You are on page 1of 6

KARAKTRISTIK HABITAT LUTUNG (Trachypithecus auratus)

DI JALUR DASAN PAOK RESORT KEMBANG KUNING


TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI

(Characteristic Of Habitat Eboney Leaf Monkey (Trachypithecus Auratus)


In Dasan Paok Route Of The Kembang Kuning Resort
Mount Rinjani Nasional Park)

Jumadi Ahmad, Irwan Mahakam Lesmono Aji, Maiser Syaputra


Program Studi Kehutanan Universitas Mataram
Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram
Jln. Majapahit No. 62 Mataram, NTB
Email ; jumadiahmad25@gmail.com

Abstract
Eboney leaf monkey (Trachypithecus auratus) is one of the primate species classified
as endemic in Indonesia whose distribution includes tropical rain forests on the islands of
Java, Bali, Kalimantan and Sumatra, this study aims to determine the constituent
components of the habitat and vegetation structure used by eboney leaf monkey. This
research was conducted in January 2019 until Noveber 2019 located in Dasan Paok Lane,
Utilization Zone, Kembang Kuning Resort, Gunung Rinjani National Park. In determining the
eboney leaf monkey group which is used as a research sample using the line transect
method while in conducting vegetation analysis using the checkered line method. The
observation time for eboney leaf monkey activity starts at 6:00 WIB until 17:00 WIB.
Observed data were analyzed quantitatively and descriptively. The results show that there
are 48 individual trees that are used as a food source by eboney leaf monkey which consists
of 9 species of trees and there are 4 types of trees that are used as sleeping trees.

Keywords: Eboney leaf monkey (Trachypithecus auratus), feeding tree, sleeping trees.

Abstrak

Lutung (Trachypithecus auratus) merupakan salah satu spesies primata yang


tergolong endemik di Indonesia yang persebarannya meliputi hutan hujan tropis di pulau
Jawa, Bali, Kalimantan dan Sumatra, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komponen
penyusun habitat serta struktur vegetasi yang digunakan oleh lutung. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Januari 2019 sampai dengan bulan Juli 2019 berlokasi di Jalur
Dasan Paok, Zona Pemanfaatan, Resort Kembang Kuning, Taman Nasional Gunung
Rinjani. Dalam penentuan kelompok lutung yang dijadikan sebagai sampel penelitian
menggunakan metode line transect sedangkan dalam melakukan analisis vegetasi
menggunakan metode garis berpetak. Waktu pengamatan aktivitas lutung dimulai dari pukul
06.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB. Data yang telah diamati dianalisis secara
kuantitatif dan deskriptif. Hasil menunjukkan terdapat 48 individu pohon yang dimanfaatkan
sebagai sumber makanan oleh lutung yang terdiri dari 9 jenis pohon serta terdapat 4 jenis
pohon yang digunakan sebagai pohon tidur.

Kata kunci : Lutung (Trachypithecus auratus), pohon pakan, pohon tidur.


Pendahuluan
Taman nasional merupakan kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem
asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
penetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi (TNGR, 2017).
Taman Nasional Gunung Rinjani terdiri dari berbagai tipe ekosistem dan vegetasi
yang cukup lengkap mulai dari hutan tropis dataran rendah sampai hutan hujan tropis
pegunungan yang masih utuh dan berbentuk hutan primer, hutan cemara dan vegetasi sub
alpin. Potensi flora yang dimiliki dan teridentifikasi di Kawasan Taman Nasional Gunung
Rinjani adalah sebanyak 447 jenis pohon, 6 jenis rotan, 28 jenis liana dan 117 jenis jamur
sedangkan jumlah fauna teridentifikasi adalah 19 jenis mamalia, 20 jenis serangga, 8 jenis
reptile, 5 jenis amfibi dan 154 jenis burung (TNGR, 2017). Beberapa spesies satwa kunci di
Taman Nasional Gunung Rinjani adalah elang flores (Nisaetus floris), celepuk rinjani (Otus
jolandae), musang rinjani (Paradoxurus hermaphroditus rinjanicus) dan lutung
(Trachypithecus auratus).
Lutung (Trachypithecus auratus) merupakan salah satu spesies primata yang
tergolong endemik di Indonesia yang persebarannya meliputi hutan hujan tropis di pulau
Jawa, Bali, Kalimantan dan Sumatra (Rahayu, 2009). Lutung dikenal sebagai monyet
pemakan daun (Ebony leaf monkey) sehingga konsumsi pokok pakannya adalah daun serta
sebagian lagi dari buah dan biji (Astriani, 2015).
Mempertimbangkan lutung (Trachypithecus auratus) sebagai spesies endemik
Indonesia yang persebarannya terbatas maka dibutuhkan suatu langkah-langkah konservasi
yang tepat sasaran agar kelestarian jenis tersebut tetap terjaga. Lutung termasuk satwaliar
yang melakukan seleksi habitat dengan faktor-faktor yang mempengaruhi seleksi habitat
tersebut meliputi komponen biotik dan abiotik, seleksi dan preferensi satwa terhadap suatu
habitat dapat diketahui dari hasil penelitian penggunaan habitat.

Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan bulan Januari-November tahun 2019 berlokasi di Jalur Dasan
Paok, Zona Pemanfaatan, Resort Kembang Kuning, Taman Nasional Gunung Rinjani.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Metode Line Transect dimana dalam
metode ini pengamat akan berjalan pada jalur yang telah ditentukan dan mencatat setiap
data yang diperlukan (Bismark, 2011). Setiap pohon yang digunakan lutung, baik sebagai
pohon pakan maupun pohon tidur dicatat jenis, jumlah, tinggi, diameter luas tajuk. Menurut
Tobing (2008) panjang jalur lintasan yang digunakan dalam Metode Line Transect yaitu
2.000 m dengan lebar 100 meter (50 m kekiri dan 50 m ke kanan). Pengamatan dilakukan
pada pagi hari ketika lutung bangun dan memulai aktifitas (sekitar pukul 06.00 WITA) hingga
pada sore hari ketika lutung mulai bergerak kembali ke pohon tidur (sekitar pukul 17.00
WITA) (Tobing, 1999). Pengamatan dilakukan selama 14 hari (Leksono, 2014).
Hasil Dan Pembahasan
Komponen Penyusun Habitat
1. Pohon Pakan
Menurut Alikodra (2010) pakan sebagai faktor utama yang mempengaruhi
pergerakan satwa dan harus tersedia untuk menghindari adanya persaingan. Data
pengamatan pohon pakan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Pohon Pakan


Table 1. Observation Results Of Feeding Trees
No Jenis Pohon Nama Ilmiah Jumlah Diameter (cm) Tinggi (m) Luas Tajuk (m²)
1 Bayur Pterospermum javanicum 17 31,10 16,22 47,25
2 Ara Ficus carica 3 25,57 13 16,66
3 Kemiri Aleurites moluccana 1 47,75 15 39,27
4 Sonokling Dalbergia latifolia 11 25,23 12,72 23,20
5 Dadap Erythrina variegate 6 29,65 17 10,24
6 Mahoni Swietenia mahagoni 3 26,84 13,33 4,87
7 Goak Ficus variegeta 1 23,24 10 19,24
8 Nangka Artocarpus heterophyllus 5 30,60 19 69,36
9 Terap Artocarpus odoratissimus 1 26,22 12 21,87
Total 48 29,58 14,24 27,99

Dari penelitian yang dilakukan didapatkan 48 individu pohon yang dimanfaatkan


sebagai sumber makanan oleh lutung (Trachypithecus auratus) yang terdiri dari 9 jenis
pohon yaitu bayur (Pterospermum javanicum), ara (Ficus carica), kemiri (Aleurites
moluccana), sonokling (Dalbergia latifolia), dadap (Erythrina variegate), mahoni (Swietenia
mahagoni), goak (Ficus variegeta), nangka (Artocarpus heterophyllus) dan terap (Artocarpus
odoratissimus). Diameter rata-rata dari pohon pakan lutung (Trachypithecus auratus) seperti
yang terdapat pada Tabel memiliki rentang antara 23,24-47,75 cm, adapun untuk tinggi rata-
rata memiliki rentan tinggi antara 12-19 m sedangkan luas tajuk rata-rata memiliki rentan
antara 4,8-69,36 m²

2. Pohon Tidur
Leksono (2014) mengatakan pohon-pohon dengan morfologi besar seperti kiara
beas (Ficus sumatrana) dan laban (Vitex pubescens) dijadikan sebagai shelter/cover bagi
lutung jawa (Trachypithecus auratus), data pengamatan pohon tidur dapat dilihat pada Tabel
2 berikut.

Tabel 2. Hasil Pengamatan Pohon Tidur


Table 2. Observation Results Of Sleeping Trees
No Jenis Pohon Nama Ilmiah Jumlah Diameter (cm) Tinggi (m) Luas Tajuk (m²)
1 Bayur Pterospermum javanicum 3 39,79 22 149.39
2 Nita/Pulai Alstonia scholaris 6 47,75 20 66.37
3 Terap Artocarpus odoratissimus 2 36,60 19 61.6
4 Goak Ficus variegeta 3 29,28 15 61.6
Total 14 38,36 19 84.74

Dari hasil penelitian didapatkan 4 jenis pohon yang digunakan sebagai pohon tidur
oleh lutung (Trachypithecus auratus) yaitu, bayur (Pterospermum javanicum), pulai (Alstonia
scholaris), goak (Ficus variegeta) dan terap (Artocarpus odoratissimus). Dapat dilihat dalam
tabel bahwa penggunaan pohon tertinggi sebagai pohon tidur yaitu dari jenis pulai (Alstonia
scholaris) dengan penggunan sebanyak 6 kali, kemudian selanjutnya diikuti oleh bayur dan
goak dengan intensitas penggunaan sebanyak 3 kali dan terap dengan penggunaan
sebanyak 2 kali. Diameter rata-rata dari pohon tidur lutung (Trachypithecus auratus) seperti
yang terdapat pada Tabel memiliki rentang antara 29,28-47,75 cm, adapun untuk tinggi rata-
rata memiliki rentan tinggi antara 15-22 m sedangkan luas tajuk rata-rata memiliki rentan
antara 61,60-149,39 m²

3. Komponen Abiotik
Dari hasil penelitian diketahui bahwa suhu pada lokasi penelitian berkisar antara 16-
o
25,5 C, kelembaban pada lokasi penelitian berkisar antara 70-95 %. Dari hasil penelitian
yang dilakukan intensitas cahaya yang didapatkan setiap hari berbeda hal ini diduga
dipengaruhi oleh kondisi cuaca, berdasarkan hasil penelitian, bahwa intensitas cahaya
tertinggi pada pagi hari yang tercatat yaitu pada hari pertama pengamatan dengan intensitas
cahaya sebesar 1,02 lux dan terendah yaitu pada hari ke 4 pengamatan dengan intensitas
cahaya yang didapat sebesar 0,85 lux, pada siang hari intensitas cahaya tertinggi tercatat
pada hari ke 3 pengamatan dengan intensitas cahaya yang didapat yaitu 60,02 lux dan
terendah tercatat pada hari ke 6 pengamatan dengan intensitas cahaya yaitu 55,3 lux
sedangkan pada sore hari intensitas tertinggi tercatat pada hari ke 5 pengamatan dengan
intensitas cahaya yaitu 0,8 lux dan terendah tercatat pada hari pertama pengamatan dengan
intensitas cahaya yaitu 0,01 lux.

Struktur Vegetasi
1. Analisi Vegetasi Pohon Pakan
Analisis vegetasi pada pohon pakan perlu dilakukan hal ini bertujuan agar kita
mampu mengetahui seberapa besar tingkat populasi pohon pakan yang tersedia pada
kawasan tersebut. Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan INP pada pohon seperti
yang tertera pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3.Hasil Analisis Vegetasi Pohon Pakan


Table 3. Analysis Results Of Feeding Tree Vegetation
NO Nama Pohon Nama Ilmiah Jumlah K (P/ha) KR(%) Frek FR (%) D (m2/ha) DR (%) INP (%)
1 Bayur Pterospermum javanicum 12 60 22,6 1 16,1 7,2 33,9 72,7
2 Dadap Erythrina variegeta 6 30 11,3 1 16,1 2,8 13,2 40,6
3 Lemak Ficus septic 4 20 7,5 0,6 9,7 0,8 4 21,2
4 Sonokling Dalbergia latifolia 8 40 15,1 1 16,1 2,8 13,2 44,4
5 Mahoni Swietenia mahagoni 10 50 18,9 1 16,1 3,9 18,1 53,1
6 Nangka Artocarpus heterophyllus 4 20 7,5 0,4 6,5 1 4,5 18,5
7 Jelateng Dendrocnide decumana 1 5 1,9 0,2 3,2 0,2 0,8 5,9
8 Waru Hibiscus tiliaceus 5 25 9,4 0,4 6,5 1,1 5,3 21,2
9 Nyamplung Calophullum inophyllum 1 5 1,9 0,2 3,2 0,3 1,5 6,6
10 Kemiri Aleurites muluccana 1 5 1,9 0,2 3,2 0,9 4,2 9,3
11 Ara Ficus carica 1 5 1,9 0,2 3,2 0,3 1,3 6,5
Total 53 265 100 6,2 100 21,4 100 300
Keterangan : KR : Kerapatan relatif, FR : Frekuensi relatif, DR : Dominansi relatif, INP :
Indeks nilai penting
Dari hasil analisis yang dilakukan diketahui bayur merupakan jenis pohon yang
memiliki INP tertinggi yaitu sebesar 72,7%, yang kemudian diikuti oleh jenis pohon mahoni,
sonokling dan dadap dengan INP masing-masing sebesar 53,1%, 44,4% dan 40.6%. Hasil
ini menunjukkan jika populasi pohon pakan lutung pada tingkat pohon dalam jangka waktu
dekat masih sangat baik.
2. Analisis Vegetasi Pohon Tidur
Pengukuran analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui komposisi dan jenis
vegetasi tingkat pohon pada pelot pohon tidur lutung. Dari 5 pelot pengamatan yang dibuat
dengan ukuran masing-masing pelot 20x20 m atau sekitar 0,04 ha ditemukan 13 jenis
pohon. Hasil analisis vegetasi pohon tidur lutung pada tingkat pohon dapat dilihat pada tabel
5 berikut.

Tabel 4. Hasil Analisis Vegetasi Pohon Tidur


Table 4. Analysis Results Of Sleeping Tree Vegetation
NO Nama Pohon Jumlah K (P/ha) KR(%) Frek FR (%) D (m2/ha) DR (%) INP (%)
1 Mahoni Swietenia mahagoni 9 45 16,7 1 13,9 4,2 19,3 49,9
2 Bayur Pterospermum javanicum 12 60 22,2 1 13,9 6,9 31,9 68
3 Dadap Erythrina variegeta 7 35 13 0,8 11,1 2,7 12,4 36,4
4 Goak Ficus variegeta 2 10 3,7 0,4 5,6 0,6 2,7 11,9
5 Terap Artocarpus odoratissimus 2 10 3,7 0,4 5,6 0,9 4,3 13,5
6 Sonokling Dalbergia latifolia 5 25 9,3 0,8 11,1 0,7 3,3 23,7
7 Jelateng Dendrocnide decumana 5 25 9,3 0,8 11,1 0,6 2,9 23,2
8 Iluh-iluh Sauraria pandula blume 1 5 1,9 0,2 2,8 0,2 1 5,6
9 Nangka Artocarpus heterophyllus 3 15 5,6 0,4 5,6 0,8 3,6 14,7
10 Pulai Alstonia scholaris 3 15 5,6 0,6 8,3 1,7 7,8 21,7
11 Kemiri Aleurites muluccana 1 5 1,9 0,2 2,8 0,8 3,9 8,5
12 Lemak Ficus septic 2 10 3,7 0,4 5,6 0,7 3,1 12,3
13 Waru Hibiscus tiliaceus 2 10 3,7 0,2 2,8 0,9 4 10,5
Total 56 270 100 7,2 100 21,6 100 300

Keterangan : KR : Kerafatan relatif, FR : Frekuensi relatif, DR : Dominansi relatif, INP :


Indeks nilai penting
Dari hasil analisis yang dilakukan diketahui bahwa jenis pohon yang memiliki INP
tertinggi yaitu pada jenis bayur (Pterospermum javanicum) dengan INP sebesar 49,9%
sedangkan untuk INP terendah terdapat pada jenis iluh-iluh (Sauraria pandula blume)
dengan INP sebesar 5,6%. Hasil analisis vegetasi ini menunjukkan bahwa keberadaan
pohon tidur lutung dalam jangka waktu dekat masih baik.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut :
1. Terdapat 48 individu pohon yang dimanfaatkan sebagai sumber makanan oleh lutung
sedangkan untuk berlindung terdapat 4 jenis pohon yang digunakan sebagai pohon tidur.
Suhu pada lokasi penelitian berkisar antara 16-25.5 oC, dengan kelembaban udara
berkisar antara 70-95 %, sedangkan intensitas cahaya berkisar antara 0,85-1,02 lux.
2. Analisis vegetasi pohon pakan menunjukkan bahwa bayur merupakan jenis pohon yang
memiliki INP tertinggi yaitu sebesar 72,7%, yang kemudian diikuti oleh jenis pohon
mahoni, sonokling dan dadap dengan INP masing-masing sebesar 53,1%, 44,4% dan
40.6%. Analisis vegetasi pohon tidur menunjukkan INP tertinggi yaitu pada jenis bayur
(Pterospermum javanicum) dengan INP sebesar 49,9% sedangkan untuk INP terendah
terdapat pada jenis iluh-iluh (Sauraria pandula blume) dengan INP sebesar 5,6%.
Daftar Pustaka

Alikodra H.S. 2010. Teknik Pengelolaan Satwa Liar Dalam Rangka Mempertahankan
Keaneka Ragaman Hayati Indonesia. IPB Press: Bogor.
Astriani, W.I. 2015. Populasi Dan Habitat Lutung Jawa (Trcyphitecus auratus Geoffrey 1812)
Di Resort Balanan, Taman Nasional Baluran [Skripsi]. Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Insitut Pertanian Bogor.
Bogor.
Bismark M. 2011. Prosedur Operasi Standar (SOP) Untuk Survei Keragaman Jenis Pada
Kawasan Konservasi. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim
dan Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
Leksono N.P. 2014. Studi Populasi Dan Habitat Lutung (Trachypithecus auratus sondaicus)
Di Cagar Alam Pananjung Pangandaran Jawa Barat. [Skripsi]. Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Taman Nasional Gunung Rinjani.2017. Profil ODTWA Taman Nasiona Gunung
Rinjani.TNGR.Mataram.
Tobing I.S.L. 1999. Pengaruh Perbedaan Kualitas Habitat Terhadap Perilaku Dan Populasi
Primata Di Kawasan Cikaniki, Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Barat. [Tesis].
Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan Program Pasca Sarjana
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tobing I.S.L. 2008.Teknik Estimasi Ukuran Populasi Suatu Spesies Primata.Vis Vitalis: 43-
52.

You might also like