You are on page 1of 9

OPEN ACCESS

E-ISSN : 2549-6581
Artikel Hasil Penelitian
Diterima : 15 Juni 2017
Direview : 20 Juni 2017
Dimuat : Agustus – November 2017

Hubungan Aktifitas Fisik dengan Derajat Dysmenorrhea Primer pada


Remaja
1 1 1
Linda Ratna Wati *, Maya Devi Arifiandi , Fatma Prastiwi
1
Midwifery Departement, Faculty of Medicine, Universitas Brawijaya, Malang, East Java, Indonesia

Email* : linda.ratna13@gmail.com / linda.ratna@ub.ac.id


HP : 085708009696

ABSTRACT
Dysmenorrhea becomes on of the most common menstrual problems experienced by teenagers.
Dysmenorrhea is divided into primary and secondary dysmenorrhea. Primary dysmenorrhea occurs
without pelvic organ pathology. Physical Activity is one factor risk of primary dysmenorrhea. The
aim of this study is to determine the association between physical activity with degree of primary
dysmenorrhea in young women in The Undergraduate Midwifery Study Program of Medicine
Faculty of Brawijaya University Malang. The design of this study is an observational analytical with
prospective approach. The sample in this study amounted to 52 people selected by using purposive
sampling. This study was conducted during two menstrual cycles. The test result by chi square
analysis demonstrated an association between physical activity with the degree of primary
dysmenorrhea with p value 0,000 (p <0,005). The conclusion from this study is a negative
associated between physical activity with a degree of primary dysmenorrhea. As the result of this
study there is suggestion that young women should be more concerned about their physical activity
can reduce the pain felt at the time dysmenorrhea. The necessity of the role of health professionals
to provide health education on primary dysmenorrhea so that the young woman concerned about
their health.

Keywords: physical activity, primary dysmenorhea

ABSTRAK
Dysmenorrhea menjadi salah satu masalah menstruasi yang paling sering dialami oleh remaja.
Dysmenorrhea dibagi menjadi dysmenorrhe primer dan sekunder. Dysmenorrhea primer terjadi
tanpa disertai patologi organ pelvik. Aktivitas fisik menjadi salah satu faktor risiko terjadinya
dysmenorrhea primer. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan
derajat nyeri dysmenorrhea primer pada remaja di Program Studi S1 Kebidanan Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Desain penelitian yang digunakan adalah observasional
analitik dengan pendekatan prospektif. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 52 orang yang dipilih
dengan menggunakan teknik purposivesampling. Penelitian ini dilakukan selama 2 siklus
menstruasi. Hasil uji analisa dengan Chi-Square menunjukkan terdapat hubungan antara aktivitas
fisik dengan derajat nyeri dysmenorrhea primer dengan p value 0,000 (p<0,005). Kesimpulan dari
penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif antara aktivitas fisik dengan derajat nyeri

1
2 Journal of Issues in Midwifery, April – Juli 2017, Vol. 1 No. 2, 1-18

dysmenorrhea primer. Dari hasil penelitian ini disarankan kepada remaja untuk lebih
memperhatikan aktivitas fisik sehingga dapat mengurangi nyeri yang dirasakan pada saat
dysmenorrhea. Perlunya peran tenaga kesehatan untuk memberikan pendidikan kesehatan
mengenai dysmenorrhea primer agar remaja peduli terhadap kesehatan mereka.

Kata kunci: aktifitas fisik, dysmenorhea primer

*Korespondensi: Linda Ratna Wati. Surel: linda.ratna13@gmail.com


3 Journal of Issues in Midwifery, April – Juli 2017, Vol. 1 No. 2, 1-18

PENDAHULUAN mahasiswa Program Studi S1


Setiap wanita akan mengalami Kebidanan Fakultas Kedokteran
menstruasi sebagai tanda ia telah Universitas Brawijaya Malang
memasuki masa pubertas. Pada (usia18-24 tahun), didapatkan
saat terjadi menstruasi sebagian sebanyak 88% mahasiswa
besar wanita akan mengalami mengalami dysmenorrhea.
masalah rasa tidak nyaman berupa Berdasarkan data-data di atas,
nyeri atau biasa disebut nyeri haid menarik peneliti untuk mengetahui
primer atau dysmenorrhea primer. lebih jauh hubungan aktivitas fisik
Kejadian nyeri haid cukup tinggi. dengan derajat nyeri dysmenorrhea
Data dari WHO menunjukkan primer pada remaja di Program
bahwa rata-rata insidensi terjadinya Studi S1 Kebidanan Fakultas
dysmenorrhea pada wanita muda Kedokteran Universitas Brawijaya
antara 16,8-81%. Rata-rata di Malang
negara-negara Eropa kejadian nyeri
haid terjadi pada 45-97% wanita METODE PENELITIAN
dengan prevalensi terendah di Rancangan/Desain Penelitian
Bulgaria (8,8%) dan tertinggi Rancangan penelitian yang
mencapai 94% di negara Finlandia. digunakan dengan desain penelitian
Rata-rata lebih dari 50% perempuan analitik observasional melalui
di setiap negara mengalami nyeri metode prospektif yang berlangsung
menstruasi.3 Sementara di selama 2 siklus menstruasi.
Indonesia angkanya diperkirakan Sasaran Penelitian
55% perempuan usia produktif yang Pengambilan sampel dengan
tersiksa oleh nyeri selama menggunakan purposive sampling
menstruasi. Angka kejadian berdasarkan kriteria inklusi dan
dysmenorrhea primer di Indonesia eksklusi. Dalam pemilihan sampel
adalah sekitar 54,89%, sedangkan peneliti mengukur IMT dan tingkat
sisanya adalah penderita dengan stress menggunakan kuesioner
tipe dysmenorrhea sekunder.8 yang terdiri dari 25 pertanyaan.
Dysmenorrhea dapat dibagi Jumlah sampel sebanyak 52 orang
menjadi 2 yaitu dysmenorrhea ditentukan menggunakan rumus
primer (tanpa disertai kelainan Slovin.
organ pelvik) dan dysmenorrhea Pengembangan Instrumen dan
sekunder (disertai adanya Tehnik Pengumpulan Data
kelainan).Dysmenorrhea primer Pengambilan data aktivitas fisik
disebabkan oleh peningkatan dilakukan dengan menggunakan
kontraksi rahim yang dirangsang kuesioner IPAQ (International
oleh hormon prostaglandin.9 Physical Activity Quessionaire) yang
Kurangnya aktivitas fisik menjadi diisi selama 7 hari berturut-turut
salah satu faktor risiko dari beratnya sebelum menstruasi.Aktivitas fisik
derajat nyeri dysmenorrhea primer. responden dikategorikan menjadi
Saat ini banyak remaja yang aktivitas fisik berat (aktivitas berat
dimudahkan oleh teknologi dalam >3 hari dan dijumlahkan >1500
memenuhi kebutuhannya sehari- METs menit/minggu atau >7 hari
hari. Aktivitas fisik yang cukup berjalan kombinasi dengan aktivitas
diperlukan untuk mengurangi sedang/berat dan total METs >3000
sekresi hormon prostaglandin.10 METs menit/minggu), sedang (>3
Hasil dari studi pendahuluan hari melakukan aktivitas berat >20
yang dilakukan terhadap 25 menit/hari atau >5 hari melakukan
4 Journal of Issues in Midwifery, April – Juli 2017, Vol. 1 No. 2, 1-18

aktivitas sedang/berjalan >30 mengetahui distribusi frekuensi,


menit/hari atau >5 hari kombinasi analisis bivariat menggunakan uji
berjalan intensitas sedang, berat chi-square
minimal >600 METs menit/minggu),
dan ringan (tidak termasuk aktivitas HASIL PENELITIAN
fisik berat dan sedang atau tidak Pada penelitian ini dilakukan uji
melakukan aktivitas fisik tingkat univariat dan bivariat. Uji univariat
sedang-berat <10 menit/hari atau dilakukan untuk mengetahui
600 METs karakteristik responden meliputi usia
2
menit/minggu). Sedangkan data menarche, IMT, tingkat stress,
derajat nyeri dysmenorrhea primer aktivitas fisik, dan derajat nyeri
menggunakan NRS (Numeric dysmenorrhea primer. Sedangkan
Rating Scale) yang diisi pada saat uji bivariat dilakukan terhadap
menglami dysmenorrhea aktivitas fisik dan derajat nyeri
berdasarkan rasa nyeri yang dysmenorrhea primer pada masing-
dirasakan sebelum mendapatkan masing siklus serta kedua siklus
terapi atau obat pereda nyeri.NRS untuk mengetahui hubungan
dibagi menjadi skala 0 atau tidak keduanya.
nyeri (tidak ada keluhan nyeri Tabel 1: Distribusi Karakteristik
menstruasi/kram pada perut bagian Responden
bawah), skala 1-3/nyeri ringan Variabel Jumlah Persentase
(terasa kram perut bagian bawah, (%)
Usia menarche
masih dapat ditahan, masih dapat <12 tahun 31 59,6
melakukan aktivitas, masih dapat 13-14 tahun 21 40,4
berkonsentrasi belajar), skala 4- >14 tahun 0 0
6/nyeri sedang (terasa kram pada IMT
perut bagian bawah, nyeri Kurus 0 0
Normal 52 100
menyebar ke pinggang, kurang Lebih 0 0
nafsu makan, sebagian aktivitas Obesitas 0 0
terganggu, sulit/susah beraktivitas Tingkat stres
belajar), skala 7-9/nyeri berat Ringan 0 0
(terasa kram berat pada perut Sedang 52 100
Berat 0 0
bagian bawah, nyeri menyebar ke Aktivitas fisik
pinggang, paha, atau punggung, Siklus 1
tidak ada nafsu makan, mual, badan Berat 21 40,4
lemas, tidak kuat beraktivitas, tidak Sedang 26 50
dapat berkonsentrasi belajar), dan Ringan 5 9,6
Siklus 2
skala 10/nyeri tak tertahankan Berat 20 38,5
(terasa kram yang berat sekali pada Sedang 26 50
perut bagian bawah, nyeri Ringan 6 11,5
menyebar ke pinggang, kaki, dan Kedua Siklus
punggung, tidak mau makan, mual, Berat 41 39,6
Sedang 52 50
muntah, sakit kepala, badan tidak Ringan 11 10,4
ada tenaga, tidak bisa berdiri atau Dysmenorrhea Primer
bangun dari tempat tidur, tidak Siklus 1
dapat beraktivitas, terkadang Tidak nyeri 7 13,5
sampai pingsan). 7 Nyeri ringan 29 55,8
Nyeri sedang 13 25,0
Tehnik Analisis Data Nyeri berat 2 3,8
Analisis data yang digunakan Nyeri tak tertahankan 1 1,9
adalah analisis univariat untuk
5 Journal of Issues in Midwifery, April – Juli 2017, Vol. 1 No. 2, 1-18

Siklus 2 siklus pertama diperoleh hasil


Tidak nyeri 8 15,4 bahwa H0 ditolak dan H1 diterima
Nyeri ringan 23 44,2
Nyeri sedang 19 36,5 dengan artian terdapat hubungan
Nyeri berat 2 3,8 antara aktivitas fisik dengan derajat
Nyeri tak tertahankan 0 0 nyeri dysmenorrhea primer siklus
Kedua Siklus pertama pada remaja di Program
Tidak nyeri 15 14,4 Studi S1 Kebidanan Fakultas
Nyeri ringan 52 50,0
Nyeri sedang 32 30,8 Kedokteran Universitas Brawijaya
Nyeri berat 4 3,8 Malang. Hubungan antara aktivitas
Nyeri tak tertahankan 1 1,0 fisik dengan derajat nyeri
Pada tabel 1 menunjukkan dysmenorrhea primer pada siklus
karakteristik responden yang terdiri pertama merupakan hubungan
dari usia menarche, IMT, tingkat negatif dengan r=-0,336. Dimana
stress, aktivitas fisik dan derajat semakin rendah tingkat aktivitas
nyeri dysmenorrhea primer dari 52 fisik maka akan semakin berat
responden. Karakteristik aktivitas derajat nyeri yang dirasakan.
fisik dan derajat dnyeri
dyamenorrhea primer pada kedua Tabel 3 Hubungan Aktivitas Fisik
siklus terdiri dari 104 kejadian. dengan Derajat Nyeri
Hubungan aktivitas fisik Dysmenorrhea Primer pada Siklus
dengan derajat nyeri dysmenorrhea Kedua
primer diketahui dengan melakukan
uji bivariat menggunakan Chi
square terdapat masing-masing
siklus dan kedua siklus.

Tabel 2. Hubungan Aktivitas


Fisik dengan Derajat Nyeri
Dysmenorrhea Primer pada Siklus
Pertama

Tabel 3 menunjukkan tabulasi silang


hubungan aktivitas fisik dengan
derajat nyeri dysmenorrhea primer
pada siklus kedua Hasil uji analisis
bivariat aktivitas fisik dengan derajat
nyeri dysmenorrhea primer pada
siklus kedua menggunakan uji Chi-
Tabel 2 menunjukkan tabulasi silang Square didapatkan hasil p value
hubungan aktivitas fisik dengan 0,015 dimana hasil dikatakan
derajat nyeri dysmenorrhea primer signifikan atau berhubungan bila
pada siklus pertama. Hasil uji χ2hitung>χ2tabel. Sehingga dalam
analisis bivariat aktivitas fisik penelitian pada siklus kedua
dengan derajat nyeri dysmenorrhea diperoleh hasil bahwa H0 ditolak dan
primer pada siklus pertama H1 diterima dengan artian terdapat
menggunakan uji Chi-Square hubungan antara aktivitas fisik
didapatkan hasil p value 0,000 dengan derajat nyeri dysmenorrhea
dimana hasil dikatakan signifikan primer siklus kedua pada remaja di
atau berhubungan bila χ2hitung>χ2tabel. Program Studi S1 Kebidanan
Sehingga dalam penelitian pada Fakultas Kedokteran Universitas
6 Journal of Issues in Midwifery, April – Juli 2017, Vol. 1 No. 2, 1-18

Brawijaya Malang. Hubungan yang PEMBAHASAN


terdapat antara aktivitas fisik Usia menarche, IMT, tingkat
dengan derajat nyeri dysmenorrhea stres, dan aktivitas fisik menjadi
primer merupakan hubungan negatif beberapa faktor risiko dari
dengan r=-0,355. Dimana semakin dysmenorrhea primer. menarche di
rendah tingkat aktivitas fisik maka usia muda mengarah kepada siklus
akan semakin berat derajat nyeri ovulatorik yang lebih awal dan lebih
yang dirasakan. awal pula mengalami gejala
dysmenorrhea. Menarche di usia
Tabel 4 Hubungan Aktivitas Fisik muda, interval menstruasi yang
dengan Derajat Nyeri pendek, serta aliran menstruasi
Dysmenorrhea Primer pada Kedua yang banyak/berat diketahui bahwa
Siklus terjadi karena adanya pengaruh
estrogen. Hubungan antara
estrogen dengan nyeri/kram saat
menstruasi sebagai konsekuensi
dari sintesis prostaglandin yang
distimulasi oleh estrogen yang
meningkat. Peningkatan kadar
estrogen mungkin juga dapat
meningkatkan terjadinya kram atau
nyeri menstruasi.13
Keterkaitan IMT dengan derajat
Tabel 4 menunjukkan tabulasi silang nyeri dysmenorrhea primer dalam
hubungan aktivitas fisik dengan beberapa penelitian menyebutkan
derajat nyeri dysmenorrhea primer nilai IMT yang rendah berhubungan
pada kedua siklus. Hasil uji analisis dengan dysmenorrhea primer. Hal
bivariat aktivitas fisik dengan derajat ini berkaitan dengan status nutrisi.5
nyeri dysmenorrhea primer selama Stres merupakan salah satu
dua siklus menstruasi faktor psikologis manusia dimana
menggunakan uji Chi-Square faktor ini dapat menyebabkan aliran
didapatkan hasil p value 0,000 darah tidak lancar sehingga terjadi
dimana hasil dikatakan signifikan defisiensi oksigen di uterus
atau berhubungan bila χ2hitung>χ2tabel. (iskemia) dan meningkatkan
Sehingga dalam penelitian pada produksi dan merangsang
siklus kedua diperoleh hasil bahwa prostaglandin (PGs) di uterus.1
H0 ditolak dan H1 diterima dengan Aktivitas fisik merupakan
artian terdapat hubungan antara gerakan tubuh yang disebabkan
aktivitas fisik dengan derajat nyeri oleh kontraksi otot yang
dysmenorrhea primer pada remaja mengakibatkan pemakaian energi
di Program Studi S1 Kebidanan dalam tubuh. Aktivitas fisik yang
Fakultas Kedokteran Universitas rutin dilakukan akan memberikan
Brawijaya Malang. Hubungan yang beberapa keuntungan, yaitu
terjadi merupakan hubungan negatif meningkatkan fungsi kardio
dengan r= -0,344. Dimana semakin respiratori dan pernapasan,
rendah tingkat aktivitas fisik maka mengurangi risiko penyakit jantung,
akan semakin berat derajat nyeri menurunkan angka kematian dan
yang dirasakan kesakitan, serta mengurangi depresi
dan rasa gelisah.12 Aktivitas berupa
aerobik yang rutin sepertinya
7 Journal of Issues in Midwifery, April – Juli 2017, Vol. 1 No. 2, 1-18

meningkatkan perfusi darah yang penelitiannya menunjukkan bahwa


dapat mengurangi sensasi berat pada wanita yang tidak berolahraga
pada pelvik maupun kongestif 3,5 kali lebih beresiko mengalami
dysmenorrhea. Olahraga rutin dysmenorrhea primer dibandingkan
dengan kuat menstimulasi dengan wanita yang berolahraga.14
pelepasan opiat endogen, beta Selain itu, Mahvash et al (2012)
endorphin yang dapat mengurangi melakukan penelitian eksperimental
efek dari dysphoric moods dan dengan memberikan perlakukan
stress dan fungsinya sebagai kepada kelompok eksperimen
pereda nyeri yang tidak spesifik.6 sebanyak 25 siswa yang mengalami
Dari hasil penelitian pengukuran dysmenorrhea primer berat untuk
aktivitas fisik dan derajat nyeri melakukan aktivitas fisik secara
dysmenorrhea primer pada siklus teratur selama 8 minggu. Setelah 8
pertama terdapat sebanyak 2 data minggu dibandingkan dengan
atau 3,8% yang berbanding terbalik kelompok kontrol sebanyak 25
dengan tinjauan pustaka yaitu siswa tanpa perlakuan. Hasilnya
semakin ringan aktivitas fisik menunjukkan pengurangan rasa
seseorang maka akan semakin sakit yang signifikan dengan nilai p
tinggi derajat nyeri dysmenorrhea = 0,001.4
primer yang dirasakan. Kedua data
penelitian tersebut menunjukkan SIMPULAN
bahwa dengan aktivitas fisik yang 1. Terdapat hubungan negatif
ringan maka tingkat nyeri yang antara aktivitas fisik dengan
dirasakan semakin rendah yaitu derajat nyeri dysmenorrhe primer
skala 0 (tidak nyeri). Faktor yang pada remaja di Program Studi S1
dapat berpengaruh adalah data Kebidanan Fakultas Kedokteran
yang dilaporkan kepada peneliti Universitas Brawijaya Malang.
sangat bergantung kepada persepsi 2. Tingkat aktivitas fisik pada remaja
atau ingatan dari responden dalam di Program Studi S1 Kebidanan
mengisi kuesioner. Walaupun Fakultas Kedokteran Universitas
pengisian kuesioner dilakukan Brawijaya Malang terdiri dari
setiap hari, namun pada penelitian 39,4% dengan tingkat aktivitas
ini responden tidak menghitung fisik ringan, 50,00% dengan
secara tepat waktu yang mereka aktivitas fisik sedang, dan 10,6%
lakukan untuk malakukan suatu dengan aktivitas fisik berat.
aktivitas. Selain itu, masih terdapat 3. Derajat nyeri dysmenorrhea
responden yang melakukan aktivitas primer pada remaja di Program
fisik berat tetapi masih merasakan Studi S1 Kebidanan Fakultas
nyeri dysmenorrhea primer sedang. Kedokteran Universitas Brawijaya
Hal tersebut mungkin terjadi karena terdiri dari 14,4% yang tidak
nyeri dysmenorrhea yangdirasakan mengalami nyeri dysmenorrhea
disebabkan oleh faktor lain misalnya primer, 50,0% mengalami nyeri
stress, status gizi yang kurang, dan ringan, 30,8% mengalami nyeri
faktor lainnya. Dysmenorrhea dapat sedang, 3,8% mengalami nyeri
terjadi karena banyak faktor yang berat, dan 0,96% mengalami
mempengaruhi tidak hanya aktivitas nyeri dysmenorrhea primer nyeri
fisik saja. tak tertahankan.
Hasil dari penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Zukri et al (2007). Hasil
8 Journal of Issues in Midwifery, April – Juli 2017, Vol. 1 No. 2, 1-18

KONFLIK KEPENTINGAN 9. Proctor, M. L., & Farquhar, C.


Tidak ada konflik kepentingan M.. Dysmenorrhoea. British
dalam penelitian ini. Medical Journal. 2007, 3: 813-
838.
REFERENSI 10. Sedani, Y. K. U. 2014.
1. Hudson, Tori. 2007. Using Hubungan Antara Indeks Massa
Nutrition to Relieve Primary Tubuh (IMT) dan Tingkat
Dysmenorrhea. Alternative & Aktivitas Fisik Terhadap Derajat
Complementary Therapies. Mary DysmenorrheaPrimer Pada
Ann Liebert, Inc, 125-128. Remaja Putri di SMA Negeri 1
2. IPAQ. 2005. International Lawang. Tugas Akhir. Tidak
Physical Activity Questionnaire: Diterbitkan. Fakultas Kedokteran
Short Form. IPAQ. Universitas Brawijaya, Malang.
3. Latthe, P., et al. 2006. WHO 11. Smith, O.P, et al.
Systemic Review Of Prevalence Cyclooxygenase enzyme
of Chronic Pelvic Pain: A expression and E series
Neglceted Reproductive Health prostaglandin receptor signaling
Morbidity. BMC Public Health, are enchanced in heavy
Birmingham. UK. menstruation. Human
4. Mahvash, Noorbakhsh. et al. Reproduction, 2007, 55(5):1450-
The Effect of Physical Activity on 1456.
Primary Dysmenorrhea of 12. Williams, Lippincott & Lippincott
Female University Students. Wilkins. 2009. ASCM’s
World Applied Sciences Journal, Guidelines for Exercise Testing
2012, 17(10):1246-1252. and Prescription 8th Edition.
5. Mc Clain Brenda C. 2011. ACSM’s Publisher, Philadelphia,
Handbook of Pediatric Chronic USA.
Pain. New York: Springer. 13. Xiaoshu Zhu, et al. Are There
6. Morse, Carol. 1997. Menstrual Any Cros-Etnic Differences in
Abnormalities. Cambridge Menstrual Profiles? A Pilot
Handbook of Psychology, Comparative Study on Australian
Health, and Medicine. and Chinese Women With
Cambridge University Press, Primary Dysmenorrhea. The
USA. Journal of Gynaecology
7. Ningsih, Ratna. 2011. Efektifitas Research, 2010, 36(5):1083-
Paket Pereda Terhadap 1107.
Intensitas Nyeri Pada Remaja Zukri, S.M. et al. Primary
Dengan Dismenore Di SMAN Dysmenorrhea among Medical
Kecamatan Curup. Tesis. Tidak and Dental University Students
diterbitkan, Fakultas Ilmu in Kelantan: Prevalence and
Keperawatan Universitas Associated Factors. International
Indonesia, Depok. Medical Journal, 2009, 16(2):93-
8. Proverawati, Atikah. 2009. Buku 99
Ajar untuk Kebidanan. Nuha
Medika, Yogyakarta.
9 Journal of Issues in Midwifery, April – Juli 2017, Vol. 1 No. 2, 1-18

You might also like