Professional Documents
Culture Documents
Abstract: Bamboo and wood are natural materials, each of which has a variety of uniqueness. Among its
uniqueness is an irreplaceable building material between one another. However, weaknesses are also found in
them especially related to termites or powder beetles. To be able to obtain maximum results in the use of these
two materials, the preservation process was needed as a special treatment. With a variety of Bamboo preservation
techniques, this paper tries to identify and examine various studies and best practices related to the Bambu-kayu
preservation method in Indonesia. A qualitative approach was used with literature study techniques, field
observations and in-depth interviews with entrepreneurs in preserving bamboo. From the results of the study
obtained an illustration that the preservation method carried out depends on the needs of the user. It is also known
that 10% Borak Boric concentrate has been able to be a chemical preservative that can be trusted to maximize
material age. There should also be research on other preservatives, both chemical ones such as pyrolysis oil from
plastic waste, as well as natural ones such as coconut shell liquid smoke and tobacco. Further research can also
be focused on the strength of bamboo preserved by the preservation / boiling method. In addition to optimal
material service age, it is necessary to consider several other criteria such as the ability to be mass produced /
according to industry needs and able to be implemented significantly. Thus, it is expected that preservatives will
be obtained that are safe for humans, environmentally friendly, workable and economical.
Keywords: preservation method, preservation material, bamboo-wood
Abstrak: Bambu dan kayu merupakan bahan alami yang memiliki berbagai keunikannya masing-masing.
Diantara keunikannya adalah bahan bangunan yang tidak tergantikan antara satu dengan yang lainnya. Namun,
kelemahan juga ditemukan pada material bambu dan kayu terutama terkait rayap atau kumbang bubuk. Untuk
dapat memperoleh hasil yang maksimal dalam penggunaan ke dua material tersebut maka diperlukan proses
pengawetan sebagai perlakuan khusus. Dengan berbagai macam teknik pengawetan Bambu-Kayu, maka tulisan
ini mencoba mengidentifikasi dan mengkaji berbagai penelitian serta best practice terkait metode pengawetan
Bambu-kayu di Indonesia. Pendekatan kualitatif digunakan dengan teknik studi literatur, pengamatan lapangan
serta wawancara mendalam kepada para pengusaha pengawetan bambu-kayu. Dari hasil kajian diperoleh
gambaran bahwa metode pengawetan yang dilakukan tergantung dengan kebutuhan pengguna. Selain itu
diketahui bahwa Borak Boric konsetrasi 10% telah mampu menjadi bahan pengawet kimia yang dapat dipercaya
mampu memaksimalkan usia material dengan baik. Perlu juga dilakukan penelitian terhadap bahan pengawet
lainnya, baik yang bersifat kimiawi seperti minyak pirolisis dari sampah plastik, maupun yang bersifat alami
seperti asap cair tempurung kelapa dan tembakau. Penelitian lanjutan juga dapat difokuskan kekuatan kayu-
bambu yang diawetkan dengan metode pengawetan/perebusan. Selain usia pemakaian material yang optimal,
perlu dipertimbangkan beberapa kriteria lain seperti kemampuan untuk diproduksi secara massal / sesuai
kebutuhan industri serta mampu diterapkan secara signifikan. Dengan demikian diharapkan akan diperoleh
bahan pengawet yang aman bagi manusia, ramah lingkungan, workable dan ekonomis.
Kata Kunci: metode pengawetan, bahan pengawetan, bambu-kayu
EMARA – Indonesian Journal of Architecture
Vol 4 No 1 – August 2018 ISSN 2460-7878, 2477-5975 (e) 55
b. Pengasapan; bambu ditempatkan daiatas tungku kayu terhadap serangan organisme perusak kayu
selama waktu tertentu sampai pengaruh asap sehingga dapat memperpanjang masa pakai kayu.
menghitamkan batang bambu. Sehingga, Sedangkan, bahan pengawet adalah suatu bahan
pemanasan pada bambu dapat mengakibatkan kimia yang bila dimasukkan ke dalam kayu dapat
terurainya senyawa pati dalam parenkim. meningkatkan ketahanan kayu dan serangan
c. Pelaburan; batang bambu dilaburi dengan tohor organisme perusak kayu yaitu, serangga (rayap tanah,
(Ca(OH)2) untuk menghambat penyerapan air. rayap kayu kering, bubuk kayu kering) dan jamur
Namun, perlu pembuktian terhadap pengaruh perusak kayu. Pengawetan yang dapat dilakukan
senyawa alkali terhadap kekuatan bambu. meliputi pengawetan secara vakum-tekan,
d. Perendaman dalam air; bambu direndam dalam air pengawetan secara rendaman dingin, dan
sebaiknya tidak lebih dari 1 bulan. pengawetan secara rendaman panas dan dingin.
e. Perebusan; bambu direbus pada suhu 100 derajat Pengawetan kayu mangium (Acacia mangium Willd)
Celcius selama 1 jam cukup efektif mengurangi dengan metode rendaman panas dan dingin hanya
serangan kumbang bubuk. dapat dilakukan untuk pemakaian dibawah atap tanpa
f. Metode Butt treatment; metode ini baik dilakukan berhubungan langsung dengan tanah (Djarwanto &
pada bambu pendek dan kadar air tinggi, karena R.Sudradjat, 2002). Bahan pengawet yang digunakan
memakan waktu yang lama. Bagian bawah bambu adalah golongan boron dan golongan CCB dengan
dipotong dan diletakkan dalam tangki berisi konsenterasi larutan sebanyak 10%. Lama rendaman
pengawet. Cabang dan daun batang tetap panas dilakukan masing-masing selama satu jam dan
disisakan. Melalui proses transpirasi daun bahan tiga jam.
pengawet dialirkan pada batang.
g. Metode Tangki Terbuka; batang bambu dengan 2. METODE PENELITIAN
ukuran tertentu direndam beberapa hari dalam
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
campuran bahan pengawet
gambaran metode dan bahan pengawet untuk
h. Metode Boucherie; batang bambu dipotong sesuai
pengawetan bambu-kayu yang telah diteliti khususnya
ukuran tertentu, kemudian bambu dimasukkan ke
berlokasi di Indonesia. Kemudian, dibandingkan
dalam mesin Boucherie. Dengan bagian khusus
dengan survei lapangan yang digunakan oleh
pada mesin, cairan pengawet konsenterasi tertentu
masyarakat dalam hal ini diwakili dalam proses
dialirkan dengan tekanan 0,8 – 1,5 kg/m2 pada
pengawetan bambu. Pendekatan penelitian
batang bambu.
menggunakan pendekatan kualitatif, metode observasi
i. Metode Kimia Sederhana; bambu segar didirikan
lapangan dan wawancara pada pengusaha/perajin
terbalik. Ujung bagian atas dimasukkan tabung
bambu awet oleh peneliti. Teknik pengumpulan data
yang berisi solar. Dengan memanfaatkan gaya
melalui studi literatur dan hasil observasi lapangan.
gravitasi, minyak solar mendesak keluar cairan
Data dianalisis secara deskriptif Lokasi survei untuk
yang memakan waktu seminggu.
melakukan observasi pelaksanaan pengawetan
Cara sederhana untuk mengawetkan bambu segar bambu dipilih di Kota Yogyakarta, yaitu pada
yang baru ditebang dapat menggunakan senyawa perusahaan CV.Rumpun Bambu Nusantara.
boron (Barly & Sumarni, 1997). Benda uji yang dipakai Sedangkan, studi literatur digunakan dengan
adalah 18 batang bambu dengan panjang dan menelaah 39 publikasi pada kuruan waktu 15 tahun
diameter bervariasi yang diperoleh dari Ciapus, Bogor. terakhir yang terkait pengawetan bambu dan kayu.
Batang bambu tersebut direndam masing-masing Hasil dari telaah literatur dan observasi lapangan
selama satu, tiga dan lima hari. Hasil penelitian kemudian dianalisis dan digunakan untuk memperoleh
menunjukkan retensi dipengaruhi oleh waktu gambaran metode dan bahan pengawet yang
pengawetan dan konsentrasi larutan yang digunakan. diguankan dalam pengawetan bambu-kayu di
Hubungan keduanya menunjukkan perbedaan yang Indonesia.
nyata. Retensi maksimum sebesar 7,64 kg/m3 yaitu,
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
batang bambu direndam selama lima hari dengan
konsenterasi senyawa boron sebanyak 10%. 3.1. Studi Literatur
Dari hasil telaah literatur, ditemukan delapan belas
1.2. Pengawetan Kayu
publikasi terkait topik pengawetan bambu (tabel 1) dari
Standarisasi pengawetan kayu tercantum pada beberapa jurnal yang sudah melalui tahapan
Standar Nasional Indonesia atau SNI, nomor 03- penyaringan. Pada tabel 1 akan teridentifikasi topik
5010.1-1999 yang berjudul pengawetan kayu untuk bahasan sesuai dengan kronologis waktu publikasi,
perumahan dan gedung. Dalam (SNI 03-5010.1-1999, yakni dalam rentang tahun 2004 hingga 2018.
n.d.), disebutkan bahwa pengawetan kayu merupakan
suatu proses memasukkan bahan pengawet ke dalam
Penulis juga mengumpulkan penelitian yang termasuk konsenterasi larutan yang dicampur pada
berkaitan dengan pengawetan kayu (tabel 2) yang pengawetan bambu-kayu yang dilakukan (tabel 3 dan
dilanjutkan dengan melakukan identifikasi terhadap 4)
publikasi ilmiah yang terkait metode atau tata cara
pengawetan, material dan bahan pengawetan
Tabel 3. Metode dan bahan pengawetan bambu berdasarkan pada penelitian terdahulu
Bahan Pengawet / Konsentrasi
No Peneliti Metode / Material
(%)
(Novriyanti & Rendaman Dingin/ Bambu Talang Ngarai
1. Senyawa Boron / 15%
Nurrohman, 2004) Sianok Sumatera Barat
Bambu didirikan terbalik / Bambu Ori dan
2. (Handayani, 2007) Boraks (Na2B4O7) / 10%
Wulung Wilayah Yogyakarta
4,32 kg tembakau dalam 18 liter
(Hadikusumo, Difusi (Bambu direndam 5 hari) / Bambu Apus
3. air; berasal di Ngemplak, Sleman
2007) Dusun Krapyak Wedomartani; Yogyakarta
Yogyakarta
Pestisida nabati campuran
(Hirmawan et al., Buchery-Morisco/ ekstrak biji mimba dan filtrat umbi
4.
2010) Bambu tidak disebutkan jenisnya gadung / Tidak dijelaskan hanya
1kg mimba dan 1 kg Gadung
(Ismail et al., Boucherie-Morisco / Bambu Ampel Air laut salinitas 17,6% ditambah
5.
2010) Yogyakarta garam (NaCl 10%
(Widnyana et al., VSD (Vertikal Soak Diffusion) 10-14 hari /
6. Borak Boric / Tidak dijelaskan
2010) Bambu tidak disebutkan jenisnya
(Siswanto et al., Boucherie-Morisco / Bambu Wulung Gamping Asap cair tempurung kelapa
7.
2011) Yogyakarta usia >3 tahun grade 2 dan 3 / 5%
(Nurkertamanda Rendaman Dingin / Bambu Bilah Apus kadar
8. Ekstrak daun Mimba / 20%
et al., 2011) air 12 %
Alami, perendaman pada air
(Susilaning & Rendaman Dingin/ Bambu Petung dan Ampel
9. mengalir 3 bulan dan kimia, Borak
Suheryanto, 2012) Segar Yogyakarta
Boric 10%
(Muslich & Modifikasi Boucherie 7 hari / Bambu Petung Copper-bichromated boron (CCB)
10.
Rulliaty, 2014) 12m Rangkas Bitung Jawa Barat / 3%
(Hamzah et al., Rendaman Dingin selama 3 bulan/ Bambu
11. Boraks / 1%
2016) Betung Kendari
Rendaman Dingin / Bambu Betung Tomohon Perendaman dalam air sungai
12. (Pojoh, 2017)
Manado dan air laut 4 bulan
Gravitasi / Bambu tidak dijelaskan jenisnya, Bahan biodegradable khitosan
(Negara et al., Lokasi Bali
13. isolasi kulit udang limbah restoran
2017)
/ tidak dijelaskan
(Wardiha & Dibya, Rendaman Dingin / Bambu Petung dan
14. Boron dan CCB / tidak disebutkan
2017) Gewang, Lokasi Bali
(Damayanti et al.,
15. Boucherie/ Sirap Bambu , Lokasi Bali Boron / 5%
2017)
(Widyaningrum et VSD (Vertikal Soak Diffusion) / Bambu tidak Larutan Borate (campuran borax
16.
al., n.d.) dijelaskan; Lokasi Purbalingga dan boric acid) / Tidak dijelaskan
(Hadjar et al., Peredaman Panas / Bambu Betung
17. Ekstrak kulit bakau / 15 %
2016) Lokasi Kendari
(Hamzah et al., Rendaman Dingin / Bambu Betung Lokasi
18. Ekstrak daun cengkeh / 1,5%
2018) Sulawesi Tenggara
Tabel 4. Metode dan bahan pengawetan kayu berdasarkan pada penelitian terdahulu
No Peneliti Metode / Material Bahan Pengawet / Konsentrasi (%)
Rendaman Dingin / Kayu Sengon,
(Kusumaningsih, Boraks (Na2B4O7.5H2O), Terusi (CuSO4) /
1. Meranti Merah, Kelapa, Surian ,
2008) masing-masing 5% dan selama 5 hari
Lokasi Yogyakarta
(Prawira et al., Tidak dijelaskan / Kayu Karet, Asap cair kayu laban / 10% dan 15% suhu
2.
2009) Lokasi Pontianak pirolisis 400 derajat Celcius
Vakum Tekan 2 bulan / Kayu Karet,
3. (Mahdi, 2009) Trusi / 1% dan 2 %
Lokasi Samarinda
(Daviyana et al., Tidak dijelaskan / Kayu Karet, Ekstrak kulit kayu gerunggang / Tidak
4.
2010) Lokasi Pontianak dijelaskan
(Sumedi et al., Rendaman Dingin / Kayu Karet,
5. Asap cair tempurung kelapa / 20%
2011) Lokasi Samarinda
(Prasetyo & Rendaman Dingin / Kayu Sengon
6. Ekstrak tembakau 100% dan Urea 15%
Darmono, 2012) Lokasi Yogyakarta
Minyak pirolisis sampah plastik suhu 600C /
(Dewi et al., Rendaman Dingin / Kayu Albasia Tidak dijelaskan
7.
2013) Lokasi Purwokerto
(Darmono et al., Rendaman Dingin / Kayu Sengon Campuran Boraks dan Asam Borat / 1,54 kg
8.
2013) Lokasi Klaten Jawa Tengah Boraks dengan 1 kg Asam Borat
Rendaman Dingin / Kayu Tisuk
(Suhaendah & Boric Acid Equivalent (BAE) / 5% dan 10%
9. Desa Sukamulih Sariwangi
Siarudin, 2014) lama perendaman 3 dan 7 hari
Tasikmalaya Jawa Barat
Rendaman Dingin / Papan, bingkai
(Petandung,
10. reng dari Pohon Aren, Lokasi Asam Borat / 8%
2014)
Manado
Rendaman Panas-Dingin / Kayu
(Priadi & Pratiwi, Diffusol CB berbahan aktif tembaga, krom dan
11. Mangium, Manii, Sengon, Lokasi
2014) boron / 5%
Bogor
Rendaman Dingin 24-48 jam / Kayu
(Pujirahayu et
12. Jati Putih (Gmelina arborea) usia Ekstrak tannin kulit kayu akasia / 7%
al., 2015)
10 tahun
Sistem kubur 3 bulan / Kayu
13. (Lewar, 2015) Akonafos dan buah bintaro/ 1,41% dan 2,94%
Akasia, Lokasi Samarinda
Rendaman Dingin / Kayu Karet,
14. (Nola, 2016) Asap cair tempurung kelapa / 40%
Lokasi Samarinda
(Pangestuti et Rendaman Dingin 5 hari / Kayu
15. Enbor SP / 9%
al., 2016) Sengon, Lokasi Semarang
(Ulfah et al., Rendaman Dingin / Kayu karet
16. Cuka kayu galam / 50%
2016) Lokasi Kalimantan Selatan
(Anggraini, Rendaman Dingin / Kayu Lokasi Asap cair tempurung kelapa, tongkol jagung,
17.
2017) Malang dan bambu / 40%,48% dan 36% (suhu 300 C)
(Wardyani et al., Rendaman Panas-Dingin 72 jam /
18. Ekstrak limbah kulitk kayu bakau / 5%
2017) Kayu Sengon Lokasi Pontianak
(Permana & Rendaman Dingin / Kayu Pinus,
19. Ekstrak daun kayu putih 0,01%
Husni, 2017) Lokasi Makasar
(Penus et al., Pengasapan 36 jam / Kayu Laban Pembakaran tempurung kelapa / Digunakan
20.
2017) dan Kayu Akasia, Lokasi Pontianak untuk menghasilkan asap (Tidak dijelaskan)
(Listyorini et al., Rendaman Dingin / Kayu Kelapa,
21. Konsenterasi Asam Sulfat / 1,2%
n.d.) Lokasi Solo
Sumber: hasil telaah literatur, 2018
3.2. Best practice pengawetan bambu Apus, Wulung, Ori, dan Pelupuh tergantung dari
Observasi lapangan dilakukan oleh penelit untuk pemesanan. Jenis bambu yang selalu tersedia adalah
melakukan pengamatan terhadap best practice jenis bambu Petung yang biasanya digunakan untuk
pengawetan bambu di daerah Purwomartani, Klasan, konstruksi bangunan. Jenis ini diproduksi karena
Sleman Yogyakarta. Terdapat dua macam metode banyak yang memesan dan menggunakan untuk
proses pengawetan bambu untuk memproduksi keperluan pembangunan, kerajinan dan sebagainya.
bambu yang diawetkan. Metode pertama dengan Terkait dengan perbandingan keefektifan dan
proses perebusan bambu dengan suhu 80 derajat keamanan antara zat pengawet kimia dengan dengan
Celcius selama 3 jam. Metode kedua dengan cara pengawet alami, narasumber penelitian menyatakan
Vertical Soak Diffusion (gambar 1) dengan bahan bahwa penggunaan bahan pengawet boraks boric,
pengawet Boraks Boric. selama ini cukup efektif untuk dapat memenuhi usia
layan 10 s.d 15 tahun kedepan dan dapat
memproduksi bambu awet lebih banyak atau optimal.
Lebih lanjut dipaparkan bahwa tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap bahan borac boric terhadap
pengawetan bambu cukup tinggi. Ketika ada wacana
untuk menggantinya dengan bahan pengawet dari
bahan alami masyarakat masih enggan untuk
mengadopsinya karena belum ada pembuktian yang
signifikan terhadap usia layan dan kehandalan
terhadap serangga, jamur atau bubuk rayap. Hal ini
menjadi pertimbangan pengusaha bambu terkait biaya
Gambar 1. Pengawetan bambu metode Vertical Soak dan bisnis untuk pengawetan bambu. Dari hasil telaah
Diffusion. (Sumber: dokumentasi peneliti, 2018) literatur dan observasi lapangan, dapat diperoleh
informasi berbagai macam metode pengawetan
Campuran bahan pengawet Boraks Boric bambu-kayu serta bahan pengawetan yang telah
digunakan pada kedua metode tersebut yaitu, banyak diteliti dan digunakan saat ini, baik
konsenterasi minimal 6% dan maksimal 10%. Jenis menggunakan bahan alami maupun kimia (tabel 5).
bambu yang diawetkan mulai dari bambu Petung,
Tabel 5. Rangkuman berbagai variasi metode dan bahan pengawet untuk pengawetan bambu-kayu
Metode Bahan pengawet alami Bahan pengawet kimia
Rendaman Dingin, Bahan biodegradable khitosan isolasi kulit udang Senyawa Boron 5% sd 15%,
Rendaman Panas, limbah restoran CCB (Copper-bichromated boron)
Rendaman Panas- Ekstrak Kulit Bakau 15%, 3%,
Dingin, Ekstrak Daun Cengkeh 1,5%, Borak Boric 1% sd 10%,
Bambu didirikan Asap Cair Kayu Laban 10% sd 15% (Pirolisis suhu Boraks (Na2B4O7.5H2O) dan
terbalik (gravitasi), 400C), Terusi (CuSO4), 5%,
Difusi, Ekstrak Kulit Kayu Gerunggang, Minyak pirolisis sampah plastik
Bucherie, Asap Cair Tempurung Kelapa 20% sd 40%, suhu 600C (konsenterasi tidak
Modifikasi Bucherie- Asap Cair Tempurung Kelapa 5%, dijelaskan),
Morisco, Ekstrak Tembakau 100% dan Urea 15%, Boric Acid Equivalent (BAE) 5%
VSD (Vertical Soak Ekstrak Tannin Kulit Kayu Akasia 7%, s.d 10%,
Difusion), Akonafos 1,41% dan Buah Bintaro 2,94%, Diffusol CB berbahan aktif
Vakum Tekan, dan Cuka Kayu Galam 50%, tembaga, krom dan boron 5%,
Pengasapan. Asap cair tempurung kelapa 40% + tongkol jagung Enbor SP 9%,
Perendaman pada air 48%+Bambu 36% (suhu 300C), Konsenterasi Asam Sulfat 1,2%,
mengalir 3 bulan, Ekstrak Limbah Kulit Kayu Bakau 5%, Air laut salinitas 17,6% ditambah
Perendaman dalam Ekstrak Daun Kayu Putih 0,01aaq%, garam (NaCl) 10%,
air sungai dan air laut Ekstrak Daun Mimba 20%,
4 bulan. Pengasapan dari pembakaran tempurung kelapa,
Tembakau 4,32 kg dalam 18 liter air,
Pestisida Nabati Campuran Ekstrak Biji Mimba dan
Filtrat Umbi Gadung
Sumber: hasil analisis, 2018
Pengolahan Hasil Hutan Politeknik Pertanian Tulangan Bambu Petung Asal Tomohon. JURNAL
Negeri Samarinda. PENELITIAN TEKNOLOGI INDUSTRI, 9(1), 37–
Listyorini, R., Murtiono, E. S., & Agustin, R. S. (2018). 48.
Pengaruh Konsenterasi Asam Sulfat Dan Lama Prasetyo, S., & Darmono. (2012). Efektivitas
Perendaman Terhadap Kuat Lentur Kayu Kelapa Pengawetan Kayu Terhadap Serangan Rayap
Implementasi Pada Mata Kuliah Ilmu Bahan Dengan Menggunakan Bahan Pengawet Ekstrak
Bangunan. IJCEE, 4(1), 79–89. Tembakau Dan Urea. JURNAL TEKNIK SIPIL, 1–
Mahdi, A. (2009). Pengawetan Kayu Karet (Hevea 15.
brasiliensis) Menggunakan Trusi Dengan Metode Prawira, H., Oramahi, H. ., Setyawati, D., & Diba, F.
Vakum Tekan (Tugas Akhir). Samarinda: Program (2009). Aplikasi Asap Cair Dari Kayu Laban (Vitex
Studi Pengolahan Hasil Hutan Politeknik pubescens Vahl) Untuk Pengawetan Kayu Karet,
Pertanian Negeri Samarinda. 16–22.
Muslich, M., & Rulliaty, S. (2014). Ketahanan Bambu Priadi, T., & Pratiwi, G. A. (2014). Sifat Keawetan Alami
Petung Yang Diawetkan Dengan CCB Terhadap Dan Pengawetan Kayu Mangium, Manii Dan
Serangan Penggerek Di Laut. JURNAL Sengon Secara Rendaman Dingin Dan
PENELITIAN HASIL HUTAN, 32(3), 199–208. Rendaman Panas Dingin. JURNAL TEKNOLOGI
Negara, I. S., Simpen, I., & Sasmita, G. M. A. (2017). KAYU TROPIS, 12(2), 118–126.
Pengawetan Ramah Lingkungan Pada Usaha Pujirahayu, N., Uslinawaty, Z., & Hadjar, N. (2015).
Bambu Tradisional Berorientasi Ekspor Di Desa Pemanfaatan Tannin Kulit Kayu Akasia Untuk
Belega Gianyar. BULETIN UDAYANA Pengawetan Jati Putih (Gmelina arborea)
MENGABDI, 16(2), 64–70. Terhadap Rayap Tanah (Coptotermes
Nola, A. N. (2016). Pemanfaatan Asap Cair Dari curvignathus holmgren). ECOGREEN, 1(1), 29–
Tempurung Kelapa Sebagai Bahan Pengawet 36.
Kayu Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Siswanto, M. F., Saputra, A., & Amrulloh, H. (2011).
(TUGAS AKHIR) (hlm. 51). Samarinda: Program Pengaruh Pengawetan Bambu Wulung Dengan
Studi Pengolahan Hasil Hutan Politeknik Asap Cair Tempurung Kelapa Terhadap Mortalitas
Pertanian Negeri Samarinda. Rayap Kayu Kering. Dinamika TEKNIK SIPIL,
Novriyanti, E., & Nurrohman, E. (2004). Pengawetan 11(2), 151–154.
Bambu Talang Secara Sederhana. JURNAL SNI 03-5010.1-1999. (t.t.). Pengawetan Kayu Untuk
PENELITIAN HASIL HUTAN, 22(4), 223–230. Perumahan Dan Gedung.
Nurkertamanda, D., Andreina, W., & Widiani, M. Suhaendah, E., & Siarudin, M. (2014). Pengawetan
(2011). Pemilihan Parameter Pre Treatment Pada Kayu Tisuk Melalui Rendaman Dingin Dengan
Proses Pengawetan Bambu Leminasi. J@TI Bahan Pengawetan Boric Acid Equivalent.
Undip, VI(3), 155–160. JURNAL PENELITIAN HASIL HUTAN, 32(2),
Pangestuti, E. K., Lashari, & Hardomo, A. (2016). 103–110.
Pengawetan Kayu Sengon Melalui Rendaman Sulistyowati, C. A. (1997). Pengawetan Bambu.
Dingin Menggunakan Bahan Pengawet Enbor SP WACANA, 6, 11–13.
Ditinjau Terhadap Sifat Mekanik. JURNAL Sumedi, A., Budiarso, E., & Kusuma, I. W. (2011).
TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, 18(1), 55–64. Pemanfaatan Asap Cair Dari Tempurung Kelapa
Penus, Diba, F., & Sisillia, L. (2017). Pengaruh Lama Sebagai Bahan Pengawet Kayu Karet (Hevea
Pengasapan Terhadap Sifat Fisik Dan Mekanik Brasiliensis Muell.Arg). JURNAL KEHUTANAN
Kayu Laban (Vitex pubescens) Dan Akasia TROPIKA HUMIDA, 4(1), 1–11.
(Acacia mangium Wild). JURNAL HUTAN Suriani, E. (2017). Bambu Sebagai Alternatif
LESTARI, 5(3), 732–740. Penerapan Material Ekologis: Potensi dan
Permana, R. D., & Husni, H. (2017). Efektivitas Tantangannya. EMARA: Indonesian Journal of
Bioatraktan Dari Bahan Alami Terhadap Rayap Architecture, 3(1), 33-42
Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren). Susilaning, L., & Suheryanto, D. (2012). Pengaruh
JURNAL HUTAN LESTARI, 5(3), 629–688. Waktu Perendaman Bambu Dan Penggunaan
Petandung, P. (2014). Pengaruh Pengawetan Borak-Barik Terhadap Tingkat Keawetan Bambu.
Rendaman Dingin Asam Borak Terhadap Kualitas PROSIDING SEMINAR NASIONAL APLIKASI
Papan Dan Bingkai Reng Kayu Aren Sebagai SAINS &TEKNOLOGI (SNAST), III, A94–A101.
Bahan Bangunan. JURNAL PENELITIAN Ulfah, D., Lusyiani, & Harionarso, B. (2015). Pengaruh
TEKNOLOGI INDUSTRI, 6(1), 31–42. Lama Penyimpanan Cuka Kayu Galam Pada
Pojoh, B. (2017). Pengaruh Perendaman Dalam Air Pengawetan Kayu Karet (Hevea brasiliensis
Sungai Dan Air Laut Terhadap Daya Tahan Muell. Arg) Terhadap Serangan Rayap. JURNAL
HUTAN TROPIS, 4(1), 21–27. Widnyana, I. K., Budiasa, M., & Sujana, P. (2010).
Wardiha, M. W., & Dibya, I. K. Y. P. (2017). Karakteristik Pemberdayaan Pengerajin Furniture Bambu
Limbah Pengawet Bambu Petung Dan Gewang dalam Usaha Peningkatan Jumlah serta Mutu
Yang Mengandung Boron Dan Copper-Chrome- Ekspor Kerajinan Bambu di Kabupaten Gianyar
Boron Serta Alternatif Pengelolaannya. JURNAL Bali. MAJALAH APLIKASI IPTEKS NGAYAH,
PEMUKIMAN, 12(2), 64–69. 1(1), 52–62.
Wardyani, Y., Diba, F., & Nurhaida. (2017). Pewarnaan Widyaningrum, A., Sudibyo, G. H., Pamudji, G., &
Kayu Sengon (Paraserainthes falcataria Linn) Hermanto, N. I. S. (2017). Pengawetan Bambu
Dari Ekstrak Limbah Kulit Kayu Bakau Dengan Metode Vertikal Soak Diffusion (VSD) Di
(Rhizophora apiculata Blume) : Uji Ketahanan Desa Bokol Kecamatan Kemangkon Kabupaten
Warna Dan Keawetan Kayu. JURNAL HUTAN Purbalingga. PROSIDING Pengembangan
LESTARI, 5(3), 618–628. Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal
Berkelanjutan VII, VII.