Professional Documents
Culture Documents
117 548 1 PB PDF
117 548 1 PB PDF
Article history: COPD is chronic and progressive disease that requires self-
Received 7 August 2018 management efforts in the management of the disease. Self-efficacy is
Revised 24 August 2018 an important concept of self management disease to achieve
Accepted 14 September 2018 behavioral change. The research objective was to identify the
influence of dyspnea management education toward self-efficacy in
managing breathing difficulties in COPD patients. The research
design was quasy experimental by using pretest-posttest with control
Keyword:
group. The number of samples were 34, consist of 17 people in
COPD
Dispnea Management Education intervention group and 17 people in control group. The results
Self Efficacy showed that a significant increase toward self-efficacy after given
Patient dyspnea management education (p = 0.036). Based on this research,
dyspnea management education can be used as an optimal nursing
DOI:http://dx.doi.org/10.30604/jika.v3i2.117 interventions to improve self efficacy in managing breathing
difficulties in COPD patients.
Website: https://ejournal.stikesaisyah.ac.id/index.php/jika/
Email: jurnal.aisyah@stikesaisyah.ac.id
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(2), Desember 2018, – 126
Rizkika Ramadhani
rekoil elastis paru. Kondisi tersebut efficacy pada seseorang dipengaruhi oleh
menjadikan dispnea sebagai keluhan utama sumber-sumber self efficacy yang berasal dari
pada mayoritas pasien PPOK pengalaman penguasaan, pengalaman
(Conventry,Gemmel & Todd, 2011). Respon permodelan, persuasi verbal serta
pasien terhadap perasaan dispnea yang physiological and emotional state . Persepsi
dialami adalah perasaan takut, ansietas, panik dan perasaan tidak berdaya berhubungan
dan tidak berdaya. Pasien PPOK akan dengan penyakit yang diderita akan
cenderung membatasi aktivitas di luar rumah mempengaruhi mekanisme koping dan
dan aktivitas sehari-hari seiring dengan kemampuan individu untuk mewujudkan
berkembangnya penyakit. Perasaan malu perubahan perilaku. Dengan demikian,
terhadap gejala gangguan pernafasan yang peningkatan self efficacy menjadi tujuan
dialami secara tidak langsung membuat penting dari pemberian intervensi edukasi
mereka mengisolasi diri dari lingkungan pada pasien dengan penyakit kronis.
sosial (Randazzo, 2015). Berdasarkan Berdasarkan hal tersebut, diperlukan upaya
dampak biopsikososial dari PPOK, pasien untuk mengembangkan program edukasi
diharapkan memiliki pengetahuan yang baik yang dapat meningkatkan self efficacy.
terhadap kemampuan manajemen Sehingga penelitian ini bertujuan untuk
penyakitnya. mengidentifikasi pengaruh edukasi
Program edukasi penting dalam manajemen dispnea terhadap self efficacy
mendampingi pasien PPOK mengembangkan dalam mengelola kesulitan bernafas pada
kemampuan dalam mengelola kesulitan pasien PPOK.
bernafas. Edukasi manajemen diri pada
pasien PPOK telah terbukti memiliki dampak
METODE
yang positif terhadap kemampuan
manajemen diri dan peningkatan kualitas Penelitian ini menggunakan desain kuasi
hidup (Stoilkova, Jansen & Wouters, 2013). eksperimen dengan pendekatan pretest-
Meskipun demikian, tidak seluruh program posttest non equivalent control group.
edukasi yang diberikan pada pasien PPOK Penelitian dilakukan pada Bulan Oktober
mampu meningkatkan keyakinan diri dalam 2016. Sampel pada penelitian berjumlah 34
menerapkan perubahan perilaku (Stellefson, pasien PPOK di poli paru ataupun yang
Tennant & Chaney, 2012). Hal tersebut dirawat di ruangan paru RSUD Dr.A.Dadi
disebabkan karena masalah pada pasien Tjokrodipo Kota Bandar Lampung yang
PPOK tidak hanya kurang pengetahuan memenuhi kriteria inklusi. Pengambilan
mengenai upaya pengelolaan penyakit, tetapi sampel menggunakan metode consecutive
juga kurangnya keyakinan diri dalam sampling kemudian dibagi menjadi kelompok
menerapkan pengetahuan yang telah intervensi dan kelompok kontrol dimana
diperoleh. (Kara dan Alberto, 2007; Kasikci, masing-masing kelompok terdiri atas 17
2011). Maka dari itu diperlukan intervensi orang responden.
keperawatan yang dapat meningkatkan Instrumen yang digunakan pada penelitian ini
pengetahuan dan meningkatkan keyakinan adalah kuesioner karakteristik responden
diri pasien PPPOK dalam menghadapi meliputi data usia, jenis kelamin, dan
penyakitnya. pendidikan. Instrumen lainnya yang
Self efficacy merupakan konsep dari digunakan berupa kuesioner self efficacy
manajemen diri yang merupakan komponen yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.
penting untuk mewujudkan suatu perubahan Kuesioner CSES (COPD Self efficacy Scale)
perilaku dan meningkatkan kualitas hidup digunakan untuk melihat self efficacy pasien
pada pasien PPOK (Bonsaksen, Lerdal & PPOK dalam mengelola kesulitan bernafas
Fagermoen, 2012; Adanza, 2015). Self yang terdiri dari 33 pernyataan dengan
validitas 0.742-0.905 dan nilai cornbach-α usia, jenis kelamin dan status pendidikan.
0.984. Hasil analisis univariat untuk variabel
kategorik jenis kelamin dan pendidikan dapat
Kelompok intervensi mendapat edukasi
dilihat pada Tabel 1.
manajemen dispnea selama 3 sesi dalam 3
hari. Hari ke-1 diberikan edukasi selama 100
Tabel 1.
menit mengenai gambaran singkat PPOK, Distribusi frekuensi karakteristik responden
medikasi inhaler, latihan pernafasan, upaya
konservasi energi, mengatasi dispnea saat Variabel Kontrol Intervensi Total %
beraktivitas serta teknik manajemen stres, n % N %
Jenis
hari ke-2 selama 45 menit dilakukan kelamin
pemutaran video penggunaan medikasi Laki-laki 13 76.5 11 64.7 24 70.6
inhalasi, demonstrasi serta redemonstrasi Perempuan 4 23.5 6 35.3 10 29.4
latihan pernafasan dan penggunaan medikasi Pendidikan
inhalasi, hari ke-3 selama 30 menit dilakukan Rendah 13 76.5 12 70.6 25 73.5
evaluasi, redemonstrasi latihan pernafasan (SD&SMP)
Tinggi 4 23.5 5 29.4 9 26.5
dan penggunaan medikasi inhalasi serta (SMA&PT)
diskusi mengenai hambatan yang akan
ditemui dalam penerapan upaya manajemen
dispenea di rumah. Sementara kelompok Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar
kontrol hanya mendapat terapi standar dari responden PPOK pada penelitian berjenis
rumah sakit. Pengukuran nilai self efficacy kelamin laki-laki (70.6%) dengan riwayat
dalam mengelola kesulitan bernafas pendidikan setara SD dan SMP (73.5%).
dilakukan pada hari ke-1 sebelum intervensi Pria diprediksi memiliki faktor risiko PPOK
dan hari ke-3 setelah intervensi. yang lebih tinggi dibandingkan dengan
Data yang telah dikumpulkan kemudian wanita. Penelitian oleh Khoshkesht,
diolah menggunakan SPSS 17. Analisis Zakerimoghadam, Ghiyasvandian,
univariat dilakukan pada variabel nilai self Kazemnejad & Hashemian (2015) mengenai
efficacy serta karakteristik responden usia, pengaruh program rehabilitasi paru di rumah
jenis kelamin dan status pendidikan. Analisis mendapatkan hasil 71.2% responden berjenis
bivariat untuk mengetahui perbedaan self kelamin laki-laki dengan riwayat merokok
efficacy sebelum dan setelah perlakuan pada sebelumnya. Merokok merupakan faktor
kelompok kontrol dan kelompok intervensi utama penyebab PPOK. Sejumlah zat iritan
menggunakan paired t-test dan perbedaan yang terdapat pada rokok menyebabkan
nilai self efficacy setelah diberi perlakuan inflamasi pada bronkus dan dinding alveolus
antara kelompok intervensi dan kelompok sehingga berdampak pada gangguan
kontrol menggunakan independent t-test. pertukaran gas di paru (Black dan Hawks,
Kontribusi karakteristik responden terhadap 2014)
hasil penelitian dilihat melalui independent t- Hasil distribusi karakteristik responden
test pada variabel jenis kelamin dan berdasarkan tingkat pendidikan sejalan
pendidikan serta uji korelasi pearson pada dengan penelitian yang dilakukan oleh
variabel usia. Tabak, Spijekerman, Verschuren & Smit
(2009) yang melakukan follow up selama 10
HASIL DAN PEMBAHASAN tahun untuk melihat hubungan antara tingkat
pendidikan dengan penurunan fungsi paru,
Karakteristik responden khususnya FEV1 (Forced Expiratory Volume
in 1 second). Hasil penelitian tersebut
Pada bagian ini akan digambarkan mengenai
menunjukkan bahwa pasien PPOK dengan
distribusi karakteristik responden berupa
kebiasaan merokok lebih banyak ditemui
Peningkatan Self Efficacy dalam Mengelola Kesulitan Bernafas Melalui Edukasi Manajemen Dispnea pada Pasien PPOK
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(2), Desember 2018, – 128
Rizkika Ramadhani
Peningkatan Self Efficacy dalam Mengelola Kesulitan Bernafas Melalui Edukasi Manajemen Dispnea pada Pasien PPOK
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(2), Desember 2018, – 130
Rizkika Ramadhani
kemampuan diri dalam mengelola penyakit. Tabel 5 Analisis kontribusi variabel perancu
Edukasi manajemen dispnea pada penelitian terhadap nilai self efficacy setelah edukasi
manajemen dispnea pada kelompok intervensi
dilakukan dengan memberikan penguatan
pada seluruh sumber self efficacy dengan Variabel Kelompok Intervensi
tujuan untuk memaksimalkan upaya n = 17
peningkatan self efficacy. p value
Jenis kelamin 0.545
Pada kelompok yang tidak diberikan edukasi Pendidikan 0.046*
manajemen dispnea dan hanya mendapatkan Umur 0.900
terapi standar dari pihak rumah sakit juga
terdapat peningkatan rerata nilai self efficacy Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa
sebelum dan setelah perlakuan sebesar 0.008. variabel pendidikan berkontribusi terhadap
Namun demikian nilai tersebut tidak nilai self efficacy setelah edukasi manajemen
bermakna secara statistik, sehingga dapat dispnea (p value =0,046; α= 0.05).
disimpulkan tidak terdapat pengaruh terapi
standar yang diberikan oleh pihak rumah Hasil penelitian tersebut sejalan dengan
sakit terhadap nilai self efficacy (p=0.096). penelitian yang dilakukan oleh Bonsaksen, et
al (2012) yang menyebutkan bahwa
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan pendidikan merupakan salah satu faktor yang
penelitian Abedi, Salimi, Feizi, dan Safari mempengaruhi tingkat self efficacy pada
(2013) yang memberikan program self pasien dengan penyakit kronis. Pendidikan
efficacy enhancement pada pasien PPOK merupakan suatu sarana untuk meningkatkan
berupa edukasi PPOK dilanjutkan dengan 3 kemampuan kognitif, sehingga dari
sesi konsultasi dan program rehabilitasi paru. pengetahuan yang diperoleh akan
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa menciptakan suatu keyakinan diri dalam
terdapat peningkatan self efficacy dan melakukan suatu tindakan (Bandura, 1997).
kemampuan perawatan diri yang signifikan Pasien dengan pendidikan yang lebih tinggi
pada kelompok intervensi namun tidak akan lebih baik dalam mencerna dan
terdapat peningkatan self efficacy yang mengingat informasi yang diberikan secara
signifikan pada kelompok kontrol. Menurut kognitif. Proses pendidikan akan membuat
peneliti tidak adanya peningkataan pada seseorang terbiasa dan terbuka untuk
kelompok kontrol dalam penelitian yang menangkap informasi-informasi yang
telah dilakukan adalah akibat dari kurangnya diberikan serta mengolah informasi yang
penguasaan responden kelompok kontrol didapatkan tersebut agar memberikan suatu
terhadap kemampuan-kemampuan yang dampak yang positif.
penting dalam upaya manajemen PPOK,
seperti kemampuan melakukan latihan
pernafasan diafragma dan pursed lip KESIMPULAN DAN SARAN
breathing, menggunakan medikasi inhalasi Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dengan tepat, posisi tubuh yang baik untuk dilakukan dapat disimpulkan bahwa
mencegah atau mengatasi dispnea serta pemberian edukasi manajemen dispnea yang
menerapkan upaya konservasi energi. disusun berdasarkan teori self efficacy
berpengaruh terhadap peningkatan nilai self
Analisis kontribusi karakteristik responden efficacy dalam mengelola kesulitan bernafas
terhadap nilai self efficacy pada pasien PPOK. Adapun faktor yang
Analisis kontribusi variabel perancu terhadap mempengaruhi peningkatan nilai self efficacy
nilai self efficacy dalam mengelola kesulitan tersebut adalah tingkat pendidikan. Oleh
bernafas setelah mendapatkan edukasi karena itu, edukasi manajemen dispnea yang
manajemen dispnea pada kelompok dikemas menggunakan teori self efficacy
intervensi akan disajikan dalam Tabel 5. dapat dijadikan sebagai salah satu intervensi
Peningkatan Self Efficacy dalam Mengelola Kesulitan Bernafas Melalui Edukasi Manajemen Dispnea pada Pasien PPOK
Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(2), Desember 2018, – 132
Rizkika Ramadhani
Peningkatan Self Efficacy dalam Mengelola Kesulitan Bernafas Melalui Edukasi Manajemen Dispnea pada Pasien PPOK