You are on page 1of 7

JURNAL HUTAN LESTARI (2018)

Vol. 6 (1) : 158 - 164

KEANEKARAGAMAN JENIS JAMUR MAKROSKOPIS DAN KARAKTER


TEMPAT TUMBUHNYA PADA HUTAN RAWA GAMBUT SEKUNDER DI
DESA KUALA DUA KABUPATEN KUBU RAYA KALIMANTAN BARAT

(Species Diversity of Macroscophic Mushroom and Site Character in Secondary Peatland


Forest in Desa Kuala Dua Kabupaten Kubu Raya West Kalimantan)

Juliati Indah Setiorini P, Dwi Astiani, Hanna Artuti E.


Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Pontianak. Jl. Daya Nasional Pontianak 78124
Email: juliati.pakpahan@yahoo.com

Abstract
The research aimed to describe species diversity of macroscopic mushroom and characteristic
of growth on closed, medium and open canopy covered in secondary peatland forest in Kuala
Dua village Kabupaten Kubu Raya, West Kalimantan. This research was complished by using
purposive sampling technique that was purposively placed at located which found macroscopic
mushrooms. The number of plots made was 4 plots in each canopy cover with 5 m x 5 m size.
The resulted of the studied found 29 species of macroscopic fungi from 2 divisions and 19
families spread over 3 canopy cover classed. The typed of mushrooms is commonly found in the
closed canopy covered is Mycena clavicularis which lives on the litter, while on the medium
canopy covered is being found Coltricia parennis that live on dead wood and on the open
canopy covered is found Hymenochaete rubiginosa that live on dead wood. Macroscopic
mushrooms were found as many as 22 species on dead wood, 1 species on the forest floor and 6
species found on the litter. Viewed from their usefulness, macroscopic mushroom was found 1
type belonging to ektomikoriza, 6 types can be consumed, 3 kinds can be made as souvenir and
19 species was decomposer.

Keyword: canopy cover, macroscopic mushroom, secondary peat swamp forest

PENDAHULUAN satunya keanekaragaman jamur


Hutan hujan tropika atau sering makroskopis (Juminarti, 2011).
juga disebut sebagai hutan hujan tropis Menurut Santosa et al. (2013),
adalah bioma berupa hutan yang selalu jamur (istilah umum untuk “makro
basah atau lembap yang dapat ditemui fungi”) merupakan salah satu sumber
di wilayah sekitar khatulistiwa. Hutan kekayaan hayati di hutan tropis
ini merupakan suatu hutan tropis yang Indonesia. Umumnya jamur dapat hidup
sangat kaya akan jenis vegetasi. Ada pada pH kurang dari 7 dan bersifat
banyak tumbuhan dari tingkat pohon, patogen. Suarnadwipa dan Hendra
perdu bahkan sampai tumbuhan tingkat (2008) mengatakan bahwa jamur dapat
bawah seperti lumut dan jamur terdapat tumbuh pada tanah yang lembap,
di hutan tropis yang ada di Indonesia. memiliki kondisi tajuk yang rapat (70%
Tingginya curah hujan dan mendapat - 95%) serta suhu yang rendah (20oC -
paparan sinar matahari sepanjang tahun 26oC) dan kelembapan yang tinggi,
menjadikan hutan Indonesia kaya akan pohon yang sudah lapuk dan beberapa
spesies yang beranekaragam salah

158
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (1) : 158 - 164

jamur ada yang hidup dan berkembang Desa Kuala Dua kecamatan Sungai
pada batang kayu yang masih hidup dan Raya kabupaten Kubu Raya merupakan
memiliki tubuh buah. Tubuh buah jamur salah satu wilayah yang memiliki hutan
merupakan indikator penting dalam rawa gambut sekunder dan masih
mengidentifikasi jenis-jenis jamur yang terdapat jamur yang belum
ditemukan (Muniarti, 2010). teridentifikasi jenis dan habitat tempat
Jamur memiliki fungsi yang tumbuhnya. Selain itu kondisi tutupan
beranekaragam. Beberapa jenis jamur tajuk yang berbeda dan cuaca yang
dapat dikonsumsi dan dijadikan sebagai akhir-akhir ini tidak stabil dapat saja
obat. Namun ada juga jenis-jenis mempengaruhi jumlah pertumbuhan
tertentu mengandung racun yang sangat jamur serta belum adanya penelitian
berbahaya dan jika dikonsumsi dapat tentang keanekaragaman jenis jamur
menyebabkan kematian (Muniarti, makroskopis dan karakter tempat
2010). Jamur memiliki peran penting tumbuhnya pada hutan rawa gambut
dalam siklus biogeo-kimia tanah, siklus sekunder tersebut.
hara, dekomposer, jamur simbiont pada METODE PENELITIAN
tanaman yang bersifat saling Penelitian dilakukan pada bulan
menguntungkan, atau bersifat April 2017 di hutan rawa gambut
merugikan sebagai parasit bagi hewan sekunder dengan luas areal 9 Ha di desa
dan tumbuhan. Selain peran penting Kuala Dua Kabupaten Kubu Raya
tersebut, jamur memiliki nilai ekonomi Provinsi Kalimantan Barat. Alat dan
sebagai agen biokontrol dan produser bahan yang digunakan dalam penelitian
bagi farmasi dan industri lain, misalnya ini adalah tally sheet, tali rapia, GPS,
industri pangan dan fermentasi densiometer, pH meter, ATK, peta
Suarnadwipa dan Hendra (2008). lokasi penelitian, kamera, kompas, buku
Pada hutan dataran rendah, identifikasi jamur, meteran,
populasi jamur biasanya didominasi termohygrometer, parang, lup/ kaca
oleh famili Polyporaceae, yang sebagian pembesar, lux meter, sarung tangan,
besar tumbuh pada substrat kayu lapuk pinset, botol/wadah dan alkohol 70%.
atau mati (Syafrizal, 2014). Pada Pengamatan dilakukan pada 3 kelas
wilayah dataran tinggi dengan tutupan tutupan tajuk yaitu tutupan tajuk
tajuk yang beragam, banyak ditemukan terbuka, sedang dan tertutup.
jenis jamur dari kelompok Ascomycota Pengamatan dilakukan dengan
dan kelompok Basidiomycota. menggunakan petak ganda sebanyak 4
Kelompok ini memiliki kemampuan petak dengan ukuran masing-masing
adaptasi yang baik terhadap lingkungan petak 5 m x 5 m yang diletakkan pada
pegunungan yang ekstrim (Tampubolon masing-masing tutupan tajuk.
et al., 2012). Perubahan cuaca yang Peletakkan petak pertama dengan
tidak stabil dapat mempengaruhi metode purposive sampling dimana
pertumbuhan jamur makroskopis.

159
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (1) : 158 - 164

daerah yang banyak ditemukan jamur bentuk dan ukuran tubuh, tempat
akan diletakkan petak contohnya. tumbuh, cincin dan volva.
Jamur yang ditemukan di areal Analisis data yang digunakan
pengamatan, pertama-tama diambil dalam penelitian ini adalah Indeks Nilai
gambarnya disertai skala pengukuran, Penting (INP), Indeks dominansi (C),
selanjutnya dicatat jumlah individu Indeks keanekaragaman jenis (H’),
spesies pada setiap plot, data Indeks kelimpahan jenis (e), Indeks
penampakan fisik dan habitat tempat kekayaan jenis (d), Indeks Morisita (Id),
ditemukannya jamur, misalnya di Indeks Sorrensen (IS).
serasah, kayu lapuk, pohon hidup, HASIL DAN PEMBAHASAN
kotoran hewan atau jamur yang telah Hasil penelitian ditemukan 29 jenis
membusuk.Jika memungkinkan, objek jamur makroskopis yang terdiri dari dari
langsung diidentifikasi di lapangan, dan 10 ordo, 19 famili (Tabel 1). Jamur
jika tidak maka objek harus dikoleksi. makroskopis yang banyak ditemukan
Pengkoleksian dilakukan terhadap adalah famili Polyporaceae sebanyak 5
spesies jamur yang telah teridentifikasi jenis, diikuti oleh famili Agaricaceae
di lapangan, guna pengamatan lebih dan Marasmeaceae sebanyak 3 jenis
lanjut. Untuk pengkoleksian, sampel dengan jumlah individu sebanyak 798
jamur diambil dengan hati-hati, individu dan tersebar pada tiga tutupan
terutama yang mempunyai tubuh buah tajuk. Hal ini sesuai dengan penelitian
lunak, agar diperoleh tubuh buah yang Muniarti (2010) di hutan rawa gambut
utuh, kemudian dimasukkan ke dalam Desa Kuala Dua ditemukan kelompok
toples kecil dan diberi larutan alkohol jamur yang memiliki keanekaragaman
70%, diberi label, dan diletakkan di cukup tinggi berasal dari famili
dalam kantung plastik besar dengan Poliporaceae.
susunan jamur makroskopis yang lebih Jamur makroskopis banyak
keras dan berat pada posisi paling ditemukan pada tutupan tajuk rapat
bawah. Identifikasi jamur dilakukan dibandingkan dengan tutupan tajuk
secara langsung dengan bantuan buku sedang dan tutupan tajuk terbuka. Hal
identifikasi Mushrooms of North ini sesuai dengan pernyataan Putir et al.
America (Philips, 1991) dan (2008) yang mengatakan bahwa
Smithsonian Handbooks Mushrooms ketersediaan air pada substrat dan
(Lǣssǿe dan Lincoff, 2002) yang meliputi kelembapan udara menjadi tempat yang
kenampakan tubuh seperti warna, cocok untuk pertumbuhan jamur
makroskopis.

160
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (1) : 158 - 164

Tabel 1. Jenis jamur makroskopis pada hutan rawa gambut sekunder di desa
Kuala Dua kabupaten Kubu Raya (Type of macroscopic fungus in
secondary peat swamp forest in Kuala Dua village of Kubu Raya district)
Tutupan tajuk
No. Ordo Famili Spesies Habitat
Rapat Sedang Terbuka
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Agaricales Marasmiaceae Marasmius scorodonius + - - Serasah
Crepidotaceae Crepidotus variabilis + - - Serasah
Mycenaceaea Mycena clavicularis + - - Serasah
Agaricaceae Agaricus bisporus + - - Kayu mati
Lepiota cristata - + - Kayu mati
Mycenaceae Mycena leaiani - + - Kayu mati
Marasmiaceae Marasmielus ramealis - + - Kayu mati
Lentinus tigrinus - - + Kayu mati
Tricolomataceae Clytocibe nebularis - - + Serasah
Agaricaceae Coprinus cinnereus - - + Kayu mati
Tricolomataceae Cystoderma amianthium - - + Kayu mati
2 Auriculariles Auriculariceae Auricularia judea - + - Kayu mati
Exidia glandulosa + - - Kayu mati
3 Boletales Sclerodermateceae Scleroderma areolatum + - - Lantai hutan
4 Gaestrales Gaestraceae Gaestrum minimum + - - Kayu mati
5 Hymenochaetales Hymenochaetaceae Coltricia perennis + + - Kayu mati
Hymenochaeta rubiginosa - - + Kayu mati
6 Pezizales Sarcoscyphaceae Cookeina tricloma + - - Serasah
7 Polyporales Polyporaceae Tremetes gibbosa + - - Kayu mati
Microphorus xanthopus + - - Kayu mati
Polyporus archularis + - + Kayu mati
Kayu mati
Pycnoporus cinnabarinus - +
Tyomices merulinus + - - Serasah
Meruliaceae Cymatoderma elegans - - Kayu mati
8 Russulales Stereaceae Stereum insignutum + - - Kayu mati
Hericiaceae Hericium corralloides - + - Kayu mati
Bondarzewiaceae Heterobasidion annosum - + - Kayu mati
9 Thelephorales Theloporaceae Thelephora terrestis + - - Ranting mati
10 Tremelales Tremellaceae Tremella reticula + - - Kayu mati
Sumber: Analisis Data 2017

Tabel 2. Rekapitulasi indeks dominansi (C), indeks keanekaragaman jenis (H’),


indeks kelimpahan jenis (e) dan indeks kekayaan jenis (d) jamur
makroskopis di hutan rawa gambut sekunder di desa Kuala Dua pada
tutupan tajuk rapat, tutupan tajuk sedang dan tutupan tajuk terbuka
(Recapitulation of dominance index (C), species diversity index (H '),
species abundance index (e) and species richness index (d) macroscopic
mushroom in secondary peatland forest in Kuala Dua village on canopy
closed, medium and open canopy covered).
No Tutupan Tajuk C H’ e d
1 Tutupan Tajuk Rapat 0,1013 1,08 0,8848 6,35
2 Tutupan Tajuk Sedang 0,2099 0,7153 0,7921 2,8376
3 Tutupan Tajuk Terbuka 0,2592 0,674 0,7932 2,6749
Sumber: Analisis data 2017

161
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (1) : 158 - 164

Tabel 3. Pemanfaatan jamur makroskopis pada hutan rawa gambut di desa Kuala
Dua kabupaten Kubu Raya (Utilization of macroscopic fungi in peat
swamp forest in Kuala Dua village of Kubu Raya district)
Pemanfaatan
No Nama Jenis
Edible Non Edible Ektomikoriza Dekomposer
1 C. trickoloma √ - - √
2 M. scorodonius - √ - √
3 S. areolatum - √ √ -
4 T. merulinus - - - √
5 C. variabilis - √ - √
6 M. clavicularis - √ - √
7 T. reticulata - √ - √
8 T. terrestris - √ - √
9 A. bisporus √ - - √
10 T. gibbosa - √ - √
11 E. glandolusa √ - - √
12 G. minimum - √ - √
13 C. perennis - √ - √
14 M. xanthopus - √ - √
15 P. arcularius - √ - √
16 S. insignutum - √ - √
17 C. elegans - √ - √
18 A. auricula √ - - √
19 L. cristata - - - √
20 M. leaiana - √ - √
21 H. coralloides √ - - √
22 H. annosum - √ - √
23 M. remelalis - √ - √
24 L. tigrinus - √ - √
25 P. cinnabarinus - √ - √
26 C. nebularis - √ - √
27 C. cinereus √ - - √
28 H. rubiginosa - √ - √
29 C. amianthium - √ - √
Sumber: Analisis Data 2017
Pada hutan rawa gambut sekunder di ini sesuai dengan pernyataan Juminarti
desa Kuala Dua kabupaten Kubu Raya (2011) bahwa jenis jamur ini hidup pada
ditemukan 1 jenis jamur makroskopis tempat yang memiliki banyak kayu
yang dapat hidup pada dua tutupan tajuk mati.Jamur makrokopis yang ditemukan
yaitu C. parennis (tutupan tajuk tertutup hidup pada rerata suhu 26,25oC, rerata
dan tutupan tajuk sedang) dan P. arcularis kelembapan udara 88,91% dan rerata
(tutupan tajuk tertutup dan tutupan tajuk intensitas cahaya 709,3 lux. Hal ini sesuai
terbuka). Ini menunjukkan bahwa kedua dengan pernyataan Gandjar (2006) yang
jenis jamur tersebut dapat hidup pada dua mengatakan bahwa jamur makroskopis
kondisi tempat tumbuh yang berbeda. Hal

162
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (1) : 158 - 164

hidup pada suhu 25-30oC dan kelembapan 1. Ditemukan 29 jenis dari 19 famili yang
udara 80-90%. berbeda pada tutupan tajuk yang
Pemanfaatan jamur makroskopis yang tersebar pada 3 kelas tutupan tajuk.
ditemukan pada hutan rawa gambut Jenis jamur makroskopis yang
sekunder di desa Kuala Dua kabupaten ditemukan pada tutupan tajuk rapat
Kubu Raya (Tabel 2). Jamur yangg sebanyak 17 jenis, sedangkan pada
ditemukan dapat dijadikan sebagai sumber tutupan tajuk sedang dan tutupan tajuk
makanan seperti A. auricula atau lebih terbuka ditemukan masing-masing 7
dikenal dengan istilah jamur kuping. jenis.
Dalam keadaan kering jamur kuping tahan 2. Semua jamur makroskopis hidup pada
disimpan dalam jangka waktu lama. Jamur serasah yang berada di lantai hutan,
kuping yang sudah dikeringkan menjadi ranting mati dan kayu mati dengan
sangat mengerut dan harus direndam di suhu 20-34oC (rerata 26,25oC),
dalam air sebelum dimakan. Jamur kuping kelembapan udara berkisar 80-95oC
biasanya digunakan untuk campuran sop, (rerata 88,91%) dan intensitas cahaya
di Indonesia lebih dikenal dengan nama 280-1400 lux (rerata 709,3 Lux).
sop kimlo. Selain untuk dikonsumsi 3. Jenis jamur makroskopis yang
sebagai makanan, jamur kuping juga ditemukan pada hutan rawa gambut
berkhasiat sebagai obat, yaitu lendir yang sekunder di desa Kuala Dua kabupaten
terdapat ketika jamur direndam dapat Kubu Raya dapat dimanfaatkan sebagai
menjadi penawar racun atau senyawa ektomikoriza (1 jenis), dikonsumsi (6
toksik yang berasal dari sisa/residu jenis), souvenir (3 jenis) dan tergolong
pestisida, deterjen ataupun mengandung ke dalam jamur saprofit.
logam berat yang membahayakan UCAPAN TERIMAKASIH
(Suriawiria, 2000). Pemanfaatan lain dari Penulis ucapkan banyak terima kasih
jamur makroskopis adalah ditemukannya kepada bu Dwi Astiani dan bu Hanna
jenis yang dapat dijadikan sebagai Artuti atas saran dan masukan untuk
souvenir seperti M. Xanthopus. Jamur ini perbaikan manuskrip. Penulis juga
tidak perlu diawetkan karena memiliki mengucapkan banyak terima kasih kepada
tubuh buah yang keras sehingga tidak akan teman-teman tim di lapangan yakni Bang
rusak dalam jangka waktu yang lama Mujiman, Bang Adi, Hengky, Pasdo,
(Muniarti, 2010). Selain itu juga Yopa, Monica, Yonatan dan Priskila yang
ditemukan jenis jamur S. areolatum yang telah banyak membantu selama penelitian
memiliki fungsi ekologis sebagai di lapangan.
ektomikoriza dan berasosiasi dengan
tumbuhan hutan (Ortega et al., 2004). DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN Gandjar, I., Wellyzar, S., Ariyanti, O.
Berdasarkan hasil penelitian dapat 2006. Mikologi Dasar dan Terapan.
disimpulkan bahwa: Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

163
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (1) : 158 - 164

Juminarti, L. 2011. Keanekaragaman Tangale Kecamatan Tibawa


Jenis Jamur Kayu Makroskopis Kabupaten Gorontalo. Jurusan
dalam kawasan Hutan Adat Biologi. Universitas Negeri
Pengajit Desa Sahan Kecamatan Gorontalo.
Seluas Kabupaten Bengkayang. Swarnadwipa, N., Hendra, W. 2008.
Fakultas Kehutanan, Universitas Pengeringan Jamur dengan
Tanjungpura, Pontianak. Dehumidifier. Jurnal Teknik Mesin
Lǣssǿe T, Lincoff G. 2002 . Smithsonian CAKRAM 2 (1): 30-33
handbooks mushrooms: The Syafrizal, S. 2014. Inventarisasi Jamur
Clearest recognition guides Makroskopis di Hutan Adat Kuntuk
available. New York: Dorling dan Implementasinya dalam
Kindersley Book.
Pembuatan Flipbook. Fakultas
Muniarti, N. 2010. Keanekaragaman Jenis Keguruan dan Ilmu Pengetahuan
Jamur Kayu Makroskopis di Hutan Universitas Tanjungpura. Pontianak
Rawa Gambut Pada Plot Permanen
Tampubolon, S., Utomo, B., Yunasfi.
Simpur Hutan Desa Kuala Dua 2012. Keanekaragaman Jamur
Kabupaten Kubu Raya, Universitas Makroskopis di Hutan Pendidikan
Tanjungpura, Fakultas Kehutanan,
Universitas Sumatera Utara Desa
Pontianak Tongkoh Kabupaten Karo Sumatera
Santosa, A.G., Uno, W.D., Rahman, S.R. Utara. Program Studi Kehutanan,
2013. Identifikasi Jamur Fakultas Pertanian, Universitas
Makroskopis di Cagar Alam Sumatera Utara.

164

You might also like