You are on page 1of 6

Mahfudz, Jurnal PROTEIN

Sistem Kultur Sel Embrio Ayam untuk Pengujian Aktivitas Faktor


Pertumbuhan Limbah Distilasi Shochu

Muscle Cell Culture System of Chick Embryo For Examine Growth Factor
Activity From Shochu Distillery By-Product
L.D. Mahfudz1 dan K. Hayashi2
Faculty of Animal Science Diponegoro University, Semarang
Faculty of Agriculture, Kagoshima University, Japan
Email: ludfimahfudz@yahoo.com

Abstract
Background: Shochu is a common name for alcohol beverage from Japan. Shochu distilllery by-product
(SDBP) containt an unidentified growth promoting factor (UGF) for chicken. This experiment was
conducted to study in vitro activity of growth factor from SDBP due to its difficulty to examine in vivo,
related by very small amount of UGF.
Methods: The material of this experiment is chicks embryo muscle cell culture and UGF from SDBP. The
parameters for examined UGF from SDBP were creatine-kinase activity, protein and DNA content from
chick embryo muscle cells culture. The growth factor was separated by Sephadex LH-20 with 60 x 750mm
column, used solvent system of water, methanol and ethylene dichloride (10 : 90 : 20). The fraction 1, there
are contain UGF than added to chick embryo muscle cells culture. Rosalki (1967), protein content by
modification of Lowry method, examined the creatine kinase activity and Erwin, et al. (1981) method,
examined DNA content.
Result: The protein content and creatine kinase activity was increase by SDBP addition, but not the DNA. The
increaseing of protein content and creatine kinase activity showed that UGF from SDBP stimulated the
growth and maturity of myotubes. Eventhough, proliferation of myotubes has not existed, with signed by
same amount of DNA content. It could be concluded that chick embryo muscle cell culture can be used for
evaluate UGF activity from SDBP.

Key word: chick embryo, muscle cell, cell culture, growth factor, shochu.

Abstrak
Latar Belakang: Shochu adalah nama umum yang dipakai untuk minuman beralkohol khas Jepang. Limbah
Distilasi Shochu (LDS) mengandung “unidentified growth promoting factor” (UGF) untuk ayam. Penelitian
dilakukan untuk mencari cara menguji aktivitas faktor pertumbuhan dari limbah distilasi shochu secara in vitro,
karena sangat sulit untuk menguji secara in vivo berkenaan dengan jumlah growth factor yang sangat sedikit.
Metode: Materi dari penelitian ini adalah kultur jaringan sel dari embrio anak ayam, growth factor dari LDS.
Adapun parameter untuk menguji growth factor dari LDS adalah aktivitas kreatin kinase, kandungan protein dan
DNA dari kultur jaringan embrio anak ayam. Faktor pertumbuhan dipisahkan dengan menggunakan Sephadex
LH-20 dengan kolom 60 x 750 mm menggunakan pelarut air, methanol dan ethylene dikloride (10 : 90 : 20).
Fraksi 1 yang diketahui mengandung UGF kemudian ditambahkan pada kultur jaringan sel embrio ayam.
Aktivitas keratin kinase di ukur menurut metode Rosalki (1967), kandungan protein dengan modifikasi metode
Lowry, sedang DNA ditentukan menurut Erwin., et al (1981).
Hasil: Kandungan protein dan aktivitas kreatin kinase meningkat dengan pemberian UGF dari LDS, namun
konsentrasi DNA tidak dipengaruhi oleh UGF dari LDS. Peningkatan konsentrasi protein dan aktivitas keratin
kinase menunjukan bahwa UGF menstimulasi perkembangan dan pemasakan myotub-myotub. Walaupun belum
terjadi proses proliferasi ditandai dengan kandungan DNA yang sama. Disimpulkan bahwa sistem kultur sel
jaringan embrio ayam dapat digunakan untuk mengecek aktivitas UGF dari LDS.

Kata kunci: embrio ayam, kultur sel, aktivitas growth faktor, limbah shochu

PENDAHULUAN Penelitian kami terdahulu telah


menunjukan bahwa Limbah Distilasi Shochu
(LDS) mengandung “unidentified growth

60
Mahfudz, Jurnal PROTEIN

promoting factor” (UGF) untuk ayam. Shochu


adalah nama umum yang dipakai untuk Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
minuman beralkohol khas Jepang. UGF dapat efek UGF terhadap stimulasi pertumbuhan pada
dipisahkan dengan kromatografi kolom (60 x kultur jaringan sel embrio ayam, menggunakan
750 mm) menggunkan Sephadex LH-20, aktivitas Creatin Kinase (CK), kandungan
dengan pelarut air, methanol dan ethylene protein dan DNA sebagai Indeks dari
dikloride (10 : 90 : 20), menghasilkan 4 fraksi, pertumbuhan sel.
dimana hanya fraksi 1 yang mengandung UGF.
Namun sangat sulit untuk meneliti efek promosi MATERI DAN METODE
pertumbuhan yang didapat pada fraksi 1 diatas
secara in vivo, maka kami mencoba secara in Pemisahan UGF fraksi (1) telah
vitro menggunakan system kultur sel. dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
100mg ekstrak ether dari limbah distilasi
Sistem kultur sel akhir-akhir ini banyak shochu (LDS) dilarutkan dalam 5 ml pelarut,
digunakan untuk meneliti aktivitas zat biologi setelah diambil eternya di aplikasikan pada
seperti hormone, enzym dan sebagainya. Gulve Sephadex LH-20 dengan kolom (60 x 750mm).
dan Dice (1989) memperlihatkan bahwa Pelarut air : methanol : ethilin diklorid (10 : 90 :
Insulin-like growth factors (IGF) –1 dan –2 20) digunakan untuk mengelusi pada kecepatan
menstimulasi pertumbuhan dengan elusi 1,5ml/min, dan dimonitor menggunakan
meningkatkan sintesis protein dan menghambat spektrofotometer (UV-150-02 Shimadzu) pada
degradasi protein pada kultur sel jaringan. Juga absorben 292nm.
diperlihatkan bahwa IGFs memperpanjang
setengah kehidupan dari protein myotubes yang Ekstrak ether dari LDS terpisahkan
berusia lama (Tsujinaka, et al., 1995). IGF-1 menjadi 4 fraksi, seperti terlihat pada gambar 1.
telah diketahui mempunyai efek anabolisme dan fraksi 1 yang memiliki aktivitas mensuport
pada jaringan skeleton, hal ini dipercaya dapat pertumbuhan ayam broiler, akan diaplikasikan
meningkatkan keberadaan konsentarsi asam pada kultur sel, untuk mengetahui aktivitasnya.
amino yang meningkat (Zdanpwicz, et al.,
1995). Kemudian Stewart dan Rotwein (1996) Kultur sel jaringan embrio diambil dari
melaporkan bahwa IGF-2 adalah faktor yang embrio hasil penetasan telur ayam broiler. Sel
mengatur kehidupan untuk deferensiasi jaringan diisolasi dengan medium m-PBS dari
myoblast. IGF berperan menekan pada sel yang jaringan paha embrio berumur 13 hari
mati secara nyata, mengindikasikan bahwa pengeraman, menggunakan prosedur
sinyal “transduction pathways” merupakan Konigsberg (1994). Jaringan paha di direndam
mediasi dari daya hidup myoblast secara in dan di autolisis dalam m-PBS selama 1 jam
vitro. Florini, et al. (1991) juga menyatakan pada temperatur 40ºC dan disayat dengan
bahwa IGF –1 dan IGF-2 mengatur diferensiasi silet. Pemisahan sel jaringan menggunakan
myoblast in vitro. Meningkatkan pertumbuhan pipet yang dihubungkan dengan aspirator.
dan regenerasi jaringan otot in vivo (Coleman Larutan sel kemudian disaring dan dilarutkan
et al., 1995) dan meningkatkan masa jaringan dalam medium kultur.
selama perkembangan embrio (Liu, et al.,
1993).

61
Volume 15 No. 2 Tahun.2007 Chciks Embryo Muscle Cell Culture System for Examine Growth Factor Activity

Gambar 1. Pemisahan UGF dari LDS menggunakan Sephadex LH-20 dengan pelarut
terdiri dari : air : methanol : 1,2-dichloroethane (10 : 90 : 20) pada kecepatan
aliran 1,5 ml/min. menggunakan kolom (60 x 750 mm) dimonitor pada
absorben 292 nm

Persiapan penanaman dilakukan Sel-sel diinkubasikan pada 5% CO2 dengan


untuk mengisolasi myoblas. Sel-sel jaringan temperatur 37ºC dengan medium basal seperti
ditanam pada cawan kultur jaringan yang berisi tertera pada Tabel 1
6 lobang gelatin, dengan kerapatan 2,5 x 10 5.

Tabel 1. Komposisi Medium Basal untuk Kultur Sel dan Kondisi Inkubasi
Komposisi / Kondisi Level
Medium m-199 (%) 82,5
Serum Anak Sapi (%) 15,0
Ekstrak Embrio Ayam (%) 2,5
Streptomycin (mg/l) 100,0
Penicillin (U/l) 105
Kelembaban Udara (%) 95,0
CO2 (%) 5,0
Temperatur (ºC) 37,0

Setelah 24 jam medium diganti dengan dengan Polytron homogeniser dan disentrifuse
medium yang mengandung UGF dari LDS pada kecepatan 2.500 rpm selama 10 min, pada
fraksi 1, dan medium diganti setiap hari temperatur 4ºC. Aktivitas Creatin Kinse (CK),
berturut-turut selama 6 hari. Frakksi 1 yang kandungan protein dan DNA, dicari pada
ditambahkan kedalam medium pada level 0; supernatan yang dihasilkan.
0,001; 0,01 dan 0,1%. Pada hari ke 6 medium
dikumpulkan, dan lapisan sel dicuci dengan Analisis Aktivitas Creatin Kinase ,
PBS dingin sebanyak 3 kali dan sel-sel Kandungan Protein dan DNA
dikumpulkan dengan disekrap dan dilarutkan Aktivitas Creatin kinase (CK) ditentukan
dalam buffer Tris-HCl (Ph 6). menggunakan modifikasi metode Rosalki
Medium dan sel-sel yang terkumpul (1967). Campuran subtrat sebanyak 2,9ml yang
disimpan pada temperatur –80ºC, sampai mengandung adenosin phosphate (ADP),
dianalisis. Sel-sel kemudian dihomogenkan creatin phosphat (CP), glukosa, magnesium

62
Mahfudz, Jurnal PROTEIN

klorid, hexokinase, glucose 6-phosphat (G6P) Fluorescensi (Hitachi F-2000), pada eksitasi
dan nicotinamid adenine dinucleotide panjang gelombang 314nm dan emisi panjang
phosphate (NADP) pada konsentrasi terpilih gelombang 520nm.
untuk mengoptimalkan kondisi reaksi.
Kemudian ditambahkan adenosine mono HASIL DAN PEMBAHASAN
phosphate (AMP) dan cystine hydroclorid
untuk menghambat aktvitas myokinase. Semua Penelitian ini untuk mengevaluasi respon
reagen dilarutkan dalam buffer Tris pada pH kultur jaringan terhadap UGF dari limbah
6,8 dan temperatur 25ºC. Ambil 2,5ml larutan distilasi shochu (LDS) yag dipisahkan
tersebut dan tambahkan 0,1 ml sample dan menggunakan Sephadex LH-20 kolom ukuran
inkubasikan pada 30±1ºC selama 6 min. 60 x 750mm, untuk mengkonfirmasi bahwa
Aktivitas CK di tentukan dengan melihat system kultur sel dapat dipakai untuk mengecek
kenaikan optical density per menit pada 340nm, aktivitas UGF. Tabel 2 memperlihatkan
akibat konsumsi NADP. konsentrasi protein, aktivitas CK dan
Konsentrasi protein ditentukan dengan kandungan DNA dari kultur sel jaringan embrio
modifikasi metode Lowry menggunakan ayam.
standar bovine serum albumin (BSA). Penanaman myoblas pada kultur telah
Kandungan DNA ditentukan berkembang menjadi multi nucleated myotub,
menggunkan modifikasi metode Erwin et al. yang merupakan akumulasi dari protein
(1981). Suspensi sel-sel di sentrifuse dengan jaringan yang spesifik. Sehingga konsentrasi
kecepatan 3.000 rpm pada 4ºC selama 15 min., protein dari kultur sel adalah indek yang baik
dan endapannya di suspensikan kembali dengan untuk pertumbuhan sel-sel jaringan (Erwin, et
memvortex pada 500μl TCA 5%. Suspensi sel- al., 1981; Florini dan Magri, 1989 dan Gulve
sel kemudian dihodrolisa pada 90ºC selama dan Dice, 1989).
30min. Sampel kemudian didinginkan pada 4ºC Konsentrasi protein dari kultur sel
dan disentrifus dengan kecepatan 3.000 rpm jaringan embrio ayam nyata (P<0,05)
pada 4ºC selama 15min. Sebanyak 500μl meningkat jika fraksi 1 UGF ditambahkan
supernatan ditambah 200μl diaminobenzoic kedalam medium. Hasil ini memperlihatkan
acid dihydrocloride (DABA) dan dijaga pada bahwa farksi 1 mengandung UGF untuk
temperatur 60ºC selama 1 jam, kemudian pertumbuhan myotube dari sel jaringan embrio
ditambahkan 1N HCl untuk menghentikan ayam.
reaksi. DNA dihitung dengan Spektrofotometer

Tabel 2. Pengaruh UGF yang Dipisahkan dengan Spadhex LH-20 Terhadap Kandungan Protein,
Aktivitas CK dan Kandungan DNA pada Kultur Sel Jaingan Embrio Ayam.
UGF dari LDS (fraksi 1)
Parameter Yang Diamati
0 0,001 0,01 0,1
Konsentrasi Protein (mg/plet) 1,11±0,5a 3,01±0,5 b
1,54±0,3 ab
2,73±0,1b
Aktivtas CK (IU/plet) 25,8±1,5a 29,7±0,9b 27,5±0,6ab 24,7±0,7a
Kandungan DNA (μg/plet) 17,8±4,8 16,7±3,6 14,6±2,9 15,9±3,2

Keterangan : Superskrip dengan huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukan
perbedaan yang nyata (P<0,05)

Penambahan UGF fraksi 1 dari LDS (Florini, et al., 1991; Jacobs, et al., 1992 dan
nyata meningkatkan aktivtas CK pada kultur sel Silverman, et al., 1995). Peningkatan aktivitas
jaringan embrio ayam. Penambahan 0,001% CK pada penelitian ini menunjukan bahwa
fraksi 1, meningkatkan 15,12% aktivitas CK, fraksi 1 telah mensuport pemasakan myotub.
namun peningkatan penambahan fraksi 1 lebih Pemasakan myotub adalah tahapan untuk
dari 0,1 tidak meningkatkan aktivitas CK. proliferasi dari pertumbuhan sel (Jacobs, et al.,
Aktivitas CK adalah parameter yang baik untuk 1992 dan Silverman, et al., 1995).
mengetahui kematangan myotub pada kultur sel

63
Volume 15 No. 2 Tahun.2007 Chciks Embryo Muscle Cell Culture System for Examine Growth Factor Activity

Kandungan DNA tidak dipengaruhi oleh in L8 Myotubes. Effects of Serum,


fraksi 1. Kandungan DNA ditujukan sebagai Insulin and Insulin Like Growth
indek untuk proliferasi kultur sel jaringan Factors. Biochem. J. 260: 377 – 387.
(Cottin, et al., 1994; Gulve dan Dice, 1989;
Hong dan Forsberg, 1994 dan Vyboh, et al., Hong, D.H. and N.E. Konisberg. 1994. Effects
1994). Hasil ini menunjukan bahwa proliferasi of Serum and Insulin Like Growth
sel tidak dipacu oleh fraksi 1 hasil pemisahan Factor I on Protein Degradation and
UGF dari LDS. Hasil ini sejalan dengan hasil Protease Gene Expression in Rat L8
dari IGFs 1,6 yang menstimulasi diferensiasi Myotubes. J. An. Sci., 72: 2279 –
sel, baik morpologi (fusi) dan biokimia 2288.
(aktivitas CK) seperti yang dilaporkan oleh
(Florini, et al., 1991 dan Stewert dan Rotwein, Jacobs, A.E., A.A.G.M. Benders, A. Oosterhof
1996). Silverman, et al. (1995) juga and J.H. Veerkamp. 1992. Effects of
memperlihatkan bahwa IGF-1 menstimulasi Growth Medium, Electrical
myogenesis pada sel-sel tikus L6E9. Stimulation and Paralysis on
Various Enzyme Activities in
KESIMPULAN Cultured Rat Muscle Cells.
Comparation with Activities in Rat
Berdasarkan hasil diatas dapat Muscles. Int. J. Biochem. 24 (5): 751 –
disimpulkan bahwa sistem kultur sel jaringan 758.
embrio ayam dapat digunakan untuk mengecek
aktivitas UGF dari LDS. Konisberg, I.R. 1994. Skeletal Muscle in
Culture. In Methods in Enzymology.
DAFTAR PUSTAKA Vol. 58. Ed. By Jakoby, W.B. and I.H.
Pastan. Academic Press, New York, pp:
Coleman,M.E., F. DeFayo, K.C. Yin., H.M. 511 – 527.
Lee, R. Geske, C. Montgomery and
R.j. Schawartz. 1995. Growth of cell. Liu, J.P., J. Backe, A.S. Perkins, E.J. Robertson
J. Biolgy Chem. 270: 12109 – 12116. and A. Edstratiadis. 1993. Growth of
Myotubes. J. Cell. 75: 59 – 72.
Cottin, P., J.J. Brustis., S. Poussard, N.
Elamrani, S. Broncard dan A. Rosalki, S.B. 1967. An Improve Procedure
Ducasting. 1994. Ca- Dependent for Serum Creatine Phosphokinase
Proteinases (Calpains) and Muscle Determination. J. Lb. And Clin. Med.
Cell Differentiation. Biochem. Et 69 (4): 696 – 705.
Biophys. Acta. 1223: 170 – 178.
Erwin, B.G., C.M. Stoscheck and J.R. Florini. Silverman, L.A., A.Q. Cheng, D. Hsiao and.
1981. A Rapid Flourometric Method S.M. Rosenthal. 1995. Skeletal Muscle
for The Estimation of DNA in Cultue Cells Derived Insulin-Like Growth
Cells. Anal. Biochem. 110: 291 – 294. Factor (IGF) Biding Proteins Inhibit
IGF-I-Induced Myogenesis in Rat
Florini, J.R. and K.A. Magri. 1989. Effects of L6E9 Cccells. Endrocrin. 136: 720 –
Growth Factor in Myogenic 726.
Differentiation. Am. J. Physiol. 256:
C701 –C711. Stewart, C.E.H. and P. Rotwein. 1996. Insulin-
Like Growth Factor-II. An Autocrine
Florini, J.R., D.E. Ewton and K.A. Magri. Survival Factor for Differentiating
1991. Hormons, Growth Factors and Myoblast. J. of Biol. Chem. 271:
Myogenic Differentiation. Am. J. 11330 –11338.
Physiol. 53: 201 – 216.
Tsujinaka, T., C. Ebisui, J. Fujita, T. Morimoto,
Gulve, E.A. and J.F. Dice. 1989. Regulation of A. Ogawa, K. Ishidoh, E. Kominami,
Protein Synthesis and Degradation M. Yano, H. Shiozaki and M. Monden.

64
Mahfudz, Jurnal PROTEIN

1995. IGF on Myotubes


Differentiation of Culture Cells. Zdanowicz, M.M., J. Moyse, M.A.
Biochem and Biophys. Res. Comm. Wingertzahn, M. O’connor, S.
208(1): 353 –359. Teichberg and A.E. Slonim. 1995.
Insulin-Like Growth Factor in
Vyboh, P., D. Lamosova, M. Vanekova and M. Differentiation of Myotubes Rat
Jurani. 1994. Effects of Thyroid Muscle Cells. Endocrine. 136: 4880 –
Hormones on Chicks Embryo 4886.
Muscle Cell Culture. Comp. Biochem.
Physiol. 109C: 269 – 276.

65

You might also like