You are on page 1of 8

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN POLA ASUH IBU DENGAN STATUS GIZI

BADUTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS


MEDAN AMPLAS KOTA MEDAN

Mutia Respati1, Ernawati Nasution2, Albiner Siagian2


1
Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat USU
2
Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat USU
Jl. Universitas No. 21 Kampus USU Medan, 20155
Email : mutiarespati96@gmail.com

ABSTRACT

Good nutritional status was determined by feeding with enough nutritional content. Feeding
patterns must be adapted to the nutritional needs of infants, so that children can grow and develop
normally, healthy and strong. The causes of poor nutritional status is at the food on the family,
parenting, health care and environmental health. These factors strongly associated with the level of
education, knowledge, and skills of the family. This study aims to determine the description of
knowledge and mothers parenting with baby nutritional status in Medan Amplas Health Care
Medan.
This study was an descriptive study with cross sectional design. Data collection was done by
direct interview to mothers who include data on baby nutritional status, data on mom’s parenting
(feeding, environtmental sanitation, and health care) dan data on knowledge. Data analysis was
performed using univariate, bivariate, using chi-square test.
These results of the research showed that most of the mother has a good category in knowledge
(74,1%). Good category in mothers parenting variable as 61,1%, good category in environtmental
sanitation variable as 59,3% and good category in health care variable as 63,0%. There is a
relationship of knowledge with baby nutritional status, for each indicator BB/PB (p=0,017) and
BB/U (p=0,005). And there is no relationship of knowledge with nutritional status TB/U (p=0,277).
There is a relationship of feeding with nutritional status, for each indicator BB/PB (p=0,024) and
BB/U (p=0,001). And there is no relationship of feeding with nutritional status TB/U (p=0,855).
There is a relationship of environtmental sanitation with nutritional status. There is a relationship
of health care with nutritional status BB/PB (p=0,010) dan BB/U (p=0,000), and there is no
relationship of health care with nutritional status TB/U with (p=0,065).
Based on the results, this study was expected to be increase conseling about good mother’s
parenting to babies and the health care providers for motivate healt cadres to distribute
information to mothers about mother’s parenting to babies.

Keywords: Knowledge, Mom‘s Parenting, Baby Nutritional Status.


PENDAHULUAN memiliki otak yang cerdas. Sumber daya
Terciptanya Indonesia yang sehat maka manusia yang bermutu baik, perlu perhatian
hal yang perlu diperbaiki adalah sumber daya sejak dini yaitu dengan memperhatikan
manusia (SDM). Hal yang paling mendasar kesehatan anak khususnya anak balita.
yang harus digerakkan dari awal yaitu pada Salah satu unsur penting dari kesehatan
anak-anak balita, karena anak-anak balita adalah masalah gizi. Kekurangan gizi pada
merupakan generasi penerus bangsa yang anak balita dapat menimbulkan efek negatif
menentukan maju mundurnya bangsa dimasa seperti otak mengecil, berat badan dan tinggi
yang akan datang. Sumber daya manusia badan tidak sesuai dengan umur, dan rawan
harus memiliki fisik yang kuat, tangguh serta terhadap penyakit. Ditinjau dari aspek gizi,

1
kualitas manusia diartikan dalam 2 hal pokok, masyarakat salah satunya adalah menurunnya
yaitu: kecerdasan otak atau kemampuan prevalensi gizi kurang/ kekurangan gizi
intelektual dan kemampuan fisik atau (underweight) pada anak balita dari 19,6%
produktivitas kerja. Hal yang sangat menjadi 17,0%. Hasil tiga kali Riset
mempengaruhi itu semua adalah salah satunya Kesehatan Dasar (Riskesdas) yaitu pada tahun
status gizi yang baik. 2007, 2010, dan 2013 menunjukkan tidak
Status gizi yang baik sangat ditentukan terjadi banyak perubahan pada prevalensi
oleh pemberian makan (nutrisi) yang balita gizi kurang maupun balita pendek. Pada
dikonsumsi yang cukup kandungan gizinya tahun 2007 prevalensi balita gizi buruk
dan harus disesuaikan dengan kebutuhan gizi kurang adalah 18,4% menjadi 17,9% tahun
balita, sehingga anak dapat tumbuh dan 2010 dan 19,6% tahun 2013. Demikian pula
berkembang secara normal, sehat dan kuat. dengan prevalensi balita pendek pada tahun
Laju pertumbuhan balita meningkat bila 2007, 2010, dan 2013 berturut-turut sebesar
dibandingkan dengan masa bayi. Pada usia ini 36,6%, 35,6% dan 37,2%. Hal ini berarti pada
anak-anak belajar berbicara dan memahami tahun 2014 sasaran RPJMN bidang kesehatan
bahasa sehingga mereka dapat meminta 2010-2014 belum berhasil dicapai.
makanan yang diinginkan. Perkembangan Menurut Riskesdas (2013), di Sumatera
kemampuan motorik memungkinkan mereka Utara persentase balita kekurangan gizi
belajar makan sendiri dengan menggunakan berdasarkan BB/U terdapat 22,4%. Di antara
tangan dan minum dengan cangkir. Mereka 33 provinsi di Indonesia, 19 provinsi memiliki
mengenal berbagai macam makanan dengan prevalensi balita kekurangan gizi di atas
berbagai rasa dan tekstur. Pada usia ini angka prevalensi nasional yaitu berkisar
mereka juga belajar bermain dan antara 19,7% sampai dengan 33,1%.
menghilangkan keinginannya untuk makan. Berdasarkan TB/U persentase balita dengan
Pada saat itulah orangtua harus dapat tinggi badan di bawah normal di Sumatera
mengarahkan anak untuk mengenal berbagai Utara terdapat 42,5%.
jenis makanan yang kelak berpengaruh Kota Medan berdasarkan indikator BB/U
terhadap kebiasaan makan selanjutnya gizi buruk terdapat 0,51%, gizi kurang 1,7%
(Almatsier, 2011). (Dinkes Sumut, 2015). Kota Medan sebagai
Menurut WHO (2012), jumlah penderita ibukota Provinsi Sumatera Utara yang terdiri
kurang gizi di dunia mencapai 104 juta anak, dari 21 kecamatan dengan 39 Puskesmas
dan keadaan kurang gizi menjadi penyebab Induk dan 41 Puskesmas Pembantu. Pada
sepertiga dari seluruh penyebab kematian tahun 2015 kasus balita gizi buruk dan gizi
anak di seluruh dunia. Asia Selatan kurang sangat berfluktuasi, kasus balita gizi
merupakan daerah yang memiliki prevalensi buruk di Kota Medan sebanyak 0,05%,
kurang gizi terbesar di dunia, yaitu sebesar sedangkan kasus gizi kurang sebanyak 0,5%.
46%, disusul sub Sahara Afrika 28%, Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil
Amerika Latin/Caribbean 7%, dan yang surveilans gizi buruk di Kota Medan tahun
paling rendah terdapat di Eropa Tengah, 2015, pada wilayah kerja Puskesmas Amplas
Timur, dan Commonwealth of Independent yang terdiri dari 7 kelurahan yang ada pada
States (CEE/CIS) sebesar 5%. Keadaan Kecamatan Medan Amplas, terdapat 1,01%
kurang gizi pada anak balita juga dapat (106 orang) yang menderita gizi kurang
dijumpai di Negara berkembang termasuk di termasuk yang menderita gizi buruk.
Indonesia. Berdasarkan Global Nutrition Berdasarkan hasil survei pendahuluan
Report (GNR) tahun 2014, Indonesia yang dilakukan, pola asuh anak yang menjadi
termasuk kedalam 17 negara diantara 117 faktor tidak langsung yaitu pemberian makan,
negara yang mempunyai tiga masalah gizi sanitasi kebersihan, dan pelayanan kesehatan.
pada balita yaitu stunting, wasting dan Pertama, pemberian makan yang banyak
overweight. terjadi yaitu membiarkan anaknya makan
Menurut Rencana Pembangunan Jangka sendiri sehingga menyebabkan beberapa anak
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, tidak menghabiskan makanan dan membuang
sasaran pokok upaya peningkatan status gizi makanannya. Kedua, sanitasi kebersihan yaitu
2
membiarkan anak tidak mandi, membiarkan Tabel 1 Distribusi Pengetahuan Gizi Ibu di
anaknya keluar rumah dengan tidak Wilayah Kerja Puskesmas Medan
menggunakan alas kaki. Ketiga, pelayanan Amplas Kota Medan
kesehatan yaitu para ibu tidak membawa Pengetahuan n %
anaknya ke posyandu dalam penimbangan Baik 40 74,1
balita. Sehingga menyebabkan ketidaktahuan Tidak Baik 14 25,9
mereka bahwa anaknya sudah masuk ke Total 54 100,0
dalam kategori gizi kurang maupun gizi Berdasarkan Tabel 1 di atas bahwa lebih
buruk. Sedangkan dari segi pengetahuannya banyak ibu yang memiliki pengetahuan baik
masih banyak ibu-ibu yang memiliki sebanyak 40 orang (74,1%) dibandingkan
pengetahuan yang buruk mengenai status gizi pengetahuan tidak baik sebanyak 14 orang
dan tidak perduli kepada gizi anaknya. (25,9%).
Adapun tujuan penelitian ini adalah 2. Pola Asuh
mengetahui gambaran pengetahuan dan pola Adapun hasil tersebut dapat dilihat dalam
asuh ibu dengan status gizi baduta di wilayah tabel 2 berikut:
kerja Puskesmas Medan Amplas Kota Medan. Tabel 2 Distribusi Pola Asuh Ibu di
Manfaat penelitian ini adalah bahan dalam Wilayah Kerja Puskesmas
menentukan kebijakan serta referensi bagi Medan Amplas Kota Medan
petugas kesehatan. Serta bahan untuk Pemberian Makan n %
meningkatkan pengetahuan ibu-ibu dalam Baik 33 61,1
mengasuh anaknya. Tidak Baik 21 38,9
Total 54 100,0
METODE PENELITIAN Hygiene dan Sanitasi
Penelitian ini adalah jenis penelitian n %
Lingkungan
deskriptif, dengan rancangan penelitian Baik 32 59,3
potong lintang (cross sectional), untuk Tidak Baik 22 40,7
mengetahui gambaran pengetahuan dan pola Total 54 100,0
asuh ibu dengan status gizi baduta di wilayah Pelayanan Kesehatan n %
kerja Puskesmas Medan Amplas Kota Medan. Baik 34 63,0
Data diperoleh dari wawancara langsung Tidak Baik 20 37,0
kepada ibu-ibu baduta yang meliputi data
Total 54 100,0
status gizi baduta berdasarkan antropometri
Berdasarkan Tabel 2 di atas bahwa pola
kemudian dinilai status gizinya berdasarkan
asuh responden menurut pemberian makan
SK Antropometri Kemenkes 2010, data pola
lebih banyak kategori baik sebanyak 33 orang
asuh diperoleh dari wawancara langsung
(61,1%) dan kategori tidak baik sebanyak 21
dengan responden menggunakan kuesioner
orang (38,9%). Menurut pola asuh menurut
yang meliputi pemberian makan, hygiene dan
hygiene dan sanitasi lingkungan lebih banyak
sanitasi lingkungan, pelayanan kesehatan, dan
kategori baik sebanyak 32 orang (59,3%)
data tentang pengetahuan ibu melalui
dibandingkan dengan tidak baik sebanyak 22
wawancara langsung dengan responden
orang (40,7%). Menurut pola asuh menurut
menggunakan kuesioner. Analisis data
pelayanan kesehatan lebih banyak kategori
dilakukan uji deskriptif pada setiap variabel
baik sebanyak 34 orang (63,0%) dan tidak
dan tabulasi silang.
baik sebanyak 20 orang (37,0%).
3. Status Gizi Baduta
HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun hasil tersebut dapat dilihat dalam
Data pengetahuan ibu di Wilayah Kerja
tabel 3 berikut:
Puskesmas Medan Amplas Kota Medan.
1. Pengetahuan Gizi Ibu
Adapun hasil tersebut dapat dilihat dalam
tabel 1 berikut:

3
Tabel 3 Distribusi Status Gizi Baduta di (9,3%), gizi kurang sebanyak 2 orang (3,7%)
Wilayah Kerja Puskesmas dan gizi buruk sebanyak 1 orang (1,9%).
Medan Amplas Kota Medan Menurut PB/U, responden memiliki
Status Gizi Balita pengetahuan baik, baduta tinggi sebanyak 4
n %
(BB/PB) orang (7,4%), normal sebanyak 26 orang
Gemuk 15 27,8 (48,1%) dan pendek sebanyak 10 orang
Normal 32 59,3 (18,5%). Pada kategori tidak baik baduta
Kurus 7 13,0 normal sebanyak 12 orang (22,2%) dan
Total 54 100,0 pendek sebanyak 2 orang (3,7%). Adapun
Status Gizi Balita hasil tersebut dapat dilihat dalam lampiran 1,
n % lampiran terlampir.
(BB/U)
Gizi Lebih 9 16,7 Sesuai kenyataan di lapangan, masih
Gizi Baik 33 61,1 banyaknya ibu-ibu yang tidak mengetahui
Gizi Kurang 11 20,4 pengetahuan tentang status gizi serta pola
Gizi Buruk 1 1,9 asuh yang baik dalam merawat anak balita
Total 54 100,0 mereka, sehingga membuat status gizi baduta
Status Gizi Balita (PB/U) n % mereka masih rendah. Sehingga apabila
Tinggi 4 7,4 pengetahuan mereka tidak baik, maka status
Normal 38 70,4 gizi badutanya rendah, dan apabila
Pendek 12 22,2 pengetahuannya baik maka status gizi
Total 54 100,0 anaknya juga baik.
Berdasarkan Tabel 3 di atas bahwa status 5. Pola Asuh Ibu dengan Status Gizi
gizi balita menurut BB/PB lebih banyak Baduta
kategori normal sebanyak 32 orang (59,3%) a. Pemberian Makan dengan Status
dibandingkan gemuk sebanyak 15 orang Gizi Baduta
(27,8%) dan kurus sebanyak 7 orang (13,0%). Penelitian yang telah dilakukan
Menurut BB/U lebih banyak gizi baik menyebutkan bahwa menurut BB/PB, pada
sebanyak 33 orang (61,1%) dibandingkan gizi pemberian makan kategori baik, baduta
lebih sebanyak 9 orang (16,7%), gizi kurang gemuk sebanyak 10 orang (18,5%), normal
11 orang (20,4%) dan gizi buruk 1 orang sebanyak 22 orang (40,7%) dan kurus
(1,9%). Menurut PB/U lebih banyak kategori sebanyak 1 orang (1,9%). Pada kategori tidak
normal sebanyak 38 orang (70,4%) baik, gemuk sebanyak 5 orang (9,3%), normal
dibandingkan tinggi sebanyak 4 orang (7,4%) sebanyak 10 orang (18,5%) dan kurus
dan pendek sebanyak 12 orang (22,2%). sebanyak 6 orang (11,1%). Menurut BB/U,
4. Pengetahuan dengan Status Gizi pada pemberian makan kategori baik, terdapat
Baduta gizi lebih sebanyak 6 orang (11,1%), gizi baik
Penelitian yang telah dilakukan sebanyak 25 orang (46,3%), gizi kurang
menyebutkan bahwa menurut BB/PB, dari 54 sebanyak 1 orang (1,9%) dan gizi buruk
responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 1 orang (1,9%). Pada kategori tidak
dengan gemuk sebanyak 7 orang (13,0%), baik, terdapat gizi lebih sebanyak 3 orang
normal sebanyak 27 orang (50,0%) dan kurus (5,6%), gizi baik sebanyak 8 orang (14,8%),
sebanyak 6 orang (11,1%). Pada kategori gizi kurang sebanyak 10 orang (18,5%).
tidak baik, baduta gemuk sebanyak 8 orang Menurut PB/U, pada pemberian makan
(14,8%), normal sebanyak (9,3%) dan kurus kategori baik, terdapat baduta tinggi sebanyak
sebanyak 1 orang (1,9%). Menurut BB/U, 2 orang (3,7%), normal sebanyak 24 orang
responden yang memiliki pengetahuan baik (44,4%) dan pendek sebanyak 7 orang
dengan gizi lebih sebanyak 3 orang (5,6%), (13,0%). Pada kategori tidak baik, tinggi
gizi baik sebanyak 28 orang (51,9%), gizi sebanyak 2 orang (3,7%), normal sebanyak 24
kurang sebanyak 9 orang (16,7%). Pada orang (44,4%) dan pendek sebanyak 7 orang
kategori tidak baik, gizi lebih sebanyak 6 (13,0%). Pada kategori tidak baik, tinggi
orang (11,1%), gizi baik sebanyak 5 orang sebanyak 2 orang (3,7%), normal sebanyak 14
orang (25,9%), dan pendek sebanyak 5 orang
4
(9,3%). Adapun hasil tersebut dapat dilihat sebanyak 9 orang (16,7%) dan baduta kurus
dalam lampiran 2, lampiran terlampir. sebanyak 1 orang (1,9%). Pada kategori tidak
Pemberian ASI mempunyai hubungan baik, lebih banyak baduta normal sebanyak 8
yang signifikan dengan status gizi balita usia orang (14,8%) dibandingkan baduta gemuk
6-24 bulan. Ibu yang memberikan anaknya sebanyak 6 orang (11,1%) dan baduta kurus
ASI ekslusif cenderung memiliki balita sebanyak 6 orang (11,1%). Menurut BB/U,
dengan status gizi baik. Sedangkan ibu yang pada pola asuh pelayanan kesehatan katagori
tidak memberikan anaknya ASI ekslusif lebih banyak baduta gizi baik sebanyak 25
sebagian besar balitanya mempunyai status orang (46,3%) dibandingkan baduta gizi lebih
gizi dibawah garis merah (Giri dkk, 2013). sebanyak 7 orang (13,0%), baduta gizi kurang
b. Hygiene dan Sanitasi Lingkungan sebanyak 1 orang (1,9%) dan baduta gizi
dengan Status Gizi Baduta buruk sebanyak 1 orang (1,9%). Pada kategori
Penelitian yang telah dilakukan tidak baik, lebih banyak baduta gizi kurang
menyebutkan bahwa menurut BB/PB, pada sebanyak 10 orang (18,5%) dibandingkan
pola asuh hygiene dan sanitasi lingkungan baduta gizi baik sebanyak 8 orang (14,8%),
kategori baik terdapat lebih banyak balita baduta gizi lebih sebanyak 2 orang (3,7%)
normal sebanyak 21 orang (38,9%) dan tidak ada baduta gizi buruk. Menurut
dibandingkan balita gemuk sebanyak 10 PB/U, pada pola asuh pelayanan kesehatan
orang (18,5%) dan balita kurus sebanyak 1 kategori baik lebih banyak baduta normal
orang (1,9%). Pada kategori tidak baik, lebih sebanyak 27 orang (50,0%) dibandingkan
banyak balita normal sebanyak 11 orang baduta pendek sebanyak 4 orang (7,4%) dan
(20,4%) dibandingkan baduta kurus sebanyak baduta tinggi sebanyak 3 orang (5,6%). Pada
6 orang (11,1%) dan baduta gemuk sebanyak kategori tidak baik, lebih banyak baduta
5 orang (9,3%). Menurut BB/U, pada pola normal sebanyak 11 orang (20,4%)
asuh hygiene dan sanitasi lingkungan kategori dibandingkan baduta pendek sebayak 8 orang
baik lebih banyak baduta gizi baik sebanyak (14,8%) dan baduta tinggi sebanyak 1 orang
22 orang (40,7%) dibandingkan baduta gizi (1,9%). Adapun hasil tersebut dapat dilihat
lebih sebanyak 8 orang (14,8%), gizi kurang dalam lampiran 3, lampiran terlampir.
sebanyak 1 orang (1,9%) dan gizi buruk Menurut penelitian Hidayat (2012), yang
sebanyak 1 orang (1,9%). Pada kategori tidak menganalisis data Riskesdas, didapatkan
baik, lebih banyak baduta gizi baik sebanyak informasi bahwa rumah tangga balita yang
11 orang (20,4%) dibandingkan gizi kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan di
sebanyak 10 orang (18,5%), gizi lebih posyandu memiliki lebih banyak balita
sebanyak 1 orang (1,9%) dan tidak ada gizi berstatus gizi baik menurut indikator BB/U.
buruk. Menurut PB/U, pada pola asuh Selain itu didapatkan pula informasi bahwa
hygiene dan sanitasi lingkungan pada kategori berdasarkan BB/TB rumah tangga yang
baik lebih banyak baduta normal sebanyak 27 memanfaatkan posyandu memiliki lebih
orang (50,0%) dibandingkan baduta tinggi banyak balita yang tidak kurus dibandingkan
sebanyak 4 orang (7,4%) dan baduta pendek balita yang tidak pernah ke posyandu.
sebanyak 1 orang (1,9%). Pada kategori tidak Hasil penelitian menunjukkan bahwa jika
baik, lebih banyak baduta normal sebanyak 11 anak sakit ibu sudah mencari pengobatan
orang (20,4%) dan baduta pendek sebanyak dasar ke tempat yaitu ke puskesmas, praktek
11 orang (20,4%) dan tidak ada baduta tinggi. dokter dan praktek bidan.
Adapun hasil tersebut dapat dilihat dalam
lampiran 3, lampiran terlampir. KESIMPULAN DAN SARAN
c. Pelayanan Kesehatn dengan Status
Gizi Baduta KESIMPULAN
Penelitian yang telah dilakukan Terdapat hubungan yang signifikan antara
menyebutkan bahwa menurut BB/PB, pada pengetahuan ibu dengan status gizi baduta.
pola asuh pelayanan kesehatan pada kategori Jika pengetahuan ibu baik baik kemungkinan
baik lebih banyak baduta normal sebanyak 24 status gizi badutanya juga akan baik.
orang (44,4%) dibandingkan baduta gemuk
5
Terdapat hubungan yang signifikan antara 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang
pola asuh ibu (pemberian makan, Standar Antropometri Penilaian
kebersihan/hygiene dan sanitasi lingkungan Status Gizi Anak. Jakarta:
dan pelayanan kesehatan) dengan status gizi Kementerian Kesehatan RI Direktoral
balita. Jika pola asuh ibu baik maka Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu
kemungkinan status gizi badutanya juga akan dan Anak.
baik. WHO. 2012. Child growth Standard.
SARAN http://www.who.int/childgrowth/stand
1. Kepada Dinas Kesehatan Kota Medan ards/weight_for_age/en/index.html
agar lebih meningkatkan penyuluhan Diakses 16 Mei 2016.
tentang pola asuh ibu terhadap balita,
sehingga para ibu-ibu memiliki
pengetahuan yang cukup dalam mengasuh
balitanya.
2. Bagi petugas kesehatan di Puskesmas
Medan Amplas agar melatih dan
memotivasi kader kesehatan di posyandu
dalam penyebarluasan informasi kepada
ibu tentang pola asuh terhadap balita.
3. Diharapkan kepada ibu untuk lebih
meningkatkan pengetahuan dan merawat
balita dengan lebih baik lagi untuk
mempertahankan status gizinya tetap baik.

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2011. Gizi Seimbang
dalam Daur Kehidupan: Gizi Bayi.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset
Kesehatan Dasar; RISKESDAS.
Jakarta: Balitbang Kemenkes RI.
Dinkes, Provinsi Sumatera Utara. 2015.
Pedoman Teknis Pemantauan Status
Gizi. Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara, Medan.
Giri, M.K.W., Suryani, N., & K, P. M. 2013.
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu
Tentang pemberian ASI serta
Pemberian ASI Ekslusif dengan Status
Gizi Balita Usia 6-24 Bulan di
Kelurahan Kampung Kajanan
Kecamatan Buleleng. Jurnal Magister
Kedokteran Keluarga, Vol.1 No. 1,
24-37.
Hidayat, T. S., & Jahari, A. B. 2012. Perilaku
Pemanfaatan Posyandu Hubungannya
dengan Status Gizi dan Morbiditas
Balita. Bul. Penelit. Kesehatan, Vol.
40 No. 1, 1-10.
Kemenkes RI. 2011. Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
6
LAMPIRAN 1
Lampiran 1 Tabulasi Silang antara Pengetahuan dengan Status Gizi Baduta di Wilayah
Kerja Puskesmas Medan Amplas Kota Medan
Status Gizi (BB/PB)
Total
Pengetahuan Gemuk Normal Kurus
n % n % n % n %
Baik 7 13,0 27 50,0 6 11,1 40 74,1
Tidak Baik 8 14,8 5 9,3 1 1,9 14 25,9

Status Gizi (BB/U)


Gizi Gizi Gizi Total
Pengetahuan Gizi Baik
Lebih Kurang Buruk
n % n % n % n % n %
Baik 3 5,6 28 51,9 9 16,7 0 0 40 74,1
Tidak Baik 6 11,1 5 9,3 2 3,7 1 1,9 14 25,9

Status Gizi (PB/U)


Total
Pengetahuan Tinggi Normal Pendek
n % n % n % n %
Baik 4 7,4 26 48,1 10 18,5 40 74,1
Tidak Baik 0 0 12 22,2 2 3,7 14 25,9

LAMPIRAN 2
Lampiran 2 Tabulasi Silang antara Pemberian Makan dengan Status Gizi Baduta di
Wilayah Kerja Puskesmas Medan Amplas Kota Medan
Status Gizi (BB/PB)
Total
Pemberian Makan Gemuk Normal Kurus
n % n % n % n %
Baik 10 18,5 22 40,7 1 1,9 33 61,1
Tidak Baik 5 9,3 10 18,5 6 11,1 21 38,9

Status Gizi (BB/U)


Pemberian Gizi Gizi Gizi Gizi Total
Makan Lebih Baik Kurang Buruk
n % n % n % n % n %
Baik 6 11,1 25 46,3 1 1,9 1 1,9 33 61,1
Tidak baik 3 5,6 8 14,8 10 18,5 0 0 21 38,9

Status Gizi (TB/U)


Total
Pemberian Makan Tinggi Normal Pendek
n % n % n % n %
Baik 2 3,7 24 44,4 7 13,0 33 61,1
Tidak Baik 2 3,7 14 25,9 5 9,3 21 38,9

7
LAMPIRAN 3
Lampiran 3 Tabulasi Silang antara Hygiene dan Sanitasi Lingkungan dengan Status
Gizi Baduta di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Amplas Kota Medan
Status Gizi (BB/PB)
Hygiene dan Sanitasi Total
Gemuk Normal Kurus
Lingkungan
n % n % n % n %
Baik 10 18,5 21 38,9 1 1,9 32 59,3
Tidak Baik 5 9,3 11 20,4 6 11,1 22 40,7

Status Gizi (BB/U)


Hygiene dan
Gizi Gizi Gizi Total
Sanitasi Gizi Baik
Lebih Kurang Buruk
Lingkungan
n % n % n % n % n %
Baik 8 14,8 22 40,7 1 1,9 1 1,9 32 59,3
Tidak baik 1 1,9 11 20,4 10 18,5 0 0,0 22 40,7

Status Gizi berdasarkan PB/U


Hygiene dan Sanitasi Total
Tinggi Normal Pendek
Lingkungan
n % n % n % n %
Baik 4 7,4 27 50,0 1 1,9 32 59,3
Tidak Baik 0 0,0 11 20,4 11 20,4 22 40,7

LAMPIRAN 4
Lampiran 4 Tabulasi Silang Pelayanan Kesehatan dengan Status Gizi Baduta di
Wilayah Kerja Puskesmas Medan Amplas Kota Medan
Status Gizi (BB/PB)
Total
Pelayanan kesehatan Gemuk Normal Kurus
n % n % n % n %
Baik 9 16,7 24 44,4 1 1,9 34 63,0
Tidak Baik 6 11,1 8 14,8 6 11,1 20 37,0

Status Gizi (BB/U)


Pelayanan Gizi Gizi Total
Gizi Baik Gizi Buruk
Kesehatan Lebih Kurang
n % n % n % n % n %
Baik 7 13,0 25 46,3 1 1,9 1 1,9 34 63,0
Tidak baik 2 3,7 8 14,8 10 18,5 0 0,0 20 37,0

Status Gizi (PB/U)


Total
Pelayanan Kesehatan Tinggi Normal Pendek
n % n % n % n %
Baik 3 5,6 27 50,0 4 7,4 34 63,0
Tidak Baik 1 1,9 11 20,4 8 14,8 20 37,0

You might also like