You are on page 1of 9

EFEKTIFITAS TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HALUSINASI

PADA PASIEN HALUSINASI DENGAR


DI RSJ TAMPAN PROVINSI RIAU

Rafina Damayanti¹, Jumaini², Sri Utami³


Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Riau
Email: damayanti.rafinaa@gmail.com

Abstract

The purpose of this research was to determine effectiveness of classical music therapy toward decrease level hallucination in
patient with auditory of hallucination at RSJ Tampan Riau province. The research used quasy experimental design with
pretest-posttest design with control group which divided into experimental group and control group. Sample of this research is
34 people devided into 17 people as the exsperimental group and 17 people as a control group with using purposive sampling
of techniques sampling. Instruments of this research has been tested the validity and reability. The experimental group were
given interventions with music therapy of five time in five days for 10-15 minutes. Then the data analyzed into univariate and
bivariate using wilcoxon test and mean-whitney test. The result of the research showed there is significantly to contrast level of
hallucination after given intervention between experimental group and control group with p value 0,000 (<0,05). In
conclusion level of hallucination experimental group was lower than control group after given intervention. The result is
expected of music therapy to be one nursing intervention to decrease level hallucination with auditory of hallucination.

Key words: Patients with hallucination, music therapy, level of auditory hallucination.

PENDAHULUAN perasaan tanpa adanya suatu rangsangan (objek)


Gangguan jiwa adalah suatu perubahan yang jelas dari luar diri klien terhadap panca
pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya indera pada saat klien dalam keadaan sadar atau
gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan bangun (Azizah, 2011). Halusinasi terbagi dalam
penderitaan pada individu dan atau hambatan 5 jenis, yaitu halusinasi penglihatan, halusinasi
dalam melaksanakan peran sosial (Keliat, penghidu, halusinasi pengecapan, halusinasi
Akemat, Helena & Nurhaeni, 2012). Gangguan perabaan, dan halusinasi pendengaran (Keliat,
jiwa diklasifikasikan dalam bentuk Akemat, Helena, & Nurhaeni, 2012). Halusinasi
penggolongan diagnosis. Penggolongan pendengaran adalah halusinasi yang paling
diagnosis gangguan jiwa di Indonesia sering dialami oleh penderita gangguan mental,
menggunakan Pedoman Penggolongan misalnya mendengar suara melengking,
Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ). Salah satu mendesir, bising, dan dalam bentuk kata-kata
diagnosis gangguan jiwa yang sering dijumpai atau kalimat. Individu merasa suara itu tertuju
adalah Skizofrenia (Keliat, Wiyono, & Susanti, padanya, sehingga penderita sering terlihat
2011). bertengkar atau berbicara dengan suara yang
Skizofrenia adalah sekelompok reaksi didengarnya (Baihaqi, Sunardi, Riksma, & Euis,
psikotik yang mempengaruhi berbagai area 2005).
fungsi individu, termasuk berpikir dan Gangguan halusinasi dapat diatasi dengan
berkomunikasi, menerima, menginterprestasikan terapi farmakologi dan nonfarmakologi (Keliat,
realitas, merasakan dan menunjukan emosi, serta Wiyono, & Susanti, 2011). Terapi
berperilaku dengan sikap yang dapat diterima nonfarmakologi lebih aman digunakan karena
secara sosial (Williams & Wilkins, 2005). tidak menimbulkan efek samping seperti obat-
Skizofrenia merupakan penyakit atau gangguan obatan, karena terapi nonfarmakologi
jiwa kronis yang dialami oleh 1% penduduk. menggunakan proses fisiologis (Zikria, 2012).
Pasien yang dirawat dengan gangguan Salah satu terapi nonfarmakologi yang efektif
skizofrenia di rumah sakit jiwa sekitar 80% dari adalah mendengarkan musik. Musik memiliki
total keseluruhan pasien. (Keliat, Wiyono, & kekuatan untuk mengobati penyakit dan
Susanti, 2011). meningkatkan kemampuan pikiran seseorang.
Keliat, Wiyono dan Susanti (2011) Ketika musik diterapkan menjadi sebuah terapi,
menyatakan penderita skizofrenia akan musik dapat meningkatkan, memulihkan, dan
mengalami gejala gangguan realitas seperti memelihara kesehatan fisik, mental, emosional,
waham dan halusinasi. Halusinasi adalah sosial dan spritual (Aldridge, 2008).
JOM PSIK VOL. 1 NO. 2 OKTOBER 2014 1
Pada zaman modern, terapi musik banyak meningkatkan kontak interpersonal serta
digunakan oleh psikolog maupun psikiater untuk meningkatkan kemampuan pasien untuk
mengatasi berbagai macam gangguan kejiwaan, beradaptasi dengan lingkungan sosial di
gangguan mental atau gangguan psikologis masyarakat.
(Aldridge, 2008). Terapi musik sangat mudah Terapi musik juga efektif dalam
diterima organ pendengaran dan kemudian menurunkan tingkat depresi pada pasien isolasi
melalui saraf pendengaran disalurkan ke bagian sosial. Penelitian yang dilakukan oleh Ayu, Arief
otak yang memproses emosi yaitu sistem limbik dan Ulfa (2012) dengan judul efektifitas terapi
(Aldridge, 2008). Menurut Williams dan Wilkins musik terhadap tingkat depresi pasien isolasi
(2005) pada sistem limbik di dalam otak terdapat sosial di Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino
neurotransmitter yang mengatur mengenai stres, Gondhohutomo Semarang, didapatkan hasil
ansietas, dan beberapa gangguan terkait ansietas. bahwa terapi musik efektif terhadap penurunan
Penelitian O’Sullivan (1991, dalam Rusdi & tingkat depresi pasien isolasi sosial. Hal ini
Isnawati, 2009) menemukan bahwa musik dapat berarti terapi musik dapat membantu
mempengaruhi imajinasi, intelegensi, dan meningkatkan kesehatan mental pada pasien
memori, serta dapat mempengaruhi hipofisis di isolasi sosial.
otak untuk melepaskan endorfin. Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Tampan Provinsi
Musik dibagi atas 2 jenis yaitu musik Riau merupakan satu-satunya rumah sakit jiwa di
“acid” (asam) dan “alkaline” (basa). Musik yang Provinsi Riau yang memiliki 3 jenis ruang rawat
menghasilkan acid adalah musik hard rock dan inap. Ruang rawat inap pertama adalah Ruang
rapp yang membuat seseorang menjadi marah, Intensif, yaitu Ruang UPIP (Unit Perawatan
bingung, mudah terkejut dan tidak fokus. Musik Intensif Psikiatri). Ruang rawat inap kedua
yang menghasilkan alkaline adalah musik klasik adalah Ruang Intermediat, yaitu Ruang Kuantan,
yang lembut, musik instrumental, musik Siak dan Indragiri. Ruang rawat inap yang ketiga
meditatif dan musik yang dapat membuat rileks adalah Ruang Tenang yang terdiri dari Ruang
dan tenang seperti musik klasik (Mucci & Pra Mandiri dan Ruang Mandiri, yaitu Ruang
Mucci, 2002). Sebayang dan Ruang Kampar.
Musik klasik (Haydn dan Mozart) mampu Berdasarkan data rekam medik RSJ
memperbaiki konsentrasi, ingatan dan presepsi Tampan pada tahun 2012, jumlah pasien yang
spasial. Pada gelombang otak, gelombang alfa dirawat inap sebanyak 4.598. Masalah
mencirikan perasaan ketenangan dan kesadaran keperawatan jiwa pada urutan pertama adalah
yang gelombangnya mulai 8 hingga 13 hertz. gangguan persepsi sensori: halusinasi (2.479
Semakin lambat gelombang otak, semakin pasien). Urutan kedua adalah resiko perilaku
santai, puas, dan damailah perasaan kita, jika kekerasan (1.218 pasien), kemudian diikuti
seseorang melamun atau merasa dirinya berada dengan defisit perawatan diri (335 pasien),
dalam suasana hati yang emosional atau tidak isolasi sosial (267 pasien), harga diri rendah
terfokus, musik klasik dapat membantu kronik (183 pasien), waham (94 pasien), serta
memperkuat kesadaran dan meningkatkan resiko bunuh diri (22 pasien) (RSJ Tampan,
organisasi metal seseorang jika didengarkan 2012).
selama sepuluh hingga lima belas menit Peneliti melakukan studi pendahuluan pada
(Campbell, 2001). tanggal 30 oktober 2013 di RSJ Tampan melalui
Gold, Heldal, Dahle, dan Wigram (2005) metode wawancara kepada 10 perawat di ruang
melakukan penelitian mengenai efektifitas terapi Siak, Kuantan, Sebayang, UPIP, dan Indragiri.
musik sebagai terapi tambahan pada pasien Hasil wawancara didapatkan 8 dari 10 perawat
skizofrenia. Hasil penelitian ini menunjukkan (80%) mengatakan tindakan keperawatan yang
bahwa terapi musik yang diberikan sebagai dilakukan pada pasien halusinasi adalah
terapi tambahan pada perawatan standar dapat mengidentifikasi halusinasi, cara mengontrol
membantu meningkatkan kondisi mental pasien halusinasi, dan terapi aktivitas kelompok:
skizofrenia. Penelitian lain juga telah dilakukan stimulasi persepsi sensori halusinasi. Seluruh
oleh Ulrich, Houtmans, dan Gold (2007) yaitu perawat (100%) juga mengatakan belum pernah
menggunakan terapi musik untuk kelompok melakukan terapi musik klasik sebagai terapi
pasien skizofrenia, didapatkan hasil bahwa terapi nonfarmakologi pada pasien dengan masalah
musik dapat mengurangi gejala negatif dan gangguan persepsi sensori: halusinasi khususnya

JOM PSIK VOL. 1 NO. 2 OKTOBER 2014 2


pada pasien yang mengalami halusinasi dengar. N
Kelomp Kelomp
Di RSJ Tampan pemberian terapi musik klasik ok ok
Karakteristik
Eksperi Kontrol
pernah dilakukan oleh mahasiswa profesi elektif o responden
men (n=17)
pv
tahun 2013 dan hasilnya menunjukkan bahwa (n=17)
musik klasik efektif dalam menurunkan tanda N % N %
dan gejala halusinasi. Sepanjang pengetahuan (Dewasa
peneliti, di RSJ Tampan belum pernah dilakukan tengah)
- ≥ 60 tahun - - 1 5,9
penelitian Efektifitas terapi musik klasik pada
(Dewasa
pasien halusinasi pendengaran. akhir)
Dari fenomena-fenomena yang telah
diuraikan, peneliti tertarik untuk melakukan Total 17 100 17 100
penelitian mengenai “Efektifitas Pemberian 2. Jenis Kelamin 1,000
Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan - Laki-laki 11 64,7 12 70,6
Tingkat Halusinasi pada Pasien Halusinasi - Perempuan 6 35,5 5 29,4
Dengar di RSJ Tampan Provinsi Riau”.
Total 17 100 17 100
3 Pendidikan 1,000
METODOLOGI PENELITIAN Terakhir
Desain penelitian yang digunakan adalah - Tidak 2 11,0 2 11,8
quasi eksperimental design berupa rancangan pernah
pretest-posttest design with control group sekolah
- SD 3 17,6 4
(Nursalam, 2008). Desain ini bertujuan untuk 8 47,1 6 23,5
- SMP
mengetahui efektifitas terapi musik klasik 3 17,6 4 35,5
- SMA
terhadap penurunan tingkat halusinasi pada - Akademi/P
1 5,9 1 23,5
pasien halusinasi dengar di RSJ Tampan Provinsi 5,9
erguruan
Riau. tinggi
Instrumen yang digunakan berupa Total 17 100 17 100
kuisioner Lelono (2011) dengan 12 pernyataan 4 Status 1,000
yang telah diuji validitas dan reliabilitas di ruang pernikahan
Sebayang RSJ Tampan Provinsi Riau. Analisa - Menikah 7 41,2 7 41,2
yang digunakan adalah analisa univariat - Tidak 8 47,1 8 47,1
menikah
digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang - Duda/Janda 2 11,8 2 11,8
karakteristik responden, mendeskripsikan tingkat
halusinasi dengar kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol sebelum dan sesudah Total 17 100 17 100
dilakukan terapi musik dan analisa bivariat 5 Pekerjaan 0,734
- Pelajar/ma - - - -
digunakan untuk melihat pengaruh terapi musik hasiswa
klasik terhadap tingkat halusinasi pada pasien - PNS 1 5,9 - -
halusinasi dengar dan melihat homogenitas - Wiraswasta 2 11,8 6 35,5
kedua kelompok data (Hastono, 2007). - Tidak 7 41,2 8 47,1
bekerja
- Lainnya 7 41,2 3 17,6
HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Total 17 100 17 100
Karakteristik responden Berdasarkan penelitian tersebut
Kelomp Kelomp
N didapatkan bahwa karakteristik umur responden
ok ok
Karakteristik kelompok eksperimen sebagian besar berumur
Eksperi Kontrol
o responden pv antara 18-40 tahun yaitu 13 orang (76,5%),
men (n=17)
(n=17) kelompok kontrol sebagian besar berumur antara
N % N % 18-40 tahun yaitu 12 orang (70,6%). Umur
1. Umur 1,000 responden kelompok eksperimen dan kontrol
- 18-40 13 76,5 12 70,6
tahun adalah homogen. Karakteristik jenis kelamin
(Dewasa kelompok eksperimen sebagian besar berjenis
awal) kelamin laki-laki yaitu 11 orang (64,7%), dan
- 41-60 4 23,5 4 23,5 kelompok kontrol sebagian besar berjenis
tahun
JOM PSIK VOL. 1 NO. 2 OKTOBER 2014 3
kelamin laki-laki yaitu 12 orang (70,6%). Jenis
kelamin responden kelompok eksperimen dan N
Kelompok Me Min Max SD Pv
kontrol adalah homogen. Karakteristik o
pendidikan terakhir responden kelompok
eksperimen sebagian besar adalah SMP yaitu 8 1 Eksperimen 3 2 4 0,702
0,102
orang (47,1%), dan kelompok kontrol sebagian 2 Kontrol 3 2 4 0,5
besar adalah SMP yaitu 6 orang (35,5%). Berdasarkan tabel 3 diatas kelompok
Pendidikan terakhir responden kelompok eksperimen menunjukkan nilai median sebelum
eksperimen dan kontrol adalah homogen. diberikan terapi musik klasik adalah 3 dengan
Karakteristik status pernikahan kelompok standar deviasi 0,702, sedangkan kelompok
eksperimen paling banyak adalah tidak menikah kontrol adalah 3 dengan standar deviasi 0,5.
yaitu 8 orang (47,1%) dan, kelompok kontrol Hasil uji homogenitas menggunakan uji t
paling banyak adalah tidak menikah yaitu 8 independent didapatkan nilai p value 0,102, yaitu
orang (47,1%). Status pernikahan responden nilai p value > α (0,05), maka tingkat halusinasi
kelompok eksperimen dan kontrol adalah dengar pada kelompok eksperimen dan
homogen. Karakteristik responden berdasarkan kelompok kontrol sebelum diberikan terapi
pekerjaaan pada kelompok eksperimen paling musik klasik pada kelompok eksperimen adalah
banyak adalah tidak bekerja dan pekerjaan homogen.
lainnya yaitu masing-masing 7 orang (41,2%), Tabel 4.
kelompok kontrol paling banyak adalah tidak Distribusi tingkat halusinasi responden pada
bekerja yaitu 8 orang (47,1%). Pekerjaan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
responden kelompok eksperimen dan kontrol setelah (posttest) diberikan terapi musik klasik.
adalah homogen. Dapat dilihat pada tabel 1 N
Kelompok Me Min Max SD
o.
berikut:
1. Eksperimen 2 2 3 0,332
Tabel 2. 2. Kontrol 3 2 4 0,6
Karakteristik responden Berdasarkan tabel 4 diketahui nilai
Eksperimen Kontrol median pada kelompok eksperimen adalah 2 dan
N M M Ma SD M M M SD p v kelompok kontrol 3 dengan standar deviasi pada
Kelo
o e in x e i ax kelompok eksperimen adalah 0,332 dan pada
mpok
. n kelompok kontrol 0,6.
Tabel 5.
1 Lama 17 3 120 29,26 21 6 90 18,72 0,668
Distribusi rata-rata tingkat halusinasi kelompok
. rawat
eksperimen dan kelompok kontrol pada pretest
2. 2 Freku 2 1 10 2,239 2 1 10 2,181 0,939dan posttest.
2. ensi
diraw Kelompok Me SD SE Pv
at eksperimen (n=17)
Tabel 2 diatas menunjukkan median a. Pretest 3 0,702 0,170 0,003
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol b. Posttest 2 0,332 0,081
pada lama hari rawat yaitu 17,00 dan 21,00 Kontrol (n=17)
dengan standar deviasi kelompok eksperimen a. Pretest 3 0,5 0,121 0,414
b. Posttest 3 0,6 0,146
29,26 dan kelompok kontrol 18,72. Karakteristik
Berdasarkan tabel 5 diketahui nilai
responden berdasarkan frekuensi dirawat
median kelompok eksperimen dan kelompok
menunjukkan nilai median kelompok ekperimen
kontrol pada pretest adalah 3 dan 3 dengan
dan kelompok kontrol masing-masing adalah 2
standar deviasi 0,702 dan 0,5. Nilai median
dengan standar deviasi 2,239 dan 2,181.
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Karakteristik responden lama hari rawat dan
pada posttest adalah 2 dan 3 dengan standar
frekuensi dirawat adalah homogen.
deviasi 0,332 dan 0,6. Hasil uji statistik dengan
Tabel 3.
nilai alpha 0,05 didapatkan nilai p value 0,003
Distribusi tingkat halusinasi responden pada
pada kelompok eksperimen, maka dapat
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
disimpulkan Ho ditolak, berarti ada perbedaan
sebelum diberikan terapi musik klasik pada
yang signifikan antara pretest dan posttest. Nilai
kelompok eksperimen dan uji homogenitas.
p value 0,414 pada kelompok kontrol, maka

JOM PSIK VOL. 1 NO. 2 OKTOBER 2014 4


dapat disimpulkan Ho gagal ditolak berarti tidak orang responden lainnya berjenis kelamin
ada perbedaan yang signifikan antara pretest dan perempuan dengan presentase 32,4%. Rata-
posttest. rata jenis kelamin pasien gangguan jiwa
Tabel 6. disebagian Rumah Sakit Jiwa khususnya
Distribusi rata-rata tingkat halusinasi setelah dengan diagnosa gangguan persepsi sensori
(posttest) diberikan terapi musik klasik pada halusinasi adalah laki-laki. Laki-laki
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol cenderung sering mengalami perubahan
peran dan penurunan interaksi sosial serta
Kelompok Me SD SE pv kehilangan pekerjaan, hal ini yang sering
eksperimen 2 0,332 0,81 menjadi penyebab laki-laki lebih rentan
(n=17) 3 0,6 0,146 0,000
terhadap masalah mental, termasuk depresi
kontrol (n=17)
(Soejono, Setiati & Wiwie, 2000).
Berdasarkan tabel 6 diketahui nilai
median tingkat halusinasi setelah diberikan B. Efektifitas terapi musik klasik terhadap
terapi musik klasik pada kelompok eksperimen penurunan tingkat halusinasi pada pasien
adalah 2 dengan standar deviasi 0,332, halusinasi dengar
Uji wilcoxon yang dilakukan didapatkan
sedangkan pada kelompok kontrol nilai median
hasil ada pengaruh sebelum (pretest) dan
tingkat halusinasi setelah diberikan terapi musik
sesudah (posttest) dilakukan terapi musik
klasik adalah 3 dengan standar deviasi 0,6. Hasil
klasik pada kelompok eksperimen terhadap
uji statistik didapatkan p value 0,000 dengan
penurunan tingkat halusinasi dengar. Nilai
menggunakan nilai α (0,05), maka diputuskan
median pretest dan posttest pada kelompok
Ho ditolak berarti ada perbedaan yang signifikan
eksperimen mengalami penurunan dari 3
tingkat halusinasi setelah diberikan terapi musik
menjadi 2 dengan nilai p value = 0,003 < α
klasik antara kelompok eksperimen dengan
(0,05) sehingga Ho ditolak.
kelompok kontrol.
Hasil uji pada pada kelompok kontrol
didapatkan tidak ada pengaruh sebelum
PEMBAHASAN
(pretest) dan sesudah (posttest) diberikan
A. Karakteristik responden
terapi musik klasik terhadap penurunan
Hasil penelitian yang telah dilakukan di
tingkat halusinasi dengar. Nilai median
RSJ Tampan Provinsi Riau didapatkan
pretest dan posttest pada kelompok kontrol
bahwa umur responden terbanyak adalah
tidak mengalami perubahan, yaitu 3 dengan
dewasa awal yaitu 18-40 tahun (73,5%).
nilai p value= 0,414 > α (0,05) sehingga Ho
Hasil penelitian ini sama dengan hasil
gagal ditolak.
penelitian Purba (2013) mayoritas responden
Penanganan pasien dengan halusinasi
berumur 20-40 tahun (dewasa awal)
bertujuan agar pasien mampu mengontrol
sebanyak 20 orang (76,9%). Prevalensi
halusinasinya. Penanganan pada pasien ini
penderita skizofrenia di Indonesia sebesar
meliputi pemberian obat, tindakan
0,3 sampai 1% dan biasa timbul pada usia
keperawatan sesuai dengan standar asuhan
sekitar 15 sampai 35 tahun, namun ada juga
keperawatan serta tindakan nonfarmakologis
yang berusia 11 sampai 12 tahun sudah
lainnya. Hal ini sesuai dengan yang
menderita skizofrenia Usia dewasa dalam
disampaikan oleh Lelono (2011) bahwa salah
perkembangannya termasuk periode
satu tindakan keperawatan yang dapat
operasional formal (Novita, 2012 dalam
dilakukan yaitu dengan tindakan
Aedil, Syafar, Suriah, 2013). Stuart dan
nonfarmakologis. Salah satu terapi
Laraia (2005) menyatakan usia berhubungan
nonfarmakologi yang efektif adalah
dengan pengalaman seseorang dalam
mendengarkan musik klasik. Musik memiliki
menghadapi berbagai macam stresor,
kekuatan untuk mengobati penyakit dan
kemampuan memanfaatkan sumber
meningkatkan kemampuan pikiran seseorang.
dukungan dan keterampilan dalam
Ketika musik diterapkan menjadi sebuah
mekanisme koping.
terapi, musik dapat meningkatkan,
Hasil penelitian yang telah dilakukan di
memulihkan, dan memelihara kesehatan fisik,
RSJ Tampan, dimana 23 orang responden
mental, emosional, sosial dan spritual
dari 34 orang responden berjenis kelamin
(Aldridge, 2008).
laki-laki dengan presentase 67,6% dan 11

JOM PSIK VOL. 1 NO. 2 OKTOBER 2014 5


Perbedaan tingkat halusinasi posttest penderita merasakan ketenangan, santai,
pada kelompok eksperimen yang diberikan rileks, nyaman, mulai dapat berinteraksi
terapi musik klasik dianalisa dengan dengan orang lain, fokus terhadap apa yang
kelompok kontrol yang tidak diberikan terapi dilakukan serta munculnya motivasi untuk
musik klasik, menggunakan uji Mean- sembuh. Hal tersebut sesuai dengan
Whitney. Nilai median posttest untuk pernyataan Campbell (2001) yaitu pada
kelompok eksperimen yaitu 2 dengan standar gelombang otak, gelombang beta yang
deviasi 0,332 sedangkan nilai median posttest bergetar dari 14 hingga 20 hertz dalam
untuk kelompok kontrol yaitu 3 dengan kegiatan sehari-hari di dunia luar, maupun
standar deviasi 0,6. Hasil analisis yang apabila kita mengalami perasaan negatif yang
didapatkan nilai p value = 0,000, maka p kuat. Ketenangan dan kesadaran yang
value < α (0,05), yang berarti Ha diterima. dirasakan dicirikan oleh gelombang alfa, yang
Hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan daurnya mulai 8 hingga 13 hertz. Periode-
antara rata-rata tingkat halusinasi setelah periode puncak kreativitas, meditasi, dan tidur
(posttest) diberikan terapi musik klasik pada dicirikan dalam gelombang theta dari 4
kelompok eksperimen dengan nilai median hingga 7 hertz, dan tidur nyenyak, meditasi
tingkat halusinasi yang tidak diberikan terapi napas dalam, serta keadaan tak sadar
musik klasik pada kelompok kontrol. menghasilkan gelombang delta, yang berkisar
Jumlah responden pada kelompok 0,5 hingga 3 hertz. Semakin lambat
eksperimen sebelum diberikan terapi musik gelombang otak, semakin santai, puas, dan
klasik dengan tingkat halusinasi sedang damailah perasaan kita.
adalah 15 orang (88,2%), setelah dilakukan Terapi musik sangat mudah diterima
terapi musik klasik tingkat halusinasi sedang organ pendengaran dan kemudian melalui
menjadi 8 orang (47,1%). Pemberian terapi saraf pendengaran disalurkan ke bagian otak
dilakukan sebanyak 5 kali selama 5 hari yang memproses emosi yaitu sistem limbik
dengan durasi 10-15 menit. Penelitian Ayu, (Aldridge, 2008). Penelitian yang juga
Wayan, dan Ketut (2013) melakukan dilakukan oleh Crithley & Hensen tentang
penelitian dengan judul pengaruh terapi musik musik dan otak mengatakan bahwa karena
klasik terhadap perubahan gejala perilaku sifatnya non verbal, musik bisa menjangkau
agresif pada klien skizofrenia di ruang Kunti sistem limbik yang secara langsung dapat
RSJ Provinsi Bali dengan pemberian terapi mempengaruhi reaksi emosional dan reaksi
musik klasik sebanyak 7 kali dengan durasi fisik manusia seperti detak jantung, tekanan
selama 30 menit. Hasil penelitian ini darah, dan temperatur tubuh, hasil
didapatkan jumlah responden dengan tingkat pengamatannya mengatakan dengan
halusinasi sedang sebelum diberikan terapi mengaktifkan aliran ingatan yang tersimpan
musik klasik adalah 11 orang (73,3%), setelah di wilayah corpus collosum musik
diberikan terapi musik klasik tingkat meningkatkan integrasi seluruh wilayah otak
halusinasi sedang menjadi 3 orang (20%) (Rachmawati, 2005).
dengan total responden sebanyak 15 orang. Pasien yang mengalami halusinasi
Hal ini menunjukkan semakin sering dengar akan mengalami gejala seperti
frekuensi dan semakin lama durasi terapi mendengarkan suara atau kebisingan yang
musik klasik yang diberikan, maka tingkat kurang jelas ataupun yang jelas, dimana
halusinasi pasien semakin menurun. terkadang suara-suara tersebut seperti
Penelitian Ulrich, Houtmans, dan Gold mengajak berbicara klien dan kadang
(2007) yang juga menggunakan terapi musik memerintah klien untuk melakukan sesuatu
untuk kelompok pasien skizofrenia, (Kusumawati & Hartono, 2010). Responden
didapatkan hasil bahwa terapi musik dapat kelompok eksperimen yang telah selesai
mengurangi gejala negatif dan meningkatkan diberikan terapi musik klasik diberikan
kontak interpersonal serta meningkatkan posttest, saat diberikan posttest responden
kemampuan pasien untuk beradaptasi dengan sudah tampak bisa fokus jika diajak berbicara,
lingkungan sosial di masyarakat. Hasil menjawab pertanyaan dengan benar, jarang
penelitian tersebut menunjukkan terapi musik berbicara sendiri, lebih nyaman untuk
sangat efektif bagi penderita skhizofrenia, berinteraksi dengan orang lain, klien juga

JOM PSIK VOL. 1 NO. 2 OKTOBER 2014 6


mengatakan suara bisikan yang didengar
sudah berkurang. Peneliti juga melihat hasil DAFTAR PUSTAKA
data perkembangan pasien yang dilihat pada Aedil, M., Syafar, M., Suriah. (2013). Perilaku
data pendukung yaitu rekam medis. petugas kesehatan dalam perawatan
pasien gangguan jiwa skizofrenia di
KESIMPULAN Rumah Sakit khusus daera Sulawesi
Pada kelompok eksperimen didapatkan Selatan tahun 2013. Diperoleh tanggal 06
nilai significancy (p value) 0,003 atau p value < Juli 2014 dari
α (0,05), maka Ho ditolak. Hal ini berarti ada repository.unhas.ac.id/.../JURNAL%20(M
perbedaan antara pretest dan posttest dan terjadi UHAMMAD%20AEDIL).pdf?...
penurunan nilai rata-rata pretest dan posttest Aldridge, D. (2008). Melody in music therapy: a
diberikan terapi musik klasik yaitu dari 3 therapeutic narrative analysis. London:
menjadi 2, dapat disimpulkan bahwa adanya Jessica Kingsley Publisher.
penurunan tingkat halusinasi pada kelompok Ayu, F. R, Arief, N., & Ulfa, N. (2012).
eksperimen yang telah diberikan terapi musik Efektifitas terapi musik terhadap tingkat
klasik. Hasil uji pada kelompok kontrol yang depresi pasien isolasi sosial di Rumah
tidak diberikan terapi musik klasik didapatkan Sakit Jiwa Dr. Amino Gondhohutomo
nilai significancy (p value) 0,414 atau p value > Semarang. Diperoleh tanggal 18 Desember
α (0,05), maka Ha ditolak. Hal ini berarti tidak 2013 dari
ada perbedaan yang signifikan antara pretest dan http://id.scribd.com/doc/131192571/Latar-
posttest pada kelompok kontrol. Hal ini Belakang-Jurnal-Kel-5.
ditunjukkan tidak adanya perubahan nilai rata- Azizah, L. M. (2011). Keperawatan jiwa aplikasi
rata antara pretest dan posttest pada kelompok praktik klinik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
kontrol, dapat disimpulkan bahwa tidak ada Baihaqi, M., Sunardi., Rinalti, R., & Heryati, E.
penurunan tingkat halusinasi pada kelompok (2005). Psikiatri konsep dasar dan
kontrol. Perbedaan tingkat halusinasi posttest gangguan-gangguan. Bandung: Refika
pada kelompok eksperimen dan kelompok Aditama.
kontrol didapatkan p value 0,000 < α (0,05), Campbell, D. (2001). Efek mozart memanfaatkan
maka Ho ditolak berarti ada perbedaan yang kekuatan musik untuk mempertajam
signifikan tingkat halusinasi setelah (posttest) pikiran, meningkatkan Kreativitas, dan
diberikan terapi musik klasik antara kelompok menyehatkan Tubuh(Hermaya,
eksperimen dan kelompok kontrol. Penerjemah.). Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
SARAN Gold, C., Heldal, T. O., Dahle, T., & Wigram, T.
Saran bagi peneliti lain yang akan (2005). American Music Therapy
melanjutkan penelitian ini hendaknya menambah Association. Music Therapy for
frekuensi, tidak ada perbedaan durasi pemberian Schizophrenia or Schizophrenia Like
terapi musik klasik musik klasik pada responden, Ilnesses, 3. Diperoleh tanggal 21 Desember
instrumen yang digunakan teruji validitas dan 2013 dari
reliabilitas secara keseluruhan dan mencoba http://www.musictherapy.org/assets/1/7/bi
terapi musik klasik pada pasien gangguan jiwa b_psychopathology.pdf.
dengan diagnosa keperawatan lain seperti pada Hastono, S. P. (2007). Analisis data kesehatan.
pasien perilaku kekerasan. Jakarta: FKM UI.
Keliat, B. A., Wiyono, A.P., & Susanti, H.
¹Rafina Damayanti: Mahasiswa Program Studi (2011). Manajemen kasus gangguan jiwa:
Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Indonesia CMHN(intermediate course). Jakarta:
²Ns. Jumaini, M.Kep.,Sp.Kep.J: Dosen Bidang EGC.
Keilmuan Keperawatan Jiwa Program Studi Ilmu Keliat, B. A., Akemat, Helena, C., & Nurhaeni,
Keperawatan Universitas Riau, Indonesia H. (2012). Keperawatan kesehatan jiwa
³Ns. Sri Utami, M.Biomed: Dosen Bidang komunitas: CMHN (basic course). Jakarta:
Keilmuan Keperawatan Maternitas Program EGC.
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Lelono, S. K. (2011). Efektifitas cognitive
Indonesia behaviour therapy dan rational emotive

JOM PSIK VOL. 1 NO. 2 OKTOBER 2014 7


behaviour therapy terhadap klien perilaku
kekerasan, halusinasi dan harga diri
rendah di RSMM Bogor. Diperoleh tanggal
12 November 2013 dari
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282
412-
T%20Satrio%20Kusumo%20Lelono.pdf.
Mucci, K., & Mucci, R. (2002). The healing
sound of music: manfaat musik untuk
kesembuhan, kesehatan, dan kebahagiaan
hidup(Prakoso, Penerjemah.). Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Nursalam. (2008). Konsep & penerapan
metodologi penelitian ilmu keperawatan:
pedoman skripsi, tesis dan instrument
penelitian keperawatan, Edisi: 1. Jakarta:
Salemba Medika.
Rusdi & Isnawati, N. (2009). Awas! anda bisa
mati cepat akibat hipertensi dan diabetes.
Jogjakarta: Power Books.
RSJ Tampan. (2012). Evaluasi mutu ruang
MPKP rumah sakit jiwa Tampan Provinsi
Riau tahun 2012. Pekanbaru: RM RSJ
Tampan. Tidak dipublikasi.
Stuart, G.W, & Laraia, M.T. (2005). Principle
and practice of psychiatric nursing, Edisi:
8. Philadelphia: Elseiver Mosby.
Ulrich, G., Houtmans, T., & Gold, C. (2007).
American Music Therapy Association. The
Additional Therapeutic effect of Group
Music Therapy for Schizophrenic Patients,
116,362-70. Diperoleh tanggal 21
Desember 2013 dari
http://www.musictherapy.org/assets/1/7/bi
b_psychopathology.pdf.
Williams, L., & Wilkins. (2005). Panduan
Belajar: Keperawatan Kesehatan Jiwa dan
Psikiatrik, Edisi: 3(Rahayuningsih, D.P,
penerjemah.). Jakarta: EGC.

Zikria, S. (2012). Pengaruh terapi music


terhadap intensitas nyeri anak usia sekolah
yang dilakukan prosedur invasif di RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru. Skripsi tidak
dipublikasikan.

JOM PSIK VOL. 1 NO. 2 OKTOBER 2014 8


JOM PSIK VOL. 1 NO. 2 OKTOBER 2014 9

You might also like