You are on page 1of 10

JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia

MANFAAT SIRIH MERAH (Piper crocatum) SEBAGAI AGEN ANTI


BAKTERIAL TERHADAP BAKTERI GRAM POSITIF DAN GRAM
NEGATIF

Farida Juliantina R 1, Dewa Ayu Citra M 2, Bunga Nirwani 3,


Titis Nurmasitoh4 , Endrawati Tri Bowo 5

ABSTRACT
Background of choosing the subject: In recent years world society including Indonesia tend to
consider the use of herbal medicine - back to nature. The advantages of herbal medicine become
an interesting discussion. Most information expand in society is empirical rather than scientific
evidence. Thus red betel vine's benefit also becomes interesting discussion but evidence based
medicine about it is very little. The purpose of this study is to know the potency of antibacterial
power of ethanol extract of red betel vine (Piper crocatum) toward gram positive and gram
negative bacteria.
Research Methodology: This research was laboratory experimental study. The extract of red betel
vine was made with standard ethanol solvent. This extract was examined in Staphylococcus
aureus ATCC 25923 and Escherichia coli ATCC 35218. Experimental method is serial dilution.
Result was analyzed descriptively with Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum
Bactericidal Concentration (MBC). The examination in each bacterium was repeated 5 times.
Result: The result shown that ethanol extract of red betel vine (Piper crocatum) has ability to
inhibit the growth of Gram positive (Staphylococcus aureus) and to kill it on concentration 25%.
While the ability to inhibit the growth of Escherichia coli (Gram negative) on 6,25% (visual
observation and after has been planted in Mc Conkey media). From result repetition in 5 times,
gram negative is more stable rather than gram positive.
Conclusion: The ethanol extract of red betel vine (Piper crocatum) has antibacterial effect toward
Gram positive and gram negative. MIC and MBC Staphylococcus aureus at 25% while for MIC and
MBC Escherichia coli at 6,25%.

Keywords: antibacterial – Red betel vine – Piper crocatum – Staphylococcus aureus –


Escherichia coli

ABSTRAK
Latar Belakang Penelitian : Saat ini masyarakat dunia termasuk Indonesia mulai mengutamakan
penggunaan obat secara alami (back to nature). Pemanfaatan herbal medicine ramai dibicarakan,
termasuk dalam manfaatnya. Kebanyakan informasi yang berkembang di masyarakat hanya
sebatas bukti empiris dan belum ada bukti ilmiah. Demikian pula dengan sirih merah. Manfaat sirih
merah banyak dibicarakan, namun Evidence Based Medicine mengenai pemanfaatan sirih merah
masih sangat sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi antibakteri ekstrak etanol
sirih merah (Piper crocatum) terhadap bakteri gram positif dan gram negatif.
Metode penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. Sirih merah
dibuat ekstrak dengan pelarut etanol secara standar. Ekstrak tersebut diujikan pada bakteri
Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 35218. Metode uji dilakukan
secara dilusi berupa pengenceran serial. Hasil dianalisis secara deskriptif dengan melihat Kadar
Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM). Pada masing-masing bakteri dilakukan
pengulangan sebanyak 5 kali.

1
Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
2
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
3
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
4
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
5
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia

Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol sirih merah (Piper crocatum)
mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan dan membunuh Staphylococcus aureus
(gram positif) pada konsentrasi 25%. Sedangkan kemampuan menghambat pertumbuhan dan
membunuh Escherichia coli (gram negatif) pada konsentrasi 6,25% (pengamatan visual dan
setelah di tanam di media Mc conkey). Dari 5 kali pengulangan hasil pada E. coli (gram negatif)
relatif lebih stabil.
Kesimpulan : Ekstrak etanol sirih merah (Piper crocatum) mempunyai efek antibakteri terhadap
bakteri gram positif (Staphylococcus aureus ATCC 25923) dan terhadap gram negatif (Escherichia
coli ATCC 35218). KHM dan KBM Staphylococcus aureus pada konsentrasi 25% sementara untuk
Escherichia coli KHM dan KBM pada konsentrasi 6,25%

Kata kunci : antibakteri – sirih merah – Piper crocatum – Staphylococcus aureus –


Escherichia coli

I. PENDAHULUAN Minimal (KBM) ekstrak etanol sirih merah


Saat ini masyarakat dunia dan juga terhadap Staphylococcus aureus (gram
Indonesia mulai mengutamakan positif) dan Echericia coli (gram negatif).
penggunaan obat secara alami (back to
nature). Pemanfaatan herbal medicine A. Sirih merah (Piper crocatum)
ramai dibicarakan, termasuk dalam Sirih merah (Piper crocatum)
manfaatnya, namun kebanyakan merupakan salah satu tanaman obat
informasi yang ada hanya sebatas bukti potensial yang diketahui secara empiris
empiris belum ada bukti ilmiah. Demikian memiliki khasiat untuk menyembuhkan
juga dengan sirih merah (Piper berbagai jenis penyakit, di samping juga
crocatum), banyak diinformasikan memiliki nilai spritual yang tinggi. Sirih
manfaat sirih merah namun Evidence merah termasuk dalam satu elemen
Based Medicine masih sangat minim. Hal penting yang harus disediakan dalam
ini dapat disebabkan sirih merah belum setiap upacara adat, khususnya di
lama dikenal oleh masyarakat luas, Yogyakarta. Tanaman ini termasuk di
sehingga informasi ilmiah masih sangat dalam famili Piperaceae dengan
sedikit, demikian juga dengan jurnal penampakan daun yang berwarna merah
ilmiah, baik di dalam maupun luar negeri keperakkan dan mengkilap saat kena
Penelitian ini bertujuan untuk cahaya. Pada tahun 1990-an sirih merah
mengetahui manfaat sirih merah sebagai difungsikan sebagai tanaman hias oleh
antibakteri terhadap bakteri gram positif para hobis, karena penampilannya yang
dan bakteri gram negatif, khususnya menarik. Permukaan daunnya merah
Staphylococcus aureus dan Echericia keperakan dan mengkilap. Pada tahun-
coli. Sirih merah dibuat dalam bentuk tahun terakhir ini ramai dibicarakan dan
ekstrak etanol untuk mengoptimalkan zat dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Dari
aktif antibakteri yang terdapat di beberapa pengalaman, diketahui sirih
dalamnya. Zat aktif yang diduga bersifat merah memiliki khasiat obat untuk
antibakteri adalah : alkaloid, tanin dan beberapa penyakit1. Klasifikasi sirih
minyak atsiri. Kemampuan sebagai
antibakteri diukur berdasar Kadar
Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh
JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia

merah menurut Backer (1963)2 adalah komponen penyusun peptidoglikan pada


sebagai berikut : sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel
Kingdom : Plantae tidak terbentuk secara utuh dan
Divisio : Magnoliophyta menyebabkan kematian sel tersebut 6.
Class : Magnoliopsida Tanin memiliki aktivitas
Order : Piperales antibakteri, secara garis besar
Family : Piperaceae mekanisme yang diperkirakan adalah
Genus : Piper sebagai berikut : toksisitas tanin dapat
Species : Piper crocatum merusak membran sel bakteri, senyawa
Ruiz & Pav astringent tanin dapat menginduksi
pembentukan kompleks senyawa ikatan
Gambar 1. Tanaman sirih merah (Piper terhadap enzim atau subtrat mikroba dan
crocatum). Warna atas daun hijau
dengan warna keperakan. Warna
pembentukan suatu kompleks ikatan
bawah daun merah tanin terhadap ion logam yang dapat
Tanaman sirih merah menyukai menambah daya toksisitas tanin itu
tempat teduh, berhawa sejuk dengan sendiri7. Sementara menurut Ajizah
sinar matahari 60-75%, dapat tumbuh (2004)8 tanin diduga dapat mengkerutkan
subur dan bagus di daerah pegunungan. dinding sel atau membran sel sehingga
Bila tumbuh pada daerah panas, sinar mengganggu permeabilitas sel itu
matahari langsung, batangnya cepat sendiri. Akibat terganggunya
mengering. Selain itu, warna merah permeabilitas, sel tidak dapat melakukan
daunnya akan pudar3. aktivitas hidup sehingga
pertumbuhannya terhambat atau bahkan
B. Zat-zat Yang Terdapat Pada Sirih mati. Masduki (1996) 9 menyatakan bahwa
Merah tanin juga mempunyai daya antibakteri
dengan cara mempresipitasi protein,
Berdasar penelitian yang
karena diduga tanin mempunyai efek
dilakukan oleh Puspitasari secara
yang sama dengan senyawa fenolik. Efek
kromatografi sirih merah mengandung
antibakteri tanin antara lain melalui:
flavonoid, alkaloid senyawa polifenolat,
reaksi dengan membran sel, inaktivasi
tanin dan minyak atsiri1. Senyawa-
enzim, dan destruksi atau inaktivasi
senyawa di atas di ketahui memiliki sifat
fungsi materi genetik.
antibakteri.
Minyak atsiri berperan sebagai
Flavonoid berfungsi sebagai
antibakteri dengan cara mengganggu
antibakteri dengan cara membentuk
senyawa kompleks terhadap protein proses terbentuknya membran atau
dinding sel sehingga tidak terbentuk atau
extraseluler yang mengganggu integritas
terbentuk tidak sempurna8. Minyak atsiri
membran sel bakteri4. Menurut
yang aktif sebagai antibakteri pada
Dwidjoseputro5. flavonoid merupakan
senyawa fenol sementara senyawa fenol umumnya mengandung gugus fungsi
hidroksil (-OH) dan karbonil. Turunan
dapat bersifat koagulator protein.
fenol berinteraksi dengan sel bakteri
Alkaloid memiliki kemampuan
melalui proses adsorpsi yang melibatkan
sebagai antibakteri. Mekanisme yang
ikatan hidrogen. Pada kadar rendah
diduga adalah dengan cara mengganggu
JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia

terbentuk kompleks protein fenol dengan Klasifikasi S. aureus menurut


ikatan yang lemah dan segera Bergey dalam Capuccino (1998) 14 adalah
mengalami peruraian, diikuti penetrasi sebagai berikut:
fenol ke dalam sel dan menyebabkan Kingdom : Procaryota
presipitasi serta denaturasi protein. Pada Divisio : Firmicutes
kadar tinggi fenol menyebabkan Class : Bacilli
koagulasi protein dan sel membran Order : Bacillales
mengalami lisis10. Family : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
C. Bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Species : Staphylococcus
Negatif aureus
Secara garis besar berdasar S. aureus merupakan kuman
pengecatan gram, bakteri dikelompokkan penyebab penyakit yang sering terjadi di
menjadi 2, yaitu gram positif dan gram masyarakat maupun sebagai infeksi
negatif. Bakteri gram positif adalah nosokomial. Kolonisasi S. aureus
bakteri yang mempertahankan zat warna seringkali tidak bergejala dan hidup
gram A yang mengandung kistal violet, secara komensal pada hidung manusia15
sewaktu proses pewarnaan gram. S. aureus dapat menyebabkan
Bakteri jenis ini akan berwarna ungu di penyakit berkat kemampuannya
bawah mikroskop, sedangkan bakteri melakukan pembelahan, dan menyebar
gram negatif akan berwarna merah atau luas ke dalam jaringan serta mampu
merah muda, karena warna ungu dapat memproduksi bahan ekstra seluler
dilunturkan kemudian mengikat cat gram seperti katalase, koagulase, eksotoksin,
D sebagai warna kontras. Perbedaan lekosidin, toksin eksfoliatif, Toksin
klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini Sindroma Syok Toksik (Toxic Shock
terutama didasarkan pada perbedaan Syndrome Toxin), enterotoksin dan enzim
struktur dinding sel bakteri11. Pada lain11.
bakteri gram positif susunan lebih
sederhana terdiri atas 2 lapis namun Echerichia coli (E. coli)
memiliki lapisan peptidoglikan yang tebal E coli adalah salah satu group
sementara pada dinding sel bakteri lebih koliform yang dapat memfermentasikan
kompleks terdiri atas 3 lapis namun laktosa dengan menghasilkan asam dan
lapisan peptidoglikan tipis12. gas pada suhu 44oC, bersifat indol positif
tidak dapat menggunakan sitrat,
Staphylococcus aureus (S. aureus) menghasilkan asam dari manitol pada
S. aureus berbentuk bulat atau suhu 37oC, bersifat merah metil (methyl
lonjong, merupakan jenis yang tidak red) positif, voges-proskauer (VP)
bergerak, tidak berspora, bakteri gram negatif.16,17 Pada biakan E. coli bersifat
positif dan tersusun dalam kelompok aerob atau fakultatif anaerob dan tumbuh
(seperti buah anggur). Pembentukan pada pembenihan biasa, misalnya pada
kelompok ini karena pembelahan sel-sel biakan cair, agar gizi pembenihan Mac
anaknya cenderung tetap berada di Conkey dan agar darah. Suhu optimum
dekat sel induknya 13. pertumbuhan adalah 37oC16.
JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia

E. coli berdasar klasifikasinya, kemampuan antibakteri terhadap bakteri


menurut Brooks, et al. (2001) 11 adalah gram positif (sebagai bakteri uji
sebagai berikut : Staphylococcus aureus) dan bakteri
Kingdom : Procaryota gram negatif (sebagai bakteri uji
Divisio : Gracilicutes Escherichia coli) dengan Kadar Hambat
Class : Scotobacteria Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal
Ordo : Eubacteriales (KBM) pada konsentrasi tertentu.
Family : Entobacteriaceae
Genus : Escherichia II. METODE PENELITIAN
Species : Escherichia coli Penelitian ini merupakan
E. coli mempunyai beberapa penelitian eksperimental laboratorium
antigen, yaitu antigen O (polisakarida), untuk membuktikan adanya kemampuan
antigen K (kapsular), antigen H (flagella). antibakteri ekstrak sirih merah (Piper
Antigen O yang merupakan antigen crocatum) terhadap bakteri standar
somatik berada di bagian terluar dinding laboratorium. Bakteri gram positif pada
sel lipopolisakarida dan terdiri dari unit penelitian ini dilakukan pada
berulang polisakarida, bersifat tahan Staphylococcus aures sementara untuk
trhadap panas, tahan alkohol dan bakteri gram negatif dilakukan pada
biasanya dideteksi dengan cara Escherichia coli. Penelitian meliputi
aglutinasi bakteri. Antibodi terhadap preparasi sampel, pembuatan ekstrak,
antigen O adalah IgM Antigen K adalah dan uji daya antibakteri.
antigen polisakarida yang terletak di Bakteri uji yang digunakan adalah
kapsul dan bersifat tidak tahan panas11. bakteri standar yang masih sensitif
E. coli dapat menyebabkan terhadap terapi standar. Untuk
berbagai penyakit tergantung dari Staphylococcus aureus digunakan
tempat infeksinya, seperti infeksi saluran Staphylococcus aureus ATCC 25923,
kemih (ISK) dan diare. Beberapa strain sementara Escherichia coli digunakan
E. coli menyebabkan diare yaitu Escherichia coli ATCC 35218. Bakteri
Enterophatogenic E. coli (EPEC), diperoleh dari koleksi laboratorium
Enterotoxigenic E. coli (ETEC) Mikrobiologi Universitas Islam Indonesia
merupakan penyebab umum diare pada dan Universitas Gadjah Mada.
musafir. Enterohemoragic E. coli (EHEC) Bahan uji yang digunakan adalah
dihubungkan dengan hemoragic colitis, ekstrak sirih merah (Piper crocatum).
Enteroinvasive E. coli (EIEC) Sebelum digunakan dilakukan
menyebabkan penyakit mirip shigellosis determinasi terlebih dahulu di
sedangkan Enteroagregative E. coli laboratorium Biologi Universitas Gadjah
(EAEC) menyebabkan diare yang akut Mada. Sirih merah diambil daun yang
dan kronis.11,17 masih segar serta telah berumur minimal
1 bulan, pada tanaman yang telah berusia
D. Hipotesis minimal 4 bulan. Pengambilan dilakukan
Hipotesis yang diajukan dalam pada pagi hari. Selanjutnya dicuci bersih
penelitian ini adalah : Ekstrak etanol sirih untuk dilakukan pembuatan ekstrak
merah (Piper crocatum) memiliki metode maserasi. Ekstraksi dilakukan di
JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia

laboratorium Biologi Farmasi, Universitas III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Islam Indonesia. A. Hasil
Uji kemampuan antibakteri Percobaan dilakukan dengan 5
digunakan metode dilusi cair. Bakteri kali pengulangan untuk masing-masing
disiapkan dengan membuat suspensi bakteri, yaitu bakteri gram positif
sesuai dengan metode laboratorium (Staphylococcus aureus ATCC 25923)
Mikrobiologi. Selanjutnya dilakukan dan bakteri gram negatif (Escherichia
pengenceran secara serial : 100%, 50%, coli ATCC 35218). Konsentrasi ekstrak
25%, 12,5%, 6,25%, 3,13% dan 1,56 % setelah ditambah suspensi bakteri
kemudian ditambah suspensi bakteri menjadi 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,13%,
dengan volume yang sama sehingga 1,56 % dan 0,78%.
konsentrasi menjadi setengah dari
semula. Terdapat 4 kontrol yaitu kontrol
media, kontrol ekstrak, kontrol bakteri
dan kontrol antibiotik. Media dengan
konsentrasi terendah yang tetap jernih
merupakan KHM untuk bahan uji
tersebut. Selanjutnya semua media
digores pada Agar Darah/Mac Conkey
untuk mengetahui KBM-nya. Masing- Gambar 1. Hasil percobaan ke V untuk
masing bakteri dilakukan uji 5 kali. Staphylococcus aureus dengan serial
dilusi 50%, 25%, 12,5%, 6,25%,
Variabel bebas dalam penelitian 3,13%, 1,56% dan 0,78% serta kontrol
ini adalah ekstrak etanol sirih merah yang ekstrak, kontrol media, kontrol
telah diencerkan secara serial dalam antibiotik dan kontrol bakteri

beberapa konsentrasi. Sedangkan


sebagai variabel terikat adalah adanya
pertumbuhan bakteri baik pada uji KHM
(Kadar Hambat Minimal) maupun KBM
(Kadar Bunuh Minimal). KHM dilihat pada
media BHI sementara KBM dilihat pada
media Agar Darah dan Mac Conkey.
Analisis data dilakukan secara Gambar 2. Hasil percobaan V untuk Escherichia
coli dengan serial dilusi 50%, 25%,
diskriptif setelah diperoleh data dari 5 12,5%, 6,25%, 3,13%, 1,56% dan
kali ulangan terhadap kedua bakteri yaitu 0,78%. Kontrol ekstrak, kontrol
media, kontrol bakteri dan kontrol
Staphylococcus aureus (gram positif) dan antibiotik
Echericia coli (gram negatif). Hasil
diperoleh dari kemampuan ekstrak sirih
Selanjutnya untuk mengetahui KBMnya
merah menghambat ataupun membunuh
dilakukan kultur pada media agar darah
Staphylococcus aureus dan Escherichia
untuk Staphylococcus aureus dan pada
coli berdasar KHM (Kadar Hambat
Mc Conkey untuk Escherichia coli. Hasil
Minimal) dan KBM (Kadar Bunuh
dapat dilihat pada gambar 3 dan 4 serta
Minimal)..
tabel 1 dan 2.
JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia

Gambar 4. Hasil percobaan II Escherichia coli


dengan serial dilusi 50% (1), 25% (2)
, 12,5% (3), 6,25% (4), 3,13% (5),
1,56% (6), kontrol media dan
kontrol bakteri

Dari keseluruhan hasil KHM dan KBM


dapat diringkas sebagai berikut :

Tabel 1. Kadar Hambat Minimal (KHM) dan


Kadar Bunuh Minimal (KBM) ekstrak
Gambar 3. Hasil percobaan II Staphylococcus etanol Sirih Merah (Piper crocatum)
aureus dengan serial dilusi 50% (1), 25% (2), terhadap Staphylococcus aureus
12,5% (3), 6,25% (4), 3,13% (5), 1,56% (6), ATCC 25923
kontrol media dan kontrol bakteri.
Percobaan KHM dalam KBM dalam
ke- % %
I 6,25 6,25
II 12,5 12,5
III 12,5 25
IV 25 25
V 25 25

Tabel 2. Kadar Hambat Minimal (KHM) dan


Kadar Bunuh Minimal (KBM) ekstrak
etanol Sirih Merah (Piper crocatum)
terhadap Escherichia coli ATCC
35218

KHM KBM
Percobaan ke-
dalam % dalam %
I 6,25 6,25
II 6,25 6,25
III 6,25 6,25
IV 6,25 6,25
JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia

V 12,5 3,13 tabel 2. Pada percobaan I – IV sama yaitu


pada konsentrasi 6,25% sementara
percobaan V berada pada konsentrasi
B. Pembahasan
3,13%. Kadar Bunuh Minimal (KBM)
Dari hasil di atas dapat diketahui
ekstrak etanol sirih merah terhadap
sesuai dengan gambar 1, 3, dan tabel 1,
bakteri gram negatif (Escherichia coli)
sirih merah (Piper crocatum) memiliki
lebih baik dibanding pada bakteri gram
potensi antibakteri terhadap
positif (Staphylococcus aureus).
Staphylococcus aureus. Kemampuan
Hal-hal yang mungkin membuat
antibakteri terhadap Staphylococcus
hasil yang berbeda pada percobaan I-V
aureus pada penelitian ini, jika dilihat dari
adalah sebagai berikut :
tabel 1 menunjukkan hasil yang
a. Variasi dari penelitian itu sendiri.
bervariasi atau tidak konsisten. Pada
b. Kadar zat aktif yang berbeda pada
percobaan pertama menunjukkan KHM
ekstrak yang digunakan, karena
6,5% namun pada percobaan II dan III
pembuatan ekstrak dilakukan
pada konsentrasi 12,5% sementara pada
beberapa kali sehingga dari 5
percobaaan IV dan V berada pada
percobaan tersebut tidak berasal
konsentrasi 25%. Hal ini berbeda dengan
dari 1 kali pembuatan. Ekstrak
hasil yang diperoleh pada KHM
tidak dapat berasal dari 1 kali
Escherichia coli. KHM Escherichia coli
pembuatan hal ini disebabkan hasil
cenderung stabil atau konsisten (gambar
ekstrak yang diperoleh hanya
2, 4 dan tabel 2). Dari percobaan I-IV
sedikit, kemudian pada awal-awal
hasilnya sama yaitu pada konsentrasi
percobaan terjadi kontaminasi.
6,25%, hanya pada percobaan V yang
c. Jumlah kuman yang mungkin
menunjukkan hasil berbeda yaitu pada
berbeda pada tiap kali percobaan.
konsentrasi 12,5. Kadar Hambat Minimal
Sekalipun pada perhitungan kuman
(KHM) ekstrak etanol sirih merah
sudah digunakan standar Mac
terhadap bakteri gram negatif
Farlan I, namun karena melihatnya
(Escherichia coli), lebih baik dibanding
dengan mata sehingga hasil
pada bakteri gram positif
cenderung subyektif.
(Staphylococcus aureus)
Pada penelitian ini dapat
Untuk Kadar Bunuh Minimal (KBM)
dibuktikan bahwa sirih merah (Piper
pada bakteri gram positif
crocatum) dapat menjadi salah satu
(Staphylococcus aureus) menunjukkan
alternatif antibakteri baru dalam
hasil yang lebih konsisten dibanding
menangani kasus-kasus penyakit infeksi.
KHM-nya (gambar 4 dan tabel 2).
Potensi antibakteri terhadap bakteri
Percobaan I, KBM pada konsentrasi
gram negatif (Escherichia coli) lebih baik
6,25%, namun pada percobaan II pada
dibanding pada bakteri gram positif
konsentrasi 12,5%. Sementara
(Staphylococcus aureus). Diperlukan
percobaan III-V hasil sama yaitu pada
penelitian-penelitian lanjut yang lebih
konsentrasi 25%. KBM terhadap
luas untuk dapat digunakan di
Escherichia coli cenderung lebih
masyarakat.
konsisten dan lebih baik. Hasil
ditunjukkan pada pada gambar 3 dan
JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia

IV. KESIMPULAN DAN SARAN 3. Manoi, F., 2007, Sirih Merah Sebagai
A. Kesimpulan Tanaman Multi Fungsi, Warta
Dari penelitian ini dapat disimpulkan Puslitbangbun Vol.13 (2).
sebagai berikut : 4. Cowan, M.M., 1999, Plant Products as
a. Ekstrak etanol sirih merah memiliki Antimicrobial Agents, Clinical
ke-mampuan antibakteri terhadap Microbiology Reviews Vol. 12, No. 4 :
bakteri gram positif dan bakteri gram 564–82.
negatif khususnya terhadap 5. Dwidjoseputro D. 1994. Dasar-Dasar
Staphylococcus aureus ATCC 25923 Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta.
dan Escherichia coli ATCC 35218. 6. Robinson, T., 1991, Kandungan
b. Kadar Hambat Minimal (KHM) ekstrak OrganikTumbuhan Tingkat Tinggi,
etanol sirih merah terhadap ITB, Bandung : 132-6.
Staphylococcus aureus (gram positif) 7. Akiyama, H., Fujii, K., Yamasaki, O.,
cenderung pada kadar 25%. Oono, T., Iwatsuki, T., 2001
Sementara untuk Escherichia coli Antibacterial Action of Several
(gram negatif) cenderung pada 6,25%. Tannins Agains Staphylococcus
c. Kadar Bunuh Minimal (KBM) ekstrak aureus, Journal of Antimicrobial
etanol sirih merah terhadap Chemotherapy. Vol. 48 : 487-91.
Staphylococcus aureus (gram positif) 8. Ajizah, A., 2004, Sensitivitas
cenderung pada kadar 25% dan Salmonella Typhimurium Terhadap
terhadap Echericia coli (gram negatif) Ekstrak Daun Psidium Guajava L.
cenderung pada 6,25%. Bioscientiae , Vol. 1, No. 1 : 31-8.
9. Masduki I, 1996. Efek Antibakteri
B. Saran Ekstrak Biji Pinang (Areca catechu)
a. Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap S. aureus dan E. coli.
untuk bakteri gram positif dan gram Cermin Dunia Kedokteran 109 : 21-4.
negatif lain. 10. Parwata I.M.O.A. & Dewi P.F.S.,
b. Memperluas penelitian dengan menguji 2008, Isolasi Dan Uji Aktivitas
potensi ekstrak etanol sirih merah Antibakteri Minyak atsiri Dari
terhadap jamur dan virus. Rimpang Lengkuas (Alpinia Galanga
d. Perlu dicari zat aktif paling kuat yang L.) Jurnal Kimia 2 (2) : 100-4.
ber-peran sebagai antibakteri. 11. Brooks, G.F., Janet, S.B., Stephen,
e. Dilakukan penelitian lanjutan secara A.M., 2001, Jawetz, Melnick, and
in vivo Adelberg’s, Mikrobiologi Kedokteran,
Alih bahasa oleh Mudihardi, E.,
DAFTAR PUSTAKA Kuntaman, Wasito, E.B., Mertaniasih,
1. Sudewo, B., 2007, Basmi Penyakit N.M., Harsono, S., dan Alimsardjono,
dengan Sirih Merah, PT Agromedia L., Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
Pustaka, Jakarta. 12. Beveridge, T.J., 1999, Structures Of
2. Backer, C.A., Den Brink van B.J.R., Gram-Negative Cell Walls And Their
1963, Flora of Java, Published under Derived Membrane Vesicles, J.
The auspices of the rijksherbarium, Bacteriol, Vol 181 (16) : 4725-33.
Leyden. p. : 167.
JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia

13. Gupte, S., 1990, Mikrobiologi Dasar, 16. Supardi, Imam dan Sukamto, 1999,
Ed.3, Bina Aksara, Jakarta. Mikrobiologi dalam Pengolahan dan
14. Capuccino, J.G., Natalie S., 2001, Keamanan Pangan, Alumni, Bandung.
Microbiology : A Laboratory Manual,
Benjamin Cummings, San Fransisico. 17. Hawley, R., 2003, Enterotoxigenic
15. Fournier & Philpott, 2005, Recognition Escheri-chia coli, diakses tanggal 26
of Staphylococcus aureus by the Mei 2008 dari
Innate Immun System, Clin. Microbial. http://vm.cfsan.fda.gov/mov/chap14.h
Rev. Vol. 18 (3) : 521-40. tml.

You might also like