You are on page 1of 8

JENIS-JENIS JAMUR MAKROSKOPIS YANG TERDAPAT PADA

PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PTPN VI UNIT USAHA


OPHIRPASAMAN BARAT

Fatayaturrahmi, Mades Fifendy, Yosmed Hidayat


Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat
fatayaturrahmi@gmail.com

ABSTRACT
Indonesia has a very high macroscopic fungi diversity. Macroscopic fungi can
act as decomposers and balancing the diversity of living things. Macroscopic fungi
are found in places with moist environmental conditions, one of them in oil palm
plantations. So far there has been no report on the types of macroscopic fungi found
in oil palm plantations PTPN VI Unit Usaha Ophir West Pasaman. The study aims to
determine what types of macroscopic fungi contained in this plantations. This
research has been conducted in December 2017 in the oil palm plantation area using
Descriptive Survey method and Tracking method. Identification of macroscopic fungi
was done in botanical laboratory of biology education STKIP PGRI West Sumatera.
The results obtained 20 types macroscopic fungi are classified into 2 division, 4 class,
5 orders, 13 families, 20 genera. As for the 20 types of such macroscopic fungi
namely Cookeina tricholoma, Peziza vesiculasa and Daldinia concentrica, Trametes
sp., Gloeoporus sp., Rigidoporus sp., Pycnoporus sanguineus, Ganoderma lucidum,
Panus neostrigosus, Coprinus cf. xerophilus, Pleurotus djamour, Volvariella
volvaceae, Marasmius sp., Campanella sp., Lentinula raphanica, Clitocybula
lacerata, Leucocoprinus sp., Lepiota cristata, Psilocybe stuntzii and Cyathus sp.
Measurement of abiotic environmental factors such as temperature ranges between
28-32°C, humidity ranges between 62-72% and the degree of acidity (pH) ranges
between 5,6-6,8. There were 20 types of macroscopic fungi and abiotic
environmental factors that still support for the growth of macroscopic fungi in oil
palm plantations PTPN VI Unit Usaha Ophir West Pasaman.

Keywords: Macroscopic Fungi, PTPN VI Unit Usaha Ophir

PENDAHULUAN jamur termasuk didalamnya jamur


Jumlah jenis jamur yang sudah makroskopis. Indonesia memiliki
diketahui hingga saat ini ±69.000 jenis keanekaragaman jamur makroskopis
dari perkiraan 1.500.000 jenis yang yang sangat tinggi mengingat
ada di dunia. Menurut Rifai (1995 lingkungannya yang lembab dan suhu
dalam Gandjar dkk., 2006) di tropis yang mendukung pertumbuhan
Indonesia terdapat ±200.000 jenis jamur makroskopis. Jamur

1
makroskopis merupakan salah satu diperoleh informasi bahwa ada jamur
sumber kekayaan hayati yang ada di makroskopis dimanfaatkan sebagai
Indonesia. Selain itu, jamur bahan makanan atau dikonsumsi oleh
makoskopis mempunyai peranan masyarakat, jamur tersebut dikenal
sebagai dekomposer (pengurai) dan sebagai jamur sawit yang biasanya
penyeimbang keanekaragaman ditemukan pada tumpukan limbah
makhluk hidup (Hasanuddin, 2014). tandan kosong kelapa sawit. Selain
Jamur makroskopis banyak dijumpai jamur makroskopis yang dapat
pada tempat dengan kondisi dikonsumsi, ada juga jamur
lingkungan yang lembab seperti di makroskopis yang mengganggu
hutan, perkebunan, pekarangan rumah tanaman kelapa sawit seperti jamur
dan tempat yang kaya zat organik makroskopis dari kelompok
seperti pada pohon mati, batang Ganoderma yang dapat menyebabkan
tumbuhan, kotoran ternak dan tanah busuk pada batang tanaman kelapa
(Suhardiman 1995 dalam Darwis dkk., sawit. Namun, belum diketahui apa
2011). Pada perkebunan juga banyak saja jenis-jenis jamur makroskopis
ditemukan jamur makroskopis baik yang terdapat pada perkebunan kelapa
yang bersifat parasit, saprofit maupun sawit tersebut. Oleh karena itu, perlu
saling menguntungkan (simbiosis) diketahui keanekaragaman jamur
salah satunya pada perkebunan kelapa makroskopis yang terdapat pada
sawit. perkebunan kelapa sawit tersebut.
Berdasarkan observasi yang Berdasarkan permasalahan tersebut
telah dilakukan pada perkebunan maka peneliti melakukan penelitian
kelapa sawit PTPN VI Unit Usaha tentang Jenis-Jenis Jamur Makroskopis
Ophir Pasaman Barat dijumpai Yang Terdapat Pada Perkebunan
beranekaragam jenis jamur Kelapa Sawit PTPN VI Unit Usaha
makroskopis.Berdasarkan wawancara Ophir Pasaman Barat.
dengan salah satu karyawan PTPN VI
Unit Usaha Ophir Pasaman barat

2
METODE PENELITIAN tersebut terdapat tumpukan pelepah
Penelitian ini telah dilakukan dan limbah tandan kosong kelapa
pada Desember 2017, koleksi sampel sawit.
jamur makroskopis dilakukan pada Penelitian ini dilakukan dengan
daerah Perkebunan Kelapa Sawit menggunakan metode Survey
PTPN VI Unit Usaha Ophir Pasaman Deskriptif. Penentuan lokasi
Barat. Proses identifikasi jamur Pengambilan sampel jamur
makroskopis dilakukan di makroskopis dilakukan secara
Laboratorium Botani Program Studi purposive samplingberdasarkan
Pendidikan Biologi STKIP PGRI kondisi lokasi penelitian yaitu
Sumatera Barat. perkebunan kelapa sawit (Blok 5) yang
Alat yang digunakan dalam dekatpabrik dimana terdapat tumpukan
penelitian ini adalah kamera digital, pelepah dan limbah tandan kosong
kotak sampel, botol sampel, wadah kelapa sawit dan perumahan karyawan
sampel, cutter, spidol permanen, kertas (Blok 8). Pengambilan sampel jamur
label, termometer suhu, hygrometer, makroskopis dilokasi penelitian
soil tester, jangka sorong, penggaris dilakukan dengan menggunakan
dan alat-alat tulis. Bahan yang metode jelajah (tracking) dengan
digunakan adalah alkohol 70 %. mengeksplorasi ±20 m ke kanan dan
PTPN VI Unit Usaha Ophir ±20 m ke kiri.
Pasaman Barat luasnya ±652 Ha Jamur makroskopis yang
terbagi atas 17 blok dimana terdapat ditemukan di lokasi penelitian
pabrik kelapa sawit, kantor, dilakukan pengukuran, difoto dan
perumahan karyawan dan perkebunan mencatat data yang penting seperti
kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit tempat hidup dan karakter morfologi
memiliki usia yang berbeda yaitu jamur makroskopis seperti tudung/cap
kelapa sawit yang berusia ±12 tahun (pileus), bilah (lamellae/gills), cincin
dan kelapa sawit yang berusia ±6 (annulus/ring), batang/tangkai (stipe),
tahun. Disekitar tanaman kelapa sawit cawan (volva) dan sisik (scale).

3
Kemudian jamur makroskopis yang diperoleh selama penelitian akan
didapat di lokasi dikoleksi dengan cara ditampilkan dalam bentuk tabel hasil
diambil dengan mencabut secara pengamatan dan mendeskripsikan
keseluruhan bagian utamanya (tubuh masing-masing jenis jamur
buah dan tangkai) beserta substratnya. makroskopis disertai foto jamur
Jamur makroskopis yang memiliki makroskopis. Selain itu, data yang
struktur tubuh lunak dimasukkan ke didapat juga disajikan dalam bentuk
dalam botol sampel yang telah berisi kunci determinasi.
alkohol 70% sedangkan jamur
HASIL DAN PEMBAHASAN
makroskopis yang memiliki struktur
Berdasarkan penelitian yang
tubuh kering atau keras dimasukkan
telah dilakukan di perkebunan kelapa
kedalam kotak sampel dan diberi label.
sawit PTPN VI Unit Usaha Ophir
Pengukuran faktor lingkungan seperti
Pasaman Barat didapatkan 20 jenis
suhu udara, kelembaban udara dan pH
jamur makroskopis yang tergolong
dilakukan disetiap pengambilan
kedalam 2 divisio, 2 divisio, 4 classis,
sampel.
5ordo, 13 familia dan 20 genus. Factor
Berdasarkan karakter morfologi
lingkungan abiotik seperti suhu udara
seperti tudung/cap (pilleus),
berkisar antara 28-32°C, kelembaban
bilah (lamella/gills/pores), cincin
udara berkisar antara 62-72% dan pH
(annulus/ring), tangkai (stipe), cawan
berkisar antara 5,6-6,.
(volva) dan sisik (scale) dilakukan
identifikasi jamur makroskopis. Buku
pedoman yang digunakan dalam
pengidentifikasian adalah Alexopoulus
(1996), Dwijoseputro (1976), John
Webster (2007) dan Suriawiria (1986).
Data sampel jamur makroskopis yang

4
Tabel 1.Klasifikasi Jenis Jamur Makroskopis Yang Terdapat Pada Perkebunan
Kelapa Sawit PTPN VI Unit Usaha Ophir
Divisio Classis Ordo Familia Genus/Species
Ascomycota Discomycetes Pezizales Sarcoscyphaceae1. 1. Cookeina tricholoma
Pezizaceeae 2. Peziza vesiculasa
Pyrenomycetes Xylariales Xylariaceae 2. 3. Daldinia concentric
Basidiomycota Hymenomycetes Aphyllophorales Polyporaceae 3. 4. Trametes sp.
4. 5.Pycnoporus sanguineus
5. 6. Rigidoporus sp.
6. 7. Gloeoporus sp.
Ganodermataceae
7. 8. Ganoderma lucidum
Lentinaceae 8. 9. Panus neostrigosus
Agaricales Coprinaceae 10. Coprinus cf. xerophilus
Pleurotaceae 11. Pleurotus djamour
Pluteaceae 12. Volvariella volvaceae
Marasmiaceae 13. Lentinula raphanica
14. Marasmius sp.
15. Campanella sp.
16. Clitocybula lacerate
Strophariaceae 17. Psilocybe stuntzii
Agaricaceae 18. Lepiota cristata
19. Leucocoprinus sp.
Gasteromycetes Nidulariales Nidulariaceae 20. Cyathus sp.

Tabel 2.Pengukuran faktor Lingkungan abiotik pada perkebunan kelapa sawit PTPN
VI Unit Usaha Ophir Pasaman Barat
Parameter Pengukuran Kisaran Pengukuran
Suhu udara (°C) 28 – 32
Kelembaban udara (%) 62 – 72
pH 5,6 - 6,8

Berdasarkan penelitian yang divisio Basidiomycota. Pada


telah dilakukan di perkebunan kelapa perkebunan kelapa sawit ini jenis
sawit PTPN VI Unit Usaha Ophir jamur makroskopis yang ditemukan
diperoleh 20 jenis jamur makroskopis umumnya didominasi oleh divisio
yang tergolongke dalam 2 divisio, 4 Basidiomycota. Hal ini sesuai dengan
classis, 5ordo, 13 familia dan 20 pernyataan Gandjardkk., (2006) bahwa
genus. Terdapat 3 jenis jamur sebagian besar jamur makroskopis
makroskopis yang tergolong ke dalam yang dikenal berasal dari divisio
divisio Ascomycota, selebihnya Basidiomycota dan hanya sedikit dari
sebanyak 17 jenis jamur makroskopis jamur makroskopis yang berasal dari
yang ditemukan tergolong ke dalam divisio Ascomycota. Jamur

5
makroskopis dari divisio ditemukan masing-masing 1 jenis
Basidiomycota dapat tumbuh dimana jamur makroskopis dari familia
saja, baik dikayu lapuk, ditanah Sarcoscyphaceae yaitu Cookeina
lembab, daun-daun lapuk maupun tricholoma, familia Xylariaceae yaitu
dikotoran hewan dan jenis jamur dari Daldinia concentrica, familia
divisio Basidiomycota ini mudah Pezizaceeaeyaitu Peziza vesiculasa,
beradaptasi dengan kondisi substrat familia Ganodermataceae yaitu
yang banyak mengadung sarasah. Ganoderma lucidum, familia
Pada perkebunan kelapa sawit ini Lentinaceae yaitu Panus neostrigosus,
banyak ditemukan jamur makroskopis familia Coprinaceaeyaitu Coprinus cf.
yang berasal dari Familia xerophilus, familia Pleurotaceaeyaitu
Polyporaceae dan Marasmiaceae yaitu Pleurotus djamour, familia Pluteaceae
masing-masing sebanyak 4 jenis jamur yaitu Volvariella volvaceae, familia
makroskopis. Adapun jenis jamur Strophariaceae yaitu Psilocybe stuntzii,
makroskopis dari familia Polyporaceae familia Nidulariaceae yaitu Cyathus
yaitu Trametes sp., Gloeoporus sp., sp.
Rigidoporus sp., dan Pycnoporus Berdasarkan jenis-jenis jamur
sanguineus. Menurut Darnetty (2006), makroskopis yang telah ditemukan
Polyporaceae merupakan familia dapat diketahui bahwa perkebunan
paling besar dari ordo Aphyllophorales kelapa sawit PTPN VI Unit Usaha
dengan jumlah jenis lebih dari 800. Ophir memiliki keanekaragaman jenis
Sedangkan familia Marasmiaceae juga jamur makroskopis yang cukup tinggi.
ditemukan 4 jenis yaitu Lentinula Hal ini dapat dilihat dari hasil yang
raphanica, Marasmius sp., ditemukan yaitu 20 species jamur
Campanella sp. dan Clitocybula makroskopis yang berbeda-beda.
lacerata. Selain itu, perkebunan kelapa sawit
Familia Agaricaceae hanya PTPN VI Unit Usaha Ophir Pasaman
ditemukan 2 jenis yaitu Leucocoprinus Barat memiliki keadaan lingkungan
sp. dan Lepiota cristata. Hanya yang masih mendukung kehidupan

6
jamur makroskopis seperti habitat dan pertumbuhan jamur makroskopis.
faktor lingkungan abiotik. Pada
KESIMPULAN
umumnya jamur makroskopis yang
Berdasarkan penelitian yang
ditemukan tumbuh atau hidup di pohon
telah dilakukan di perkebunan kelapa
yang sudah mati atau tumbang,
sawit PTPN VI Unit Usaha Ophir
tumpukan limbah tandan kosong,
Pasaman Barat maka dapat
tumpukan pelepah yang sudah lapuk,
disimpulkan bahwa Didapatkan 20
tanah atau sarasah tetapi ada juga
species jamur makroskopis yang
jamur makroskopis yang ditemukan
tergolong kedalam2 divisio, 4 classis,
pada pohon hidup. Selain itu, faktor
5 ordo, 13familia dan 20 genus dengan
lingkungan juga mendukung
suhu udara, kelembaban udara dan pH
kehidupan jamur makroskopis seperti
yang masih mendukung untuk
suhu udara berkisar antara 28-32°C,
pertumbuhan jamur makroskopis.
kelembaban udara berkisar antara 62-
72% dan pH berkisar antara 5,6-6,8. DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan pengukuran faktor Darnetty. 2006. Pengantar Mikologi.
lingkungan abiotik, jamur makroskopis Padang: Andalas University
Press.
yang ditemukan termasuk ke dalam
jamur yang mesofilik yaitu jenis jamur Darwis, W., Desnalianif, dan R.
Supriati. 2011. Inventarisasi
yang dapat tumbuh pada kisaran Jamur Yang Dapat
temperatur antara 25-37°C, dengan Dikonsumsi dan Beracun
Yang Terdapat di Hutan dan
temperatur optimum 30°C(Suriawiria, Disekitar Desa Tanjung
1986). Sedangkan untuk pH, umumnya Kemuning Kaur Bengkulu.
Konservasi Hayati. Volume 7,
jamur akan tumbuh pada kisaran pH Nomor 02: 1-8.
yang cukup luas yaitu antara 4,5-8,0
dengan pH optimum antara 5,5-7,5 Gandjar, I., W. Sjamsuridzal, dan A.
Oetari. 2006. Mikologi (Dasar
(Gunawan 2001). Selain itu, dan Terapan). Jakarta:
kelembaban juga merupakan faktor Yayasan Obor Indonesia.

yang sangat penting untuk

7
Gunawan, A.W. 2001. Usaha Kabupaten Gayo Lues).
Pembibitan Jamur. Jakarta: Jurnal Biotik. Volume 2,
Penebar Swadaya. Nomor 1: 38-52.

Hasanuddin. 2014. Jenis Jamur Kayu Suriawiria, U. 1986. Pengantar Untuk


Makroskopis Sebagai Media Mengenal dan Menanam
Pembelajaran Biologi (Studi Jamur. Bandung: Angkas
Di TNGL Blangjerango

You might also like