You are on page 1of 15

PENGUKURAN DAN PENDUGAAN EROSI PADA LAHAN

PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN KEMIRINGAN BERBEDA

DETERMINING AND PREDICTION OF EROSION IN OIL PALM


PLANTATION WITH DIFFERENT SLOPE

Kiki Ardianto1, Al Ikhsan Amri2


Department of Agrotechnology, Faculty of Agriculture, University of Riau
ardiantokiki@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to determine the amount of erosion in oil palm plantations
in various slopes and determine the extent of erosion in oil palm plantations. This
research was conducted in oil palm plantations PT. Chemical Tirta Utama,
conducted over four months from December 2015 to March 2106. The study was
conducted by two methods, namely the methods of measurement and prediction of
erosion. Measurements of erosion are conducted by placing small plots in the area
gawangan dead plant oil palm on land slope of 9%, 19% and 31%. Estimation of
erosion performed using USLE method. The results showed that the amount of
soil erosion in oil palm plantations using small plots highest on the slope of 9%,
amounting to 5.38 tonnes / ha, whereas the lowest on slopes of 31% amounting to
2.83 tonnes / ha. For the method of soil erosion USLE highest on the slope 31% ie
431.98 tons / ha, whereas the lowest on the slope of 9% is 386.55 tons / ha. The
degree of erosion in oil palm plantations by estimating method USLE at an
inclination of 9%, 19% and 31%, respectively, are 11.64, 12.53 and 14.04 which
are all included in the very high category. The level of erosion in oil palm
plantations with small terraced plots measuring method at an inclination of 9%,
19% and 31%, respectively 0.16, 0.12 and 0.09 which are all included in the low
category.

Keywords: erosion, palm oil, small plots, the slope of the land, USLE

PENDAHULUAN sebagian besar lahan kering di


Tanaman kelapa sawit (Elaeis Indonesia mempunyai kemiringan
guineensis Jacq) merupakan tanaman lebih dari 3% dengan bentuk wilayah
perkebunan penghasil minyak yang berombak, bergelombang, berbukit
menjadi faktor penting dalam dan bergunung, yang meliputi 77,4%
perekonomian Indonesia, sehingga dari seluruh daratan (Dariah et al.,
telah mendorong pemerintah, pihak 2004). Namun demikian,
swasta maupun masyarakat berupaya pengembangan kelapa sawit pada
untuk terus mengembangkannya. lahan kering berlereng harus
Dewasa ini pengembangan memperhatikan aspek lingkungan
kelapa sawit banyak dilakukan pada terutama yang berkaitan dengan
lahan kering bertopografi datar karakteristik tanah/lahan dan iklim.
sampai curam. Hal ini dikarenakan Padahal aspek karakteristik

1. Mahasiswa Faperta Universitas Riau 1


2. Dosen Faperta Universitas Riau
JOM Faperta Vol. 4 No. 1 Februari 2017
tanah/lahan sangat penting diketahui dan erosivitasnya juga semakin besar
untuk pertimbangan dalam memilih sehingga dapat dikatakan potensi
lokasi untuk pengusahaan kelapa terjadinya erosi akan semakin besar
sawit (Syakir et al., 2010). (Martono, 2004).
Salah satu faktor penting dalam Potensi bahaya erosi di lahan
karakteristik tanah/lahan adalah kelapa sawit perlu dilakukan
topografi lahan yang berkaitn dengan penanganan terutama pada lahan-
derajad kemiringan lereng dan lahan berlereng. Oleh karena itu perlu
panjang lereng. Kemiringan lereng kiranya dilakukan pengukuran dan
yang optimal untuk tanaman kelapa pendugaan erosi agar dapat
sawit kurang dari 23% (12) dan tidak mengetahui seberapa besar erosi
disarankan lebih dari 38% (20), yang terjadi pada lahan berlereng
namun dalam kenyataannya banyak yang ditanami kelapa sawit, sehingga
kelapa sawit yang tumbuh di lahan dapat ditetapkan kebijaksanaan dan
curam (Syakir et al., 2010). tindakan konservasi tanah yang
Kemiringan lereng dan panjang diperlukan agar tidak terjadi
lereng merupakan dua sifat utama kerusakan tanah dan dapat
dari topografi yang mempengaruhi dipergunakan secara produktif dan
erosi. Kemiringan lereng dan panjang lestari (Arsyad, 2010).
lereng memberikan dampak terhadap Penelitian ini bertujuan untuk
laju aliran permukaan yang membawa mengetahui besarnya erosi di lahan
lapisan tanah atas beserta unsur hara perkebunan kelapa sawit pada
dari tempat satu ke tempat lainnya berbagai kemiringan dan mengetahui
yang lebih rendah (Haridjaja et al., seberapa besar tingkat bahaya erosi di
1991). Menurut Martono (2004), lahan perkebunan kelapa sawit.
besar kemiringan lereng akan
mempengaruhi laju kecepatan aliran BAHAN DAN METODE
permukaan, dimana semakin curam Penelitian telah dilaksanakan
suatu lereng akan semakin cepat pada areal tanaman kelapa sawit PT.
alirannya, sehingga dapat diartikan Kimia Tirta Utama, Desa Pangkalan
kesempatan air yang meresap Pisang, Kecamatan Koto Gasib,
kedalam tanah lebih kecil dan akan Kabupaten Siak, dengan jenis tanah
memperbesar aliran permukaan, yang Inceptisol. Penelitian ini dilaksanakan
akan berakibat pada besarnya erosi selama 4 bulan dimulai dari bulan
tanah. Desember 2015 sampai bulan Maret
Selain topografi lahan, besarnya 2016.
erosi tanah juga dipengaruhi oleh air Bahan-bahan yang digunakan
hujan. Pada tanah yang berlereng, air selama penelitian antara lain lahan
hujan yang turun akan lebih banyak budidaya tanaman kelapa sawit,
berupa aliran permukaan, yang contoh tanah/sedimen, contoh air
seterusnya air akan mengalir dengan larian, peta administrasi, peta
cepat dan menghancurkan serta penutupan dan penggunaan lahan.
membawa tanah bagian atas (top soil) Alat-alat yang digunakan dalam
yang umumnya tanah subur penelitian antara lain abney level, bor
(Kartasapoetra dan Sutedjo, 2005). belgia, ring sampel, cangkul, parang,
Curah hujan dengan intensitas yang meteran, drum/ember, pipa paralon,
tinggi dan durasi hujan yang lama, paku, seng, martil, timbangan, patok
maka energi kinetiknya semakin besar

JOM Faperta Vol. 4 No.1 Februari 2017 2


kayu, kamera digital, ombrometer, mencegah masuknya air hujan
gelas ukur dan alat tulis. langsung.
Pengukuran erosi dilakukan Petak kecil ditempatkan di
dengan cara menempatkan petak kecil antara tanaman kelapa sawit
di area gawangan mati tanaman (gawangan mati), dan petak kecil
kelapa sawit pada lahan kemiringan ditempatkan searah lereng.
9%, 19% dan 31%. Ukuran petak Untuk pengukuran erosi metode petak
kecil yang digunakan panjang 5 m kecil variabel yang diamati adalah
dan lebar 2 m. sedimentasi tanah dan air larian, yang
Pendugaan erosi dilakukan pengamatan dilakukan setelah
dengan menggunakan persamaan kejadian hujan.
Universal Soil Loss Equation Pendugaan erosi dilakukan
(USLE). Persamaan USLE digunakan dengan metode Universal Soil Loss
untuk memprediksi tingkat bahaya Equation (USLE) atau yang lebih
erosi di lahan tanaman kelapa sawit dikenal dengan persamaan USLE.
dengan menghubungkan faktor- Adapun langkah kegiatan penelitian
faktror seperti faktor erosivitas hujan, yang dilakukan adalah sebagai
faktor erodibiitas tanah, faktor berikut:
topografi, faktor vegetasi dan faktor Pengumpulan data. Data yang
tindakan konservasi. dikumpulkan meliputi data primer
Pengukuran erosi dilakukan dan data skunder. Jenis variabel data
menggunakan metode petak kecil. primer yang dikumpulakan yaitu data
Langkah kegiatan penelitian dalam curah hujan, data tanah, data
pengukuran erosi adalah sebagai topografi lahan, data vegetasi lahan
berikut: atau tutupan tanah dan data
Penentuan lokasi petak kecil di pengolahan tanah (ada tidaknya
lapangan dilakukan menggunakan tindakan konservasi tanah).
metode purposive sampling pada Pengumpulan data skunder diperoleh
berbagai kelas kemiringan lahan yaitu melalui kajian pustakaan, jurnal,
9% (landai), 19% (agak curam) dan laporan dan media elektronik
31% (curam), dan diulang sebanyak 3 (internet).
kali pada setiap kelas kemiringan. Analisis tanah. Analisis tanah
Pengukuran erosi yang dilakukan di lapangan dan di
dilakukan di lapangan ialah laboraturium tanah Fakultas Pertanian
menggunakan petak kecil dengan Universitas Riau. Adapun analisis
ukuran panjang 5 m dan lebar 2 m. tanah yang dilakukan di lapangan
Petak percobaan tersebut dibatasi yaitu pengamatan struktur tanah,
menggunakan terpal plastik yang warna tanah, dan kedalaman efektif
ditanam sedemikian rupa sekitar 10 tanah. Analisis tanah yang dilakukan
cm tertanam di dalam tanah, di laboraturium yaitu permeabilitas
sedangkan sisanya 20 cm menjadi tanah, bahan organik tanah, tekstur
dinding penahan air aliran dan tanah dan kadar air tanah.
sedimen. Air larian dan sedimen Pengolahan data. Data yang
disalurkan ke dalam ember telah diperoleh dari lapangan dan dari
penampung menggunkan pipa paralon analisis di laboraturium diolah untuk
yang diletakan diujung petakkan mendapatkan nilai faktor-faktor
bagian bawah. Bagian atas ember penyebab erosi (R, K, L, S, C, P) dan
penampung diberi penutup untuk besarnya erosi (A) yang terjadi

JOM Faperta Vol. 4 No.1 Februari 2017 3


menggunakan persamaan USLE. dari lapangan dengan menggunakan
Kemudian dari data-data tersebut juga ring sampel (sampel tidak terganggu).
ditentukan laju erosi yang Sampel dengan tabung atau ring
diperbolehkan (T) dan tingkat bahaya sampel direndam selama 24 jam
erosi (TBE). untuk mengeluarkan semua udara
Pengamatan yang dilakukan di dalam pori-pori tanah. Setelah sampel
lapangan yaitu sebagai berikut: direndam, kemudian dipindahkan ke
Pengamatan air larian. Besarnya alat permeabilitas dan air dialirkan
air larian ditentukan dengan melalui kran pada alat. Pengukuran
mengukur volume air larian yang dilakukan sebanyak 5 kali
masuk ke dalam ember penampung pengukuran, kemudian dari kelima
yang telah disiapkan. Pengukuran air pengukuran tersebut diambil rata-rata.
larian dilakukan dengan Selanjutnya hasil dari rata-rata 5 kali
menggunakan gelas ukur dengan pengukuran tersebut dihitung
satuan (ml). menggunakan hukum Darcy.
Pengamatan sedimen tanah. Penetapan C–Organik.
Pengamatan sedimen tanah dilakukan Penetapan C–Organik dilakukan di
dengan cara mengambil sampel tanah laboraturium menggunakan metode
sebanyak 10 g dari ember Walkley dan Black.
penampung, kemudian sedimen Penentuan tekstur tanah. Analisi
sampel dikeringkan dengan cara di tekstur tanah dilakukan di
oven dan setelah itu ditimbang berat laboraturium menggunakan metode
kering sedimen sampel. pipet dan penamaan kelas teksturnya
Kedalaman efektif tanah. menggunakan diagram segitiga
kedalaman efektif tanah ditentukan tekstur.
dengan cara melakukan pengeboran Pengolahan data pendugaan
tanah sampai batas maksimal, yaitu erosi dilakukan menggunakan
ketika tanah sudah mulai keras atau persamaan Universal Soil Loss
dengan kata lain sulit untuk dibor Equation (USLE) yang
lebih lanjut. mengkombinasi enam variabel yaitu
Kemiringan lereng pada tempat curah hujan, erodibilitas, panjang dan
penelitian mengacu pada peta lereng kemiringan lereng, vegetasi penutup
dan pengukuran langsung di lapangan tanah serta tindakan konservasi tanah.
dengan menggunakan abney level. Persamaan USLE yang digunakan
Penentuan struktur tanah. adalah persamaan yang digunakan
pengamtan struktur tanah dilakukan Wischmeier and Smith (1965) dalam
di lapangan dengan cara mengamati Seta (1991) yaitu sebagai berikut:
agregat tanah dengan bantuan lup. A = (0,224) × R × K × L × S × C × P
Kemudian dilakukan penamaan tipe Dimana:
struktur tanah berdasarkan pembagian A = banyaknya tanah tererosi dalam
tipe struktur tanah menurut Hakim et ton ha-1 tahun-1
al. (1986). R = faktor curah hujan dan aliran
Pengamatan di laboraturium meliputi: permukaan, yaitu jumlah satuan
Permeabilitas tanah, penetapan indeks erosi hujan tahunan yang
permeabilitas dalam keadaan jenuh merupakan perkalian antara
dilakukan mengikuti cara yang energi hujan total (E) dengan
dilakukan oleh De Boodt berdasarkan intensitas hujan maksimum 30
hukum Darcy. Contoh tanah diambil menit (I30).

JOM Faperta Vol. 4 No.1 Februari 2017 4


K = faktor erodibilitas tanah, yaitu Nilai erosivitas hujan (R)
laju erosi per indeks erosi dihitung menggunakan persamaan
hujan (R) untuk suatu tanah Bols (1978) dalam Arsyad (2010)
yang didapat dari petak sebagai berikut:
percobaan standar, yaitu petak EI30= 6,119 (RAIN)1,21 (DAYS)-0,47
percobaan yang panjangnya (MAXP)0,53
72,6 kaki (22,1 meter) terletak Dimana: EI30 = indeks erosivitas
pada lereng 9%, tanpa tanaman hujan bulanan dalam MJ ha-1 h-1.
(K = A R-1). RAIN = curah hujan rata-rata
L = faktor panjang lereng yaitu bulanan dalam cm. DAYS = jumlah
nisbah antara besarnya erosi hari hujan rata-rata perbulan MAXP =
dari tanah dengan suatu panjang curah hujan maksimum selam 24 jam
lereng tertentu terhadap erosi dalam bulan yang bersangkutan
dari tanah dengan panjang dalam cm.
lereng 72,6 kaki (22,1 meter) di Nilai faktor erodibilitas tanah
bawah keadaan yang identik. (K) atau kepekaan erosi tanah
S = faktor kecuraman lereng yaitu dihitung menggunakan persamaan
nisbah antara besarnya erosi sebagai berikut: K= 1,292 [ 2,1 M1,14
yang terjadi dari suatu tanah (10-4) (12-a) + 3,25 (b-2) + 2,5 (c-3) ]/
dengan kecuraman lereng 100
tertentu terhadap b esarnya Dimana: K = nilai erodibilitas tanah.
erosi dari tanah dengan lereng M = ukuran praktikel yaitu (% debu +
9% di bawah keadaan yang % pasir sangat halus) x (100-% liat). a
identik. = persentase bahan organik. b=kode
C = faktor vegetasi penutup tanah struktur tanah. c = kode permeabilitas
dan pengelolaan tanaman yaitu tanah
nisbah antara besarnya erosi Nilai faktor panjang lereng (L)
dari suatu tanah dengan dan kemiringan lereng (S) dihitung
vegetasi penutup dan sekaligus berupa faktor LS. Nilai LS
pengelolaan tanaman tertentu dihitung menggunakan persamaan
terhadap besarnya erosi tanah sebagai berikut:
dari tanah yang identik tanpa LS = √
tanaman. Diamana: S = kemiringan lereng (%).
P = faktor tindakan-tindakan khusus L = panjang lereng (m)
konservasi tanah (pengolahan Nilai C ditetapkan berdasarkan
dan penanaman menurut kontur, nilai faktor C beberapa jenis tanaman
penanaman dalam strip, di Indonesia dan nilai P ditentukan
guludan, teras), yaitu nisbah menurut nilai faktor P untuk beberapa
antara besarnya erosi dari tanah tindakan konservasi tanah.
yang diberi perlakuan tindakan Laju erosi yang dapat
konservasi khusus tersebut ditoleransi (T) dihitung menggunakan
terhadap besarnya erosi dari rumus Hammer (1981) dalam Arsyad
tanah yang diolah searah lereng, (2010) sebagai berikut:
dalam keadaan yang identik. T = × Bulk density × 10
Masing-masing faktor tersebut
dihitung nilainya dengan Dimana : T = laju erosi yang masih
menggunakan rumus sebagai berikut: dapat ditoleransi (ton ha-1 tahun-1).
DE = kedalaman ekivalen (mm). Fd

JOM Faperta Vol. 4 No.1 Februari 2017 5


= faktor kedalaman. T = umur guna Dimana: A = Erosi potensial
tanah (resources life). Nilai faktor (ton/ha/th). T = Erosi yang dapat
kedalaman tanah (fd) beberapa sub- ditoleransikan (ton/ha/th).
order tanah yang disusun oleh
Hammer (1981) dalam Arsyad (2010) HASIL DAN PEMBAHASAN
Tingkat bahaya erosi (TBE)
ditentukan dengan membandingkan Pengukuran Erosi dengan Metode
erosi potensial (A) dengan erosi yang Petak Kecil
masih dapat ditoleransi (T) di bawah Hasil pengukuran erosi tanah
tegakan kelapa sawit menggunakan di lahan perkebunan kelapa sawit
rumus Hammer (1981) dalam Arsyad pada berbagai kemiringan berbeda
(2010), sebagai berikut: dapat dilihat pada Tabel 11.
TBE =

Tabel 11. Nilai erosi tanah di lahan tanaman kelapa sawit pada percobaan petak
kecil pengukuran selama 4 bulan
Kemiringan lahan (%) Erosi tanah (ton/ha)
9 5,38
19 4,09
31 2,83
Sumber : Analisis data primer, 2016
Tabel 11 memperlihatkan tanah dan memperbesar aliran
bahwa nilai erosi tanah tertinggi yaitu permukaan.
pada kemiringan 9% sebesar 5,38 Tabel 11 menunjukkan bahwa
ton/ha, sedangkan yang terendah pada kemiringan tidak berpengaruh
kemiringan 31% yaitu 2,83 ton/ha. terhadap besarnya erosi yang terjadi.
Sehingga dapat diartikan bahwa Jika dilihat dari faktor lain yang juga
semakin besar kemiringan lahan erosi mempengaruhi besarnya erosi yaitu
yang terjadi semakin kecil. Hal ini erodibilitas tanah, menunjukkan
berbeda secara teori, dalam Asdak bahwa potensi terjadi erosi tertinggi
(2010) yang menyatakan bahwa lahan pada kemiringan 9%, karena nilai
dengan kemiringan yang lebih curam erodibilitasnya 0,32 lebih besar
aliran permukaannya akan semakin dibandingkan dengan nilai erodibilitas
cepat, sehingga tanah yang terangkut pada kemiringan 19% dan 31%.
oleh aliran permukaan semakin Sarief (1989) menyatakan apabila
banyak. nilai erodibilitas tanah tinggi maka
Aliran permukaan pada tanah peka atau mudah tererosi dan
kemiringan 9% yaitu 4339,60 sebaliknya apabila nilai erodibilitas
mm/10m2, nilai tersebut lebih besar tanahnya rendah maka tanah lebih
dibandingkan dengan kemiringan tahan terhadap erosi.
19% dan 31%. Hal ini disebabkan Faktor vegetasi penutup tanah
oleh lambatnya permebilitas tanah juga berpengaruh terhadap besarnya
yaitu 1,12 cm/jam. Sehinga dapat erosi. Nilai vegetasi penutup tanah
dikatakan, apa bila permeabilitas pada kemiringan 9% yaitu 0,29, nilai
tanahnya lambat maka air akan tersebut tergolong besar dibandingkan
banyak tergenang diatas permukaan dengan nilai vegetasi penutup tanah

JOM Faperta Vol. 4 No.1 Februari 2017 6


pada kemiringan 19% dan 31%, Faktor erosivitas hujan
karena pada lahan kemiringan 9% Faktor erosivitas dihitung
tumbuhan bawahnya 15% sehingga menggunakan rumus Bols (1978)
butiran air hujan yang jatuh langsung dalam Arsyad (2010). Data yang
menghantam permuakan tanah. digunakan adalah data curah hujan
Ziliwu (2002) menyatakan bahwa selama 4 bulan, yaitu dari bulan
semakin rapat atau semakin padat Desember 2015 sampai bulan Maret
tanaman yang tumbuh di atas lahan 2016, yang diperoleh berdasarkan
maka semakin kecil terjadinya aliran data curah hujan di stasiun
permukaan. pengamatan curah hujan PT. Kimia
Tirta Utama Kecamatan Koto Gasib.
Faktor–faktor Pendugaan Erosi Nilai erosivitas hujan pada lokasi
Metode USLE penelitian disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Nilai erosivitas hujan di lahan tanaman kelapa sawit PT. Kimia Tirta
Utama
RAIN RAIN(1,21) DAYS(- MAXP EI30
Bulan 0,47) MAXP(0,53)(cm)
(mm) (cm) (mm) (MJ/ha)
Desember 586,00 58,60 9,00 156,00 15,60 1.287,36
Januari 402,68 40,27 6,00 142,17 14,22 941,76
Februari 481,77 48,18 8,00 145,60 14,56 1.035,00
Maret 832,40 83,24 9,00 317,80 31,78 2.870,32
Jumlah 2302,85 230,29 32,00 761,57 76,16 6.134,43
Sumber: Analisis data curah hujan PT. Kimia Tirta Utama, 2016
Tabel 12 menunjukkan bahwa energi kinetik dengan intensitas
nilai erosivitas hujan selama empat curah hujan, maka yang
bulan di lahan tanaman kelapa sawit berpengaruh terhadap besarnya
PT. Kimia Tirta Utama adalah erosivitas adalah intensitas curah
6.134,43 MJ/ha. Nilai erosivitas hujannya. Semakin tinggi intensitas
tersebut merupakan indeks besarnya curah hujan maka nilai
tenaga curah hujan yang erosivitasnya juga besar.
menyebabkan erosi pada lahan
perkebunan kelapa sawit PT. Kimia Faktor erodibilitas tanah
Tirta Utama. Erodibilitas merupakan
Jumlah erosivitas dari ke kepekaan tanah terhadap pukulan
empat bulan tersebut (Desember – butiran air hujan dan penghannyutan
Maret) adalah sebesar 6.134,43 oleh aliran permukaan. Semakin besar
MJ/ha. Jumlah erosivitas tersebut nilai erodibilitas tanah maka tanah
tergolong tinggi, karena jumlah akan peka atau mudah tererosi,
curah hujan selama empat bulan sebaliknya apabila nilai erodibilitas
juga tinggi yaitu sebesar 2302,85 tanah itu rendah maka tanah lebih
mm. Martono (2004) menyatakan tahan terhadap erosi
bahwa yang berpengaruh terhadap (Kartasapoetra dan Sutejo, 2005).
erosivitas hujan adalah energi Nilai erosidibilitas tanah di lokasi
kinetik dan intensitas curah hujan. penelitian disajikan pada Tabel 13.
Apa bila dibandingkan antara

Tabel 13. Nilai erodibilitas tanah di lokasi penelitian

JOM Faperta Vol. 4 No.1 Februari 2017 7


Kemiringan lahan (%) Erodibilitas tanah (K) Kategori
9 0,32 Sedang
19 0,26 Sedang
31 0,25 Sedang
Sumber: Hasil analisis data, 2016
Tabel 13 menunjukkan bahwa Seperti yang dikemukakan oleh
nilai erodibilitas tanah (K) pada Bennet (1955) dalam Suripin (2002)
masing-masing kemiringan berbeda. yang menyatakan bahwa fungsi bahan
Nilai erodibilitas tertinggi yaitu pada organik dalam pencegahan terjadinya
kemiringan 9% sebesar 0,32, erosi antara lain dapat memperbaiki
sedangkan nilai erodibilitas terendah aerasi tanah dan mempertinggi
yaitu pada kemiringan 31% sebesar kapasitas air tanah serta memperbaiki
0,25. Sehingga dapat dikatakan daerah perakaran.
bahwa pada lahan kemiringan 9% Kandungan bahan organik tanah
potensi untuk terjadinya erosi lebih pada lahan penelitian di masing-
besar dibandingkan lahan kemiringan masing kemiringan tergolong rendah.
31%. Kandungan bahan organik yang
Tekstur berperan besar terhadap rendah mungkin disebabkan karena
besar kecilnya erodibilitas tanah. telah berlangsungnya erosi tanah pada
Tekstur tanah merupakan lahan penelitian. Purwanto et al.
perbandingan relatif dari partikel (2013) menyatakan bahwa semakin
tanah seperti pasir, debu dan lempung besar erosi maka kandungan bahan
dalam suatu massa tanah. Harjadi dan organik tanah menjadi semakin
Agtriariny (1997) mengatakan bahwa rendah.
tekstur berpengaruh pada erodibilitas Permeabilitas merupakan
tanah yaitu dengan semakin besarnya kemampuan tanah dalam melewatkan
tekstur tanah, maka nilai K akan air. Permeabilitas termasuk dalam
cenderung semakin besar. Sebaliknya faktor yang mempengaruhi besarnya
semakin halus tekstur suatu tanah, nilai erodibilitas tanah.
nilai K akan semakin rendah. A’yunin (2008) menyatakan bahwa
Faktor yang juga permeabilitas sangat tergantung pada
mempengaruhi nilai erodibilitas ukuran butir tanah (tekstur), bentuk
adalah kandungan bahan organik dan diameter pori-pori tanah, dan
tanah. Menurut Winarso (2005) bahan tebal selaput lengas atau hidratasi
organik tanah dapat mempengaruhi zarah. Semakin halus tekstur tanah
nilai K, karena terkait dengan fungsi maka permeabilitasnya akan semakin
bahan organik sebagai bahan perekat lambat, namun apabila semakin kasar
tanah dalam pembentukan agregat teksturnya maka permeabilitasnya
tanah. Tanah dengan kandungan akan semakin cepat.
bahan organik yang tinggi maka akan Struktur tanah merupakan
lebih resisten terhadap erosi, karena partikel-partikel tanah seperti pasir,
dengan banyaknya bahan organik debu dan liat yang membentuk
maka agregat tanah terbentuk dengan agregat tanah antara suatu agregat
baik sehingga permukaan tanah sukar dengan agregat yang lainnya. Struktur
untuk digerus oleh aliran permukaan. tanah berkaitan dengan agregat tanah
Selain itu aerasi tanah, kapasitas air dan kemantapan agregat tanah.
tanah juga akan menjadi lebih baik. Menurut Sarief (1995), ada 2 aspek

JOM Faperta Vol. 4 No.1 Februari 2017 8


struktur tanah yang penting dalam Adanya perbedaan struktur
hubungannya dengan erosi, yaitu (1) tanah yang terjadi, secara tidak
sifat fisika kimia liat yang langsung mempengaruhi ukuran dan
menyebabkan terbentuknya agregat jumlah pori-pori tanah yang
dan tetap berada dalam bentuk terbentuk. Tanah-tanah dengan
agregat meskipun terkena air, dan struktur yang berat mempunyai pori
(2) adanya bahan perekat butir-butir halus yang banyak, miskin akan pori-
primer sehingga terbentuk agregat pori besar, dan mempunyai kapasitas
mantap. Struktur tanah dapat infiltrasi kecil. Sebaliknya tanah-
dikatakan baik apabila di dalamnya tanah yang berstruktur ringan
terdapat penyebaran ruang pori-pori mengandung banyak pori besar dan
yang baik, yaitu terdapat ruang pori sedikit pori halus, kapasitas
di dalam dan di antara agregat yang infiltrasinya lebih besar dibandingkan
dapat diisi air dan udara dan dengan tanah yang berstruktur berat.
sekaligus mantap keadaannya. Namun karena sangat sedikit
Struktur pada semua ditemukan adanya agregat dan bahkan
kemiringan tergolong granuler dan banyak ditemukan tanah dengan
remah. Hal itu menunjukkan bahwa tekstur pasir sehingga mengakibatkan
di daerah penelitian tersebut telah terjadinya aliran permukaan yang
terjadi erosi yang cukup besar karena mampu mengerosi permukaan tanah.
sangat sedikit ditemukan adanya
agregat dan bahkan banyak ditemukan Faktor panjang dan kemiringan
tanah-tanah bertekstur pasir. Hal itu lereng
didukung oleh sedikitnya Ada 2 hal yang mempengaruhi
kandungan lempung dan bahan topografi lahan yaitu panjang lereng
organik yang mampu berperan dan kemiringan lereng. Faktor
sebagai bahan perekat. Tanah-tanah topografi juga mempengaruhi
bertekstur kasar membentuk struktur besarnya erosi yang terjadi dengan
tanah yang ringan, sebaliknya tanah- menggunakan metode USLE. Panjang
tanah yang berbentuk atau tersusun lereng dan kemiringan lereng (LS)
dari tekstur halus menyebabkan dapat dilihat pada Tabel 14.
terbentuknya tanah-tanah yang
berstruktur berat (A’yunin, 2008).
Tabel 14. Nilai panjang dan kemiringan lereng (LS) pada tiap kemiringan
Kemiringan lahan (%) Bentuk Wilayah Nilai LS
9 Bergelombang 6,03
19 Berbukit 8,67
31 Berbukit 14,37
Sumber: Hasil analisis data, 2016
Tabel 14 menunjukkan bahwa 19% yaitu 8,67 dan kemiringan 31%
nilai LS tiap kemiringan berbeda, sebesar 14,37.
dengan bentuk wilayah berbukit nilai Kelerengan merupakan faktor
LS lebih besar dibandingkan dengan yang paling dominan dalam
bentuk wilayah bergelombang. Hasil mempengaruhi erosi dan walaupun
analisis Tabel 14 nilai LS kemiringan faktor lainnya secara bersama-sama
9% yaitu 6,03 kemudian kemiringan mempengaruhi terjadinya erosi,

JOM Faperta Vol. 4 No.1 Februari 2017 9


namun tidak begitu kuat secara lebih banyak yang terlempar ke arah
sendiri-sendiri. Kartasapoetra dan bawah dari pada yang ke atas, yang
Sutejo (2005) menyatakan bahwa semakin besar dengan meningkatnya
semakin panjang lereng pada tanah kemiringan lereng. Selain
akan semakin besar pula kecepatan memperbesar kecepatan aliran
aliran air di permukaannya sehingga permukaan, kecuraman lereng yang
pengikisan terhadap bagian-bagian semakin besar juga mampu
tanah semakin besar. Semakin memperbesar energi angkut aliran
panjang lereng suatu lahan permukaan dan jumlah butir-butir
menyebabkan semakin banyak air tanah yang terpercik ke bagian bawah
permukaan yang terakumulasi, lereng oleh pukulan butir-butir hujan
sehingga aliran permukaan semakin banyak (Rahim, 2000).
menjadi lebih tinggi kedalaman
maupun kecepatannya. Martono Faktor pengelolaan tanaman (C)
(2004) juga mengemukakan bahwa dan tindakan konservasi tanah (P)
besar kemiringan lereng akan Faktor pengelolaan tanaman
mempengaruhi laju kecepatan aliran dan tindakan konservasi tanah
permukaan, semakin curam suatu merupakan faktor penting dalam
lereng akan semakin cepat alirannya, erosi. Penentuan nilai C dilakukan di
sehingga bisa diartikan kesempatan lapangan dengan mengindentivikasi
air yang meresap ke dalam tanah jenis penggunaan lahan, sedangkan
lebih kecil dan akan memperbesar nilai P ditentukan berdasarkan ada
aliran permukaan, yang akan tidaknya suatu tindakan terhadap
berakibat pada besarnya erosi lahan, khususnya ada tidaknya
Pada lahan datar, percikan butir tindakan konservasi. Nilai faktor
air hujan melemparkan partikel tanah pengelolaan tanaman dan konservasi
ke udara ke segala arah secara acak. tanah dapat dilihat pada Tabel 15.
Pada lahan miring, partikel tanah
Tabel 15. Nilai faktor pengelolaan tanaman (C) dan tindakan konservasi tanah (P)
Faktor C Nilai
Kemiringan faktor Nilai
Faktor P
lahan (%) Nilai Nilai C1+ nilai faktor P
1 2
faktor faktor faktor C2
Tanaman perkebunan
Tanaman Rumput
9 0,2 0,09 0,29 disertai penutup tanah 0,50
kelapa sawiit 15%
sedang
Tanaman perkebunan
Tanaman Rumput
19 0,2 0,07 0,27 disertai penutup tanah 0,50
kelapa sawiit 50%
sedang
Tanaman Rumput Teras bangku kontruksi
31 0,2 0,05 0,25 0,35
kelapa sawiit 75% kurang bik
Sumber: Hasil analisis data, 2016
Tabel 15 menujukkan bahwa Syah et al. (2013) menyatakan bahwa
faktor pengelolaan tanaman C terdiri tanaman kelapa sawit yang berumur
dari dua faktor yaitu tanaman kelapa 6-12 tahun memiliki nilai C yang
sawit dan rumput yang tumbuh terbaik, kerena tanaman dengan umur
dibawah tegakan tanaman kelapa tersebut fisiologi tanaman masih
sawit. Tanaman kelapa sawit pada sangat segar dan kokoh dengan
semua kemiringan telah berumur produktivitas optimal jika
lebih dari 15 tahun, sehingga nilai dibandingkan dengan umur tanaman
faktor C nya 0,2. Hasil penelitian yang tua dan muda.

JOM Faperta Vol. 4 No.1 Februari 2017 10


Tabel 15 memperlihatkan perkebunan disertai penutup tanah
bahwa nilai faktor C2 adalah rumput, sedang yang terdapat pada
dimana kerapatan populasi rumput kemiringan 9% dan 19%, kemudian
pada setiap kemiringan berbeda, teras bangku kontruksi kurang baik
sehingga nilai faktor C nya juga pada kemiringan 31%. Tindakan
berbeda tergantung persentase konservasi (P) sangat berperan dalam
kerapatan populasinya. Nilai faktor C meminimalisir besarnya erosi yang
terendah terdapat pada kemiringan akan terjadi di lahan perkebunan.
lahan 31%, dimana kerapatan Nilai C dan P besar peranannya
populasi rumputnya 75%, sehingga dalam menentukan laju erosi yang
dapat dikatakan bahwa aliran terjadi. Vegetasi (kanopi tanaman)
permukaan dan daya pukulan air memiliki peran yang sangat penting di
hujan menjadi berkurang. dalam mengintersep air hujan,
Tanaman penutup tanah sehingga mampu mengurangi
mempunyai peranan besar dalam kecepatan aliran permukaan dan
menghambat dan mencegah erosi, kekuatan merusak yang ditimbulkan
karena tanaman penutup tanah dapat oleh air hujan (Arsyad, 2010).
menghalangi pukulan langsung butir- Santoso (1985) menyatakan bahwa
butir hujan sehingga kerusakan tanah vegetasi akan lebih efektif melindungi
oleh pukulan air hujan dapat dicegah, tanah dari erosi jika pohon-pohon
selain itu juga dapat mengurangi tersusun membentuk strata tajuk
kecepatan aliran permukaan. Hal ini adanya tumbuhan bawah. Karena
sesuai dengan pernyataan tanaman perkebunan biasanya hanya
Arsyad (2010) yang menyatakan membentuk satu stratum tajuk,
bahwa pola pertanaman dan jenis sehingga dengan demikian
tanaman yang dibudidayakan sangat peranannya terhadap pencegahan
berpengaruh terhadap erosi dan aliran erosi sangat ditentukan oleh adanya
permukaan karena berpengaruh tumbuhan bawah.
terhadap penutupan tanah dan
produksi bahan organik yang Pendugaan Erosi Metode USLE
berfungsi sebagai pemantap tanah. Hasil pendugaan erosi dengan
Tabel 15 memperlihatkan metode USLE di lahan perkebunan
bahwa tindakan konservasi yang telah kelapa sawit PT. Kimia Tirta Utama
dilakukan pada lokasi penelitian disajikan pada Tabel 16.
antara lain adalah tanaman
Tabel 16. Nilai pendugaan erosi di lahan tanaman kelapa sawit dengan metode
USLE berdasarkan data curah hujan selama 4 bulan
Kemiringan lahan (%) Kostanta R K LS C P Erosi (a) ton/ha/bln
9 0,224 6.134,43 0,32 6,03 0,29 0,50 386,55
19 0,224 6.134,43 0,26 8,67 0,27 0,50 412,54
31 0,224 6.134,43 0,25 14,37 0,25 0,35 431,98
Sumber:Hasil analisis data, 2016
Tabel 16 menunjukkan bahwa lahan 9% yaitu sebesar 386,55 ton/ha.
nilai pendugaan erosi tertinggi pada Nilai pendugaan erosi tersebut
kemiringan lahan 31% sebesar 431,98 menunjukkan bahwa semakin curam
ton/ha, sedangkan nilai pendugaan dan panjang lereng nilai erosinya
erosi yang terendah pada kemiringan semakin besar.

JOM Faperta Vol. 4 No.1 Februari 2017 11


Dari hasil analisis, Tabel 16 hal ini disebakan oleh tekstur tanah
menunjukkan bahwa besarnya erosi pada kemiringan 9% bertekstur pasir.
potensial dari semua kemiringan Selain itu faktor pengelolaan
dipengaruhi oleh bentuk tanaman dan tindakan konservasi
lahan/kemiringan lereng. Panjang tanah juga sangat berperan dalam
kemiringan lereng merupakan faktor mempengaruhi besar kecilnya erosi.
yang paling dominan dalam Poesen (1983) dalam Syah (2013)
mempengaruhi erosi, semakin menyatakan bahwa kepekaan tanah
panjang lereng pada tanah, akan terhadap erosi bukan hanya
semakin besar pula keceptan aliran dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah,
dipermukaannya sehingga pengikisan topografi, namun ditentukan oleh
terhadap bagian-bagian tanah semakin faktor erosi lainnya yakni seperti
besar (Kartasapoetra dan Sutedjo, erosivitas, vegetasi, fauna dan
2005). aktivitas manusia.
Selain faktor kemiringan dan
panjang lereng faktor erodibilitas Erosi yang Dapat Ditoleransi (T)
tanah (K) juga mempengaruhi Toleransi erosi (T) adalah nilai
besarnya erosi. Dilihat pada Tabel 16 laju erosi yang diperbolehkan. Nilai T
bahwa nilai erodibilitas tanah pada perlu diketahui terlebih dahulu untuk
setiap kemiringan berbeda, mengetahui kelas kategori erosi pada
seharusnya semakin besar nilai semua lokasi pengukuran laju erosi.
erodibilitas tanahnya semakin besar Erosi yang ditoleransi pada lahan
pula nilai erosinya. Tetapi ternyata tanaman kelapa sawit dapat dilihat
nilai K tertinggi pada kemiringan pada Tabel 17.
lahan 9% yang nilai erosinya rendah,
Tabel 17. Nilai erosi tanah yang dapat ditoleransi di lahan tanaman kelapa sawit
PT. Kimia Tirta Utama
*Faktor ** T
Kedalaman efekti Daya guna BD
Kemiringan (%) kedalaman
tanah (mm) tanah (tahun) (g/cm3) ton/ha
tanah
9 1021 0,95 400 1,37 33,221
19 1118 0,95 400 1,24 32,925
31 919 0,95 400 1,41 30,775
Sumber: Hasil analisis data, 2016
 : Berdasarkan sub-order tanah Aquept
** : Dihitung menggunkan rumus Hammer (1981) dalam Arsyad (2010)
Besarnya nilai erosi yang dapat yang dapat ditoleransi yaitu sebesar
ditoleransi (T) dipengaruhi oleh 33,221 ton/ha pada kemiringan 9%,
besarnya nilai kedalaman efektif 32,925 ton/ha pada kemiringan 19%
tanah, jenis tanah yakni sub-ordo dan 30,775 ton/ha pada kemiringan
tanah untuk penentuan faktor 31%.
kedalamannya serta nilai bulk density. Tabel 17 menunjukkan bahwa
Berdasarkan Tabel 17 diketahui erosi yang dapat ditoleransi pada
bahwa nilai T pada masing-masing lahan tanaman kelapa sawit tergolong
kemiringan berbeda, nilai T pada tinggi. Erosi ditoleransi dipergunakan
Tabel 17 menunjukkan bahwa pada untuk mengukur sejauh mana erosi
lahan tanaman kelapa sawit erosi tanah yang bisa ditoleransikan atau

JOM Faperta Vol. 4 No.1 Februari 2017 12


dibiarkan pada suatu lahan, dengan dengan besar erosi tanah (A) yang
mengetahui besar laju erosi sama, maka TBE akan semakin
ditoleransikan, maka pengelolaan rendah, dan jika T semakin kecil
lahan dan teknik konservasi tanah dan maka TBE akan semakin tinggi.
air dapat disesuaikan saat Pengukuran tingkat bahaya erosi
pemanfaatan lahan. bertujuan untuk mengetahui potensi
erosi tanah yang terjadi di lahan
Tingkat Bahaya Erosi (TBE) tanaman kelapa sawit di PT. Kimia
Erosi ditoleransikan (T) sangat Tirta Utama. Nilai tingkat bahaya
berkaitan dengan tingkat bahaya erosi erosi dapat dilihat pada Tabel 18 dan
(TBE), karena semakin besar nilai T Tabel 19.
Tabel 18. Nilai tingkat bahaya erosi di lahan tanaman kelapa sawit berdasarkan
pendugaan metode USLE
Kemiringan Erosi potensial Toleransi erosi Tingkat bahaya Kelas Bahaya
lahan (%) (ton/ha) (T) (ton/ha) erosi (TBE) Erosi
9 386,55 33,22 11,64 Sangat tinggi
19 412,54 32,93 12,53 Sangat tinggi
31 499,22 30,78 14,04 Sangat tinggi
Sumber: Hasil analisis data, 2016
Tabel 19. Nilai tingkat bahaya erosi di lahan tanaman kelapa sawit berdasarkan
pengukuran metode petak percobaan
Kemiringan Erosi aktual Toleransi erosi Tingkat bahaya Kelas Bahaya
lahan (%) (ton/ha) (T) (ton/ha) erosi (TBE) Erosi
9 5,38 33,22 0,16 Rendah
19 4,09 32,93 0,12 Rendah
31 2,83 30,78 0,09 Rendah
Sumber: Hasil analisis data, 2016
Berdasarkan Tabel 18 tingkat TBE pada lokasi penelitian sangat
bahaya erosi di lahan tanaman kelapa tinggi. Jika dibandingkan dengan
sawit berdasarkan pengamatan pengukuran mnggunakan metode
dengan metode USLE, menunjukkan petak kecil yang nilai erosi tanahnya
bahwa pada kemiringan 9%, diperoleh dari nilai erosi aktual, nilai
kemiringan 19% dan kemiringan 31% TBE nya lebih rendah.
tingkat bahaya erosinya semua Tabel 18 secara umum
termasuk dalam kategori sangat menunjukkan bahwa tingkat bahaya
tinggi. Pada Tabel 19 memperlihatkan erosi tergolong sangat tinggi, namun
bahwa nilai tingkat bahaya erosi apabila dilihat pada Tabel 19 tingkat
dengan pengukuran erosi metode bahaya erosi tenggolong rendah.
petak kecil nilai TBE pada Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kemiringan 9% sebesar 0,16, tindakan konservasi yang telah
kemiringan 19% sebesar 0,12, dan diterapkan baik secara mekanik dan
31% sebesar 0,09 dimana tingkat vegetatif telah membuktikan dapat
bahaya erosinya termasuk dalam menekan laju erosi pada lokasi
kategori rendah. penelitian. Karena pada dasarnya
Pendugaan erosi dengan metode pengukuran erosi menggunakan
USLE yang nilainya diperoleh dari metode petak kecil ditujukan untuk
erosi potensial menunjukkan nilai mengevaluasi tindakan konservasi

JOM Faperta Vol. 4 No.1 Februari 2017 13


tanah yang telah diterpakan. Menurut Tingkat bahaya erosi di lahan
Putri (2003) cara konservasi perkebunan kelapa sawit dengan
dengan pendekatan mekanik yaitu pengukuran metode petak petak kecil
penggunaan vegetasi penutup tanah, pada kemiringan 9%, 19%, dan 31%
tanaman penutup tanah atau tanaman berturut-turut yaitu 0,16, 0,12 dan
pelengkap (smother crops), tanaman 0,09 yang semuanya termasuk dalam
pesaing (competitive crop) jenis kategori rendah.
Leguminosae lebih efektif di dalam
menekan laju erosi potensial. Di DAFTAR PUSTAKA
samping Ayudyaningrum (2006)
menyatakan dengan pembuatan teras A’yunin, Q. 2008. Prediksi tingkat
gulud mampu menekan laju aliran bahaya erosi dengan metode
permukaan sampai dengan 73% dan USLE di lereng timur Gunung
erosi 95%. Murtilaksono et al. (2009) Sindoro. Skripsi. Fakultas
juga berpendapat bahwa penggunaan Pertanian Universitas Sebelas
teknik mekanik berupa teras gulud Maret. Surakarta. (Tidak
dan rorak yang dilengkapi dengan dipublikasikan).
lubang resapan dan mulsa vertical Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah
mampu menurunkan erosi 41,94 %. dan Air. Edisi Kedua. IPB Press.
Sementara itu Lubis (2004) juga Bogor.
mengatakan bahwa teknik mekanik Asdak, C. 2010. Hidrologi dan
teras gulud, rorak, dan mulsa vertical Pengelolaan Daerah Aliran
mampu menekan aliran permukaan Sungai. Gajah Mada University
sampai 100 %. Press. Yogyakarta.
Ayudyaningrum, P. 2006. Pengaruh
KESIMPULAN jarak simpanan depresi
Besarnya erosi tanah yang terhadap aliran permukaan
terjadi di lahan perkebunan kelapa dan erosi pada tanah latosol
sawit menggunakan metode petak darmaga. Skripsi. Jurusan Tanah.
kecil yaitu tertinggi pada kemiringan IPB. (Tidak dipublikasikan)
9% sebesar 5,38 ton/ha, sedangkan Dariah, A., R. Achmad dan K.
yang terendah pada kemiringan 31% Undang. 2004. Erosi dan
sebesar 2,83 ton/ha degradasi lahan kering di
Besarnya erosi tanah yang Indonesia. Pusat Penelitian dan
terjadi di lahan perkebunan kelapa Pengembangan Tanah
sawit menggunakan metode USLE Agroklimat. Badan Litbang
tertinggi pada kemiringan lahan 31%
yaitu 431,98 ton/ha, sedangkan nilai Hakim, N. M. Y Nyakpa, A. M
pendugaan erosi yang terendah pada Lubis, S. G Nugroho, MR Saul,
kemiringan lahan 9% yaitu 386,55 M. A Diha, G. B Hong, dan H.
ton/ha H Bailey. 1986. Dasar – Dasar
Tingkat bahaya erosi di lahan Ilmu Tanah. Universitas
perkebunan kelapa sawit dengan Lampung. Lampung.
pendugaan erosi metode USLE pada Harjadi, B. dan S. Agtriariny. 1997.
kemiringan 9%, 19%, dan 31% Erodibilitas lahan dan
berturut-turut yaitu 11,64, 12,53 dan toleransi erosi pada berbagai
14,04 yang semuanya termasuk dalam variasi tekstur tanah. Buletin
kategori sangat tinggi.

JOM Faperta Vol. 4 No.1 Februari 2017 14


Pengelolaan DAS, volume 2(3): Pelestarian Lingkungan
19-28. Hidup. Bumi Aksara. Jakarta.
Kartasapoetra, G. dan A. G. Sutedjo. Santosa, W. 1985. Aliran
2005. Teknologi Konservasi permukaan dan erosi pada
Tanah dan Air. Rineka Cipta. tanah yang tertutup oleh
Jakarta. tanaman teh dan hutan alam
Lubis, A. 2004. Pengaruh di Gambung. Tesis. Magister
modifikasi sistem Sains Fakultas Pasca Sarjana
microcactment terhadap aliran Institut Pertanian Bogor, Bogor.
permukaan erosi serta (Tidak dipublikasikan).
pertumbuhan dan produksi Sarief, S . 1989. Fisika-Kimia
kacang tanah pada pertanian Tanah Pertanian. Pustaka
lahan kering. Skripsi. Jurusan Buana. Bandung.
Tanah. IPB. Bogor. (Tidak . 1995. Konservasi Tanah
dipublikasikan) dan Air. Pustaka Buana.
Martono. 2004. Pengaruh intensitas Bandung.
hujan dan kemiringan lereng Seta, A. K. 1991. Konservasi
terhadap laju kehilangan tanah Sumber Daya Tanah dan Air.
pada tanah Regosol kelabu. Kalam Mulia. Jakarta.
Tesis. Megister Teknik Sipil Suripin. 2002. Pelestarian Sumber
Universitas Diponogoro. Daya Tanah dan Air. Andi.
Semarang.(Tidakdipublikasikan). Yogyakarta.
Murtilaksono, K., W. Darmosarkoro, Syah, D., M. A. Rusli, A. Syamaun
E. E. Sigit, H. H. Siregar, dan Y. dan Ali. 2013. Prediksi erosi
Hidayat. 2009. Upaya pada beberapa tingkat umur
peningkatan produksi kelapa kelapa sawit (Elaeis guineensis
sawit melalui Penerapan jacq). Jurnal Manajemen
Teknik Konservasi Tanah dan Sumberdaya Lahan, volume
Air. Jurna Tanah Tropis. Vol 1, 2(4): 304-354.
hlm. 1 s.d 11. Syakir, M., A. David, P. Zulkarnain,
Purwanto, Sukresno, S. A. Cahyono, Syafaruddin dan R. Widi. 2010.
E. Irawan dan D. Yuliantoro. Budidaya Kelapa Sawit. Askar
2013. Nilai ekonomi erosi Media. Bogor.
tanah Ultisols (studi kasus di Winarso, S. 2005. Kesuburan
sub DAS Ngunut, Desa Tanah. Gava Media.
Ngunut, Kec. Jumantono, Yogyakarta.
Kab. Karanganyar, Jawa Ziliwu Y. 2002. Pengaruh
Tengah). Jurnal Teknologi beberapa macam tanaman
Pengelolaan DAS volume IX(2): terhadap aliran permukaan
1-21. dan erosi. Tesis. Program
Putri, L. A. P. 2003. Pengelolaan Megister Teknik Sipil
penutup tanah. repository. Universitas Diponogoro.
Usu.ac.id/bitsream/123456789/1 Semarang (Tidak
130/1/tanah-lollie.pdf.15 dipublikasikan)
Oktober 2016.
Rahim, S. E. 2000. Pengendalian
Erosi Tanah dalam Rangka

JOM Faperta Vol. 4 No.1 Februari 2017 15

You might also like