You are on page 1of 26

MAKALAH

Akhlak dan Tasawuf

DOSEN PEMBIMBING

Yusri, S.Pd.I MA

DISUSUN OLEH

Fakhrul Rozi

Alfadjri

Anisa Putri Rahma Yanti

Akademi Manajemen Informatika & Komputer

Jurusan

DIII Manajemen Informatika

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat
dan hidayah Allah swt kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya. Makalah ini berisikan tentang akhlak tasawuf.

Selawat serta salam semoga senantiasa tercurah untuk junjungan kita Nabi
besar Muhammad saw, beserta keluarga dan sahabatnya hingga akhir zaman,
dengan diiringi upaya meneladani akhlaknya yang mulia.

Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman dan juga berguna untuk menambah pengetahuan bagi para
pembaca.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki masih sangat kurang. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ··································································· ii

DAFTAR ISI ·············································································· ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ·····················································

B. RUMUSAN MASALAH ··················································

C. TUJUAN PENULISAN ····················································

D. METODE PENULISAN

BAB II AKHLAK dan TASAWUF

A. AKHLAK ····································································

1. Pengertian Akhlak ···················································

2. Macam-macam Akhlak··············································

3. Ruanglingkup Akhlak ···············································

4. Keutamaan Akhlak dalam Islam ···································

B. TASAWUF···································································

1. Pengertian Tasawuf ··················································

2. Dasar - dasar Tasawuf ···············································

3. Sejarah Tasawuf ······················································

4. Perkembangan Tasawur ·············································

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ·····························································

B. SARAN ·······································································
DAFTAR PUSTAKA ····································································
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia termasuk salah satu wilayah di belahan dunia yang memiliki


beberapa kepercayaan dan agama yang dianut oleh warga negaranya salah
satunya agama yang diyakini oleh mayoritas masyarakatnya ialah agama
Islam. Diantara banyaknya ajaran-ajaran yang terdapat di dalam agama Islam
antara lain membahas mengenai akhlak seperti Akhlak Tasawuf.

Akhlak tasawuf juga termasuk khazanah intelektual Muslim yang


kehadirannya hingga saat ini semakin dirasakan dan dibutuhkan. Secara
historis dan teologis Akhlak Tasawuf tampil mengawal dan memandu
perjalanan hidup umat agar selamat dunia dan akherat. Sebagaimana tujuan
utama Rasulullah saw diutus ke bumi adalah untuk menyempurnakan akhlak
yang mulia. Itulah yang menjadi faktor keberhasilan Beliau dalam berdakwah
menyebarkan agama Islam. Semua manusia ciptaan Allah hendaklah memiliki
akhlak mulia seperti yang telah dicontohkan oleh nabi Muhammad saw

Adapun pada zaman modern layaknya sekarang, kita dihadapkan


berbagai masalah terutama masalah akhlak dan moral yang cukup serius, yang
apabila dibiarkan dan tak ada yang peduli maka akan menghancurkan masa
depan bangsa.

Maraknya kejahatan dan perbuatan yang menyimpang dari aturan agama


telah kita lihat, dengarkan dan juga dirasakan oleh semua orang, membuat
pentingnya mengkaji dan mempelajari Akhlak Tasawuf pada kehidupan saat
ini. Bukan hanya dengan uang, ilmu pengetahuan dan teknologi saja, tetapi
harus dibarengi dengan penanganan di bidang akhlak mulia dan mental
spritual.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah pengertian dari Akhlak dan Tasawuf ?

2. Bagaimana Sejarah Akhlak dan Tasawuf ?


3. Apa sajakah klasifikasi dan ruang lingkup yang temasuk dalam ajaran
ilmu Akhlak dan Tasawuf ?

4. Bagaimanakah manfaat mempelajari Akhlak Tasawuf dalam kehidupan


sehari-hari ?

C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan makalah ini untuk menyelesaikan tugas dari mata


kuliah Akhlak Tasawuf. Dan untuk lebih memahami :

1. Untuk mengetahui pengertian dari pada ilmu Akhlak dan Tasawuf

2. Untuk mengetahui klasifikasi-klasifikasi dan ruang lingkup yang


termasuk dalam ajaran ilmu Akhlak dan Tasawuf.

3. Untuk mengetahui manfaat mempelajari Akhlak Tasawuf dalam


kehidupan sehari-hari.

D. METODE PENULISAN

Metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah


metode penggabungan dari artikel-artikel yang ada di internet yang berkaitan.
BAB II
AKHLAK dan TASAWUF

A. AKHLAK

Akhlak adalah salah satu hal yang harus diperhatikan terutama dalam
kehidupan bermasyarakat. Seorang muslim senantiasa dianjurkan untuk
memiliki akhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang buruk. Sedemikian
pentingnya akhlak dalam islam disebutkan juga dalam hadits bahwa
Rasulullah SAW diutus kepada kaumnya dan seluruh umat didunia adalah
untuk memperbaiki akhlak manusia dimana saat itu akhlak masyarakat
terutama masyarakat jahiliyah masih jauh dari perilaku akhlak yang terpuji

1. Pengertian Akhlak

Kata akhlah berasal dari bahasa Arab khuluq yang jamaknya akhlaq.
Menurut bahasa akhlak adalah perangai, tabiat, dan agama. Dinamakan
khuluq karena etika bagaikan khalqah (karakter) pada dirinya. Dengan
demikian khuluq adalah etika yang menjadi pilihan dan diusahakan
seseorang. Adapun etika yang sudah menjadi tabiat bawaannya
dinamakan al-khaym.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai


budi perkerti, watak, dan tabiat.

Berkaitan dengan pengertian khuluq yang berarti agama,


Al-Fairuzzabadi berkata, “ketahuilah, agama pada dasarnya adalah
akhlak. Barang siapa memiliki akhlak mulia, kualitas agamanya pun
mulia. Agama diletakkan di atas landasan akhlak utama, yaitu kesabaran,
memelihara diri, keberanian, dan keadilan.”

Secara sempit, pengertian akhlak dapat diartikan dengan:


1) Kumpulan kaidah untuk menempuh jalan yang baik
2) Jalan yang sesuai untuk menuju akhlak
3) Pandangan akal tantang kebaikan dan keburukan.
Menurut imam Al-Ghozali “akhlak adalah daya kekuatan (sifat) yang
tertanam dalam jiwa yang mendorong perbuatan-perbuatan yang spontan
tanpa memerlukan pertimbangan pikiran.

Jadi, akhlak merupakan sikap yang melekat pada diri seseorang dan
secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku dan perbuatan.

2. Macam Macam Akhlak

1) Akhlak terpuji (al-akhlaaqul mahmuudah)

Akhlak terpuji Yaitu perbuatan baik terhadap Allah, sesama


manusia, dan makhluk-makhluk yang lain. Beberapa yang termasuk
dalam kategori akhlak terpuji:

 Sikap jujur; yaitu perilaku di dalam diri seseorang yang mau


mengungkapkan sesuatu yang sebenarnya dengan tujuan tidak
mendatangkan kerugian bagi dirinya dan orang lain.

 Perilaku baik; yaitu reaksi psikis seseorang dalam merespon


hal-hal yang berada di sekitarnya dengan cara yang terpuji.

 Rasa malu; yaitu bentuk emosi negatif di dalam diri seseorang


sehingga membuat orang tersebut meninggalkan perbuatan
tercela yang dapat membuatnya malu.

 Rendah hati; yaitu sifat pribadi seseorang yang selalu


memposisikan dirinya sederajat dengan orang lain dan tidak
merasa lebih tinggi dari orang lain.

 Murah hati; yaitu sifat seseorang yang mudah memberi kepada


orang lain tanpa ada keinginan untuk pamer atau pamrih.

 Sabar; yaitu sifat di dalam diri seseorang yang dapat bersikap


bijak atau menahan diri dalam menyikapi segala sesuatu yang
terjadi pada dirinya.

2) Akhlak tercela (al-akhlaaqul madzmuumah)

Akhlak tercela Yaitu, perbuatan buruk terhadap Allah, sesama


manusia, dan makhluk-makhluk yang lain. Beberapa yang termasuk
dalam kategori akhlak tercela:
 Suka mencuri; yaitu sifat dan perbuatan seseorang yang
mengambil hak milik orang lain tanpa seijin dari pemiliknya.

 Pemarah; sifat seseorang yang mudah marah ketika sesuatu


tidak sesuai dengan keinginannya.

 Pembohong; sifat seseorang yang suka berbohong kepada orang


lain dengan tujuan tertentu.

 Fitnah; komunikasi kepadfa satu orang atau lebih yang


bertujuan untuk memberikan stigma negatif terhadap pihak lain
berdasarkan atas fakta palsu yang dapat memengaruhi
penghormatan, wibawa, atau reputasi seseorang.

3. Ruang Lingkup Akhlak

Secara umum, ada lima hal yang termasuk di dalam ruanglingkup


akhlak seseorang di masyarakat.

 Akhlak Pribadi; yaitu perilaku pribadi seseorang dalam menyikapi


segala hal yang menyangkut dengan dirinya sendiri. Misalnya
motivasi, etika, kreativitas, emosi, dan lain sebagainya.

 Akhlak Berkeluarga; yaitu perilaku seseorang dalam menyikapi


hubungan dengan keluarganya, meliputi kewajiban orang tua, anak,
dan kerabat. Misalnya etika kepada orang tua, tanggung jawab orang
tua terhadap anak-anaknya, dan lain-lain.

 Akhlak Bermasyarakat; yaitu perilaku seseorang dalam menyikapi


hubungannya dengan anggota masyarakat yang ada di sekitarnya.
Misalnya kehidupan masyarakat yang saling membantu, saling
menghargai antar tetangga di sekitarnya, dan lain sebagainya.

 Akhlak Bernegara; yaitu tingkah laku dan tindakan seseorang


dalam menyikapi hubungannya dengan negara dan bangsanya.
Misalnya membayar pajak demi pembangunan, menjaga kerukunan
dan keutuhan bangsa, dan lain sebagainya.

 Akhlak Beragama; yaitu tingkah laku dan tindakan seseorang


dalam melaksakanan kewajibannya terhadap kepercayaannya, baik
itu kepada Tuhan maupun kepada sesama manusia.
4. Keutamaan Akhlak Dalam Islam

Telah disebutkan sebelumnya pengertian tentang akhlak dan sebagai


umat muslim kita tahu bahwa akhlak memiliki kedudukan yang tinggi
dalam agama islam. Beberapa keutamaan memiliki akhlak yang terpuji
antara lain yaitu :

1) Berat timbangannya diakhirat

Seseorang yang memiliki akhlak terpuji disebutkan dalam hadits


bahwa ia akan memiliki timbangan yang berat kelak dihari akhir atau
kiamat dimana semua amal manusia akan ditimbang, sebagaimana
sabda Rasulullah SAW berikut :

“Tidak ada sesuatu yang diletakkan pada timbangan hari


kiamat yang lebih berat dari pada akhlak yang mulia, dan
sesungguhnya orang yang berakhlak mulia bisa mencapai derajat
orang yang berpuasa dan shalat.” [HR Tirmidzi]

2) Dicintai Rasul SAW

Rasul SAW diutus tidak lain adalah untuk menyempurnakan


akhlak manusia didunia. Dan tentu saja Rasul SAW sendiri
mencintai manusia yang memiliki akhlak yang baik. Dari Jabir RA;
Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya yang paling aku cintai dari kalian dan yang


paling dekat tempatnya dariku di hari kiamat adalah yang paling
mulia akhlaknya, dan yang paling aku benci dari kalian dan yan
paling jauh tempatnya dariku di hari kiamat adalah yang banyak
bicara, angkuh dalam berbicara, dan sombong.”[Sunan Tirmidzi:
Sahih]

3) Memiliki kedudukan yang tinggi

Dalam suatu hadits disebutkan bahwa seseorang yang memiliki


akhlak dan budi pekerti yang mulia memiliki kedudukan yang tinggi
diakhirat kelak. Rasul SAW bersabda

“Tidak ada kemelaratan yang lebih parah dari kebodohan dan


tidak ada harta (kekayaan) yang lebih bermanfaat dari
kesempurnaan akal. Tidak ada kesendirian yang lebih terisolir dari
ujub (rasa angkuh) dan tidak ada tolong-menolong yang lebih kokoh
dari musyawarah. Tidak ada kesempurnaan akal melebihi
perencanaan (yang baik dan matang) dan tidak ada kedudukan yang
lebih tinggi dari akhlak yang luhur. Tidak ada wara’ yang lebih baik
dari menjaga diri (memelihara harga dan kehormatan diri), dan
tidak ada ibadah yang lebih mengesankan dari tafakur (berpikir),
serta tidak ada iman yang lebih sempurna dari sifat malu dan
sabar.”(HR. Ibnu Majah dan Ath-Thabrani)

4) Dijamin rumah disurga

Memiliki akhlak yang mulia sangat penting bagi seorang muslim


dan keutamaan memiliki akhlak mulia sangatlah besar. Dalamsebuah
hadits disebutkan bahwa Rasul menjamin seseorang sebuah rumah
disurga apabila ia memiliki akhlak yang mulia. Dari Abu Umamah ra;
Rasulullah SAW bersabda:

“Saya menjamin sebuah rumah tepi surga bagi orang


meninggalkan debat sekalipun ia benar, dan sebuah rumah di tengah
surga bagi orang yang tidak berbohong sekalipun hanya bergurau,
dan rumah di atas surga bagi orang yang mulia akhlaknya.” [HR
Abu Daud]

B. TASAWUF

Tasawuf adalah bagian dari perkembangan ajaran islam dari para sufi.
Dalam rukun islam dan rukun iman mengenai tasawuf memang tidak terdapat
secara eksplisit. Ajaran tasawuf sendiri dianggap berasal dari berbagai
pengaruh ajaran agama atau filsafat lain yang akhirnya diadopsi dan
disesuaikan dengan konsep islam. Untuk itu terdapat pro kontra mengenai hal
tersebut. Tentu saja hal ini tidak boleh bertentangan dengan Fungsi Iman
Kepada Kitab Allah, Fungsi Iman Kepada Allah SWT, dan Fungsi Al-quran
Bagi Umat Manusia.

1. Pengertian Tasawuf

1) Menurut Etimologi

Pengertian tasawuf menurut etimologi juga pendekatan lainnya,


terdapat perbedaan. Secara umum, diantara perbedaan tersebut tentu
ada garis merah atau benang merah yang dapat ditarik.

 Berasal dari Kata Shuffah


Tasawuf berasal dari istilah shuffah. Shuffah berarti serambi
tempat duduk. Suffah berasal di serambi masjid Madinah yang
disediakan untuk mereka yang belum memiliki tempat tinggal
atau rumah dan dari orang-orang muhajirin yang ada di Masa
Rasulullah SAW. Mereka dipanggi sebagai Ahli Suffah atau
Pemilik Sufah karena di serambi masjid Madinah itulah tempat
mereka.

 Berasal dari Kata Shaf

Selain itu, istilah tawasuf juga berasal dari kata Shaf. Shaf
memiliki arti barisan. Istilah ini dilekatkan kepada tasawuf
karena mereka, para kaum sufi, memiliki iman yang kuat, jiwa
dan hati yang suci, ikhlas, bersih, dan mereka senantiasa berada
dalam barisan yang terdepan jika melakukan shalat berjamaah
atau dalam melakukan peperangan.

 Berasal dari Kata Shafa dan Shuafanah

Istilah Tasawuf juga ada yang mengatakan berasal dari kata


shafa yang artinya bersih atau jernih dan kata shufanah yang
memiliki arti jenis kayu yang dapat bertahan tumbuh di daerah
padang pasir yang gersang.

 Berasal dari Kata Shuf

Pengertian Tasawuf juga berasal dari kata Shuf yang berarti


bulu domba. Pengertian ini muncul dikarenakan kaum sufi
sering menggunakan pakaian yang berasal dari bulu domba
kasar. Hal ini melambangkan bahwa mereka menjunjung
kerendahan hati serta menghindari sikap menyombongkan diri.
Selain itu juga sebagai simbol usaha untuk meninggalkan
urusan-urusan yang bersifat duniawi. Orang-orang yang
menggunakan pakaian domba tersebut dipanggil dengan istilah
Mutashawwif dan perilakunya disebut Tasawuf.

2) Menurut Terminologi

Pengertian tasawuf menurut terminologi dari para ahli sufi juga


terdapat varian-varian yang berbeda. Hal ini dapat dijelaskan dari
berbagai pandangan sufi berikut:
 Menurut Imam Junaid

Menurut seorang sufi yang berasal dari Baghdad dan


bernama Imam Junaid, Tasawuf memiliki definisi sebagai
mengambil sifat mulia dan meninggalkan setiap sifat rendah.

 Menurut Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili

Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili adalah seorang syekh yang


berasal dari Afrika Utara. Sebagai seorang sufi ia
mendefinisikan tasawuf sebagai proses praktek dan latihan diri
melalui cinta yang mendalam untuk ibadah dan mengembailikan
diri ke jalan Tuhan.

 Sahal Al-Tustury

Sahal Al Tustury mendefinisikan tasawuf sebaai terputusnya


hubungan dengan manusia dan memandang emas dan kerikil.
Hal ini tentu ditunjukkan untuk terus menerus berhubungan dan
membangun kecintaan mendalam pada Allah SWT.

 Syeikh Ahmad Zorruq

Menurut Syeikh Ahmaz Zorruq yang berasal dari Maroko,


Tasawuf adalah ilmu yang dapat memperbaiki hati dan
menjadikannya semata-mata untuk Allah dengan menggunakan
pengetahuan yang ada tentang jalan islam. Pengetahuan ini
dikhususkan pada pengetahuan fiqh dan yang memiliki kaitan
untuk mempebaiki amalan dan menjaganya sesuai dengan
batasan syariah islam. Hal ini ditujukan agar kebikjasanaan
menjadi hal yang nyata.

3) Secara Umum

Dari pengertian tasawuf secara etimologi dan terminologi dapat


diambil kesimpulan bahwa Tasawuf adalah pelatihan dengan
kesungguhan untuk dapat membersihkan, memperdalam,
mensucikan jiwa atau rohani manusia. Hal ini dilakukan untuk
melakukan pendekatan atau taqarub kepada Allah dan dengannya
segala hidup dan fokus yang dilakukan hanya untuk Allah semata.

Untuk itu, tasawuf tentu berkaitan dengan pembinaan akhlak,


pembangunan rohani, sikap sederhana dalam hidup, dan menjauhi
hal-hal dunia yang dapat menyesatkan. Tentu hal ini bisa membantu
manusia dalam mencapai tujuannya dalam hidup. Untuk itu, praktik
tasawuf ini dapat dilakukan oleh siapapun yang ingin membangun
akhlak yang baik, sikap terpuji, kesucian jiwa, dan kembalinya pada
Illahi dalam kondisi yang suci.

Secara umum, tentu ajaran tasawuf jika dikembangkan tidak


boleh bertentangan dan juga bersebrangan dengan ajaran yang
berasal dari Wahyu Al Quran dan Sunnah Rasulullah. Sebagai
bentuk kecintaan manusia kepada Rasulullah tentunya juga harus
tetap melaksanakan ibadah sebagaimana Rasul ajarkan.

2. Dasar-Dasar Tasawwuf

Para pengkaji tentang tasawuf sepakat bahwasanya tasawuf


berazaskan kezuhudan sebagaimana yang diperaktekkan oleh Nabi Saw,
dan sebahagian besar dari kalangan sahabat dan tabi’in.

Kezuhudan ini merupakan implementasi dari nash-nash al-Qur’an


dan Hadis-hadis Nabi Saw yang berorientasi akhirat dan berusaha untuk
menjuhkan diri dari kesenangan duniawi yang berlebihan yang bertujuan
untuk mensucikan diri, bertawakkal kepada Allah Swt, takut terhadap
ancaman-Nya, mengharap rahmat dan ampunan dari-Nya dan lain-lain

Meskipun terjadi perbedaan makna dari kata sufi akan tetapi jalan
yang ditempuh kaum sufi berlandasakan Islam. Diantara ayat-ayat Allah
yang dijadikan landasan akan urgensi kezuhudan dalam kehidupan dunia
adalah firman Allah dalam al-Qur’an yang Artinya:

“Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan kami


tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki
keuntungan di dunia kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan
dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat”. (Q.S
Asy-Syuura [42] : 20).

Diantara nash-nash al-Qur’an yang mememerintahkan orang-orang


beriman agar senantiasa berbekal untuk akhirat adalah firman Allah
dalam yang Artinya:

“Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah


permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah
antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan
anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani;
Kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning
Kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras
dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia Ini
tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”.Q.S al-Hadid [57] ayat:
20

Ayat ini menandaskan bahwa kebanyakan manusia melaksanakan


amalan-amalan yang menjauhkannya dari amalan-amalan yang
bermanfaat untuk diri dan keluarganya, sehingga mereka dapat kita
temukan menjajakan diri dalam kubangan hitamnya kesenangan dan
gelapnya hawa nafsu mulai dari kesenangan dalam berpakaian yang
indah, tempat tinggal yang megah dan segala hal yang dapat
menyenangkan hawa nafsu, berbangga-bangga dengan nasab dan
banyaknya harta serta keturunan (anak dan cucu). Akan tetapi semua hal
tesebut bersifat sementara dan dapat menjadi penyebab utama terseretnya
seseorang kedalam azab yang sangat pedih pada hari ditegakkannya
keadilan di sisi Allah, karena semua hal tersebut hanyalah kesenangan
yang melalaikan, sementara rahmat Allah hanya terarah kepada mereka
yang menjauhkan diri dari hal-hal yang melalaikan tersebut.

Ayat Al-Qur’an lainnya yang dijadikan sebagai landasan kesufian


adalah ayat-ayat yang berkenaan dengan kewajiban seorang mu’min
untuk senantiasa bertawakkal dan berserah diri hanya kepada Allah swt
semata serta mencukupkan bagi dirinya cukup Allah sebagai tempat
menggantungkan segala urusan, ayat-ayat al-Qur’an yang menjelaskan
hal tersebut cukup variatif tetapi penulis mencukupkan pada satu diantara
ayat –ayat tersebut yaitu firman Allah yang Artinya:

“Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.


dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan
yang (dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah Telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”.Q.S ath-Thalaq [65] ayat : 3

Diantara ayat-ayat al-Qur’an yang menjadi landasan munculnya


kezuhudan dan menjadi jalan kesufian adalah ayat-ayat yang berbicara
tentang rasa takut kepadan Allah dan hanya berharap kepada-Nya
diantaranya adalah firman Allah yang Artinya:

“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu


berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap. Maksud
dari perkataan Allah Swt : “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya”
adalah bahwa mereka tidak tidur di waktu biasanya orang tidur untuk
mengerjakan shalat malam”.Q.S as-Sajadah ayat : 16

Terdapat banyak ayat yang berbicara tentang urgensi rasa takut dan
pengharapan hanya kepada Allah semata akan tetapi penulis cukupkan
pada kedua ayat terdahulu.

Diantara ayat-ayat yang menjadi landasan tasawuf adalah nash-nash


Qura’n yang menganjurkan untuk beribadah pada malam hari baik dalam
bentuk bertasbih ataupun quyamullail diantaranya adalah firman Allah
yang Artinya:

“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah


kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan
Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.”(Q.S al-Isra’ [17]
ayat : 79

Artinya: “Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan


petang. Dan pada sebagian dari malam, Maka sujudlah kepada-Nya dan
bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang dimalam hari”.
(Q.S al-Insan [76] ayat : 25-26) yang Artinya: “Dan orang yang melalui
malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka”.(Q.S
al-furqan ayat : 64)

Tiga ayat di atas menunjukkan bahwa mereka yang senantiasa


menjauhi tempat tidur di malam hari dengan menyibukkan diri dalam
bertasbih dan menghidupkan malam-malamnya dengan shalat dan
ibadah-ibadah sunnah lainnya hanya semata-mata untuk mengharapkan
rahmat, ampunan, ridha, dan cinta Tuhannya kepadanya akan
mendapatkan maqam tertinggi di sisi Allah. Selain daripada hal-hal yang
telah penulis uraikan sbelumnya, diantara pokok-pokok ajaran tasawuf
adalah mencintai Allah dengan penuh ketulusan dan keikhlasan hal ini
berlandaskan kepada firman Allah swt yang Artinya:

”Katakanlah: “Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara,


isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan,
perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang
kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari
berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
Keputusan-Nya”. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang fasik”. (Q.S at-Taubah ayat : 24)
Ayat ini menunjukkan bahwa kecintaan terhadap Allah, Rasul-Nya
dan berjihad di jalan-Nya harus menjadi prioritas utama di atas segala hal,
bahkan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya harus melebihi di atas
kecintaan kepada ayah, ibu, anak, istri, keluarga, harta, perniagaan dan
segala hal yang bersifat duniawi, atau dengan kata lain bahwa seseorang
yang ingin mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan mendambakan
tempat terbaik diakhirat hendaknya menjadikan Allah dan Rasul-Nya
sebagai kecintaan tertinggi dalam dirinya

3. Sejarah Tasawuf

Sejarah tasawuf dimulai dengan Imam Ja’far Al Shadiq ibn


Muhamad Bagir ibn Ali Zainal Abidin ibn Husain ibn Ali ibn Abi Thalib.
Imam Ja’far juga dianggap sebagai guru dari keempat imam Ahlulsunah
yaitu Imam Abu Hanifah, Maliki, Syafi’i dan Ibn Hanbal.

Ucapan – ucapan Imam Ja’far banyak disebutkan oleh para sufi


seperti Fudhail ibn Iyadh Dzun Nun Al Mishri, Jabir ibn Hayyan dan Al
Hallaj. Diantara imam mazhab di kalangan Ahlulsunah, Imam Maliki
yang paling banyak meriwayatkan hadis dari Imam Ja’far.

Kaitan Imam Ja’far dengan tasawuf, terlihat dari silsilah tarekat,


seperti Naqsyabandiyah yang berujung pada Sayyidina Abubakar Al
Shidiq ataupun yang berujung pada Imam Ali selalu melewati Imam
Ja’far. Kakek buyut Imam Ja’far, dikenal mempunyai sifat dan sikap
sebagai sufi. Bahkan (meski sulit untuk dibenarkan) beberapa ahli
menyebutkan Hasan Al Bashri, sufi-zahid pertama sebagai murid Imam
Ali. Sedangkan Ali Zainal Abidin (Ayah Imam Ja’far) dikenal dengan
ungkapan-ungkapan cintanya kepada Allah yang tercermin pada do’anya
yang berjudul “Al Shahifah Al Sajadiyyah”.

Tasawuf lahir dan berkembang sebagai suatu disiplin ilmu sejak abad
k-2 H, lewat pribadi Hasan Al Bashri, Sufyan Al Tsauri, Al Harits ibn
Asad Al Muhasibi, Ba Yazid Al Busthami. Tasawuf tidak pernah bebas
dari kritikan dari para ulama (ahli fiqh, hadis dll).

Praktik – praktik tasawuf dimulai dari pusat kelahiran dan penyiaran


agama Islam yaitu Makkah dan Madinah, jika kita lihat dari domisili
tokoh-tokoh perintis yang disebutkan di atas.

Di kalangan para orientalis Barat biasanya dijumpai pendapat yang


mengatakan bahwa sumber yang menbentuk tasawuf itu ada lima, yaitu
unsur Islam, unsur Masehi, unsur Yunani, unsur Hindu/Budha dan unsur
Persia. Kelima unsur ini secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Unsur Islam

Secara umum ajaran Islam mengatur kehidupan yang bersifat


lahiriah dan batiniah. Pada unsur kehidupan bersifat batiniah itulah
kemudian lahir tasawuf. Unsur kehidupan ini mendapat perhatian
yang cukup besar dari sumber ajaran Islam, Al-Qur’an dan sunnah
serta praktek kehidupan Nabi dan para sahabatnya. Al-Qur’an antara
lain berbicara tentang kemungkinan manusia dengan Tuhan dapat
saling mencintai (mahabbah) (QS. Al-Maidah 54), perintah agar
manusia senantiasa bertaubat, membersihkan diri dan memohon
ampunan (QS. Al-Thamrin 8), petunjuk bahwa manusia akan
senantiasa bertemu dengan Tuhan dimanapun mereka berada (QS.
Al-Baqarah 110). Selanjutnya al-Qur’an mengingatkan manusia agar
dalam hidupnya tidak diperbudak dunia dan harta benda (QS. Al-
Hadid dan al-Fatir 5), dan senantiasa bersikap sabar dalam menjalani
pendekatan diri kepada Allah (QS. Ali Imran). Sejalan dengan apa
yang dibicarakan al-Qur’an diatas, Sunnahpun banyak berbicara
tentang kehidupan rohaniah antara lain :Aku adalah perbendaharaan
yang bersembunyi, maka aku menjadikan makhluk agar mereka
mengenal-Ku.Selanjutnya didalam kehidupan Nabi Muhammad juga
terdapat petunjuk yang menggambarkannya sebagai seorang sufi.
Nabi telah melakukan pengasingan diri ke Gua Hira’ menjelang
datangnya wahyu. Selama di Gua Hira’ ia tafakkur, beribadah dan
hidup sebagai seorang yang zahid. Beliau hidup sederhana, tidak
memakan atau meminum minuman kecuali yang halal.

2) Unsur Luar Islam

Dalam berbagai literatur yang ditulis para orientalis Barat sering


dijumpai uraian yang menjelaskan bahwa tasawuf Islam dipengaruhi
oleh unsur agama Masehi, unsur Yunani, unsur Hindu/Budha dan
unsur Persia. Hal ini secara akademik bisa saja diterima, namun
secara akidah perlu kehati-hatian. Para orientalis Barat
menyimpulkan bahwa adanya unsur luar Islam masuk ke dalam
tasawuf itu disebabkan karena secara historis agama-agama tersebut
telah ada sebelum Islam. Tetapi kita tidak dapat mengatakan bahwa
boleh saja orang Arab terpengaruh oleh agama-agama tersebut,
namun tidak secara otomatis mempengaruhi kehidupan tasawuf,
karena para penyusun ilmu tasawuf atau orang yang kelak menjadi
sufi itu bukan berasal dari mereka itu.

Unsur-unsur luar Islam yang diduga mempengaruhi tasawuf


Islam itu adalah sebagai berikut :

 Unsur Masehi

Dalam ajaran Kristen ada faham menjauhi dunia dan hidup


mengasingkan diri dalam biara. Dalam literatur Arab yang
terdapat tulisan-tulisan tentang rahib-rahib yang mengasingkan
diri di padang pasir Arabiah. Dikatakan bahwa zahid dan sufi
dalam Islam meninggalkan dunia, memilih hidup sederhana dan
mengasingkan diri adalah atas pengaruh rahib Kristen.7

 Unsur Yunani

Ajaran Pythagoras untuk meninggalkan dunia dan pergi


berkontemplasi, menurut sebagian orang inilah yang
mempengaruhi Zuhud dan tasawuf dalam Islam.8 Filsafat mistik
Phytagoras mengatakan bahwa roh manusia bersifat kekal dan
berada di dunia sebagai orang asing. Kesenangan roh yang
sebenarnya berada di alam samawi.

 Unsur Hindu/Budha

Dalam ajaran Budha dinyatakan bahwa untuk mencapai


nirwana orang harus meninggalkan dunia dan memasuki hidup
kontemplasi. Faham fana’ yang terdapat dalam tasawuf hampir
serupa dengan faham nirwana.Dalam ajaran Hindu juga
dianjurkan agar manusia meninggalkan dunia dan mendekati
Tuhan.

 Unsur Persia

Diantara para orientalis ada yang berpendapat bahwa


tasawuf berasal dari Persia, karena sebagian tokohnya berasal
dari Persia, seperti Ma’ruf al-Karkhi dan Abu Yazid al-Bustami.
Pendapat ini tidak mempunyai pijakan yang kuat, karena
perkembangan tasawuf tidak sekedar upaya mereka saja. Banyak
para sufi Arab yang hidup di Syria, bahkan di kawasan Afrika
(Maroko), seperti al-Darani, Zu al-Nun al-Misri dan lain-lain.9
4. Perkembangan Tasawuf

Pertumbuhan dan perkembangan tasawuf di dunia Islam dapat


dikelompokan ke dalam beberapa tahap :

1) Tahap Zuhud

Zuhud menurut para ahli sejarah tasawuf adalah fase yang


mendahului tasawuf. Menurut Harun Nasution, station yang
terpenting bagi seorang calon sufi ialah zuhd yaitu keadaan
meninggalkan dunia dan hidup kematerian. Sebelum menjadi sufi,
seorang calon harus terlebih dahulu menjadi zahid. Sesudah menjadi
zahid, barulah ia meningkat menjadi sufi. Dengan demikian tiap sufi
ialah zahid, tetapi sebaliknya tidak setiap zahid merupakan sufi.

2) Tahap Tasawuf Falsafi (Abad ke 6 H)

Pada tahap ini, tasawuf falsafi merupakan perpaduan antara


pencapaian pencerahan mistikal dan pemaparan secara
rasional-filosofis. Ibn Arabi merupakan tokoh utama aliran ini,
disamping juga Al Qunawi, muridnya. Sebagian ahli juga
memasukan Al Hallaj dan Abu (Ba) Yazid Al Busthami dalam aliran
ini. Aliran ini kadang disebut juga dengan Irfan (Gnostisisme) karena
orientasinya pada pengetahuan (ma’rifah atau gnosis) tentang Tuhan
dan hakikat segala sesuatu.

3) Tahap Tarekat(Abad ke 7 dan seterusnya)

Meskipun tarekat telah dikenal sejak jauh sebelumnya, seperti


tarekat Junaidiyyah yang didirikan oleh Abu Al Qasim Al Juanid Al
Baghdadi (w. 297 H) atau Nuriyyah yang didirikan oleh Abu Hasan
Ibn Muhammad Nuri (w. 295 H), baru pada masa-masa ini tarekat
berkembang dengan pesat.

Seperti tarekat Qadiriyyah yang didirikan oleh Abdul Qadir Al


Jilani (w. 561 H) dari Jilan (Wilayah Iran sekarang); Tarekat
Rifa’iyyah didirikan oleh Ahmad Rifai (w. 578 H) dan tarekat
Suhrawardiyyah yang didirikan oleh Abu Najib Al Suhrawardi (w.
563 H). Tarekat Naqsabandiyah yang memiliki pengikut paling luas,
tarekat ini sekarang telah memiliki banyak variasi , pada mulanya
didirikan di Bukhara oleh Muhammad Bahauddin Al Uwaisi Al
Bukhari Naqsyabandi.
5. Dasar – dasar Tasawuf

1) Landasan Normatif Alquran

‫للال َوجْ ه فَثَم ت َولُّواْ فَأ َ ْي َن َما َو ْال َم ْغ لرب ْال َم ْش لرق َو ل ِّلل‬
ّ ‫للاَ لإن‬
ّ ‫َع لليم َوا لسع‬

Artinya: “Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka


kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Q. S. 2.
Al-Baqoroh, A. 115).

‫سأ َ َلكَ َو لإذَا‬ ‫لَ َعله ْم لبي َو ْليؤْ لمنواْ للي فَ ْل َي ْست لَجيبواْ د َ َع ل‬
َ ‫ان لإذَا الداعل دَع َْوة َ أ لجيب قَ لريب فَإلنّلي َعنّلي لع َبادلي‬
َ‫َي ْرشدون‬

Artinya: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu


tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku
mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon
kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar
mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Q. S. 2. Al-Baqarah, Ayat.
186).

ْ‫سانَ َخلَ ْقنَا َولَقَد‬ ‫ْال َو لري لد َح ْب لل لم ْن إللَ ْي له أ َ ْق َرب َونَحْ ن نَ ْفسه بل له ت َو ْس لوس َما َونَ ْعلَم ْ ل‬
َ ‫اْلن‬

Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia


dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih
dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (Q. S. 50. Qof, Ayat. 16).

‫لع ْلما لدنا لمن َو َعل ْمنَاه لعن لدنَا لم ْن َرحْ َمة آتَ ْينَاه لعبَا لدنَا ل ّم ْن َعبْدا فَ َو َجدَا‬

Artinya: “Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di


antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya
rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu
dari sisi Kami.” (Q. S. 18. Al-Kahfi, Ayat. 65).

2) Hadits dan Riwayat rasulullah

Demikian juga halnya dengan Al-Hadits, diantara sekian banyak


Hadits Rasul yang menjelaskan tentang nilai-nilai spiritual, yang
sering kita dengan dan kita ucapkan adalah.
“Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Pada suatu hari, Rasulullah
saw muncul di antara kaum muslimin. Lalu datang seorang laki-laki
dan bertanya: Wahai Rasulullah, apakah Iman itu? Rasulullah saw.
menjawab: Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, rasul-rasul-Nya dan kepada
hari berbangkit. Orang itu bertanya lagi: Wahai Rasulullah, apakah
Islam itu? Rasulullah saw. menjawab: Islam adalah engkau
beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa
pun, mendirikan salat fardu, menunaikan zakat wajib dan berpuasa di
bulan Ramadan. Orang itu kembali bertanya: Wahai Rasulullah,
apakah Ihsan itu? Rasulullah saw. menjawab: Engkau beribadah
kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Dan jika engkau
tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia selalu melihatmu. Orang
itu bertanya lagi: Wahai Rasulullah, kapankah hari kiamat itu?
Rasulullah saw. menjawab: Orang yang ditanya mengenai masalah
ini tidak lebih tahu dari orang yang bertanya. Tetapi akan aku
ceritakan tanda-tandanya; Apabila budak perempuan melahirkan
anak tuannya, maka itulah satu di antara tandanya. Apabila orang
yang miskin papa menjadi pemimpin manusia, maka itu tarmasuk di
antara tandanya. Apabila para penggembala domba saling
bermegah-megahan dengan gedung. Itulah sebagian dari
tanda-tandanya yang lima, yang hanya diketahui oleh Allah.
Kemudian Rasulullah saw. membaca firman Allah Taala:
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan
tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan
mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang
dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok.
Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana ia akan
mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Kemudian orang itu berlalu, maka Rasulullah saw. bersabda:
Panggillah ia kembali! Para sahabat beranjak hendak memanggilnya,
tetapi mereka tidak melihat seorang pun. Rasulullah saw. bersabda:
Ia adalah Jibril, ia datang untuk mengajarkan manusia masalah
agama mereka.” (Shahih Muslim No.10).

Riwayat Kehidupan Rasulullah Kesederhanaanya dan ketidak


inginannya terhadap dunia ini bukanlah semacam kesederhanaan dari
kesederhanaan. Bahkan keduanya bukanlah semacam kewajiban
agama. Sebab dalam Al-Qur’an di firmankan : manakah diantara
rezeki baik yang telah kami berikan padamu. Dan dalam sebuah
hasits : “Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup
selamanya dan bekerjalah untuk aktivitas mu seakan-akan kamu
akan mati esok hari”. Maksud Nabi Muhammas SAW ialah beliau
ingin memberi suri teladan untuk manusia tentang ketangguhan yang
tidak mengenal lemah. Selain itu, agar membuat orang
berkepribadian seperti itu tidak diperbudak kekayaan, kekuasaan,
dan lainnya yang membuat hal-hal selain Allah menjadi berkuasa.

3) Riwayat Kehidupan Para sahabat

Praktek para sahabat. Dimana ada beberapa sahabat yang


mengikuti praktik tasawuf sebagaimana yang diamalkan oleh
Rasulullah. Seperti Abu Bakar Ash-shiddiq, pernah berkata “ Aku
mendapatkan kemuliaan dalam ketakwaan, dan mendapatkan
keagungan dalam rendah diri”. Sementara Umar Ibn Khattab, suatu
ketika penah berkhutbah dihadapan umat Islam dengan pakaian yang
begitu sederhana. Demikian juga dengan berbagai praktik tasawuf
lainya yang juga dilakukan oleh Usman Ibn Affan, Ali Ibn Abi Talib,
Abu Zar Al-Ghiffari, Hasan Basri, dll.

 Abu Bakar Sidiq

Abu Bakar adalah seorang asketis (tafakur), sehingga


diriwayatkan bahwa enam hari dalam seminggu ia selalu dalam
keadaan lapar. Baju yang dimilikinya tidak lebih dati satu,
Beliau pernah berkata : “Jika seorang hamba begitu terpesona
oleh pesona dunia, Allah membencinya sampai ia
meninggalkannya.

 Umar Bin Khatab


“Allah telah menjadikan kebenaran pada lidah dan kalbu
umar.” Dia terkenal dengan kesederhanaanya. Diriwayatkan,
pada suatu ketika setelah dia menjabat sebagai khalifa, dia
berpidato, dengan memakai baju bertumbal 12 sobekan.

 Usman Bin Affan

Diantara ucapan – ucapan Usman Bin Affan yang


menggambarkan ajaran tasawuf adalah : “Aku dapat kebijakan
terhimpun dalam 4 hal. Pertama, cinta kepada Allah. Kedua,
sabar dalam melaksanakan hukum-hukum Allah,ketiga ridho
dalam menerima takdir (ketentuan) Allah. Dan ke empat malu
terhadap pandangan Allah.
 Ali Bin Abi Thalib

Pekerjaanya dan cita-citanya yang besar menyebabkan dia


tidak peduli pakaiaanya sobek, lantas dijahitnya. Pernah orang
bertanya, “Mengapa sampai begini Amiru, Mu’minin ?” beliau
menjawab : “untuk mengkhusukan hati dan menjadi teladan bagi
orang yang beriman.”

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti, peranggai, tingkah laku atau
tabiat. Ahklak adalah hal yang melekat dalam jiwa, dan dari kebiasaan itu
akan timbul perbuatan-perbuatan yang mudah tanpa dipikirkan oleh
manusia. Tasawuf itu bersumber dari ajaran Islam itu sendiri ialah
al-Qur’an dan Sunah, mengingat yang dipraktekkan Nabi SAW dan para
sahabat. Namun setelah tasawuf itu berkembang menjadi pemikiran, bisa
saja ia mendapat pengaruh dari luar seperti filsafat Yunani dan sebagainya.
Dan andaipun terdapat persamaan dengan ajaran beberapa agama,
kemungkinan yang dapat terjadi adalah persamaan dengan agama-agama
samawi (Nasrani dan Yahudi), mengingat semua agama samawi berasal
dari tuhan yang sama Allah SWT yang dalam Islam diyakini sama
mengajarkan tentang kehidupan

2. Tasawuf bukanlah sesuatu yang baru dalam Islam. Prinsip-prinsip ajaran


Tasawuf telah ada dalam Islam semenjak Nabi Muhammad diutus menjadi
Rasul, bahkan kehidupan rohani Rasul dan para sahabat menjadi salah satu
panutan di dalam melakukan amalan-malannya. Ini merupakan sangkalan
terhadap pendapat yang mengatakan bahwa Tasawuf merupakan produk
asing yang dianut oleh umat Islam. Inti dari ajaran tasawuf ialah
mendekatkan diri kepada Allah dengan melalui tahapan-tahapan
(ajaran)Nya yaitu maqamat dan ahwal. Ajaran-ajaran tasawuf ini
bersumber dari al-Qur’an, Hadits dan perbuatan-perbuatan sahabat.
Banyak kita temui ayat-ayat al-Qur’an yang berhubungan dengan
ajaran-ajaran tasawuf. Mulai dari ajaran dasar tasawuf, maupun tingkatan
tingkatan yang harus ditempuh oleh seorang sufi yang kita kenal dengan
nama maqamat dan ahwal. Tujuan tertinggi dari seorang sufi adalah untuk
mendekatkan diri kepada Allah atau kalau bisa menunggal dengan Allah.

B. SARAN

Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun


dan bagi pembaca semuanya. Serta diharapkan, dengan diselesaikannya
makalah ini, baik pembaca maupun penyusun dapat menerapkan akhlak yang
baik dan sesuai dengan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun
tidak sesempurna Nabi Muhammad S.A.W , setidaknya kita termasuk
kedalam golongan kaumnya.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Akhlak.

http://teosofi.uinsby.ac.id/index.php/teosofi/article/view/107

https://www.kompasiana.com/dhiasyarafanaislamy/5563ded1b27a613d7ccc2883/
pengertian-dasar-akhlak-tasawuf-persamaan-perbedaannya-dengan-etika-dan-mor
al

http://galerimakalah31.blogspot.com/2016/12/akhlak-tasawuf.html

https://www.academia.edu/31879031/Makalah_Akhlak_Tasawuf
https://dalamislam.com/akhlaq/akhlak-dalam-islam

http://galerimakalah31.blogspot.com/2016/12/akhlak-tasawuf.html

http://tafsirhaditsuinsgdbdgangkatan2009.blogspot.com/2012/10/tafsir-lughawy.ht
ml

https://www.radiorodja.com/47243-pengertian-akhlak-macam-macam-akhlak-dan
-dalil-tentang-akhlak/

https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-akhlak.html

https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-akhlak/

https://dalamislam.com/akhlaq/pengertian-tasawuf

https://id.wikipedia.org/wiki/Sufisme

https://www.ngelmu.id/pengertian-tasawuf-sejarah-perkembangan-dan-dasar-tasa
wuf/

https://4binajwa.wordpress.com/2009/04/22/a-definisi-tasawuf/

https://www.facebook.com/notes/aqidah-ahlussunnah-allah-ada-tanpa-tempat/pen
gertian-tasawuf-sejarah-penamaan-dan-ajaran-ajarannya/575728542444059/

https://www.masuk-islam.com/pembahasan-tasawwuf-lengkap-pengertian-tasawu
f-dasar-dasar-tasawauf-tujuan-tasawuf-perkembangan-tasawauf-dll.html

https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/tasawuf/11/07/27/lozs84-ilmu-tasa
wuf

You might also like