You are on page 1of 10

Volume 12, No.

1, Oktober 2012, 18-27

KAJIAN REUSE MATERIAL BANGUNAN DALAM


KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION DI INDONESIA
Wulfram I. Ervianto, Biemo W. Soemardi, Muhamad Abduh, dan Surjamanto
Kandidat Doktor Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung.
email: wulframervianto@yahoo.com.

Abstract: Global warming caused by green house gas effect is closely related to the construction
industry. Sustainable development is a concept to minimize effect from construction indutry to
environment. Therefore, the pattern of development that required a minimum impact on the
environment which is then called the Environmentally Sustainable Development. Sustainable
construction being a part of sustainable development and the one aspect is concervation of natural
resources. On the other hand, new construction building generated waste approximately 19.5
kg/m2 and result of building demolition is 757 kg/m2. Reuse and recycle are activities to take
advantage of construction waste. Data and information obtained through direct interview with
salvage construction seller in several big cities in Java. Many types of salvage construction are
reused material made of wood and iron by reason of the demolition of buildings suffered relatively
small damage during demolition and can be reused through the process of repair or reproduction.
The positive aspect of building materials bought at a salvage construction seller is to buy the goods
in accordance with the needs and support the conservation of natural resources while the negative
aspect is the continuity of availability of salvage construction is less reliable.

Keywords: sustainable construction, reuse, salvage construction

Abstrak: Fenomena pemanasan global yang disebabkan oleh efek gas rumah kaca erat kaitannya
dengan aktivitas pembangunan. Oleh sebab itu diperlukan pola pembangunan yang sekecil
mungkin pengaruhnya terhadap lingkungan yang kemudian disebut dengan Pembangunan
Berkelanjutan yang Berwawasan Lingkungan. Salah satu bagian dari pembangunan berkelanjutan
adalah konstruksi berkelanjutan, salah satu aspeknya adalah melakukan konservasi terhadap
penggunaan sumberdaya alam. Disisi lain, volume limbah yang dihasilkan mencapai 19,5 kg/m2
akibat aktivitas pembangunan proyek baru sedangkan akibat pembongkaran bangunan adalah 757
kg/m2. Oleh karenanya diperlukan tindakan nyata untuk memanfaatkan limbah tersebut dengan
cara reuse dan recycle. Data dan informasi diperoleh melalui wawancara langsung terhadap pelaku
usaha material bekas bangunan yang berada di beberapa kota besar di pulau Jawa. Hasil yang
diperoleh adalah jenis material bekas yang banyak digunakan kembali adalah bahan yang terbuat
dari kayu dan besi dengan alasan hasil bongkaran bangunan mengalami kerusakan relatif kecil
pada saat pembongkaran dan dapat digunakan kembali melalui proses perbaikan dan atau
reproduksi. Aspek positif membeli bahan bangunan di pasar loak adalah dapat membeli material
sesuai dengan kebutuhan serta mendukung konservasi sumberdaya alam sedangkan aspek
negatifnya adalah kontinuitas ketersediaan jenis material kurang terjamin.

Kata Kunci: kontruksi berkelanjutan, reuse, material bekas

LATAR BELAKANG lingkungan hidup. Dalam Undang-Undang No.


23 Tahun 1997, pembangunan berkelanjutan
Fenomena pemanasan global yang disebabkan didefinisikan upaya sadar dan terencana, yang
oleh efek gas rumah kaca di Bumi diyakini oleh memadukan lingkungan hidup, termasuk
para peneliti bahwa salah satu penyebabnya sumberdaya, ke dalam proses pembangunan
adalah kegiatan pembangunan. Sebuah gagasan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan,
yang dianggap berpotensi dapat mengurangi dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi
pemanasan global dengan cara menerapkan masa depan. Untuk mencapai pembangunan
konsep pembangunan berkelanjutan. Konsep ini berkelanjutan telah disepakati untuk
mengandung tiga pilar utama yang saling terkait melaksanakan suatu pola pembangunan baru
dan saling menunjang yakni pembangunan yang diterapkan secara global yang dikenal
ekonomi, pembangunan sosial dan pelestarian dengan Environmentally Sound and Sustainable

18
Wulfram, Soemardi, Abduh, Sujarmanto / Kajian Reuse Material Bangunan / JTS, VoL. 12, No. 1, Oktober 2012, hlm 18-27

Development (ESSD). Di Indonesia, ESSD and operating a healty built environment based
dikenal dengan Pembangunan Berkelanjutan on resource efficiency and ecological design
yang Berwawasan Lingkungan (PBBL) yang (Conceil International du Batiment, 1994).
didefinisikan sebagai pembangunan untuk Tujuan dari konstruksi berkelanjutan adalah
memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa menciptakan bangunan berdasarkan disain yang
mengurangi kemampuan generasi mendatang memperhatikan ekologi, menggunakan
untuk memenuhi kebutuhannya. Indonesia sumberdaya alam secara efisien, dan ramah
sebagai negara yang sedang berkembang dan lingkungan selama operasional bangunan. Isu
sedang membangun, telah memiliki cetak biru tentang menipisnya cadangan sumberdaya alam
bagi sektor konstruksi sebagai grand design dan sebagai komponen utama dalam pembangunan
grand strategy yang disebut dengan Konstruksi proyek konstruksi perlu disikapi oleh berbagai
Indonesia 2030. Didalamnya dinyatakan bahwa pihak yang terkait.
konstruksi Indonesia mesti berorientasi untuk
tidak menyumbangkan terhadap kerusakan Secara global, sektor konstruksi mengkonsumsi
lingkungan namun justru menjadi pelopor 50% sumber daya alam, 40% energi, dan 16%
perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan air. Mengingat besarnya konsumsi sumberdaya
seluruh habitat persada Indonesia, yang didiami alam dalam aktivitas konstruksi maka
oleh manusia dan seluruh makluk lainnya diperlukan perencanaan yang baik dalam
secara bersimbiosis mutualisme (LPJKN, pengelolaannya agar tetap memperhatikan
2007). Salah satu agenda yang diusulkan adalah aspek keberlanjutannya (Widjanarko, 2009).
melakukan promosi sustainable construction Terkait dengan penyediaan kebutuhan manusia
untuk penghematan bahan dan pengurangan akan infrastruktur, seluruh aktivitas konstruksi
limbah (bahan sisa) serta kemudahan perlu memperhatikan penghematan sumberdaya
pemeliharaan bangunan pasca konstruksi alam dan mengurangi jumlah limbah dari
(LPJKN, 2007). aktivitas konstruksi. Limbah di Amerika akibat
pembangunan dan pembongkaran jumlahnya
Sustainable construction didefinisikan sebagai lebih dari 135 juta ton dimana 77 juta ton
konstruksi yang memperhatikan aspek diantaranya dihasilkan dari aktivitas komersial
keberlanjutan, yaitu penggunaan sumberdaya (USEPA, 1998). Kurang lebih 40% limbah
alam yang memperhatikan daya dukung dihasilkan dari proses konstruksi dan
lingkungan untuk menghindari terjadinya pembongkaran bangunan. Karakteristik limbah
penurunan kualitas lingkungan. Banyak faktor yang dihasilkan adalah ukurannya besar, berat
yang menjadi penyebabnya, salah satunya dan tidak mudah untuk dibuang baik dengan
adalah tidak efisiennya dalam proses cara dibakar maupun ditimbun (Kulatunga,
konstruksi. Terkait dengan terjadinya 2006). Di Asia, karakteristik limbah yang
keterbatasan kuantitas sumberdaya alam maka dihasilkan adalah berukuran besar dan berat,
perlu dilakukan usaha untuk menghemat yaitu beton bertulang, aspal, kayu, metal,
sumberdaya alam dan bila perlu menggunakan gipsum, dan penutup atap (Nitivattananon V.
material bekas yang masih layak digunakan dan Borongan G., 2007). Besarnya limbah
tanpa mengurangi aspek kekuatan bangunan. konstruksi setiap luasan bangunan adalah 19,5
Sampai dengan saat ini belum banyak informasi kg/m2 akibat aktivitas pembangunan proyek
tentang potensi material bekas sebagai material baru dan akibat pembongkaran bangunan
dalam pembangunan proyek konstruksi. adalah 757 kg/m2 (USEPA, 1998). Di beberapa
proyek, material yang dapat didaur ulang
KAJIAN PUSTAKA seperti kayu, beton, bata merah, metal mencapai
75% dari total limbah. Konstruksi berpengaruh
Implementasi konsep konstruksi berkelanjutan secara signifikan terhadap lingkungan oleh
berbeda di setiap negara bergantung dari karena itu perlu meminimalkan pengaruhnya
kekuatan ekonomi di negara tersebut. Di negara terhadap lingkungan dengan cara
maju, konstruksi berkelanjutan lebih difokuskan mengimplementasikan manajemen lingkungan
pada inovasi teknologi, sedangkan di negara yang didasarkan pada komitmen dan tujuan
yang sedang berkembang masih pada yang terdefinisi secara spesifik (Hendrickson
permasalahan sosial dan ekonomi. Konstruksi dan Horvath, 2000). Untuk mengantisipasi
berkelanjutan didefinisikan sebagai Creating pengaruh aktivitas konstruksi terhadap

19
Wulfram, Soemardi, Abduh, Sujarmanto / Kajian Reuse Material Bangunan / JTS, VoL. 12, No. 1, Oktober 2012, hlm 18-27

lingkungan dapat menerapkan prinsip 3R ulang, dan meminimalkan kebutuhan cetakan


(Reduce, Reuse, Recycle) (Gambar 1). dan sumberdaya alam terutama pengurangan
terjadinya CO2. Menggunakan material sampai
Reuse dapat dibedakan menjadi tiga: (a) habis umur pakainya menjadi prioritas utama
building reuse, (b) component reuse, (c) bagi arsitek dan perencana dalam memillih jenis
material reuse (Saleh T.M., 2009). Reuse material yang akan digunakan. (Chini, A. R.,
sebuah bangunan dapat terjadi manakala 2007).
seluruh bangunan dapat diselamatkan tanpa
proses penghancuran melainkan melalui proses Regulasi Terkait Material Bekas
relokasi dan renovasi. Reuse sebuah bangunan
harus berurusan dengan perencanaan dan disain Regulasi yang berlaku dalam pengelolaan
yang kompleks untuk mendapatkan manfaat material bekas diatur secara regional oleh setiap
maksimal dari aspek lingkungan dan ekonomi. pemerintah daerah berupa peraturan daerah,
Hal ini dapat menghemat pemakaian salah satunya di Makassar. Dalam Peraturan
sumberdaya alam termasuk didalamnya bahan Daerah Kota Makassar, Nomor 2 Tahun 2006,
baku, energi, dan air. Selain itu, reuse bangunan tentang pengaturan perdagangan material
mampu mencegah timbulnya polusi yang bekas yang berasal dari luar kota Makassar.
disebabkan oleh pengambilan material, Dalam peraturan ini ditekankan dalam hal
produksi, transportasi dan mencegah timbulnya perizinan. Pemerintah daerah melaksanakan
limbah padat yang berakhir di tempat pengaturan dan pembinaan kepada pelaku
pembuangan (Saleh T.M., 2009). Reuse usaha kecil menengah yang melakukan
komponen bangunan diutamakan untuk bagian kegiatan usaha memperdagangkan material
interior non struktur, seperti dinding interior, bekas yang berasal dari luar daerah.
pintu, lantai, plafon yang akan digunakan untuk Pengendalian dan pengawasan yang bergerak
hal yang sama atau untuk hal lain sampai habis dalam usaha ini harus mempunyai izin.
umur pakai komponen tersebut. Agar Pemberian izin diberikan kepada orang atau
komponen dapat digunakan kembali perencana badan hukum yang memperdagangkan material
dan arsitek ikut berperan untuk menciptakan bekas yang berasal dari luar daerah. Selain itu,
disain inovatif yang memungkinkan untuk pengendalian dan pengawasan juga dilakukan
dipasang dan dibongkar tanpa mengalami terhadap material bekas yang dimasukkan atau
kerusakan agar dapat dipasang pada bangunan didatangkan dari luar daerah harus sesuai
lain (McGraw-Hill Construction, 2007). Reuse dengan ketentuan peraturan perundang-
material hasil dekonstruksi struktur bangunan undangan yang berlaku. Setiap orang atau
dalam bangunan baru sangat dianjurkan guna badan usaha yang akan mendatangkan atau
mempertahankan nilai ekonomis, mengurangi memasukkan material bekas layak pakai dari
energi yang dibutuhkan dalam proses daur luar daerah harus terlebih dahulu mendapatkan
Meningkatkan akurasi estimasi
dan pemesanan
Mengefisienkan Optimalisasi
pengemasan penggunaan material

R E D U C E
(mengurangi limbah)
Dekonstruksi, merombak
Menerapkan metoda konstruksi
R E U SE yang efisien
(menggunakan kembali) Recycle, bernilai sama
Digunakan kembali dengan produk sebelumnya
sebagai material baru R E C Y C LE
(mendaur ulang)
Upcycle, meningkatkan nilai
jika dibandingkan dengan
produk sebelumnya
Downcycle, menurunkan nilai
jika dibandingkan dengan produk sebelumnya

Gambar 1. Pengelolaan limbah konstruksi

20
Wulfram, Soemardi, Abduh, Sujarmanto / Kajian Reuse Material Bangunan / JTS, VoL. 12, No. 1, Oktober 2012, hlm 18-27

atau memiliki izin dari walikota, kecuali hurufnya tinggi dan tidak sekolah. Sedangkan
material bekas dari luar daerah yang akan jika ditinjau dari aspek ekonomi yang termasuk
dipergunakan untuk keperluan sendiri dan dalam kelompok marginal adalah kelompok
beratnya tidak melebihi 20 kg (dua puluh masyarakat/individu yang pendapatan
kilogram). Besarnya tarif retribusi izin perkapitanya rendah dan termasuk dalam
sebagaimana dimaksud dalam peraturan daerah kategori miskin dimana pendapatannya dibawah
ini adalah Rp. 200,-/kg (dua ratus rupiah pendapatan minimum yang ditetapkan secara
perkilogram). Daerah lain yang mempunyai nasional dan tidak memiliki pekerjaan/
peraturan daerah tentang material bekas adalah menganggur. Dari 234 juta penduduk
Bangka Tengah yaitu Peraturan Daerah Nomor Indonesia, saat ini lebih dari 32 juta (13,68%)
18 Tahun 2008 tentang Retribusi Izin hidup di bawah garis kemiskinan dan sekitar
Pengumpulan dan/atau Pengiriman Logam Tua setengah dari seluruh rumah tangga tetap berada
dan/atau Material Bekas (Lembaran Daerah di sekitar garis kemiskinan nasional yang
Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2008 Nomor ditetapkan sebesar Rp 200.262; per bulan
76). (World Bank, 2010).

DATA TEMUAN

Data dan informasi diperoleh dari daerah Dupak Recycle


Surabaya, Kokrosono dan Barito keduanya di
Semarang, Kentingan Surakarta dan RingRoad Usaha material bekas ini menjadi salah satu
Selatan Yogyakarta. Sumber informasi dalam kontributor dalam mendukung sustainable
kajian ini adalah para penjual material bekas construction, khususnya dalam aspek aktivitas
yang telah bertahun-tahun menekuni bidang ini. daur ulang bahan bangunan bekas pakai. Dalam
Usaha penjualan material bekas ini timbul industri daur ulang, komponen penting yang
secara alamiah yang disebabkan oleh harus ada adalah bahan baku berupa material
mendesaknya kebutuhan ekonomi. Minimnya bekas, apabila bahan baku ini tidak tersedia
pendidikan formal bagi sekelompok masyarakat maka aktivitas produksinya secara otomatis
tertentu memperkecil peluang untuk dapat akan terhenti. Bahan baku ini dapat diperoleh
bekerja sebagai pegawai di sektor formal baik melalui mekanisme yang terbentuk secara
di perusahaan maupun instansi pemerintah. alamiah di masyarakat dimana pemulung
Kelompok masyarakat ini disebut dengan merupakan rantai pertama dalam proses daur
masyarakat marginal. Kriteria kelompok ulang. Adapun mekanisme untuk mendapatkan
marginal ditinjau dari aspek pendidikan adalah bahan baku berupa material bekas sampai pada
kelompok masyarakat yang tingkat buta level industri dapat dilihat pada Gambar 2.

Pemulung
Pengepul Pengepul Pengepul akses
Pemulung Industri
lokal wilayah ke industri
Pemulung

Downcycle Recycle Upcycle

Pedagang besar

Pengecer

Pengguna

Gambar 2. Mekanisme pengadaan bahan baku dalam proses daur ulang

21
Wulfram, Soemardi, Abduh, Sujarmanto / Kajian Reuse Material Bangunan / JTS, VoL. 12, No. 1, Oktober 2012, hlm 18-27

Pengepul dapat dibedakan menjadi pengepul diberikan pinjaman modal untuk digunakan
lokal, pengepul wilayah dan pengepul yang sebagai biaya dalam menjalankan aktivitasnya.
mempunyai akses ke industri. Pengepul adalah Setelah terkumpul material bekas sebagai hasil
pengumpul material bekas yang dihasilkan oleh kerjanya maka pemulung ini diwajibkan
pemulung. Tingkatan tertinggi dari pengepul ini menjual hasilnya kepada orang yang telah
apabila pengepul tersebut mempunyai akses meminjamkan modal tersebut yang dibayar
untuk memasok material bekasnya ke industri dengan cara memotong uang pinjamannya.
yang membutuhkan. Pengepul pada tingkatan Biasanya pemberi pinjaman tersebut juga
ini mempunyai pendapatan yang lebih besar memberikan fasilitas tempat pemondokan di
bila dibandingkan dengan pengepul-pengepul lokasi penampungan material bekas bagi
yang memasoknya. Pengepul material bekas segenap pemulung yang bekerja kepadanya.
bangunan banyak dijumpai di beberapa kota Disadari atau tidak profesi pemulung ini adalah
besar diantaranya adalah Surabaya di daerah mata rantai pertama dalam industri daur ulang
Dupak, Semarang di Jalan Kokrosono dan (recycle). Dalam industri daur ulang, komponen
Barito, beberapa lokasi di Surakarta, di penting yang harus ada adalah bahan baku,
Yogyakarta dapat dijumpai di jalan lingkar apabila bahan baku ini tidak tersedia maka
utara dan selatan. Berdasarkan wawancara ter- aktivitas produksinya secara otomatis akan
hadap beberapa pengepul material bekas, untuk terhenti. Bahan baku ini dapat diperoleh melalui
membuka usaha ini syarat utamanya adalah mekanisme yang terbentuk secara alamiah di
tersedianya lahan yang cukup luas agar dapat masyarakat dimana pemulung merupakan
menampung bongkaran bangunan sebanyak ujungnya. Dari beberapa wawancara dapat
mungkin. Pertimbangan utamanya adalah agar digambarkan pola/mekanisme bahan baku
dapat melayani pembeli secara maksimal sesuai berupa material bekas ini dapat sampai pada
dengan apa yang dibutuhkan. Hal ini penting level industri.
karena semakin luas lahan maka semakin
mudah untuk memasang semua material bekas Lelang pembongkaran bangunan.
berupa komponen bangunan sehingga mudah
ditemukan. Terkadang karena sempitnya lahan Aspek penting dalam proses lelang adalah
material yang dibutuhkan oleh pembeli tidak adanya kompetisi antar peserta lelang, oleh
ditemukan padahal ada dan tertumpuk oleh ma- sebab itu peserta lelang harus mempunyai batas
terial bekas lainnya dan hal ini mengakibatkan atas nilai kontrak pembongkaran bangunan.
kerugian bagi pemilik material bekas. Untuk Agar dapat mengikuti lelang diperlukan
memperoleh pasokan material bekas, pengepul persyaratan tertentu sesuai dengan keinginan
dapat memperoleh melalui beberapa cara pemilik bangunan. Beberapa persyaratan lelang
sebagai berikut: (a) mendapatkan pasokan dari antara lain adalah: (a) ditetapkan waktu untuk
pemulung, (b) lelang pembongkaran bangunan, melihat material; (b) peserta mengajukan
(c) membeli bongkaran bangunan. Dari ketiga penawaran lelang sesuai dengan blangko yang
cara tersebut mempunyai aspek positif dan ditetapkan; (c) peserta wajib mengajukan
negatif masing-masing. penawaran secara tertulis dalam amplop
tertutup minimal sesuai harga limit, jika tidak
Pemulung maka peserta akan dinyatakan gugur; (d) surat
penawaran dilampiri foto kopi identitas
Orang yang memungut material bekas untuk dikirimkan kepada panitia lelang; (e) peserta
dijual kembali guna memperoleh penghasilan, lelang atau kuasanya wajib hadir saat
meskipun sebagian besar orang beranggapan pelaksanaan lelang; (f) pemenang lelang
bahwa profesi ini merupakan ancaman terhadap dikenakan bea lelang sebesar 1% sesuai dengan
keamanan di kampung dimana penduduk ketentuan yang berlaku; (g) pemenang lelang
tinggal. Oleh karena itu profesi ini sering tidak diperkenankan mengalihkan hak,
dikonotasikan negatif. Pemulung dapat kewajiban dan tanggung jawab ke pihak lain
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: (a) tanpa persetujuan panitia lelang.
kelompok pertama adalah pemulung lepas yaitu
pemulung yang bekerja secara mandiri, (b) Selain persyaratan lelang seperti tersebut diatas,
kelompok kedua adalah pemulung yang bekerja juga diatur beberapa hal sebagai berikut: (a)
untuk seseorang. Dalam hal ini pemulung jangka waktu pembongkaran bangunan, (b)

22
Wulfram, Soemardi, Abduh, Sujarmanto / Kajian Reuse Material Bangunan / JTS, VoL. 12, No. 1, Oktober 2012, hlm 18-27

adanya ketetapan untuk membuang seluruh dilanjutkan. Komparasi dalam mendapatkan


bongkaran dari lokasi maksimal dalam jangka pasokan material bekas berdasarkan tiga cara
waktu tertentu, (c) ketentuan tidak tersebut diatas seperti dalam Tabel 1.
menggunakan cara tertentu yang dapat
membahayakan lingkungan sekitarnya, dan lain Reuse Dan Recycle Material Bekas
sebagainya sesuai dengan lokalitas setempat.
Setelah pengepul mendapatkan berbagai jenis
Untuk menghitung nilai bongkaran bangunan material bekas selanjutnya dilakukan pemilahan
yang dilelangkan peserta lelang harus telah setiap jenis material bekas bangunan untuk
menghitung secara rinci nilai komponen mate- dikelola sesuai dengan fungsi material agar
rial bekas yang dapat manfaatkan dengan cara dapat dijual sesuai dengan rencana tahap awal
melakukan kuantifikasi terhadap semua kom- Tabel 2.
ponen bangunan, antara lain volume material
kayu, perkiraan berat besi, jumlah kloset, jum- PVC
lah washtafel, jumlah urinal, jumlah kran air,
volume kaca, jumlah lampu, panjang kabel, dan Instalasi air bersih maupun air kotor umumnya
material lain yang dapat dimanfaatkan. Dalam digunakan material PVC selain besi. Cara
lelang bongkaran bangunan peserta lelang harus membongkar pipa ini tidak banyak menemui
telah mengetahui dengan pasti material bekas hambatan mengingat cara pemasangannya
bangunan tersebut akan digunakan dan apabila hanya menggunakan klem. Di pasar material
akan dijual maka harus diketahui dengan pasti bekas material ini banyak ditemukan dengan
harga satuan setiap material bekas bongkaran kondisi yang bervariasi dalam ukuran
tersebut. Hal ini untuk menghindari terjadinya panjangnya. Hal tersulit dalam membongkar
kerugian akibat tidak terdistribusinya seluruh pipa PC adalah jika sambungan antar pipa
material bekas tersebut. menggunakan lem kontak yang pada umumnya
sangat kuat sehingga pipa harus dipotong. Oleh
Membeli bongkaran bangunan. sebab itu jarang ditemui pipa PVC dalam
ukuran panjang yang utuh sesuai dengan
Berbeda dengan lelang, dalam membeli panjang aslinya.
bongkaran bangunan tidak terjadi kompetisi.
Pengepul biasanya mendapatkan tawaran secara Penutup Atap
personal dari pemilik bangunan yang akan
dibongkar. Jika pengepul berminat dengan Sebagai penutup atap bangunan, genteng baik
bongkaran bangunan tersebut akan dilanjutkan yang terbuat dari beton maupun tanah liat pada
dengan melihat secara detil dan melakukan umumnya masih dapat digunakan kembali. Hal
kuantifikasi terhadap berbagai jenis komponen ini disebabkan karena kemudahan dalam
bangunan yang masih dapat digunakan. Selan- membongkar penutup atap tanpa mengalami
jutnya adalah melakukan tawar menawar harga kerusakan yang berarti. Harga di pasar material
bongkaran bangunan tersebut dan jika terjadi bekas adalah ± Rp. 600; per buah. Penutup atap
kesepakatan maka proses pembongkaran dapat lainnya adalah material asbes dan seng.

Tabel 1. Komparasi Sistem Pasokan


Lelang Beli
Aspek Dipertimbangkan Dipasok Pemulung
Bongkaran Bongkaran
Tidak
Aspek legalitas Tidak diperlukan Diperlukan
diperlukan
Harga material bekas Relatif lebih murah Tidak tentu Tidak tentu
Tergantung tersedianya material Relatif lebih Relatif lebih
Kualitas material bekas baik baik
dari pemulung
Kemudahan mendapatkan
Lebih mudah Relatif Relatif
material bekas
Relatif konstan untuk material
Kontinuitas Tidak tentu Tidak tentu
tertentu

23
Wulfram, Soemardi, Abduh, Sujarmanto / Kajian Reuse Material Bangunan / JTS, VoL. 12, No. 1, Oktober 2012, hlm 18-27

Tabel 2. Jenis Material Bekas dan Potensi Pemanfaatannya


Jenis material bekas bangunan di pasaran Reuse Recycle
PVC 
Asbes gelombang 
Penutup atap Genteng 
Seng  
Floor drain  
Washtafel 
Urinal 
Sanitary fixtures
Kran air  
Reproduksi 
Kloset
Cacat produk 
Kusen
Reproduksi 
bekas

Kolektor 
Kusen
Kayu Makelar 
antik
Penjual 
Balok kayu berbagai ukuran 
Multipleks 
Tulangan  
Besi
Pipa  
Ubin 
Penutup lantai
Keramik 
Handel pintu  
Engsel pintu  
Gipsum  
Kaca  
Lain-lain Tandon air  
Stop kontak 
Saklar 
Kabel listrik 

Catatan: diolah dari berbagai sumber melalui wawancara

Sanitary Fixtures Kayu

Merupakan komponen yang termasuk dalam Sebagai material penting dalam sebuah
arsitektural sebuah bangunan, antara lain: bangunan, kayu digunakan untuk: bagian atap
kloset, washtafel, urinal, kran air, Di pasar berupa kuda-kuda, rangka penutup atap, rangka
material bekas komponen yang tersedia adalah plafon, kusen, daun pintu dan jendela, lisplang.
kloset jongkok maupun duduk, washtafel, kran Besarnya anggaran pembelian kayu dalam
air. Kloset bekas pakai dapat diperoleh di pasar sebuah bangunan berkisar antara 10% s/d 15%
material bekas seperti yang berada di Jl. dari anggaran total bangunan. Terkait dengan
Kokrosono Semarang. Harga kloset jongkok pengadaan kayu ini khususnya yang tersedia di
bekas adalah ± Rp.90.000 sedangkan kloset pasar material bekas adalah kusen pintu, kusen
duduk adalah ± Rp. 350.000. Selain material jendela, daun pintu, dan daun jendela.
bekas juga tersedia kloset baru namun terdapat
cacat dalam proses produksinya, untuk jenis ini Kusen-kusen bekas bongkaran bangunan berupa
harga per buahnya adalah ± Rp.100.000. gawang pintu, jendela, daun pintu, daun
jendela, angin-angin, dan lainnya dapat
dipisahkan berdasarkan kusen antik dan kusen

24
Wulfram, Soemardi, Abduh, Sujarmanto / Kajian Reuse Material Bangunan / JTS, VoL. 12, No. 1, Oktober 2012, hlm 18-27

yang tidak bernilai antik atau kusen biasa. Untuk daun jendela kayu jati dengan ukuran 60
Kusen-kusen biasa dibedakan menjadi kusen x 150 cm harga setiap daun jendela adalah Rp.
yang siap untuk dijual tanpa melakukan 450.000; sedangkan selain kayu jati Rp.
perbaikan dan kusen yang perlu direproduksi 300.000.
terlebih dahulu sebelum dijual atau untuk
melayani pemesanan pelanggan. Besi

Penyimpanan kusen-kusen bekas bongkaran Komponen besi dalam bangunan terdiri dari
bangunan tersebut diletakkan begitu saja di besi untuk kebutuhan tulangan dalam beton
lapangan terbuka. Pada umumnya kayu kusen bertulang, pipa besi untuk instalasi air bersih
tersebut telah berumur cukup lama sehingga dan kotor, besi siku untuk keperluan
pengaruh kembang susut kayu tidak menjadi penggantung dalam instalasi litrik dan
persoalan. keperluan lainnya. Kebutuhan besi dalam
bangunan berkisar antara 0,5% s/d 1% dari
Kusen bekas dapat dikelola melalui dua cara, anggaran total bangunan.
cara pertama, kusen tersebut dapat langsung
dijual tanpa dilakukan perbaikan sedangkan Besi yang tersedia di pasar material bekas
cara kedua, kusen direproduksi terlebih dahulu adalah pipa besi dalam berbagai ukuran
disesuaikan dengan pesanan pembeli. Untuk diamater maupun panjang dan besi untuk
kebutuhan kayu dalam aktivitas reproduksi keperluan tulangan dalam membentuk
dapat digunakan kayu bekas kusen lain yang komponen bangunan beton bertulang. Pada
masih dapat dimanfaatkan. umumnya besi tulangan yang diperoleh dari
hasil membongkar bangunan bervariasi dalam
Kusen hasil reproduksi ini dijual berdasarkan hal dimensi dan panjangnya, hal ini tergantung
perhitungan harga per meter panjang dengan pada dimensi komponen beton bertulang yang
ukuran tertentu. Untuk kusen kayu Jati bekas dibongkar. Untuk pemanfaatan kembali besi
dengan ukuran 6/12 cm (0,0072 m3) yang tulangan ini, pertama dipisahkan antara besi
telah direproduksi dapat dijual dengan harga ± dengan agregat betonnya selanjutnya besi
Rp. 125.000/ meter panjang ( Rp. 17.361.111/ tulangan yang sudah tidak lurus lagi ini
m3). diluruskan dengan cara dipukul menggunakan
alat sederhana berupa palu besi secara perlahan
Jika dibandingkan dengan kusen baru dimana sepanjang besi tulangan sampai pada tingkat
harga kayu Jati kelas terbaik adalah kelurusan yang maksimal. Harga jual dari besi
Rp.15.000.000/m3 maka harga kusen bekas tulangan bekas ini ± 70% dari harga besi
masih lebih murah ± 20%. Sedangkan untuk tulangan baru.
kayu kalimantan harga jualnya adalah ± Rp.
65.000/ meter panjang (Rp.9.027.777/ m3). Penutup Lantai
Berbeda untuk daun pintu jati panel dengan
lebar 82 cm, tinggi 210 cm dan tebal ± 4 cm Penutup lantai yang terdapat di pasar material
harga per buahnya adalah ± Rp. 1.500.000 bekas adalah ubin sedangkan keramik jarang
(Rp. 21.777.700/ m3), sedangkan untuk kayu dijumpai dikarenakan tingkat kesulitan dalam
bangkirai dengan ukuran sama seharga ± Rp. membongkar secara utuh. Dalam membongkar
3
800.000 (Rp. 11.614.401/ m ). ubinpun juga akan menemui kesulitan jika spesi
yang digunakan untuk perekatnya
menggunakan campuran semen dan pasir,
namun jika menggunakan material kapur
sebagai perekatnya posibilitas untuk dilepas
dalam keadaan utuh masih ada dan dapat
digunakan kembali.

25
Wulfram, Soemardi, Abduh, Sujarmanto / Kajian Reuse Material Bangunan / JTS, VoL. 12, No. 1, Oktober 2012, hlm 18-27

Komparasi Membeli Material Bekas dan Material Baru

Tabel 3. Komparasi pembelian material di material bekas dengan toko bangunan


Aspek
Toko Material Bekas Toko Bangunan
Dipertimbangkan
Konservasi
Mendukung konservasi -
sumberdaya alam
Tidak terjamin selalu ada, tergantung Lebih terjamin
Ketersediaan material
hasil bongkaran bangunan
Relatif lebih murah karena material
Harga material Relatif lebih mahal
bekas
Kualitas untuk material tertentu dapat
lebih tinggi (misalnya reproduksi kusen
Sesuai kualitas pabrik
Kualitas kayu jati), sedangkan material yang
pembuatnya
tidak mengalami reproduksi lebih
rendah.
Relatif lebih sulit mengingat
penyimpanan di lokasi kurang
Cara mendapatkan Mudah
terstruktur dan jumlah penjual material
bekas relatif lebih sedikit
Harus membeli dalam
Dimungkinkan membeli material
satuan yang ditetapkan
Fleksibilitas dalam ukuran/jumlah yang dibutuhkan
(misalnya pipa harus
(misalnya pipa besi 1 m panjang)
membeli 1 batang)
Tergantung ada tidaknya bongkaran Tergantung proses
Keberlanjutan produksi oleh pabrikan
bangunan

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari Chini, A. R., 2007, General Issues of
kajian ini adalah: (1) Sebagian besar material Construction Materials Recycling in the
bekas bangunan masih mempunyai value USA, Conceil International du Batiment,
(moneter dan lingkungan) setelah melalui 1994.
proses perbaikan atau reproduksi. Harga di Hendrickson, C dan Horvath, A 2000, Resource
pasaran untuk sebuah kusen reproduksi yang use and environmental emissions of U.S.
terbuat dari kayu jati cenderung lebih murah construction sectors, Journal Construction
dengan kualitas kayu yang lebih baik mengingat Engineering Management., 126 (1), hh.
kayu yang digunakan adalah kayu yang cukup 38-44.
umur, (2) Komponen material bekas dari Kulatanga, U., Amaratunga, D., Haigh, R. and
material besi dapat dimanfaatkan sebagai bahan Rameezden, R. 2006, Attitudes and
baku untuk proses daur ulang. Khusus untuk perceptions of construction workforce on
besi tulangan, selain sebagai bahan baku daur construction waste in Sri Lanka.
ulang dapat digunakan kembali (reuse), (3) Management of Environmental Quality: An
Manfaat dari eksistensi pasar material bekas International Journal. Emerald Group
adalah: (a) mendukung konservasi sumberdaya Publishing Ltd., United Kingdom. Vol. 17,
alam; (b) harga material relatif lebih murah; (c) No. 1, pp. 57-72.
fleksibiltas dalam memenuhi kebutuhan McGraw-Hill Construction, 2007, Greening of
pengguna. Corporate America, SmartMarket Report.

26
Wulfram, Soemardi, Abduh, Sujarmanto / Kajian Reuse Material Bangunan / JTS, VoL. 12, No. 1, Oktober 2012, hlm 18-27

Nitivattananon, V. dan Borongan, G. 2007, Undang Undang Nomor 23 Tahun 1997


Construction and Demolition Waste Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Management: Current Practices in Asia , United States Environmental Protection
Proceedings of the International Agency, 1998.
Conference on Sustainable Solid Waste Widjanarko, A 2009, Bangunan dan Konstruksi
Management, 5 - 7 September 2007, Hijau’, dokumen dipresentasikan di
Chennai, India. pp.97-104. Seminar Nasional Teknik Sipil V-2009,
Peraturan Daerah Kota Makassar, Nomor 2 Surabaya, 11 Pebruari.
Tahun 2006, tentang Pengaturan www.epa.gov
Perdagangan Material Bekas Layak Pakai. www.worldbank.org
Saleh T.M., 2009, Building Green Via Design
For Deconstruction And Adaptive Reuse,
University of Florida.

27

You might also like