Professional Documents
Culture Documents
UNIVERSITAS INDONESIA
ABSTRACT
Congenital hearing loss is deafnees that occurs in an infant due to factors that affect
pregnancy or at birth. The prevalence of congenital hearing loss in Indonesia is estimated to
0.1%. Bengkala have population of 2280 person, there are 2% or about 47 person had deaf
mute, deaf mute while the indicator should be the default for 1 case of 1000 births, or about
0.1%, the high number, it makes a serious problem.
This study aims to reveal the genetic epidemiology deaf mute in Kolok society at
Bengkala village, North Bali in 2012.. The design study is a descriptive study using cross-
sectional study design. The research was conducted in the village of Bengkala,. Occurred
during the study period of three months starting from September until November 2012. The
population in this study were all villagers at Bengkala in2012 and samples taken in this study
is a deaf mute Bengkala village in 2012.
The results obtained by the prevalence of deafness in the Bengkala village, incidence
by 43 (1.9%). Based on the information that cases where deaf mute was the largest genetic
Dusun Tihing (5.1%). The numbers the proportion of males (0.7%) and women (0.8%).
Based on age, the study provides information that the prevalence of cases of genetic deafness
in the village mute highest Bengkala early adult age range (26-35 years) with a prevalence of
2.3% with a prevalence of 1.6%. The results of the X2 test value pair Bengkala type of
marriage in the village is at 7.1 with a degree of freedom is 1 and p value (p <0.05).
Opportunities for the marriage as above is 0.01 or 1%.
Should be done premarital counseling and genetic program in the village Bengkala.
screening from birth to newborns, , the development of appropriate educational facilities for
children with special educational and DNA testing squence and not isolated individuals.
Universitas Indonesia
ABSTRAK
Tuli kongenital merupakan ketulian yang terjadi pada seorang bayi saat kehamilan
maupun pada saat lahir. Bengkala ada terdapat 2%, indikator tuli bisu bawaan sebesar 1 kasus
dari 1000 kelahiran atau sekitar 0,1%, tingginya angka tersebut menjadikan masalah yang
cukup serius.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran epidemiologi genetik penderita
tuli bisu pada masyarakat kolok di Desa Bengkala tahun 2012.. Desain penelitian
menggunakan penelitian deskriptif dengan desain studi cross sectional. Penelitian ini
dilakukan dari bulan September sampai dengan bulan November 2012. Populasi penelitian ini
adalah semua masyarakat Desa Bengkala tahun 2012 dan sampel yang diambil adalah
penderita tuli bisu di Desa Bengkala tahun 2012.
Hasil penelitian diperoleh angka prevalensi kejadian tuli di Desa Bengkala sebesar 43
(1,9%). Berdasarkan tempat kasus tuli bisu genetik terbesar pada Dusun Tihing (5,1%).
Angka proporsi laki-laki (0,7%) dan perempuan (0,8%). Berdasarkan usia, angka prevalensi
kasus tuli bisu genetik di Desa Bengkala tertinggi pada rentang umur dewasa awal (26-35
tahun) dengan prevalensi 2,3%. Hasil nilai uji X2 pada pasangan tipe perkawinan di Desa
Bengkala adalah sebesar 7,1 dengan degree of freedom bernilai 1, dan nilai p value (p<0,05).
Peluang untuk terjadinya perkawinan seperti di atas adalah 0,01 atau 1%.
Sebaiknya dilakukan program konseling pranikah dan genetik di desa Bengkala,
skrining sejak lahir pada bayi yang baru lahir, dikembangkannya fasilitas pendidikan yang
tepat, dan tes DNA squence dan tidak mengisolasi individu.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
pasien tuli bisu sebesar 40 orang. Memiliki orang diantaranya 469 orang pendatang,
kriteria inklusi dengan kasus tuli bisu hasil 2237 orang masyarakat asli Bengkala yang
pemeriksaan genetik, bukan karena sebab dapat mendengar dan 43 orang tuli. Angka
kongenital lain. prevalensi kejadian tuli di desa Bengkala
sebesar 43 orang sebagai kasus dibagi
3. HASIL PENELITIAN jumlah total penduduk masyarakat asli
Bengkala. Sehingga angka yang dihasilkan
3.1 Gambaran umum Desa Bengkala sebesar 1,9%. Angka ini bukan
Desa Bengkala terletak di menunjukan angka prevalensi tuli di Desa
Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Bengkala menurun dari 2% hingga 1,9%,
Buleleng. Dengan ketinggian 200 m diatas tetapi hal ini disebabkan pada tahun 2012
permukaan laut, desa Bengkala relatif ada 4 orang yang tuli meninggal dunia.
sejuk dibanding Kota Singaraja. Desa
Bengkala sangat mudah dijangkau dari Tabel 3.1 Frekuensi penderita tuli bisu
Singaraja berjarak sekitar 30 km dari Ibu genetik berdasarkan Dadia (Dusun) di
Kota Kapbupaten Buleleng, dekat dengan Desa Bengkala
N Dusun Mendeng Tuli Tota Total %
pelabuhan kuno di Bali, yaitu pelabuhan o ar l Tuli Tuli
Sangsit, yang sarat akan sejarah karena Tuli Keselur Akib
Gen uhan at
merupakan tempat mendaratnya tentara L P L P etik Gen
etik
Belanda saat masuk Bali, bahkan 1 Tihing/Pul 15 16 1 7 17 18 5,1
merupakan pelabuhan yang memiliki nilai asari 2 2 0
2 Asem 70 74 1 0 1 1 0,6
histori karena merupakan tempat
mendaratnya para pelarian bangsa Cina 3 Abing/Bas
ta
14
0
13
7
1 3 4 5 1,4
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
yang berasal dari dusun Bondalem antara 4.2 Prevalensi Tuli Bisu Genetik
lain: Berdasarkan Dusun
1. Masih terdeteksinya desible, Prevalensi tuli bisu genetik di Desa
kemampuan mendengar sedikit Bengkala terdistribusi berdasarkan dadia
2. Keluarnya cairan bewarna kuning dari atau dusun. Data yang dihasilkan
kedua telinga menggambarkan banyaknya persentase
3. Adanya kehilangan pendengaran secara kasus yang mengalami tuli bisu secara
progresif genetik. Berikut grafik 2 mengenai
4. Adanya peradangan di mukosa telinga prevalensi kasus tersebut.
bagian tengah
Dari tanda-tanda yang dicurigai
dapat disimpulkan sementara bahwa
kejadian tuli bisu tersebut bukan akibat
penurunan genetik, melainkan akibat
adanya infeksi. Infeksi tersebut akibat dari
bakteri piogenik semasa kecil. Untuk
menghilangkan bias dari kejadian kasus
tuli bisu di desa Bengkala maka diperlukan Gambar 4.1 Grafik Distribusi Tuli Bisu
pemeriksaan lanjutan yang lebih spesifik Genetik Berdasarkan Dadia
dengan pengaruh genetik dan memisahkan
yang kasus berasal dari masyrakat desa Gambar 4.1 Grafik Distribusi Tuli Bisu
Bengkala dan bukan masyarakat desa Genetik Berdasarkan Dusun
Bengkala.
Teknik pengambilan sampel yang Hasil penelitian menunjukan data
dilakukan hingga menemukan kasus tuli tertinggi terdistribusi pada Dusun Tihing
bisu genetik adalah dengan cara atau Pulasari yang menyumbang kasus tuli
memperoleh data sekunder dari hasil bisu akibat genetik sebanyak 17 orang
penelitian sebelumnya oleh Friedman (5,1%), sedangkan 1 kasus bukan akibat
dengan hasil pemeriksaan gen, kasus yang genetik. Sedangkan dusun yang tidak
dicurigai memiliki gangguan pendengaran memiliki tuli bisu genetiknya adalah
di cek besar desibel atau derajat Dusun Bondalem, karena kasus yang
dengarnya, apabila tuli bisu total dan terjadi sebelumnya sudah dijelaskan akibat
sudah dibawah batas normal ditemukan OMSK (Otitis Media Kronis). Penelitian
jumlahnya, selanjutnya di tes secara oleh I Gede Marsaja (2008) menyatakan
genetik jumlah kasus yang ditemukan, dan bahwa dadia atau dusun Tihing memiliki
hasil akhirnya apabila hasil gen angka tuli bisu yang cukup tinggi,
menunjukan bahwa ada mutasi gen dikarenakan masyarakat dengan dadia
(DFNB3) maka disimpulkan bahwa kasus tersebut masih banyak yang menikah
tuli bisu merupakan kasus yang benar- sesama dadia ataupun kawitanya dan
benar tuli genetik. Setelah diperoleh data mereka lebih memilih menikah dengan
maka peneliti mengkategorikan tipe sesama tuli bisu (kolok) dan membawa
perkawinan dan disebar secara pertanyaan sifat genetik DFNB3 terus menurus secara
terstruktur tipe perkawinan mereka dengan stabil. Terkait penjelasan diatas, bearti
jumlah anak yang tuli, maka diperolehlah penelitian ini telah didukung oleh hasil
38 kasus yang terbagi dari beberapa tipe data penelitian sebelumnya tanpa adanya
perkawinan. perbedaan.
Tingginya angka tersebut dapat
dinyatakan bahwa intervensi atau program
penurunan sifat tuli bisu masih belum
tercapai, sehingga dapat dilihat masih tidak
Universitas Indonesia
meratanya dan tidak adanya penurunan sehingga besar kontribusi kasus dari tuli
angka kejadian. Meskipun di Desa bisu keseluruhan (43 orang) sebesar 1,9%.
Bengkala sudah diterapkan sekolah Jenis kelamin terdistribusi antara laki-laki
inklusi, yang mana sekolah tersebut dan perempuan tidak memiliki perbedaan
bertujuan untuk menghindarkan yang signifikan. Hasil penelitian
diskriminasi antara yang tuli bisu dan menunjukan hampir adanya keseimbangan
normal dan nantinya diharapkan anggota peluang proporsi antara laki-laki dan
dari mereka tidak akan berkelompok perempuan dengan jumlah 18 orang
dengan sesamanya, tetapi dapat (0,7%) laki-laki dan 20 orang perempuan
bersosialisasi bahkan membentuk (0,8%).
hubungan pernikahan yang membuat Menurut penelitian Prof Wayan
peluang terjadinya tuli bisu kecil yang Suardana, angka prevalensi tuli bisu
dihasilkan antara perkawinan yang normal genetik di Desa Bengkala juga terdistribusi
dengan tuli. Tetapi hal ini belum seimbang antara laki-laki dan perempuan,
sepenuhnya berjalan, karena masih belum sebesar 11 orang (45,8%) laki-laki dan 13
adanya tenaga penyuluh terhadap orang (54%) perempuan, penelitian ini
konseling pernikahan, sehingga bearti telah didukung oleh penelitian
masyarakat masih belum paham mengenai terdahulu dengan hasil yang tidak
penurunan sifat yang akan terjadi. Hal ini memiliki perbedaan, hanya saja jumlah
bearti di Desa Bengkala masih diperlukan total kasus yang berbeda.
intervensi yang lebih lanjut dan Berdasarkan penelitian sebelumnya
berkesinambungan. oleh Prof. Wayan Suardana bahwa jenis
kelamin tidak menjadikan adanya
4.3 Prevalensi Tuli Bisu Genetik perbedaan pada kasus tuli bisu secara
Berdasarkan Jenis Kelamin genetik, karena di Desa Bengkala
Prevalensi tuli bisu genetik di Desa penurunan sifat tuli bisu diwariskan secara
Bengkala terdistribusi berdasarkan jenis autosomal resesif. Ciri khas dari pewarisan
kelamin. Data yang dihasilkan sifat ini adalah tidak adanya perbedaan
menggambarkan banyaknya persentase signifikan antara laki-laki dengan
kasus yang mengalami tuli bisu secara perempuan. Hal tersebut didukung oleh
genetik. Berikut grafik 6.2 mengenai pustaka yang mengatakan bahwa peluang
prevalensi kasus tersebut. yang terjadi pada pewarisan autosomal
3,5 resesif antara laki-laki dan perempuan
3 sama kuat.
2,5 Tihing/Pulas
2 ari
1,5 Asem 4.4 Prevalensi Tuli Bisu Genetik
1 Berdasarkan Umur
0,5 Abing/Basta Prevalensi tuli bisu genetik di Desa
0
Bengkala terdistribusi berdasarkan jenis
L P Ceblong/Ge kelamin dan dusun saja, tetapi berdasarkan
lgel umur. Data yang dihasilkan
% tuli gen % tuli gen Kanginan
menggambarkan banyaknya persentase
kasus yang mengalami tuli bisu secara
Gambar 4.2 Grafik Distribusi Tuli Bisu genetik. Berikut grafik mengenai
Genetik Berdasarkan Jenis Kelamin
prevalensi kasus tersebut.
Grafik memberikan informasi
distribusi kasus tuli bisu akibat genetik
berdasarkan jenis kelamin. Hasil data
menunjukan sebanyak 38 orang yang
mengalami tuli bisu akibat genetik,
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
peluang yang sama untuk bertemu dengan memiliki tipe penurunan sifat secara
individu lain, baik dengan genotip yang autosomal resesif adalah karena beberapa
sama maupun berbeda. Penjelasan tersebut faktor antara lain: perkawinan yang terjadi
didukung oleh adanya perbedaan yang dapat dilihat dari tipe perkawinan normal
terlihat dari masing-masing tipe dengan tuli yang menghasilkan anak
perkawinan. dengan perbandingan 1:4, perkawinan tuli
Penelitian ini di dukung dengan dengan tuli telah menghasilkan 100% anak
hasil penelitian sebelumnya oleh Prof. yang tuli, peluang laki-laki dan perempuan
Wayan Suardana, bahwa antara masing- untuk menjadi pembawa sifat sama besar,
masing tipe perkawinan di Desa Bengkala dan gen dari masyarakat bersifat
memiliki perbedaan jumlah frekuensi gen heterosigot.
dengan ditunjukan besar nilai X2 sebesar Tentu saja bahaya yang cukup
3,84, degree of freedom 1 dan nilai (p potensial ini dapat meningkatkan jumlah
value < 0,05). Hasil tersebut juga kasus yang semakin tinggi dan
menyatakan bahwa di Desa Bengkala mengakibatkan kesulitan berkomunikasi
memiliki tipe perkawinan campur, yang di yang pada akhirnya akan mempersulit
dalam pupulasinya memiliki jenis tipe gen dalam penyediaan sarana pendidikan dan
yang berbeda. pekerjaan. Keterbatasan penyediaan sarana
pendidikan dan pekerjaaan tentu saja akan
4.6 Perkiraan Jumlah Kasus Tuli Bisu mempengaruhi kualitas hidup, sehingga
di Desa Bengkala masyarakat desa Bengkala akan
Frekuensi orang dengan keadaan tuli kehilangan potensi untuk mencapai taraf
bisu genetik di Desa Bengkala sebesar hidup yang lebih baik. Seperti halnya yang
1,6%, bearti nilai 1,6%=q2 (homosigot diungkapkan oleh Yoshinaga (1998)
resesif, dd), sehingga nilai q= √0,016 = terkait masalah gangguan akan
0,12. Frekuensi gen normal di Bengkala menimbulkan dampak yang besar pada
bernilai = p = 1- q = 0,88. kemampuan berbahasa, komunikasi,
Menurut hukum Hardy-Weinberg kognitif dan perkembangan psikososial.
maka frekuensi heterosigot = 2 pq = 2 x Hal tersebut dapat menyebabkan penarikan
0,88 x 0,12 =0,21 atau 21%. Ini berarti diri penderita dari lingkungannya di
sekitar satu diantara lima orang penduduk kemudian hari. (Baroch, 2003)
adalah heterosigot. Nilai perkiraan jumlah
orang yang membawa gen tuli ialah 0,21 x 5. KESIMPULAN DAN SARAN
2280 = 478 orang. Peluang bahwa dua
orang heterosigot akan bertemu sebagai 5.1 Kesimpulan
suami istri adalah 0,212 = 0,04 dan karena Dari beberapa hasil penelitian
di desa bengkala merupakan pewarisan dapat dsimpulkan beberapa butir penbting,
sifat dengan cara autosomal resesif maka antara lain :
nilai peluang akan melahirkan seorang 1. Penelitian memberikan informasi
anak dengan tuli adalah ¼ x 0,04 = 0,01. bahwa nilai dari prevalensi tuli bisu
Ini berati setiap pasangan yang secara genetik keseluruhan di Desa Bengkala
fenotip normal, tetapi bersifat carier akan berdasarkan umur sebesar 1,6%, hal ini
memiliki peluang melahirkan anak dengan memiliki arti bahwa nilai tersebut
tuli sebesar 1% dan sisanya merupakan adalah nilai yang cukup tinggi
peluang pewarisan sifat cara lain. Bearti dibandingkan nilai rekomendasi tuli
apabila pada penduduk yang berjumlah bisu genetik menurut standar Komnas
populasi 2280 maka akan diperkirakan Penanggulangan Gangguan
0,01 x 2280 = 23 orang yang akan bersifat Pendengaran dan Ketulian yang sebesar
carier. Hasil analisis data penelitian 0,1%
menggangap bahwa di desa Bengkala
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia