You are on page 1of 9

Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan

Vol. 3, No. 2, Desember 2018, pp. 125-133


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)

Peningkatan Self Efficacy dalam Mengelola Kesulitan Bernafas


Melalui Edukasi Manajemen Dispnea pada Pasien PPOK
Rizkika Ramadhani
Akademi Keperawatan Panca Bhakti
Jl.Z.A. Pagar Alam No.14 Gedong Meneng Bandarlampung
e-mail: ramadhanirizkika@gmail.com

ARTICLE INFO ABSTRACT

Article history: COPD is chronic and progressive disease that requires self-
Received 7 August 2018 management efforts in the management of the disease. Self-efficacy is
Revised 24 August 2018 an important concept of self management disease to achieve
Accepted 14 September 2018 behavioral change. The research objective was to identify the
influence of dyspnea management education toward self-efficacy in
managing breathing difficulties in COPD patients. The research
design was quasy experimental by using pretest-posttest with control
Keyword:
group. The number of samples were 34, consist of 17 people in
COPD
Dispnea Management Education intervention group and 17 people in control group. The results
Self Efficacy showed that a significant increase toward self-efficacy after given
Patient dyspnea management education (p = 0.036). Based on this research,
dyspnea management education can be used as an optimal nursing
DOI:http://dx.doi.org/10.30604/jika.v3i2.117 interventions to improve self efficacy in managing breathing
difficulties in COPD patients.

Copyright © 2018, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan.


All rights reserved.

PENDAHULUAN setara dengan 6% angka kematian pada tahun


2012 (WHO, 2015). Sementara di Indonesia
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
berperan serta terhadap tingginya angka PPOK menduduki peringkat ke-6 dari 10
penyebab kematian di Indonesia dengan
morbiditas dan mortalitas di dunia. Forum of
National Respiratory Societies menyatakan angka prevalensi PPOK 3.7% (Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
setidaknya 4 juta orang meninggal akibat
penyakit pernafasan kronis (Mamane, Baldi, 2013).
Tessier, Raherison & Bouvier, 2014). Data PPOK tidak hanya menimbulkan keluhan
World Health Organization menyebutkan fisik tetapi juga psikologis dan sosial. PPOK
pada tahun 2012 sebanyak 3 juta orang menyebabkan obstruksi aliran udara,
meninggal akibat PPOK, jumlah tersebut penyempitan saluran udara dan penurunan

Website: https://ejournal.stikesaisyah.ac.id/index.php/jika/
Email: jurnal.aisyah@stikesaisyah.ac.id
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(2), Desember 2018, – 126
Rizkika Ramadhani

rekoil elastis paru. Kondisi tersebut efficacy pada seseorang dipengaruhi oleh
menjadikan dispnea sebagai keluhan utama sumber-sumber self efficacy yang berasal dari
pada mayoritas pasien PPOK pengalaman penguasaan, pengalaman
(Conventry,Gemmel & Todd, 2011). Respon permodelan, persuasi verbal serta
pasien terhadap perasaan dispnea yang physiological and emotional state . Persepsi
dialami adalah perasaan takut, ansietas, panik dan perasaan tidak berdaya berhubungan
dan tidak berdaya. Pasien PPOK akan dengan penyakit yang diderita akan
cenderung membatasi aktivitas di luar rumah mempengaruhi mekanisme koping dan
dan aktivitas sehari-hari seiring dengan kemampuan individu untuk mewujudkan
berkembangnya penyakit. Perasaan malu perubahan perilaku. Dengan demikian,
terhadap gejala gangguan pernafasan yang peningkatan self efficacy menjadi tujuan
dialami secara tidak langsung membuat penting dari pemberian intervensi edukasi
mereka mengisolasi diri dari lingkungan pada pasien dengan penyakit kronis.
sosial (Randazzo, 2015). Berdasarkan Berdasarkan hal tersebut, diperlukan upaya
dampak biopsikososial dari PPOK, pasien untuk mengembangkan program edukasi
diharapkan memiliki pengetahuan yang baik yang dapat meningkatkan self efficacy.
terhadap kemampuan manajemen Sehingga penelitian ini bertujuan untuk
penyakitnya. mengidentifikasi pengaruh edukasi
Program edukasi penting dalam manajemen dispnea terhadap self efficacy
mendampingi pasien PPOK mengembangkan dalam mengelola kesulitan bernafas pada
kemampuan dalam mengelola kesulitan pasien PPOK.
bernafas. Edukasi manajemen diri pada
pasien PPOK telah terbukti memiliki dampak
METODE
yang positif terhadap kemampuan
manajemen diri dan peningkatan kualitas Penelitian ini menggunakan desain kuasi
hidup (Stoilkova, Jansen & Wouters, 2013). eksperimen dengan pendekatan pretest-
Meskipun demikian, tidak seluruh program posttest non equivalent control group.
edukasi yang diberikan pada pasien PPOK Penelitian dilakukan pada Bulan Oktober
mampu meningkatkan keyakinan diri dalam 2016. Sampel pada penelitian berjumlah 34
menerapkan perubahan perilaku (Stellefson, pasien PPOK di poli paru ataupun yang
Tennant & Chaney, 2012). Hal tersebut dirawat di ruangan paru RSUD Dr.A.Dadi
disebabkan karena masalah pada pasien Tjokrodipo Kota Bandar Lampung yang
PPOK tidak hanya kurang pengetahuan memenuhi kriteria inklusi. Pengambilan
mengenai upaya pengelolaan penyakit, tetapi sampel menggunakan metode consecutive
juga kurangnya keyakinan diri dalam sampling kemudian dibagi menjadi kelompok
menerapkan pengetahuan yang telah intervensi dan kelompok kontrol dimana
diperoleh. (Kara dan Alberto, 2007; Kasikci, masing-masing kelompok terdiri atas 17
2011). Maka dari itu diperlukan intervensi orang responden.
keperawatan yang dapat meningkatkan Instrumen yang digunakan pada penelitian ini
pengetahuan dan meningkatkan keyakinan adalah kuesioner karakteristik responden
diri pasien PPPOK dalam menghadapi meliputi data usia, jenis kelamin, dan
penyakitnya. pendidikan. Instrumen lainnya yang
Self efficacy merupakan konsep dari digunakan berupa kuesioner self efficacy
manajemen diri yang merupakan komponen yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.
penting untuk mewujudkan suatu perubahan Kuesioner CSES (COPD Self efficacy Scale)
perilaku dan meningkatkan kualitas hidup digunakan untuk melihat self efficacy pasien
pada pasien PPOK (Bonsaksen, Lerdal & PPOK dalam mengelola kesulitan bernafas
Fagermoen, 2012; Adanza, 2015). Self yang terdiri dari 33 pernyataan dengan

Copyright © 2018, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(2), Desember 2018, – 127
Rizkika Ramadhani

validitas 0.742-0.905 dan nilai cornbach-α usia, jenis kelamin dan status pendidikan.
0.984. Hasil analisis univariat untuk variabel
kategorik jenis kelamin dan pendidikan dapat
Kelompok intervensi mendapat edukasi
dilihat pada Tabel 1.
manajemen dispnea selama 3 sesi dalam 3
hari. Hari ke-1 diberikan edukasi selama 100
Tabel 1.
menit mengenai gambaran singkat PPOK, Distribusi frekuensi karakteristik responden
medikasi inhaler, latihan pernafasan, upaya
konservasi energi, mengatasi dispnea saat Variabel Kontrol Intervensi Total %
beraktivitas serta teknik manajemen stres, n % N %
Jenis
hari ke-2 selama 45 menit dilakukan kelamin
pemutaran video penggunaan medikasi Laki-laki 13 76.5 11 64.7 24 70.6
inhalasi, demonstrasi serta redemonstrasi Perempuan 4 23.5 6 35.3 10 29.4
latihan pernafasan dan penggunaan medikasi Pendidikan
inhalasi, hari ke-3 selama 30 menit dilakukan Rendah 13 76.5 12 70.6 25 73.5
evaluasi, redemonstrasi latihan pernafasan (SD&SMP)
Tinggi 4 23.5 5 29.4 9 26.5
dan penggunaan medikasi inhalasi serta (SMA&PT)
diskusi mengenai hambatan yang akan
ditemui dalam penerapan upaya manajemen
dispenea di rumah. Sementara kelompok Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar
kontrol hanya mendapat terapi standar dari responden PPOK pada penelitian berjenis
rumah sakit. Pengukuran nilai self efficacy kelamin laki-laki (70.6%) dengan riwayat
dalam mengelola kesulitan bernafas pendidikan setara SD dan SMP (73.5%).
dilakukan pada hari ke-1 sebelum intervensi Pria diprediksi memiliki faktor risiko PPOK
dan hari ke-3 setelah intervensi. yang lebih tinggi dibandingkan dengan
Data yang telah dikumpulkan kemudian wanita. Penelitian oleh Khoshkesht,
diolah menggunakan SPSS 17. Analisis Zakerimoghadam, Ghiyasvandian,
univariat dilakukan pada variabel nilai self Kazemnejad & Hashemian (2015) mengenai
efficacy serta karakteristik responden usia, pengaruh program rehabilitasi paru di rumah
jenis kelamin dan status pendidikan. Analisis mendapatkan hasil 71.2% responden berjenis
bivariat untuk mengetahui perbedaan self kelamin laki-laki dengan riwayat merokok
efficacy sebelum dan setelah perlakuan pada sebelumnya. Merokok merupakan faktor
kelompok kontrol dan kelompok intervensi utama penyebab PPOK. Sejumlah zat iritan
menggunakan paired t-test dan perbedaan yang terdapat pada rokok menyebabkan
nilai self efficacy setelah diberi perlakuan inflamasi pada bronkus dan dinding alveolus
antara kelompok intervensi dan kelompok sehingga berdampak pada gangguan
kontrol menggunakan independent t-test. pertukaran gas di paru (Black dan Hawks,
Kontribusi karakteristik responden terhadap 2014)
hasil penelitian dilihat melalui independent t- Hasil distribusi karakteristik responden
test pada variabel jenis kelamin dan berdasarkan tingkat pendidikan sejalan
pendidikan serta uji korelasi pearson pada dengan penelitian yang dilakukan oleh
variabel usia. Tabak, Spijekerman, Verschuren & Smit
(2009) yang melakukan follow up selama 10
HASIL DAN PEMBAHASAN tahun untuk melihat hubungan antara tingkat
pendidikan dengan penurunan fungsi paru,
Karakteristik responden khususnya FEV1 (Forced Expiratory Volume
in 1 second). Hasil penelitian tersebut
Pada bagian ini akan digambarkan mengenai
menunjukkan bahwa pasien PPOK dengan
distribusi karakteristik responden berupa
kebiasaan merokok lebih banyak ditemui

Peningkatan Self Efficacy dalam Mengelola Kesulitan Bernafas Melalui Edukasi Manajemen Dispnea pada Pasien PPOK
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(2), Desember 2018, – 128
Rizkika Ramadhani

dengan tingkat pendidikan yang rendah. pernafasan menyebabkan penuruan kapasitas


Pasien PPOK dengan tingkat pendidikan vital paru dan frekuensi aliran ekspirasi
yang lebih rendah mengalami penurunan sehingga memaksa organ-organ pernafasan
fungsi paru yang lebih besar dibandingkan bekerja lebih keras untuk memenuhi
dengan pasien dengan pendidikan yang lebih kebutuhan oksigen tubuh. Selain itu pada
tinggi, dimana rerata penurunan FEV1 saluran pernafasan lansia mengalami
sebanyak 30ml pada laki-laki dan 24ml pada penurunan jumlah silia dan penurunan
wanita. Penelitian tersebut menyatakan kemampuan lapisan mukosa untuk
bahwa tingkat pendidikan yang rendah membersihkan partikel asing yang masuk ke
memiliki kecenderungan untuk meningkatkan saluran pernafasan, sehingga lansia lebih
perilaku merokok sehingga menyebabkan rentan mengalami infeksi saluran pernafasan.
semakin menurunnya fungsi paru pada pasien Kondisi-kondisi tersebut menyebabkan lansia
PPOK lebih rentan mengalami PPOK.
Hasil analisis univariat pada variabel numerik
umur dapat dilihat pada Tabel 2. Analisis beda rerata nilai self efficacy
Tabel 2 sebelum dan setelah perlakuan
Distribusi responden berdasarkan umur Hasil uji normalitas menggunakan Shapiro
Variabel Mean SD Min- 95%CI
Wilk pada variabel umur dan nilai self
Max efficacy pre intervensi mendapatkan hasil
Umur bahwa seluruh data terdistrubusi normal (p
Kontrol 60.94 8.81 44-77 56.41-65.47 >0.05). Sementara hasil uji homogenitas
(n=17) terhadap variabel perancu di kelompok
Intervensi 62.88 9.07 49-88 58.22-67.55
kontrol dan kelompok intervensi
(n=17)
mendapatkan hasil bahwa sebaran data pada
kedua kelompok bersifat homogen (p>0.05).
Tabel 2 menunjukkan rerata usia responden Perbedaan nilai self efficacy sebelum dan
kelompok kontrol adalah 60,94 tahun (95% setelah mendapatkan perlakuan pada
CI 56,41-65,47) dengan standar deviasi 8,81. kelompok kontrol dan kelompok intervensi
Sementara rerata usia responden kelompok akan disajikan dalam Tabel 3.
intervensi adalah 62,88 tahun (95% CI 58,22-
Tabel 3
67,55) dengan standar deviasi 9,07. Distribusi responden berdasarkan nilai self efficacy
Kondisi tersebut disebabkan oleh diagnosa
Variabel n Mean CI p value
PPOK secara klinis ditegakkan pada individu Diff 95%
dengan usia > 40 tahun (GOLD, 2016). Intervensi
Selain itu, penelitian yang telah dilakukan Self efficacy 17 -0.456 -0.577– 0.000*
Pretest- (-0.335)
pada pasien PPOK menunjukkan bahwa Postets
responden penelitian memiliki rerata usia > Kontrol
60 tahun (Hernandez, Balter, Bourbeau & Self efficacy 17 -0.008 -0.019 – 0.096
Pretest- 0.002
Hodder, 2009; Kunik et al, 2008; Larson, Postest
Covey, Kapella, Alex & Mc Auley, 2014).
Selama proses penuaan, terjadi perubahan Berdasarkan Tabel 3 diketahui perbedaan
anatomis pada seluruh sistem tubuh, rerata nilai self efficacy sebelum dan setelah
termasuk sistem pernafasan. Pada lansia edukasi manajemen dispnea adalah 0.456 dan
berusia 60 tahun ke atas akan terjadi nilai tersebut menunjukkan perbedaan yang
peningkatan kerja pernafasan sekitar 20% bermakna sebelum dan setelah diberikan
(Sunaryo et al., 2015). Penurunan rekoil edukasi manajemen dispnea pada kelompok
elastis paru, komplians dinding dada, dan intervensi (p value=0,000; α=0,05). Pada
penurunan massa serta kekuatan otot-otot

Copyright © 2018, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(2), Desember 2018, – 129
Rizkika Ramadhani

kelompok kontrol perbedaan rerata nilai self oleh Khoshkesht, Zakerimoghadam,


efficacy sebelum dan setelah terapi standar Ghiyasvandian, Kazemnejad dan Hashemian
RS adalah 0.008, namun nilai tersebut tidak (2015) dengan memberikan program
menunjukkan perbedaan yang bermakna rehabilitasi paru di rumah terhadap 66 pasien
sebelum dan setelah diberikan terapi standar PPOK disertai edukasi terstruktur juga
RS pada kelompok kontrol (p memberikan hasil yang serupa, dimana
value=0,096;α=0,05). Hasil analisis bivariat intervensi yang diberikan memiliki pengaruh
untuk melihat perbedaan nilai self efficacy terhadap peningkatan nilai self efficacy. Kara
setelah perlakuan antara kelompok intervensi dan Asti (2004) secara spesifik mengukur
dan kelompok kontrol disajikan dalam Tabel keyakinan diri pasien PPOK dalam
4. mengelola kesulitan bernafas berdasarkan
situasi yang spesifik, yaitu saat mengalami
Tabel 4 situasi negatif, kondisi emosi tidak stabil,
Analisis beda rerata nilai self efficacy antara kelelahan fisik, lingkungan dan cuaca yang
kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah
mendapatkan perlakuan
tidak kondusif serta saat melakukan faktor
risiko perilaku yang dapat menyebabkan
Variabel n Mean SD P value PPOK. Hasil penelitian menyatakan setelah
Self efficacy pemberian edukasi selama 3 sesi terdapat
Kontrol 17 3.19 0.39 0.036* peningkatan self efficacy pada seluruh
Intervensi 17 3.49 0.42
domain self efficacy.
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4 PPOK menyebabkan dispnea yang seringkali
diketahui bahwa terdapat perbedaan rerata dirasakan tiba-tiba maupun saat beraktivitas.
nilai self efficacy yang signifikan antara Hal ini menyebabkan pasien PPOK memiliki
kelompok yang menerima edukasi kepercayaan diri yang rendah mengenai
manajemen dispnea dan yang tidak mendapat kemampuannya dalam menghadapi situasi
edukasi manajemen dispnea (p yang menyebabkan kesulitan bernafas. Pasien
value=0,036;α=0.05). Rerata nilai self PPOK akan cenderung memilih untuk
efficacy setelah perlakuan pada kelompok menerima kondisi penyakitnya sehingga
intervensi lebih tinggi dibandingkan rerata meminimalisir usaha dan upaya untuk
nilai self efficacy pada kelompok kontrol. mengelola penyakitnya. Pembatasan aktivitas
fisik terjadi sebagai dampak dari
Pada kelompok yang diberikan edukasi kekhawatiran berlebih akan sesak nafas dan
manajemen dispnea terjadi peningkatan juga keletihan yang akan dialami sebagai
rerata nilai self efficacy sebanyak 0.456 dan bagian dari penyakit PPOK (Kaşıkçı, 2011).
menunjukkan perbedaan rerata nilai self Hal tersebut dijelaskan oleh Bandura (1997)
efficacy yang bermakna sebelum dan setelah dalam teori self efficacy dimana pembatasan
diberikan edukasi manajemen dispnea yang dilakukan seseorang dalam melakukan
(p=0,000; α= 0,05). Selain itu juga terdapat suatu aktivitas lebih disebabkan oleh
perbedaan rerata nilai self efficacy yang ketidakyakinan bahwa ia mampu melakukan
bermakna antara kelompok yang diberikan kegiatan tersebut dibandingkan dengan
edukasi manajemen dispnea dengan yang karena beratnya derajat gangguan fungsi fisik
hanya mendapatkan terapi standar dari rumah yang dialami.
sakit (p=0.036; α= 0,05).
Edukasi merupakan komponen penting dalam
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan program penatalaksanaan PPOK jangka
beberapa penelitian yang memberikan panjang (GOLD, 2016). Stoilkova, Jansen
edukasi pada pasien PPOK, dimana edukasi dan Wouters (2013) dalam suatu systematic
yang berpedoman terhadap teori self efficacy review menyimpulkan bahwa edukasi pada
dapat meningkatkan self efficacy ( Scherer & pasien PPOK mampu meningkatkan
Shimmel, 1997; Kasikci, 2011). Penelitian

Peningkatan Self Efficacy dalam Mengelola Kesulitan Bernafas Melalui Edukasi Manajemen Dispnea pada Pasien PPOK
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(2), Desember 2018, – 130
Rizkika Ramadhani

kemampuan diri dalam mengelola penyakit. Tabel 5 Analisis kontribusi variabel perancu
Edukasi manajemen dispnea pada penelitian terhadap nilai self efficacy setelah edukasi
manajemen dispnea pada kelompok intervensi
dilakukan dengan memberikan penguatan
pada seluruh sumber self efficacy dengan Variabel Kelompok Intervensi
tujuan untuk memaksimalkan upaya n = 17
peningkatan self efficacy. p value
Jenis kelamin 0.545
Pada kelompok yang tidak diberikan edukasi Pendidikan 0.046*
manajemen dispnea dan hanya mendapatkan Umur 0.900
terapi standar dari pihak rumah sakit juga
terdapat peningkatan rerata nilai self efficacy Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa
sebelum dan setelah perlakuan sebesar 0.008. variabel pendidikan berkontribusi terhadap
Namun demikian nilai tersebut tidak nilai self efficacy setelah edukasi manajemen
bermakna secara statistik, sehingga dapat dispnea (p value =0,046; α= 0.05).
disimpulkan tidak terdapat pengaruh terapi
standar yang diberikan oleh pihak rumah Hasil penelitian tersebut sejalan dengan
sakit terhadap nilai self efficacy (p=0.096). penelitian yang dilakukan oleh Bonsaksen, et
al (2012) yang menyebutkan bahwa
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan pendidikan merupakan salah satu faktor yang
penelitian Abedi, Salimi, Feizi, dan Safari mempengaruhi tingkat self efficacy pada
(2013) yang memberikan program self pasien dengan penyakit kronis. Pendidikan
efficacy enhancement pada pasien PPOK merupakan suatu sarana untuk meningkatkan
berupa edukasi PPOK dilanjutkan dengan 3 kemampuan kognitif, sehingga dari
sesi konsultasi dan program rehabilitasi paru. pengetahuan yang diperoleh akan
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa menciptakan suatu keyakinan diri dalam
terdapat peningkatan self efficacy dan melakukan suatu tindakan (Bandura, 1997).
kemampuan perawatan diri yang signifikan Pasien dengan pendidikan yang lebih tinggi
pada kelompok intervensi namun tidak akan lebih baik dalam mencerna dan
terdapat peningkatan self efficacy yang mengingat informasi yang diberikan secara
signifikan pada kelompok kontrol. Menurut kognitif. Proses pendidikan akan membuat
peneliti tidak adanya peningkataan pada seseorang terbiasa dan terbuka untuk
kelompok kontrol dalam penelitian yang menangkap informasi-informasi yang
telah dilakukan adalah akibat dari kurangnya diberikan serta mengolah informasi yang
penguasaan responden kelompok kontrol didapatkan tersebut agar memberikan suatu
terhadap kemampuan-kemampuan yang dampak yang positif.
penting dalam upaya manajemen PPOK,
seperti kemampuan melakukan latihan
pernafasan diafragma dan pursed lip KESIMPULAN DAN SARAN
breathing, menggunakan medikasi inhalasi Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dengan tepat, posisi tubuh yang baik untuk dilakukan dapat disimpulkan bahwa
mencegah atau mengatasi dispnea serta pemberian edukasi manajemen dispnea yang
menerapkan upaya konservasi energi. disusun berdasarkan teori self efficacy
berpengaruh terhadap peningkatan nilai self
Analisis kontribusi karakteristik responden efficacy dalam mengelola kesulitan bernafas
terhadap nilai self efficacy pada pasien PPOK. Adapun faktor yang
Analisis kontribusi variabel perancu terhadap mempengaruhi peningkatan nilai self efficacy
nilai self efficacy dalam mengelola kesulitan tersebut adalah tingkat pendidikan. Oleh
bernafas setelah mendapatkan edukasi karena itu, edukasi manajemen dispnea yang
manajemen dispnea pada kelompok dikemas menggunakan teori self efficacy
intervensi akan disajikan dalam Tabel 5. dapat dijadikan sebagai salah satu intervensi

Copyright © 2018, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(2), Desember 2018, – 131
Rizkika Ramadhani

keperawatan guna meningkatkan keyakinan mengelola kesulitan bernafas pada pasien


diri pasien PPOK dalam mengelola kesulitan PPOK setelah diberi edukasi. Saran bagi
bernafas. penelitian selanjutnya dapat melakukan
analisis faktor-faktor lainnya yang
Penelitian ini hanya menghubungkan
berhubungan dengan self efficacy pada pasien
karakteristik responden berupa usia, jenis
PPOK dengan jumlah sampel yang lebih
kelamin dan pendidikan sebagai faktor yang
besar.
berhubungan dengan self efficacy dalam

Peningkatan Self Efficacy dalam Mengelola Kesulitan Bernafas Melalui Edukasi Manajemen Dispnea pada Pasien PPOK
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(2), Desember 2018, – 132
Rizkika Ramadhani

DAFTAR PUSTAKA Retrieved fom https://www.brit-


thoracic.org.uk/document-
library/clinical-information/copd/ready-
Adanza, J R. (2015). Self-Efficacy in
for-home-improving-hospital-
managing personal chronic health
discharge-care-for-people-living-with-
condition among older people in
copd/
selected communities of Cavite,
Philipines. De La Salle University Coventry P., Gemmell, I., and Todd, C.
Research Congress, 3,1-15. (2011). Psychosocial risk factors for
hospital readmission in COPD patients
Abedi, H., Salimi, S., Feizi, A. & Safari, S.
on early discharge services: A cohort
(2013). Effect of self-efficacy
study. Biomed Central Pulmonary
enhancement program on self-care
Medicine, 4(11),49. doi:10.1186/1471-
behaviors in chronic obstructive
2466-11-49
pulmonary disease. Iranian Journal of
Nursing and Midwifery Research, Global Initiative for Chronic Obstructive
18(5), 421–424. Lung Disease (GOLD) .(2016). Global
strategy for the diagnosis, management,
Ariani, Y., Sitorus, R & Gayatri, D. (2012).
and prevention of chronic obstructive
Motivasi dan Efikasi diri pasien
pulmonary disease, updated 2016.
diabetes melitus tipe 2 dalam asuhan
Retrieved from
keperawatan. Jurnal Keperawatan
Indonesia,15(1),29-38 http://www.goldcopd.org/uploads/users
/files/WatermarkedGlobal%20Strategy
Bandura, A. (1997). Self efficacy : The %202016%281%29.pdf
Exercise of Control. New York : W.H.
Freeman & Company Hernandez, P., Balter, M., Bourbeau, J. &
Hodder, R. (2009). Living with chronic
Badan Penelitian dan Pengembangan obstructive pulmonary disease: A
Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan survey of patients knowledge and
Dasar (RISKESDAS) 2013. In Laporan attitudes. Respiratory Medicine,
Nasional 2013 (pp. 1–384) 103(7),1004–1012.
Bissonnette, J. (2000) . The feasibility of http://doi.org/10.1016/j.rmed.2009.01.0
developing, implementing, and 18
evaluating an educational intervention Kara, M & Asti, T. (2004). Effect of
for hospitalized COPD patients. Master education on self-efficacy of Turkish
Thesis. University of Ottawa patients with chronic obstructive
Black, J. M. & Hawks, J., H. (2014). pulmonary disease. Patient Education
Keperawatan Medikal Bedah: and Counselling, 55,114–120.
Manajemen klinis untuk hasil yang Kara, M., & Alberto, J. (2007). Family
diharapkan (8th ed.). Singapore : support, perceived self-efficacy and
Elsevier. self-care behaviour of Turkish patients
Bonsaksen, Lerdal and Fagermoen. (2012) . with chronic obstructive pulmonary
Factors associated with self-efficacy in disease. Journal of clinical nursing, 16
persons with chronic ilness. (8),1468-1478
Scandinavian Journal of Psychology, Kaşıkçı, M. K. (2011). Using self-efficacy
53, 333-339. theory to educate a patient with chronic
British Thoracic Society. (2013). Ready for obstructive pulmonary disease: A case
home improving hospital discharge study of 1-year follow-up.
care for people living with COPD. International Journal of Nursing
Practice, 17(1), 1–8.

Copyright © 2018, Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan


ISSN 2502-4825 (print), ISSN 2502-9495 (online)
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(2), Desember 2018, – 133
Rizkika Ramadhani

http://doi.org/10.1111/j.1440- Philadelphia: Lippincott Williams &


172X.2010.01898.x Wilkins
Khoshkesht, S., Zakerimoghadam, M., Randazzo. (2015) . Anxiety, depression,
Ghiyasvandian, S., Kazemnejad, A., & loneliness, spirituality and disease
Hashemian, M. (2015). The effect of exacerbation in COPD patients.
home-based pulmonary rehabilitation Disertation. School of Nursing Azusa
on self-efficacy in chronic obstructive Pacific University
pulmonary disease patients. Journal of Scherer, Y. K., & Shimmel, S. (1997). Using
the Pakistan Medical Association, self-efficacy theory to educate patients
65(10), 1041–1046. with chronic obstructive pulmonary
Kunik, M. E., Veazey, C., Cully, J. a, disease. Journal of Rehabilitation
Souchek, J., Graham, D. P., Hopko, et Nursing, 21(5),262–266.
al. (2008). COPD education and http://doi.org/10.1002/j.2048-
cognitive behavioral therapy group 7940.1996.tb00840.x
treatment for clinically significant
Stellefson, M., Tennant, B., & Chaney, J. D.
symptoms of depression and anxiety in
(2012). A Critical Review of Effects of
COPD patients: a randomized
COPD Self-Management Education on
controlled trial. Psychological
Self-Efficacy. International Scholarly
Medicine, 38(3), 385–396.
Research Network Public Health, 1–10.
http://doi.org/10.1017/S003329170700 http://doi.org/10.5402/2012/152047
1687
Stoilkova, A., Janssen, D. J. A., & Wouters,
Kusuma, H. (2011). Hubungan antara depresi E. F. M. (2013). Educational
dan dukungan keluarga dengan kualitas programmes in COPD management
hidup pasien HIV/AIDS yang interventions: A systematic review.
menjalani perawatan di RSUPN Cipto Respiratory Medicine, 107(11),1637–
Mangunkusumo Jakarta. Tesis. 1650.
Universitas Indonesia http://doi.org/10.1016/j.rmed.2013.08.0
Larson, J. L., Covey, M. K., Kapella, M. C., 06
Alex, C. G., & McAuley, E. (2014). Sunaryo et al. (2015). Keperawatan gerontik.
Self-efficacy enhancing intervention Yogyakarta : CV. ANDI OFFSET
increases light physical activity in
people with chronic obstructive Tabak, C., & Smit, H. A. (2009). Does
pulmonary disease. International educational level influence lung
Journal of Chronic Obstructive function decline (Doetinchem Cohort
Pulmonary Disease, 9,1081–90. Study)?, 940–947.
http://doi.org/10.2147/COPD.S66846 http://doi.org/10.1183/09031936.00111
608
Mamane, A., Baldi, I., Tessier, J., Raherison,
C., Bouvier, G. (2015) . Occupational World Health Organization (WHO).(2015).
exposure to pesticides and respiratory Chronic obstructive pulmonary disease
health . European Respiratory Review, (COPD). Diunduh dari:
24,306-319 http://www.who.int/mediacentre/factsh
eets/fs315/en
Peterson, S. J., and Bredow, T. S. (2013).
Middle Range Theories : Application to
Nursing Research 3 rd Ed.

Peningkatan Self Efficacy dalam Mengelola Kesulitan Bernafas Melalui Edukasi Manajemen Dispnea pada Pasien PPOK

You might also like