
2 kadar karbohidrat pada kaldu bubuk dari
0
kepala ikan gabus dapat dilihat pada
50 ᵒC 60 ᵒC 70 ᵒC Gambar. 5.
Perlakuan 100
Gambar 4. Histogram rerata kadar lemak kaldu bubuk
kepala ikan gabus 80
Kadar Karbohidrat
56,75 53,02
60 48,06
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 40
(%)
adanya kandungan kolagen yang terdapat sangat bersih bedasarkan rerata kadar air
pada tulang dan kulit ikan gabus yang masih (Gambar 1).
melekat pada daging. Menurut Hidayat
(2011), secara umum protein tidak banyak Flavor
mengandung glisin. Pengecualiannya ialah Hasil uji mutu hedonik kaldu bubuk
pada kolagen yang dua per tiga dari dari kepala ikan gabus pada parameter flavor
keseluruhan asam aminonya adalah glisin. dengan perlakuan suhu yang berbeda dapat
Glisin merupakan asam amino non esensial dilihat pada Gambar. 7.
bagi manusia.
5 4,32 b
Analisis Sensori 3,92 a 3,8 a
Adapun analisis sensori kaldu bubuk 4
Skor Flavor
dari kepala ikan gabus meliputi penampakan, 3
flavor, tekstur, warna dan rasa. 2
1
Penampakan
Hasil uji mutu hedonik kaldu bubuk 0
dari kepala ikan gabus pada parameter 50 ᵒC 60 ᵒC 70 ᵒC
penampakan dengan perlakuan suhu yang Perlakuan
berbeda dapat dilihat pada Gambar. 6.
Gambar. 7. Histogram rerata flavor kaldu bubuk dari
4,52 b kepala ikan gabus
5
Skor Penampakan
3,76 a 3,72 a
4 Berdasarkan uji mutu hedonik nilai
3 flavor kaldu bubuk dari kepala ikan gabus
2 berkisar antara 3,8 hingga 4,32. Nilai rata-
rata tertinggi diperoleh pada perlakuan suhu
1
70 oC artinya flavor kaldu bubuk dari kepala
0 ikan gabus termasuk dalam skala 4 yaitu khas
50 ᵒC 60 ᵒC 70 ᵒC
ikan dan tidak amis. Sedangkan nilai rata-rata
Perlakuan terendah diperoleh pada perlakuan suhu 60
Gambar. 6. Histogram rerata penampakan kaldu o
C artinya flavor kaldu bubuk dari kepala ikan
bubuk dari kepala ikan gabus gabus termasuk dalam skala 4 yaitu khas ikan
dan tidak amis.
Berdasarkan uji mutu hedonik nilai Berdasarkan analisis uji lanjut Kruskal
kenampakan kaldu bubuk dari kepala ikan Wallis perlakuan 50 oC dan 60 oC
gabus berkisar antara 3,72 hingga 4,52. Nilai berpengaruh tidak nyata tetapi dengan
rata-rata tertinggi diperoleh pada perlakuan perlakuan suhu 70 oC berpengaruh nyata
suhu 70 oC artinya penampakan kaldu bubuk terhadap parameter flavor kaldu bubuk dari
dari kepala ikan gabus termasuk dalam skala 5 kepala ikan gabus. Komponen-komponen
yaitu homogen dan sangat bersih. Sedangkan volatil penyebab aroma khas ikan tersebut
nilai rata-rata terendah diperoleh pada diduga terdapat dalam jumlah yang banyak
perlakuan suhu 60 oC artinya penampakan pada suhu perlakuan 70 oC, sehingga pada
kaldu bubuk dari kepala ikan gabus termasuk suhu perlakuan ini menghasilkan aroma ikan
dalam skala 4 yaitu homogen dan bersih. yang lebih pekat.
Berdasarkan analisis uji lanjut Kruskal Hal ini terjadi karena pada suhu 70 oC
Wallis perlakuan suhu 50 oC dan 60 oC menghasilkan nilai tertinggi pada analisis
berpengaruh tidak nyata tetapi dengan 70 oC flavor dikarenakan adanya peningkatan
berpengaruh nyata terhadap parameter kandungan asam amino glisin dan asam
penampakan kaldu bubuk kepala ikan gabus. glutamat yang merupakan komponen
Hal ini diduga suhu perlakuan 70 oC pembentuk citarasa lezat. Menurut Winarno
merupakan suhu terbaik pada parameter (2008), rasa gurih disebabkan oleh senyawa
penampakan kaldu bubuk yang homogen dan
yang terdapat pada ikan yaitu asam amino, dengan perlakuan suhu yang berbeda dapat
pembentuk cita rasa seperti glisin, alanin, lisin dilihat pada Gambar. 9.
terutama asam glutamat dapat menyebabkan
rasa lezat. 10
8
Tekstur
Skor Warna
Hasil uji mutu hedonik kaldu bubuk 6
dari kepala ikan gabus pada parameter tekstur 3,8 b
4
dengan perlakuan suhu yang berbeda dapat 1,96 a 1,88 a
2
dilihat pada Gambar. 8.
0
50 ᵒC 60 ᵒC 70 ᵒC
5 4,4 b
Perlakuan
4 3,68 a 3,52 a Gambar. 9. Histogram rerata warna kaldu bubuk dari
Skor Tekstur
Meiyani DNT, Riyadi PH, dan Anggo AD. Rahayuningsih E, Suprihastuti SR, Ester S,
2014. Pemanfaatan air rebusan kepala Ginanjar PR, dan Abriyanto P. 2006.
udang putih (Penaeus mergueinsis) sebagai Penguapan pelarut dari tetesan ekstrak
flavor dalam bentuk bubuk dengan dalam pengering sembur (Spray dryer).
penambahan maltodekstrin. Jurnal Media Teknik 4: 67-73.
Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Sudarmadji S, B. Haryono, dan Suhardi. 1997.
Perikanan 3(2): 67-74. Prosedur Analisis untuk Bahan Makanan dan
Mulyadi AF, Maligan JM, Wignyanto dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Hermansyah R. 2013. Karakteristik Susanto dan Saneto. 1994. Teknologi Pengemasan
organoleptik serbuk perisa alami dari Bahan Makanan. Blitar: C.V Family.
cangkang rajungan (Portunus pelagicus): Tonon RV, Brabet C, dan Hubinger MD.
Kajian dekstrin dan suhu pengeringan. 2008. Influence of process conditions
Jurnal Teknologi Pertanian 14(3): 183-192. on the physicochemical properties of
Naibaho LT, Suhaidi I, dan Ginting S. 2015. acai (Euterpe oleraceae Mart.) powder
Pengaruh suhu pengeringan dan produced by spray drying. Journal of
konsentrasi dekstrin terhadap mutu Food Engineering 88: 411-418.
instan bit merah. Jurnal Rekayasa dan Winarno F. 2008. Kimia Pangan dan Gizi
Pertanian 3(2). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.