You are on page 1of 6

Bab III

Pengaruh bunyi dan Transkripsi

Bab III bersitentangan pengaruh-mempengaruhi bunyi,pengaruh bunyi karena distribusi,fona


suprasegmental,dan transkripsi fonetis

A. Pengaruh-mempengaruhi bunyi
1. Proses Asimilasi
Proses asimilasi adalah proses penyamaan bunyi. Ada beberapa macam proses asimilasi seperti
berikut
a. Asimilasi progresif ialah asimilasi bunyi dengan bunyi yang mempengaruhi perubahan
tampak bergeser kedepan.
Contoh: [tartib]----------> [tartIp]
[kitab]-----------> [kitap]
b. Asimilasi regresif ialah asimilasi bunyi yang berubah berasimilasi dengan bunyi yang
mempengaruhi berkutnya.
Contoh: [?alsala: m] -------------> [?assala:m]
[?alr hman] -------------> [?arr hman]
c. Asimilasi total adalah bunyi yang berubah berasimilasi dengan bunyi yang mempengaruhi
berikutnya dan perubahannya total.
Contoh: [?alsala: m] -------------> [?assala: m]
[?alr hman] -------------> [?arr hman]
d. Asimilasi parsial ialah perubahan bunyi hanya sebagian saja.
Contoh: [m ncari] --------------> [m ncari]
[m ancuri --------------> [m ancuri]
e. Asimilasi suara ialah perubahan bunyi karena pergeseran bunyi yang mempengaruhinya.
Contoh: [t rtib] ----------------> [t rtIP]
[kitab] ----------------> [kitap]
[sabtu] ---------------> [saptu]
f. Asimilasi tempat adalah perubahan bunyi tempat bunyi yang bersangkutan dihasilkan
bergeser ke tempat yang lain sesuai dengan bunyi yang mempengaruhinya.
Contoh: [m ancari] ---------------> [m ancari], dan contoh lain seperti yang telah dicontohkan
diatas.
2. Proses Dismililaasi
Proses dismililasi adalah proses pembedaan bunyi atau dua bunyi yang mirip menjadi tidak
mirip.
Contoh: [sajjana] --------------> [sarjana]
[citta] ------------------> [cita]
[ranslr] ----------------> [lanslr]
[rap r] -----------------> [lap r]
3. Artikulasi penyerta
Bunyi [K] dalam kata <kucing> (Bhs.Indonesia atau Jawa) dengan [K] dalam kata <kijang> (Bhs.
Indonesia) atau <kidang> (Bhs Jawa) berbeda walaupun menurut biasanya atau menurut
artikulasi primernya sama,yaitu merupakan bunyi dorsovelar yang dibentuk dengan artikulasi
pangkal lidah dan langit-langit lunak. Perbadaan itu disebabkan oleh adanya artikulasi penyebab
(koartikulasi atau artikulasi sekunder) bunyi vokoid yang langsung mengikutinya (Bloch &
Tragerdalam samsuri,1991:119).karena [u] adalah vokaid yang langsung mengikuti [K]
merupakan vokoid belakang bulat, [K] dalam <kucing> diucapakan dengan lidsh lebih
kebelakang dan bentuk bibir bulat agak di moncongkan. Berbeda dengan [K] dalam <kijang>
atau <kidang>, karena [i] vokoid yang langsung mengikutinya merupakan vokoid depan tak
bulat,[K] itu diucapakan dengan lidah lebih ke depan tak bulat, [K] itu diucapkan dengan lidah
lebih ke depan dan bentuk bibir berbentang tidak bulat.
Menurut tempat artikulasinya proses pengaruh bunyi karena artikulasi penyerta dapat
dibagi menjadi seperti berikut.
a. Labialisasi
Labialisasi dalam artikulasi sekunder ialah labium tutur serta aktif dan paling menonjol
ketika terjadi artikulsi primer fona-fona selain kontoid labial itu sendiri. Tandasnya,
transkripsi biasanya dipergunakan [W] kecil yang ditulis di samping bawah kanan tanda
fona-fona yang bersangkutan.
Contoh: bunyi [t] dalam kata <tujuan> (Bhs.Indo.atau JW.) terdengar [tw] atau [t]
dilabialisasi).
Contoh lain: [kW],[tW],[dw]
b. Retrofleksi
Retroflrksi terjadi apabila disamping artikulasi primer suatu fenomena , apex tertarik ke
belakang seperti artikulasi fona retrofleksi [t] dan [d] dalam bahasa Jawa,Bali, dan Tamil.
Kecuali bunyi-bunyi dental, semua fona dapat diiringi kloartikulasi ini.
Contoh: [Kr] --------------> [K] diretrofleksi dalam kata <kerdus>
Contoh lain: [gr],[br],[cr],dan lain-lain.
c. Palatalisasi
Palatalisasi timbul karena pengaruh gerakan lidah tertarik sampai velum. Koartikulasi
palatalisasi ini tidak mungkin terjadi pada artikulasi primer fono-fono palatal. Fona-fona
yang mendapat koartikulasi palatilisasi itu biasanya diberi tanda [..Y].
Contoh: [p] pada kata <piara> (bhs.Indo) terdengar sebagai [p y] -------------> [p]
dipalatalisasi.
Contoh lain: [gy],[by],[ky]
d. Velarisasi
Velarisasi terjadi ketika dalam artikulasi primer suatu bunyi dorsum turut serta menarik ke
velum. Peristiwa itu mungkin terjadi pada bermacam-macam tingkatan velerisasi yang
biasanya ditandai dengan tanda-tanda yang berbeda pula untuk velarisasi yang kuat diberi
tanda [..], dan tanda [..] untuk yang lemah, untuk yang lain dapat dipergunakan tanda
diakretik yang lain asal tetap. Kecuali fona velor, semua fona dapat berartikulasi sekunder
velarisasi.
Contoh: bunyi [m] pada kata <makhluk> (bhs. Ind.) dapat terdengar sebagi [m] -------------->
[m] divelarisasi
e. Faringalisasi
Faringalisasi terjadi dengan terbentuknya suatu halangan pada faring ketika terjadi artikulasi
primer suatu bunyi. Yang tidak mendapat faringalisasi hanyalah fona faringal. Tandanya
dapat dipergunakan diakretik apa saja, misalnya dengan tanda [..] disamping bunyi pokok
[..].
Contoh: [j], [c], atau [s], [g], dan seterusnya.

4. Proses fotosintesis yang lain


a. Alofon
Alofon adalah variasi bunyi karena pengaruh lingkungan
Contoh: /k/ -----------> [k] /i/ -------------> [i]
[?] [I]
/b/ ----------->[b] /N/ ------------> [n]
[P] [n]
[n]
b. Haplologi atau haplogi (yunani: tunggal)
Haplologi adalah menghilangkan suku yang sama atau mirip.
Contoh:
[morfofonem] ---------> [morfonem]
[enja-lan] <Engla-Land> -----------------> [enjlan]
[haplologi] ------------> [laplogi]
c. Prenasalisasi
Prenasalisasi adalah munculnya bunyi nasal di awal suatu ucapan atau ujaran kata tertentu.
Contoh:
[bag l n] ------------> [mbag l n]
[baled n ] ----------> [mbaled n ]
[dukUh] ------------> [ndukUh] (biasanya pengujaran bahasa Jawa)
d. Diftongisasi
Diftongisasi adalah proses pengujuran bunyi vokoid menjadi diftong.
Contoh:
[?anggota] -----------> [?ang uta]
[s ntosa] --------------> [s nt usa]
e. Monoftongsi
Monoftongsi adalah proses pengujaran bunyi diftong menjadi vokoid
Contoh: [sant ai] ----------> [sante]
[gul i] --------------> [gule]
f. Matesis
Matesis adalah proses pertukaran letak bunyi dalam suatu ujaran kata tertentu.
g. Anaptiksis atau Suara Bukti
Anaptiksis atau suara bakti adalah proses muculnya bunyi [ ] pada suatu ujaran kata
tertentu.
Contoh: [klas] -----------> [k las]
[pranko] ----------> [p ranko]
h. Hiperkorek
Hiperkorek adalah proses pengujaran yang ingin membetulkan kesalahan, tetapi justru
membuat kesalahan karena yang dibetulkan tersebut sebenarnya sudah betul.
Contoh: [?asas] -------------> [azas]
[?insaf] -------------> [?insaf]
[taladan] ----------> [t uladan]
[piha?] -------------> [ piha]
i. Protesis
Protesis adalah proses penambahan bunyi atau vokoid di depan suatu ujaran kata tertentu.
Contoh:
[cat] -------------> [? cat]
[stri] -------------> [?Istri]
[mas] ------------> [? mas]
j. Epentesis
Epentesis adalah proses penambahan bunyi di tengah suatu ujaran kata tertentu.
Contoh: [kappa?] ------------> [kampa?]
[makln] --------------> [mankin]
k. Paragoge
Paragoge adalah proses penambahan bunyi di akhir suatu ujaran kata tertentu.
Contoh: [bapa] -----------> [bapa?]
[hulubala] ----------> [hulubalan]
l. Aferesis
Aferesis adalah proses penghilangan bunyi di depan sebuah ujaran kata tertentu.
Contoh: [?aban] -----------> [ban]
[kesatriya] --------> [satriya]
[hutan] ------------> [?hutan]
m. Sinkop
Sinkop adalah proses penghilangan bunyi di tengah sebuah ujaran kata tertentu.
Contoh: [kahwln] ------------> [kawln]
[utpatti] -------------> [?up ti]
n. Apakop
Apakop adalah proses penghilangan bunyi di akhir.
Contoh: [president] ----------> [presiden]
[insident] -----------> [insiden]
o. Variasi vokoid
[mantap] ---------> [mant p]
[malam] ---------> [mal m]
p. Variasi kontoid
Variasi kontoid adalah proses kebiasaan seseorang (idiolek) menggunakan sebuah kontoid
yang sedaerah artikulasi.
Contoh: [kaidah] ------------> [q ?idah]
[ga?Ib] --------------> [ga?Ib]

You might also like