Professional Documents
Culture Documents
169-Article Text-242-1-10-20181218 PDF
169-Article Text-242-1-10-20181218 PDF
ABSTRACT
Head injury is one of the trauma cases that require certain attention in resuscitation fluid.
The amount and type of the fluid in resuscitation should be carefully and appropriately noted;
the fluid used should be able to control the intracranial pressure in the brain, decrease the
cerebral edema, and avoid the negative side effects to other organs. The amount and type and
of the resuscitation fluid in head injury still becomes controversial topic so that the literature
about this case is limited. This study aimed at revealing the amount and type and of the
resuscitation fluid in head injury based on the related previous studies in EBSCO,
PROQUEST, and CENGANGE in the last 10 years. The keywords related to this are
‘resuscitation’, ‘intracranial pressure’, ‘head injury’, ‘traumatic brain injury’ and ‘head
trauma’. The articles were selected based on the appropriateness of the topic and the purpose
in this study which is to identify the amount and type and of the resuscitation fluid. The
findings showed that there is no type of resuscitation fluid that is ideally appropriate to be
used in any trauma cases. The methods of delivery including the time, the volume, and the
purpose, are more important than the type itself. Hypertonic saline solution (HTS) is one of
the resuscitation fluid types that can be used in several alternative dosages: 3% HTS 3ml/kg
secara IVfor 10-20 minutes; two bolus 250ml 5% HTS or 500ml 3% HTS; 4-5ml/kg HTS. HTS
as one of the resuscitation fluid typesis excellent in decreasing the cerebral edema and has
the quality as reno-protective agent.
1
Judul Artikel…| NAMA PENGARANG
ABSTRAK
Cedera kepala merupakan salah satu kasus trauma yang memerlukan perhatian khusus dalam
resusitasi cairan. Jumlah dan jenis cairan yang digunakan dalam proses resusitasi cedera
kepala harus diperhatikan secara cermat, cairan yang digunakan harus mampu mengontrol
tekanan intrakranial (TIK) otak, dapat mengurangi edema otak dan tidak menimbulkan efek
samping bagi organ tubuh yang lain. Jenis dan jumlah cairan resusitasi pada kasus cedera
kepala masih menjadi topik kontroversial sehingga literatur mengenai cairan resusitasi pada
kasus cedera kepala masih terbatas. Artikel berikut ini akan menyajikan jenis dan jumlah
cairan yang tepat untuk resusitasi cedera kepala berdasarkan review hasil penelitian terkait
yang disajikan dalam EBSCO, PROQUEST, CENGANGE dalam rentang 10 tahun terakhir.
Kata kunci yang digunakan adalah ‘fluid resusication’, ‘intracranial pressure’, ‘head injury’,
‘traumatic brain injury’, ‘head trauma’. Artikel diseleksi berdasarkan kesesuaiannya dengan
tujuan yakni mengidentifikasi jenis dan jumlah cairan resusitasi. Hasil review menunjukkan
bahwa tidak ada suatu jenis cairan resusitasi ‘ideal’ yang dapat digunakan untuk semua kasus
trauma. Metode pemberian cairan (waktu, volume dan tujuan yang diharapkan) lebih penting
dibandingkan dengan jenis cairan itu sendiri. Hypertonis saline solution (HTS) menjadi salah
satu jenis cairan resusitasi yang dapat digunakan dengan beberapa pilihan dosis sebagai
berikut: 3% HTS 3ml/kg secara IV selama 10-20 menit; dua bolus 250ml 5% HTS atau 500ml
3% HTS; 4-5ml/kg HTS. HTS sebagai cairan resusitasi cedera kepala unggul dalam
menurunkan edema otak dan tidak menimbulkan efek berbahaya bagi organ lain
(renoprotective agent).
3
Judul Artikel…| NAMA PENGARANG
hipoksia (Procaccio, et all, 2000). Prioritas Kondisi hipotensi setelah cedera (tekanan
utama pada tahap primary survey adalah darah sistolik <90mmHg) dapat
stabilisasi servical, patensi jalan nafas (A, meningkatkan angka kecacatan dan
airway), ventilasi pernafasan (B, breathing), kematian pada pasien dengan cedera
mendapatkan akses vena untuk resusitasi kepala. Oleh karena itu untuk menjaga
cairan (C, circulation), pengkajian tingkat adekuatnya aliran darah otak (cerebral
kesadaran dan pupil (D, disability) (Mark perfusion presusure) maka tekanan darah
et all, 2002). sistolik harus dipertahankan >110mmHg
pada dewasa. Beberapa langkah yang
Airway (A) dilakukan untuk mencapai tekanan darah
Pasien dengan skor GCS (Glasgow Coma sistolik >110mmHg antara lain: (1) periksa
Scale) kurang dari 8 harus dilakukan adanya perdarahan eksternal dan segera
intubasi, diawali dengan pemberian sedasi. lakukan pembebatan, (2) pasang IV line
Rekomendasi sedasi yang diberikan dengan ukuran 16G, (3) lakukan resusitasi
sebagai berikut: Thiopental sodium 2-3 awal dengan pemberian cairan isotonis
mg/kg i.v atau propofol 1-2 mg/kg i.v atau (saline, ringer laktat), (4) hindari
midazolam 0,2-0,3 mg/kg. Jika pasien pemberian cairan hipotonis, (5) pemberian
mengalami hipotensi atau perdarahan diuretik seperti manitol tidak dianjurkan
maka diberikan terapi: ketamine 1mg/kg + (Procaccio et all, 2000).
thiopental 1mg/kg atau midazolam 0,05-0,1
mg/kg. Berikan juga succinylcholine 1 Disability (D)
mg/kg i.v atau vecuronium 0,1 mg/kg i.v. Metode pemeriksaan status neurologis
Pemberian sedasi dan analgesik short-acting pasien cedera kepala antara lain dengan:
digunakan agar fungsi neurologis tetap Glasgow Coma Scale (GCS), pengukuran
dapat terpantau dengan interval yang diameter pupil dan reflek pupil terhadap
teratur. Jika memungkinkan muscle relaxing rangsangan cahaya. Penilaian GCS
digunakan seminimal mungkin (Procaccio didasarkan atas 3 komponen yang
et all, 2000). meliputi: respon mata, verbal dan motorik.
Beberapa hal yang harus diperhatikan saat
Breathing (B) melakukan pengukuran skor GCS antara
Ventilasi yang adekuat harus dilakukan lain: (1) jika pasien mendapatkan terapi
pada semua pasien yang diintubasi dengan sedasi maka pengukran GCS dilakukan 10-
tujuan: oksigenasi adekuat (PaCO2 20 menit setelah waktu paruh obat, (2) jika
>90mmHg, SaO2>95%) dan mencegah pasien mengalami edema periorbital maka
terjadinya hypercapnia maupun hypocapnia skor untuk mata adalah 1 (E=1), jika pasien
(PaCO2 30-35 mmHg). Kondisi hypercapnia terpasang ETT maka skor untuk verbal
harus dicegah karena dapat adalah 1 (V=1), (3) stimulasi verbal selalu
mengakibatkan asidosis cerebral dan dilakukan sebelum stimulasi nyeri, (4)
vasodilatasi yang dapat menimbulkan pertimbangkan kemungkinan terjadinya
hipertensi dan kerusakan otak sekunder. cedera spinal maupun cedera saraf perifer
Kondisi hiperventilasi juga harus dihindari (Procaccio et all, 2000).
karena dapat menimbulkan hypocapnia
yang dapat mengakibatkan vasokonstriksi Jenis Cairan Resusitasi
pembuluh darah otak sehingga aliran Resusitasi cairan merupakan bagian
darah ke otak semakin berkurang integral dari resusitasi pada kasus cedera.
(Procaccio et all, 2000). Cairan resusitasi yang ideal harus memiliki
beberapa kriteria seperti: dapat
Circulation (C) mengangkut oksigen, memiliki sedikit efek
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIA HUSADA
patogen seperti hepatitis dan HIV (Rudra Koloid adalah suatu campuran zat
et all, 2006). heterogen antara dua zat atau lebih di
mana partikel-partikel zat yang berukuran
Hemoglobin solutions koloid tersebar merata dalam zat lain.
Hemoglobin solutions merupakan salah Ukuran koloid berkisar antara 1-100 nm (
satu jenis cairan resusitasi yang diharapkan 10-7 – 10-5 cm ) (Rudra et all, 2006).
dapat memenuhi kriteria nonantigenic,
bebas bakteri maupun virus pembawa Kristaloid
penyakit, dan mampu mengangkut Larutan kristaloid adalah larutan air
oksigen. Hemoglobin bebas yang dengan elektrolit dan atau dextrosa, tidak
digunakan sebagai cairan resusitasi dapat mengandung molekul besar (Adewale,
mengakibatkan cedera akut pada ginjal. 2009). Kristaloid dalam waktu singkat
Oleh karena itu, bentuk sediaan sebagian besar akan keluar dari
hemoglobin sebagai bahan yang siap intravaskular, sehingga volume yang
digunakan sebagai cairan resusitasi masih diberikan harus lebih banyak (2,5-4 kali)
terus diteliti (Rudra et all, 2006). dari volume darah yang hilang (Rudra et
all, 2006). Kristaloid mempunyai waktu
Albumin paruh intravaskuler 20-30 menit. Ekspansi
Albumin merupakan polipeptida single cairan dari ruang intravaskuler ke
yang memiliki berat molekul 65-69 kDa. interstital berlangsung selama 30-60 menit
Albumin berperan dalam proses transport sesudah infus dan akan keluar dalam 24-48
dan penyusun integritas mikrovaskular. jam sebagai urine (Mulyono, 2006).Secara
Melalui proses produksi sediaan albumin umum kristaloid digunakan untuk
kini bebas dari berbagai resiko tercemar meningkatkan volume ekstrasel dengan
bakteri (Rudra et all, 2006). atau tanpa peningkatan volume intrasel
(Tonessen AS., 1990). Macam-macam
Koloid cairan kristaloid antara lain (Tonessen AS.,
1990):
Cairan kristaloid cukup baik untuk menyebabkan reaksi alergi dan sedikit efek
terapi syok hipovolemik. Keuntungan samping. Kelebihan cairan kristaloid pada
cairan kristaloid antara lain mudah pemberian dapat berlanjut dengan edema
tersedia, murah, mudah dipakai, tidak
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIA HUSADA
7
Judul Artikel…| NAMA PENGARANG
donor (Levett et al., 2006). Hypertonic saline memberikan keuntungan juga dapat
solution disarankan untuk digunakan menimbulkan beberapa efek merugikan
sebagai cairan resusitasi pada kasus cedera jika tidak dilakukan evaluasi ketat pada
kepala (Levett et al., 2006; Mark et al.,2002). pasien. Efek merugikan yang dapat
Hypertonic saline solution aman dan efektif muncul saat pemberian hypertonic saline
digunakan untuk menurunkan tekanan solution antara lain hypernatremia,
intra kranial (TIK) (Adewale, 2009). metabolik asidosis, dan resiko terjadinya
Cairan hypertonic saline solution edema pulmonal (Rudra et al., 2006). Untuk
memiliki beberapa manfaat jika digunakan meminimalkan terjadinya efek samping
pada pasien dengan cedera kepala antara penggunaan HTS sebagai cairan resusitasi
lain: dapat menurunkan tekanan dapat ditekan dengan melakukan monitor
intracranial dan dapat meningkatkan ketat tanda-tanda vital pasien, kaji tingkat
kontraktilitas jantung (Mark et al., 2002). kesadaran pasien tiap 10-15 menit, lakukan
Pada fase pre-hospital pemberian pengukuran tekanan intra kranial pasien
hypertonic saline solution sebanyak 4-5ml/kg dan lakukan monitor kadar Na dalam
terbukti dapat meningkatkan MAP (Mean plasma. Jika terjadi overdosis dalam
Arterial Pressure) dan CO (Cardiac Output). pemberian HTS maka langkah yang dapat
Selain itu juga dapat meningkatkan aliran dilakukan adalah segera hentikan
darah menuju organ tubuh lain seperti pemberian HTS, berikan lasix 1ml/kg IV
ginjal, mesenteric, splanchnic dan koroner untuk membantu natriuresis (hingga urine
(Rudra et al., 2006). Hasil penelitian yang output mencapai 6ml/kg/jam), ukur kadar
dilakukan oleh Wade menyimpulkan Na plasma tiap 30-60 menit sekali, lakukan
bahwa penggunaan hypertonic saline dialisis jika terjadi oliguria/ anuria/ terjadi
solution sebagai cairan resusitasi pada peningkatan kadar Na plasma secara cepat
pasien cedera kepala signifikan dapat mencapai >5mmol/jam dan jangan
meningkatkan survival rate (odds ratio, gunakan 0,45% saline sebagai terapi karena
2.12; p=0,048) (Wade 1997 dalam Mark et dapat menurunkan osmolaritas cairan otak
all, 2002). secara tiba-tiba (STRS, 2011).
Dosis pemberian hypertonic saline
solution (HTS) pada pasien dengan cedera KESIMPULAN
kepala bervariasi menurut beberapa Resusitasi cairan merupakan salah
literatur. Menurut Rudra et al., 2006 satu unsur penting dalam penatalaksanaan
pemberian HTS sebanyak 4-5ml/kg pasien cedera kepala. Tidak ada suatu jenis
terbukti dapat meningkatkan MAP. cairan resusitasi ‘ideal’ yang dapat
Adewale, et al merekomendasikan dua digunakan untuk semua kasus trauma.
bolus 250ml 5% HTS atau 500ml 3% HTS Metode pemberian cairan (waktu, volume
sebagai terapi untuk hipertensi intrakranial dan tujuan yang diharapkan) terkadang
pada pasien cedera kepala. Sedangkan menjadi lebih penting dibandingkan
South Thames Retrieval Services (STRS) dengan jenis cairan itu sendiri. Pada kasus
menyebutkan dosis resusitasi cairan untuk cedera kepala penggunaan hypertonis saline
cedera kepala adalah 3ml/kg 3% saline solution sebagai cairan resusitasi dapat
(diberikan 10-20 menit) melalui vena cetral memberikan manfaat bagi pasien
atau vena perifer, dimana 3ml/kg 3% saline diantaranya membantu menurunkan
dapat meningkatkan kadar Na plasma 2-3 edema otak dan tidak menimbulkan efek
mmol/L. berbahaya bagi organ lain (renoprotective
Penggunaan hypertonic saline agent). Dosis pemberian hypertonis saline
solution sebagai cairan resusitasi pada solution menurut beberapa sumber antara
kasus cedera kepala selain banyak lain: 3% HTS3ml/kg secara IV selama 10-20
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIA HUSADA