You are on page 1of 12

Jurnal Anestesiologi Indonesia

LAPORAN KASUS
Manajemen Perioperatif pada Pasien dengan Restenosis Katup Biomitral yang
Menjalani Pergantian Katup Mitral
Perioperative Management in Patients with Restenosis of the Biomitral Valve
Underlying Mitral Valve Substitution
Yudhi Prasetyo*, Rudy Yuliansyah*
*RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Jakarta

ABSTRACT

Thrombosis of the bioprosthesis valve is rarely happened. Thrombosis generally


occurs in patients who use mechanical valves. The use of bioprosthesis valve to
manage valve disorders is growing day by day. Physiological valve replacement with
artificial valves can reduce morbidity and mortality for patients, but when viewed from
another side, the replacement of this valve also have its own risk for patients, such as
the risk of thrombosis or stenosis of the artificial valve. A 33-year-old woman came for
a mitral valve replacement because of mitral valve mitral restenosis after mitral valve
replacement with bioprosthesis 8 years ago. Patients present to the ER with
complaints of increasingly severe shortness of breath, from the examination obtained
severe calcification of the mitral bioprosthesis valve with the possibility of thrombus
around the posterior valve. Patients are planned to have a repeat mitral valve
replacement surgery using mechanical valve. The anesthesia management is
emphasized on premedication that does not induce an acute preload decline, avoid
excessive sedation, evaluation with TEE for monitoring of repaired or replaced valve
function and ensure fluid adequacy to avoid ventricular failure and maintain cardiac
outputduring surgery.

Keywords: bioprosthesis thrombosis, mitral valve replacement, perioperative


management

ABSTRAK

Trombosis katup bioprotesa merupakan hal yang jarang terjadi. Trombosis umumnya
terjadi pada pasien yang menggunakan katup mekanik. Implantasi katup bioprotesa
untuk menatalaksana gangguan katup semakin berkembang dari hari ke hari.
Penggantian katup fisiologis dengan katup buatan mampu menurunkan morbiditas dan
mortalitas bagi pasien, namun bila dilihat dari sisi lain, penggantian katup ini pun
membawa risiko tersendiri bagi pasien, seperti risiko terjadinya trombosis atau stenosis
dari katup buatan. Seorang perempuan berusia 33 tahun datang untuk dilakukan
pergantian ulang katup mitral karena restenosis katup mitral setelah pergantian katup

Volume IX, Nomor 2, Tahun 2017


Volume IX, Nomor
Terakreditasi DIKTI 2, Tahunmasa
dengan 2017berlaku 3 Juli 2014 - 2 Juli 2019 110
Dasar SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 212/P/2014
Jurnal Anestesiologi Indonesia

mitral dengan bioprotesa 8 tahun yang lalu. Pasien datang dengan keluhan sesak yang
semakin berat, dari pemeriksaan didapatkan kalsifikasi berat katup bioprotesa mitral
dengan kemungkinan trombus di sekitar posterior katup. Pasien direncanakan untuk
dilakukan pergantian ulang katup mitral dengan menggunakan katup mekanik.
Manajemen dari sisi anestesianya ditekankan pada premedikasi yang tidak
menginduksi penurunan preload akut, menghindari sedasi terlalu dalam, dan evaluasi
dengan TEE untuk pemantauan fungsi katup yang diperbaiki atau diganti. Selama
pembedahan, pastikan kecukupan cairan untuk menghindari kegagalan ventrikel dan
menjaga adekuasi curah jantung

Kata kunci : manajemen per ioper atif, katup mitr al, tr ombosis katup biopr otesa

PENDAHULUAN menyebabkan trombosis terjadi pada


pasien yang menggunakan bioprotesa.2
Implantasi katup bioprotesa untuk
menatalaksana gangguan katup KASUS
semakin berkembang dari hari ke hari.
Penggantian katup fisiologis dengan Seorang perempuan berusia 33 tahun
katup buatan mampu menurunkan datang untuk dilakukan pergantian
morbiditas dan mortalitas bagi pasien, ulang katup mitral karena restenosis
namun bila dilihat dari sisi lain, katup mitral. Pasien ini datang ke
penggantian katup ini pun membawa instalasi gawat darurat (IGD) dengan
risiko tersendiri bagi pasien, seperti dengan keluhan mudah lelah dan sesak
risiko terjadinya trombosis atau stenosis yang semakin berat dalam satu bulan
dari katup buatan.1 terakhir. Pasien mengatakan telah
menjalani operasi pergantian katup di
Katup jantung bioprotesa yang tahun 2008 (8 tahun yang lalu).
digunakan sebagai pengganti katup Keluhan lain seperti nyeri dada,
fisiologis jantung menawarkan fungsi bengkak pada kaki serta riwayat darah
yang hampir mirip dalam hal tinggi atau kencing manis disangkal.
hemodinamik dan resistensi terhadap Kondisi pasien kompos mentis, dengan
trombosis. Tidak seperti katup tekanan darah 98/52 mmHg, laju nadi
mekanik, pengguna bioprotesa tidak 84 x/menit, laju napas 20-24 x/menit,
memerlukan konsumsi antikoagulan dan saturasi oksigen (SpO2) 100%.
dalam waktu lama karena rendahnya
insidensi trombosis setelah 3 bulan Untuk pemeriksaan penunjang
postoperatif. Setelah terapi dilakukan pemeriksaan EKG, foto
rontgen toraks dan pemeriksaan darah.
antikoagulan dihentikan, trombosis
tetap harus dijadikan salah satu Dari EKG didapatkan hasil ritme sinus,
pertimbangan penyebab malfungsi laju nadi 75 x/menit, aksis QRS normal,
protesa, karena abnormalitas ringan gelombang P normal, interval PR 0.16 s
pada rheologi darah yang dapat dan QRS 0.08 s. Gambaran rontgen
toraks menunjukkan kardiomegali

111 Volume IX, Nomor 2, Tahun 2017


Jurnal Anestesiologi Indonesia

dengan CTR 63%. Dari pemeriksaan cukup, dilakukan pemasangan


darah didapat hasil: Hb 11, Ht 34.3, L endotracheal tube (ETT) no 7.
6240, Tr 204 ribu, Na 138, K 3.59, Cl Selanjutnya dilakukan pemasangan
104 Ur 37.6, Cr 0.73, GDS 101, PT/ kateter vena sentral di vena jugularis
APTT: 26.8 (11.1)/38.8 (29), INR 2.40, interna sinistra dan side port pada vena
SGOT/SGPT 24/16, CK/CKMB 91/27, juguler interna dextra dilanjutkan
AGD 7.423/32.7/136.4/21.5/-1.5/99.6, insersi kateter Swan-Ganz. Rumatan
Ca/Mg 1.25/0.63, laktat 0.8, HbsAg anestesia dengan campuran gas oksigen
negatif -udara mampat dengan fraksi 50%, gas
sevoflurane 0.8-1% vol, sufentanyl dan
Pasien kemudian diperiksa dengan vecuronium.
ekokardiografi transesofageal (TEE)
dan didapat hasil berikut: Dimensi AGD pre CPB 7.38/32.6/213/19.5/-
ruang jantung: LA dilatasi, LVH (- 4.1/99.9 , Hb 11.6, elektrolit
),kontraktilitas global LV dalam batas 138/3.2/105, Ca/Mg 1.2/0.5, GDS 226,
normal, fraksi ejeksi (EF) 69%, laktat 2.3. NIRS kanan/kiri 83/89.
kontraktilitas RV menurun, TAPSE 1.3
cm. Analisis segmental: global Tekanan darah selama pembedahan
normokinetik. katupaorta: 3 kuspis, berkisar 80-110/40-60 mmHg, laju nadi
kalsifikasi (+), AR mild; katupmitral: 50-80x/menit, MPAP berkisar 15-19
bioprostetik, posisi baik, kalsifikasi mmHg. Hemodinamik selama
berat (+), MVA 0.7 cm2 MVG 18 pembedahan ditopang dengan adrenalin
mmHg, suspek trombus di sekitar dosis 0.05 mcg/kg/menit dan milrinone
posterior valve (restenosis 0.375 mcg/kg/menit. Selama CPB,
severe);katup trikuspid: TR moderate- didapatkan rentang MAP berkisar 40-
severe, TVG 70 mmHg, TR V max 4.2 60 mmHg. Didapatkan AGD post CPB
m/s;katup. pulmonal: PR mild, PV 7.38/31.5/192/19.2/-4.4/99, Hb 9.6,
AccT 100 ms. elektrolit 138/2.8/105, Ca/Mg 1.06/0.6,
laktat 3.1, GDS 161. Lama operasi 240
Pasien diantar ke ruang operasi dan menit, lama anestesi 280 menit.
dilakukan pemasangan infus perifer di
vena dorsum manus dekstra. Diberikan Pasien dilakukan pembedahan: MVR
premedikasi midazolam 5 mg dan ATS mekanik 27 mm (13 jahitan
morfin 3 mg. Selanjutnya dilakukan pledget), TVr ring annuloplsty dengan
pemasangan jalur arteridi arteri Duran Ancore 25 mm (10
brachialis sinistra. Saat di ruang jahitan),ditemukan jantung berukuran
operasi, didapatkan tekanan darah besar, perlengketan di semua lapisan
jantung, prosthesis mitral: kalsifikasi di
110/50 mmHg, laju nadi 60-70x/menit,
laju nafas 20-24x/menit. Dilakukan seluruh kuspisprosthesa, TV: dilatasi
induksi anestesi dengan fentanyl titrasi anulus. Durasi pemakaian mesin pintas
total dosis 250 mcg dan rocuronium 50 jantung paru (CPB) adalah 97 menit,
mg. Saat kedalaman anestesia dirasakan durasi klem silang selama 57 menit,
total urin selama operasi sebanyak

Volume IX, Nomor 2, Tahun 2017 112


Jurnal Anestesiologi Indonesia

A B

Gambar 1. Hasil TEE pasien (A) Regur gitasi


Trikuspid (B) Kalsifikasi pada katup mitral
bioprotesa (C) PHT

TD 100-120/60-80 mmHg, HR 90-


100x/m,urin 1-4 cc/kg/jam, produksi
drain 0-1 cc/kg. Dari evaluasi echo
terlihat kontraktilitas LV baik, EF 50-
C 60%, terdapat penurunan kontraktilitas
RV dengan TAPSE 1,1 cm. Analisis
700 cc dan total perdarahan sebesar 400 segmental global normokinetik, terlihat
cc. Keadaan saat keluar dari kamar MR dan TR ringan. Pasien di ekstubasi
bedah: tekanan darah arterial 108/52 pukul 20.00 WIB. Setelah melalui
mmHg, HR 78x/mnt SR, CVP 7 perawatan di ICU selama 28 jam,
mmHg, pasien diberikan support kondisi pasien membaik dan bisa
adrenalin 0.05 mcg/kg/menit, dan dipindahkan ke ruang rawat.
milrinon 0.5 mcg/kg/menit dan
PEMBAHASAN
dipindahkan ke ICU.
Trombosis katup bioprotesa yang
Pasien dipindahkan ke ICU dengan
bermakna secara klinis umumnya
kondisi awal TD 110/80 mmHg, HR 90
jarang ditemui, namun insidensi
-100x/m irama sinus dengan support
penemuan trombosis dalam evaluasi
adrenalin 0.05 mcg/kg/menit, dan
ekokardiografi rutin dilaporkan
milrinone 0.375 mcg/kg/menit. Pasien 3
mencapai 6%.
diberikan cairan titrasi gelofusal
sebesar 500 cc dan Ringerfundin 150 + Pada pasien ini terjadi malfungsi katup
150 cc. Urin didapatkan 3-4 cc/kg/jam, mitral bioprotesa dengan diagnosis
dandrain sekitar 1 cc/kg. Dalam masa yang ditegakkan melalui pemeriksaan
perawatan hari ke-0, didapatkan kisaran ekokardiografi transesofageal (TEE).

113 Volume IX, Nomor 2, Tahun 2017


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Pada TEEterlihat kalsifikasi berat katup akibat dari abnormalitas jantung kiri.
bioprotesa mitral dan suspek trombus di Adanya stenosis mitral pada pasien ini
sekitar katupposterior (restenosis akan meningkatkan tekanan pada arteri
severe). Didapatkan pula ukuranmitral pulmonal, dan selanjutnya akan
valve area (MVA) 0.7 cm2 dan mitral menyebabkan gangguan ventrikel
valve gradien (MVG) 18 mmHg kanan dan berujung pada regurgitasi
yangturut mendukung diagnosis trikuspid.
stenosis berat katup mitral bioprotesa
Pasien datang ke unit gawat darurat
dan kemungkinan trombus katup
dengan keluhan sesak nafas. Seiring
posterior.
memberatnya stenosis mitral, maka
Risiko terjadinya tromboemboli pada gejala pun akan semakin memberat,
pasien dengan katup jantung buatan umumnya tekait dengan aktivitas fisik.
bioprotesa adalah sekitar 0,7%. Salah Perjalanan penyakit stenosis mitral
satu faktor yang mendasari adalah bersifat lambat dan progresif dengan
terapi antikoagulan yang suboptimal. episodik berulang kelelahan, nyeri
Kejadian tromboemboli juga masih dada, berdebar-debar hingga edema
mungkin ditemui bahkan pada pasien pulmonal. Gejala dapat semakin berat
yang mendapat terapi antikoagulan bila didapatkan fibrilasi atrial. Fibrilasi
optimal. Ekokardiografi transtorakal atrial berpotensi membentuk trombus
adalah modalitas pertama untuk yang pada akhirnya berpotensi
mengevaluasi katup dengan dugaan menyumbat pembuluh darah, termasuk
trombosis, dan kadang diperlukan pembuluh darah otak atau sistemik.
pemeriksaan ekokardiografi Terapi medikamentosa tidak efektif
transesofageal untuk memastikan untuk menatalaksana gejala yang
diagnosis, terutama untuk katup mitral timbul akibat stenosis signifikan dari
buatan.4-6 katup buatan, kecuali trombosis dari
katup, di mana terapi fibrinolitik
Dari TEE pasien juga terlihat adanya mungkin dapat dilakukan pada pasien.
pembesaran atrium kiri yang Namun terapi medikamentosa dapat
merupakan salah satu faktor risiko dilakukan untuk membantu
terjadinya trombosis katup bioprotesa. menstabilkan kondisi pasien sebelum
Faktor risiko lainnya adalah fibrilasi tindakan pembedahan atau sebagai
atrial yang berujung kepada terapi paliatif pada pasien yang tidak
melambatnya aliran melalui katup, dapat dilakukan pembedahan.Mitral
penurunan ejeksi ventrikel kiri, riwayat valve area (MVA) pasien adalah 0.7
tromboemboli sebelumnya dan diatesis cm2. Pasien dianggap memiliki stenosis
hiperkoagulabel.8 mitral berat bila memiliki luas area
Hasil TEE juga menunjukkan terdapat mitral < 1 cm2. Pada stenosis mitral
regurgitasi trikuspid moderat-berat berat, gejala dapat timbul bahkan pada
pada pasien. Regurgitasi trikuspid pada saat beristrahat.
pasien ini terjadi sekunder sebagai

Volume IX, Nomor 2, Tahun 2017 114


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Untuk pasien dengan stenosis berat dengan katup mekanik ATS 27 mm


katup bioprotesa dengan gejala klinis repair katup trikuspid dengan Duran
signifikan, rekomendasi utamanya Ancore 25 mm. Dari hasil evaluasi TEE
adalah untuk penggantian katup. didapatkan gerakan katup mitral baik,
Indikasi penggantian katup protesa residual regurgitasi mitral tidak ada,
adalah sama dengan indikasi stenosis mitral tidak ada, paravalvular
penggantian katup fisiologis mitral atau leakage tidak ada, regurgitasi trikuspid
aorta. Pembedahan diperlukan terutama tidak ada.
pada kasus degenerasi katup bioprotesa.
Intervensi transkateter untuk Manajemen anestesia intraoperatif
menatalaksana stenosis katup dilakukan dengan pemberian
bioprotesa dengan metode ‘valve- premedikasi midazolam dan morfin,
invalve” menjanjikan, namun data-data selanjutnya dilakukan induksi anestesi
yang tersedia saat ini masih belum dengan fentanyl dan rocuronium.
mencukupi.9Indikasi pembedahan Dilakukan pemasangan kateter vena
umumnya adalah disfungsi katup sentral, side port dan kateter Swan-
moderat-berat, perlengketan dan Ganz. Hemodinamik selama
endokarditis (prosthetic valve pembedahan ditopang dengan adrenalin
endocarditis). Penyebab stenosis katup dosis 0.05 mcg/kg/menit dan milrinone
yang membutuhkan pembedahan pada 0.375 mcg/kg/menit. Prinsip dan tujuan
katup mekanik mencakup trombus manajemen hemodinamik perioperatif
pada pasien dengan stenosis mitral
kronik atau pannus yang mengganggu
pergerakan katup normal; untuk katup adalah sebagai berikut:11
bioprotesa, fibrosis kuspis dan Preload ventrikel kiri
kalsifikasi adalah penyebab tersering.
Pembedahan ulang juga diperlukan bila Aliran darah ke ventrikel kiri
terjadi kondisi tromboemboli berulang tergantung dari kecukupan preload,
dan hemolisis intravaskular berat.10 namun pasien dengan stenosis mitral
memiliki tekanan atrium kiri yang
Tabel 1. Evaluasi ekokardiografi stenosis
tinggi sehingga pemberian cairan
Derajat Ringan Moderat Berat dengan jumlah banyak malah akan
Mitral valve >1.5 1.0-1.5 <1.0 menimbulkan aliran balik ke paru dan
area (cm2) menimbulkan edema pulmonal.
Mean <5 5-10 >10
pressure Laju denyut jantung
gradient
Aliran darah melalui katup mitral
Pressure 90-150 150-219 >220
terjadi pada fase diastolik jantung,
half-time
(ms)
sehingga laju nadi pelan mampu
mengoptimalkan pengisian ventrikel.
Prosedur pembedahan pasien ini adalah Namun perlu diingat laju yang terlalu
penggantian katup bioprotesa lama lambat akan mengganggu hemodinamik

115 Volume IX, Nomor 2, Tahun 2017


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Gambar 2. Algoritme Evaluasi dan Manajemen Kecurigaan Trombosis Katup


Jantung Buatan7

Tabel 2. Evaluasi ekokardiografi pada regurgitasi

Derajat Ringan Moderat Berat

Ukuran atrium kanan normal Normal atau terdilatasi Dilatasi

Luas jet (cm2) untuk jet sentral <5 5-10 >10

Lebar vena kontrakta (cm) Tidak terdefinisi <0.7 >0.7

Hepatic vein flow-pulsed wave Dominan sistolik Systolic blunting Systolic reversal
Doppler

karena volum sekuncup jantung pada walaupun preload telah dicukupkan.


stenosis mitral relatif tetap. Kondisi ini dapat berujung kepada
gagal jantung kongestif.
Kontraktilitas
Resistensi vaskular sistemik
Ventrikel kiri yang hanya terisi sedikit
darah dalam waktu lama akan Untuk menjaga kestabilan tekanan
menimbulkan gangguan kontraksi, darah pada kondisi keterbatasan dari

Volume IX, Nomor 2, Tahun 2017 116


Jurnal Anestesiologi Indonesia

cardiac output, umumya pasien dengan saja, kecuali ketamin, yang harus
stenosis mitral akan mengkompensasi dihindari karena memiliki
dengan meningkatkan resistensi kecenderungan meningkatkan laju
vaskular sistemik. Pada pasien dengan jantung. Intubasi trakea dan pelumpuh
stenosis mitral, resistensi vaskular otot harus disertai dengan pemberian
sistemik sebaiknya dijaga agar tidak blok neuromuskular yang tidak
turun. menginduksi takikardia atau hipotensi
karena pelepasan histamin. Penghambat
Resistensi vaskular pulmonal beta short-acting mungkin diperlukan
Pasien dengan stenosis mitral umumnya untuk mengatasi takikardia yang terjadi
memiliki resistensi pulmonal yang selama induksi.
tinggi. Harus diperhatikan agar tidak Rumatan
terjadi peningkatan resistensi pulmonal
lebih lanjut akibat anestesia yang tidak Rumatan periode anestesi dilakukan
adekuat atau faktor lain seperti asidosis, menggunakan agen-agen dengan efek
hiperkapnia dan hipoksia. minimal terhadap laju jantung,
kontraktilitas miokard, dan resistensi
Manajemen anestesia pada pasien vaskular pulmonal. Seringkali, agen
dengan stenosis mitral adalah sebagai anestesi narkotik atau agen anestesi
berikut:11 seimbang yang meliputi agen volatil
Premedikasi konsentrasi rendah dapat mencapai
tujuan ini. Nitrit oksida (NO) dapat
Penggunaan premedikasi harus mencetuskan vasokonstriksi pulmonal
diupayakan agar tidak menginduksi dan meningkatkan resistensi vaskular
terjadinya penurunan preload secara pulmonal jika terdapat hipertensi
akut. Sedasi terlalu dalam juga harus pulmonal.
dihindari karena dapat menimbulkan
kondisi hipoksemia dan hiperkapnia. Pharmacologic reversal
Hindari penggunaan antikolinergik Reversal efek dari pelumpuh otot
untuk minimalisasi risiko takikardia, sebaiknya dilakukan perlahan untuk
serta agen-agen farmakologis lain yang meringankan obat-obatan yang dapat
mengakibatkan takikardia, peningkatan menginduksi takikardia karena
resistensi vaskular pulmonal, bercampur dengan antikolinergik.
menurunkan preload, atau menurunkan Anestesi ringan dan/atau prosedur
kontraktilitas. Pastikan pasien dalam bedah memberikan rangsangan
kondisi sinus ritme sepanjang prosedur simpatetik yang dapat menyebabkan
bedah, dengan kardioversi segera takikardia dan hipertensi pulmonal.
apabila terjadi fibrilasi atrial. Terapi vasodilator pulmonal mungkin
Induksi diperlukan apabila terdapat hipertensi
pulmonal berat. Pergantian cairan
Induksi dapat menggunakan agen apa intraoperatif harus dititrasi dengan hati-

117 Volume IX, Nomor 2, Tahun 2017


Jurnal Anestesiologi Indonesia

hati karena pasien-pasien tersebut kelainan katup mitral yang terkait.


rentan terhadap kelebihan volume dan Pemasangan kateter arteri pulmonal
pembentukan edema pulmonal. dapat menjadi lebih sulit karena volume
regurgitan trikuspid cenderung
Monitoring kateter arteri pulmonal
mendorong ujung kateter sehingga
Penggunaan kateter arteri pulmonal lebih sulit untuk bisa melewati katup
selalu diindikasikan untuk manajemen trikuspid. Perhitungan curah jantung
perioperatif, namun aplikasinya harus menggunakan kateter arteri pulmonal
lebih dalam dari biasanya karena pun menjadi tidak akurat karena
pelebaran arteri pulmonal. Perlu berhati sebagian volum cairan yang
-hati untuk memasang kateter ini diinjeksikan melalui kateter arteri
karena berisiko ruptur arteri. pulmonal akan lebih banyak dialirkan
secara retrograde ke atrium kanan
Evaluasi TEE daripada ke arteri pulmonal.12
Berguna untuk memantau Pasien tiba di ICU dengan kondisi
fungsionalitas katup setelah dilakukan relatif stabil dalam bantuan obat
repair atau penggantian katup mitral. suportif adrenalin 0.05 mc/kg/menit
TEE juga befungsi untuk menilai status dan milrinon 0.375 mcg/kg/menit.
kecukupan cairan dan kontraktilitas Pemberian obat suportif ini
ventrikel. dimaksudkan untuk membantu
kontraksi ventrikel kiri serta
Pertimbangan pasca penggunaan
meringankan beban kerja ventrikel kiri
mesin pintas kardiopulmonal
dengan cara menurunkan resistensi
Disfungsi miokard dapat terjadi akibat vaskular sistemik.
pemakaian mesin pintas
Perawatan Pascaoperatif
kardiopulmonal. Pemberian cairan
harus dilakukan secara titrasi untuk Pasien dengan mitral stenosis memiliki
menghindari kegagalan ventrikel. risiko edema pulmonal dan gagal
Penggunaan inotropik atau vasopressor jantung kanan yang dapat berlanjut
mungkin diperlukan untuk menjaga hingga masa pascaoperatif, sehingga
kecukupan curah jantung.12 pemantauan kardiovaskular harus
dilanjutkan. Nyeri dan hipoventilasi
Induksi anestesia umum dapat
dengan risiko asidosis respiratori dan
menurunkan preload dan kontraksi
hipoksemia dapat meningkatkan laju
jantung sehingga dapat terjadi
nadi dan resistensi vaskular pulmonal.
underestimate dalam penilaian derajat
Penurunan komplians paru dan
regurgutasi trikuspid. Umumnya lesi
peningkatan usaha napas
trikuspid adalah sebagai dampak
mengindikasikan perlunya penggunaan
sekunder akibat kelainan katup mitral
bantuan ventilasi mekanik, terutama
sehingga target hemodinamik pada
setelah operasi torakoabdominal.
induksi anestesia tergantung pada
Antikoagulan sebaiknya dimulai segera

Volume IX, Nomor 2, Tahun 2017 118


Jurnal Anestesiologi Indonesia

setelah risiko perdarahan perioperatif dan evaluasi dengan TEE untuk


berkurang. (STOELTING coex) pemantauan fungsi katup yang
diperbaiki atau diganti. Selama
RINGKASAN pembedahan, pastikan kecukupan
Katup jantung bioprotesa yang cairan untuk menghindari kegagalan
digunakan sebagai pengganti katup ventrikel dan menjaga adekuasi curah
fisiologis jantung menawarkan fungsi jantung.
yang hampir mirip dalam hal
DAFTAR PUSTAKA
hemodinamik dan resistensi terhadap
trombosis. Tidak seperti katup 1. Thomas B, Carreras F, Borras X, Pons
mekanik, pengguna bioprotesa tidak -Lladó G: An unusual case of
memerlukan konsumsi antikoagulan bioprosthetic mitral valve thrombosis.
dalam waktu lama karena rendahnya Ann Thorac Surg. 2001, 72: 259-61.
insidensi trombosis setelah 3 bulan
2. Nakao M, Lim SL, Chua YL:
postoperatif. Bioprosthetic mitral valve thrombosis
in a patient in sinus rhythm after the
Untuk pasien dengan stenosis berat
radiofrequency maze procedure. J
katup bioprotesa dengan gejala klinis
Thorac Cardiovasc Surg. 2006, 132
signifikan, rekomendasi utamanya
(6): 1464-5.
adalah untuk penggantian katup.
Indikasi penggantian katup protesa 3. Oliver JM, Galloge P, Gonzalez A,
adalah sama dengan indikasi Dominguez FJ, Gamallo C, Mesa JM:
penggantian katup fisiologis mitral atau Bioprosthetic mitral valve thrombosis:
aorta. Indikasi pembedahan umumnya clinical profile, Transesophageal
echocardiographic features, and follow
adalah disfungsi katup moderat-berat,
-up after anticoagulant therapy. J Am
perlengketan dan endokarditis
Soc Echocardiogr. 1996, 9: 691-9.
(prosthetic valve endocarditis).
Penyebab stenosis katup yang 4. Roudaut R, Serri K, Lafitte S.
membutuhkan pembedahan pada katup Thrombosis of prosthetic heart valves:
mekanik mencakup trombus kronik diagnosis and therapeutic
atau pannus yang mengganggu considerations.Heart. 2007;93:137-
42.607.
pergerakan katup normal; untuk katup
bioprotesa, fibrosis kuspis dan 5. Deviri E, Sareli P, Wisenbaugh T, et
kalsifikasi adalah penyebab tersering. al. Obstruction of mechanical heart
Pembedahan ulang juga diperlukan bila valve prostheses: clinical aspects and
terjadi kondisi tromboemboli berulang surgical management. J Am Coll
dan hemolisis intravaskular berat. Cardiol. 1991;17:646-50.

Manajemen dari sisi anestesianya 6. Roudaut R, Lafitte S, Roudaut MF, et


ditekankan pada premedikasi yang al. Fibrinolysis of mechanical
prosthetic valve thrombosis: a single-
tidak menginduksi penurunan preload
center study of 127 cases. J Am Coll
akut, menghindari sedasi terlalu dalam,
Cardiol. 2003;41:653-8.

119 Volume IX, Nomor 2, Tahun 2017


Jurnal Anestesiologi Indonesia

7. Rick A.Nishimura, Catherine M.Otto, 10. Pibarot P, Dumesnil JG. Prosthesis-


Robert O.Bonow, Blase A.Carabello, patient mismatch: definition, clinical
John P.Erwin, Robert A.Guyton. 2014 impact, and prevention. Heart,
AHA/ACC Guideline for the 2006;92:1022-9.
Management of Patients With Valvular
Heart Disease: Executive Summary. J 11. Fun-Sun F. Yao, Manuel L. Fontes,
Am Coll Cardiol. 2014:63 (22) Vinod Malhotra. Yao & Artusio's
Anesthesiology: Problem-oriented
8. Stein PD, Alpert JS, Dalen JE, Patient Management. 2011, Lippincott
Horstkotte D, Turpie AG: Williams & Wilkins.
Antithrombotic therapy in patients
with mechanical and biological 12. Cook Dj, Housmans PR. Valular heart
prosthetic heart valves. Chest. 1998, disease : replacement and repair. In :
114 (suppl 5): 602S-10S. Kaplan JA, Reich DL, Savino JS, eds.
Kaplan’s Cardiac Anesthesia: The
9. Korkolis DP, Passik CS, Marshalko Echo Era. 6th ed. St.Louis, MO:
SJ, Koullias GJ: Early bioprosthetic Elsevier Saunders;2011:570-614.
mitral valve "pseudostenosis" after
complete preservation of the native
mitral apparatus. Ann Thorac Surg.
2002, 74: 1689-91.

Volume IX, Nomor 2, Tahun 2017 120

You might also like