You are on page 1of 11

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN GOSOK GIGI DENGAN METODE

PERMAINAN SIMULASI ULAR TANGGA TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN,


SIKAP, DAN APLIKASI TINDAKAN GOSOK GIGI ANAK USIA SEKOLAH DI SD
WILAYAH PARON NGAWI

(The effect of health education using modified snake ladders simulation game methods towards
toothbrushing’s knowledge, attitude, and action application changes for school age children)

Ernita Kurnia Sari, Elida Ulfiana, Praba Dian


Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
Kampus C Mulyorejo Surabaya 60115 Telp. (031)5913752, 5913754, Fax.(031)5913257
Email: er_612@yahoo.co.id

ABSTRACT
Introduction: Toothbrushing is an important activity to prevent teeth and mouth diseases, but
children behaviour towards it is still low. One of methods to improve the children toothbrushing
behaviour is by giving a health education. The aim of this experiment is to found out the effect of
health education using modified snake ladders simulation game methods towards toothbrushing’s
knowledge, attitude, and action application changes for school age children. Methods: The design
used in this study was quasi-experimental design. The samples were gathered by using purposive
sampling method consisted of 38 respondents based on the inclusion criteria which were divided
into control and experimental groups. The independent variable was health education using
modified snake ladders simulation game methods and the dependent variables were knowledge,
attitude, and action application in toothbrushing. The data were analyzed by using Wilcoxon
Signed Rank Test and Mann Whitney U Test with significance of α = 0.05. Result and Analysis:
The results showed that there were enhancement for knowledge (p=0.000), attitude (p=0.001), and
action application of toothbrushing (p=0.000) for post-intervention toward the experimental
group. These data were strengthened by the result of Mann Whitney U Test statistical analysis that
showed the significant differences for knowledge (p=0.002), attitude (p=0.026), and action
application of toothbrushing (p=0.001). Discussion: It can be concluded that toothbrushing health
education using modified snake ladders simulation game methods effected the toothbrushing’s
knowledge, attitude, and action application changes for school age children. The suggestion for the
further experiment is to give regular health education using snake ladders simulation game
methods with addition of observation for action of toothbrushing at home to obtain more accurate
result.

Keywords: Health education, Education method, Toothbrushing

PENDAHULUAN kesehatan dan penampilan (Pratiwi, 2007).


Perilaku tersebut timbul karena kurangnya
Usia sekolah merupakan usia penting pengetahuan anak mengenai pentingnya
dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik pemeliharaan gigi dan mulut, sehingga
anak. Periode ini juga disebut sebagai periode mereka mengabaikan kebersihan gigi dan
kritis karena pada masa ini anak mulai mulut. Hal ini, menjadi penyebab timbulnya
mengembangkan kebiasaan yang biasanya masalah kesehatan gigi dan mulut yang
cenderung menetap sampai dewasa sering terjadi pada anak usia sekolah
(Hariyanti, 2008). Salah satunya adalah (Fankari, 2004).
kebiasaan menjaga kebersihan gigi dan Hasil Riset Kesehatan Daerah
mulut. Menurut Sondang (2008) perilaku (RISKESDAS) tahun 2007 oleh Departemen
anak Indonesia di dalam menjaga kesehatan Kesehatan RI menunjukkan prevalensi anak
rongga mulut masih rendah. Perawatan gigi yang mengalami masalah kesehatan gigi dan
dianggap tidak terlalu penting, padahal mulut berdasarkan karakteristik umur adalah
manfaatnya sangat vital dalam menunjang 5-9 tahun sebesar 21,6%, umur 10-14 tahun

1
sebesar 20,6% dan terjadi di pedesaan Upaya pemeliharaan kesehatan gigi
sebesar 24,4 %.Berdasarkan pengambilan dan mulut sebaiknya dilakukan sejak usia
data awal di Puskesmas Paron pada tanggal dini. Peran sekolah sangat diperlukan dalam
11 April 2012, laporan kunjungan pasien gigi proses menciptakan kebiasaan menyikat gigi
di Puskesmas Paron pada bulan Januari- pada anak. Usia sekolah dasar merupakan
Maret 2012, diketahui anak usia sekolah yang saat ideal untuk melatih kemampuan motorik
melakukan perawatan dan pengobatan gigi seorang anak, termasuk menyikat gigi
sebanyak 24% dari 287 pengunjung (Riyanti & Saptarini, 2012). Perkembangan
Puskesmas. Rincian anak usia sekolah yang motorik halus dan kasar semakin menuju ke
melakukan perawatan dan pengobatan gigi arah kemajuan. Oleh karena itu anak lebih
adalah sebagai berikut: 26 anak usia 6-7 dapat diajarkan cara memelihara kesehatan
tahun, 27 anak usia 7-8 tahun, 21 anak usia gigi dan mulut secara lebih rinci, sehingga
8-9 tahun, 13 anak usia 9-10 tahun, 7 anak akan menimbulkan rasa tanggung jawab akan
usia 10-11 tahun, dan 6 anak usia 11-12 kebersihan dirinya sendiri (Riyanti, 2005).
tahun. Hasil pengambilan data awal di SDN Respons atau perilaku adaptasi seseorang
Dawu 2 pada tanggal 13 April 2012, siswa terhadap perubahan atau kemunduran,
kelas 2 yang berjumlah 20 orang, 80% siswa menurut teori adaptasi Roy, bergantung pada
menyatakan belum tahu cara menggosok gigi stimulus yang masuk dan tingkat atau
yang benar, 95% siswa mempunyai gigi kemampuan adaptasi orang tersebut. Tingkat
berlubang, dan 55% siswa menggosok gigi 2 atau kemampuan adaptasi seseorang
kali dalam sehari yaitu pada waktu mandi ditentukan oleh 3 hal, yaitu masukan (input),
pagi dan sore. Hasil pengambilan data awal kontrol, efektor, dan keluaran (output) (Blue,
di SDN Gelung 3 pada tanggal 8 Mei 2011, 1986). Menurut Thomson (2003), perilaku
siswa kelas 2 yang berjumlah 20 siswa, 80% tidak bisa dipelajari dalam semalam, tetapi
menyatakan belum tahu cara menggosok gigi secara bertahap selama bertahun-tahun
yang benar, 80% siswa mempunyai gigi seiring dengan pertumbuhan anak. Anak pada
berlubang, dan 60% siswa menggosok gigi 2 masa usia sekolah sangat aktif mempelajari
kali dalam sehari yaitu pada waktu mandi apa saja yang ada di lingkungannya, sehingga
pagi dan sore. dorongan untuk mengetahui dan berbuat
Masa kanak-kanak pertengahan 6-12 terhadap lingkungannya sangat besar. Oleh
tahun sering disebut sebagai masa-masa yang karena itu anak mudah di bimbing,
rawan, karena pada masa itulah gigi susu diarahkan, dan ditanamkan kebiasaan yang
mulai tanggal satu persatu dan gigi permanen baik. Berdasarkan teori perkembangan
pertama mulai tumbuh (usia 6-8 tahun). kognitif dari piaget, kemampuan intelektual
Dengan adanya variasi gigi susu dan gigi anak usia 6-12 sudah cukup untuk menjadi
permanen bersama-sama di dalam mulut, dasar diberikannya berbagai kecakapan yang
menandai masa gigi campuran pada anak. dapat mengembangkan pola pikir atau daya
Gigi yang baru tumbuh tersebut belum nalarnya (Yusuf, 2011). Sehingga diharapkan
matang sehingga rentan terhadap kerusakan pengetahuan itu akan menimbulkan
(Darwita, 2011). Oleh karena itu, gigi kesadaran mereka, dan akhirnya membuat
permanen yang tumbuh hanya satu kali mereka berperilaku sesuai dengan
dalam seumur hidup harus dijaga, dirawat pengetahuan yang dimilikinya (Notoatmodjo,
dan dipelihara dengan baik supaya terhindar 2007). Salah satu stimulus yang dapat
dari masalah gigi. Menjaga kebersihan gigi digunakan dalam pemberian pendidikan
harus dilakukan setiap hari sehingga gigi dan kesehatan anak adalah metode permainan
mulut bersih dari sisa-sisa makanan yang bisa simulasi. Metode permainan dipilih karena
menyebabkan kerusakan gigi. Kerusakan gigi proses belajar akan lebih aktif dan lebih
pada anak bisa menyebakan gangguan menyenangkan jika digabungkan dengan
masalah pertumbuhan dan perkembangan permainan (Rusli dan Gondhoyoewono,
pada anak akibat kekurangan gizi. Rasa sakit 2012). Berdasarkan informasi yang diperoleh
pada gigi dan mulut akan menurunkan selera dari kepala sekolah SDN Dawu 2 dan SDN
makan anak dan pemecahan makanan di Gelung 3 pendidikan kesehatan gosok gigi
dalam mulut tidak sempurna sehingga dengan metode permainan simulasi belum
penyerapan nutrisi yang dibutuhkan oleh pernah diberikan oleh guru ataupun petugas
tubuh akan terganggu (Cahyati, 2008). kesehatan setempat sehingga peneliti tertarik

2
untuk melakukan penelitian di 2 SDN tentang gosok gigi adalah kuisioner jenis
tersebut. closed ended multiple choice questionnaire
yang dimodifikasi dari skripsi Putra (2007),
BAHAN DAN METODE berisi 15 pertanyaan. Instrumen yang
digunakan untuk mengukur sikap gosok gigi
Desain penelitian yang digunakan adalah kuesioner dengan skala likert dengan
adalah Quasy-Experimental dengan penilaian favorable dan unfavorable.
rancangan penelitian pre-post test control Kuesioner terdiri dari 11 soal yang
group design. Sampel pada penelitian ini dimodifikasi dari Chairana (2002). Instrumen
adalah siswa kelas 2 SDN Dawu 2 Ngawi yang digunakan untuk mengukur aplikasi
dan SDN Gelung 3 Ngawi. Sampel diambil tindakan adalah kuisioner yang diadapatasi
sesuai dengan kriteria inklusi yang telah dari Kemp&Walters (2004), berisi 13
ditentukan, dengan jumlah sampel sebanyak langkah menggosok gigi. Data yang telah
38 anak. Penelitian ini menggunakan dikumpulkan kemudian dioleh dan dianalisis
purposive sampling. Penguji membagi dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol Sign Rank Test (uji komparasi 2 sampel
melalui sistem undian, karena penguji berpasangan) dengan derajat kemaknaan p≤
menggunakan 2 sekolah dalam penelitian 0,05 dan uji statistik Mann Whitney U Test
ini, namun siswa dalam kelas yang dijadikan (uji komparasi 2 sampel bebas/independen)
sampel merupakan kelompok yang homogen. dengan derajat kemaknaan p≤0,05.
Penelitian dilakukan selama bulan Mei s.d
Juni 2012. Variabel independen dalam HASIL
penelitian ini adalah pendidikan kesehatan
dengan metode permainan simulasi ular Pada bagian ini akan disajikan hasil
tangga, sedangkan variabel dependen dalam penelitian yang menunjukkan pengaruh
penelitian ini adalah pengetahuan, sikap, dan pendidikan kesehatan dengan metode
aplikasi tindakan gosok gigi. Instrument yang permainan simulasi ular tangga dalam
digunakan dalam penelitian ini adalah papan meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
permainan ular tangga yang telah aplikasi tindakan gosok gigi anak usia
dimodifikasi, alat peraga berupa pantom gigi, sekolah di SDN Dawu 2 Ngawi.
dan kuesioner (pengetahuan, sikap, dan
aplikasi tindakan gosok gigi). Instrumen yang
digunakan untuk mengukur pengetahuan

Tabel 1. Perubahan Pengetahuan Responden Sebelum dan Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan
dengan Metode Permainan Simulasi Ular Tangga

Pengetahuan K. Perlakuan K. Kontrol


Pre Test Post Test Pre Test Post Test
∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
Baik 10 52,7 17 89,5 5 26,3 10 52,6
Cukup 7 36,8 2 10,5 13 68,4 5 26,3
Kurang 2 10,5 0 0 1 5,3 4 21,1
Total 19 100 19 100 19 100 19 100

Tabel 2. Perubahan Sikap Responden Sebelum dan Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan
dengan Metode Permainan Simulasi Ular Tangga

Sikap K. Perlakuan K. Kontrol


Pre Test Post Test Pre Test Post Test
∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
Positif 11 57,9 10 52,6 7 36,8 10 52,6
Negatif 8 42,1 9 47,4 12 63,2 9 47,4
Total 19 100 19 100 19 100 19 100

3
Tabel 3. Perubahan Aplikasi Tindakan Gosok Gigi Responden Sebelum dan Setelah Diberikan
Pendidikan Kesehatan dengan Metode Permainan Simulasi Ular Tangga

Aplikasi K. Perlakuan K. Kontrol


Tindakan Pre Test Post Test Pre Test Post Test
Gosok Gigi ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
Baik 4 21,1 15 78,9 9 47,4 10 52,6
Cukup 8 42,1 4 21,1 8 42,1 9 47,4
Kurang 7 36,8 0 0 2 10,5 0 0
Total 19 100 19 100 19 100 19 100

Tabel 4. Hasil Uji Statistik pada Variabel Penelitian


K. Perlakuan K. Kontrol
No. Uji
Z p Z p
1 Pengetahuan
Wilcoxon Signed Rank Test -3.554 0,000 -0.431 0,666
Mann-Whitney U Test Z= -3,007 p= 0,002
2 Sikap
Wilcoxon Signed Rank Test -3.431 0,001 -1.455 0,146
Mann-Whitney U Test Z= -2,229 p= 0,025
3 ApliKASI Tindakan Gosok Gigi
Wilcoxon Signed Rank Test -3.638 0,000 -0.632 0,527
Mann-Whitney U Test Z= -3,260 p= 0,001

Pada semua variabel di kelompok PEMBAHASAN


perlakuan diketahui hasil uji statistik
menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test Pada tingkat pengetahuan sebelum
nilai sig (2-tailed) menunjukkan nilai diberikan Tingkat pengetahuan responden
p=0,000 untuk pengetahuan, p=0,001 untuk kelompok perlakuan sebelum dilakukan
sikap, dan p=0,000 untuk aplikasi tindakan intervensi berupa pendidikan kesehatan
gosok gigi, berarti semua nilai p < 0,05 dengan metode permainan simulasi ular
maka HI diterima artinya pendidikan tangga mayoritas responden memiliki
kesehatan dengan metode permainan pengetahuan baik (10 anak), sebagian kecil
simulasi ular tangga berpengaruh terhadap berada pada pengetahuan cukup (7 anak) dan
perubahan pengetahuan, sikap, dan aplikasi kurang (2 anak). Hal ini menunjukkan bahwa
tindakan gosok gigi pada anak usia sekolah. sebagian besar responden masih mengingat
Hasil uji statistik menggunakan Mann- informasi yang diberikan kepadanya dari
Whitney U Test nilai sig (2-tailed) adalah pihak sekolah ataupun puskesmas. Setelah
p=0,002 untuk pengetahuan, p=0,025 untuk diberikan pendidikan kesehatan gosok gigi
sikap, dan p=0,001 untuk aplikasi tindakan dengan metode permainan simulasi ular
gosok gigi, berarti semua nilai p < 0,05 tangga tingkat pengetahuan responden yang
sehingga H1 diterima. Hal tersebut baik bertambah menjadi 17 anak, dan
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sebagian kecil responden pengetahuannya
pengetahuan, sikap, dan aplikasi tindakan cukup menjadi 2 anak. Hasil analisis statistik
gosok gigi anak pada kelompok perlakuan menggunakan uji wilcoxon signed rank test
yang diberikan pendidikan kesehatan dengan menunjukkan pendidikan kesehatan gosok
metode permainan simulasi ular tangga dan gigi dengan metode permainan simulasi ular
kelompok kontrol yang tidak diberikan tangga dapat meningkatan pengetahuan
pendidikan kesehatan dengan metode gosok gigi pada responden kelompok
permainan simulasi ular tangga. perlakuan.
Pengetahuan merupakan hasil dari
tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui panca indra

4
manusia, yakni indra penglihatan, post test menurun ada 7 anak, dan responden
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. dengan nilai post test tetap ada 5 anak.
Sebagian besar pengetahuan manusia Berdasarkan hasil analisis menggunakan
diperoleh melalui mata dan telinga wilcoxon signed rank test diperoleh hasil
(Notoatmodjo, 2007). Saat memainkan tidak terjadi peningkatan pengetahuan gosok
permainan ular tangga, indra yang digunakan gigi pada kelompok kontrol. Menurut
selain mata adalah telinga. Responden Affandi (2003) menyatakan bahwa
membaca pertanyaan atau perintah dan kemampuan seseorang untuk mengingat
melihat gambar yang terdapat pada gambar informasi penting, meningkat lebih tinggi
yang terdapat di dalam ular tangga, bila ia mempelajari materi dengan metode
disamping itu pemain membaca lembar tertulis (bacaan) karena dengan membaca
jawaban yang sesuai dengan perintah atau (bacaan) kemampuan mengingat akan
pertanyaan yang diperoleh untuk melihat meningkat 72% sesudah 3 jam. Kelompok
kebenaran dari jawaban pemain serta kontrol memperoleh informasi dengan
memberikan penjelasan kepada responden metode ceramah sehingga ada kemungkinan
lain tentang materi gosok gigi. Harapan yang informasi yang diberikan tidak sampai pada
diinginkan adalah responden menjadi tertarik sasaran apabila responden tidak
untuk mempelajari informasi yang tergambar memperhatikan penjelasan dari secara
dan tertulis dalam media permainan ular sungguh-sungguh. Menurut Affandi (2003)
tangga sehingga terjadi peningkatan hafalan itu akan hilang lenyap bila yang
pengetahuan pada responden tentang materi dihafalkan itu tidak fungsional dan tidak
gosok gigi. langsung dipergunakan atau dimanfaatkan
Menurut Green (1999) pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.
dipengaruhi oleh faktor predisposisi, yaitu Sebelum diberikan pendidikan
status ekonomi, umur, jenis kelamin, dan kesehatan pada kelompok perlakuan,
susunan dalam keluarga. Berdasarakan teori responden mayoritas memunyai sikap yang
tersebut salah satu faktor yang positif sebanyak 11 anak. setelah diberikan
mempengaruhi pengetahuan adalah umur. intervensi, terjadi perubahan sikap sehingga
Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap responden yang memiliki sikap positif
dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah berkurang menjadi 10 anak. Mayoritas
umur akan semakin berkembang pula daya responden memiliki sikap positif, dan
tangkap dan pola pikirnya, sehingga sebagian besar responden mengaami
pengetahuan yang diperolehnya semakin peningkatan nilai sikap pada saat post test.
membaik (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan Hal ini, diperkuat dengan hasil analisis
teori tersebut, perubahan pengetahuan dapat statistik menggunakan uji wilcoxon signed
terjadi karena responden yang terpilih dalam rank test yang menunjukkan pendidikan
penelitian ini adalah siswa kelas 2 yang kesehatan gosok gigi dengan metode
berumur 7 dan 8 tahun, dimana anak usia 7- permainan simulasi ular tangga dapat
11 tahun secara tahap perkembangan sudah meningkatan nilai sikap gosok gigi pada
memasuki tahapan cara berpikir logis, masuk responden kelompok perlakuan.
akal, dan semakin tersosialisasi (mampu Sikap positif yang dimaksud oleh
mempertimbangkan sudut pandang orang lain peneliti adalah responden memiliki pendapat
yang berbeda dan sudut pandang mereka yang sesuai kriteria peneliti yaitu: responden
sendiri). Hal ini mengakibatkan terjadinya yakin akan pentingnya menggosok gigi,
peningkatan nilai post test pada kelompok melakukan gosok gigi pada waktu yang tepat
perlakuan. dengan menggunakan alat gosok gigi yang
Pada kelompok kontrol, sebagian sesuai, menghindari hal-hal yang dapat
besar responden mendapatkan informasi merusak kesehatan gigi, menjaga pola makan
tentang gosok gigi dari televisi, sekolah dan yang dapat menyehatkan gigi, dan mau
puskesmas dengan metode ceramah. melakukan perawatan gigi apabila
Informasi yang mereka dapat belum dapat mengalami sakit gigi. Responden yang masih
meningkatkan penetahuan sebagian mempunyai sikap negatif di akhir penelitian,
responden di akhir penelitian. Responden bisa disebabkan karena interpretasi mereka
yang nilainya meningkat pada saat post test dengan pertanyaan sikap yang kurang tepat.
berjumlah 7 anak, responden dengan nilai

5
Nilai sikap responden setelah Pada penelitian ini intervensi
diberikan pendidikan kesehatan mayoritas permainan simulasi ular tangga diberikan
menjadi meningkat dikarenakan responden sebanyak 4 kali. Menurut Triandis (1971)
yang berusis 7-8 tahun sudah bisa dalam Azwar (2009) informasi yang diterima
menangkap seluruh hal positif yang mereka seorang subjek untuk berpengaruh pada suatu
dapatkan dari intervensi, setelah pengetahuan perubahan sikap membutuhkan pengulangan
mereka cukup, emosional mereka bereaksi agar terjadi proses dan pemahaman dalam
dengan stimulus yang ada. Selain itu, diri subjek. Middle Cook (1974) mengatakan
Pendidikan kesehatan dengan metode adanya pengulangan pesan dapat membantu
permainan simulasi ular tangga diharapkan perubahan sikap (Azwar, 2009). Menurut
mampu membangun suatu kepercayaan teori tersebut setelah diberikan informasi
sehingga siswa memiliki sikap positif dalam secara berulang-ulang responden akan
berperilaku sehat. Responden yang bersikap memahami informasi tersebut sehingga
negatif mampu mengubah sikapnya menjadi responden bisa menentukan sikap yang sesuai
positif setelah diberikan intervensi tentang gosok gigi.
dipengaruhi oleh: pemberian informasi Pada kelompok kontrol, responden
tentang menggosok gigi yang disampaikan yang menunjukkan sikap positif pada saat pre
dengan jelas, sehingga mampu test sebanyak 12 anak, sedangkan responden
mempengaruhi emosional responden. yang menunjukkan nilai sikap positif pada
Pernyataan-pernyataan sikap yang diberikan saat post test sebanyak 10 anak, akan tetapi
peneliti kepada responden juga harus mampu sebagian besar responden mengalami
menstimulasi kepercayaan responden. penurunan nilai post test yaitu 10 anak,
Sikap adalah tingkatan kedua dalam responden yang mengalami peningkatan nilai
perilaku. Menurut Bloom yang dikutip oleh sebanyak 5 anak , dan responden dengan nilai
Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa tetap sebanyak 4 anak. Penurunan nilai sikap
orang akan mengubah sikap, jika ia mampu dipengaruhi oleh komponen kognitif atau
mengubah komponen kognitif terlebih pengetahuan siswa yang kurang sehingga
dahulu. Informasi yang disampaikan dalam mempengaruhi persepsi siswa mengenai
permainan ular tangga memberikan pengaruh gosok gigi. Persepsi yang negatif akan
pada pengetahuan atau kemampuan kognitif mempengaruhi komponen sikap selanjutnya
seseorang. Adanya informasi baru mengenai yaitu komponen afektif (komponen
gosok gigi yang terdpat pada permainan ualr emosional). Kelompok kontrol tidak
tangga yang telah dimodifikasi dapat mengalami peningkatan nilai pengetahuan
memberikan landasan kognitif baru bagi pada saat dilakukan post test, hal ini
terbentuknya sikap gosok gigi pada mengakibatkan tidak adanya peningkatan
responden. Informasi tentang gosok gigi nilai sikap pada responden. Tidak hanya
membawa pesan sugestif sehingga dapat pengetahuan saja yang memberikan pengaruh
memberikan dasar yang cukup kuat dalam terhadap perubahan sikap, namun perasaan
menilai suatu hal dan membentuk suatu sikap setuju dan tidak setuju responden terhadap
tertentu. Akibatnya terjadi peningkatan nilai suatu pernyataan juga memberikan pengaruh.
sikap pada kelompok perlakuan. Hasil uji statistik menggunakan wilcoxon
Pengetahuan seseorang tentang signed rank test diperoleh hasil tidak terjadi
sesuatu obyek juga mengandung dua aspek peningkatan nilai sikap gosok gigi pada
yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek kelompok kontrol.
inilah yang akhirnya akan menentukan sikap Sebelum diberikan pendidikan
seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin kesehatan dengan metode permainan simulasi
banyak aspek positif dari obyek yang ular tangga sebagian besar responden
diketahui, akan menumbuhkan sikap makin memiliki tingkat aplikasi tindakan cukup (8
positif terhadap obyek tersebut. Namun anak), sebagian kecil memiliki tingkat
seseorang yang berpengetahuan baik tidak aplikasi tindakan kurang (7 anak), dan
menjamin akan mempunyai sikap yang sisanya memiliki tingkat aplikasi tindakan
positif. Selain itu seseorang dalam baik (4 anak). Setelah diberikan pendidikan
menentukan sikap yang utuh, pengetahuan, kesehatan dengan metode permainan simulasi
pikiran, keyakinan dan emosi memegang ular tangga sebagian besar responden
peranan penting (Notoatmojo, 2007). memiliki kriteria tindakan baik (15 anak) dan

6
sisanya memiliki kriteria cukup. Hasil Salah satu penyebab terjadinya karies adalah
analisis statistik menggunakan wilcoxon pola makan atau diet. Anak-anak sangat suka
signed rank test menunjukkan pendidikan makanan yang lunak dan mengandung gula,
kesehatan gosok gigi dengan metode hal ini meningkatkan resiko terjadinya karies
permainan simulasi ular tangga dapat lebih besar dibandingkan anak yang memiliki
meningkatkan nilai aplikasi tindakan gosok pola makan makanan yang berserat
gigi pada responden kelompok perlakuan. (Budisuari, 2010). Sebagian besar responden
Pengetahuan atau kognitif kelompok perlakuakan makan makanan
merupakan domain penting untuk manis dalam sehari sebanyak satu kali,
terbentuknya tindakan seseorang artinya mereka mempunyai resiko untuk
(Nototmodjo, 2007). Pada perilaku yang terkena karies. Kebiasaan menggosok gigi
didasari oleh pengetahuan akan lebih juga dapat mempengaruhi berat ringannya
langgeng daripada perilaku yang tidak karies. Anak yang menggosok gigi
didasari oleh pengetahuan. Pada kelompok mempunyai kecenderungan terjadinya karies
kontrol tidak diberikan pendidikan kesehatan lebih ringan dibandingkan yang tidak
gosok gigi dengan metode permainan menggosok gigi (Budisuari, 2010).
simulasi ular tangga sehingga responden Responden kelompok perlakuan sudah
tidak memperoleh informasi tentang cara melakukan kegiatan menggosok gigi dua kali
menggosok gigi yang baik dan benar. dalam sehari bahkan ada juga yang
Informasi tersebut akan menjadi acuan dalam menggosok gigi tiga atau empat kali sehari,
melakukan aplikasi tindakan gosok gigi. namun ada beberapa responden yang masih
Sehingga responden tidak mengalami menggosok gigi satu kali dalam sehari.
penurunan nilai sikap pada saat post test. Perubahan perilaku membutuhkan
Hasil uji statistik menggunakan wilcoxon suatu proses, yaitu perubahan pengetahuan,
signed rank test diperoleh hasil tidak terjadi perubahan sikap, dan perubahan tindakan
peningkatan nilai aplikasi tindakan gosok (aplikasi tindakan). Menurut Roy dalam
gigi pada kelompok kontrol. Galbreath (1990) proses adaptasi perilaku
Peningkatnya rasa tanggung jawab melalui tahapan input, control processes,
terhadap tugas sekolah dan tugas di rumah effector, dan output. Input yang diberikan
akan lebih terlihat pada anak usia sekolah (6- berupa pendidikan kesehatan gosok gigi
12 tahun). Perkembangan motorik halus dan dengan metode permainan simulasi ular
kasar semakin menuju ke arah kemajuan. tangga, kemudian diproses melalui sistem
Oleh karena itu anak lebih dapat diajarkan regulator (sistem limbik menghasilkan
cara memelihara kesehatan gigi dan mulut koping yang positif) dan kognator (proses
secara lebih rinci, sehingga akan pembelajaran melalui media permainan
menimbulkan rasa tanggung jawab akan simulasi ular tangga). Pengetahuan yang
kebersihan dirinya sendiri (Riyanti, 2005). diperoleh responden akan diolah menurut
Separuh responden penelitian sudah tahapan pembelajaran kognitif yaitu asimilasi
melakukan tindakan gosok gigi secara (penyerapan informasi baru tentang gosok
mandiri tanpa harus diperintah oleh orang tua gigi ke dalam skema yang telah ada, skema
mereka, walaupun separuh dari responden merupakan suatu struktur mental seseorang di
masih ada yang diperintah orang tua mereka mana dia secara intelektul beradaptasi dengan
ketika melakukan kegiatan menggosok gigi. lingkungannya), akomodasi (membentuk
Peningkatan perilaku tersebut jika didasari skema baru yang cocok dengan rangsangan
dengan pengetahuan dan penerapan dalam informasi tentang gosok gigi atau
bentuk sikap dan tindakan yang positif dapat memodifikasi skema yang telah ada sehingga
bertahan lama (Darwita, 2011). Setelah cocok dengan rangsangan informasi tentang
diberikan pengetahuan tentang cara gosok gigi), dan equlibrasi (keseimbangan
menggosok gigi yang baik dan benar, seiring antara asimilasi dan akomodasi sehingga
dengan berjalannya waktu responden yang terjadi peningkatan pengetahuan responden
masih diperintah untuk melakukan kegiatan tentang gosok gigi). Koping positif dan
menggosok gigi akan bisa melakukan equilibrasi menghasilkan persepsi yang
kegiatan tersebut secara mandiri. positif yang menyebabkan peningkatan
Penyakit gigi dan mulut terutama pengetahuan, sikap yang positif, dan aplikasi
karies sering terjadi pada anak usia sekolah.

7
tindakan gosok gigi yang benar pada anak yang memungkinkan antara lain fasilitas dan
usia sekolah. faktor dukungan (support) yaitu tindakan.
Responden kelompok perlakuan Menurut Notoatmodjo (2003) setelah orang
berumur 7-8 tahun. Pada usia ini daya pikir mengetahui stimulus atau objek, kemudian
anak sudah berkembang ke arah berpikir mengadakan penilaian atau pendapat
konkret dan rasional. Umur sangat terhadap apa yang diketahuinya, proses
mempengaruhi perilaku seseorang juga bisa selanjutnya diharapkan dia akan mampu
mempengaruhi terhadap daya tangkap dan melakukan atau mempraktikkan apa yang
pola pikir seseorang. Kemampuan kognitif diketahuinya. Pemberian pengalaman yang
pada masa ini sudah cukup untuk menjadi bersumber dari pengetahuan, maka
dasar unruk diberikannyan berbagai diharapkan praktik/tindakan yang sudah
kecakapan yang dapat meningkatkan daya diadopsi tetap terpelihara. Tindakan dalam
pikirnya. Sehingga setelah diberikan penelitian ini berupa aplikasi tindakan
intervensi dengan metode permainan simulasi menggosok gigi. Hasil uji statistik mann
ular tangga responden mengalami whitney u test menunjukkan terdapat
peningkatan pengetahuan. Hasil uji statistik perbedaan signifikan nilai pengetahuan
mann whitney u test menunjukkan terdapat responden pada post test, hal ini dapat dilihat
perbedaan signifikan nilai pengetahuan dari mean masing-masing kelompok bahwa
responden pada post test, hal ini dapat dilihat mean kelompok perlakuan yang nilainya
dari mean masing-masing kelompok bahwa 88,16 lebih tinggi daripada mean kelompok
mean kelompok perlakuan yang nilainya kontrol yang nilainya 73,21. Sehingga dapat
87,05 lebih tinggi daripada mean kelompok disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan
kontrol yang nilainya 73,95. Sehingga dapat gosok gigi dengan metode permainan
disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan simulasi lebih efektif dalam meningkatkan
gosok gigi dengan metode permainan aplikasi tindakan gosok gigi daripada metode
simulasi lebih efektif dalam meningkatkan ceramah.
pengetahuan daripada metode ceramah. Perilaku hidup sehat anak tentang
Sikap merupakan reaksi ataupun gosok gigi harus terus terpelihara. Upaya
respon yang masih tertutup terhadap suatu untuk memelihara perilaku tersebut
stimulus ataupun objek, adanya memerlukan dukungan dari berbagai pihak,
kecenderungan untuk bertingkah laku dan seperti pihak sekolah, orang tua, dan petugas
berinteraksi terhadap suatu objek yang ada di kesehatan di wilayah tersebut. Usaha
lingkunganya (Notoatmodjo, 2007). Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan salah
Komponenen pembentuk sikap menurut satu upaya yang dilakukan oleh pihak
Alport (1954) dalam Notoatmodjo (2007), sekolah dalam memupuk kebiasaan hidup
yaitu kepercayaan, ide dan konsep suatu sehat yang salah satunya perilaku gosok gigi
subjek, kehidupan emosional atau evaluasi pada anak usia sekolah. Pendidikan
terhadap suatu objek, dan kecenderungan kesehatan gosok gigi merupakan salah satu
untuk bertindak. Hasil uji statistik mann cara yang sering dilakukan pihak sekolah
whitney u test menunjukkan terdapat untuk menanamkan perilaku gosok gigi pada
perbedaan signifikan nilai sikap responden siswa, namun tidak jarang pelaksanaan
pada post test, hal ini dapat dilihat dari mean program ini kurang maksimal. Siswa kelas 1
masing-masing kelompok bahwa mean pada SDN Dawu 2 dan Gelung 3
kelompok perlakuan yang nilainya 50 lebih mendapatkan pendidikan kesehatan gosok
tinggi daripada mean kelompok kontrol yang gigi setiap 3 bulan sekali oleh guru wali kelas
nilainya 49,58. Sehingga dapat disimpulkan mereka, namun di kelas selanjutnya
bahwa pendidikan kesehatan gosok gigi pendidikan kesehatan gosok gigi jarang
dengan metode permainan simulasi lebih diberikan karena kurangnya kesadaran guru
efektif dalam meningkatkan sikap daripada wali kelas masing-masing dalam hal
metode ceramah. pendidikan perilaku hidup sehat. Orang tua
Menurut Notoadmodjo (2007) suatu merupakan role model dalam pelaksanaan
sikap belum otomatis terwujud dalam suatu perilaku hidup sehat di rumah. Perilaku
tindakan (overt behavior) untuk mewujudkan gosok gigi siswa tidak hanya dilihat pada saat
sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata di sekolah, namun perilaku gosok gigi yang
diperlukan faktor pendukung atau situasi sebenarnya hanya bisa diamamti di rumah.

8
Sehingga diperlukan bantuan para orang tua bersama dan dengan adanya aturan yang jelas
dalam hal meningkatkan perilaku gosok gigi sehingga terbentuk hubungan antara
siswa di rumah. pemimpin dan anggota. (Wong, 2009).
Perawat adalah satu petugas Melalui ular tangga anak dapat memecahkan
kesehatan. Pendidikan kesehatan dalam masalah yaitu menjawab pertanyaan dan
keperawatan merupakan satu bentuk melakukan perintah yang terdapat dalam
intervensi keperawatan yang mandiri untuk papan permainan ular tangga. Permainan ular
membantu klien baik individu, kelompok tangga ini memberikan informasi pada anak
maupaun masyarakat dalam mengatasi tentang gosok gigi, sehingga anak dapat
masalah kesehatannya melalui kegiatan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
pembelajaran, yang didalamnya berperan Anak dapat meningkatkan kemampuannya
sebagai perawat pendidik (Suliha, 2002). dalam hal membaca; memahami kalimat
Permainan ular tangga termasuk dalam tanya, permintaan, dan perintah; bermain
metode pendidikan kesehatan permainan peran; dan belajar memahami konsep sebab
simulasi. Metode permainan simulasi akibat melalui permainan ular tangga
merupakan gambaran role play dan diskusi (Saraswati, 2010).
kelompok. Beberapa orang menjadi pemain, Saat dilakukan intervensi dengan
dan sebagian lagi berperan sebagai nara permainan simulasi ular tangga yang pertama
sumber (Notoatmodjo, 2003). Informasi masih banyak responden belum dapat
mengenai gosok gigi dan aplikasi tindakan mengikuti aturan permainan dengan baik,
gosok gigi sudah terangkum di dalam papan sehingga masih butuh mengarahan dan
permainan ular tangga yang digunakan dalam stimulasi dari fasilitator. Selain itu, pemain
penelitian. Cara memainkannya persis seperti juga kesulitan menjawab pertanyaan yang
bermain ular tangga dengan menggunakan terdapat pada papan permainan. Walaupun
dadu, gaco (penunjuk arah), dan papan main. demikian responden sangat antusias saat
Beberapa modifikasi dilakukan dalam papan mengikuti kegiatan yang dilakukan. Dengan
permainan ular tangga dengan menambahkan motivasi belajar yang tinggi inilah sebagian
beberapa pertanyaan dan perintah yang harus besar responden mampu menjawab
dijawab dan dilakukan oleh pemain, sehingga pertanyaan dan melakukan perintah secara
ditambahkan pula lembar jawaban untuk tepat walaupun masih diberikan sedikit
mengetahui kebenaran jawaban dan lembar stimulasi. Menurut Hurlock (2005) motivasi
perintah untuk mengetahui perintah yang belajar sangatlah penting untuk
harus dilakukan oleh pemain. mempertahankan minat dari ketertinggalan.
Bermain merupakan suatu kegiatan Permainan ular tangga sebagai
yang dilakukan oleh seorang anak secara bagian dari metode pendidikan kesehatan
sungguh-sungguh sesuai dengan permainan simulasi merupakan salah satu
keinginannya sendiri atau tanpa paksaan dari bentuk proses belajar. Menurut Piaget, dasar
orang tua maupun lingkungan, dimaksudkan dari belajar adalah aktivitas anak bila ia
hanya untuk memperoleh kesenangan dan berinteraksi dengan lingkungan sosisal dan
kepuasan (Riyadi & Sukarmin, 2009). lingkungan fisiknya. Pendidikan kesehatan
Permainan ular tangga merupakan salah satu dengan metode permainan ular tangga
jenis APE (Alat Pendidikan Edukatif). dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil,
Penggunaan APE dalam pendidikan dapat hal ini memberikan kesempatan bagi anak
menjadikan proses mengajar lebih cepat, untuk berinteraksi dengan orang lain dan
menambah daya pengertian, menambah memungkinkan terjadinya pertukaran ide-ide
ingatan anak, dan menambah kesegaran antar peserta melalui media ular tangga yang
dalam mengajar (Ismail, 2009). Kegiatan telah dimodifikasi sesuai dengan tujuan
belajar yang dilakukan dengan keinginan penelitian. Sehingga peserta mampu
sendiri tanpa ada paksaan akan lebih diingat mengetahui informasi tentang gosok gigi
oleh anak, sehingga permainan ular tangga yang baik dan benar. Kemudian terjadi
dapat meningkatkan pengetahuan dan peningkatan pengetahuan tentang gosok gigi,
pemahaman anak tentang gosok gigi. di mana pengetahuan tersebut merupakan
Ular tangga merupakan salah satu dasar dari perubahan sikap dan tindakan
terapi bermain: cooperative play. seseorang. Responden yang pengetahuannya
Cooperative play merupakan bermain secara kurang menjadi baik, responden yang

9
bersikap negatif mampu mengubah sikapnya usia sekolah dalam menggosok gigi. Perlu
menjadi positif, dan responden yang tindakan adanya penelitian lebih lanjut melalui
gosok giginya kurang menjadi baik setelah permainan simulasi ular tangga sebagai salah
diberikan intervensi. Dalam hasil penelitian satu metode dan media pendidikan kesehatan
ini dapat dilihat bahwa mayoritas responden sehingga dapat diterapkan di lingkungan
mengalami peningkatan pengetahuan yang dengan karakteristik anak usia sekolah
diikuti peningkatan nilai sikap, serta tertentu yang sesuai.
peningkatan aplikasi tindakan gosok gigi.
Sehingga secara umum dapat dikatakan KEPUSTAKAAN
bahwa pendidikan kesehatan gosok gigi Affandi, B. 2003. Pelatihan Ketrampilan
dengan metode permainan simulasi ular Melatih. Jaringan Nasional Pelatihan
tangga dapat meningkatkan pengetahuan, Klinik-Kesehatan Reproduksi.
sikap, dan aplikasi tindakan gosok gigi pada Jakarta.
anak usia sekolah. Azwar, S. 2009. Sikap Manusia, Teori dan
Pengukuran. Yogyakarta: Pustaka
SIMPULAN DAN SARAN Pelajar.
Simpulan Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan
Pengetahuan responden tentang Republik Indonesia. 2012. Riset
gosok gigi meningkat setelah diberikan Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
intervensi berupa pendidikan kesehatan 2007.
gosok gigi dengan metode permainan http://www.docstoc.com/docs/19707
simulasi ular tangga. Mayoritas responden 850/Laporan-Hasil-Riset-Kesehatan-
mengalami peningkatan nilai sikap, dan Dasar-(RISKESDAS)-Nasional-
sebagian besar responden memiliki sikap 2007. (Akses tanggal 11Maret 2012.
positif setelah diberikan pendidikan Jam 08.00 WIB).
kesehatan dengan metode permainan simulasi Budisuari, M, A, dkk. 2010. Hubungan Pola
ular tangga yang dimodifikasi. Hal ini terjadi Makan dan Kebiasaan Menyikat Gigi
karena responden sudah bisa menangkap dengan Kesehatan Gigi dan Mulut
seluruh hal positif yang mereka dapatkan dari (Karies) di Indonesia. Buletin
intervensi, setelah pengetahuan mereka Penelitian Sistem Kesehatan. Vol 13.
cukup, emosional mereka bereaksi dengan No 1.
stimulus yang ada sehingga membentuk sikap http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal
yang positif. Aplikasi tindakan gosok gigi /131108391.pdf. (Akses tanggal 11
responden meningkat setelah diberikan Maret 2012. Jam 08.00 WIB).
intervensi berupa pendidikan kesehatan Cahyati, W,H. 2008. Karies Gigi Pada Anak
gosok gigi dengan metode permainan TK. Kemas. vol. 4, no. 1.
simulasi ular tangga, karena pada saat Chairanna, I. 2002. Pengaruh Metode
pelaksanaan permainan ular tangga Penyuluhan Diskusi Kelompok dan
responden diberikan kesempatan untuk Demonstrasi Sikat Gigi oleh Tim
menginternalkan hasil pengetahuannya pada UKGS terhadap Perubahan Tingkat
waktu permainan. Kebersihan Gigi dan Mulut (Study di
Kecamatan Gempol Kabupaten
Saran Pasuruan). Tesis Universitas
Bagi sekolah, alat permainan Airlangga. Tidak dipublikasikan.
edukatif ular tangga yang telah dimodifikasi Darwita, RR, dkk. (2011). Efektifitas
dapat digunakan sebagai media pembelajaran Program Sikat Gigi Bersama
bagi siswa khususnya mengenai gosok gigi Terhadap Risiko Karies Gigi pada
sehingga untuk meningkatkan pengetahuan, Murid Sekolah Dasar. Journal
sikap, dan aplikasi tindakan gosok gigi siswa Indonesia Mededical Association.
kelas 2. Bagi petugas pelayanan kesehatan Vol 61. No 5.
metode permainan simulasi ular tangga yang http://indonesia.digitaljournals.org/in
dimodifikasi dapat digunakan sehingga dex.php/idnmed/article/download/35
memotivasi dan meningkatkan pengetahuan, 2/350. (Akses tanggal 7Maret 2012.
sikap, dan aplikasi tindakan gosok gigi anak Jam 11.00 WIB).

10
Fankari. 2004. Pengaruh Penyuluhan genalan%20dan%20Perawatan%20K
Dengan Metode Stimulasi dan esehatan%20Gigi%20Anak%20Seja
Demonstrasi Terhadap Perilaku k%20Dini.pdf. (Akses tanggal 14
Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Maret 2012. Jam 12.00 WIB).
Anak Usia Sekolah Dasar. Karya Riyanti, E & Saptarini, R. 2012. Upaya
Tulis Ilmiah DIV. Perawat Peningkatan Kesehatan Gigi dan
Pendidikan UGM. Mulut melalui Perubahan Perilaku
Galbreath, J. 1990. Nursing Theories The Anak. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
Base for Professional Nursing content/uploads/2011/09/pustaka_un
Practice. USA: Appleton & Lange. pad_Upaya-Peningkatan-Kesehatan-
Green, L, et all. 1999. Empowering: Gigi-dan-Mulut-Melalui-
Enabling Methods of Planning and Perubahan.pdf. (Akses tanggal 14
Organizing within Everyone Reach: Maret 2012. Jam 13.00 WIB).
Methods Demonstrated in Relation to Rusli, M & Gondhoyoewono, T. 2012.
Early Detection of Breast Cancer. Pengaruh Metode Bermain Terhadap
London: Jones and Bartlett Publisher. Penyuluhan Kesehatan Gigi dan
Hariyanti, N, dkk. 2008. Mengatasi Mulut. http://www.pdgi-
Kegagalan Penyuluhan Kesehatan online.com/v2/index.php?option=co
Gigi pada Anak dengan Pendekatan m_content&task=view&id=731&Ite
Psikologi. Dentika Dental Journal. mid=1&limit=1&limitstart=2. (Akses
Vol 13. No 1. tanggal 20 Maret 2012. Jam 12.00
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal WIB).Sondang, P, Hamada, T. 2008.
/131088084.pdf. (Akses tanggal 7 Menuju gigi dan mulut sehat. Medan:
Maret 2012. Jam 11.00 WIB). USU Press.
Hurlock, E. B. 2005. Perkembangan Anak Saraswati, S. 2010. Pengaruh Terapi
Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Bermain Ular Tangga Terhadap
Ismail, A. 2009. Education Games. Kemampuan Interaksi Sosial pada
Yogyakarta: Pro-U Media. Anak Autisme di Cakra Autisme
Kemp, J & Clare W, Alih bahasa Fransiscus Terapi Surabaya. Skripsi Fakultas
R. 2004. Gigi Si Kecil. Jakarta: Keperawatan Universitas Airlangga.
Erlangga. Tidak dipublikasikan.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Suliha, U. 2002. Pendidikan Kesehatan
Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.
Rineka Cipta. Thompson, June. 2003. Toddlercare:
Notoadmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan Pedoman Merawat Balita. Jakarta:
dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Erlangga.
Cipta. Wong, D,L. 2009. Buku Ajar Keperawatan
Pratiwi, D. 2007. Gigi Sehat. Jakarta: PT. Pediatrik. Vol 1. Jakarta: EGC.
Kompas Media Nusantara. Yusuf, S. 2011. Psikologi Perkembangan
Putra, D,E. 2007. Hubungan antara Anak & Remaja. Bandung: PT
Karakteristik Demografi (Umur, Remaja Rosdakarya Offset.
Jenis Kelamin), Kebersihan Gigi &
Mulut, dan Pola Makan dengan
Kejadian Karies Gigi pada Anak
Umur 6-12 Tahun (Studi Kasus).
Skripsi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Airlangga.
Tidak dipublikasikan.
Riyadi, S, & Sukarmin. 2009. Asuhan
Keperawatan pada Anak.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Riyanti, E. 2005. Pengenalan dan Perawatan
Kesehatan Gigi Anak Sejak Dini.
http://resources.unpad.ac.id/unpad-
content/uploads/publikasi_dosen/Pen

11

You might also like