You are on page 1of 11

Translation II

“The Methods Of Translation”

Dosen Pembimbing

Zahratul Idami, M.Pd.

Arangged By:

Anggun Santoso(1042017025)

Cut Intan Kausar (1042017026)

Haura Tahani (1042017028)

Indah Nur Rizky (1042017029)

ENGLISH DEPARTMENT

FACULTY OF TEACHER AND EDUCATION

IAIN LANGSA

2019/2020

i
PREFACE

First of all, thanks to Allah SWT because of the help of Allah, writer finished writing the
paper entitled “The Methods Of Translation” right in the calculated time.

The purpose in writing this paper is to fulfill the assignment that given by Mrs. Zahratul
Idami, M.Pd. as lecturer in Translation major.

In arranging this paper, the writer trully get lots challenges and obstructions but with help
of many indiviuals, those obstructions could passed. writer also realized there are still many
mistakes in process of writing this paper.

Because of that, the writer says thank you to all individuals who helps in the process of
writing this paper. Hopefully allah replies all helps and bless you all. The writer realized tha this
paper still imperfect in arrangment and the content. Then the writer hope the criticism from the
readers can help the writer in perfecting the next paper. Last but not the least Hopefully, this
paper can helps the readers to gain more knowledge about samantics major.

Langsa, 24 September 2019

The Writer

i
TABLE LIST OF CONTENT

PREFACE .......................................................................................................................... i
TABLE LIST OF CONTENT.......................................................................................... ii
METODE PENERJEMAHAN ........................................................................................ 1
A. Pengertian Metode Penerjemahan............................................................. 1
B. Jenis-Jenis Metode Penerjemahan ............................................................ 1
Metode Penerjemahan Bahasa Ke Bahasa Sumber .................................. 1
Metode Penerjemahan Bahasa Ke Bahasa Sasaran .................................. 5
REFERENCES .................................................................................................................. 6

ii
METODE PENERJEMAHAN

A. Pengertian Metode Penerjemahan

Metode berasal dari kata method dalam bahasa Inggris. Dalam Macquarie Dictionary (1982)
a method is a way of doing something, especially in accordance with a definite plan (metode
adalah suatu cara melakukan sesuatu, terutama yang berkenaan dengan rencana tertentu). Dari
definisi tersebut dapat ditarik dua hal penting yakni metode adalah cara melakukan sesuatu yaitu
“cara melalukan penerjemahan”, dan yang kedua metode berkenaan dengan rencana tertentu,
yaitu rencana dalam pelaksanaan dalam penerjemahan.

Metode penerjemahan berarti cara penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam
mengungkapkan makna bahasa sumber secara keseluruhan ke dalam bahasa sasaran
(Syihabuddin, 2005:68). Metode diperoleh dari berbagai kajian masalah yang sering terjadi
dalam penerjemahan, sehingga menghasilkan prosedur dan teknik pemecahan masalah.Menurut
Newmark (1988:45-47), metode penerjemahan dapat ditilik dari segi penekanannya terhadap
bahasa sumber dan bahasa sasaran.

B. Jenis-Jenis Metode Penerjemahan

Metode penerjemahan yang penekanannya terhadap bahasa sumber:

1. Penerjemahan kata demi kata (Word-for-word Translation);

Penerjemahan ini yang paling dekat dengan bahasa sumber.Disini urutan kata dalam teks
bahasa sumber tetap dipertahankan, kata-kata diterjemahkan dengan maknanya yang paling dasar
diluar konteks.Kata-kata yang bermuatan budaya diterjemahkan secara harfiah. Kegunaan
terjemahan kata demi kata adalah untuk memahami mekanisme bahasa sumber atau untuk
menafsirkan teks yang sulit sebagai proses awal penerjemahan.

1
Contohnya:

1) Tsu : Look, little guy, you-all shouldn’t be doing that.

Tsa : *Lihat, kecil anak, kamu semua harus tidak melakukan ini.

Berdasarkan hasil terjemahan tersebut, kalimat Tsu yang dihasilkan sangatlah rancu dan
janggal karena susunan frase “kecil anak” tidak berterima dalam tatabahasa Indonesia dan makna
frase “harus tidak” itu kurang tepat. Seharusnya kedua frase tersebut menjadi “anak kecil” dan
“seharusnya tidak”.Demikian pula dengan kata “that” yang sebaiknya diterjemahkan menjadi
“itu” bukan “ini”. Sehingga alternative terjemahan dari kalimat tersebut menjadi:

‘Lihat, anak kecil, kamu semua seharusnya tidak melakukan itu.’

2) Tsu : I like that clever student.

Tsa : *Saya menyukai itu pintar anak.

Hasil terjemahannya tidak berterima dalam bahasa Indonesia karena susunan kata yang
benar bukan ’itu pintar anak’ tetapi ’anak pintar itu’, sehingga kalimat yang benar seharusnya:
”Saya menyukai anak pintar itu.”

3) Tsu : I will go to New York tomorrow.

Tsa : Saya akan pergi ke New York besok.

4) Tsu : Joanne gave me two tickects yesterday.

Tsa : Joanne memberi saya dua tiket kemarin.

Hasil terjemahan kalimat ke-3 dan ke-4 tidak separah hasil terjemahan kalimat ke-1 dan
ke-2 karena struktur kalimat dari kedua teks tersebut hampir sama. Artinya bahwa hasil
terjemahan kedua kalimat tersebut masih dalam kategori berterima walaupun masih terasa
janggal. Walaupun demikian ada beberapa alternatif hasil terjemahan yang tampak lebih alamiah
dan berterima misalnya:

 ‘Besok pagi saya akan pergi ke New York.’


 ‘Kemarin Joanne memberiku dua buah tiket.’

2
2. Penerjemahan Harfiah (literal Translation);
Penerjemahan harfiah (literal translation) atau disebut juga penerjemahan
lurus (linear translation). Kontruksi gramatikal bahasa sumber dikonversikan ke dalam
padanannya (bahasa sasaran), sedangkan kata-kata diterjemahkan di luar konteks. Sebagai proses
penerjemahan awal penerjemahan harfiah dapat membantu melihat masalah yang harus diatasi.

Contohnya:

TSu: It’s Raining cats and dogs

TSa: Hujan kucing dan anjing.

Jika dilihat dari hasil terjemahannya, kalimat-kalimat yang diterjemahkan secara harfiah
masih terasa janggal, karena maksud sebenarnya dari contoh kalimat di atas adalah “Hujan lebat”
atau “Hujan deras”. Dalam proses penerjemahannya, penerjemah mencari konstruksi gramatikal
Bsu yang sepadan atau dekat dengan Bsa. Penerjemahan harfiah ini terlepas dari konteks.
Penerjemahan ini mula-mula dilakukan seperti penerjemahan kata-demi-kata, tetapi penerjemah
kemudian menyesuaikan susunan kata-katanya sesuai dengan gramatikal Bsa.

3. Penerjemahan Setia (Faithful Translation);


Metode ini mencoba menghasilkan kembali makna kontekstual dengan masih dibatasi oleh
struktur gramatikal bahasa sumber.Di sini kata-kata yang bermuatan budaya dialihbahasakan,
tetapi penyimpangan dari segi tata bahasa dan pilihan kata tetap dibiarkan.Penerjemahan ini
berpegang teguh pada maksud dan tujuan bahasa sumber, sehingga terlihat sebagai terjemahan
yang kaku dan sering kali asing. Ini dapat dilakukan dalam proses awal pengalihan.

Contoh:

TSu: Ben is too well aware that he’s naughty.

TSa: Ben menyadari terlalu baik baik bahwa ia nakal.

3
Meskipun maknanya sangat dekat (setia) dengan makna dalam teks sumber, versi teks
sasarannya terasa kaku, dan akan terasa lebih wajar jika dipoles lagi dalam tahap penyerasian
serta disesuaikan dengan kaidah teks sasaran menjadi “Ben sangat sadar bahwa ia nakal”

4. Penerjemahan Semantik (Semantic Translation);


Penerjemahan secara semantik berbeda dengan penerjemahan setia, karena harus lebih
memperhitungkan unsur estetika (keindahan bunyi) teks bahasa sumber dengan
mengkompromikan makna selama masih dalam batas kewajaran.Selain itu, kata yang hanya
sedikit mengandung muatan budaya dapat diterjemahkan dengan kata yang netral atau istilah
yang fungsional.Empati penerjemahan terhadap teks bahasa sumber dalam penerjemahan
semantis dibolehkan.Jika dibandingkan dengan penerjemahan setia, penerjemahan semantik
lebih fleksibel, sedangkan penerjemahan setia lebih terikat oleh bahasa sumber.

Contohnya:

TSu: He is a book-worm

TSa: Dia (laki-laki) adalah orang yang suka sekali membaca.

Frase book-worm diterjemahkan secara fleksibel sesuai dengan konteks budaya dan batasan
fungsional yang berterima dalam Bsa. Tetapi terjemahan di atas kurang tepat dan seharusnya
diterjemahkan menjadi: ’Dia seorang kutu buku.’Hasil terjemahan tersebut bersifat fungsional
(dapat dimengerti dengan mudah), sekalipun tidak ada pemadanan budaya (yakni pemadanan
dengan menggunakan idiom serupa dalam bahasa sasaran.

4
Metode Penerjemahan yang Penekanannya Terhadap Bahasa Sasaran:

1. Penerjemahan dengan adaptasi atau saduran (Adaptation);

Adaptasi atau saduran adalah bentuk terjemahan yang paling bebas dan paling dekat ke
bahasa sasaran.Penerjemahan ini biasa digunakan untuk drama dan puisi.Tema, karakter, dan
alurnya tetap dipertahankan.Kebudayaan bahasa sumber dikonversikan ke dalam kebudayaan
bahasa sasaran dan teksnya ditulis kembali.Dalam bahasa karangan ilmiah, logikanya
diutamakan, sedangkan contoh-contoh dikurangi atau ditiadakan sesuai dengan keperluan.

Contohnya:

TSu: As white as snow

TSa: Seputih kapas

2. Penerjemahan secara bebas (Free Translation);

Penerjemahan bebas adalah penulisan kembali tanpa melihat bentuk aslinya. Biasanya
merupakan paraphrase yang dapat lebih pendek atau lebih panjang dari aslinya. Dapat juga
terjadi paraphrase dalam bahasa yang sama, sehingga dapat disebut penerjemahan ”Intra-
lingual”. Metode ini sering disebut metode “oplosan”. Disebut demikian karena biasanya
“bentuk” (baik bentuk retorik, misalnya alur ataupun bentuk kalimat) teks bahasa sasaran sudah
berubah sama sekali.

Contoh:
Teks sumber : (Time May 28th, 1990) : “Hollywood Rage for Remakes”.
Teks sasaran : (Suara Merdeka, 15 Juli 1990) : “ Hollywood Kekurangan Cerita: Lantas
Rame-Rame Bikin Film Ulang”.

Tampak disini bahwa versi teks sasaran lebih panjang daripada versi teks sumber.Yang
disebut oplosan dalam contoh kasus ini adalah dimasukannya beberapa kalimat dari unsur isi
berita ke dalam judul berita, sehingga lebih panjang daripada aslinya.Beberapa ahli cenderung

5
menggolongkan terjemahan metode ini bukan karya terjemahan. Newmark sendiri menyebutnya
sebagai “metode” dalam penerjemahan, ia sendiri pun keberatan menyebut hasilnya sebagai
“terjemahan”, karena adanya perubahan yang cukup drastis. Metode ini mempunyai kegunaan
yang sangat khusus. Seorang penerjemah sebaiknya berhati-hati dalam memilih metode ini
sebagai metode penerjemahannya serta memikirkan kapan dan apa tujuan penerjemahannya.

3. Penerjemahan Idiomatik (Idiomatic Translation);

Di sini pesan bahasa sumber disampaikan kembali tetapi ada penyimpangan nuansa makna
karena mengutamakan kosakata sehari-hari dan idiom yang tidak ada di dalam bahasa sumber,
tetapi biasa dipakai di dalam bahasa sasaran. Beberapa pakar penerjemahan kelas dunia seperti
Seleskovitch menyukai metode penerjemahan ini yang dianggapnya “hidup” dan “alami” (dalam
arti akrab).

Contonya:

Teks sumber: Mari minum bir sama-sama; saya yang bayar.

Teks sasaran: I’ll shout you a beer.

Dalam terjemahan di atas versi bahasa Inggrisnya (Australian English) lebih idiomatis
daripada versi asli. Versi terjemahan yang tidak terlalu idiomatis (yakni terjemahan semantis)
dapat berbunyi : “Let me buy you a beer”.

4. Penerjemahan komunikatif (Communicative Translation).

Penerjemahan komunikatif berusaha menyampaikan makna konstektual dari bahasa sumber


sedemikian rupa, sehingga isi dan bahasanya berterima dan dapat dipahami oleh dunia pembaca
bahasa sasaran.Ini biasanya dianggap terjemahan yang ideal (Hoed, 1993:13-15).

Contoh : Penerjemahan kata “spine” dalam frase “thorns spines in old reef
sediments”. Apabila kata tersebut diterjemahkan untuk para ahli atau kalangan ilmuwan

6
biologi, padanannya adalah “spina” (istilah teknis latin), tetapi apabila diterjemahkan
untuk khalayak umum kata tersebut dapat diterjemahkan menjadi “duri”.

Jika metode penerjemahan semantis dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat


kebahasaan penulis teks asli, penerjemahan komunikatif lebih memperhatikan tingkat
kebahasaan pembaca.Metode komunikatif digunakan untuk teks yang informatif atau vokatif
(himbauan), sedangkan penerjemahan semantis dipakai dalam menerjemahkan teks yang
ekspresif.

Dari metode penerjemahan di atas ada yang bersifat umum dan khusus.Dari metode-
metode yang bersifat umum, hanya metode semantis dan komunikatif yang memenuhi tujuan-
tujuan utama penerjemahan, yaitu demi ketepatan dan efisiensi sebuah teks.

7
REFERENCES

You might also like