You are on page 1of 26

Rapatkan Barisan Berjama'ah...

Posisi Shaf Shalat Berjama'ah


http://subhan-nurdin.blogspot.com

1
‫‪03 Juni 2010 jam 23:32‬‬
‫‪61. Surat As-Saff, Medinan, 14 verses‬‬
‫‪ .٦١‬سورة الصف‪ ,‬مدنية‪ 14 ,‬آية‬
‫ص ﴿‪٤‬‬ ‫ب انلذَّيأن يهققهتلوأن فى أسبَيلههه أ‬
‫صففاًّ أكأ أننههمُ هبنُقيصن أمرَصو ص‬ ‫﴾إهنن ن‬
‫اأ يههح بِ‬

‫‪Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam‬‬


‫‪barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.‬‬

‫‪Ra-Sad-Sad‬‬

‫‪to cement or join together, make compact, stack, overlay with lead. trassa - to close‬‬
‫‪ranks. arassa - having the teeth close together.‬‬

‫رصص‬

‫‪:‬ر ص ص'' وُتأهدوُر أحووأل''‬


‫صففاًّ كأننههومُ بهونُياًّصن ‪-‬‬‫ب الذَّيأن يهقاًّتههلوأن في أسهبَيهله أ‬ ‫ص ههأو الهموحأكهمُ قاًّل تأعَاًّألى )إنن اأ يههح بِ‬ ‫صو ه‬ ‫ضممُ‪ :‬فأاًّلبَهونُياًّهن الأمورَ ه‬ ‫ال ن‬
‫ى ‪ 82‬وُأكثَاًّفأتههه ‪11,34‬‬ ‫ى ‪ 207 ,21‬وُأعهدهدهه الأذَّمر بِ‬ ‫ى لأيمنن وُوزنههه الأذَّمر بِ‬ ‫صصرَ فهلهمز ى‬‫ص ههأو هعونُ ه‬ ‫صاًّ ه‬ ‫أ‬ ‫رَ‬
‫ن‬ ‫وُال‬ ‫ص(ٌ‪،‬‬ ‫ص‬ ‫صو‬ ‫ه‬ ‫أمورَ‬
‫صهههرَ هعنُأد ‪327‬م‬ ‫و‬
‫وُيأنُ ه‬
‫ص النشىهء كاًّلوسنُاًّهن‬ ‫طألهه بههه‪ ،‬وُأر ن‬ ‫ص أوُ أ‬ ‫ضاًّ أوحأكأمهه باًّلنرَصاًّ ه‬ ‫ض‪ ،‬وُأوي ف‬ ‫ضهه إألى بأوعَ ن‬ ‫ضأمُ بأوعَ أ‬ ‫صاًّ اى أ‬ ‫صهه أر ف‬ ‫صهه يأورَ بِ‬ ‫أر ن‬
‫ص أووُ‬ ‫أ‬
‫ص الشىأء أى أعهملهه باًّلنرَصاًّ ه‬ ‫ن‬ ‫ص أ‬ ‫صاًّهء‪ ،‬وُأر ن‬ ‫ص وُههأى أر ن‬ ‫أ‬
‫ضأماًّنم فههأو أأر بِ‬ ‫و‬ ‫أ‬
‫صاًّ أى انتأظنمُ وُاوستأأوى أمأع ان ه‬ ‫و‬ ‫ص ف‬ ‫ص أر ف‬ ‫يأأرَ بِ‬
‫ص ههأو الطنول ه‬
‫ق‬ ‫ت(ٌ‪ ،‬وُالنرَصاًّ ه‬ ‫ص و‬ ‫ك تأأرَا ن‬‫ض )وُكذَّله أ‬ ‫ن‬ ‫و‬
‫عَ‬‫أ‬ ‫ب‬ ‫لى‬ ‫أ‬ ‫إ‬ ‫اًّ‬ ‫ه‬‫ض‬‫ه‬ ‫و‬
‫عَ‬ ‫أ‬ ‫ب‬ ‫مُ‬
‫ن‬ ‫ض‬
‫أ‬ ‫و‬
‫ن‬ ‫ا‬ ‫أى‬ ‫و‬
‫ت‬ ‫ص‬
‫ن‬ ‫أ‬ ‫ت‬ ‫و‬
‫ر‬ ‫وُا‬ ‫ء‬
‫ه‬ ‫اًّ‬ ‫ي‬‫ش‬‫و‬ ‫ال‬ ‫ت‬
‫ه‬ ‫ص‬ ‫أ‬ ‫ص‬
‫ن‬ ‫رَ‬
‫أ‬ ‫أ‬ ‫ت‬‫وُ‬ ‫ه‪،‬‬ ‫ب‬
‫ه هه‬ ‫ه‬ ‫طل‬
‫ص ههأو‬ ‫صي ه‬ ‫ب بههاًّ همون أغيهرَ هحوبَنرَ‪ ،‬وُالنرَ ه‬ ‫ص ههأو القأولهمُ الأخأشبَهبِى الهذَّيِ هموحتهأواهه أماًّندةه الأجرَاهفي ه‬
‫ت وُيهوكتأ ه‬ ‫ى‪ ،‬وُقألأهمُ النرَصاًّ ه‬ ‫النُناًّهر بِ‬
‫ب أى أودنأوتهه‬ ‫صت النُمقاًّ أ‬ ‫ت فل يهأرَى إنل أعوينُاًّهأاًّ‪ ،‬وُأر ن‬
‫ص أ‬ ‫ت الأمرَأةه أى تأنُأقنبَأ و‬ ‫ص ه‬ ‫ص أ‬ ‫ب الأمرَأهة وُأر ن‬ ‫‪.‬نهقاًّ ه‬

‫رقمُ الحديث‪1461 :‬‬


‫ناًّ همأحنمهد وبهن أموعَأمهرَ وبهن هروبهعَىي اولقأويهسبِي ‪ ،‬ناًّ هموسلهصمُ يأوعَهنُي اوبأن إهوبأرَاههيأمُ ‪ ،‬ناًّ أأبأاًّهن وبهن يأهزيأد اولأعَطناًّهر ‪ ،‬ثنُاًّ )حديث مرَفوع(ٌ‬
‫صهفوفأهكومُ ‪ ،‬أوُقأاًّهرهبوا بأوينُأهأاًّ ‪ ،‬أوُأحاًّهذوُا‬ ‫صوا ه‬ ‫اه أعلأويهه أوُأسلنأمُ ‪ ،‬قأاًّأل ‪ " :‬هر بِ‬
‫صنلى ن‬‫ي أ‬‫س وبهن أماًّلهنك ‪ ،‬أأنن النُنبَه ن‬‫قأتأاًّأدةه ‪ ،‬أعون أأنأ ه‬
‫ف " ‪ .‬قأاًّأل هموسلهصمُ ‪ :‬يأوعَهنُي‬ ‫ف أكأ أننهأاًّ اولأحأذَّ ه‬
‫ص م‬ ‫طاًّأن يأودهخهل همون هخلأهل ال ن‬ ‫س همأحنمند بهيأهدهه إهمني لأأرى النشوي أ‬ ‫بهاًّلأوعنُأاًّ ه‬
‫ق ‪ ،‬فأأوالنهذَّيِ نأوف ه‬
‫و‬ ‫أ‬
‫صأغاًّهر ‪ :‬أووُلهد الأغنُأهمُ‬ ‫ن‬
‫صأغاًّأر ‪ ،‬النُقأهد ال م‬ ‫ن‬
‫‪ .‬النُقأأد ال م‬

‫‪.‬الحكمُ المبَدئي‪ :‬إسنُاًّده متصل‪ ،‬رجاًّله ثقاًّت‬

‫‪MELURUSKAN DAN MERAPATKAN SHAF DALAM SHOLAT BERJAMAAH‬‬

‫‪Di antara syari'at yang diajarkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada‬‬
‫‪umatnya adalah meluruskan dan merapatkan shaf dalam shalat berjamaah.‬‬
‫‪Barangsiapa yang melaksanakan syari'at, petunjuk dan ajaran-ajarannya dalam‬‬
‫‪meluruskan dan merapatkan shaf, sungguh dia telah menunjukkan ittiba' nya‬‬
‫‪[mengikuti] dan kecintaannya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.‬‬

‫‪Adapun hadits-hadits yang memerintahkan untuk meluruskan dan merapatkan shaf‬‬


‫‪diantaranya sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:‬‬

‫‪Artinya: "Apakah kalian tidak berbaris sebagaimana berbarisnya para malaikat di sisi‬‬
‫‪Rabb mereka ?" Maka kami berkata: "Wahai Rasulullah , bagaimana berbarisnya‬‬
‫‪malaikat di sisi Rabb mereka ?" Beliau menjawab : "Mereka menyempurnakan‬‬
‫‪barisan-barisan [shaf-shaf], yang pertama kemudian [shaf] yang berikutnya, dan‬‬
‫"‪mereka merapatkan barisan‬‬

‫‪2‬‬
[HR. Muslim, An Nasa'i dan Ibnu Khuzaimah].

Dalam hadits yang lain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari An Nu'man bin
Basyir, Beliau shallallahu 'alaihi wasallam berkata:

Artinya: Dahulu Rasullullah meluruskan shaf kami sampai seperti meluruskan anak
panah hingga beliau memandang kami telah paham apa yang beliau perintahkan
kepada kami ٌ(sampai shof kami telah rapi-pent), kemudian suatu hari beliau keluar
ٌ(untuk shalat) kemudian beliau berdiri, hingga ketika beliau akan bertakbir, beliau
melihat seseorang yang membusungkan dadanya, maka beliau bersabda: "Wahai para
hamba Allah, sungguh kalian benar-benar meluruskan shaf atau Allah akan
memperselisihkan wajah-wajah kalian".
[HR. Muslim]

Sedangkan hadits yang diriwayatkan dari Anas ra., Beliau shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:

Artinya: "Tegakkan [luruskan dan rapatkan, pent-] shaf-shaf kalian, karena


sesungguhnya aku melihat kalian dari balik punggungku"
[HR. Al Bukhari dan Muslim],

dan pada riwayat Al Bukhari, Anas r.a. berkata:

"Dan salah satu dari kami menempelkan bahunya pada bahu temannya dan kakinya
pada kaki temannya"

sedangkan pada riwayat Abu Ya'la, berkata Anas:

"Dan jika engkau melakukan yang demikian itu pada hari ini, sungguh engkau akan
melihat salah satu dari mereka seolah-olah seperti keledai liar yaitu dia akan lari
darimu."

Dari hadits-hadits di atas menunjukkan betapa pentingnya meluruskan dan


merapatkan shaf pada waktu shalat berjamaah karena hal tersebut termasuk
kesempurnaan shalat sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:

"Luruskan shaf-shaf kalian, karena lurusnya shaf termasuk kesempurnaan shalat".

Bahkan sampai ada sebagian ulama yang mewajibkan hal itu, sebagaimana perkataan
Syeikh Al-Albani rahimahullah dalam mengomentari sabda nabi shallallahu 'alaihi
wasallam : '... atau Allah akan memperselisihkan wajah-wajah kalian': "Sesungguhnya
ancaman semacam ini tidak dikatakan didalam perkara yang tidak diwajibkan,
sebagaimana tidak samar lagi [pengertian seperti itu dikalangan ahli ilmu, pent-]".
Akan tetapi sungguh amat sangat disayangkan, sunnah meluruskan dan merapatkan
shaf ini telah diremehkan bahkan dilupakan kecuali oleh segelintir kaum muslimin.

Berkata Syeikh Masyhur Hasan Salman: "Apabila jamaah shalat tidak melaksanakan
sebagaimana yang dilakukan oleh Anas dan An Nu'man maka akan selalu ada celah
dan ketidaksempurnaan dalam shaf. Dan pada kenyataannya -kebanyakan- para
jamaah shalat apabila mereka merapatkan shaf maka akan luaslah shaf [menampung

3
banyak jamaah, pent-] khususnya shaf pertama kemudian yang kedua dan yang
ketiga. Apabila mereka tidak melakukannya, maka:

Pertama: Mereka terjerumus dalam larangan syar'i, yaitu tidak meluruskan dan
merapatkan shaf.

Kedua: Mereka meninggalkan celah untuk syaithan dan Allah akan memutuskan
mereka, sebagaimana hadits dari Umar bin Al Khaththab bahwasanya Nabi bersabda:

"Tegakkan shaf-shaf kalian dan rapatkan bahu-bahu kalian dan tutuplah celah-celah
dan jangan kalian tinggalkan celah untuk syaithan, barangsiapa yang menyambung
shaf niscaya Allah akan menyambungnya dan barangsiapa memutus shaf niscaya
Allah akan memutuskannya".
[HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Al Hakim ]

Ketiga: Terjadi perselisihan dalam hati-hati mereka dan timbul banyak pertentangan
di antara mereka, sebagaimana dalam hadits An Nu'man terdapat faedah yang menjadi
terkenal dalam ilmu jiwa, yaitu: sesungguhnya rusaknya dhahir mempengaruhi
rusaknya batin dan kebalikannya. Disamping itu bahwa sunnah meluruskan dan
merapatkan shaf menunjukkan rasa persaudaraan dan saling tolong-menolong,
sehingga bahu si miskin menempel dengan bahu si kaya dan kaki orang lemah
merapat dengan kaki orang kuat, semuanya dalam satu barisan seperti bangunan yang
kuat, saling menopang satu sama lainnya.

Keempat: Mereka kehilangan pahala yang besar yang dikhabarkan dalam hadits-
hadits yang shahih, di antaranya sabda Nabi:

Artinya: "Sesungguhnya Allah dan para malaikatnya bershalawat kepada orang yang
menyambung shaf".
[HR. Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Hiban dan Ibnu Khuzaimah].

Dan sabda Nabi yang shahih:

"Barangsiapa menyambung shaf niscaya Allah akan menyambungnya".


[HR.Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah]

Dan sabda Nabi yang lain:

Artinya: "Sebaik-baik kalian adalah yang paling lembut bahunya ٌ(mau untuk
ditempeli bahu saudaranya -pent) ketika shalat, dan tidak ada langkah yang lebih
besar pahalanya daripada langkah yang dilakukan seseorang menuju celah pada shaf
dan menutupinya".
[HR. Ath Thabrani, Al Bazzar dan Ibnu Hiban].

Keutamaan shaf pertama bagi laki-laki.

Diantara haditsnya adalah :

Sebaik-baik shaf laki-laki adalah yang paling depan, dan sejelek-jelek shaf laki-laki
adalah yang laing belakang, sebaik-baik shaf perempuan adalah yang paling belakang,

4
dan sejelek-jelek shaf perempuan adalah yang paling depan.
ٌ(H.R. Muslim).

Kalaulah manusia mengetahui apa yang terdapat di azan dan shaf pertama ٌ(dari
besarnya pahala-pent) kemudian mereka tidak mendapatkan kecuali dengan diundi,
maka pastilah mereka telah mengadakan undian, dan kalaulah mereka mengetahui apa
yang terdapat di sikap selalu didepan, pastilah mereka telah mendahuluinya, dan
kalaulah mereka mereka mengetahui apa yang terdapat di shalat isya dan shalat subuh
ٌ(dari keuntungan) maka pastilah mereka mendatangi keduanya walaupun dengan
merayap.
ٌ(Bukhari dan Muslim.)

Keutamaan mendapat takbiratul ihram bersama imam

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

Barangsiapa talah melakukan shalat karena Allah selama 40 hari berjama’ah, ia


mendapatkan takbir pertama ٌ(takbiratul ihram dengan imam –pent), maka dicatatlah
baginya dua kebebasan ; kebebasan dari api neraka dan kebebasan dari kemunafikan.
ٌ(H.R. Tirmidzi dari Anas, dihasankan oleh Syeikh Al Albani di kitab shahih Al Jami’
II/1089).

================

a. Posisi shalat berjama'ah dua orang

Jika yang berjama'ahnya dua orang, hendaklah ma'mum berdiri di sebelah kanan
imam. Jika yang berjama'ahnya terdiri dari dua orang atau lebih, hendaklah ma'mum
: berdiri di belakang imam. Hal ini didasarkan pada hadits berikut

Jabir ibn Abdillah RA berkata, Nabi SAW berdiri shalat Maghrib, lalu aku datang dan
berdiri di sebelah kirinya. Beliau melarang saya dan menjadikan saya di sebelah
kanannya. Lalu datang seorang kawanku. Maka kami berdiri di belakangnya. *) 275

Shahih Ibnu Khuzaimah 3:18 no. 1535, Musnad Ahmad ibnu Hanbal 3:326 no. 275 ٌ(*
14536

ٌ(Risalah Shalat, Dewan Hisbah PP Persis, hlm. 153)

=========

Adapun hadits yang mengkhabarkan bahwa Rasulullah pernah melihat seseorang


shalat sendirian dibelakang shaf, maka beliau memerintahkan dia untuk mengulangi
shalatnya. ٌ(H.R Abu Dawud dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albany dalam
shahih Abu Dawud no.633)

Larangan hadits ini berlaku bagi mereka yang mendapatkan shaf dalam keadaan
lowong dan masih ada kemungkinan untuk masuk padanya. Sementara bagi mereka

5
‫‪yang tidak menjumpai celah yang kosong sama sekali pada shaf, maka dia boleh‬‬
‫‪shalat sendirian dibelakang karena termasuk orang yang mendapatkan udzur‬‬
‫‪ٌ(keringanan). Dan tidak diperbolehkan baginya untuk menarik seseorang yang ada di‬‬
‫‪shaf depannya dalam rangka mengamalkan hadits yang diriwayatkan oleh Ath‬‬
‫‪: Thabrani‬‬

‫ف أوُقأود تأنمُ فأوليأوجهذَّ و‬


‫ب إهلأويهه أرهجلف يهقهيههمه إهألىَأجونُبَههه‬ ‫إهأذا اونتأأهى أأهحهدهكومُ إهألى ال ن‬
‫ص ه‬

‫“‪Bila seseorang diantara kalian mendapati shaf yang telah sempurna, maka hendaklah‬‬
‫‪dia menarik seseorang hingga berdiri disebelahnya.” Karena Hadits ini adalah dha’if‬‬
‫‪ٌ(lemah) sehingga tidak boleh dijadikan sandaran dalam beramal. ٌ(lihat Silsilah Adh‬‬
‫‪Dha’ifah no. 921 karya Asy Syaikh Al Albani‬‬

‫) ‪ٌ(www.assalafy.org/mahad/?p=112‬‬

‫‪: Penjelasan‬‬

‫‪Hadits di atas memang keduanya dla'if karena ada rawi bernama Syurahbil ia‬‬
‫‪: dipandang dla'if oleh para ahli hadits. seperti dijelaskan dlm Tahdzibul Kamal‬‬

‫]‪ [2714‬بخ د ق شرَحبَيل بن سعَد أأهبو سعَد الخطمي المدني‬


‫مولى النصاًّر‬

‫روُى عن‬
‫ن‬
‫‪ -1‬جاًّبرَ وبن أعوبَد اه بخ د ق‬
‫‪ -2‬وُالحسن وبن علي وبن أبي طاًّلب‬
‫‪ -3‬وُزيد وبن ثاًّبت‬
‫اه وبن عبَاًّس بخ ق‬ ‫‪ -4‬وُأعوبَد ن‬
‫اه وبن هعأمرَ وبن الخطاًّب‬ ‫‪ -5‬وُأعوبَد ن‬
‫‪ -6‬وُعويمُ وبن ساًّعدة النصاًّريِ‬
‫اه أعلأويهه وُأسلنأمُ ق‬
‫صنلى ن‬ ‫‪ -7‬وُأأهبي رافع مولى النُنبَهفي أ‬
‫‪ -8‬وُأأهبي أسهعَيد الخدريِ د‬
‫‪ -9‬وُأأهبي هرَيرَة‬

‫روُى عنُه‬
‫و‬
‫‪ -1‬إسماًّعيل بن أمية‬
‫‪ -2‬وُالحكمُ وبن أعوبَد الرَحمن وبن أبي نعَمُ البَجلي‬
‫‪ -3‬وُزياًّد وبن سعَد‬
‫‪ -4‬وُزيد وبن أبي أنيسة‬
‫‪ -5‬وُالضحاًّك وبن هعوثَأماًّأن الحزامي ق‬
‫‪ -6‬وُعاًّصمُ الحول‬
‫اه وبن ذكوان‬ ‫‪ -7‬وُأأهبو الزناًّد أعوبَد ن‬
‫اه المدني ق‬ ‫اه وبن أعوبَد ن‬ ‫‪ -8‬وُأأهبو أوُيس أعوبَد ن‬
‫‪ -9‬وُأعوبَد الرَحمن وبن أبي الزناًّد‬
‫‪ -10‬وُأعوبَد الرَحمن وبن هسلأويأماًّن وبن الغسيل‬
‫‪ -11‬وُعكرَمة مولى اوبن عبَاًّس وُماًّت قبَله بدهرَ طويل‬
‫‪ -12‬وُعماًّرة وبن غزية بخ د‬
‫‪ -13‬وُفطرَ وبن خليفة بخ د‬
‫‪ -14‬وُماًّلك وبن أنس وُكنُى عنُه وُلمُ يسمه‬

‫‪6‬‬
‫‪ -15‬وُمحمد وبن إسحاًّق وبن يساًّر‬
‫‪ -16‬وُمحمد وبن أعوبَد الرَحمن وبن أبي ذئب د‬
‫‪ -17‬وُمخول وبن راشد ق وُكنُاًّه وُلمُ يسمه‬
‫‪ -18‬وُمصعَب وبن همأحنمد وبن شرَحبَيل العَبَدريِ‬
‫‪ -19‬وُموسى وبن عقبَة‬
‫‪ -20‬وُنجيح أأهبو معَشرَ المدني‬
‫‪ -21‬وُيحيى وبن أسهعَيد النصاًّريِ‬
‫‪ -22‬وُيزيد وبن الهاًّد بخ د‬
‫اه وبن أبي فرَوُة‬‫‪ -23‬وُيونس وبن أعوبَد ن‬

‫علماًّء الجرَح وُالتعَديل‬

‫قاًّل ‪ 1‬يزيد وبن هاًّروُن ‪ ,‬أعن ابن أبي ذئب ‪ 2 :1‬أأوخبَأأرَنأاًّ شرَحبَيل وُهو شرَحبَيل وُقد بينُاًّ لكمُ ‪2‬‬

‫وُقاًّل ‪ 1‬حجاًّج وبن همأحنمد‪ ،‬أعهن ابن أبي ذئب ‪ 2 :1‬أحندثأنُأاًّ شرَحبَيل وبن سعَد‪ ،‬وُأكاًّأن متهماًّ ‪. 2‬‬

‫وُقاًّل ‪ 1‬بشرَ وبن هعأمرَ ‪ 2 :1‬سألت أماًّهلك وبن أنس‪ ،‬أعون شرَحبَيل وبن سعَد فقاًّل‪ :‬ليس بثَقة ‪. 2‬‬

‫وُقاًّل ‪ 1‬أعومرَوُ وبن علي ‪ 2 :1‬سألت يحيى القطاًّن‪ ،‬قاًّل‪ :‬قاًّل رجل لبن إسحاًّق‪ :‬كيف حديث شرَحبَيل وبن سعَد ؟‬
‫فقاًّل‪ :‬وُاحد يحدث أعون شرَحبَيل وبن سعَد‪ ،‬قاًّل يحيى‪ :‬العَجب من رجل يحدث أعهن اهل الكتاًّب‪ ،‬وُيرَغب أعون‬
‫شرَحبَيل‪ ،‬وُهاًّ هنُاًّ من يحدث عنُه ‪. 2‬‬

‫وُقاًّل ‪ 1‬علي وبن المدينُي ‪ 2 :1‬قلت لسفياًّن وبن عيينُة‪ :‬أكاًّأن شرَحبَيل وبن سعَد يفتي ؟ قاًّل‪ :‬نعَمُ‪ ،‬وُلمُ يكن أحد أعلمُ‬
‫باًّلمغاًّزيِ وُالبَدريين منُه‪ ،‬فاًّحتاًّج فكأنهمُ اتهموه‬

‫وُقاًّل هفي موضع آخرَ‪ :‬سمعَت هسوفيأاًّن‪ ،‬وُسئل أعون شرَحبَيل وبن سعَد‪ ،‬قاًّل‪ :‬لمُ يكن أحد باًّلمدينُة أعلمُ باًّلبَدريين منُه‪،‬‬
‫وُاصاًّبته حاًّجة‪ ،‬فكاًّنوا يخاًّفون إذا جاًّء إلى الرَجل يطلب منُه الشيء فلمُ يعَطه‪ ،‬إن يقول‪ :‬لمُ يشهد أبوك بدرا ‪. 2‬‬

‫وُقاًّل ‪ 1‬عبَاًّس الدوُريِ‪ ،‬أعون يحيى وبن معَين ‪ 2 :1‬ليس بشيء ضعَيف‬

‫وُقاًّل هفي موضع آخرَ‪ :‬أكاًّأن أأهبو جاًّبرَ البَياًّضي كذَّاباًّ‪ ،‬وُشرَحبَيل وبن سعَد خيرَ من ملء الرض مثَله ‪. 2‬‬

‫وُقاًّل ‪ 1‬أأوحأمد وبن سعَد وبن أبي مرَيمُ‪ ،‬أعون يحيى وبن معَين ‪ 2 :1‬ضعَيف يكتب حديثَه ‪2‬‬

‫وُقاًّل همأحنمد وبن سعَد ‪ 2 :1‬أكاًّأن شيخاًّ قديماًّ روُى عن زيد وبن ثاًّبت‪ ،‬وُأأهبي هرَيرَة‪ ،‬وُأأهبي أسهعَيد‪ ،‬وُعاًّمة أصحاًّب‬
‫اه أعلأويهه وُأسلنأمُ‪ ،‬وُبقي إلى آخرَ الزماًّن حتى اختلط‪ ،‬وُاحتاًّج حاًّجة شديدة‪ ،‬وُله أحاًّديث وُليس يحتج‬ ‫صنلى ن‬
‫ا أ‬ ‫أرهسول ن‬
‫به ‪. 2‬‬

‫وُقاًّل ‪ 1‬أأهبو زرعة ‪ 2 :1‬فيه لين ‪. 2‬‬

‫وُقاًّل ‪ 1‬النُساًّئي ‪ 2 :1‬ضعَيف ‪. 2‬‬

‫وُقاًّل ‪ 1‬الدارقطنُي ‪ 2 :1‬ضعَيف يعَتبَرَ به ‪. 2‬‬

‫وُقاًّل ‪ 1‬أأهبو أأوحأمد وبن عديِ ‪ 2 :1‬له أحاًّديث وُليست باًّلكثَيرَة‪ ،‬وُفي عاًّمة ماًّ يرَوُيه إنكاًّر ‪ ,‬على أنه قد حدث عنُه‬
‫جماًّعة من أهل المدينُة من ائمتهمُ وُغيرَهمُ إل أماًّهلك وبن أنس‪ ،‬فإنه كرَه الرَوُاية عنُه‪ ،‬وُكنُى أعهن اسمه هفي الحديثَين‬
‫صنلى ن‬
‫اه‬ ‫ا أ‬‫ا‪ ،‬أن أرهسول ن‬ ‫اللذَّين ذكرَتهماًّ‪ ،‬وُهو إلى الضعَف أقرَب يعَنُي حديث أماًّهلك أأننهه بلغه أعون جاًّبرَ وبن أعوبَد ن ه‬
‫أعلأويهه وُأسلنأمُ‪ ،‬قاًّل‪ “ :‬من لمُ يجد ثوبين فليصل هفي ثوب وُاحد ملتحفاًّ به‪ ،‬فإن أكاًّأن الثَوب صغيرَا فليأتزر به “ ‪.‬‬
‫وُحديث‪ “ :‬إذا عاًّد الرَجل المرَيض خاًّض الرَحمة حتى إذا قعَد عنُده قرَب منُه أوُ نحو هذَّا “ ‪. 2‬‬

‫‪7‬‬
‫‪ 2‬ذكرَه ابن حبَاًّن هفي كتاًّب الثَقاًّت ‪ ,‬وُقاًّل ماًّت سنُة ثلث وُعشرَين وُماًّئة ‪2‬‬

‫روُى له البَخاًّريِ هفي الدب‪ ،‬وُأأهبو داوُد‪ ،‬وُابن أماًّأجوه‬

‫رقمُ الحديث‪7975 :‬‬

‫ص وبهن أعومنرَوُ النرَبأاًّلهبِي ‪ ،‬نأاًّ بهوشهرَ وبهن إهوبأرَاههيأمُ ‪ ،‬أحندثأهنُي اولأحنجاًّهج وبهن‬
‫ب ‪ ،‬نأاًّ أحوف ه‬ ‫)حديث مرَفوع(ٌ أحندثأنُأاًّ همأحنمهد وبهن يأوعَهقو أ‬
‫ص م‬
‫ف‬ ‫اه أعلأويهه أوُأسلنأمُ ‪ " :‬إهأذا اونتأأهى أأأحهدهكومُ إهألى ال ن‬ ‫صنلى ن‬ ‫اه أ‬ ‫س ‪ ،‬قأاًّأل ‪ :‬قأاًّأل أرهسوهل ن‬‫أحنساًّأن ‪ ،‬أعون هعوكهرَأمةأ ‪ ،‬أعهن اوبهن أعبَناًّ ن‬
‫اه أعلأويهه أوُأسلنأمُ هإل بههأذَّاأ‬
‫صنلى ن‬ ‫ن‬ ‫ه‬ ‫و‬ ‫و‬
‫ب إهلأويهه أرهجل يههقيهمهه إهألى أجنُبَههه " ‪ .‬ل يهورَأوُى هأذَّا الأحهديث أعون أرهسوهل اه أ‬
‫أ‬ ‫أوُقأود تأنمُ ‪ ،‬فأوليأوجهذَّ و‬
‫اهلوسنُأاًّهد ‪ ،‬تأفأنرَأد بههه ‪ :‬بهوشهرَ وبهن إهوبأرَاههيأمُ ‪.‬‬

‫الحكمُ المبَدئي‪ :‬إسنُاًّد فيه بشرَ بن إبرَاهيمُ النصاًّريِ وُهو يضع الحديث‪.‬‬

‫‪ #‬العَاًّلمُ القول‬
‫‪ 1‬أبو أحمد بن عديِ الجرَجاًّني منُكرَ الحديث عن الثَقاًّت وُالئمة‪ ،‬ل أدريِ كيف عقل من تكلمُ في الرَجاًّل عنُه‬
‫فإني لمُ أجد له كلماًّ وُهو بين الضعَف جدا وُروُاياًّته التي يرَوُيهاًّ عمن يرَوُيِ غيرَ محفوظة وُهو عنُديِ ممن‬
‫يضع الحديث على الثَقاًّت‪ ،‬وُماًّ ذكرَته عنُه عن الوُزاعي وُثور بن يزيد وُمبَاًّرك بن فضاًّلة وُأبو حرَة وُغيرَهمُ‬
‫‪ 2‬أبو جعَفرَ العَقيلي روُى أحاًّديث موضوعة عن الوُزاعي ل يتاًّبع عليهاًّ‬
‫‪ 3‬أبو حاًّتمُ الرَازيِ شيخ ضعَيف الحديث‬
‫‪ 4‬أبو حاًّتمُ بن حبَاًّن البَستي يضع الحديث على الثَقاًّت ل يحل ذكرَه في الكتب إل على سبَيل القدح فيه‬

‫رقمُ الحديث‪1452 :‬‬


‫أ‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫أ‬ ‫ن‬
‫ضنحاًّك وبن عثَأماًّأن ‪ ،‬أحدثهنُي شأرَوحهبَيهل أوُهأو اوبن أسوعَند أهبو‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ي ‪ ،‬ناًّ ال ن‬ ‫أ‬ ‫و‬ ‫و‬ ‫أ‬ ‫و‬
‫)حديث مرَفوع(ٌ ناًّ بهنُأداصر ‪ ،‬ناًّ أهبو بأكنرَ يأوعَهنُي الأحنُفه ن‬
‫ب ‪ ،‬فأهجوئتههه فأقهوم ه‬
‫ت‬ ‫صملي اولأموغهرَ أ‬‫اه أعلأويهه أوُأسلنأمُ يه أ‬ ‫صنلى ن‬ ‫اه أ‬ ‫اه ‪ ،‬يأهقوهل ‪ " :‬قأاًّأم أرهسوهل ن‬ ‫ت أجاًّبهأرَ وبأن أعوبَهد ن‬ ‫أسوعَند ‪ ،‬قأاًّأل ‪ :‬أسهموعَ ه‬
‫صنلى‬ ‫ا‬ ‫ن‬
‫أ ه أ ه ه ه أ‬‫ل‬ ‫سو‬ ‫ر‬ ‫اًّ‬‫أ‬ ‫نُ‬‫ب‬ ‫ن‬
‫لى‬ ‫ص‬ ‫أ‬ ‫ف‬ ‫‪،‬‬ ‫ه‬ ‫ه‬‫أ‬ ‫ف‬‫ل‬‫و‬ ‫أ‬
‫خ‬ ‫اًّ‬‫أ‬ ‫نُ‬‫ف‬‫و‬ ‫أ‬ ‫ف‬ ‫ص‬
‫أ‬ ‫أ‬ ‫ف‬ ‫‪،‬‬ ‫لي‬ ‫ب‬
‫ص‬ ‫ح‬ ‫اًّ‬‫ص‬ ‫ء‬ ‫اًّ‬‫ج‬ ‫مُ‬‫ه‬
‫أ أ ه أ أه هه ن أ أ أ ه ه‬ ‫ث‬ ‫‪،‬‬ ‫ه‬ ‫نُ‬‫مي‬ ‫ي‬ ‫ن‬‫و‬ ‫ع‬ ‫نُي‬ ‫أ‬ ‫ل‬ ‫عَ‬‫ج‬‫أ‬ ‫ف‬ ‫ني‬ ‫اًّ‬
‫أ ه‬ ‫ه‬‫أ‬ ‫نُ‬‫أ‬ ‫ف‬ ‫‪،‬‬ ‫إهألى أجونُبَههه أعون يأأساًّهر ه‬
‫ه‬
‫طأرَفأويهه " ‪.‬‬ ‫ف‬
‫ب أوُاهحند همأخاًّلهفاًّ بأويأن أ‬ ‫اه أعلأويهه أوُأسلنأمُ هفي ثأوو ن‬ ‫ن‬

‫الحكمُ المبَدئي‪ :‬إسنُاًّد ضعَيف فيه شرَحبَيل بن سعَد الخطمي وُهو ضعَيف الحديث‪.‬‬

‫‪Maka hadits ini tidak bisa dijadikan dalil. Adapun dalil hadits yg shahih untuk posisi‬‬
‫‪: ma'mum dua orang ٌ(imam & 1 ma'mum) adalah‬‬

‫‪ hadits Ibnu Abbas‬رضاًّل عنُه ‪:beliau berkata‬‬

‫ت )أوُهفي هرأوُاأية‬ ‫صفلى أأوربأأع أرأكعَاًّ أ ن‬


‫ت ثهنمُ ناًّ أأم ثهنمُ قاًّ أأم فأهجوئ ه‬ ‫صنلى أرسوهل ا الهعَأشاًّأء ثهنمُ أجاًّأء فأ أ‬ ‫ت أخاًّلأهتي أمويهموونأةأ فأ أ‬ ‫ت هفي بأوي ه‬‫” ب بِ‬
‫ت إهألى أجونُبَههه(ٌ أعون يأساًّهرهه فأأجأعَلأنُهوي أعون يأهموينُههه”‬‫‪ :‬فأقهوم ه‬

‫“’‪Aku bermalam dirumah bibiku ٌ(yaitu) Maimunah, ketika itu Rasulullah shalat isya‬‬
‫‪kemudian beliau pulang ke rumah dan shalat empat rakaat, kemudian tidur. Setelah itu‬‬
‫‪beliau bangun untuk shalat maka aku pun berdiri disamping kirinya kemudian beliau‬‬
‫)‪memindahkan aku ke samping kanannya”. ٌ(H.R Al Bukhari no.697‬‬

‫‪Al Imam Al Bukhari menjadikan hadits diatas sebagai dalil bahwa posisi dua orang‬‬
‫‪yang shalat berjama’ah adalah sejajar. Al Hafizh Ibnu Hajar menerangkan bahwa‬‬
‫‪makna sejajar yaitu tidak maju dan tidak mundur, berdasarkan konteks dhohir hadits‬‬
‫‪ :Ibnu Abbas‬فأقهوم ه‬
‫ت إهألى أجونُبَههه(ٌ(ٌ‪ٌ(Lihat Fathul Bari hadits no. 697) .‬‬

‫‪8‬‬
: dan dalil ma'mum yg masbuk membuat shaf baru dan dilarang menyendiri adalah

hadits yang mengkhabarkan bahwa Rasulullah pernah melihat seseorang shalat


sendirian dibelakang shaf, maka beliau memerintahkan dia untuk mengulangi
shalatnya. ٌ(H.R Abu Dawud dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albany dalam
shahih Abu Dawud no.633)

Larangan ma'mum yg masbuk menarik ma'mum pada shaf di depannya, -


bertentangan dengan makna "shaf" itu sendiri yg artinya berbaris dan keharusan
.merapatkan shaf dalam shalat berjama'ah

Maka ma'mum masbuk menarik ma'mum yg paling kanan atau menepuknya untuk
berdiri di sebelah kanannya itu sejalan dengan hadits shahih yg menjelaskan
.Rasulullah SAW memindahkan posisi Ibnu Abbas ke sebelah kanan beliau

Memulai shaf baru bukan di tengah-tengah shaf, tetapi di sebelah kanan -


sebagaimana hadits2 shahih tentang perintah memulai segala sesuatu di sebelah
.kanan

Wallahu A'lam Bish Shawwab

http://www.islamweb.net/hadith/display_hbook.php?
bk_no=475&hid=7975&pid=674464
http://www.islamweb.net/hadith/display_hbook.php?
bk_no=121&hid=14204&pid=672359
http://www.islamweb.net/hadith/display_hbook.php?
bk_no=345&hid=1452&pid=453771

Soal: ada hadis sebagai berikut


‫ روُاه أبو داوُد‬.‫طوا واهلأماًّأم أوُهسبِدوُا اولأخلأأل‬
‫ قأاًّأل أرهسوهل اه أوُمس ه‬:‫أعون أأهبي ههأرَويأرَةأ قأاًّأل‬

Dari Abu Hurairah, ia berkata,”Rasulullah saw. bersabda,’Jadikanlah imam itu berada


di tengah kalian dan tutuplah kerenggangan-kerenggangan dalam shaf”. H.r. Abu
Daud
Bukankah hadis ini menunjukkan bahwa makmum mesti menjadikan imam ada di
tengah?! dan hadis ini umum tidak untuk yang bershaf di depan saja tapi bagi
..makmum yang berada di shaf kedua dan seterusnya

Jawab: hadits tsb dla'if sekali


582 :‫رقمُ الحديث‬
ًّ‫ أأننهأا‬، ‫ أعون أهممهه‬، ‫ أعون يأوحأيى وبهن بأهشيهرَ وبهن أخنلند‬، ‫ أحندثأنُأاًّ اوبهن أأهبي فهأدوينك‬، َ‫)حديث مرَفوع(ٌ أحندثأنُأاًّ أجوعَفأهرَ وبهن همأساًّفهنر‬
ُ‫اه أعلأويهه أوُأسلنأم‬ ‫صنلى ن‬ ‫اه أ‬ ‫ قأاًّأل أرهسوهل ن‬: ‫ قأاًّأل‬، ‫ أحندثأهنُي أأهبو ههأرَويأرَةأ‬: ‫ يأهقوهل‬، ‫ب اولقهأرَهظمي فأأسهمأعَوتهه‬‫ت أعألى همأحنمهد وبهن أكوعَ ن‬ ‫أدأخلأ و‬
. " ‫طوا ا و هلأماًّأم أوُهسبِدوُا اولأخلأأل‬
‫ " أوُمس ه‬:

.‫ إسنُاًّد شديد الضعَف فيه راوُ مجهول هي أمة الواحد بنُت ياًّمين النُصرَية‬:‫الحكمُ المبَدئي‬

dan jika memulai shaf kedua bagi makmum yg masbuk tentu akan memutuskan shaf
.pertama dan trjadi kekosongan dlm shaf berjama'ah yg dilarang oleh Rasulullah SAW

357 :‫ رقمُ الحديث‬ada hadits hasan

9
‫ب ‪ ،‬أعون أعوجلأن ‪،‬‬ ‫)حديث مرَفوع(ٌ أحندثأنُأاًّ أعلهبِي وبهن هأاًّهروُأن ‪ ،‬قأاًّأل ‪ :‬ثنُاًّ اوبهن أمهنُينع ‪ ،‬ثنُاًّ أعلهبِي وبهن اولأجوعَهد ‪ ،‬ثنُاًّ اوبهن أأهبي هذوئ ن‬
‫اه أعلأويهه أوُأسلنأمُ ‪ ،‬قأاًّأل ‪ " :‬إهمني لأونظههرَ إهألى أماًّ أوُأراهئي أكأماًّ أأونظهرَه‬ ‫صنلى ن‬ ‫اه أ‬ ‫اه أعونُهه ‪ ،‬أعون أرهسوهل ن‬ ‫ضأي ن‬ ‫أعون أأهبي ههأرَويأرَةأ أر ه‬
‫صهفوفأهكومُ " ‪.‬‬ ‫يِ ‪ ،‬فأأ أهقيهموا ه‬ ‫إهألى أماًّ بأويأن يأأد ن‬

‫الحكمُ المبَدئي‪ :‬إسنُاًّده حسن رجاًّله ثقاًّت عدا عجلن مولى المشمعَل وُهو صدوُق حسن الحديث ‪ ،‬وُعلي بن‬
‫هاًّروُن الحرَبي وُهو صدوُق تغيرَ بآخرَه‪.‬‬

‫"‪Sesungguhnya aku melihat ٌ(ma'mum) yg dibelakangku seperti aku melihat di antara‬‬


‫‪".dua tanganku ٌ(di hadapanku), maka rapihkanlah shaf kalian‬‬
‫‪hadits ini bukan menunjukan mulai shaf di tengah imam, tp anjuran untuk‬‬
‫‪.memperhatikan kerapihan/kerapatan shaf‬‬

‫‪hadits abu dawud juga diriwayatkan oleh Ath-Thabrani & al-Baihaqy, tp semuanya‬‬
‫‪...dla'if‬‬
‫رقمُ الحديث‪4788 :‬‬
‫يِ ‪ ،‬أنبَأ أأهبو بأوكهرَ وبهن أداأسةأ ‪ ،‬ثنُاًّ أأهبو أداهوُأد ‪ ،‬ثنُاًّ أجوعَفأهرَ وبهن همأساًّفهنرَ ‪ ،‬ثنُاًّ اوبهن‬ ‫)حديث مرَفوع(ٌ أأوخبَأأرَنأاًّ أأهبو أعلهىي البِرَوُوذبأاًّهر بِ‬
‫ب اولقهأرَهظمي ‪ ،‬فأأسهمأعَوتهه يأهقوهل ‪:‬‬ ‫ت أعألى همأحنمهد وبهن أكوعَ ن‬ ‫أأهبي فهأدوينك ‪ ،‬أعون يأوحأيى وبهن بأهشيهرَ وبهن أخلند ‪ ،‬أعون أهممهه أأننهأاًّ أدأخلأ و‬
‫و‬
‫اه أعلأويهه أوُأسلنأمُ ‪ " :‬تأأونسطوا اهلأماًّأم ‪ ،‬أوُهسبِدوُا الأخلأأل " ‪.‬‬
‫ه‬ ‫صنلى ن‬ ‫اه أ‬ ‫أحندثأهنُي أأهبو ههأرَويأرَةأ ‪ ،‬قأاًّأل ‪ :‬قأاًّأل أرهسوهل ن‬

‫الحكمُ المبَدئي‪ :‬إسنُاًّد شديد الضعَف فيه راوُ مجهول هي أمة الواحد بنُت ياًّمين النُصرَية‪.‬‬

‫] تخرَيج [ ] شواهد [ ] أطرَاف [ ] الساًّنيد [‬

‫رقمُ الحديث‪4596 :‬‬


‫ه‬ ‫أ‬ ‫أ‬ ‫و‬ ‫و‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫أ‬
‫يِ ‪ ،‬قاًّأل ‪ :‬ناًّ إهوبأرَاههيهمُ وبن الهمنُهذَّهر الهحزاهمبِي ‪ ،‬قاًّأل ‪ :‬ناًّ يأوحأيى وبن بأهشيهرَ‬ ‫ن‬ ‫و‬
‫صقهرَ البِسكهرَ بِ‬ ‫ن‬ ‫أ‬
‫)حديث مرَفوع(ٌ أحندثنُاًّ أعوبَد اه وبن ال ن‬
‫ه‬ ‫ه‬ ‫أ‬
‫ب القهأرَهظمي ‪،‬‬ ‫و‬ ‫ت أعألى همأحنمهد وبهن أكوعَ ن‬ ‫و‬
‫ت ‪ :‬أدأخل ه‬ ‫يِ ‪ ،‬قأاًّلأ و‬ ‫ن‬
‫ت يأاًّهميأن وبهن أعوبَهد اه النُن و‬
‫صهرَ م‬ ‫وبهن أخلند ‪ ،‬قأاًّأل ‪ :‬أحندثأوتهنُي أأأمةه اولأواهحهد بهونُ ه‬
‫طوا اهلأماًّأم ‪،‬‬ ‫اه أعلأويهه أوُأسلنأمُ ‪ ،‬يأهقوهل ‪ " :‬أوُمس ه‬‫صنلى ن‬ ‫اه أ‬ ‫ت أرهسوأل ن‬ ‫فأأسهموعَتههه يأهقوهل ‪ :‬أحندثأهنُي أأهبو ههأرَويأرَةأ ‪ ،‬قأاًّأل ‪ :‬أسهموعَ ه‬
‫أ‬ ‫ه‬ ‫و‬ ‫و‬ ‫أ‬
‫ضهعَوا نهأعَاًّلههكومُ بأويأن أقأداهمهكومُ " ‪ .‬ل يهورَأوُى هأأذَّا الأحهديث أعون أهبي ههأرَويأرَةأ هإل بههأأذَّا‬ ‫طاًّهن ‪ ،‬أوُ أ‬ ‫أوُهسبِدوُا الثَبِلأأمُ ل يأتأأخلنولهأاًّ النشوي أ‬
‫اهلوسنُأاًّهد ‪ ،‬تأفأنرَأد بههه يأوحأيى وبهن بأهشينرَ ‪.‬‬

‫الحكمُ المبَدئي‪ :‬إسنُاًّد شديد الضعَف فيه راوُ مجهول هي أمة الواحد بنُت ياًّمين النُصرَية‪.‬‬

‫وُسطوا الماًّم وُسدوُا الثَلمُ ل يتخللهاًّ الشيطاًّن وُضعَوا نعَاًّلكمُ بين أقدامكمُ عبَد الرَحمن بن صخرَ المعَجمُ الوُسط‬
‫للطبَرَاني ‪ 4457 4596‬سليماًّن بن أحمد الطبَرَاني ‪360‬‬

‫توسطوا الماًّم وُسدوُا الخلل عبَد الرَحمن بن صخرَ السنُن الكبَرَى للبَيهقي ‪ 3:104 4788‬البَيهقي ‪458‬‬

‫ت أعون يأأساًّهرهه فأأ أأخأذَّ بهيأهديِ فأأ أأداأرهني أحنتى أأقأاًّأمهنُي أعون‬ ‫ب فأقهوم ه‬‫صملي اولأموغهرَ أ‬ ‫أعون أجاًّبههرَ وبهن أعوبَهد اه قأاًّأل‪ :‬قأاًّأم أرهسوهل اه يه أ‬
‫ضأ أ ثهنمُ أجاًّأء فأقأاًّأم أعون يأأساًّهر أرهسوهل اه فأأ أأخأذَّ بهيأأدوينُأاًّ أجهميفعَاًّ فأأدفأأعَنُأاًّ أحنتى أأقأاًّأمنُأاًّ أخولفأهه‪.‬‬ ‫يأهمينُههه ثهنمُ أجاًّأء أجبَناًّهر وبهن أ‬
‫صوخنرَ فأتأأو ن‬
‫روُاه مسلمُ‬

‫‪Dari Jabir bin Abdullah, ia berkata,”Rasulullah saw. berdiri salat maghrib, lalu aku‬‬
‫‪berdiri di sebelah kiri beliau, kemudian beliau memegang tanganku, memutarku‬‬
‫‪hingga menempatkan aku di sebelah kanan beliau. Kemudian datang Jabbar bin‬‬
‫‪Shakher, ia berwudhu terus datang ٌ(menuju salat), lalu ia berdiri di sebelah kiri‬‬
‫‪Rasululalh saw. Lalu beliau memegang dua tangan kami terus mendorong hingga‬‬

‫‪10‬‬
menempatkan kami di belakang”. H.r. Muslim
Bukankah Nabi saw. menempatkan kedua makmum itu persis di belakangnya?! klo yg
jadi kendalanya ada kekosongan shaf, bukankah antar makmum bisa bergeser?! dan
!?itu tdk melanggar... karena boleh bergerak dalam shalat jika jelas keperluannya
Sedangakn makmum ٌ(masbuk) menempatkan diri di sebelah kanan karena NAbi saw.
suka yg kanan..hal itu terlalu umum? jika bisa...mengapa shaf pertama pun tdk di
!?sebelah kanan

...dalam hadits di atas siapakah yg prtama kali memulai shaf? Jabir atau Jabbar
Rasulullah SAW memindahkan Jabir ke sebelah kanan beliau dan tidak ke
belakang/tengah beliau. Maka hadits ini sesungguhnya sbgi dalil memulai shaf d
...sebelah kanan baik shaf pertama dan seterusnya

: Dari Al-Barra’ bin ’Azib radliyallaahu ’anhu ia berkata

‫صنلى اه أعلأويهه أوُأسلنأمُ أفوحبَأوبَنُأاًّ أأون نأهكووأن أعون يأهموينُههه يهوقبَأهل أعلأوينُأاًّ بهأووجهههه قأاًّأل فأأسهموعَتههه يأقهووهل‬ ‫ف أرهسووهل اه أ‬ ‫صلنوينُأاًّ أخول أ‬
‫هكنُناًّ إهأذا أ‬
‫ك‬ ‫و‬ ‫أ‬ ‫أ‬ ‫ه‬ ‫و‬ ‫أ‬
‫ك يأووأم تبَأعَث أووُ تجأمهع هعبَأاًّأد أ‬ ‫أ‬
‫ب قهنُهوي أعذَّاب أ‬‫أر م‬

Kami apabila shalat di belakang Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam senang”


menempati shaff di sebelah kanan. Beliau kemudian menghadap ke arah kami dan
bersabda : “Rabbi ٌ(Tuhanku), peliharalah diriku dari siksa-Mu pada hari Engkau
membangkitkan ٌ(mengumpulkan) ham-hamba-Mu” [HR. Muslim no. 709, Ibnu
Majah no. 1006, dan Ibnu Khuzaimah no. 1563-1565. Ini adalah lafadh Muslim].[6]

Berikut ini fatwa Syekh Bin Baz


‫فتاًّوُى ابن باًّز‬

< ‫تصفح برَقمُ المجلد < المجلد الساًّدس وُالعَشرَوُن < كتاًّب الحديث القسمُ الثَاًّني < كتـاًّب الحـاًّديـث الضـعَيفـة‬
‫حديث من عمرَ مياًّسرَ الصفوف فله أجرَان‬

‫ من عمرَ مياًّسرَ الصفوف فله أجرَان‬: ‫ ـ حديث‬142

: ًّ‫ فقلنُا‬، ‫ أقيمت صلة العَشاًّء وُاكتمل الجاًّنب اليمن من الصف الوُل وُالجاًّنب اليسرَ فيه قليل في النُاًّس‬:‫س‬
‫ من‬: ‫ لكن أحد النُاًّس عقب عليه وُجاًّء بحديث‬، ‫ اليمين أفضل‬: ‫ فقاًّل أحد المصلين‬، ‫اعدلوا الصف من اليساًّر‬
‫عمرَ مياًّسرَ الصفوف‬
12 ‫ وُنشرَ في المجموع ج‬، 60 ‫ ص‬1 ‫فله أجرَان أفتوناًّ ماًّ هو الصواب في هذَّه المسألة ؟ نشرَ في كتاًّب الدعوة ج‬
.207 ‫ص‬

ٌ(291 :ُ‫ الصفحة رقم‬،26 : ُ‫)الجزء رقم‬

‫ وُل يشرَع أن يقاًّل‬، ‫ قد ثبَت عن النُبَي صلى ا عليه وُسلمُ ماًّ يدل على أن يمين كل صف أفضل من يساًّره‬: ‫ج‬
. ‫ حرَصاًّ على تحصيل الفضل‬، َ‫ وُل حرَج أن يكون يمين الصف أكثَر‬، ‫ اعدلوا الصف‬: ‫للنُاًّس‬

‫ باًّب فضل ميمنُة الصف‬، ‫ أخرَجه ابن ماًّجه في كتاًّب إقاًّمة الصلة‬: ‫أماًّ ماًّ ذكرَه بعَض الحاًّضرَين من حديث‬
. ‫ من عمرَ مياًّسرَ الصفوف فله أجرَان فهو حديث ضعَيف خرَجه ابن ماًّجه بإسنُاًّد ضعَيف‬.1007 ُ‫برَقم‬

Soal : Pada waktu Shalat isya bagian kanan shaaf pertama sudah penuh dan sebelah
kiri masih sedikit, maka diperintahkan pada kami "rapihkanlah sampai pertengahan
sehingga yg kiri terisi" maka salah seorang jama'ah shalat berkata : "sebelah kanan
adalah lebih utama". namun ada jama'ah lainnya membantah dengan mengemukakan

11
hadits : "barangsiapa yg mengisi shaf sebelah kiri akan mendapat dua pahala."
? Manakah yang paling benar

Jawab : Nabi SAW telah menetapkan bahwa bagian kanan seluruh shaf adalah yang
paling utama daripada bagian kiri. maka tidak disyari'atkan untuk menyuruh "ke
bagian tengahkanlah shaf !" Tidak masalah jika bagian kanan shaf lebih banyak
.sebagai anjuran mendapat keutamaan

Adapun yg dikemukakan oleh seorang jama'ah "yg kiri mendapat dua pahala"
dikeluarkan oleh Ibnu Majah dalam kitab Iqamatus shalat bab keutamaan shaf yg
.sebelah kanan No. 1007 adalah hadits dla'if dengan sanad dla'if

http://www.alifta.net/fatawa/fatawaDetails.aspx?
BookID=4&View=Page&PageNo=1&PageID=5182

Wallahu A'lam

MELURUSKAN DAN MERAPATKAN SHAF DALAM SHOLAT BERJAMAAH

Di antara syari'at yang diajarkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada


umatnya adalah meluruskan dan merapatkan shaf dalam shalat berjamaah.
Barangsiapa yang melaksanakan syari'at, petunjuk dan ajaran-ajarannya dalam
meluruskan dan merapatkan shaf, sungguh dia telah menunjukkan ittiba' nya
.[mengikuti] dan kecintaannya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

Adapun hadits-hadits yang memerintahkan untuk meluruskan dan merapatkan shaf


:diantaranya sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

Artinya: "Apakah kalian tidak berbaris sebagaimana berbarisnya para malaikat di sisi
Rabb mereka ?" Maka kami berkata: "Wahai Rasulullah , bagaimana berbarisnya
malaikat di sisi Rabb mereka ?" Beliau menjawab : "Mereka menyempurnakan
barisan-barisan [shaf-shaf], yang pertama kemudian [shaf] yang berikutnya, dan
"mereka merapatkan barisan
.[HR. Muslim, An Nasa'i dan Ibnu Khuzaimah ]

Dalam hadits yang lain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari An Nu'man bin
:Basyir, Beliau shallallahu 'alaihi wasallam berkata

Artinya: Dahulu Rasullullah meluruskan shaf kami sampai seperti meluruskan anak
panah hingga beliau memandang kami telah paham apa yang beliau perintahkan
kepada kami ٌ(sampai shof kami telah rapi-pent), kemudian suatu hari beliau keluar
ٌ(untuk shalat) kemudian beliau berdiri, hingga ketika beliau akan bertakbir, beliau
melihat seseorang yang membusungkan dadanya, maka beliau bersabda: "Wahai para
hamba Allah, sungguh kalian benar-benar meluruskan shaf atau Allah akan
."memperselisihkan wajah-wajah kalian
[HR. Muslim]

Sedangkan hadits yang diriwayatkan dari Anas ra., Beliau shallallahu 'alaihi wasallam
:bersabda

12
Artinya: "Tegakkan [luruskan dan rapatkan, pent-] shaf-shaf kalian, karena
"sesungguhnya aku melihat kalian dari balik punggungku
,[HR. Al Bukhari dan Muslim]

:dan pada riwayat Al Bukhari, Anas r.a. berkata

Dan salah satu dari kami menempelkan bahunya pada bahu temannya dan kakinya"
"pada kaki temannya

:sedangkan pada riwayat Abu Ya'la, berkata Anas

Dan jika engkau melakukan yang demikian itu pada hari ini, sungguh engkau akan"
melihat salah satu dari mereka seolah-olah seperti keledai liar yaitu dia akan lari
".darimu

Dari hadits-hadits di atas menunjukkan betapa pentingnya meluruskan dan


merapatkan shaf pada waktu shalat berjamaah karena hal tersebut termasuk
:kesempurnaan shalat sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

."Luruskan shaf-shaf kalian, karena lurusnya shaf termasuk kesempurnaan shalat "

Bahkan sampai ada sebagian ulama yang mewajibkan hal itu, sebagaimana perkataan
Syeikh Al-Albani rahimahullah dalam mengomentari sabda nabi shallallahu 'alaihi
wasallam : '... atau Allah akan memperselisihkan wajah-wajah kalian': "Sesungguhnya
ancaman semacam ini tidak dikatakan didalam perkara yang tidak diwajibkan,
sebagaimana tidak samar lagi [pengertian seperti itu dikalangan ahli ilmu, pent-]".
Akan tetapi sungguh amat sangat disayangkan, sunnah meluruskan dan merapatkan
.shaf ini telah diremehkan bahkan dilupakan kecuali oleh segelintir kaum muslimin

Berkata Syeikh Masyhur Hasan Salman: "Apabila jamaah shalat tidak melaksanakan
sebagaimana yang dilakukan oleh Anas dan An Nu'man maka akan selalu ada celah
dan ketidaksempurnaan dalam shaf. Dan pada kenyataannya -kebanyakan- para
jamaah shalat apabila mereka merapatkan shaf maka akan luaslah shaf [menampung
banyak jamaah, pent-] khususnya shaf pertama kemudian yang kedua dan yang
:ketiga. Apabila mereka tidak melakukannya, maka

Pertama: Mereka terjerumus dalam larangan syar'i, yaitu tidak meluruskan dan
.merapatkan shaf

Kedua: Mereka meninggalkan celah untuk syaithan dan Allah akan memutuskan
:mereka, sebagaimana hadits dari Umar bin Al Khaththab bahwasanya Nabi bersabda

Tegakkan shaf-shaf kalian dan rapatkan bahu-bahu kalian dan tutuplah celah-celah"
dan jangan kalian tinggalkan celah untuk syaithan, barangsiapa yang menyambung
shaf niscaya Allah akan menyambungnya dan barangsiapa memutus shaf niscaya
."Allah akan memutuskannya
[ HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Al Hakim]

Ketiga: Terjadi perselisihan dalam hati-hati mereka dan timbul banyak pertentangan
di antara mereka, sebagaimana dalam hadits An Nu'man terdapat faedah yang menjadi

13
terkenal dalam ilmu jiwa, yaitu: sesungguhnya rusaknya dhahir mempengaruhi
rusaknya batin dan kebalikannya. Disamping itu bahwa sunnah meluruskan dan
merapatkan shaf menunjukkan rasa persaudaraan dan saling tolong-menolong,
sehingga bahu si miskin menempel dengan bahu si kaya dan kaki orang lemah
merapat dengan kaki orang kuat, semuanya dalam satu barisan seperti bangunan yang
.kuat, saling menopang satu sama lainnya

Keempat: Mereka kehilangan pahala yang besar yang dikhabarkan dalam hadits-
:hadits yang shahih, di antaranya sabda Nabi

Artinya: "Sesungguhnya Allah dan para malaikatnya bershalawat kepada orang yang
."menyambung shaf
.[HR. Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Hiban dan Ibnu Khuzaimah ]

:Dan sabda Nabi yang shahih

."Barangsiapa menyambung shaf niscaya Allah akan menyambungnya"


[HR.Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah ]

:Dan sabda Nabi yang lain

Artinya: "Sebaik-baik kalian adalah yang paling lembut bahunya ٌ(mau untuk
ditempeli bahu saudaranya -pent) ketika shalat, dan tidak ada langkah yang lebih
besar pahalanya daripada langkah yang dilakukan seseorang menuju celah pada shaf
."dan menutupinya
.[HR. Ath Thabrani, Al Bazzar dan Ibnu Hiban]

.Keutamaan shaf pertama bagi laki-laki

: Diantara haditsnya adalah

Sebaik-baik shaf laki-laki adalah yang paling depan, dan sejelek-jelek shaf laki-laki
adalah yang laing belakang, sebaik-baik shaf perempuan adalah yang paling belakang,
.dan sejelek-jelek shaf perempuan adlaah yang paling depan
.ٌ(H.R. Muslim)

Kalaulah manusia mengetahui apa yang terdapat di azan dan shaf pertama ٌ(dari
besarnya pahala-pent) kemudian mereka tidak mendapatkan kecuali dengan diundi,
maka pastilah mereka telah mengadakan undian, dan kalaulah mereka mengetahui apa
yang terdapat di sikap selalu didepan, pastilah mereka telah mendahuluinya, dan
kalaulah mereka mereka mengetahui apa yang terdapat di shalat isya dan shalat subuh
ٌ(dari keuntungan) maka pastilah mereka mendatangi keduanya walaupun dengan
.merayab
ٌ(.Bukhari dan Muslim)

Keutamaan mendapat takbiratul ihram bersama imam

: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda

14
Barangsiapa talah melakukan shalat karena Allah selama 40 hari berjama’ah, ia
mendapatkan takbir pertama ٌ(takbiratul ihram dengan imam –pent), maka dicatatlah
baginya dua kebebasan ; kebebasan dari api neraka dan kebebasan dari kemunafikan.
ٌ(H.R. Tirmidzi dari Anas, dihasankan oleh Syeikh Al Albani di kitab shahih Al Jami’
<II/1089).<Photo 2><Photo 4

Penegakan Tauhid, Pelurusan Aqidah, Pemberantasan Syirik dan Bid'ah


Posisi Shof Saat Berjama’ah Dua Orang

« tinggalkan komentar

Lurus dan rapatkan shof” sambil memerintah makmum untuk sejajar dengannya“
ٌ(imam), namun si makmum berceloteh “masa ada dualisme kepemimpinan??” dengan
.memundurkan posisinya sehasta

Lurus dan rapatkan shof” sambil memerintah makmum untuk sejajar dengannya“
ٌ(imam), namun si makmum ragu untuk maju dan tetap dengan posisi kira-kira satu
.hasta dari ujung kaki makmum

Lurus dan rapatkan shof” sambil memerintah makmum untuk sejajar dengannya“
.ٌ(imam), namun si makmum sedikit mundur satu hasta saat di rakaat berikutnya

Kisah di atas merupakan kisah yang nyata, sungguh meluruskan shof dan
merapatkannya kian ditinggalkan oleh umat Islam karena kurangnya ilmu yang justru
menjadikan pelakunya membuat suatu opini yang sekali lagi justru menjadi salah
.kaprah karena melihatnya dari sisi dunia

dalam ُ‫ صلى ا عليه وُسلم‬Maka coba perhatikan dan kaitkan sabda-sabda Rasulullah
:urusan meluruskan shof dan merapatkan shof

‫صفهوو ه‬
‫ف همون إهقأاًّأمهة ال ن‬
‫صلأهة‬ ِ‫صفهووفأهكومُ فأإ هنن تأوسهويأةأ ال ب‬
‫أسبِووُا ه‬

Luruskan shaf-shaf kalian, karena meluruskan shaf termasuk bagian dari mendirikan “
shalat.” ٌ(H.R Al Bukhari)

ُ‫اوستأهوووُا أوُلأ تأوختألهفهووا فأتأوختألهفهووا قهلهووبأهكوم‬

Luruskanlah shaf dan janganlah kalian berselisih, yang menyebabkan hati kalian “
akan berselisih.” ٌ(H.R Muslim: 432)

‫صفهوو ه‬
‫ف من تأأماًّهم ال ن‬
‫صلهة‬ ِ‫صفهووفأهكومُ فأإ هنن تأوسهويأةأ ال ب‬
‫أسبِووُا ه‬

Luruskanlah shaf-shaf kalian, karena meluruskan shaf termasuk dari “


menyempurnakan shalat.” ٌ(H.R Muslim)

‫ب أوُ هسبِدووُا الأخلأأل وُلهوينُهووا بهأ أويهديِ إهوخأوانههكومُ أوُلأتأأذَّهرووُا فههرَأجاًّ ن‬


‫ أوُ أمون أوُ ن‬,‫ت هللنشويطأاًّهن‬
‫صأل‬ ‫ف أوُ أحاًّهذووُا بأويأن الأمنُأاًّهك ه‬ ِ‫أأقهويهمووا ال ب‬
‫صفهوو أ‬
‫طأعَهه ا‬ ‫ف‬
‫صفاًّ قأ أ‬ ‫طأع أ‬ ‫صلأهه ا أوُ أمون قأ أ‬ ‫صففاًّ أوُ ن‬
‫أ‬

Luruskanlah shaf-shaf kalian, jadikanlah sejajar diantara bahu-bahu kalian, tutuplah “


celah yang kosong, bersikap lunaklah terhadap tangan saudara-saudara kalian dan

15
jangan kalian meninggalkan sedikitpun celah-celah bagi syaithan. Barang siapa yang
menyambung shaf maka Allah akan menyambungnya dan barang siapa yang
memutuskan shaf maka Allah akan memutuskannya.” ٌ(H.R Abu Dawud no.666 dan
dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani)

:Serta dalam cara mengisi shof dua orang berjamaah

Apabila dua orang shalat berjama’ah dan salah seorang mengimami yang lainnya,
maka posisi shaf adalah sejajar dengan menempelkan bahu dengan bahu mata kaki
‫ رضاًّل عنُه‬dengan mata kaki di antara keduanya. Sebagaimana hadits Ibnu Abbas
:beliau berkata

‫ت )أوُهفي هرأوُاأية‬ ‫صفلى أأوربأأع أرأكعَاًّ أ ن‬


‫ت ثهنمُ ناًّ أأم ثهنمُ قاًّ أأم فأهجوئ ه‬ ‫صنلى أرسوهل ا الهعَأشاًّأء ثهنمُ أجاًّأء فأ أ‬ ‫ت أخاًّلأهتي أمويهموونأةأ فأ أ‬ ‫ت هفي بأوي ه‬ِ‫” ب ب‬
”‫ت إهألى أجونُبَههه(ٌ أعون يأساًّهرهه فأأجأعَلأنُهوي أعون يأهموينُههه‬‫ فأقهوم ه‬:

Aku bermalam dirumah bibiku ٌ(yaitu) Maimunah, ketika itu Rasulullah shalat isya’“
kemudian beliau pulang ke rumah dan shalat empat rakaat, kemudian tidur. Setelah itu
beliau bangun untuk shalat maka aku pun berdiri disamping kirinya kemudian beliau
memindahkan aku ke samping kanannya”. ٌ(H.R Al Bukhari no.697)

Al Imam Al Bukhari menjadikan hadits diatas sebagai dalil bahwa posisi dua orang
yang shalat berjama’ah adalah sejajar. Al Hafizh Ibnu Hajar menerangkan bahwa
makna sejajar yaitu tidak maju dan tidak mundur, berdasarkan konteks dhohir hadits
‫ فأقهوم ه‬:Ibnu Abbas
ٌ(Lihat Fathul Bari hadits no. 697) .ٌ(ٌ(‫ت إهألى أجونُبَههه‬

Adapun hadits yang mengkhabarkan bahwa Rasulullah pernah melihat seseorang


shalat sendirian dibelakang shaf, maka beliau memerintahkan dia untuk mengulangi
shalatnya. ٌ(H.R Abu Dawud dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albany dalam
shahih Abu Dawud no.633)

Larangan hadits ini berlaku bagi mereka yang mendapatkan shaf dalam keadaan
lowong dan masih ada kemungkinan untuk masuk padanya. Sementara bagi mereka
yang tidak menjumpai celah yang kosong sama sekali pada shaf, maka dia boleh
shalat sendirian dibelakang karena termasuk orang yang mendapatkan udzur
ٌ(keringanan). Dan tidak diperbolehkan baginya untuk menarik seseorang yang ada di
shaf depannya dalam rangka mengamalkan hadits yang diriwayatkan oleh Ath
: Thabrani

‫ف أوُقأود تأنمُ فأوليأوجهذَّ و‬


‫ب إهلأويهه أرهجلف يهقهيههمه إهألىَأجونُبَههه‬ ‫إهأذا اونتأأهى أأهحهدهكومُ إهألى ال ن‬
‫ص ه‬

Bila seseorang diantara kalian mendapati shaf yang telah sempurna, maka hendaklah“
dia menarik seseorang hingga berdiri disebelahnya.” Karena Hadits ini adalah dha’if
ٌ(lemah) sehingga tidak boleh dijadikan sandaran dalam beramal. ٌ(lihat Silsilah Adh
Dha’ifah no. 921 karya Asy Syaikh Al Albani)

Akhir dari tulisan ini, penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan semoga
.shof-shof sholat berjamaah di masjid-masjid bisa lebih rapi yaitu lurus dan rapat

disalin dari beberapa sumber salah satunya di http://www.assalafy.org/mahad/?p=112

16
‫رقمُ الحديث‪7975 :‬‬
‫و‬ ‫أ‬ ‫و‬
‫ص وبهن أعومنرَوُ النرَبأاًّلهبِي ‪ ،‬نأاًّ بهشهرَ وبهن إهوبأرَاههيأمُ ‪ ،‬أحندثهنُي الأحنجاًّهج وبهن‬ ‫و‬
‫ب ‪ ،‬نأاًّ أحف ه‬ ‫ه‬ ‫أ‬
‫)حديث مرَفوع(ٌ أحندثنُأاًّ همأحنمهد وبهن يأوعَقو أ‬
‫ص م‬
‫ف‬ ‫اه أعلأويهه أوُأسلنأمُ ‪ " :‬إهأذا اونتأأهى أأأحهدهكومُ إهألى ال ن‬
‫صنلى ن‬ ‫اه أ‬ ‫س ‪ ،‬قأاًّأل ‪ :‬قأاًّأل أرهسوهل ن‬‫أحنساًّأن ‪ ،‬أعون هعوكهرَأمةأ ‪ ،‬أعهن اوبهن أعبَناًّ ن‬
‫اه أعلأويهه أوُأسلنأمُ هإل بههأذَّاأ‬
‫صنلى ن‬ ‫ن‬ ‫ه‬ ‫و‬ ‫و‬
‫ب إهلأويهه أرهجل يههقيهمهه إهألى أجنُبَههه " ‪ .‬ل يهورَأوُى هأذَّا الأحهديث أعن أرهسوهل اه أ‬
‫و‬ ‫أ‬ ‫أوُقأود تأنمُ ‪ ،‬فأوليأوجهذَّ و‬
‫اهلوسنُأاًّهد ‪ ،‬تأفأنرَأد بههه ‪ :‬بهوشهرَ وبهن إهوبأرَاههيأمُ ‪.‬‬

‫الحكمُ المبَدئي‪ :‬إسنُاًّد فيه بشرَ بن إبرَاهيمُ النصاًّريِ وُهو يضع الحديث‪.‬‬

‫العَاًّلمُ القول‬ ‫‪#‬‬


‫أبو أحمد بن عديِ الجرَجاًّني منُكرَ الحديث عن الثَقاًّت وُالئمة‪ ،‬ل أدريِ كيف عقل من تكلمُ في الرَجاًّل‬ ‫‪1‬‬
‫عنُه فإني لمُ أجد له كلماًّ وُهو بين الضعَف جدا وُروُاياًّته التي يرَوُيهاًّ عمن يرَوُيِ غيرَ محفوظة وُهو عنُديِ ممن‬
‫يضع الحديث على الثَقاًّت‪ ،‬وُماًّ ذكرَته عنُه عن الوُزاعي وُثور بن يزيد وُمبَاًّرك بن فضاًّلة وُأبو حرَة وُغيرَهمُ‬
‫أبو جعَفرَ العَقيلي روُى أحاًّديث موضوعة عن الوُزاعي ل يتاًّبع عليهاًّ‬ ‫‪2‬‬
‫أبو حاًّتمُ الرَازيِ شيخ ضعَيف الحديث‬ ‫‪3‬‬
‫أبو حاًّتمُ بن حبَاًّن البَستي يضع الحديث على الثَقاًّت ل يحل ذكرَه في الكتب إل على سبَيل القدح فيه‬ ‫‪4‬‬

‫رقمُ الحديث‪1452 :‬‬


‫ك وبهن هعوثَأماًّأن ‪ ،‬أحندثأهنُي هشأرَوحهبَيهل أوُههأو اوبهن أسوعَند أأهبو‬ ‫ضنحاًّ ه‬‫)حديث مرَفوع(ٌ ناًّ بهونُأداصر ‪ ،‬ناًّ أأهبو بأوكنرَ يأوعَهنُي اولأحنُأفهني ‪ ،‬ناًّ ال ن‬
‫صملي اولأموغهرَ أ‬
‫ب ‪ ،‬فأهجوئتههه فأقهوم ه‬
‫ت‬ ‫اه أعلأويهه أوُأسلنأمُ يه أ‬
‫صنلى ن‬ ‫اه أ‬ ‫اه ‪ ،‬يأهقوهل ‪ " :‬قأاًّأم أرهسوهل ن‬ ‫ت أجاًّبهأرَ وبأن أعوبَهد ن‬ ‫أسوعَند ‪ ،‬قأاًّأل ‪ :‬أسهموعَ ه‬
‫صنلى‬
‫اه أ‬ ‫صنلى بهنُأاًّ أرهسوهل ن‬ ‫صفأوفنُأاًّ أخولفأهه ‪ ،‬فأ أ‬
‫ب هلي ‪ ،‬فأ أ‬ ‫صاًّهح ص‬ ‫إهألى أجونُبَههه أعون يأأساًّهرهه ‪ ،‬فأنُأهأاًّهني فأأجأعَلأهنُي أعون يأهمينُههه ‪ ،‬ثهنمُ أجاًّأء أ‬
‫ب أوُاهحند همأخاًّلهففاًّ بأويأن طأأرَفأويهه " ‪.‬‬‫اه أعلأويهه أوُأسلنأمُ هفي ثأوو ن‬‫ن‬

‫الحكمُ المبَدئي‪ :‬إسنُاًّد ضعَيف فيه شرَحبَيل بن سعَد الخطمي وُهو ضعَيف الحديث‪.‬‬

‫البحــث عن‪ :‬جاء صاحب لي فصففنا‬


‫يوجد ‪ 2‬حديث‬

‫الساًّبق‬

‫| صفحة‬

‫من ‪| 1‬‬

‫التاًّلي‬
‫المصن‬
‫سنة الوفاة‬ ‫أفق العزو‬ ‫اسم الكتاب‬ ‫الصحابي‬ ‫طرف الحديث‬
‫ف‬ ‫م‬
‫يصلي المغرب فجئت فقمت إلى جنبه عن يساره‬
‫أحمد بن‬ ‫فنهاني فجعلني عن يمينه ثم جاء صاحب لي‬
‫‪241‬‬ ‫‪14087 14204‬‬ ‫مسند أحمد بن حنبل‬ ‫جابر بن عبد ا‬ ‫‪1‬‬
‫حنبل‬ ‫فصففنا خلفه فصلى بنا رسول ا صلى ا عليه‬
‫وسلم في ثوب واحد مخالفا بين طرفيه‬
‫‪ 1448 1452‬ابن خزيمة ‪311‬‬ ‫صحيح ابن خزيمة‬ ‫‪ 2‬يصلي المغرب فجئته فقمت إلى جنبه عن يساره جابر بن عبد ا‬

‫‪17‬‬
‫فنهاني فجعلني عن يمينه ثم جاء صاحب لي‬
‫فصففنا خلفه فصلى بنا رسول ا صلى ا عليه‬
‫وسلم في ثوب واحد مخالفا بين طرفيه‬

Hukum Seputar Shaff dalam Shalat Berjama'ah

Abu Al-Jauzaa' :, 01 Juli 2008

Oleh : Abu Al-Jauzaa’ Al-Bogory

Menyusun shaff

Hadits dari Abu Mas’ud, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam diriwayatkan bahwa
beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

‫لنييلنننيي نمينككيم كأوُكلوُ ايلييحلْنم يوُالننيهىَ ثكمم المنذييين يينلكيوُنْينكهيم ثكمم المنذييين يينلكيوُنْينكهيم‬

“Hendaklah yang ada di belakangku (shaf pertama bagian tengah belakang imam)
adalah kalangan orang dewasa yang berilmu. Kemudian diikuti oleh mereka yang
lebih rendah keilmuannya. Kemudian diikuti lagi oleh kalangan yang lebih rendah
keilmuannya” [HR. Muslim no. 432].

Hadits ini mengandung faedah bahwa menyusun shaf sesuai dengan urutan keutamaan
di belakang imam. Hendaknya di belakang imam adalah orang-orang yang lebih faqih
di bidang agama dan lebih bagus hafalan/bacaannya dalam Al-Qur’an dibandingkan
yang lain; sebagaimana imam dipilih berdasarkan yang demikian[1]. Hal tersebut
mengandung hikmah bahwa bila sewaktu-waktu imam lupa/salah dalam bacaan Al-
Qur’an, makmum dapat mengingatkannya. Atau sewaktu-waktu imam ada udzur
syar’i ٌ(misal batal, sakit, dan lain-lain) sehingga imam tidak bisa meneruskan
shalatnya, maka orang yang di belakangnyalah yang akan maju menggantikan dan
meneruskan imam sebelumnya memimpin shalat berjama’ah.[2]

Meluruskan dan merapatkan shaff

1. Hadist An-Nu’man bin Basyir radliyallaahu ‘anhu, ia berkata :

‫ن‬
‫ج‬ ‫سووُيي بنيهاَ اليقيدا ي‬
‫ح يحمتىَ يريأىَ أيمنْاَ قييد يعيقيليناَ يعينهك ثكمم يخير ي‬ ‫صكفيوُفْينيناَ يحمتىَ يكأينْميماَ يك ي‬
‫سووُيي ك‬ ‫يكاَين يركسيوُكل ال صلىَ ال عليه وُسلم يك ي‬
‫صكفيوُفْيككيم أييوُ لييكيخاَلنيفمن الك بينييين‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫صيديرهك نمين ال م‬ ‫ن‬
‫سكوُمن ك‬
‫ف فْينيقاَيل عيبَاَيد ال ليتك ي‬ ‫ص و‬ ‫يينيوُماَا فْينيقاَيم يحمتىَ يكاَيد يكيكبَونكر فْينيريأىَ يركجلْا يباَدياَا ي‬
‫كوُكجيوُنهككيم‬

Adalah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam meluruskan shaf-shaf kami


ٌ(para shahabat) seolah-olah beliau meluruskan ‘qadah’ [3] sehingga beliau
yakin bahwa kami telah menyadari kewajiban kami ٌ(untuk meluruskan shaf).
Suatu hari, ketika beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam sudah hendak takbir,
tiba-tiba beliau melihat salah seorang diantara kami membusungkan dadanya
ke depan melebihi shaf. Maka beliau bersabda : “Hendaknya kalian

18
meluruskan shaf-shaf kalian, kalau tidak Allah akan menjadikan wajah-wajah
kalian saling berselisih” [HR. Muslim no. 436].

2. Hadits Anas bin Malik, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu


‘alaihi wasalam :

‫ف نمين تييماَنم ال م‬
(‫صلْنة‬ ‫ص و‬ ‫ف نمين إنقياَيمنة ال م‬
‫ فْينإمن تييسنوُييةي ال م‬: ‫ )يوُنفْيي لييفظظ‬.‫صلْنة‬ ‫صكفوُ ن‬
‫صكفيوُفْيككيم فْينإمن تييسنوُييةي ال ن ي‬
‫يسنوُيوُا ك‬

“Luruskan shaf-shaf kalian, karena meluruskan shaf-shaf termasuk


menegakkan shalat (berjama’ah)”. Dan dalam lafadh lain : “…karena
meluruskan shaf termasuk kesempurnaan shalat (berjama’ah)” [HR. Bukhari
no. 690 dan Muslim no. 433].

3. Hadits An-Nu’man bin Basyir radliyallaahu ‘anhu ia berkata :

‫صكفيوُفْيككيم أييوُ لييكيخاَلنيفمن‬ ‫ن ن‬


‫صكفيوُفْيككيم يثلْثاَا يوُال ليتكقييكممن ك‬
‫ن‬ ‫ن‬
‫س بنيوُيجنهه فْينيقاَيل أيقييكميوُا ك‬‫أيقينبَييل يركسيوُكل ال صلىَ ال عليه وُسلم يعيلىَ المناَ ن‬
‫ن‬
‫صاَحبَننه يوُيكيعبَيهك بنيكيعبَننه‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ت المركجيل يكنيلنزكق يميننكبَيهك بنيميننك ن‬
‫صاَحبَنه يوُكريكبَيتيهك بنكريكبَية ي‬
‫ب ي‬ ‫الك بينييين قكنلكيوُبنككيم قياَيل فْينيرأييي ك‬

Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wasallam pernah menghadap ke arah jama’ah


shalat dan bersabda : “Tegakkanlah shaf kalian, tegakkanlah shaf kalian,
tegakkanlah shaf kalian. Demi Allah, bila kalian tidak menegakkan shaf
kalian, maka Allah akan mencerai-beraikan hati kalian”. An-Nu’man
berkata : “Aku saksikan sendiri, masing-masing diantara kami saling
menempelkan bahunya dengan bahu temannya, lututnya dengan lutut
temannya, dan mata kakinya dengan mata kaki temannya” [HR. Abu Dawud
no. 662 dengan sanad shahih].

4. Atsar dari Nafi’ Maula Ibni ‘Umar bahwasannya ia menceritakan :

‫كاَن عمر يبَعث رجلْ يقوُم الصفوُف ثم ل يكبَر حتىَ يأتيه فْيخبَره أن الصفوُف قد اعتدلت‬

”Adalah ’Umar ٌ(bin Al-Khaththab) radliyallaahu ’anhu menugaskan seseorang


untuk mengatur shaff-shaff. Tidaklah ’Umar mulai bertakbir hingga ia ٌ(orang
yang ditugaskan tersebut) kembali dan mengkhabarkan bahwasannya shaff-
shaff telah lurus” [Diriwayatkan oleh ’Abdurrazzaq dalam Al-Mushannaf no.
2437 dan 2439].

Hadits di atas mengandung faedah diantaranya :

 Disunnahkannya meluruskan shaff dalam shalat berjama’ah, bahkan banyak di


antara ulama yang mengatakannya wajib. Hendaknya para jama’ah benar-
benar memperhatikannya dengan memperhatikan kanan kirinya, mengatur
diri, dan saling mengingatkan jama’ah lain, sehingga shaf dapat menjadi
benar-benar lurus dari awal sampai akhir shalat.
 Termasuk kesempurnaan shaff shalat berjama’ah adalah dengan
merapatkannya dengan tidak membiarkan ruang-ruang yang longgar/sela antar
jama’ah. Caranya adalah dengan menempelkan bahu dengan bahu dan mata
kaki dengan mata kaki antar jama’ah/makmum sebagaimana hadits Nu’man
bin Basyir di atas. Jangan ada perasaan risih karena tertempelnya badan

19
saudara kita dengan badan kita. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
bersabda :

‫صلْةن‬
‫ب نفْي ال م‬ ‫ن‬ ‫ن‬
‫خيياَكرككيم أييلييننكككيم يميناَك ي‬

“Sebaik-baik kalian adalah yang mempunyai bahu paling lembut di dalam


shalat” [HR. Abu Dawud no. 623; shahih lighairihi].

Maksud hadits ini adalah bahwa salah satu katagori orang yang paling baik
adalah orang yang ketika berada di dalam shaff, kemudian ada orang lain yang
memegang bahunya untuk menyempurnakan ٌ(merapatkan dan meluruskan)
shaff, ia akan tunduk dengan hati yang ikhlash lagi lapang tanpa ada
pembangkangan [lihat selengkapnya dalam Badzlul-Majhuud 4/338 dan
Ma’alimus-Sunan 1/184].

 Hendaknya imam memperhatikan keadaan para jama’ahnya dengan selalu


mengingatkan agar shaff selalu lurus dan rapat. Menjadi satu “keharusan” bagi
seorang imam sebelum memulai shalat untuk mengatur shaff jama’ah. Tidak
cukup bagi imam hanya mengatakan [sawwuu shufuufakum dst. “ ‫يسنوُيوُا‬
‫صكفيوُفْي ك و‬
‫كم‬ ‫ ك‬......]. Tapi harus diikuti dengan mengingatkan dan memeriksa keadaan
shaf jama’ahnya sebagaimana yang dilakukan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam. Imam bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya ٌ(yaitu
jama’ah/makmum). Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

‫ككلنككيم يراظع يوُككلنككيم يميسكؤوُلل يعين يرنعيمتننه ايينليماَكم يراظع يوُيميسكؤوُلل يعين يرنعيمتننه‬

“Setiap dari kamu adalah pemimpin, dan akan ditanya tentang


kepemimpinannya. Dan seorang imam adalah pemimpin dan ia akan ditanya
tentang kepemimpinannya” [HR. Bukhari no. 853].

 Bolehnya seorang imam menugaskan seseorang atau lebih untuk mengatur


shaff-shaff shalat agar lurus dan rapat.

Sangat dianjurkan menyambung shaff dan mengisi shaff yang lowong.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

‫ف يوُيمين يسمد فْكنيريجةا يرفْينيعهك الك بنيهاَ يديريجةا‬


‫صكفيوُ ي‬ ‫إنمن ال وُملْئنيكتيهك يصلنوُين يعيلىَ المنذيين ي ن‬
‫صلكيوُين ال ن‬ ‫يي‬ ‫كيي‬ ‫ي يي‬

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya selalu mendoakan orang-orang yang


menyambung shaf-shaf dalam shalat. Siapa saja yang mengisi bagian shaff yang
lowong, akan diangkat derajatnya oleh Allah satu tingkat” [HR. Ibnu Majah no. 995;
shahih lighairihi].

Termasuk hal yang diperbolehkan dalam hal ini adalah seorang makmum maju
mengisi shaff yang lowong/kosong yang ada di depannya ٌ(yang mungkin disebabkan
makmum yang ada di shaff di depannya batal meninggalkan shaff) ketika shalat
berjama’ah sedang berlangsung.[4]

20
Shaff pertama adalah shaff yang paling baik

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

‫ف ايليموُنل ثكمم لييم يينجكدوُا إنمل أيين يييستينهكموُا يعلييينه يليستينيهكموُا‬ ‫س يماَ نفْي النويدانء يوُال م‬
‫ص و‬ ‫ لييوُ يينيعليكم المناَ ك‬...

“Seandainya manusia mengetahui pahala dari adzan dan shalat jama’ah di shaff
pertama, dan itu hanya bisa mereka dapatkan dengan berundi, maka pasti mereka
berundi” [HR. Bukhari no. 615 dan Muslim no. 437].

َ‫ساَنء آنخكريهاَ يوُيشنريهاَ أيموُلكيها‬ ‫ن‬


‫صكفوُف النو ي‬
‫ن‬ ‫ن‬
‫صكفوُف الوريجاَنل أيموُلكيهاَ يوُيشنريهاَ آخكريهاَ يوُ ي ي‬
‫خينكر ك‬ ‫خينكر ك‬
‫يي‬

“Sebaik-baik shaff bagi laki-laki adalah yang paling depan, dan yang paling jelek
adalah yang paling belakang. Adapun sebaik-baik shaff bagi wanita adalah yang
paling belakang, dan yang paling jelek adalah yang paling depan” [HR. Muslim no.
440] [5]

Shaff bagian kanan lebih afdlal daripada shaff sebelah kiri.

Point ini khusus ditujukan bagi makmum secara umum yang bukan termasuk jajaran
orang-orang yang lebih berhak menempati posisi di belakang imam ٌ(yaitu makmum
dari kalangan ’alim dan faqih) sebagaimana dibahas di point 1.

Dari Al-Barra’ bin ’Azib radliyallaahu ’anhu ia berkata :

‫ب قنننيي‬
‫سنميعتكهك يينكقيوُكل ير و‬ ‫ن ن‬ ‫ن نن‬ ‫ن م‬ ‫ل يم‬
‫صلىَ الك يعليييه يوُيسليم أايحبَييبَنيناَ أيين نْيككيوُين يعين ييميينه يكنيقبَيكل يع ي يلينيناَ بيوُيجنهه يقاَيل فْي ي‬
‫ف رسوُنل ا ن‬
‫ص ميلينيناَ يخيل ي ي ك ي‬ ‫ككنماَ إنيذا ي‬
‫ث أييوُ تييجيمكع نعيبَاَيديك‬
‫ك يينيوُيم تي ينبَنيع ك‬
‫يعيذاب ي‬

”Kami apabila shalat di belakang Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam senang


menempati shaff di sebelah kanan. Beliau kemudian menghadap ke arah kami dan
bersabda : “Rabbi (Tuhanku), peliharalah diriku dari siksa-Mu pada hari Engkau
membangkitkan (mengumpulkan) ham-hamba-Mu” [HR. Muslim no. 709, Ibnu Majah
no. 1006, dan Ibnu Khuzaimah no. 1563-1565. Ini adalah lafadh Muslim].[6]

Berdirinya makmum sendirian di belakang shaff dapat menyebabkan shalatnya


(si makmum tersebut) tidak sah.

Dari Hadits Ali bin Syaiban radliyallaahu ‘anhu bahwasannya Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam pernah melihat seorang laki-laki shalat bermakmum di belakang
shaf, maka beliau berhenti sampai laki-laki itu selesai shalat. Selanjutnya beliau
shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

‫ص و‬
‫ف‬ ‫صلْية لنيركجظل فْينيرظد يخيل ي‬
‫ف ال م‬ ‫ك يفْلْ ي‬ ‫ايستينيقبَنيل ي‬
‫صلْتي ي‬

“Ulangi kembali shalatmu. Tidak sah shalat seorang yang yang bermakmum
sendirian di belakang shaf” [HR. Ahmad 4/23 no. 16340 dan Ibnu Majah no. 1003;
dengan sanad shahih].

21
Para ulama berbeda pendapat tentang permasalahan ini. Namun yang rajih, insya
allah, adalah pendapat yang mengatakan : “shalat tersebut tidak sah tanpa adanya
udzur syar’i”. Maksudnya : Bila shaff di depannya masih longgar atau tidak rapat
sehingga masih memungkinkan baginya masuk mengisi di shaff tersebut; namun dia
malah memilih berdiri sendirian di belakang shaf tersebut, maka shalatnya tidak sah.
Namun bila shaf di depannya telah penuh dan rapat sehingga tidak mungkin dia
masuk mengisi di antara shaf-shaf tersebut, maka shalatnya tetap sah. Wallaahu a’lam.
[7]

Orang yang bermakmum sendirian berada sejajar satu shaff dengan imam.

Dari ’Abdullah bin ’Abbas radliyallaahu ’anhuma ia berkata :

‫ن ن‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ت يخاَلينتي مييموُنْيةي بنين ن‬ ‫ت نفْي بنيي ن‬


َ‫صملى‬‫صملىَ الك يعليييه يوُيسلميم عينيديهاَ فْي يليينليتيهاَ فْي ي‬ ‫صملىَ الك يعليييه يوُيسلميم يوُيكاَين النمبَنني ي‬ ‫ت الييحاَنرث يزيوُنج النمبَنوي ي‬ ‫يك‬ ‫بن ن ي‬
‫ت ثكمم ينْاَيم ثكمم قياَيم ثكمم يقاَيل ينْاَيم اليغكلييوكم أييوُ يكلنيمةلك تكيشبَنكهيهاَ ثكمم يقاَيم‬‫شاَء ثكمم جاَء إلىَ ميننزلننه فْيصملىَ أيربع ريكعاَ نظ‬ ‫ن‬ ‫ن‬
‫ي يي ي ي ي‬ ‫صملىَ الك يعليييه يوُيسلميم اليع ي ي ي ي ي‬ ‫النمبَنني ي‬
َ‫ج نإلى‬ ‫ن‬ ‫ت ثكمم صملىَ ريكعتنينن ثكمم ينْاَم حمتىَ سنمع ك ن‬ ‫ت يعن يساَنرهن فْيجعلينني يعن ينميينننه فْيصملىَ يخمس ريكعاَ نظ‬
‫ت غيطييطيهك أييوُ يخطييطيهك ثكمم يخير ي‬ ‫ي ي ي ي‬ ‫ي ي يي ي‬ ‫ي ي يي‬ ‫ي‬ ‫يي‬ ‫يي‬ ‫فْينكقيم ك ي ي ي‬
‫صلْنة‬‫ال م‬

”Aku pernah menginap di rumah bibiku, Maimunah bin Al-Harits, istri Nabi
shallallaahu ’alaihi wasallam; dan ketika itu beliau berada di rumah bibi saya itu. Nabi
shallallaahu ‘alaihi wasallam melakukan shalat ‘Isya’ ٌ(di masjid), kemudian beliau
pulang, lalu beliau mengerjakan shalat sunnah empat raka’at. Setelah itu beliau tidur,
lalu beliau bangun dan bertanya : “Apakah anak laki-laki itu (Ibnu ‘Abbas) sudah
tidur ?” atau beliau mengucapkan kalimat yang semakna dengan itu. Kemudian
beliau berdiri untuk melakukan shalat, lalu aku berdiri di sebelah kiri beliau untuk
bermakmum. Akan tetapi kemudian beliau menjadikanku berposisi di sebelah kanan
beliau. Beliau shalat lima raka’at, kemudian shalat lagi dua raka’at, kemudian beliau
tidur. Aku mendengar suara dengkurannya yang samar-samar. Tidak berapa lama
kemudian beliau bangun, lalu pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat shubuh”
[HR. Bukhari no. 117, Muslim no. 763].

Muhammad bin Isma’il Ash-Shan’ani berkata : ”Kemudian perkataan Ibnu ‘Abbas :


“Lalu beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam menjadikanku ٌ(berposisi) di sebelah kanan
beliau” jelas menunjukkan bahwa ia ٌ(Ibnu ‘Abbas) berdiri sejajar dengan beliau. Dan
dalam lafadh yang lain disebutkan ٌ(‫“ = )فْقمت إلىَ جنبَه‬Aku berdiri di samping beliau”.
Dari sebagian shahabat Asy-Syafi’i menyukai/menganjurkan agar makmum berdiri
sedikit di belakang ٌ(dari imam). Akan tetapi ٌ(hal itu terbantah) bahwasannya Ibnu
Juraij telah meriwayatkan/berkata : Kami bertanya kepada ‘Atha’ : Seorang laki-laki
shalat ٌ(berjama’ah) bersama seorang laki-laki ٌ(imam). Dimanakah posisi ia berdiri
dari imam tersebut ?”. ‘Atha’ menjawab : “Di sebelahnya”. Aku berkata : “Apakah ia
berdiri sejajar dengan imam sehingga berbaris ٌ( = sebaris dengan imam), sehingga
tidak ada selisih antara imam dan makmum ?”. ‘Atha’ menjawab lagi : “Ya”. Aku
berkata : “Apakah tempatnya tidak jauh sehingga tidak ada selang antara keduanya ?”.
Beliau menjawab : “Ya”. Riwayat serupa ٌ(juga terdapat) dalam Al-Muwaththa’ dari
‘Umar dari hadits Ibnu Mas’ud bahwasannya Ibnu Mas’ud satu shaff dengan ‘Umar
dan ‘Umar menjadikan dia sejajar dengan ‘Umar di sebelah kanannya. [Subulus-
Salaam 2/44]. [8]

22
Menghindari tiang atau sesuatu lain dalam shaff (yang akan memutus
kebersambungan shaff).

Dari Mu’awiyyah bin Qurrah dari bapaknya radliyallaahu ‘anhu, ia berkata :

‫سوُانري يعيلىَ يعيهند رسوُنل ا ن‬


‫ل صلىَ ال عليه وُسلم يوُنْكطييركد يع يننيهاَ طييردا‬ ‫ص م‬
‫ي ي‬ ‫ف بينييين ال م ي ي‬ ‫ككنماَ نْكن يننيهىَ أيين نْي ك‬

“Kami dilarang untuk berbaris di antara tiang-tiang di jaman Rasulullah dan kami
menyingkir darinya” ٌ(HR. Ibnu Majah no. 1002, Ibnu Khuzaimah no. 1567, dan Ibnu
Hibban no. 2219; dengan sanad shahih).

Dari Abdul Hamid bin Mahmud berkata :

‫سوُانري فْينتينيقمديميناَ وُتيأيمخرينْاَ فْينيقاَيل أيينْس ككنماَ نْينتمنقي يهيذا يعيلىَ يعيهند رسوُنل ا ن‬ ‫ن ن‬ ‫نن‬
َ‫ل صلى‬ ‫ي ي‬ ‫ي ي‬ ‫س بينن يماَلك يينيوُيم اليكجيميعة فْيكدفْيعيناَ إنيلىَ ال م ي ي‬ ‫صلميي ك‬
‫ت يميع أينْي ن‬ ‫ي‬
‫ال عليه وُسلم‬

“Aku shalat bersama Anas bin Malik, dan kami terdesak ٌ(berbaris) pada tiang-tiang
masjid. Sebagian di antara kami ada yang maju dan ada pula yang mundur. Maka
Anas berkata : ‘Kami menghindari ini di jaman Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam” ٌ(HR. Abu Dawud no. 673, Ibnu Khuzaimah no. 1568, Ibnu Hibban no.
2218, dan lain-lain; dengan sanad shahih).

Hadits di atas menunjukkan bahwa shaff sebaiknya menghindari jalur yang ada
tiangnya, karena hal itu dapat memutuskan shaff. Hal ini dilakukan apabila
memungkinkan, yaitu masjidnya luas. Namun apabila sempit, maka tidak mengapa
insya Allah.

***

Marilah kita membiasakan diri dan ‘memakmurkan’ sunnah-sunnah Rasulullah


shallallaahu ‘alaihi wasallam. Sebagai penutup bahasan, apa yang menjadi maksud
penulisan risalah singkat ini adalah sebagaimana dikatakan Nabi Hud dalam Al-
Qur’an :

‫ت وُماَ تينوُنفْينقي إنلل نباَل لنه يعلييينه تينوُلكيل ك ن ن‬


‫ت يوُإنليييه أكنْي ك‬
‫ب‬ ‫ي‬ ‫ح يماَ ايستيطييع ك ي ي ي ي‬ ‫إنين أكنريكد إنلل انل ي‬
‫صلْي ي‬

“Aku tidak bermaksud (kecuali) mendatangkan perbaikan selama aku masih


berkesanggupan. Dan tidak ada taufiq bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah.
Hanya kepada Allah aku bertawakal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali” [QS.
Huud : 88].

Semoga bermanfaat. Wallaahu a’lam.

Catatan kaki :

[1] Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam telah bersabda :

23
”‫ فْإن كاَنْوُا‬،‫ فْإن كاَنْوُا فْي السنة سوُاءا فْأقدمهم هجرة‬،‫يؤم القوُم أقرؤهم لكتاَب ال فْإن كاَنْوُا فْي القراءة سوُاء فْأعلمهم باَلسنة‬
.“‫ سنلاَا وُل يؤلممن المرجكل المرجيل فْي سلطاَنْه وُل يقعد فْي بيته علىَ تيكنريمنته إل بإذنْه‬- ‫فْي الهجرة سوُاءا فْأقدمهم سلماَا – وُفْي روُاية‬

‫ فْإن كاَنْت قراءتهم سوُاءا‬،‫ ”يؤم القوُم أقرؤهم لكتاَب ال وُأقدمهم قراءة‬:‫وُفْي لفظ‬...“

”Yang berhak mengimami shalat adalah orang yang paling bagus atau paling banyak hafalan Al-
Qur’annya. Kalau dalam Al-Qur’an kemampuannya sama, dipilih yang paling mengerti tentang
Sunnah. Kalau dalam Sunnah juga sama, maka dipilih yang lebih dahulu berhijrah. Kalau dalam
berhijrah sama, dipilih yang lebih dahulu masuk Islam”. Dalam riwayat lain : ”.....yang paling tua
usianya”. Janganlah seseorang mengimami orang lain dalam wilayah kekuasannya, dan janganlah ia
duduk di rumah orang lain di tempat duduk khusus/kehormatan untuk tuan rumah tersebut tanpa ijin
darinya”.

Dan dalam lafadh yang lain : ”Satu kaum diimami oleh orang yang paling pandai membaca Al-Qur’an
di antara mereka dan yang paling berpengalaman membacanya. Kalau bacaan mereka sama.... (sama
seperti lafadh sebelumnya)". [HR. Muslim no. 673].

[2] Caranya adalah : Imam yang udzur atau batal shalatnya tersebut memegang tangan salah seorang
makmum di belakangnya yang menurutnya pantas untuk maju menggantikannya sebagai imam shalat.
Dasarnya adalah atsar ‘Amru bin Maimun yang menceritakan :

ُ‫ قتلني أو‬:‫ فْماَ هوُ إل أن كمبَر فْسمعته يقوُل‬......، ‫إنْي لقاَئم ماَ بيني بينه )عمر بن الخطاَب( إل عبَد ال بن عبَاَس غداة أصيب‬
‫ فْصلىَ بهم عبَد الرحمن صلْة خفيفة‬.....،‫ وُتناَوُل عمر يد عبَد الرحمن بن عوُف فْقمدمه‬....،‫أكلني الكلب حين طعنه‬

”Aku ketika itu sedang berdiri, sementara antara aku dengannya ٌ(yaitu ’Umar bin Al-Khaththab) hanya
ada ’Abdullah bin ’Abbas - pada hari ketika beliau tertikam. Saat itu ’Umar hanya bertakbir dan aku
mendengarnya berkata : ”Aku dibunuh atau aku dimakan oleh anjing” ; yaitu ketika beliau tertikam.
’Umar segera memegang tangan ’Abdurrahman bin ’Auf dan mengajukannya sebagai imam.
’Abdurrahman langsung shalat mengimami jama’ah secara ringkas” [HR. Bukhari no. 3497 dengan
peringkasan].

Asy-Syaukani menjelaskan : ”Dalam hal itu ada indikasi yang membolehkan seorang imam mengambil
pengganti ketika ia berhalangan sehingga tindakan itu harus diambil. Karena para shahabat
membenarkan tindakan ’Umar dan tidak ada yang menyalahkannya, sehingga menjadi ijma’. Demikian
juga tindakan serupa dilakukan oleh ’Ali dan para shahabat juga membenarkannya” [Nailul-Authaar
2/416].

[3] Kayu untuk anak panah ketika dipahat dan diasah menjadi anak panah.

[4] Dalilnya adalah hadits Sahl bin Sa’d As-Saa’idy radliyallaahu ‘anhu :

‫أن رسوُل ال صلىَ ال عليه وُسلم ذهب إلىَ بني عمروُ بن عوُف ليصلح بينهم فْحاَنْت الصلْة فْجاَء المؤذن إلىَ أبي بكر فْقاَل‬
‫أتصلي باَلناَس فْأقيم قاَل نْعم قاَل فْصلىَ أبوُ بكر فْجاَء رسوُل ال صلىَ ال عليه وُسلم وُالناَس فْي الصلْة فْتخلص حتىَ وُقف فْي‬
‫الصف فْصفق الناَس وُكاَن أبوُ بكر ل يلتفت فْي الصلْة فْلماَ أكثر الناَس التصفيق التفت فْرأىَ رسوُل ال صلىَ ال عليه وُسلم‬
‫فْأشاَر إليه رسوُل ال صلىَ ال عليه وُسلم أن امكث مكاَنْك فْرفْع أبوُ بكر يديه فْحمد ال عز وُجل علىَ ماَ أمره به رسوُل ال‬
‫صلىَ ال عليه وُسلم من ذلك ثم استأخر أبوُ بكر حتىَ استوُىَ فْي الصف وُتقدم النبَي صلىَ ال عليه وُسلم فْصلىَ ثم انْصرف‬
‫فْقاَل ياَ أباَ بكر ماَ منعك أن تثبَت إذ أمرتك قاَل أبوُ بكر ماَ كاَن لبن أبي قحاَفْة أن يصلي بين يدي رسوُل ال صلىَ ال عليه‬
‫وُسلم فْقاَل رسوُل ال صلىَ ال عليه وُسلم ماَلي رأيتكم أكثرتم التصفيق من نْاَبه شيء فْي صلْته فْليسبَح فْإنْه إذا سبَح التفت إليه‬
‫وُإنْماَ التصفيح للنساَء‬

24
Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah pergi ke Bani ‘Amru bin ‘Auf untuk
mendamaikan mereka. Datanglah waktu shalat, lalu muadzin datang menemui Abu Bakr radliyallaahu
‘anhu dan berkata : “Maukah engkau shalat bersama manusia ٌ(dan menjadi imam) ? Akan aku
kumandangkan iqamat sekarang”. Abu Bakr menjawab : “Ya”. Maka Abu Bakr pun shalat ٌ(dan menjadi
imam bagi mereka). Datanglah Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam ketika manusia sedang
menunaikan shalatnya. Beliau mengendap ke depan hingga masuk ke shaff makmum. Para makmum
pun bertepuk tangan memberi isyarat, namun Abu Bakr tidak menoleh sedikitpun dalam shalatnya.
Ketika semakin banyak makmum yang bertepuk tangan, Abu Bakr pun akhirnya menoleh dan melihat
Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam. Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam memberikan isyarat
kepadanya agar tetap diam di tempatnya ٌ(menjadi imam shalat). Abu Bakr mengangkat kedua
tangannya, bertahmid kepada Allah ’azza wa jalla atas perintah Rasulullah kepada dirinya tersebut.
Namun ia tetap mundur dan masuk ke dalam shaff makmum ٌ(yang ada di belakangnya). Nabi
shallallaahu ’alaihi wasallam pun maju menjadi imam. Ketika selesai, beliau bersabda : ”Wahai Abu
Bakr, apa yang menghalangimu untuk tetap berada di tempatmu sebagaimana aku perintahkan ?”.
Abu Bakr menjawab : ”Tidaklah pantas bagi seorang anak Abu Quhafah shalat di depan Rasulullah
shallallaahu ’alaihi wasallam” [HR. Bukhari no. 652 dan Muslim no. 421].

Hadits di atas menunjukkan bolehnya seorang imam atau makmum untuk maju atau mundur dari shaff
karena satu sebab/keperluan dalam shalat.

[5] Shaff paling baik bagi wanita adalah yang paling belakang ini berlaku ketika jama’ah bercampur
antara laki-laki dan perempuan. Namun jika jama’ah hanya terdiri dari kaum wanita saja, maka shaff
yang paling baik adalah yang terdepan sebagaimana keumuman hadits sebelumnya. Wallaahu a’lam.

[6] Tanbih !! Termasuk kesalahan imam adalah ketika ia memerintahkan makmum untuk
menyeimbangkan antara shaff yang sebelah kanan dengan shaff sebelah kiri ketika ia melihat para
jama’ah lebih memilih shaff sebelah kanan. Samahatusy-Syaikh ’Abdul-’Aziz bin Baaz mengatakan :

‫ ]اعدلوُا الصف[ وُل حرج أن‬: ‫ وُل يشرع أن يقاَل للناَس‬، ‫ أفْضل من يساَره‬، ‫ف‬
‫قد ثبَت عن النبَي ماَ يدل علىَ أن يمين كل ص ل‬
‫ فْله‬، ‫ ))يمين عمر مياَسر الصفوُف‬: ‫ أماَ ماَ ذكره بعضهم من حديث‬. ‫ حرصاَا علىَ تحصيل الفضل‬، ‫يكوُن يمين الصف أكثر‬
‫ أوُ ل يساَبقوُن‬، ‫ وُضعه بعض الكساَلىَ الذين ل يحرصوُن علىَ يمين الصف‬، ‫أجران(( فْلْ أعلم له أصلْا !! وُ الظأهر أنْه موُضوُع‬
‫ وُال الهاَدي إلىَ سوُاء السبَيل‬، ‫إليه‬

”Telah tetap dari Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam yang menunjukkan bahwasannya shaff di sebelah
kanan itu lebih afdlal ٌ(utama) dibandingkan sebelah kiri. Tidaklah disyari’atkan ٌ(bagi imam) untuk
mengatakan kepada makmum : ”Seimbangkanlah shaff”. Tidaklah mengapa jika makmum yang berada
di sebelah kanan shaff itu lebih banyak ٌ(dibandingkan sebelah kiri) karena menginginkan
keutamaannya. Adapun yang disebutkan oleh sebagian orang tentang hadits : ”Barangsiapa yang
mengisi shaff sebelah kiri, maka baginya dua pahala” . Aku tidak mengetahui darimana hadits ini
berasal. Bahkan hadits itu adalah hadits palsu, yang dipalsukan oleh sebagian orang-orang yang malas
yang tidak bersemangat atau bergegas mengisi shaff sebelah kanan. Hanya Allah sajalah yang
menunjukkan jalan yang benar” [Al-Fataawaa 1/61].

[7] Sebagai rujukan untuk muraja’ah, dapat dilihat kitab-kitab sebagai berikut : Al-Mughni ٌ(Ibnu
Qudamah) 3/49, Nailul-Authar ٌ(Asy-Syaukani) 2/429, Asy-Syarhul-Mumti’ ٌ(Al-‘Utsaimin), dan yang
lainnya.

[8] Hal ini berlaku pada shalat wajib dan shalat sunnah secara umum yang antara makmum dan imam
sejenis ٌ(laki-laki semua atau wanita semua). Adapun jika imamnya laki-laki dan makmumnya wanita,
maka posisinya tetap sebagaimana biasa, yaitu imam di depan dan makmum di belakang.

Kaifiyah ini dikecualikan untuk shalat jenazah berjama’ah. Imam tetap berada di depan makmum,
berapapun jumlah makmum. Hal itu didasari oleh hadits ‘Abdullah bin Abi Thalhah disebutkan :

25
َ‫أن أباَ طلحة دعاَ رسوُل ال صلىَ ال عليه وُسلم إلىَ عمير بن أبي طلحة حين توُفْي فْأتاَه رسوُل ال صلىَ ال عليه وُسلم فْصلى‬
‫ وُلم يكن معهم غيرهم‬، ‫ وُكاَن أبوُ طلحة وُراءه وُأم سليم وُراء أبي طلحة‬، ‫ فْتقدم رسوُل ال صلىَ ال عليه وُسلم‬، ‫عليه فْي منزلهم‬

“Bahwasannya Abu Thalhah pernah mengundang Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam mendatangi
‘Umair bin Abi Thalhah pada saat itu ia meninggal dunia. Lalu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
datang menshalatkannya di tempat tinggal mereka. Beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam maju sedang
Abu Thalhah di belakang beliau serta Ummu Sulaim di belakang Abu Thalhah. Dan tidak ada orang
lain lagi bersama mereka” [HR. Hakim 1/365, Baihaqi 4/30 dan 31. Al-Hakim berkata : “Hadits ini
shahih sesuai syarat Asy-Syaikhaan”. Pernyataan ini disepakati oleh Adz-Dzahabi. Akan tetapi
perkataan Al-Hakim itu dibantah oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ahkaamul-Janaaiz yang
mengatakan : Hadits itu shahih hanya berdasarkan syarat Muslim saja].

26

You might also like