You are on page 1of 17

PENDEKATAN ANAK SAAT MELAKUKAN

PERAWATAN GIGI

( Children’s Approach During Dental Treatment)

Helen Saparingga Marbun ( 1906001810 )

Mahasiswa

Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara

JL.Alumni No. 2 Kampus USU Medan 20155

E-MAIL : helenmrbn@gmail.com

Abstract
Early treatment of dental health is very useful for children who are still in early stages of growth
and development. Every child who came to the dentist have different dental health conditions
and will show different behavior towards dental care service.Some scientists have classified
child’s behavior, but the classification according to White is the best because it can show the
child’s behavior clinically. The classification of child's behavior towards dental care and oral
according to White are the cooperative, inability to cooperative, out of control, obstinate, timid,
tense, and whining patient. Uncooperative behavior is a manifestation of the child's fear and
anxiety towards dental care. The reason may come from the children themselves, parents,
dentists, or clinic environment. In dental care, tooth extraction without injection (topical
anesthetic), extraction with injection (anesthetic injection), and drilling are condition triggering
anxiety of patients. Difficulty in dental treatment for children can be overcome by understanding
psychological aspect of children in a certain age. Some principles in handling children are good
psychological approach, effective management technique of patient, empathy, and supporting
circumstances. Thus, it is advisable to consider some techniques which are successfully-proved
in psychology and may be applied in dental care such as attitude development, Tell-Show-Do,
desensitization, reinforcement, modeling and sedation.
Key word: anxiety, topical anesthetic, injection.
Pendahuluan pendidikan khusus dalam perawatan gigi
pada anak. Karena dasar rasa takut dari
Pasien anak memerlukan pendekatan
ketidakmampuan untuk menghadapi situasi,
yang khusus sehubungan dengan
terkadang mendorony banyak dokter gigi
perkembangan jiwanya dan diperlukan
untuk menolak beberapa perawatan gigi
waktu yang cukup lama untuk dapat dirawat
pada anak. Kesulitan pelaksanaan perawatan
dengan baik terutama untuk anak yang
gigi pada anak dapat dilakukan jika dokter
kurang kooperatif. Berkomunikasi dengan
gigi memperoleh pengetahuan yang baik
anak merupakan kunci utama untuk
dari kondisi manifestasi fisik dan psikologis
penanggulangan prilaku anak. Dokter gigi
pasien. Pada makalah ini akan dibahas cara-
harus mampu berkomunikasi secara efektif
cara penanganan perilaku anak agar dapat
dengan sebahagian anak yang berusia tiga
diajak bekerja sama ketika dilakukan
tahun atau lebih. Kunci keberhasilan dokter
perawatan gigi dan mulut.
gigi dalam menanggulangi pasien anak
adalah pada kemampuannya untuk
berkomunikasi dengan mereka dan
Mengenali Macam Tingkah Laku Anak
menanamkan kepercayaan pada diri anak
Saat Perawatan Gigi
tersebut. Komunikasi dengan anak akan
bertambah baik apabila dokter gigi Tingkah laku seorang anak jika
mengetahui tingkat perkembangan diri berada diklinik dokter gigi atau pada saat
psikologi anak. perawatan gigi dan mulut sebagai berikut:

Perawatan gigi pada anak sering kali 1. Tipe yang bekerja sama (kooperatif)
tidak semudah dalam melakukan perawatan .Tipe ini adalah tingkah laku yang
gigi dewasa. Karena anak memiliki berbagai terbuka, tingkah laku yang dapat
faktor yang mempengaruhi tingkah laku mengerti tentang dirinya sendiri.
serta berbagai Pasien yang santai dan kunjungan
menjadi menyenangkan bagi pasien
Merupakan tantangan tersendiri bagi
dan dokter gigi. Prosedur perawatan
dokter gigi untuk dapat membuat seorang
menjadi sempurna. Anak juga akan
anak mau bekerja sama dalam setiap
mudah mengikuti apa yang
tindakan perawatan gigi dan mulut. Tidak
diinstruksikan oleh dokter gigi.
banyak dokter gigi yang telah memperoleh
Meskipun kooperatif, pasien tipe ini tersebut akan nada tangisan yang
harus tetap ditangani sebagaimana nyaring, teriakan dan tabiat pemarah.
mestinya. Biasanya akan timbul oleh karena
tingkat kecemasan dan ketakutan
yang tinggi.

4. Tipe keras kepala .Pasien yanq


menentang atau keras kepala sering
bersikap bodoh dan menjadi perusak.
2. Tipe tidak bekerjasama (Tidak Ia melawan orang dewasa baik itu
kooperatif) .Biasanya terdapat pada dokter gigi. Dapat dijumpai pada
anak yang masih kecil kira-kira anak-anak< semua umur, tetapi pada
berusia 1-3 tahun, anak belum dapat umumnya terdapat pada anak
dialak berkomunikasi secara sekolah dasar. Seringkali anak
langsung. Hal ini hanya berlangsung mengatakan tidak mau ketika akan
sementara lalam masa dilakukan perawatan dan biasanya
perkembangan. sikap demikian ini sering dilakukan
di rumahnya, dimana kemungkinan
orang tua kurang tegas sehingga
semua kemauan anak dituruti.

5. Tipe pemalu Tingkah laku yang


pemalu memerlukan penanganan
yang serius karena tanpa penanganan
yang sepatutnya, potensi menjadi

3. Tipe histerik (Tidak terkontrol) pasien yang baik dapat berubah -

.Beberapa karakteristik akan dapat rmenjadi pasien yang kooperatif.

terlihat pada pasien dengan tingkah Anak pemalu merupakan sikap yang

laku yang tidak terkontrol. Pasien paling ringan dari bentuk tingkah

biasanya berumur 3-6 tahun dan ini laku yang negatif. Sikap pemalu

merupakan kunjungan yang pertama biasanya ditunjukkan dengan

kali ke dokter gigi. Pada perawatan mencari perlindungan pada ibunya,


menarik baju ibunya, mencari-cari
alasan, ragu-ragu dan menangis,
walaupun tidak keras. Tipe dari
perilaku.ini merupakan refleksi dari
proteksi orang tua yang berlebihan
yang mengarahkan anak menjadi
sangat tergantung pada orang tua.

6. Tipe kooperatif tegang. Tingkah


lakunya dapat diketahui melalur
gerakan-gerakan anggota tubuhnya Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
seperti matanya selalu mengikuti Anak

setiap perubahan gerak dokter gigi


Faktor anak
atau asistennya. Suara bergetar,
a. Umur
badannya gemetar ,dahi dan telapak
tangannya berkeringat, tetapi mereka Kematangan anak bisa
dapat mengontrol emosinya. dikelompokkan mengikuti kronologis
tingkatan usia sebagai berikut :
7. Tipe pasien cengeng. Pada
umumnya anak disebut sebagai 1. Usia 2 tahun
penangis atau pengaduh, tetapi
Anak yang berusia dua tahun
mempunyai potensi untuk menjadi
memiliki kosakata yang bervariasi dari
kooperatif. Tangisan anak
15 sampai 1000 kata. Anak pada periode
merupakan manifestasi dari rasa
ini takut pada gerakan mendadak yang
takut dan cemas. Tangisannya tidak
tidak terduga. Pergerakan mendadak
keras, emosinya konstan dan jarang
pada kursi gigi (dental chair) tanpa
mengeluarkan air mata, sehingga
peringatan akan menimbulkan rasa takut,
mengesalkan.
cahaya yang terang juga terasa
menakutkan bagi anak. Memisahkan
anak pada usia ini dari orang tuanya
sangat sulit. Sebisa mungkin anak pada
periode usia dua tahun ditemani oleh
orang tua atau pendamping selama Biasanya anak pada usia ini bisa
berada di ruang perawatan. menangani ketakutan terhadap prosedur
perawatan gigi karena dokter gigi bisa
2. Usia 3 tahun
menjelaskan apa yang akan dilakukan
Anak usia tiga tahun memiliki dan alasan kenapa perawatan tersebut
keinginan untuk berbicara dan dilakukan.
mendengarkan. Pada usia ini, sikap
b. Jenis Kelamin
kooperatif muncul dan dokter gigi bisa
mulai menggunakan pendekatan positif Dari sebuah penelitian yang
dengan anak tersebut . dilakukan oleh Azodo dan Unamatokpa
(2012) di Nigeria dari total 37 orang
1. Usia 4 tahun
yang berkunjung ke dokter gigi, 21
Seorang anak usia empat tahun orang berjenis kelamin perempuan dan
umumnya mendengarkan dan tertarik sisanya 16 orang berjenis kelamin laki-
untuk menjelaskan. Jika tidak diatur laki. Hal ini menunjukkan bahwa wanita
dengan baik pada beberapa situasi anak lebih sering mengunjungi dokter gigi
usia empat tahun bisa menjadi tidak disbanding laki-laki. Berdasarkan
patuh dan menentang. penelitian yang dilakukan oleh
Mohammed pada tahun 2014 di India
4. Usia 5 tahun
sehubungan dengan jenis kelamin,
Usia ini merupakan periode dari bahwa pada populasi yang diteliti,
penggabungan, dimana anak pada usia perempuan dinilai lebih tinggi tingkat
lima tahun senang melakukan aktifitas ketakutannya terhadap tindakan
berkelompok dan siap berpartisipasi perawatan gigi dan mulut, tetapi analisis
didalamnya dan mereka juga memiliki statistik menunjukkan tidak ada
sedikit rasa khawatir bila terpisah dari perbedaan yang signifikan dalam hal ini
orangtuanya saat melakukan perawatan berkaitan dengan jenis kelamin. Hal ini
gigi. mungkin disebabkan karena perbedaan
budaya.
5. Usia 6 sampai 12 tahun
c. Pengalaman perawatan gigi menghasilkan perilaku anak yang
sebelumnya berbeda dalam merespon perawatan
yang dilakukan.
Anak-anak yang memiliki pengalaman
medis yang positif cenderung bersifat e. Anak dengan penyakit yang
kooperatif dengan dokter gigi. Berbeda melemahkan
dengan yang pernah mendapat penyandang cacat, atau menderita
pengalaman buruk pada perawatan gigi gangguan perkembangan. Karena
dapat bersikap nonkooperatif pada keparahan kondisinya, maka tidak
perawatan selanjutnya sehingga dapat diperoleh kerjasama dari
memerlukan waktu untuk mereka dengan cara biasa.
mengembalikan kepercayaannya. f. Anak yang mempunyai toleransi
rendah terhadap rasa sakit
d. Jenis Perawatan
biasanya mudah berperilaku tidak
Penelitian yang dilakukan oleh Alaki kooperatif.
pada tahun 2012 menunjukkan bahwa g. Faktor keluarga
ketika anak-anak ditanya tentang
Perilaku anak tidak
prosedur perawatan gigi yang paling
kooperatif dapat berasal dari orang
mengkhawatirkan adalah ekstraksi
tua atau lingkungan keluarga. Dan
(43.5% laki-laki dan 64,6% perempuan),
dapat disebabkan oleh beberapa
diikuti dengan perawatan saluran akar
faktor:
(RCT) (36,6% laki-laki dan 49,5%
perempuan), takut akan cedera gigi a. Rasa takut dan cemas orang tua
(31,2% dari laki-laki dan 43,9% atau anggota keluarga yang
perempuan), suntikan (24,0% laki-laki ditularkan anak.
dan 50,5% perempuan). Dalam
b. Tindakan orang tua yang
penelitian ini juga ditemukan bahwa
mengancam anak dengan
penyebab terbesar anak cemas terhadap
menggunakan kunjungan ke dokter
perawatan gigi dan mulut adalah
gigi sebagai hukuman.
tindakan ekstraksi. Dari hasil ini dapat
diketahui bahwa jenis perawatan yang
berbeda juga berpotensi untuk
c. Membicarakan perawatan gigi di yang seperti akan membuatnya
depan anak. Hal ini dapat merasa sakit. Situasi dan keadaan
menimbulkan lingkungan perawatan gigi juga
kecemasan, ketakutan, dan akibatnya berpengaruh timbulnya rasa takut
anak menjadi tidak koperatif. dan cemas.Sebagai contoh ruang
d. Sikap orang tua yang berpengaruh tunggu yang pengap atau panas
terhadap perawatan gigi dan mulut berbeda dengan ruang tunggu yang
anaknya, sejuk dan nyaman.
antara lain:
i. Faktor tim dokter gigi
1. Orang tua yang otoriter
2. Orang tua yang terlalu Perilaku tidak kooperatif
sabar pasien anak disebabkan oleh
3. Orang tua yang lalai/ pengelolaan yang kurang tepat oleh
penolakan (rejection) tim dokter gigi. Sikap tim dokter gigi
4. Orang tua yang yang kaku atau keras, kurang sabar,
manipulatif kurang menunjukkan kehangatan dan
5. Orang tua yang suka perhatian dapat menyebabkan anak
mencurigai bersikap negatif. Ketidaktepatan
6. Orang tua yang terlalu penanganan oleh dokter gigi juga
melindungi (overprotection) dapat disebabkan karena
7. Orang tua yang terlalu ketidakpahaman dokter gigi terhadap
cemas (overanxiety) perilaku anak sehingga dia tidak
8. Orang tua yang terlalu menangani pasien anak secara tepat.
mengidentifikasi
(overidentification)

h. Faktor lingkungan klinik gigi

Pada umumnya penyebab


rasa takut dan rasa cemas dalam
perawatan gigi pada anak timbul
terutama pada alat yang dilihatnya,
Cara yang Dapat Dilakukan dalam - Persiapan yang
Pendekatan Anak Pada Saat Perawatan berlebihan,banyak bertanya
Gigi hingga sempat menimbulkan
rasa takut
I . Komunikasi

Komunikasi yang efektif dengan


anak merupakan prinsip terhadap teknik TSD
penanggulangan tingkah anak yang lain.
Komunikasi dengan anak akan bertambah
baik apabila dokter gigi mengetahui tingkah
laku perkembangan psikologi anak. Kontak
mata dengan anak perlu dilakukan disertai
Addelston ( 1959 ) pertama kali
dengan sambutan hangat dan sikap
mencoba cara TSD untuk merawat gigi anak
bersahabat. Letak keberhasilan dokter gigi
dan cara ini sangat sederhana dan cukup
dalam menanggulangi pasien anak adalah
efektif. Cara ini baik untuk anak yang takut.
pada kemampuannya untuk berkomunikasi
dengan mereka dan menanamkan Tell : Anak diberitahu apa yang
kepercayaan pada diri anak tersebut. akan dilakukan pada dirinya dengan
bahasa yang dimengerti oleh
Cara membuka komunikasi :
anak.
1. Abaikan segala gejala yang tidak
Show : Menunjukkan objek sesuai
kooperatif yang mula-mula
dengan yang diterangkan
ditunjukkan anak.
sebelumnya tanpa menimbulkan rasa
2. Mulai dengan prosedur yang
takut. Dalam hal ini dapat
paling mudah dan cepat
dipergunakan model
dikerjakan dengan yang sulit.
gigi,menunjukkan alat yang
3. Hindari selalu hal-hal yang
dipergunakan misalnya bur dan kalau
membuat anak takut,misalnya :
perlu dipegang pasien.
- Alat/obat
- Kata-kata yang menakutkan
Do : Melakukan tindakan pada boleh disangkal atau ditentang.
anak sesuai dengan yang dikatakan Karena hal ini dapat menurunkan
dan ditunjukkan pada anak. kepercayaan anak dalam
kemampuannya mengatasi rasa takut
Pada waktu melakukan TSD
dan menyebabkan tingkah lakunya
harus sesuai dengan yang diceritakan
kemudian hari cenderung negatif.
atau ditunjukkan,jadi jangan sampai
Peranan dokter gigi disini memberi
anak merasa dibohongi. Cara
tahu anak bahwa rasa sakit tidak
pendekatan dengan TSD dapat
perlu ditakutkan,dokter gigi dapat
diterapkan untuk semua jenis
menerangkan hal yang dapat
perawatan pada anak kecuali
mengurangi rasa takutnya sehingga
melakukan suntikan.
tidak ada yang mengejutkan.
Anak perlu mengetahui apa yang
Mengatur suara (Control of Voice)
akan dilakukan selama perawatan gigi,dalam
hal ini : Suatu metode yang efektif
untuk mendapatkan perhatian anak
- Meletakkan tangan di
dalam menciptakan komunikasi yaitu
pangkuan
dengan pengaturan suara. Perubahan
- Tetap diam di kursi
intonasi suara dari pelan sampai
- Jangan rebut
keras cukup efektif untuk
Perawatan tersebut perlu dijelaskan mendapatkan perhatian dan
supaya anak dapat dirawat dengan mengingatkan si anak bahwa dokter
cepat dan anak yang lain tidak gigi harus dipatuhi.
terganggu.
Meminta persetujuan ( Asking of
Penyangkalan rasa takut ( Deny of Approval )
Fear )
Komunikasi dengan anak
Rasa takut merupakan naluri dapat terganggu bila dokter gigi
pertama sejak bayi lahir. Anak dapat meminta persetujuan anak untuk
menunjukkan rasa takut pada suatu perawatan gigi. Karena ada
perawatan gigi, rasa takut ini tidak
kecenderungan anak tidak setuju yang sudah terlatih dan berani atau
dengan permintaan dokter gigi. kelompok anak pengalaman dalam
perawatan gigi.
Penundaan perawatan
Menurut Bandura ( 1969 ) :
Komunikasi yang berlebihan
Modeling adalah suatu proses
yang dilakukan anak yaitu dengan
sosialisasi yang terjadi baik secara
bertanya terus-menerus, meskipun
langsung maupun tidak langsung
sebenarnya anak tidak menginginkan
dalam interaksinya dalam
jawaban adalah merupakan cara anak
lingkungan sosial.
untuk menunda atau menghindari
perawatan terutama pada waktu akan Bandura mengemukakan 4
melakukan injeksi. Cara menghindari komponen dalam proses belajar melalui
atau penundaan perawatan lainnya model :
yang dijumpai yaitu permisi
a. Memperlihatkan . Sebelum
berulang-ulang ke kamar kecil atau
melakukan perawatan anak akan
mengeluh perutnya sakit.
memperhatikan model yang akan
ditiru. Keinginan ini timbul
karena model memperlihatkan
II. MODELING
sifat dan kualitas yang baik.
Anak mempunyai sifat ingin b. Merekam . Setelah
tahu,sifat meniru dan sifat bersaing. memperlihatkan dan mengamati
Sifat-sifat ini dapat dimanfaatkan model maka pada saat lain anak
dalam merawat gigi anak. Modeling akan memperlihatkan tingkah
adalah teknik yang menggunakan laku yang sama dengan model
kemampuan anak untuk meniru anak yang dilihat. Dalam hal ini anak
lain dengan cara pengalaman yang sudah merekam dan menyimpan
sama dan telah berhasil. Metode ini hal-hal yang dilakukan model.
dipakai terhadap anak yang cemas c. Memproduksi gerak motorik .
dan takut yang belum pernah dirawat Untuk menghasilkan sesuai apa
giginya. Sebagai model adalah yang dilakukan model atau
pasien anak yang berkualitas baik
mengulang apa yang dilihatnya tindakan profilaksis, perawatan
terhadap model. dengan pemberian fluor atau
d. Ulangan penguatan dan menyikat gigi.
motivasi . Sehingga anak dapat
Wolp dan Lazarus
mengulangi dan
memperkenalkan teknik dari
mempertahankan tingkah laku
desensitisasi yang terdiri dari 3
model yang dilihatnya. Dokter
tahap, yaitu :
gigi juga dapat bertindak sebagai
model yang menunjukkan sifat a. Melatih pasien untuk rileks.
tenang,tidak ragu, dan rapi. b. Menyusun secara berurutan
rangsangan yang menyebabkan
III. DESENSITISASI
pasien merasa takut atau cemas
Yaitu suatu cara untuk yaitu dari hal yang paling
mengurangi rasa takut atau cemas menakutkan sampai hal yang
seorang anak dengan jalan tidak menakutkan.
memberikan rangsangan yang c. Mulailah memberikan
membuatnya takut/cemas sedikit rangsangan secara berurutan
demi sedikit rangsangan tersebut pada pasien yang rileks tersebut.
diberikan terus, sampai anak tidak Dimulai dengan rangsangan yang
takut atau cemas lagi. Merupakan menyebabkan rasa takut yang
salah satu teknik yang paling sering paling ringan dan berlanjut ke
digunakan oleh psikolog dalam rangsangan berikutnya, bila
merawat pasien untuk mengatasi rasa pasien tidak takut lagi pada
takut. Desensitisasi diperkenalkan rangsangan sebelumnya.
pertama sekali tahun 1969 oleh Gale Rangsangan ini ditingkatkan
dan Ayers sedangkan Machen dan menurut urutan yang terlah
Jhonson tahun 1975 disusun.
memperkenalkan Preventive
Desensitisasi yang dilakukan di
Desensization yang banyak
klinik pada anak yang takut atau
digunakan pada kunjungan pertama
cemas. Caranya dengan
anak ke dokter gigi misalnya untuk
memperkenalkan anak pada hal-hal
yang menimbulkan rasa takut/cemas 3. Mendapatkan perhatian anak agar dia
misalnya : mendengar apa yang dikatakan
dokter dan menerima perawatan.
- Ruang tunggu
- Dokter gigi dan perawat Tindakan ini dilakukan dengan syarat
- Kursi sebagai berikut :
- Pengeboran
- Usia anak 3-6 tahun
Yang perlu diperhatikan, anak - Anak dalam keadaan sehat
harus rileks , untuk itu kemungkinan - Anak tidak dibawah
diperlukan beberapa kali kunjungan pengaruh obat
atau mengulangi rangsangan - Telah dicoba dengan cara lain
beberapa kali sampai anak tidak tetapi tidak berhasil
takut. - Izin orangtua

Cara melakukan HOME :

IV. HOME ( Hand Over Mouth - Orang tua diminta


Exercise ) meninggalkan ruangan dan
sebelumnya diberitahu
HOME digunakan pada kasus
mengenai tindakan yang akan
yang selektif misalnya pada anak
dilakukan terhadap anak
yang agresif, histeria pada kelompok
untuk menghindari salah
umur 3-6 tahun.
paham.
Tujuan dari HOME : - Anak didudukkan di kursi
dan tangan kiri dokter
1. Untuk mencegah respon menolak
menutup mulut anak, dijaga
terhadap perawatan gigi.
hidung jangan sampai
2. Menyadarkan anak bahwa yang
tertutup.
mencemaskan anak sebenarnya tidak
- Tangan kanan memegang
begitu menakutkan seperti yang
badan anak, dengan kata-kata
dibayangkan.
lembut anak dibujuk agar
berhenti menangis atau
berteriak sehingga setelah Berdasarkan observasi Gose dan
perawatan anak akan bertemu kawan-kawan , secara beruntun hal-
dengan ibunya kembali. hal yang paling menimbulkan rasa
- Membisikkan kata-kata takut adalah :
lembut dengan instruksi :
- Injeksi
Tangan harus tetap berada di
- Pemeriksaan oral
pangkuan. Biasanya bila anak
- Lingkungan ruang praktek
mengikuti instruksi yang
- Pemeriksaan vitalis
diberikan pada langkah
- Pemeriksaan radiologi
pertama ini, mereka menjadi
- Modeling dan desensitisasi
lebih cepat bersifat
dapat dilakukan secara
kooperatif. Jika anak tersebut
bersama-sama sekaligus,
menangis, ingatkan anak agar
misalnya anak-anak yang
tetap meletakkan tangannya
bermain sebagai dokter dan
di pangkuan.
pasien.
- Bila anak berhenti menangis
dokter akan melepaskan Ada 2 metode pengendalian anak dalam
tangannya, diberi pujian , praktek kedokteran gigi :
kemudian dilakukan
1. HOME penahanan dengan tangan
perawatan.
pada mulut
- Setelah anak dikuasai
2. Pengendalian fisik. Dalam istilah
biasanya perawatan dapat
kedokteran gigi berarti bahwa dokter
dilakukan dan setelah selesai
gigi dengan bantuan asisten atau
kita memberi pujian dan anak
orang tua anak menggunakan tangan
dikembalikan ke orang tua.
dan atau tubuh dan atau tanpa alat-
Penting untuk diperhatikan, alat mengendalikan gerakan dari
bahwa untuk membuat pasien merasa pasien anak. Kebanyakan tingkah
rileks sebelum rasa takutnya timbul laku anak yang tidak diinginkan
adalah lebih baik mengulangi dalam lingkungan kedokteran gigi
stimulasi itu berkali-kali daripada adalah respon penolakan oleh karena
langsung menghilangkan rasa takut. anak tersebut tidak ingin menuruti
tingkah laku yang dikehendaki oleh Reinforcement didefinisikan
dokter giginya atau respon dengan sebagai motivasi atau hal yang
penuh ketakutan. Tingkah laku memperkuat pola tingkah laku,
tersebut berupa : sehingga memungkinkan tingkah
menunjang,berteriak dan marah. laku tersebut menjadi panutan
dikemudian hari. Pada umumnya
Wright menyimpulkan bahwa tidak
anak akan senang jika prestasi yang
ada bukti-bukti yang menunjukkan efek
telah ditunjukkan dihargai dan diberi
psikologik akibat dari penggunaan
hadiah. Hal ini dapat meningkatkan
teknik ini. Teknik ini tidak boleh
keberanian anak dan dipertahankan
dilakuan pada anak yang penakut,
untuk perawatan dikemudian hari.
dimana metode desensitisasi atau metode
Reinforcement mempunyai
lainnya masih bisa dilakukan.
keuntungan karena dokter gigi secara
Teknik ini ditunjukan pada waktu langsung dapat mengontrol
tertentu , misalnya bila : pemberian hadiah yang akan
diberikan di praktek untuk
- Si anak menjadi tidak
meningkatkan frekuensi tingkah laku
kooperatif
yang diinginkan.
- Menangis histeris
- Bila komunikasi antara Ada 2 tipe reinforcement yang dijumpai
dokter gigi dan pasien sudah sebagai penuntun tingkah laku anak, yaitu :
tidak berguna lagi.
1. Reinforcement positif
Teknik HOME ini dilakukan dengan syarat : Reinforcement dapat diberikan
setelah anak menunjukkan tingkah
- Anak umur 3-6 tahun
laku yang positif dalam perawatan
- Anak sehat
gigi misalnya :
- Anak tidak dibawah
a. Ungkapan kata yang menyatakan
pengaruh obat-obatan
bahwa pasien berlaku manis hari
- Bila perawatan yang lain
ini waktu di rawat ( setiap akhir
gagal.
dari perawatan )
V. REINFORCEMENT
b. Untuk hadiah yang lain diberikan
pada akhir perawatan sebagai
tanda senang atas tingkah laku
yang baik misalnya dengan
memberikan notes, gambar
tempel dan lain-lain, tetapi tidak
boleh terlalu sering diberikan
Pada umunya sedasi sangat
hadiah ( akhir dari perawatan ) .
efektif pada anak-anak yang benar-
2. Reinforcement negative
benar penakut tetapi mengerti
Reinforcement diberikan hanya jika
pentingnya perawatan gigi dan mau
anak menunjukkan tingkah laku yang
ditolong. Sedasi berarti
positif. Dokter gigi menguatkan
menghilangkan rasa cemas. Oleh
tingkah laku yang tidak diinginkan
karena itu penggunaan lokal anastesi
dengan menunda perawatan gigi
wajar diperlukan, tetapi biasanya
anak karena tingkah lakunya tidak
tidak menimbulkan masalah bila
kooperatif sampai anak mempunyai
pasien sudah diberi penenang.
keinginan dirawat. Walaupun anak
Walaupun demikian, sedasi dengan
tidak menunjukkan sikap yang baik
menggunakan nitrous oxide dapat
tetapi anak menerima hadiah dari
menyebabkan analgesic terhadap
dokter gigi dengan harapan
sedasi, tetapi analgesik tidak selalu
meningkatkan hubungan yang positif
diperlukan.
pada waktu berkunjung berikutnya.
Sebaliknya anak merasa dapat bebas Perlu diketahui bahwa pasien yang
dengan taktik tersebut dan cenderung diberi penenang sadar dan
mengulanginya pada kunjungan mempunyai refleks normal seperti
berikutnya. Dengan reinforcement refleks batuk. Sebab sedasi dapat
negatif berarti dokter gigi diberikan oleh dokter gigi yang
menguatkan tingkah laku yang tidak hendak melakukan perawatan gigi
diinginkan. pada pasien dimana anastesi tidak
boleh diberikan. Sedasi dapat
VI. SEDASI
diberikan secara :
- Oral kelamin, faktor keluarga , faktor tim dokter
- Intra vena gigi, dan lingkungan praktek dokter tersebut.
- Intra muscular Kemudian dalam menangani segala tipe
- Inhalasi. anak dengan berbagai macam faktor
penyebab,dapat dilakukan dengan beberapa
cara yakni : komunikasi, modeling, HOME (
Pembahasan Hand Over Mouth Exercise ), desensitisasi,
reinforcement,dan sedasi .
Pendekatan anak merupakan hal
yang harus kita pahami dalam menjadi Kesimpulan
seorang dokter gigi. Keberhasilan seorang
Pendekatan anak berperan sangat penting
dokter gigi juga dilihat dari caranya dalam
dalam kelangsungan perawatan gigi karena
menangani setiap pasien yang memiliki
dengan memahami dan melakukan
psikologis dan kondisi yang berbeda-beda
pendekatan, seorang dokter gigi menjadi
terutama anak-anak. Menangani pasien anak
lebih baik dalam menangani pasien anak
merupakan hal yang tidak mudah karena
tersebut. Dimana kita ketahui bahwa setiap
anak belum memiliki pola pikir yang
anak memiliki kondisi yang berbeda-beda
matang,sehingga sebagai dokter gigi kita
saat datang ke dokter gigi. Dengan
harus tau bagaimana menangani setiap sikap
memahami pendekatan anak tersebut,
yang ditunjukkan seorang anak.
seorang dokter gigi dapat memahami apa
Dimana pendekatan anak tersebut yang dibutuhkan oleh anak tersebut dan
dapat dilakukan dengan mengenali terlebih bagaimana menangani setiap respon yang
dahulu tipe anak saat perawatan. Tipe anak diberikan anak tersebut.
saat melakukan perawatan gigi : kooperatif,
non-kooperatif, histerik, pemalu, keras
kepala, kooperatif tegang,dan cengeng. Dan
setelah mengenali tipe-tipe anak
tersebut,mulailah mencari tahu faktor-faktor
yang menjadikan anak tersebut berperilaku
seperti itu saat melakukan perawatan gigi.
Biasanya berdasarkan umurnya, jenis
Daftar Pustaka 2. Panitia Dies Forum 54. Prosiding
Temu Ilmiah Dies Forum 55.
1. Wasilah, Niken . Penatalaksanaan
Bandung : Unpad press , 2015.
Pasien Cemas Pada Pencabutan Gigi
3. Andi Sri Permatasari. Pola Perilaku
Anak Dengan Menggunakan
Anak Terhadap Perawatan Gigi dan
Anastesi Topikal dan Injeksi .
Mulut. Makassar. 2104
Stomatognatic (J.K.G. Unej) Vol. 8
4. Tim Penyusun IKGA. Bahan Kuliah
No. 1 2011 : 51-55 .
Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara . Medan . 2011.

You might also like