You are on page 1of 10

IMPLEMENTASI SISTEM JENJANG KARIR DALAM PELAKSANAAN DISCHARGE

PLANNING

Wiwin Sulistyawati1, Roro Tutik Sri Hariyati2, Kuntarti3


1
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Kadiri
2,3
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

ABSTRAK
Discharge planning dapat menurunkan angka rawatan ulang. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi
hubungan implementasi sistem jenjang karir dan fungsi manajemen dengan pelaksanaan discharge
planning. Desain penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian adalah
perawat dan dokumen discharge planning masing-masing sebanyak 121. Cara pengambilan data
menggunakan simple random sampling dan proportional sampling.Analisis data menggunakan korelasi
Spearman. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan implementasi sistem jenjang karir (p=0,001),
penilaian kompetensi (p=0,001), kewenangan klinik (p=0,001), pengembangan profesional berkelanjutan
(p=0,001), dan fungsi manajemen (0,001) dengan pelaksanaan discharge planning. Hasil penelitian ini
merekomendasikan perlunya pelatihan discharge planning bagi perawat untuk meningkatkan kompetensi
perawat dalam melaksanakan discharge planning.
Kata kunci: sistem jenjang karir, discharge planning, perawat, kompetensi.

Abstract
Discharge planning can reduce patient readmission. This study aimed to identify relationship of
implementation nursing career ladder system and management function to the implementation of
discharge planning. Design research was descriptive correlation with cross sectional approach. Data were
collected through primary data as much as 121 nurses and also secondary data from patient medical
records related to discharge planning documentation. The sampling technique was simple random sampling
and proportional sampling. Data were analyzed by spearman correlation. The result showed a significant
correlation between implementation of career ladder system (p=0,001), competency assessment (p=0,001),
clinical privileges (p=0,001), continuing professional development (p=0,001) and management function
(p=0,001) and the implementation of discharge planning. It is recommended to the need for discharge
planning training for nurse to improve the competency of nurses in implementing discharge planning.
Key words: career ladder system, discharge planning, nurses, competency.

Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol:4, No.1,Mei 2016; Korespondensi : Wiwin Sulistyawati. Alamat:
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Kadirijalan Selomangleng no 1 kota kediriEmail:
tya_nersunair@yahoo.com

Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 4, No. 1 Mei 2016


34
PENDAHULUAN Bradley (2012), menyatakan discharge
planningmengurangi resiko kematian pasien
Discharge planning yang belum optimal
Infark Miocardial Acute (IMA) pasca 30 hari
menimbulkan dampak bagi pasien. Dampak
keluar dari RS. Penelitian senada juga
tersebut adalah meningkatnya angka rawatan
diungkapkan oleh Fox, Persaud, Maimets,
ulang dan pada akhirnya pasien akan
Broks, O’Briens, dan Trengguno (2013), yang
menanggung pembiayaan untuk biaya rawat
menyatakan terdapat hubungan yang
inap di rumah sakit (Perry & Potter, 2008).
bermakna antara discharge planning dengan
Kondisi kekambuhan pasien ini tentunya sangat
penurunan angka rawatan ulang dalam satu
merugikan pasien dan keluarga dan juga Rumah
sampai 12 bulan indeks pemulangan pasien.
Sakit (RS). RS yang mengalami kondisi ini
lambat laun akan ditinggalkan oleh pelanggan Keberhasilan discharge planning dipengaruhi
(Hariyati, 2014). oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut
antara lain; keterlibatan dan partisipasi,
Beberapa penelitian dilakukan untuk meneliti
komunikasi, waktu, perjanjian dan konsensus
dampak pelaksanaan discharge planning yang
serta personil discharge planning (Poglitsch,
kurang optimal. Penelitian yang dilakukan oleh
Emery & Darragh, 2011). Coleman dan
Moore, Ligget dan Pierson (2003) menunjukkan
Chalmers (2006) menjelaskan bahwa tipe
49% pasien kembali ke klinik setelah pulang
rumah sakit (pendidikan atau umum),
dari RS karena mempunyai masalah dengan
kompleksitas pasien, dan kompetensi perawat
kesehatan. Data di Indonesia, pada tahun 2010
ikut mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan
di tiga RS di Kota Bukittinggi didapatkan bahwa
discharge planning. Hariyati, Afifah, dan
terdapat 10% pasien Penyakit Jantung Koroner
Handiyani (2010), menyatakan bahwa ada
(PJK) mengalami rawatan ulang. Diperkirakan
peningkatan pengetahuan perawat setelah
bahwa salah satu penyebab terjadinya rawatan
dikenalkan model pelaksanaan discharge
ulang yaitu kemungkinan ketidaksiapan pasien
planning dan adanya peningkatan pelaksanaan
pulang ke rumah dengan rata-rata rentang
yang bermakna setelah dikenalkan model
pasien yang mengalami rawatan ulang dari
discharge planning.
rawatan sebelumnya tiga sampai enam bulan
(Wahyuni, Nurachmah & Gayatri, 2012). Salah satu cara yang dilakukan RS untuk
meningkatkan kompetensi perawat adalah
Pelaksanaan discharge planning yang tepat
dengan sistem jenjang karir. Sistem jenjang
bermanfaat bagi pasien. Cherlin, Curry,
karir perawat memberikan pengakuan dan
Thompson, Greysen, Spatz, Krumholz, dan

www.jik.ub.ac.id
35
penghargaan atas kontribusi perawat dalam terkait implementasi sistem jenjang karir
memberikan pelayanan keperawatan yang berdasarkan persepsi perawat. RSUD
berkualitas dan berdasarkan pada evidence Cengkareng belum pernah dilakukan penelitian
based practice, sehingga memberikan dampak ini untuk mengetahui pelaksanaan discharge
positif terhadap hasil yang dicapai pasien planning dan persepsi perawat terkait
(Burket, 2010).Implementasi sistem jenjang implementasi sistem jenjang karir perawat
karir terdiri dari pemetaan, penilaian klinik di ruang rawat inap.
kompetensi, credentialing, kewenangan klinik,
METODE
dan Pengembangan Profesional Berkelanjutan
Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasi
(PPB) (Depkes, 2013).
dengan rancangan penelitian cross
Implementasi sistem jenjang karir bermanfaat sectionaluntuk mengidentifikasi hubungan
untuk meningkatkan kinerja perawat, mutu implementasi sistem jenjang karir perawat
pelayanan keperawatan dan kepuasan klinik dengan pelaksanaan discharge planning.
perawat.Penelitian Nelson dan Cook (2008), Sampel dalam penelitian ini adalah perawat
tentang evaluasi program jenjang karir di rawat pelaksana di ruang rawat inap RS tipe B di
jalan menunjukkan bahwa ada peningkatan Jakarta Barat. Sampel diambil dengan teknik
kualitas pelayanan yang diberikan oleh perawat proportional sampling untuk mengambil
yang mempunyai level karir. Sitinjak (2008), perawat di tiap-tiap ruangan mewakili jenjang
menyatakan bahwa berdasarkan hasil karir perawat Junior Nurse (JN), Senior Nurse
wawancara dengan Direktur RS “Imanuel” (SN), dan Shift Charge Nurse (SCN).Simple
bandung yang sudah menerapkan sistem random sampling untuk memilih responden
jenjang karir, bahwa implementasi sistem dari masing- masing ruangan untuk tiap jenjang
jenjang karir telah berpengaruh terhadap karir dengan melakukan undian nomor urut
kepuasan kerja perawat dan berpengaruh pula perawat sesuai dalam daftar perawat di ruang
terhadap peningkatan mutu pelayanan tersebut setelah dikelompokkan sesuai jenjang
keperawatan. Discharge planning merupakan karirnya.Kriteria inklusi adalah perawat di ruang
salah satu indikator mutu pelayanan rawat inap yang mempunyai jenjang karir dan
keperawatan. Beberapa RS belum melakukan tidak sedang tugas belajar.Jumlah sampel
penilaian pelaksanaan discharge planning di sebanyak 121 orang.
RSdengan instrumen yang objektif, dan
Data dikumpulkan menggunakan kuesioner
terstruktur mulai dari pengkajian sampai
implementasi sistem jenjang karir untuk
dengan evaluasi dan belum adanya penilaian

Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 4, No. 1 Mei 2016


36
perawat dan panduan observasi discharge berikut.
planning untuk dokumen discharge planning. Tabel 1 Karakteristik perawat di RSUD

Kuesioner implementasi sistem jenjang karir Cengkareng Juni 2015 (n=121)

dibuat peneliti dengan berpedoman pada Variabel Frekuen %


si n=121
Depkes (2013).Pedoman observasi dokumen Pendidikan n (%)
DIII Keperawatan 109 90,9
mengacu pada pedoman observasi pelaksanaan S1 Keperawatan/ 12 9,1
Ners
discharge planning National Council of Social Level Karir
Junior Nurse (JN) 1 41 33,9
Services (NCSS) dan Rofi’i (2011). Junior Nurse (JN) 2 4 33,9
Senior Nurse (SN) 1 20 16,5
Hasil uji validitas menggunakan Pearson Senior Nurse (SN) 2 9 7,4
Shift Charge Nurse 10 8,3
product moment didapatkan nilai validitas (SCN)

antara 0,372-0,805. Hasil uji reliabilitas


Tabel 2. Hubungan implementasi sistem jenjang
instrumen dengan alpha cronbach didapatkan r
karir dengan pelaksanaan discharge
= 0,912. Penelitian ini mempertimbangkan
planning di RSUD Cengkareng Juni 2015
prinsip dasar etik penelitian keperawatan yaitu
(n=121).
menghormati harkat dan martabat manusia, Variabel Pelaksanaan Discharge
Planning
menghormati privasi dan kerahasiaan subjek,
R Nilai p
menghormati keadilan dan inklusivitas, serta Implementasi sistem 0,360 0,001*
jenjang karir
memperhitungkan manfaat dan kerugian yang a. Pemetaan Perawat 0,150 0,101
b. Penilaian 0,337 0,001*
ditimbulkan.Penelitian ini sudah lolos uji etik Kompetensi
c. Credentialing 0,142 0,121
dari Komite Etik Penelitian Fakultas Ilmu
d. Pemberian 0,292 0,001*
Keperawatan Universitas Indonesia nomor Kewenangan Klinik
e. PPB 0,307 0,001*
0323/UN2F2.D/HKP.02.04/2015. * Bermakna pada α 0,05.

HASIL
Hasil analisis menunjukkan bahwa ada
Karakteristik Responden
hubungan implementasi sistem jenjang karir
Sebagian besar jenis kelamin responden adalah
dengan pelaksanaan discharge planning
perempuan (90,1%), rerata umur responden 27
(p=0,001) dengan tingkat hubungan sedang dan
tahun dengan umur termuda 21 tahun dan
berpola positif (r = 360).Hasil penelitian dapat
tertua 45 tahun, dan rerata lama kerja 5 tahun
disimpulkan ada hubungan yang signifikan
dengan lama kerja tersingkat 2 tahun dan
penilaian kompetensi, pemberian kewenangan
terlama 13 tahun. Tingkat pendidikan dan
klinik dan PPB dengan pelaksanaan discharge
jenjang karir dijelaskan secara rinci pada tabel
planning, tetapi tidak terdapat hubungan

www.jik.ub.ac.id
37
pemetaan perawat dan credentialing dengan terencana.
pelaksanaan discharge planning di ruang rawat Lebih dari separuh perawat mempunyai level
inap RS. karir junior nurse. Hasil penelitian ini bisa
dijelaskan karena mayoritas perawat
PEMBAHASAN
mempunyai lama kerja 5 tahun dan
Sebagian besar perawat yang menjadi
berpendidikan D3 Keperawatan.Berdasarkan
responden di tempat penelitian adalah
model jenjang karir Depkes (2006) perawat
perempuan. Banyaknya perawat dalam
klinik I (PK I), perawat lulusan D3 Keperawatan
penelitian ini tidak mempengaruhi hasil
dengan pengalaman kerja 2 tahun atau S1
penelitian karena jenis kelamin tidak
Keperawatan (Ners) 0 tahun pengalaman.
berpengaruh pada kinerja, dalam penelitian ini
Sebagian perawat di tempat penelitian
pelaksanaan discharge planning. Robbins dan
mempunyai level junior nurse atau kalau
Judge (2013), menyatakan bahwa tidak ada
disejajarkan dengan model jenjang karir Depkes
perbedaan antara laki-laki dan perempuan
adalah PK 1. Level karir perawat tidak
dalam kinerja, kemampuan memecahkan
berpengaruh terhadap pelaksanaan discharge
masalah, keterampilan analisis, motivasi dan
planning hal ini senada dengan hasil penelitian
dorongan kompetitif.
sebelumnya yang menyatakan tidak ada

Mayoritas perawat yang menjadi responden hubungan antara level jenjang karir dengan

berpendidikan D3 Keperawatan. Faktor kinerja perawat di IRNA RSUD Banyumas

pendidikan penting dalam implementasi sistem (Suroso, 2011).

jenjang karir karena kualifikasi jenjang karir


Rerata umur perawat di tempat penelitian
yang diakui oleh Depkes (2006) adalah perawat
berada pada umur produktif yaitu 27
dengan minimal pendidikan keperawatan D3
tahun.Apabila RS bisa mengelola sumber daya
Keperawatan. Hasil penelitian ini menunjukkan
ini dengan baik sesuai dengan potensinya bisa
tidak ada hubungan yang bermakna antara
menjadi aset yang potensial bagi RS.Penelitian
tingkat pendidikan dengan discharge planning.
Robbins dan Judge (2013), yang meyatakan
Hal senada juga disampaikan Hariyati, Afifah
bahwa produktivitas seseorang dipengaruhi
dan Handiyani (2010), mengatakan bahwa tidak
oleh umur.Rerata lama kerja perawat di RSUD
ada korelasi antara tingkat pendidikan dan
Cengkareng 5 tahun.Hasil ini bisa dijelaskan
persepsi tentang pelaksanaan discharge
karena RS tersebut baru berumur 13 tahun
planning sebelum dan sesudah penjelasan
dengan status kepegawaian mayoritas pegawai
discharge planning yang terstruktur dan
RS bukan PNS. Lama kerja bisa mempengaruhi

Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 4, No. 1 Mei 2016


38
produktivitas kerja perawat, sesuai dengan jenjang karir. Depkes (2013), menyatakan
Siagian (2009) yang menyatakan lama kerja bahwa proses implementasi pemetaan terdiri
mempengaruhi pengalaman dan produktivitas, dari: (1) survei data dasar perawat saat ini
semakin lama kerja semakin banyak mencakup nama, pendidikan keperawatan
pengalaman dan produktivitas meningkat. terakhir, pelatihan, lama bekerja, umur,
golongan/ pangkat atau level, (2) melakukan
Implementasi sistem jenjang karir mempunyai
review dan analisis hasil survei data dasar untuk
hubungan yang bermakna dengan pelaksanaan
menetapkan level setiap perawat, (3)
discharge planning. Implementasi sistem
menyusun rekapitulasi profil perawat
jenjang karir bermanfaat untuk meningkatkan
berdasarkan penjenjangan karirnya, dan (4)
kepuasan kerja, kualitas perawatan dan
setiap perawat mengikuti penilaian
menambah kompetensi baru. Jennings (2009),
kompetensi.
mengatakan bahwa jenjang karir bermanfaat
untuk memperbaiki retensi dan rekruitmen, Hasil penelitian didapatkan ada hubungan
peningkatan kepuasan kerja, otonomi, dan antara persepsi perawat terhadap penilaian
kualitas perawatan pasien. Mutu pelayanan kompetensi dengan pelaksanaan discharge
keperawatan terdiri dari enam indikator, planning. Peningkatan pelaksanaan discharge
discharge planning merupakan salah satu dari planning yang sejalan dengan peningkatan
indikator mutu keperawatan. Implementasi persepsi perawat pelaksana tentang penilaian
penjenjangan karir terdiri dari beberapa kompetensi perawat karena dengan adanya
tahapan antara lain pemetaan untuk implementasi sistem jenjang karir
menentukan level perawat, penilaian memungkinkan perawat untuk menambah
kompetensi, credentialing, kewenangan klinik, kompetensi baru dan diharuskan mencapai
dan PPB (Depkes, 2013). kompetensi tertentu yang ditetapkan agar bisa
naik ke jenjang lebih tinggi. Hal ini tentu
Implementasi pemetaan tidak mempunyai
berdampak pada pelaksanaan discharge
hubungan yang bermakna dengan pelaksanaan
planning yang merupakan bagian dari asuhan
discharge planning. Hal ini dikarenakan
keperawatan.
pemetaan yang dilakukan masih sebatas
dokumen, perawat dilakukan pemetaan Credentialing tidak mempunyai hubungan yang
berdasarkan lama kerja, tingkat pendidikan dan signifikan dengan pelaksanaan discharge
pelatihan, perawat baru tidak dilakukan planning. Hal ini dikarenakan credentialing
penilaian kompetensi untuk menentukan masih bersifat administratif, belum melibatkan

www.jik.ub.ac.id
39
mitra bestari dan belum ada komite rencana, mengkoordinasikan, memonitor, dan
keperawatan yang mengatur tentang memberikan tindakan dan proses kelanjutan
credentialing. Belum adanya komite perawatan. Perawat melaksanakan tugasnya
keperawatan mengakibatkan proses dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai
credentialing belum berjalan dengan baik dengan SKPK yang telah diberikan. Selain itu
karena komite keperawatan bertanggung jawab perawat dituntut untuk mempertahankan,
melakukan credentialing bagi seluruh tenaga mengembangkan dan meningkatkan
keperawatan yang akan melakukan pelayanan kompetensi melalui program PPB.
keperawatan di RS. Komite Keperawatan
Hasil penelitian didapatkan ada hubungan yang
bertugas untuk melaksanakan fungsi
bermakna antara PPB dengan pelaksanaan
credentialing. Sutoto (2014), credentialing
discharge planning. PPB sudah dilakukan di
penting untuk menentukan kelayakan
tempat penelitian akan tetapi pemetaan PPB
pemberian kewenangan klinik kepada perawat,
masih berdasarkan persepsi Kepala Ruangan,
sehingga jika credentialing berjalan baik akan
belum berdasarkan kesenjangan kompetensi
berpengaruh pada kemampuan perawat dalam
perawat. PPB berpengaruh kepada ketrampilan
melakukan tugas yang menjadi kewenangan
dan kualitas pelayanan kepada pasien dalam
kliniknya. Pelaksanaan discharge planning
hal ini pelaksanaan discharge planning.Depkes
merupakan bagian dari pemberian asuhan
(2013), yang menyatakan bahwa PPB bagi
keperawatan kepada pasien yang merupakan
perawat dilaksanakan dalam rangka
tugas keperawatan yang dilakukan secara
mempertahankan dan meningkatkan
mandiri dan berkolaborasi dengan tenaga
kompetensi perawat agar tetap berorientasi
kesehatan lain. Credentialing bertujuan untuk
pada proses dan keselamatan pasien.
memastikan staf keperawatan kompeten dan
bertanggung jawab untuk memberikan asuhan KESIMPULAN
keperawatan langsung.
Kesimpulan hasil penelitian ini yaitu; (1)
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan karakterisistik perawat di ruang rawat inap
bermakna antara pemberian kewenangan klinik RSUD Cengkareng rerata umur 27 tahun
dengan discharge planning. Peran dan fungsi dengan rentang umur 21 sampai dengan 45
perawat sebagai educator terlihat dengan tahun. Mayoritas berjenis kelamin perempuan,
pelaksanaan discharge planning. Caroll dan berpendidikan D3 Keperawatan, dan lebih dari
Dowling (2007), menyatakan bahwa perawat separuh perawat pada jenjang junior nurse atau
sebagai discharge planners bertugas membuat PK 1, (2) implementasi sistem jenjang karir di

Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 4, No. 1 Mei 2016


40
ruang rawat inap RSUD Cengkareng Implementasi sistem jenjang karir yang baik
mempunyai rerata 51 (68,9%), dengan nilai diperlukan penilaian kompetensi yang
persepsi terendah 37 dan tertinggi, (3) tidak dilengkapi dengan self asessmen oleh perawat,
ada hubungan yang bermakna antara pembentukan komite keperawatan agar
karakteristik perawat pelaksana (jenis kelamin, credentialing berjalan baik, penerbitan Surat
tingkat pendidikan, jenjang karir, umur, dan Keputusan Kewenangan Klinik (SKPK), dan
lama kerja) dengan pelaksanaandischarge adanya pemetaan Pengembangan Profesional
planning, (4) ada hubungan yang bermakna Berkelanjutan (PPB) untuk mengatasi
antara implementasi sistem jenjang karir kesenjangan kompetensi perawat. Pelaksanaan
dengan pelaksanaan discharge planning, dan discharge planning perlu melibatkan tim
(5) ada hubungan yang bermakna implementasi kesehatan lain secara terintegrasi dan perlu
penilaian kompensi, kewenangan klinik, dan adanya materi discharge planning dalam
PPB dengan pelaksanaan discharge planning. pelatihan PPB untuk meningkatkan kompetensi
perawat dalam melaksanakan discharge
SARAN
planning.

DAFTAR PUSTAKA Journal Education in Nursing. Vol 41(8).


DOI:10.3928/00220124-20100503-07.
Azies., Nurachmah, E., & Notoatmojo. (2012).
Persepsi kepala ruangan dan perawat Caroll, A & Dowling. (2007). Discharge planning:
pelaksana tentang permasalahan Communication, education, and patient
manajemen dalam menerapkan participation. British Journal of Nursing.
pendokumentasian proses keperawatan 16. 15-21.
di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Coleman, E & Chalmers, S. (2006).The care
Jakarta. Jurnal Keperawatan Indonesia.
transition intervention: Results of
eISSN:2354-9203.
randomized controlled trial. Archives of
Internal Medicine. 166. 1822-1828.
Burket., Feimlee., Greider., Hippensteel.,
http://www.archintermed.com/.
Rohrer., & Shay. (2010). Clinical ladder
program evolution: Journey from novice Cherlin, E., Curry, L., Thompson, J., Greysen, S.,
to expert to enhancing outcomes. The Spatz, E., Krumholz, H., & Bradley, E.
(2012). Features of high quality

www.jik.ub.ac.id
41
discharge planning for patients Jennnings. (2009). Factors contributing to
following acute myocardial infarction. decision to participate or not participate
Journal general internal medicine. in a clinical ladder program. The journal
28(3):436-443. Doi:10.1007/s11.606- of nursing administration: Union
012-2234-y. Kentucky.
Moore., Ligget., & Pierson. (2003). Medical
Depkes RI. (2013). Petunjuk pelaksanaan
errors related to discontinuity of care
jenjang karir perawat di rumah
from an patient to an outpatient setting.
sakit.Jakarta: Direktorat Bina Pelayanan
Journal General Internal Medicine.
Keperawatan dan Keteknisian Medik
18:646-65.
Direktorat Jenderal Bina Upaya
Nelson, J. M., & Cook, P. F. (2008). Evaluation
Kesehatan
of a career ladder program in an

Fox, M., Persaud, M., Maimets, I., Broks, D., ambulatory care environment.Nursing

O’Briens, K., & Trengguno, D. (2013). Economics. 26(6),393-398.

Effectiveness of early discharge planning http://search.proquest.com/docview/2

in acutely ill or injured hospitalized 36940304?accountid=17242.

older adults: a systematic review and Perry A. G., & Potter P. A. (2005). Buku ajar

meta analysis. BMC fundamental keperawwatan: Konsep,

Geriatrics.http://www.biomedcentral.co proses, & praktik. (Volume 1, Edisi 4).

m/1471-2318/13/70. (Alih bahasa: Yasmin Asih, et al: Editor


edisi bahasa Indonesia Devi Yuliati,
Hariyati, R. T. S. (2004). Correlation of stress
Monica Ester). Jakarta: Penerbit Buku
management with preparing and
Kedokteran EGC.
adaptive response of stroke patient.
Poglitsch, L, A., Emery, M., & Darragh, A.
Nursing Journal Indonesia. Vol 8.
(2011).A qualitative study of
Hariyati, R. T. S., Afifah, E., & Handiyani, H.
determinant of successful discharge for
(2010). Developing prototype model of
older adult inpatient.Journal of
discharge planning with CD learning
American Physical Therapy
media in Indonesia. Scientifics Research
Association.(ISSN 1538-6724).
and Essays. Vol 5 (12), pp 1463-1469.
Rofi’i., Hariyati., & Pujasari. (2012). Perjanjian
ISSN 1992-2248.
dan konsensus dalam pelaksanaan
http://www.academicsjournals.org/SRE.
perencanaan pulang pada perawat di

Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 4, No. 1 Mei 2016


42
rumah sakit. Jurnal Keperawatan http://www.pdpersi.co.id./kegiatan/mat
Indonesia. Volume 15 (3), 207-214. eri_uu382014/akreditasirs2012.pdf
http://jki.ui.ac.id. Wahyuni., Nurachmah, E., & Gayatri. (2012).

Siagian, S.P. (2006). Teori dan praktek Kesiapan pulang pasien penyakit jantung

kepemimpinan.Cetakan kelima. Jakarta: koroner melalui penerapan discharge


planning. Jurnal Keperawatan Indonesia. Vol
PT Rineka Cipta.
15(3):151-58.
Sutoto. (2014). Persiapan bidang pelayanan
http://jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/view
keperawatan terkait Undang Undang
/3.
Keperawatan dalam standar akreditasi
RS.

www.jik.ub.ac.id
43

You might also like