You are on page 1of 17

JAKP (Jurnal Administrasi dan Kebijakan Publik), Vol.

II Nomor 3, April 2017

(JAKP) Jurnal Administrasi dan Kebijakan Publik


Vol. II Nomor 3, April 2017
ISSN: 2301-4342

Analisis Good Corporate Governance (GCG) Pada Badan Usaha


Milik Daerah (BUMD) Provinsi Sumatera Barat
(Studi Kasus PT Grafika Jaya Sumbar)

Ilham Aldelano Azre


Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara,FISIP Universitas Andalas
Email:Ilham.azre@gmail.com

Abstract
Regional Owned Enterprises or Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) has a role in realizing regional
prosperity by contributing to the receipt of local revenue in the form of dividends or taxes. Challenges
in increasing PAD, one of which can be answered by increasing the role / contribution of BUMD.
Many BUMDs are run inefficiently, the inefficiencies experienced are due to political intervention,
centralization and poor management, rent seeking behavior in policies, and inefficiency in running the
company, and lack of Good Corporate Governance so that the principles of transparency,
accountability, and fairness are the basic problems in the management of BUMD. Most BUMDs in
Indonesia operate under very inefficient conditions. There is a waste of funds here and there because
the managers don't have enough expertise. Sometimes managerial decisions related to new
investments, pricing or other decisions are taken unprofessionally. The intense nuances of collusion,
corruption and nepotism indicate the lack of professionalism of the managers of the BUMD. If at
present many BUMDs are unable to compete with the private sector and eventually fall in the middle
of the road, one reason is the large amount of interference and the slow pace of regional
governments in anticipating changes in business situations and conditions. So far all business
decisions, both strategic and conventional decisions, must always be licensed to the government.
Keywords: Regional-Owned Enterprises, Good Corporate Governance, Political Interventions

Abstrak
BUMD memiliki peran dalam mewujudkan kemakmuran daerah dengan memberikan kontribusi
terhadap Penerimaan PAD baik dalam bentuk deviden atau pajak. Tantangan meningkatkan PAD
salah satunya dapat dijawab dengan meningkatkan peran/kontribusi BUMD. BUMD banyak
dijalankan tidak secara efisien,inefisiensi yang dialami tersebut disebabkan adanya intervensi politik,
sentralisasi dan manajemen yang buruk, perilaku perburuan rente dalam kebijakan, serta ketidak
efisienan dalam menjalankan perusahaan, serta tidak adanya tata kelola perusahaan (Good
Corporate Governance) yang baik sehingga prinsip-prinsip tranparansi, akuntabilitas serta keadilan
menjadi pemasalahan yang mendasar dalam pengelolaan BUMD. Kebanyakan BUMD di Indonesia
beroperasi di bawah kondisi yang sangat tidak efisien. Terjadi pemborosan dana di sana-sini karena
para pengelolanya tidak memiliki keahlian yang cukup. Terkadang keputusan-keputusan manajerial
berkaitan dengan investasi baru, penentuan tarif atau keputusan lain diambil secara tidak profesional.
Pekatnya nuansa kolusi, korupsi dan nepotisme menandakan ketidakprofesionalan para pengelola
BUMD tersebut. Bila saat ini banyak BUMD yang kalah bersaing dengan sektor swasta dan akhirnya
tumbang di tengah jalan, salah satu penyebabnya adalah besarnya campur tangan dan lambannya
pemerintah daerah dalam mengantisipasi perubahan situasi dan kondisi bisnis. Selama ini semua
keputusan bisnis baik yang bersifat strategis maupun keputusan-keputusan konvensional lainnya
harus selalu izin kepada pemerintah.

Kata kunci: Badan Usaha Milik Daerah, Good Corporate Governance, Intervensi Politik

187
menuju masyarakat yang adil dan
makmur. Secara umum BUMD memiliki
PENDAHULUAN fungsi dan peranan yang dibebankan
Otonomi daerah memberikan kepadanya antara lain adalah
keleluasaan kepada daerah untuk (Kamaluddin; 2010):
mengelola daerahnya masing-masing, 1. Melaksanakan kebijakan
kemudian otonomi daerah juga Pemerintah di bidang ekonomi
memberikan kesempatan kepada dan pembangunan daerah.
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) 2. Pemupukan dana bagi
untuk mengelola potensi-potensi bisnis pembiayaan pembangunan
yang ada di daerah. Berdasarkan data daerah.
Badan Kerjasama BUMD Seluruh
Indonesia (BKSBUMDSI), sampai saat 3. Mendorong peran serta
ini jumlah BUMD mencapai 1.174, yang masyarakat dalam bidang usaha.
terdiri dari sektor perbankan, rumah 4. Memenuhi kebutuhan barang
sakit daerah, PDAM, pasar, properti, dan jasa bagi kepentingan publik.
logistik, dan sebagainya. Seiring
dengan semangat otonomi tadi, banyak 5. Menjadi perintis kegiatan dan
bermunculan BUMD baru. Namun tidak usaha yang kurang diminati
sedikit dari BUMD yang didirikan itu, swasta.
hanya sekedar pajangan. Hal ini karena Secara khusus BUMD
belum memiliki core business yang jelas. mempunyai peran dan tugas sebagai
Walaupun secara organisasi sudah ada salah satu sumber pendapatan asli
dan dibentuk melalui Peraturan Daerah daerah (PAD), Dalam pelaksanaan
baik pada tingkat Kota/Kabupaten dan kegiatannya BUMD dituntut untuk lebih
Provinsi. Otonomi daerah telah profesional dan efisien dalam
memberikan nuansa baru dalam melaksanakan usahanya (Kamaluddin;
penyelenggaraan pemerintahan di 2010). Untuk pelaksanaan kegiatan
daerah, diantaranya: usahanya BUMD berorientasi kepada
a) Berusaha menarik investor untuk dua fungsi, yaitu Profit Service, dan
menanamkan investasinya; Public Service (Purwadi; 2002) :
b) Menyusun Peraturan Daerah
sebagai dasar legitimasi untuk Dalam perspektif bisnis, BUMD
menarik berbagai iuran sehingga menjadi alat utnuk menambah PAD dan
PAD meningkat; memperoleh keuntungan. Indikator
c) Membentuk BUMD. keberhasilan sebuah BUMD dapat
dilihat dari kedudukan dalam pasar
BUMD didirikan berdasarkan UU (market share), sumbangan kepada
nomor 5 Tahun 1962 tentang keuangan daerah, sumbangan kepada
Perusahaan Daerah. Dalam pasal 5 kegiatan perekonomian dan
ayat (2) UU No. 4 Tahun 1962 tertuang pembangunan daerah. Sedangkan
tujuan pendirian BUMD ini adalah untuk untuk BUMD yang bergerak dibidang
bisa turut serta melaksanakan kemanfaatan umum (public utility),
pembangunan daerah khususnya dan maka indikator keberhasilan tersebut
pembangunan ekonomi nasional pada akan tampak dari kemampuannya
umumnya dalam rangka ekonomi dalam menyediakan barang yang
terpimpin untuk memenuhi kebutuhan dibutuhkan masyarakat baik dalam
rakyat dengan mengutamakan kuantitas maupun kualitas yang
industrialisasi dan ketentraman serta memadai (Purwadi; 2002).
kesenangan kerja dalam perusahaan
JAKP (Jurnal Administrasi dan Kebijakan Publik), Vol. II Nomor 3, April 2017

Sebagai salah satu pelaku PAD yang berasal dari hasil


ekonomi di daerah, BUMD diharapkan pengelolaan kekayaan daerah yang
dapat menjadi salah satu penggerak dipisahkan merupakan pendapatan
bagi perekonomian daerah, antara lain yang berasal dari Perusahaan Daerah
melalui kegiatan usaha dalam rangka (PD) atau Badan Usaha Milik Daerah
memenuhi kebutuhan masyarakat baik (BUMD).
berupa barang maupun jasa.
Dalam perkembangan dunia
Kemampuan untuk bersaing dengan
usaha, BUMD dihadapkan tantangan
dunia usaha swasta akan menjadi tolak
yang berat. Sebagai wujud nyata dari
ukur keberhasilan dalam menjalankan
investasi daerah, BUMD mau tidak mau
peran tersebut, khususnya bagi BUMD
akan menghadapi persaingan yang
yang bergerak dalam bidang public
semakin tinggi dengan masuknya pasar
service dan profit motive. Seiring
global. Pilihannya adalah apakah BUMD
dengan semangat otonomi daerah,
tersebut harus tetap dengan kondisinya
BUMD-BUMD baru pun bermunculan.
saat ini atau mengikuti persaingan itu
Namun tidak sedikit dari BUMD yang
dengan melakukan perubahan pada visi,
didirikan itu, hanya sekedar pajangan.
misi, dan strategi bisnisnya. Harapan
Karena belum memiliki core business.
peranan ideal yang dimiliki BUMD
BUMD memiliki peran dalam tersebut terhambat dengan kondisi
mewujudkan kemakmuran daerah BUMD saat ini. Terdapat berbagai
dengan memberikan kontribusi terhadap permasalahan yang dihadapi BUMD
penerimaan PAD baik dalam bentuk baik masalah internal yang berkaitan
deviden atau pajak. Tantangan dengan manajemen perusahaan
meningkatkan PAD salah satunya dapat ataupun masalah eksternal yang
dijawab dengan meningkatkan berkaitan dengan tingkat persaingan
peran/kontribusi BUMD. Secara makro, yang sangat tinggi dan perubahan
peranan PD/BUMD terhadap lingkungan usaha yang menimbulkan
perekonomian daerah dapat diukur ancaman bagi kelangsungan hidup
melalui kontribusi nilai tambahnya perusahaan.
terhadap Pendapatan Domestik
Berdasarkan penelitian yang
Regional Bruto (PDRB) dan
dilakukan Purwadi, terdapat 11 (sebelas)
kemampuannnya menyerap tenaga
masalah umum yang dimiliki BUMD,
kerja. Aspek utama dalam manajemen
yaitu (Purwadi; 2002) :
penerimaan daerah yang perlu
mendapat perhatiaan serius adalah 1. Campur tangan birokrasi tinggi;
pengelolaan pendapatan asli daerah
(PAD). PAD harus menjadi bagian 2. Kondisi mesin dan peralatan yang
sumber keuangan terbesar bagi sudah ketinggalan;
pelaksanaan otonomi daerah. Hal ini 3. Lemahnya kemampuan permodalan;
menunjukkan bahwa PAD merupakan
tolak ukur terpenting bagi kemampuan 4. Banyaknya asset perusahaan yang
daerah dalam menyelenggarakan dan tidak produktif (idle capacity),
mewujudkan otonomi daerah, sehingga seperti tanah dan bangunan yang
PAD mencerminkan kemandirian suatu menyebabkan overhead relatif
daerah. PAD dapat berasal dari pajak tinggi;
daerah, retribusi daerah, hasil 5. Keterampilan pegawai pada
pengelolaan kekayaan daerah yang umunya masih rendah;
dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah.

189
JAKP (Jurnal Administrasi dan Kebijakan Publik), Vol. II Nomor 3, April 2017

6. Kurang jelasnya dasar hukum yang juga diperiksa kantor akuntan publik
digunakan, tidak sesuai dengan (KAP) yang independen. Dan perlu
kondisi saat ini; dicatat, pemeriksaan laporan keuangan
oleh BPK ini, sudah tak berlaku lagi di
7. Marketing system yang dilakukan
BUMN. Tidak adanya equal treatment
oleh BUMD relatif lemah;
bagi BUMD (yaitu sebagai perusahaan
8. Adanya persaingan dari pihak yang dituntut harus laba),
swasta yang memproduksi barang menyebabkan BUMD tidak dapat
sejenis; bersaing secara seimbang dengan
BUMN dan swasta yang lebih lincah.
9. Kurang berfungsinya Badan BUMD juga menghadapi masalah
Pengawas; seperti minimnya permodalan akibat
10. Perusahaan-perusahaan daerah kurangnya perhatian dari pemilik
pada umumnya mempunyai posisi (dalam hal ini pemerintah
debt equity ratio yang tidak daerah/Pemda). Kalaupun ada Pemda
menguntungkan, sehingga resiko yang memiliki perhatian lebih terhadap
finansial dari perusahaan relatif aspek permodalan BUMN, itu pun
tinggi; masih harus menghadapi ganjalan
politik, karena interpretasi yang keliru
11. Beban keharusan untuk menyetor dari para politisi DPRD dalam
sebagian laba; memahami peraturan. Akibatnya,
12. Masih dipertahankannya BUMD proses penguatan permodalan BUMD
yang merugi; menjadi tidak efisien(Sunarsip; 2009).
Pertama, masalah efisiensi.
13. Adanya BUMD yang pendiriannya Kebanyakan BUMD di Indonesia
dipaksakan, walaupun secara beroperasi dibawah kondisi yang sangat
ekonomis tidak layak didirikan (tidak tidak efisien. Terjadi pemborosan dana
feasible), dengan alasan di sana-sini karena para pengelolanya
menyangkut kebutuhan pelayanan tidak memiliki keahlian yang cukup.
umum sehingga usahanya tidak Terkadang keputusan-keputusan
efisien (merugi). manajerial berkaitan dengan investasi
Dari aspek governance, misalnya, baru, penentuan tarif atau keputusan
institusi BUMD masih diperlakukan lain diambil secara tidak profesional.
sama dengan institusi pemerintah. Besarnya indikasi kolusi, korupsi dan
Padahal, BUMD bukanlah institusi nepotisme menandakan
pemerintah. Implikasinya, berbagai ketidakprofesionalan para pengelola
kewajiban yang melekat pada BUMD tersebut. Di samping itu,
pemerintah, melekat pula pada BUMD. inefisiensi BUMD juga bersumber dari
Sebagai contoh, BUMD masih harus pemanfaatan teknologi yang sudah
mengikuti ketentuan pengadaan barang ketinggalan zaman. Kebanyakan BUMD
yang diberlakukan di pemerintahan, beroperasi dengan mesin-mesin
yang semestinya tidak perlu karena peninggalan kolonial yang umurnya
BUMD adalah perusahaan. BUMD juga sampai saat ini sudah puluhan tahun
masih harus menjalani pemeriksaan lamanya. Bahkan ada mesin yang
atas laporan keuangan oleh Badan umurnya lebih tua dari karyawan yang
Pemeriksa Keuangan (BPK) karena paling tua sekalipun. Melihat kondisi ini,
alasan keuangan negara. Padahal, jelas bahwa beban pemeliharaan mesin
sebagai perseroan terbatas (PT), BUMD

190
JAKP (Jurnal Administrasi dan Kebijakan Publik), Vol. II Nomor 3, April 2017

tidak sebanding dengan output yang dari jabatan tersebut. Dalam kondisi
diperoleh dari mesin tua tersebut. seperti ini, posisi perusahaan daerah
Kedua, masalah intervensi dan seakan-akan menjadi anak ayam yang
birokrasi. Bila saat ini banyak BUMD berusaha hidup dan mengais-ngais
yang kalah bersaing dengan sektor makanan tanpa tuntunan sang induk.
swasta dan akhirnya tumbang ditengah BUMN dan BUMD yang
jalan, salah satu penyebabnya adalah dijalankan tidak secara efisien.
besarnya campur tangan dan Inefisiensi yang dialami tersebut
lambannya pemerintah daerah dalam disebabkan adanya intervensi politik,
mengantisipasi perubahan situasi dan sentralisasi dan manajemen yang buruk.
kondisi bisnis. Selama ini semua Di era globalisasi BUMN dan BUMD
keputusan bisnis baik yang bersifat menghadapi beberapa tekanan dan
strategis maupun keputusan-keputusan tuntutan antara lain:
konvensional lainnya harus selalu  Regulation & Political Pressure
meminta izin kepada pemerintah.  Social Pressure
Masalahnya, respon pemerintah  Rent Seeking Behaviaour
seringkali lambat. Keputusan dari  Economic & Efficiency
pemerintah itu seringkali dikeluarkan Melihat dari fungsinya, BUMD
dalam hitungan bulanan atau bahkan didirikan bertujuan untuk turut serta
tahunan. Bisa dibayangkan, jika suatu melaksanakan pembangunan daerah
BUMD mengajukan proposal investasi dan pembangunan ekonomi nasional
mesin baru saat ini dan keputusan "ya" untuk memenuhi kebutuhan rakyat
atau "tidak" baru datang setahun menuju masyarakat yang adil dan
kemudian. makmur. Namun hingga saat ini, tujuan
Ketiga, pengendalian dan tersebut belum secara nyata diwujudkan
pengawasan. Selaku pemilik, oleh PD/BUMD. Kontribusi BUMD
Pemerintah Daerah memiliki dalam menghasilkan PAD masih sangat
kewenangan untuk mengawasi minim, bahkan kalau dilihat dalam
perkembangan BUMD-BUMD kasus BUMD Sumatera Barat saat ini
diwilayahnya. Pemerintah daerah hanya menurut Arkadius Wakil Ketua
biasanya membentuk badan pengawas, DPRD Provinsi Sumbar “BUMD di
yang bertindak seperti dewan Sumatera Barat banyak yang gagal
komisaris pada perusahaan dalam menjalankan usahanya sehingga
swasta. Anggotanya terdiri dari para gagal dalam mendatangkan deviden
pejabat dilingkungan pemda, yang yang mempunyai pengaruh terhadap
terkadang tidak mempunyai latar PAD Sumatera Barat”
belakang bisnis sama sekali. Biasanya, Kondisi umum BUMD di
badan pengawas ini tidak melakukan Sumatera Barat saat ini tidak optimal
kegiatan sesuai tugas dan fungsinya, dalam pengembangannya, menurut
yaitu selaku wakil pemerintah daerah Gubernur Sumatera Barat Irwan
untuk mengawasi jalannya perusahaan Prayitno: “Dari enam BUMD Pemprov
daerah. Para anggota badan pengawas Sumbar, hanya dua yang masih merugi.
rata-rata menyatakan tidak sempat Yakni, PT Andalas Tuah Sakato, PT
memikirkan perkembangan usaha Dinamika. Sementara Bank Nagari,
daerah, karena sudah sibuk dengan Grafika, Pembangunan Sumbar sudah
tugas dalam jabatan formalnya sendiri- beruntung. Khusus untuk Balairung,
sendiri. Tetapi, ironisnya mereka secara bisnis untung, namun pada audit
senang-senang saja menerima "gaji" dicatat merugi. Alasannya, tingginya

191
JAKP (Jurnal Administrasi dan Kebijakan Publik), Vol. II Nomor 3, April 2017

penyusutan nilai ekonomis gedung BUMD paling sedikit harus memenuhi


menyedot keuntungan bisnis. Pada unsur:
umumnya BUMD masih terbelenggu 1. Tata cara penyertaan modal
birokrasi pemerintah daerah. Akibatnya 2. Organ dan kepegawaian
perusahaan tersebut sulit 3. Tata cara evaluasi
mengembangkan sayap bisnis. 4. Tata kelola perusahaan yang baik
Sehingga BUMD di Sumbar belum 5. Perencanaan, pelaporan,
sepenuhnya memberikan manfaat dan pembinaan, dan pengawasan
dampak sesuai dengan maksud 6. Kerjasama
pendiriannya. Untuk itu ke depan BUMD 7. Penggunaan laba
harus mengembangkan diri, serta 8. Penugasan pemerintah daerah
menerapkan sistem good corporate 9. Pinjaman
governance (perusahaan yang bersih) 10. Satuan pengawas intern, komite
(sumber;http://hariansinggalang.co.id/du audit, dan komite lainnya
a-bumd-sumbar-masih-merugi/). 11. Penilaian tingkat kesehatan,
Lebih lanjut Irwan Prayitno restrukturisasi, dan privatisasi
menjelaskan mengenai peranan BUMD 12. Perubahan bentuk hukum
di Sumatera Barat: “BUMD di Sumbar 13. Kepailitan, dan
belum sepenuhnya memberikan 14. Penggabungan, peleburan, dan
manfaat dan dampak sesuai dengan pengambil alihan.
maksud pendiriannya. UKM memiliki Terkait dengan GCG, maka
peran yang penting dalam menjaga unsur “Tata kelola perusahaan yang
kestabilan pertumbuhan ekonomi di baik” merupakan unsur yang harus ada
sumbar dimana sampai saat ini jumlah dalam pengelolaan BUMD. Jika dalam
persentase UMKM yang ada di Sumbar UU sudah diwajibkan, maka yang
mencapai 98 persen” dibutuhkan selanjutnya dalam
Pada tahun 2014, pemerintah penerapannya adalah adanya peraturan
menetapkan Undang-Undang Nomor 23 turunan, baik Peraturan Pemerintah
Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. ataupun Peraturan Daerah. BUMD yang
Dalam UU tersebut BUMD disebutkan berbentuk perusahaan umum daerah,
sebagai badan usaha yang seluruh atau pengelolaannya harus tunduk pada
sebagian besar modalnya dimiliki oleh Peraturan Daerah tempat BUMD
daerah. Bentuk dari BUMD menurut UU tersebut berada. Pengawasan dan
tersebut dapat berupa Perusahaan pembinaan dari BUMD bentuk ini
Umum Daerah (seluruh modalnya dilakukan oleh Kepala Daerah selaku
dimiliki oleh satu daerah) dan wakil daerah sebagai pemilik modal,
Perusahaan Perseroan Daerah direksi, dan dewan pengawas. Kepala
(berbentuk PT dengan saham Daerah bisa melakukan intervensi
seluruhnya atau paling sedikit 51% terhadap kebijakan atau strategi yang
dimiliki oleh satu daerah). diambil oleh BUMD untuk kepentingan
Bagaimana dengan kewajiban daerahnya. Jadi, keseriusan dalam
penerapan governance di BUMD, dalam penerapan GCG untuk BUMD bentuk ini
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 sangat bergantung pada komitmen dari
tentang Pemerintah Daerah ini Pemerintah Daerah tempat BUMD
mengatur secara umum mengenai tersebut bernaung.
penerapan GCG di BUMD. Pada pasal Sedangkan untuk BUMD yang
343, disebutkan bahwa pengelolaan berbentuk Perusahaan Perseroan
Daerah diwajibkan untuk tunduk pada

192
JAKP (Jurnal Administrasi dan Kebijakan Publik), Vol. II Nomor 3, April 2017

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 dengan pola, konsep, ciri dan dimensi
tentang Perseroan Terbatas. Hal yang dari fenomena yang diamati (Neuman,
berkaitan dengan GCG dalam UU PT 1997).
dan peraturan pelaksanaannya Pengembangan model kebijakan
adalah:“Bahwa berlakunya undang- yang terkait dengan Badan. Usaha Milik
undang ini, anggaran dasar Perseroan, Daerah ini harus berangkat dari kajian
dan ketentuan peraturan perundang- empiris dengan mengumpulkan data-
undangan ini, tidak mengurangi data, terutama yang terkait dengan
kewajiban setiap perseroan untuk pengelolaan BUMD. Dari sinilah analisa
menaati asas itikad baik, asas tentang bagaimana penerapan Good
kepantasan, asas kepatutan, dan Corporate Governance dan faktor politik
prinsip tata kelola perseroan yang baik dilakukan. Inilah dasar utama mengapa
(GCG) dalam menjalankan perseroan”. teknik ini sesuai untuk menganalisis
Dengan kata lain, BUMD yang masalah dalam penelitian ini.
berbentuk perusahaan perseroan Pengumpulan data dalam
daerah memiliki kewajiban untuk penelitian ini dilakukan dengan empat
menerapkan GCG, baik berdasarkan cara sebagai berikut.
UU Pemerintah Daerah maupun UU 1. Wawancara mendalam (in depth
Perseroan Terbatas. Apakah interview) Wawancara ini dilakukan
pemerintah daerah telah menyadari itu? untuk memperoleh data primer yang
Apakah pemerintah daerah telah sesuai dengan masalah penelitian
memiliki komitmen untuk melaksanakan yang dikaji. Wawancara mendalam
kewajiban tersebut? Padahal, apabila dilakukan pada informan yang
pemerintah daerah maupun pengelola memahami fenomena yang
BUMD dapat menyadari, penerapan berkaitan dengan masalah yang
GCG dapat menaikkan nilai perusahaan diteliti. Wawancara ini dilakukan
dan menarik minat investor. Apalagi dengan menggunakan dua metode,
kalau BUMD tersebut memiliki rencana yaitu wawancara terstruktur dengan
atau telah menjadi perusahaan terbuka, mempersiapkan panduan
maka penerapan GCG akan memegang wawancara yang membantu peneliti
peranan yang lebih penting lagi. mendapatkan data yang dicari.
Selain itu, juga digunakan metode
METODE PENELITIAN wawancara tidak terstruktur yang
Penelitian ini menggunakan dilakukan secara bebas tidak terikat
pendekatan kualitatif dengan teknik dengan pedoman wawancara tapi
grounded theory untuk menjawab tetap fokus kepada masalah yang
permasalahan dalam kajian ini. Teknik diteliti. Ini bertujuan untuk
grounded theory ini sesuai dengan melengkapi data dari wawancara
permasalahan yang dikaji karena ingin terstruktur yang sudah dilakukan.
mengkonstruksi konsep/proposisi terkait 2. Studi Kepustakaan (library research)
dengan transformasi bentuk 3. Studi Dokumentasi Data
pengelolaan BUMD yang masih bersifat dokumentasi dalam penelitian ini
birokratis dan penuh dengan motif-motif terkait dengan bahan-bahan
politik menuju GCG. Konstruksi sekunder berupa notulensi rapat,
konsep/proposisi ini sangat sesuai peraturan daerah/kebijakan kepala
dengan teknik ini karena grounded daerah, literatur yang relevan, arsip-
theory menumpukan kepada kedalaman arsip terkait dengan pengelolaan
data yang dicari, terutama yang terkait BUMD. Data-data tersebut

193
JAKP (Jurnal Administrasi dan Kebijakan Publik), Vol. II Nomor 3, April 2017

dipelajari untuk menambah yang mendukung. Adapun unsur-unsur


khasanah untuk menganalisis tersebut adalah:
masalah penelitian.
Analisis data merupakan proses A. Corporate governance- internal
pengaturan secara sistematis transkrip perusahaan
wawancara, catatan lapangan dan Unsur-unsur yang berasal dari
bahan lapangan lainnya yang perusahaan adalah:
dikumpulkan untuk meningkatkan
pemahaman atau menjelaskan sesuatu 1) Pemegang saham;
sehingga mudah dimengerti. Di samping 2) Direksi;
perolehan data dari pelaporan “on the 3) Dewan komisaris;
spot”, data yang banyak tersebut juga 4) Manajer;
harus direduksi dengan jalan membuat 5) Karyawan;
abstraksi sebagai sebuah rangkuman 6) Sistem remunerasi berdasarkan
yang inti. Analisis dilakukan kinerja;
berdasarkan pandangan-pandangan 7) Komite audit.
informan (emik) yang sudah divalidasi Unsur-unsur yang selalu diperlukan di
dengan menggunakan metode dalam perusahaan, antara lain meliputi:
triangulasi. Menurut Miles & Huberman
1) Keterbukaan dan kerahasiaan;
(1984), triangulasi yang dilakukan
2) Transparansi;
mengarah pada crosscheck keabsahan
3) Akuntabilitas;
sumber data, diskusi sejawat peneliti
4) Kesetaraan;
dan konsep dan pemeriksaan teori yang
5) Aturan dari code of conduct.
digunakan. Selanjutnya data yang
B. Corporate governance- eksternal
sudah direduksi dan disederhanakan
perusahaan
dikonversi serta dipaparkan dengan
menggambarkan realita empiris untuk Unsur-unsur yang berasal dari
menjawab masalah penelitian. Data luar perusahaan adalah:
akan diorganisasikan dengan membuat
ringkasan terstruktur dalam bentuk teks, 1) Kecukupan undang-undang dari
matrik, rumusan model yang sesuai perangkat hukum;
dengan tujuan penelitian. 2) Investor;
Lokasi Penelitian dilakukan di 3) Institusi penyedia informasi;
BUMD yaitu PT Grafika Jaya Sumbar. 4) Akuntan publik;
Adapun informan utama dalam 5) Pemberi pinjaman;
penelitian kali ini adalah sebagai berikut: 6) Institusi yang memihak
1. Direksi dan Komisaris PT Grafika kepentingan publik bukan
Jaya Sumbar golongan;
2. Pemerintah Daerah Provinsi 7) Lembaga yang mengesahkan
Sumatera Barat atau Pemegang legalitas.
Saham PT Grafika Jaya Sumbar
Unsur-unsur yang selalu
3. Ketua dan Anggota Komisi II Bidang
diperlukan diluar perusahaan antara lain
Perekonomian DPRD Provinsi
meliputi:
Sumbar
1) Aturan dari code of conduct;
HASIL DAN PEMBAHASAN 2) Kesetaraan;
Dalam penerapan good 3) Akuntabilitas;
corporate governance dibutuhkan unsur 4) Jaminan hukum.

194
JAKP (Jurnal Administrasi dan Kebijakan Publik), Vol. II Nomor 3, April 2017

Dari aspek governance, misalnya, karena dikelola secara bisnis,


institusi BUMD masih diperlakukan walaupun politisi. Grafika inovasinya
sama dengan institusi pemerintah. craton cristin hakim, mesin ado tapi
Padahal, BUMD bukanlah institusi tidak dipakai, masalahnya lagi bahan
pemerintah. Implikasinya, berbagai dari Lampung. Kalau balerung
kewajiban yang melekat pada inovasinya kan bukan pada produk ya,
pemerintah, melekat pula pada BUMD. tapi jasa. Itu ada even-even, menu-
Sebagai contoh, BUMD masih harus menu, dll. Balerung memiliki untung
mengikuti ketentuan pengadaan barang Cuma dimakan oleh penyusutan-
yang diberlakukan di pemerintahan, penyusutan tadi, modal tidak
yang semestinya tidak perlu karena berputar.”
BUMD adalah perusahaan. BUMD juga
masih harus menjalani pemeriksaan Perkembangan regulasi terkait
atas laporan keuangan oleh Badan BUMD tidak terlepas dari
Pemeriksa Keuangan (BPK) karena perkembangan peraturan perundang-
alasan keuangan negara. Padahal, undangan tentang BUMN. Cikal bakal
sebagai perseroan terbatas (PT), BUMD regulasi tentang BUMD adalah Undang-
juga diperiksa kantor akuntan publik Undang No 5/1962 tentang Perusahaan
(KAP) yang independen. Dan perlu Daerah yang penyusunannya diilhami
dicatat, pemeriksaan laporan keuangan dari terbitnya Perpu Nomor 17/1960
oleh BPK ini, sudah tak berlaku lagi di tentang Perusahaan Negara.
BUMN. Tidak adanya equal treatment Berdasarkan UU 5/1962, Perusahaan
bagi BUMD (yaitu sebagai perusahaan Daerah adalah perusahaan yang
yang dituntut harus laba), seluruh atau sebagian besar modalnya
menyebabkan BUMD tidak dapat berasal dari kekayaan daerah yang
bersaing secara seimbang dengan dipisahkan. Definisi serupa disebutkan
BUMN dan swasta yang lebih lincah. dalam UU Nomor 23 Tahun 2014
BUMD juga menghadapi masalah tentang Pemerintahan Daerah dengan
minimnya permodalan akibat kurangnya istilah yang berbeda, yaitu BUMN. Pada
perhatian dari pemilik (dalam hal ini Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 huruf
pemerintah daerah/Pemda). Kalaupun 40 disebutkan bahwa “Badan Usaha
ada Pemda yang memiliki perhatian Milik Daerah yang selanjutnya disingkat
lebih terhadap aspek permodalan BUMD adalah badan usaha yang
BUMN ini, itu pun masih harus seluruh atau sebagian besar modalnya
menghadapi ganjalan politik, karena dimiliki oleh Daerah”.
interpretasi yang keliru dari para politisi UU Nomor 23 Tahun 2014
DPRD dalam memahami peraturan. Tentang Pemerintahan Daerah,
utamanya Pasal 343 tentang
Dalam wawancara dengan Pengelolaan BUMD, menyebutkan
Muslim Harun Komisaris PT Grafika bahwa Pengelolaan BUMD paling
menjelaskan: sedikit harus memenuhi unsur tata cara
penyertaan modal, organ dan
“Benang merahnya di BUMD itu kepegawaian, tata cara evaluasi, tata
ambo caliak kini Grafika ya, adalah kelola perusahaan yang baik,
inovasi ndak ado, pembukuan kurang perencanaan, pelaporan, pembinaan,
bagus, komisariskan cuma pengawasan, kerjasama, penggunaan
menyarankan. Trus kurang bebas laba, penugasan Pemerintah Daerah,
bergerak dan hutang yang banyak. pinjaman, satuan pengawas intern,
Kalau Grafika sudah mulai bagus komite audit dan komite lainnya,

195
JAKP (Jurnal Administrasi dan Kebijakan Publik), Vol. II Nomor 3, April 2017

penilaian tingkat kesehatan, Jaya Sumbar dalam Wawancara


restrukturisasi, privatisasi, perubahan mengatakan:
bentuk hukum, kepailitan, dan
penggabungan, peleburan, dan “Kami dalam laporan keuangan
pengambilalihan. diaudit oleh KAP dan Inspektorat
Aturan ini mengharuskan BUMD yang kemudian dilaporkan kepada
untuk mengelola perusahaan dengan DPRD dalam menjalankan fungsi
baik atau memulai menerapkan/ pengawasannya. Selain itu juga
mengimplementasikan GCG dalam dibahas dalam RUPS dimana
pengelolaan Perusahaan. Penerapan pemegang saham melakukan
asas GCG ini meliputi sejumlah prinsip evaluasi terhadap kinerja direksi dan
dasar antara lain transparansi, komisaris.”.
akuntabilitas, kemandirian, Keterbukaan juga bisa
pertanggungjawaban.Transparansi atau diterjemahkan ke dalam bentuk lainnya,
keterbukaan merupakan asas yang seperti penerbitan laporan-laporan
selalu diterapkan dalam menjalankan secara berkala dan tepat waktu, yang
bisnis. Keterbukaan ini bisa diwujdukan mencakup Laporan Keuangan Triwulan,
melalui penyediaan informasi yang Laporan Keuangan Semester, dan
relevan serta dengan cara yang mudah Laporan Keuangan Tahunan yang
diakses dan dipahami oleh pemangku diaudit, serta Laporan Tahunan.
kepentingan. Informasi yang seluas- Informasi juga diberikan melalui
luasnya diberikan kepada publik dan paparan publik, media cetak dan
pemegang saham, sehingga prinsip elektronik. Selain itu, perusahaan juga
keterbukaan bisa terbangun. harus memiliki sistem pengelolaan yang
Dasril Direktur Utama PT Grafika mendukung terciptanya kejelasan fungsi,
menejelaskan mengenai transparansi pelaksanaan dan pertanggungjawaban
yang dijalankan oleh perusahannya: kinerja organ perusahaan. Prinsip-
“Kami diaudit oleh akuntan prinsip akuntabilitas diterapkan antara
publik umum, dibawa rapat pada lain melalui langkah-langkah pelaporan
seluruh kabupaten kota karena Direksi kepada Dewan Komisaris
mereka pemegang sahamnya selain mengenai encana anggaran tahunan
itu kami juga memberikan setiap dan evaluasi bersama atas kinerja
akses data didalam website kami baik keuangan perusahaan, penyampaian
itu berupa laporan keuangan, laporan laporan keuangan pada RUPS tahunan,
direksi dan audit dari KAP yang telah pembentukan Audit Internal dan
ditunjuk. Kami juga melaporkan penunjukan auditor eksternal, serta
kepada DPRD dan pemerintah pemberlakuan etika bisnis dan
kabupaten kota yang juga memeliki pedoman perilaku Perusahaan.
saham di Grafika Jadi laporannya Bagaimana dengan asas
pada DPRD, seluruh kabupaten kota akuntabilitas atau pertanggungjawaban,
dan nanti dilaporkan pula pada akuntabilitas dimaksudkan sebagai
DPRDnya, jadi laporannya dibawa prinsip mengatur peran dan
kemasing-masing kabupaten kota dan tanggungjawab manajemen agar dalam
dilaporkan ke DPRDnya.” mengelola perusahaan dapat
Sementara di PT Grafika Jaya mempertanggungjawabkan serta
Sumbar terjadi hal sebaliknya. Menurut mendukung usaha untuk menjamin
Muslim Harun Komisaris PT Grafika penyeimbang kepentingan manajemen
dan pemegang saham, sebagaimana

196
JAKP (Jurnal Administrasi dan Kebijakan Publik), Vol. II Nomor 3, April 2017

yang diawasi oleh dewan komisaris. commissioners sebanyak 4 orang atau


Dewan komisaris dalam hal ini 30,76%, businessmen/skilled worker
memberikan pengawasan terhadap commissioners sebanyak 5 orang atau
manajemen mengenai kinerja dan 38,46%,academic
pencapaian target return bagi commissioners sebanyak 1 orang atau
pemegang saham. Supaya prinsip 7,69%, pensioner
akuntabilitas ini efektif, maka harus commissionerssebanyak 1 orang atau
dijaga independensinya dari pengaruh 7,69%, dan big fish commissioners
manajemen. Menurut Miko Kamal (2009) sebanyak 2 orang atau 15,38%.
tipe komisaris yang terbagi 5,
yaitu public servant commissioners, Ada yang mencolok dari temuan
yaitu komisaris yang dijabat oleh tipe komisaris di 6 BUMD Sumbar
pejabat pemerintah; tersebut yaitu banyaknya jumlah
businessmen/skilled worker komisaris yang berasal dari kalangan
commissioners adalah komisaris yang pejabat pemerintah (public servant
berasal dari pebisnis atau pekerja yang commissioners) yaitu sebesar 30,76%.
memiliki keahlian khusus; academic Pengangkatan para pejabat pemerintah
commissioners yakni kalangan sebagai komisaris di 6 BUMD telah
akademisi (misalnya dekan sebuah melanggar Pasal 17 huruf a Undang-
fakultas) yang ditempatkan sebagai Undang No. 25 Tahun 2009 tentang
komisaris; pensioner Pelayanan Publik, yang menyatakan
commissioners adalah komisaris yang bahwa pelaksana pelayanan publik
diangkat dari kalangan pensiunan; dan (pejabat pemerintah) dilarang
terakhir adalah big fish ‘merangkap sebagai komisaris atau
commissioners yakni komisaris yang pengurus organisasi usaha bagi
diangkat karena mereka dianggap pelaksana yang berasal dari lingkungan
berpengaruh di lingkungan mereka. Ciri instansi pemerintah, badan usaha milik
utama dari kelima tipe komisaris BUMN negara, dan badan usaha milik daerah’.
tersebut adalah komisaris adalah orang- Sebagaimana halnya di BUMN, posisi
orang sibuk; komisaris adalah pekerjaan komisaris BUMD juga dipandang
sampingan (side job); komisaris adalah sebelah mata. Dari 6 BUMD tersebut,
jatah para pensiunan; dan komisaris hanya ditemukan 2 BUMD yang
adalah haknya para tokoh-tokoh yang memuat aturan tentang keharusan
dianggap berpengaruh, lebih lanjut Miko menyelenggarakan fit and proper test
Kamal menjelaskan unsur komisaris dalam memilih komisaris. Sebaliknya,
dalam perusahaan memegang peranan pemilihan direksi semua BUMD harus
penting dalam penerapan GCG dalam melalui proses fit and proper test.
sebuah perusahaan. Tumpukan kewenangan mengangkat
Komisaris di 6 BUMD berjumlah dan memberhentikan direksi dan
13 orang. Bank Nagari memiliki 6 komisaris BUMD di tangan pemerintah
komisaris. GJS mempekerjakan 2 orang merupakan isu lainnya. Penumpukan
komisaris. Masing-masing 1 orang kewenangan itu menjadi faktor utama
komisaris bekerja di DJS dan ATS. yang berkontribusi terhadap lemahnya
BCJS memiliki 2 orang komisaris, dan 3 kualitas pengawasan.
orang komisaris mengabdi di JS.
Sebagaimana halnya di BUMN, di Perusahaan dituntut untuk
BUMD Sumbar juga eksis 5 tipe menjunjung tinggi kepatuhan terhadap
komisaris, yakni public servant peraturan perundang-undangan serta

197
JAKP (Jurnal Administrasi dan Kebijakan Publik), Vol. II Nomor 3, April 2017

melaksanakan tanggung jawab control) secara obyektif dan


terhadap masyarakat dan lingkungan. bertanggung jawab.
Hal ini dimaksudkan untuk menjaga
kesinambungan usaha dalam jangka Keberhasilan penerapan good
panjang dan mendapatkan pengakuan corporate governance juga memiliki
sebagai warga korporasi yang baik. prasyarat tersendiri. Terdapat dua faktor
Good corporate governance dapat yang memegang peranan, antara lain:
memberikan kerangka acuan yang
memungkinkan pengawasan berjalan 1. Faktor Eksternal
efektif, sehingga dapat tercipta Maksud dari faktor eksternal
mekanisme checks and balance di adalah beberapa faktor yang berasal
perusahaan. Penerapan good corporate dari luar perusahaan yang sangat
governance perlu didukung oleh tiga mempengaruhi keberhasilan penerapan
pilar yang saling berhubungan, yaitu good corporate governance, diantaranya:
negara dan perangkatnya sebagai
regulator, dunia usaha sebagai pelaku a. Terdapatnya sistem hukum yang
pasar, dan masyarakat sebagai baik sehingga mampu menjamin
pengguna produk dan jasa dunia usaha. berlakunya supremasi hukum yang
Berdasarkan Pedoman Good Corporate konsisten dan efektif.
Governance Perbankan Indonesia yang
dikeluarkan oleh Komite Nasional b. Dukungan pelaksanaan good
Kebijakan Corporate Governance pada corporate governance dari sektor
17 Oktober 2006 prinsip dasar yang publik/lembaga pemerintahan yang
harus dilaksanakan oleh masing-masing diharapkan dapat pula
pilar adalah : melaksanakan good governance
dan clean governance yang
1. Negara dan perangkatnya sebenarnya. Terdapatnya contoh
menciptakan peraturan pelaksanaan good corporate
perundang-undangan yang governance yang tepat (best
menunjang iklim usaha yang practices) dapat menjadi standar
sehat, efisien dan transparan, pelaksanaan good corporate
melaksanakan peraturan governance yang efektif dan
perundang-undangan dan profesional. Dengan kata lain
penegakan hukum secara semacam brenchmark (acuan)
konsisten (consistent law
c. Terbangunnya sistem tata nilai
enforcement).
sosial yang mendukung penerapan
2. Dunia usaha sebagai pelaku
good corporate governance di
pasar menerapkan good
masyarakat. Ini penting karena
corporate governance sebagai
melalui sistem ini diharapkan timbul
pedoman dasar pelaksanaan
partisipasi aktif berbagai kalangan
usaha.
masyarakat untuk mendukung
3. Masyarakat sebagai pengguna
aplikasi serta sosialisasi good
produk dan jasa dunia usaha
corporate governance secara
serta pihak yang terkena dampak
sukarela.
dari keberadaan perusahaan,
menunjukkan kepedulian dan d. Hal lain yang tidak kalah pentingnya
melakukan kontrol sosial (sosial sebagai prasyarat keberhasilan
implementasi good corporate

198
JAKP (Jurnal Administrasi dan Kebijakan Publik), Vol. II Nomor 3, April 2017

governance terutama di Indonesia kalangan publik untuk memahami dan


adalah adanya semangat anti mengikuti setiap aktifitas yang terjadi.
korupsi yang berkembang di Beberapa kendala dalam pelaksanaan
lingkungan publik dimana good corporate governance pada
perusahaan beroperasi disertai perbankan. Menurut Hidayah (2008)
perbaikan masalah kualitas penerapan good corporate governance
pendidikan dan perluasan peluang memungkinkan tidak berjalan maksimal
kerja. Bahkan dapat dikatakan disebabkan oleh beberapa faktor,
bahwa perbaikan lingkungan publik antara lain:
sangat mempengaruhi kualitas dan
rating perusahaan dalam 1. Respon pasar terhadap
implementasi good corporate implementasi corporate
governance. governance tidak bisa secara
langsung atau jangka pendek,
2. Faktor Internal tetapi membutuhkan waktu.
Maksud faktor internal adalah 2. Rendahnya kesadaran emiten
pendorong keberhasilan pelaksanan menerapkan good corporate
praktek good corporate governance governance. Mereka menerapkan
yang berasal dari dalam perusahaan. bukan karena kebutuhan, namun
Beberapa faktor yang dimaksud antara lebih karena kepatuhan terhadap
lain: aturan yang ada saja.
3. Manajemen perusahaan belum
a. Terdapatnya budaya perusahaan tertarik manfaatkan jangka
(corporate culture) yang mendukung panjang penerapan good
penerapan good corporate corporate governance. Mereka
governance dalam mekanisme serta merasa dapat berjalan tanpa
sistem kerja manajemen di good corporate governance.
perusahaan. 4. Masalah kepemilikan, yang
sebagian masih terkonsentrasi
b. Berbagai peraturan dan kebijakan pada perorangan atau keluarga
yang dikeluarkan perusahaan pendiri. Bila Bada Usaha Milik
mengacu pada penerapan nilai-nilai Negara (BUMN), dimiliki oleh
good corporate governance pemerintah. Akibatnya komisaris
tidak bisa mandiri dan
c. Manajemen pengendalian risiko independen dalam mengawasi
perusahaan juga didasarkan pada kinerja manajemen.
kaidah-kaidah standar good 5. Pemegang saham dan investor
corporate governance. kurang aktif memberdayakan diri,
d. Terdapatnya sistem audit sehingga daya tawarnya lemah.
(pemeriksaan) yang efektif dalam 6. Unsur budaya yang berkembang
perusahaan untuk menghindari di lingkungan usaha nasional
setiap penyimpangan yang mungkin belum menunjang penerapan
akan terjadi. good corporate governance.
Misalnya, ada perusahaan yang
Adanya keterbukaan informasi masih beranggapan bahwa
bagi publik untuk mampu memahami transparansi berarti membuka
setiap gerak dan langkah manajemen rahasia dagang dan bisa
dalam perusahaan bisa membantu mengancam daya saing.

199
JAKP (Jurnal Administrasi dan Kebijakan Publik), Vol. II Nomor 3, April 2017

sekarang sudah agak membaik,


Kebanyakan BUMD di Sumatera kalau dulu itu gancatan dari seluruh
beroperasi dibawah kondisi yang sangat pihak, baik mulai minta cetakan
tidak efisien. Terjadi pemborosan dana tertentu tak dibayar, kemudian
di sana-sini karena para pengelolanya ditambah dengan intervensi dari
tidak memiliki keahlian yang cukup. pemerintah yang sedang berkuasa
Terkadang keputusan-keputusan saat itu, kemudian ada juga
manajerial berkaitan dengan investasi kongkalikong didalam itu, karyawan
baru, penentuan tarif atau keputusan buka toko dalam toko itu terjadi dan
lain diambil secara tidak profesional. sampai kini terjadi walaupun saya
Menurut Marlis Anggota DPRD Provinsi tidak punya bukti secara factual.
Sumatera Barat dalam wawancara Tapi kondisinya agak lebih baik
menjelaskan: dibandingkan balirung, kenapa tentu
kinerja yang kami lihat dari deviden
“Secara umum BUMD kita ada, Bank yang diberikan ada perbaikan
Nagari, Jamkrida, ATS, deviden walaupun terbebani oleh
Pembangunan Sumbar, Grafika, hutang-hutang. Keduanya itu BUMD
Dinamika, Balerung, ada 7 ya, dari 7 menurut kami tidak
itu kalau kita runut hanya Bank menggembirakan, penyebabnya apa?
Nagari yang dikatakan sehat. Ya itu manajemen yang
Sehatnya kenapa? Karena ada mengelolanya itu tidak orang yang
proteksi yang diberikan pemerintah mengerti dan memahami serta
daerah terhadap pasar Bank Nagari. profesional dibidang itu. Yang kedua
Kalau kita kerucutkan yang dua tadi, manajemen itu tidak dijalankan
PT Balerung yang sahamnya dimiliki dengan GCG, jadi asas-asas yang
Pemerintah Provinsi dan Kab. Kota, semestinya ada di entitas
kami dari DPRD memandang perusahaan itu tidak diajalankan
kecewa, dan kalau dosen secara baik.
memberikan nilai pada mahasiswa
mungkin kategorinya D, tidak lulus Mengenai inefisensi dalam
(balerung). Dengan asset sekian pengelolaan BUMD juga dijelaskan oleh
ratus miliar kita dirikan sebuah hotel Nurnas Anggota DPRD Provinsi
dengan pernyataan saham Sumbar:
pemerintah kabupaten kota dan “Grafika, grafika itu dari mulai
provinsi, dilokasi yang sangat dilahirkan sampai kini dengan unit
strategis itu tapi hasilnya rugi. usaha yang percetakan kalau
Rumah singgah saja dibuatkan berbicara kepentingan Grafika itu
kamar, disewakan kepada pemilik itu didorong menjadikan sebuah
beruntung, hotel-hotel melati yang sumber pendapatan, artinya, 28
kecil untuk konsumen kelas SKPD mengapa tidak disitu kita
menengah tidak rugi, ini hotel mencetak, mengapa tidak di situ kita
bintang 3+ mendekati bintang 4 memfotokopi? Kan namanya bisnis.
dilokasi yang seperti itu dengan Ternyata itu dijadikan grafika itu
fasilitas luar biasa dan tidak ada tempat berutang yang tidak dibayar-
beban bunga yang dibayar untuk bayar sampai sekarang. Akhirnya
membangun hotel itu rugi, jadi jadi beban untuk Grafika. Itukan
kategorinya sepertinya tidak lulus menyebabkan kerugian, yang kedua
ujian. Grafika seperti itu juga, tapi diberikan subsidi pernyataan modal,

200
JAKP (Jurnal Administrasi dan Kebijakan Publik), Vol. II Nomor 3, April 2017

umpamanya diminta 1 M, dari 1M ini kontribusi untuk membangun daerah,


dia hanya menghasilkan 200 juta, nyatanya itu tidak”.
kadang-kadang 0. Jadi profesional
yang bekerja tidak ada keberanian Kedua, masalah intervensi dan
memutus, baik itu SDM. Sehingga birokrasi. Bila saat ini banyak BUMD
pernyataan modal itu hanya untuk yang kalah bersaing dengan sektor
membayar utang-utang lama. swasta dan akhirnya tumbang ditengah
Contoh satu lagi yang terjadi hari ini, jalan, salah satu penyebabnya adalah
sejak dimulai Perda No 8 kalau tidak besarnya campur tangan dan
salah itu tentang balering, dengan lambannya pemerintah daerah dalam
uang provinsi 178M, eh 138M. Dari mengantisipasi perubahan situasi dan
138, dari mulai tahun dimulai kondisi bisnis. Selama ini semua
opening 20/12, ternyata balering itu keputusan bisnis baik yang bersifat
tingkat huniannya tidak pernah strategis maupun keputusan-keputusan
dibawah 70%, karena banyak konvensional lainnya harus selalu izin
peminatnya disana. Kemudian setiap kepada pemerintah. Repotnya, respon
tahun tidak pernah memberikan pemerintah seringkali atau bahkan
penghasilan (deviden) itu lebih dari dapat dikatakan selalu lambat karena
1M, tidak pernah. Dengan alasan berurusan dengan birokrasi. Khairul
penyisihan dana untuk alokasi bisnis. Jasmi Komisaris PT Balairung
Kalau itu alasannya, tentu kami menjelaskan mengenai hal ini:
mempertanyakan pula, 5M setahun
dimano latak pitih tu? Deposito? “Kemudian menurut saya masih
Atau Apa? Kalau diperiksa kan ada ada yang rancu, BUMD itu kan PT,
pula bunganya, ternyata tahun ada UU PT. Aset yang dipisahkan,
20/15 hanya memberikan kontribusi maksudnya, sama dengan
untuk Sumbar Hotel yang punya 99 menyuruh anak kuliah, tidak bisa
kamar yang pada satu sisi lain hotel dicikaraui setiap hari, dia kan
itu di sewa oleh kantor penghubung, dipisah jadi itu tindakan-tindakan
kantor penghubung itu disewa yang dilakukan seharusnya bisnis,
awalnya 450 juta, 400 juta setahun tapi yang terjadi seolah olah SKPD,
di tahun 20/13, 20/14, 20/15 sampai itu salah satu penyebabnya BUMD
kini menjadi 900 juta setahun. Bank tidak maju. Bisnis yang dijalankan
Nagari sejak mulai menyewa di sana, dengan tidak ada tindakan bisnis
dia menyewa setiap tahun 450 juta jadinya tidak efektif.
itu saja sudah menghasilkan. Tetapi,
didalam pembukuan setiap di APBD Ketiga, pengendalian dan
dia hanya memberikan kontribusi pengawasan. Selaku pemilik,
800 juta, dan 20/15 “0”. Di waktu Pemerintah Daerah memiliki
temuan BPK harus menyerahkan, kewenangan untuk mengawasi
karna perencanannya adalah 800 perkembangan BUMD di wilayahnya.
juta. Jadi artinya diluar 3 BUMD ndk Pemerintah daerah biasanya
ado punyo hasil, tujuan mereka membentuk badan pengawas, yang
membuat BUMD itu kan bukan untuk bertindak seperti dewan komisaris pada
pengangguran di somasi kan bukan perusahaan swasta. Anggotanya terdiri
itu, tujuan BUMD itu adalah dengan dari para pejabat di lingkungan pemda,
memberikan bantuan modal, yang terkadang tidak mempunyai latar
belanja modal ka situ itu kan dapat belakang bisnis sama sekali. Biasanya,

201
JAKP (Jurnal Administrasi dan Kebijakan Publik), Vol. II Nomor 3, April 2017

badan pengawas ini tidak melakukan BUMD harus berpedoman pada


kegiatan sesuai tugas dan fungsinya, berbagai ketentuan dan peraturan
yaitu selaku wakil pemerintah daerah perundang-undangan yang berlaku
untuk mengawasi jalannya perusahaan terkait dengan pelaksanaan good
daerah. Para anggota badan pengawas corporate governance.
rata-rata menyatakan tidak sempat Faktor intervensi birokrasi dan
memikirkan perkembangan usaha politik didalam pengelolan BUMD masih
daerah, karena sudah sibuk dengan terlihat jelas dengan penempatan
tugas dalam jabatan formalnya sendiri- Birokrat dan Pengurus Partai Politik
sendiri. Tetapi, ironisnya mereka didalam kepengurusan BUMD baik
senang-senang saja menerima gaji dari sebagai Direksi atau Komisaris.
jabatan tersebut. Dalam kondisi seperti Penempatan anggota Parpol atau
ini, posisi perusahaan daerah seakan- Birokrasi didalam kepengurusan BUMD
akan menjadi anak ayam yang bukanlah sesuatu yang salah jika
berusaha hidup dan mengais-ngais melewati mekanisme yang transparan
makanan tanpa tuntunan sang induk. dan objektif disertai fit and proper test
kepada calon Direksi atau Komisaris
PENUTUP tersebut.
Pelaksanaan Good Corporate
Governance PT Grafika Jaya Sumbar Saran dari hasil penelitian ini
dan PT Balairung Citra Jaya Sumbar adalah:
belum sepenuhnya dilaksanakan 1. Pelaksanaan GCG merupakan
berlandaskan pada lima prinsip dasar. salah satu faktor penting dalam
Pertama, transparansi (transparency), meningkatkan kinerja perusahaan,
yaitu keterbukaan dalam pada masa akan datang BUMD
mengemukakan informasi yang material lebih dapat meningkatkan mutu
dan relevan serta keterbukaan dalam GCG agar terjadi kepercayaan
proses pengambilan keputusan. Kedua, investor dan masyarakat karena
akuntabilitas (accountability) yaitu pada jangka panjang akan dapat
kejelasan fungsi dan pelaksanaan memeperoleh manfaat melalui
pertanggungjawaban organ bank penyertaan modal oleh investor
sehingga pengelolaannya berjalan ataupun masyarakat.
secara efektif. Ketiga, 2. Sosialisasi pelaksanaan GCG
pertanggungjawaban (responsibility) sebaiknya dilaksanakan secara
yaitu kesesuaian pengelolaan bank berkesinambungan agar seluruh
dengan peraturan perundang-undangan stakeholder lebih mengerti dan
yang berlaku dan prinsip-prinsip memahami tanggung jawab dan
pengelolaan bank yang sehat. Keempat, kewenangan sesuai dengan prinsip
independensi (independency) yaitu GCG.
pengelolaan bank secara profesional 3. Dilakukannya Fit and Proper Test
tanpa pengaruh/tekanan dari pihak terhadap Komisaris dan Direksi
manapun. Kelima,kewajaran (fairness) yang dilakukan oleh lembaga
yaitu keadilan dan kesetaraan dalam independen yang didahului oleh
memenuhi hak-hak stakeholders yang usulan pemegang saham. Bisa
timbul berdasarkan perjanjian dan meniru yang dilakukan oleh OJK
peraturan perundang-undangan yang terhadap penempatan direksi dan
berlaku. Dalam rangka menerapkan komisaris pada perbankan.
kelima prinsip dasar tersebut di atas,

202
JAKP (Jurnal Administrasi dan Kebijakan Publik), Vol. II Nomor 3, April 2017

Rangka Peningkatan Perekonomian


DAFTAR PUSTAKA Daerah. 2010.

Bank, World Corporate Governace Setiawan dkk.. Model Pelayanan Publik


Country Asessment, Indonesia, yang Berkeadilan : Studi Empirik
2005. pada PDAM Kota Surakarta :
laporan Penelitian. Surakarta :
Daniri, Achmad Mas. 2005. Good Institute Fakultas Ekonomi
Corpotare Governance: Konsep dan Universitas Muhammadiyah
Penerapannya dalam Konteks Surakarta, 2008
Indonesia. PT Ray Indonesis.
Jakarta. Surya,Indra dan Ivan Yustiandana,
Penerapan Good Corporate
Darmawati, Deni khomsiyah dan Rika Governance Mengesampingkan
Gelar Rahayu. 2004. Hubungan Hak-Hak Istimewa Demi
Good Corporate Governance dan Kelangsungan Usaha.Prenada
Kinerja Perusahaan. Simposium Media Group. 2008
Nasional Akuntansi VII Denpasar
Bali. 2-3 September 2004. 391-407. Soleh, Chabib dan Rocmansjah, Heru.
Pengeloaan Keuangan dan Aset
Forum for Corporate Governance in Daerah. Jakarta :Fokusmedia, 2010
Indonesia, “Tata Kelola
Perusahaan”. Jakarta. 2001 Sukamulja, Sukmawati. 2004. Good
Corporate Governance di Sektor
Haryani, Iswi dkk.,. Merger, Konsolidasi, Keuangan Dampak GCG terhadap
Akuisisi, & Pemisahan Perusahaan. Kinerja Perusahaan (Kasus di
Jakarta : Visimedia, 2011. Bursa Efek Jakarta). Benefit Jurnal
Manajemen dan Bisnis. Vol. 8 No. 1.
Komite Nasional Kebijakan Corporate Juni 2004. 1-25
Governance. Pedoman Good
Corporate Governance Perbankan Purwadi. Penelitian tentang Strategi
Indonesia. 2004 Pengembangan BUMD Non
Perbankan dalam Meningkatkan
Kusumawati, Dwi Novi dan Bambang Pendapatan Asli Daerah. Surabaya :
Riyanto LS. 2005. Corporate Balitbang Daerah Provinsi Jawa
Governance dan Kinerja: Analisis Timur, 2002.
Pengaruh Compliance Reporting
dan Struktur Dewan Terhadap Zulfikar. 2006. Analisis Good Corporate
Kinerja. Simposium Nasional Governance di Sektor Manufaktur:
Akuntansi VIII Solo. 15-16 Pengaruh Penerapan Good
September 2005. 248-260. Corporate Governance, Return on
Asset, dan Ukuran Perusahaan
Miles, M.B. & Huberman, A.M. 1994. Terhadap Nilai Pasar Perusahaan.
Qualitative Data Analysis: A Benefit Jurnal Manajemen dan
Sourcebookof New Methods. Ed- Bisnis. Vol. 10 No. 2. Desember
Kedua. California: Sage Pub. 2006. 130-141.
Rustian Kamaluddin, Peran dan Sunarsip. 2009. Membuka Belenggu
Pemberdayaan BUMD Dalam BUMD.

203

You might also like