You are on page 1of 8

KEBIJAKAN KAMPUS INKLUSIF BAGI PENYANDANG

DISABILITAS
(Studi tentang Advokasi Kebijakan Kampus Inklusif di Universitas
Brawijaya)
Ulfah Fatmala Rizky, S.AP

Abstract: This research is done based on the point of view of the researcher in viewing the limited access of
college education for students with disabilities. In line to the social model of disability, researcher views that
the limited access caused by environment and social system which is not able in accommodating the needs of
students with disabilities. As a consequence of the condition, students with disabilities do not have space and
chance to actualize themselves. The limited access is also caused by the stereotypes which put them to the
social exclusion. Social exclusion can be minimized by applying the concept of inclusivity. The presence of
inclusivity concept in the education world gives the new light to the students with disabilities in accessing
education. But, this education concept has not applied yet in the college. This research is due to initiate
Universitas Brawijaya becomes the pioneer and the model of the first inclusive campus in Indonesia.
The method of research used in this research is qualitative method with the action research approach.
The focuses of this research are, first, the process of policy advocacy to the inclusive campus to the students
with disabilities in Universitas Brawijaya. Second, the policy formulation process of inclusive campus to the
students with disabilities. Third, is the effect of inclusive campus to the students with disabilities in
Universitas Brawijaya. The location of this research is in Universitas Brawijaya, Malang. The method of
collecting data uses observation, interview, and documentation.
The conclusions obtained from this research are, first, advocacy done by advocacy team and
researcher achieved the expected goal successfully. Second, Universitas Brawijaya accepted the grand
design of inclusive campus offered by the advocacy team. Third, Universitas Brawijaya built Center for
Disability Studies and Services (CDSS) which was known as the new institution focusing on the services and
studies related to the disabilities issues. Fourth, Universitas Brawijaya opened the Special Selection
Program to the Students with Disabilities (SSPSD) and serves 20 quotas for students with disabilities.

Keywords: Students with Disabilities, Inclusive Campus, Policy Advocacy, Policy Formulation

Latar Belakang manusia atas dasar….golongan….yang


Dalam menjalani kehidupannya, berakibat pengurangan, penyimpangan
penyandang disabilitas seringkali mengalami atau penghapusan pengakuan,
diskriminasi. Ketua Dewan Pimpinan Daerah pelaksanaan atau penggunaan HAM dan
(DPD) Persatuan Penyandang Cacat Indonesia kebebasan dasar dalam kehidupan baik
(PPCI) NTB, Budi Cahyo, SH, mengungkapkan individual maupun kolektif dalam bidang
pada Global FM Lombok (25 Oktober 2011), politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya,
“orang dengan kecacatan (disabilitas) masih dan aspek kehidupan sosial lainnya.
diperlakukan diskriminasi, baik dari ekonomi,
pendidikan, dan kesehatan”. Diskriminasi pada Salah satu bentuk diskriminasi yang
dasarnya adalah penolakan atas Hak Asasi dialami oleh penyandang disabilitas adalah
manusia (HAM) dan kebebasan dasar, terbatasnya akses pendidikan tinggi bagi
diskriminasi juga merujuk pada pelayanan yang penyandang disabilitas, padahal hak pendidikan
tidak adil terhadap individu tertentu, di mana non-diskriminatif bagi penyandang disabilitas
suatu layanan dibuat berdasarkan karakteristik dilindungi oleh Undang-Undang Dasar 1945
yang diwakili oleh individu tersebut. Dalam pasal 28C, pasal 28E (ayat 1), pasal 28 H (ayat
Pasal 1 butir 3 UU Nomor 39 Tahun 1998 2), dan pasal 28I (ayat 2). Selanjutnya hak
tentang HAM disebutkan pengertian pendidikan non-diskriminatif bagi penyandang
diskriminasi adalah : disabilitas dilindungi oleh Undang-Undang dan
Setiap pembatasan, pelecehan, atau Konvensi Internasional, yaitu : 1) Undang-
pengucilan yang langsung maupun tidak Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang
langsung didasarkan pada perbedaan Penyandang Cacat; 2) Undang-Undang Nomor

1
39 Tahun 1999 tentang HAM; 3) Undang- Belum terjangkaunya akses pendidikan
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem tinggi bagi penyandang disabilitas di Indonesia,
Pendidikan Nasional; 4) Konvensi Internasional menunjukkan bahwa ada kesenjangan yang
Hak-hak Penyandang Disabilitas atau terjadi antara kebijakan publik yang
Convention on The Rights for Persons with dikeluarkan oleh pemerintah dengan
Disabilities (CRPD) Tahun 2006; 5) Undang- implementasinya di Perguruan Tinggi. Adapun
Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Universitas Brawijaya merupakan salah satu
Pengesahan CRPD; 6) Undang-Undang Nomor elemen yang terikat dengan berbagai kebijakan
66 Tahun 2010 tentang Perubahan atas tersebut, dan sudah seharusnya
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 mengimplementasikannya. Untuk menjawab
tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan permasalahan terebut, maka peneliti bekerja
Pendidikan; 7) Rencana Strategis Direktorat sama dengan beberapa lembaga membentuk
Jenderal Pendidikan Tinggi 2010-2014; 8) suatu tim advokasi, dengan tujuan untuk
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor melakukan inisiasi kampus inklusif bagi
70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif penyandang disabilitas, serta menjadikan UB
bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan sebagai pelopor kampus inklusif di Indonesia.
Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Adapun lembaga yang bekerja sama dengan
Istimewa. peneliti yaitu Laboratorium Kebijakan Publik
Terbatasnya akses perguruan tinggi bagi dan Perencanaan Pembangunan (LKP3) FIA
penyandang disabilitas, membuat jumlah UB, Pusat Kajian Kerjasama Selatan Selatan
penyandang disabilitas yang memiliki gelar Universitas Brawijaya (PKKSS UB), dan Helen
sarjana sangat sedikit. Adapun hasil survei Keller International Indonesia.
Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni)
mencatat bahwa hanya ada 250 orang tunanetra Metode Penelitian Aksi (Action Research)
di Indonesia yang berhasil menyelesaikan studi Advokasi Kebijakan
di perguruan tinggi. Sementara data Metode kualitatif memungkinkan peneliti
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia untuk berinteraksi langsung dengan partisipan,
mengungkapkan bahwa angka kebutaan di sehingga dapat membantu peneliti untuk
Indonesia adalah 1,5% dari jumlah penduduk menganalisis proses advokasi kebijakan,
atau lebih dari tiga juta orang. Dengan perumusan kebijakan, dan dampak dari
demikian, jumlah 250 orang tunanetra yang advokasi kebijakan yang dilakukan. Sedangkan
berhasil menyelesaikan studi di perguruan metode kuantitatif yang berlandaskan
tinggi merupakan kondisi yang memprihatinkan positivistik, tidak dapat digunakan dalam
(Indrawati, 2010). Disamping itu, Mardjuki penelitian ini, karena metode kuantitatif
(2010) dalam Makalah Kepala Badan mengharuskan peneliti terbebas dari variabel
Pendidikan dan Penelitian Kementerian Sosial penelitian dan sarat dengan objektivitas. Seperti
(Kabadiklit Kesos) mengatakan bahwa yang dikatakan oleh Gabrielian, Yang, dan
“persentase tingkat pendidikan penyandang Spice dalam Yang dan Miller (2008: 144)
disabilitas yang berhasil memiliki ijazah S1 bahwa “the positivistic perspective assumes
hanya sebesar 0,95%”. Adapun persentase that, given similar structures and incentives,
tingkat pendidikan penyandang disabilitas people behave similarly; that there is a clear
disajikan pada gambar 1. separation between the researcher and the
research participants, because the researcher
does not influence the participants
behavior….”. Adapun pendekatan tradisional
action research dipilih karena advokasi hanya
dapat dilakukan melalui sebuah aksi. Kuhne
dan Quigley (1997) menyimpulkan action
research sebagai “a form of inductive, practical
research that focuses on increasing
understanding of social problem and on
Gambar 1. Persentase Tingkat Pendidikan achieving a real change or improvement in the
Penyandang Disabilitas way people function in groups through a
Sumber : Mardjuki, 2010 collaborative effort” (McNabb, 2002: 346).
2
Peneliti memilih traditional action penilaian hasil daripada implementasi pada
research, karena pendekatan ini bertujuan agar fase kedua yang kemudian dilanjutkan
peneliti dapat melakukan sebuah perubahan dengan transisi. Transisi merupakan tahap
pada disfungsi yang terjadi dalam komunitas peralihan dari evaluasi ke langkah
atau lingkungan sosial. Terdapat lima hal selanjutnya yang bertujuan adanya
penting dalam action research yang perubahan sistem di dalam organisasi.
dikembangkan oleh Lewin dalam McNabb
(2002: 281), yaitu : 1) action research
bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan
yang terdapat dalam sistem sosial; 2) action
research merupakan proses siklis yang meliputi
identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan
(aksi), dan evaluasi; 3) komponen utama dalam
action research adalah mengedukasi kembali
(reeducation) yang bertujuan untuk merubah
anggota kelompok dalam berpikir dan
bertindak; 4) action research menekankan pada Gambar 2. Fase Action Research
nilai-nilai demokratis; 5) terdapat dua tujuan Sumber: Kuhe dan Quigley, 1997: 281 dalam
dalam action research, yaitu hasil penelitian McNabb, 2002: 361
harus memberikan kontribusi terhadap dasar
ilmu pengetahuan sosial dan juga meningkatkan Diskriminasi Perguruan Tinggi terhadap
kualitas hidup komunitas sosial. Dalam Penyandang Disabilitas
penerapannya, action research memiliki enam Pada tanggal 4 Agustus 2011, Ageng
langkah yang dikelompokkan dalam tiga fase Rustandi dalam salah satu media massa
(Kuhne dan Quigley, 1997: 281 dalam elektronik (www.inilahjabar.com), mewartakan
McNabb, 2002: 360), yaitu : bahwa sejumlah universitas masih banyak yang
terindikasi melakukan penolakan terhadap calon
1. Fase Perencanaan (Planning Phase) mahasiswa penyandang disabilitas seperti
Fase perencanaan merupakan langkah awal tunanetra, salah satu universitas tersebut adalah
yang dilakukan. Fase ini memiliki tiga UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Selain itu,
langkah, yaitu: 1) identifikasi dan sebuah situs web Karya Tunanetra (Kartunet)
pemahaman masalah; 2) merencanakan juga mewartakan bahwa kasus penolakan calon
sebuah action research project; 3) mendata mahasiswa tunanetra di UIN Sunan Gunung
atau mengidentifikasi alat ukur yang sesuai Djati Bandung baru diungkapkan ke publik
untuk digunakan. Peneliti melakukan empat pada seminar Hak Asasi Manusia di Bandung
langkah pada fase perencanaan penelitian pada tanggal 4 Agustus 2011, padahal kasus
advokasi kebijakan kampus inklusif bagi diskriminasi ini sudah terjadi sejak tahun 1999.
penyandang disabilitas, yaitu: 1) membentuk Kasus penolakan ini terjadi di Fakultas
tim kerja; 2) melakukan analisis pemangku Tarbiyah UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
kepentingan; 3) memetakan strategi dan Fakultas tersebut menolak mahasiswa
kebutuhan advokasi kebijakan; 4) tunanetra, karena tunanetra dianggap tidak
merumuskan tujuan advokasi kebijakan. memiliki kemampuan untuk menjadi pengajar.
Menurut Yayat Ruhiyat, Ketua Dewan
2. Fase Aksi (Action Phase) Pengurus Pusat Ikatan Tunanetra Muslim
Fase aksi merupakan langkah kritis didalam Indonesia (DPP ITMI), kasus penolakan
proses action research, fase ini mencakup mahasiswa tunanetra di UIN Sunan Gunung
implementasi dan observasi. Pada fase ini, Djati Bandung sudah terjadi berulang kali sejak
peneliti melaksanakan seluruh langkah yang tahun 1999.
telah direncanakaan pada fase perencanaan. Kurangnya perhatian, rendahnya
sensitivitas, dan perlakuan diskriminatf
3. Fase Refleksi (Reflection Phase) terhadap penyandang disabilitas yang terjadi di
Fase refleksi adalah fase terakhir dalam UIN Sunan Gunung Djati Bandung, tidak jauh
action research, fase ini terdiri dari evaluasi berbeda dengan kondisi di Universitas
dan transisi. Evaluasi adalah proses Brawijaya, sebelum penelitian ini dilakukan.
3
Diskriminasi yang terjadi di Universitas stigma terhadap penyandang disabilitas. Karena
Brawijaya merupakan diskriminasi tidak itu, penyandang disabilitas selalu dianggap
langsung. Artinya, diskriminasi ini terjadi “tidak mampu” dan merupakan objek yang
karena Universitas Brawijaya tidak memiliki perlu dikasihani. Dalam penelitian Steff,
informasi dan pengetahuan tentang isu-isu Mudzakir, dan Andayani (2010: 13), seorang
disabilitas, sehingga membuat penyandang responden bernama Tatang, mahasiswa
disabilitas tidak dapat mengakses hak tunanetra S1 Jurusan Hukum mengatakan
pendidikan di Universitas Brawijaya. Kondisi sebagai berikut :
ini dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu : 1) Well, I don‟t really have friends in my
dicantumkannya kalimat „tidak memiliki cacat neighborhood because I‟ve been living
tubuh‟ sebagai syarat pendaftaran Universitas in the dormitory for years. I visit home
Brawijaya; 2) hampir seluruh sarana dan only once a month or even less as I get
prasarana di Universitas Brawijaya tidak dapat older and need less the support from my
diakses oleh penyandang disabilitas, karena parents. Well, I know some people in my
tidak sesuai dengan desain universal; 3) neighborhood, but most of them, I think,
Universitas Brawijaya tidak memiliki basis data see me more as a guest or even as a
(database) yang memuat informasi tenteng complete stranger. Friend that I have are
keberadaan penyandang disabilitas di mostly from the dormitory (Steff,
Universitas Brawijaya; 4) minimnya sumber- Mudzakir, dan Andayani, 2010: 13).
sumber bacaan (literature) tentang isu-isu
disabilitas; 5) tidak adanya peraturan tertulis Berbeda dengan model pendidikan
yang melindungi hak-hak penyandang segregatif yang memisahkan penyandang
disabilitas di Universitas Brawijaya; 6) tidak disabilitas dengan non-penyandang disabilitas,
adanya sosialisasi informasi tentang isu-isu model pendidikan inklusif, yang dilaksankan
penyandang disabilitas, dan regulasi yang melalui sekolah inklusif, justru menempatkan
melindungi hak-hak penyandang disabilitas. penyandang disabilitas dan non-penyandang
disabilitas pada satu ruangan yang sama.
Akses Perguruan Tinggi Inklusif bagi Adapun isu tentang inklusi dalam dunia
Penyandang Disabilitas pendidikan, sebenarnya telah berkembang lebih
Pendidikan tinggi merupakan kebutuhan dari satu dasawarsa dan diperkenalkan melalui
masyarakat dan kunci bagi pembangunan Pernyataan Salamanca, serta strategi global
berkelanjutan. Untuk memenuhi kebutuhan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dalam
penyandang disabilitas, penyelenggaraan pendidikan untuk semua.
pendidikan tinggi juga harus ditopang dengan Selain itu, pentingnya ketersediaan akses
aksesibilitas, sarana, dan prasarana yang dapat pendidikan tinggi bagi penyandang disabilitas
mengakomodasi kebutuhan penyandang melalui pendidikan inklusif juga diungkapkan
disabilitas (Tarsidi, 2008). Di Indonesia, model oleh Ezra Cornell (1865). Ia merefleksikan
pendidikan bagi penyandang disabilitas lebih kepeduliannya terhadap akses pendidikan ke
dikenal dengan model pendidikan “segregatif”, dalam motto Cornell University yang berada di
yang dilaksanakan melalui sekolah luar biasa Amerika Serikat, yaitu “I would found an
atau sekolah khusus (sekolah asrama). Sekolah institution where any person can find
ini menempatkan penyandang disabilitas dalam instruction in any study”. Cornell menyadari
lingkungan yang dilengkapi dengan sarana dan bahwa pendidikan seharusnya dapat diakses
prasarana yang mudah mereka akses, sehingga oleh seluruh lapisan masyarakat, dan tidak
kebutuhan mereka dapat terpenuhi. dipisahkan berdasarkan kondisi fisik atau
Akan tetapi sekolah segregatif mental. Untuk itu, pada tahun 1865 Cornell
menempatkan penyandang disabilitas di dalam membangun Cornell University berlandaskan
lingkungan yang terpisah dari masyarakat non- prinsip keberagaman dan inklusifitas (diversity
penyandang disabilitas. Sehingga penyandang and inclusiveness).
disabilitas tidak siap ketika harus kembali ke Sementara itu, di Indonesia pada saat
lingkungan masyarakat, karena lingkungan penelitian ini berlangsung belum ada satu pun
masyarakat di luar lingkungan sekolah perguruan tinggi yang menyediakan kuota dan
segregatif tidak mengakomodasi kebutuhan membuka jalur masuk bagi penyandang
penyandang disabilitas. Hal ini menguatkan disabilitas. Kalaupun ada beberapa perguruan
4
tinggi yang mulai menerapkan konsep Tabel 1. Dua Belas Langkah Analisis Data
inklusifitas, namun masih sebatas pelaksanaan Penelitian Advokasi Kebijakan
kegiatan-kegiatan yang menumbuhkan (lanjutan)
disability awareness. Salah satu contohnya No. Langkah Keterangan
disabilitas. Sehingga tercipta
adalah Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan kesempatan yang sama antara
Kalijaga Yogyakarta. Untuk mengakomodasi keduanya
kebutuhan penyandang disabilitas akan b. Keterbatasan akses perguruan
tinggi bagi penyandang disabilitas
pendidikan tinggi, pada tahun 2007 Universitas disebabkan sistem danlingkungan
Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta sosial yang menghambat
mendirikan Pusat Studi dan Layanan Difabel c. Menjadikan UB sebagai kampus
inklusif dapat dilakukan melalui
(PSLD), yang merupakan PSLD pertama di advokasi kebijakan
Indonesia. Pendirian PSLD bertujuan agar d. Langkah afirmatif harus dilakukan
untuk memberikan akses bagi
mahasiswa penyandang disabilitas penyandang disabilitas, bukan
mendapatkan kesempatan yang sama untuk untuk mendeskriditkan kemampuan
menggunakan dan meningkatkan potensi penyandang disabilitas
e. Grand design kampus inklusif yang
akademiknya. PSLD telah melakukan berbagai ditawarkan oleh tim advokasi
macam kegiatan yang bertujuan untuk (peneliti) meliputi: 1) penyediaan
meningkatkan partisipasi mahasiswa kuota bagipenyandang disabilitas;
2) pembukaan akses masuk dan
penyandang disabilitas, dan menumbuhkan penyediaan kuota bagi penyandang
sensitivitas mahasiswa non-penyandang disabilitas; 3) pembangunan dan
perbaikan sarana dan prasarana
disabilitas terhadap isu-isu disabilitas. agar sesuai dengan desain
universal; 4) pengadaan seminar
dan workshop agar tercipta
lingkungan kampus yang ramah
Dua Belas Langkah Analisis Data Penelitian dan sistem
Advokasi Kebijakan
Dalam penelitian advokasi kebijakan 4. Plan the data a. Wawancara
gathering b. Audiensi
kampus inklusif bagi penyandang disabilitas di process c. Observasi
Universitas Brawijaya, peneliti menggunakan d. Dokumentasi
dua belas langkah analisis data yang 5. Gain entry Peneliti merupakan anggota dari tim
into the study advokasi (peneliti), sehingga peneliti
diungkapkan oleh Jones (1996) dalam McNabb group benar-benar memasuki study group dan
(2002: 375). Dua belas langkah tersebut 6. Become menyatu dengan setting
dirangkum dalam tabel 1. immersed in
the setting
Tabel 1. Dua Belas Langkah Analisis Data 7. Take a. Audiensi dilaksanakan pada tanggal
Penelitian Advokasi Kebijakan extensive 31 Januari dan dihadiri oleh Rektor
No. Langkah Keterangan field notes Universitas Brawijaya
1. Define the a. UB tidak memiliki grand design b. Tim advokasi (peneliti) mencapai
research kampus inklusif . tujuannnya, yaitu:
problem b. UB tidak memiliki regulasi yang 1. UB menyetujui grand design
menjamin akses bagi penyandang yang ditawarkan oleh tim
disabilitas untuk dapat melanjutkan advokasi (peneliti)
studinya di UB. 2. UB akan membentuk sebuah
c. UB tidak memiliki lembaga yang lembaga baru dengan tujuan
fokus terhadap pelayanan dan sebagai pelaksana grand design
kajian isu-isu disabilitas serta sebagai pusat pelayanan dan
2. Establish a. UB memiliki grand design kampus kajian isu-isu disabilitas
research inklusif 3. 3. UB akan membuka jalur
objecives b. UB memiliki regulasi yang masuk baru dan menyediakan 20
menjamin akses bagi penyandang kuota bagi penyandang disabilitas
disabilitas untuk dapat melanjutkan 8. Complete a. Tim advokasi (peneliti) mengkaji
studinya di UB first level ulang grand design kampus inklusif
c. UB memiliki lembaga yang fokus coding and yang diajukan pada saat audiensi
terhadap pelayanan dan kajian isu- grouping of tanggal 31 Januari 2012
isu disabilitas data b. b. Tim advokasi mempersiapkan
d. UB melakukan langkah afirmatif dua alternatif grand design kampus
dengan menyediakan 20 kuota bagi inklusif
penyandang disabilitas
3. Do necessary a. Kampus inklusif adalah lingkungan 9. Complete a. Rektor memutuskan untuk
homework universitas yang dapat second level menggabungkan dua grand design
mengakomodasi kebutuhan coding and kampus inklusif yang diajukan oleh
mahasiswa penyandang disabilitas grouping of tim advokasi
dan mahasiswa non-penyandang data b. Tim advokasi membuat rancangan

5
Surat Keputusan tentang lembaga http://www.disabled-
yang akan melaksanakan grand
design kampus inklusif world.com/definitions/disability-
10. Complete a. Surat keputusan tentang lembaga models.php
third level yang akan melaksanakan grand Anonim. 25 Oktober, 2011. Orang Cacat Masih
coding and design kampus inklusif disahkan
grouping of b. Pusat Studi dan Layanan Disabilitas Diperlakukan Diskriminasi, diakses pada
data (PSLD) UB resmi menjadi salah tanggal 14 Januari 2012 dari
satu lembaga UB, yang berada
langsung di bawah Rektor UB
http://globalfmlombok.com/content/oran
c. PSLD mempersiapkan rancangan g-cacat-masih-diperlakukan-diskriminasi
peraturan tentang penerimaan Anonim. 10 Agustus, 2011. UIN Bandung
mahasiswa baru penyandang
disabilitas Tidak mau Menerima Calon
d. PSLD mempersiapkan konsep MahasiswaTunanetra, diakses pada
penerimaan mahasiswa baru tanggal 14 Januari 2012 dari
penyandang disabilitas
11. generate a. Peraturan Rektor tentang http://www.kartunet.com/uin-bandung-
final penerimaan mahasiswa baru tidak-mau-menerima-calon-mahasiswa-
constructs penyandang disabilitas disahkan tunanetra-586
and theories b. Penyandang disabilitas diterima
melalui SPKPD (Seleksi Program Cornell University, 2010. Commitment to
Khusus Penyandang Disabilitas) Disability Access for Ithaca Campus
c. Langkah afirmatif dilakukan
bukanuntuk mendeskriditkan
Faculty, Staff, and Students, diaksespada
kemampuan penyandang tanggal 11 Desember 2011 dari
disabilitas, melainkan untuk http://www.cornell.edu/disability/docs/di
menciptakan kesempatan yang
sama antara penyandang disabilitas sability-commitment-report.pdf
dan non penyandang disabilitas, Davis, Barbara Gross. 1993. Academic
dalam mengakses perguruan tinggi Accommodations for Students with
d. Keterbatasan akses bagi
penyandang disabilitas tidak Disabilities, diakses pada tanggal 11
disebabkan oleh disabilitas yang Desember 2011 dari
dialaminya, tetapi sistem dan
lingkungan sosial. Hal ini sesuai
http://teaching.berkeley.edu/bgd/disabiliti
dengan sudut pandang model sosial es.html
terhadap disabilitas. Espine-Villaluz, Sheila. Reyes, Melanie. Mapa,
12. Prepare final a. UB memiliki lembaga yang fokus
report and terhadap pelayanan dan kajian Jennifer. Reyes, Soccoro L (Ed.). 2004.
present tentang isu-isu disabilitas, yaitu Manual Advokasi Kebijakan Strategis,
findings PSLD (Pusat Studi dan Layanan diakses pada tanggal 25 November 2011
Disabilitas)
b. UB memberikan akses bagi dari
penyandang disabilitas melalui http://www.idea.int/publications/strategic
SPKPD (Seleksi Program Khusus
Penyandang Disabilitas)
_advocacy
c. UB menyediakan 20 kuota bagi /upload/man_adv_kebijakan.pdf
penyandang disabilitas Firdaus, Endis. 2010. Pendidikan Inklusif dan
d. Terjadi perubahanpengetahuan dan
sikap pada Rektor UB dalam Implementasinya di Indonesia. Makalah
menilai isu-isu disabilitas disajikan dalam Seminar Nasional
e. Terjadi perubahan kebijakan dan Pendidikan di Universitas Jendral
kelembagaan di UB, sehingga dapat
mengakomodasi kebutuhan Soedirman (UNSOED), 24 Januari 2010,
penyandang disabilitas dalam diakses pada tanggal 25 November 2011
mengakses perguruan tingggi.
dari http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/
M_K_D_U/ 195703031988031-
ENDIS_FIRDAUS/Makalah_pro_interne
Referensi : t/1nkls_
Astuti, Dwi. 2007. Panduan Advokasi Strategi Indrawati, Aria. Agustus 2010. Renungan
Penanggulangan Kemiskinan Daerah, Memasuki Tahun Ajaran Baru 2010-
diakses pada tanggal 14 Januari 2012 dari 2011: Kampus yang Ramah pada
http://dc382.4shared.com/doc/Yn75yTxp Tunanetra, Masih Impian, Edisi 115, hlm
/preview.html 54-55 diakses pada tanggal 5 Desember
Anonim. 2010. Definition of The Models of 2011 dari http://gemari.or.id/.../...
Disability, diakses pada tanggal 11 ……………….. 2010. “Membangun
Desember 2011 dari Peradaban dengan Menghargai
Perbedaan”, diakses pada tanggal 4
6
Januari 2012 dari tanggal 14 Januari 2012 dari
http://www.gemari.or.id/artikel/4818.sht http://www.policy.hu/suharto/Naskah%2
ml 0PDF/DaarutTauhiidAdvokasi.pdf
Irwanto. Kasim, Eva Rahmi. Fransiska, Asmin. Tarsidi, Didi. 2008. Aksesibilitas Lingkungan
Lusli, Mimi. Okta, Siradj. 2010. Analisis Fisik bagi Penyandang Cacat, diakses
Situasi Penyandang Disabilitas di pada tanggal 14 Januari 2012 dari
Indonesia : Sebuah Desk-Review, diakses http://d-tarsidi.blogspot.com/
pada tanggal 3 Desember 2011 dari 2008/02/aksisibilitas-lingkungan-fisik-
http://dc111.4shared.com/doc/F4Bxq8T5 bagi.html
/preview.html Thoha, Miftah. 2008. Ilmu Administrasi Publik
Islamy, M. Irfan. 2007. Prinsip-Prinsip Kontemporer. Jakarta : Kencana Prenada
Perumusan Kebijaksanaan Negara. Media Group.
Jakarta: Bumi Aksara. Wahab, Solichin Abdul. 2005. Analisis
Keban, Yeremias T. 2008. Enam Dimensi Kebijaksanaan: Dari Formulasike
Strategis Administrasi Publik. Implementasi Kebijaksanaan Negara 158
Yogyakarta: Gava Media. Yang, Kaifeng. & Gerald J. Miller (Eds), 2008.
Kusumarini, Yusita. & T.N.P Utomo. 2008. Handbook of Research Methods in Public
Konsep Desain Kamar Mandi Bertema Administration. Boca Raton : Taylor &
”Accessible Restroom” 2007 : Analisis Francis Group.
Penerapan Konsep ‟Desain Universal‟
pada Sayembara Perancangan. ITB J. Vis.
Art & Des, Vol.2, No.1, diakses pada
tanggal 3 Januari 2012 dari Perundang-undangan dan Peraturan
http://journal.itb.ac.id/index.php?li=articl Lainnya
e_detail&id=370 156 Convention on The Rights of Persons with
Steff, Marion., Ro‟fah, Mudzakir., Andayani. Disabilities. 2006, diakses pada tanggal
2010. “Equity and Access to Tertiary 25 November 2011 dari
Education for Students with Disabilities http://www.un.org/disabilities/convention
in Indonesia”, diakses pada tanggal 3 /conventionfull.html
Januari 2011 dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
http://siteresources.worldbank.org/EDUC 29/PRT/M. 2006. “Pedoman Persyaratan
ATION/Resources/27820013210439406 Teknis Bangunan Gedung”, diakses pada
82/Equity_in_TE_Disability_Indonesia_ tanggal 14 Januari 2012 dari
2011FINAL.pdf http://www.pu.go.id/satminkal/itjen/huku
Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, m/pm29-2006.pdf
Kualitatif, dan R&D. Bandung : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
Alfabeta. 30/PRT/M. 2006. “Pedoman Teknis
Skjørten, Miriam Donath. 2001. Menuju Fasilitas dan Aksesibilitas pada
Inklusi dan Pengayaan : Sebuah Bangunan Gedung dan Lingkungan”,
Pengantar. Terjemahan oleh Susi S.R, diakses pada tanggal 25 November 2011
diakses pada tanggal 11 Desember 2011 dari
dari http://www.idp- http://www.pu.go.id/satminkal/itjen/huku
europe.org/docs/uio_upi_inclusion_book/ m/pm30-2006.pdf
6-menuju_inklusi_dan_pengayaan.php Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
Suharto, Edi. 2005. Analisis Kebijakan Publik. 70. 2009. “Pendidikan Inklusif bagi
Bandung : Alfabeta. Peserta Didik yang Memiliki Kelainan
……………. 2006. Filosofi dan Peran dan Memiliki Potensi Kecerdasan
Advokasi dalam Mendukung Program dan/atau Bakat Istimewa, diakses pada
Pemberdayaan Masyarakat, diakses pada tanggal 24 Januari 2012 dari
http://peduliinklusi.blogspot.com/2009/11/per Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
mendiknas-no-70-tahun-2009- Nomor 66. 2010. “Perubahan atas
tentang.html Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun
2010 tentang Pengelolaan dan

7
Penyelenggaraan Pendidikan”, diakses
pada tanggal 14 Januari 2012 dari
http://www.ekon.go.id/media/document
s/2011/03/22/p/p/pp_66_-_2010.pdf
Rencana Strategis Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi 2010-2014, diakses
pada tanggal 14 Januari 2012 dari
http://www.fi.itb.ac.id/~lhendrajaya/
Bahan%20AOC%20Jakarta/Renstra%2
0DIKTI%20_ver.%20Aston%20Denpa
sar%20-%20Jumat%20sore.pdf
Seleksi Penerimaan Minat dan Kemampuan
(SPMK) 2011, diakses pada tanggal 25
November 2011 dari
http://selma.ub.ac.id/index/info/spkd
Seleksi Program Kemitraan Daerah, diakses
pada tanggal 25 November 2011 dari
http://selma.ub.ac.id/index/info/spmk/
159
Seleksi Program Kemitraan Instansi, diakses
pada tanggal 25 November 2011 dari
http://selma.ub.ac.id/public/BrosurSPK
Ins2011.pdf
Undang-Undang Nomor 4. 1997. “UU
Penyandang Cacat No.4 Tahun 1997”,
diakses pada tanggal 25 November
2011 dari http://www.pendidikan-
diy.go.id/file/uu/uu_4_1997.pdf
Undang-Undang Nomor 19. 2011. “UU
No.19 Tahun 2011 tentang Pengesahan
Convention on The Rights of Persons
with Disabilities (Konvensi Hak-hak
Penyandang Disabilitas)”, diakses pada
tanggal 24 Januari 2012 dari
www.depdagri.go.id/media/documents/
2011/.../uu_no.19-2011.doc
Undang-Undang Nomor 20. 2003. “UU
Sistem Pendidikan Nasional No. 20
Tahun 2003”, diakses pada tanggal 25
November 2011 dari
http://www.inherent-
dikti.net/files/sisdiknas.pdf
Undang-Undang No.39. 1999. “UU Hak
Asasi Manusia No.39 Tahun 1999”,
diakses pada tanggal 14 Januari 2012
dari
http://sulut.kemenag.go.id/file/dokume
n/UURIno39tahun199.pdf

You might also like