Professional Documents
Culture Documents
2 Juli-Desember 2015
Abstract
This research aims to determine the effectiveness of Act No. 5 of 1990 on Conservation of Natural
Resources and Ecosystems in law enforcement efforts against the crime of illegal trading non-
endemic endangered wildlife in Indonesia, as well as giving steps of countermeasures. This
research is descriptive with qualitative approach. The results based on the test results by using
the theory of the legal effectiveness by Clarence J. Dias showed this Act has not been effective in
law enforcement efforts against the crime of illegal trading non-endemic endangered wildlife in
Indonesia. Demonstrated the ineffectiveness of the results of the test lies in the legal substance,
socialization rule of law, the legal structure, dispute resolution mechanisms, and the legal
culture. So that the necessary concrete steps to overcome it is: the improvement of the legal
of law enforcement, dispute resolution mechanisms with clear and effective, as well as changes
in the culture/legal culture.
Keywords: law effectiveness, law enforcement, wildlife crime.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990
tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dalam upaya penegakan hukum
terhadap tindak pidana perdagangan ilegal satwa liar dilindungi non-endemik di Indonesia, serta
memberikan langkah-langkah penganggulangannya. Penelitian ini termasuk jenis penelitian
hukum non-doktrinal dengan bentuk penelitian diagnostik, sifat penelitian adalah deskriptif
melalui pendekatan kualitatif. Hasil penelitian berdasarkan pada hasil uji dengan menggunakan
teori efektivitas hukum dari Clarence J. Dias menunjukkan undang-undang tersebut belum efektif
dalam upaya penegakan hukum terhadap tindak pidana perdagangan ilegal satwa liar dilindungi
non-endemik di Indonesia. Ketidakefektifan yang ditunjukkan dari hasil uji terletak pada substansi
hukum, sosialisasi aturan hukum, struktur hukum, mekanisme penyelesaian sengketa, dan
budaya hukum. Sehingga diperlukan langkah konkret untuk menanggulangi hal tersebut, yaitu:
116
Yogyanto Daru Sasongko. Penegakan Hukum Perdagangan Ilegal Satwa Liar ...
117
Jurnal Pasca Sarjana Hukum UNS Vol III No. 2 Juli-Desember 2015
dimiliki oleh orang tanpa dapat dikenakan menggunakan teknik observasi, wawancara,
sanksi hukum. Sedangkan CITES mewajibkan dan studi dokumen. Teknik analisis data yang
“para Pihak”, termasuk Indonesia sebagai digunakan adalah reduksi data, penyajian data,
anggota, untuk membuat regulasi yang dan kesimpulan data.
mengatur perdagangan satwa liar baik ekspor
maupun impor guna mencegah satwa liar C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
tersebut dari bahaya kepunahan. Bertitik tolak
dari persoalan tersebut di atas, telah menarik Tidak dipungkiri bahwa satwa liar
perhatian Penulis untuk mendalami lebih dilindungi non-endemik mempunyai nilai
lanjut akar persoalannya untuk menemukan tersendiri dikalangan pecinta satwa. Nilai
solusinya untuk memberikan kemanfaatan. eksotis yang cukup tinggi merupakan salah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka satu alasan satwa liar non-endemik tersebut
permasalahan yang akan dikaji oleh Penulis dipelihara oleh masyarakat/pecinta satwa.
adalah: efektivitas UU KSDAHE dalam upaya Dari hasil observasi di lapangan (Pasar
penegakan hukum terhadap perdagangan Pramuka dan Pasar Jatinegara di Jakarta,
ilegal satwa liar dilindungi non-endemik di Pasar Muara di Bandung) banyak dijumpai
Indonesia, dan langkah-langkah yang harus satwa-satwa liar baik yang dilindungi maupun
dilakukan untuk menanggulangi perdagangan yang tidak dilindungi yang diperjualbelikan.
ilegal satwa liar dilindungi non-endemik di Jual beli satwa liar yang dilindungi biasanya
Indonesia. dilakukan secara tersembunyi. Sangat sulit
untuk menemukan jenis satwa liar dilindungi
non-endemik yang diperjualbelikan, biasanya
B. Metode Penelitian jual beli satwa jenis tersebut dilakukan melalui
Penelitian ini termasuk dalam jenis jaringan internet, namun adakalanya ditemui
penelitian hukum non-doktrinal. Bentuk jual beli secara langsung. Jenis non-endemik
penelitian ini adalah penelitian diagnostik, kebanyakan dari jenis ikan dan reptil, seperti
yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk di Pasar Burung Jatinegara, Penulis baru
mendapatkan keterangan mengenai sebab- menemukan jenis ikan Piranha dan aligator
sebab terjadinya suatu gejala atau beberapa spatula yang diperjual belikan, serta reptil
gejala. Dilihat dari sifatnya penelitian jenis buaya. Untuk jenis mamalia tidak
ini termasuk penelitian deskriptif, yaitu ditemukan. Hal tersebut bukan berarti tidak
dimaksudkan untuk memberikan data yang ada kasus yang terjadi, namun kebanyakan
teliti seteliti mungkin tentang manusia, kejadian apabila petugas (polhut maupun
keadaan atau gejala lainnya. Pendekatan kepolisian) menemui satwa liar non-endemik
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indonesia (walaupun dilindungi) cenderung
pendekatan kualitatif. Sedangkan konsep tidak memproses lebih lanjut secara hukum.
hukum yang menjadi dasar penelitian ini Sependapat dengan hal tersebut Sugeng
adalah konsep hukum kelima, yaitu hukum (Sugeng, hasil wawancara, 23 September
adalah makna simbolik atau isyarat yang 2014, 11:45 WIB), salah seorang kepala seksi
nampak dalam proses interaksi para perilaku di Subdit I Direktorat Tipidter Bareskrim,
sosial (the empirical law) antar warga mengatakan bahwa:
(pendekatan post-structuralism). Jenis data Kepemilikan satwa dilindungi yang
yang digunakan adalah data primer dan data bukan asli Indonesia bukannya tidak ada,
sekunder (yang terdiri dari bahan hukum bisa dikatakan cukup banyak, seringkali
primer, bahan hukum sekunder, dan bahan dalam setiap operasi penegakan hukum
hukum tersier). Teknik pengumpulan data
118
Yogyanto Daru Sasongko. Penegakan Hukum Perdagangan Ilegal Satwa Liar ...
terhadap kepemilikan satwa, selain satwa dalam bentuk karpet atau lembaran utuh.
yang dilindungi di Indonesia kami juga Keterangan tersebut sejalan dengan data
menemukan satwa bukan asli Indonesia. yang berhasil dikumpulkan dari berbagai
Selain satwa hidup, pada waktu dilakukan sumber oleh Penulis, sebagaimana tabel
operasi berdasarkan laporan masyarakat juga berikut:
ditemui kepemilikan kulit harimau Benggala
Tabel 1
Kepemilikan Satwa Liar Dilindungi (Secara Ilegal)
No. Nama Pemilik/ Waktu/Lokasi Spesimen Keterangan
1 Koesbanu Harimau Benggala (hidup) Appendiks 1
*) Ciputat, Tangerang Non-endemik
2 Budi Santosa Berbagai jenis satwa opset; Appendiks 1
**) Lenteng Agung, Depok Kulit Harimau Sumatera; Appendiks 1
Karpet kulit Harimau Benggala Non-endemik
3 Ucok Bangsawan Harahap Berbagai jenis satwa dilindungi di Indonesia; Appendiks 1
***) Jatiwaringin Harimau Benggala (hidup) Non-endemik
4 Klenteng Kulit Harimau Benggala utuh Appendiks 1
****) Palmerah Non-endemik
Sumber: *) http://polhut08.wordpress.com/2010/02/06/harimau-keluarga-unique-priscilla-
dipersoalkan/
**) http://indrapoernomo.typepad.com/
***) http://polhut08.wordpress.com/2012/10/19/bksda-dki-dan-polri-sita-satwa-dilindungi-
milik-camat-kramatjati/
****) wawancara langsung dengan Sugeng, Bareskrim.
119
Jurnal Pasca Sarjana Hukum UNS Vol III No. 2 Juli-Desember 2015
tersebut berdasarkan pada hasil uji dengan satwa yang dilindungi oleh suatu
menggunakan teori efektivitas hukum dari negara akan diperlakukan sama
Clarence J. Dias sebagai pisau analisisnya. dengan satwa yang dilindungi di
Argumentasi atas hasil tersebut dijabarkan negara kita. Dengan kata lain, jika
sebagai berikut. terdapat satwa luar negeri yang
a. Mudah Tidaknya Makna atau Isi masuk Appendiks I maka di negara
Aturan Hukum Dipahami kita pun juga diperlakukan sebagai
Peraturan perundang-undangan itu Appendiks I, jadi hukumnya jelas.
tidak lengkap dan tidak jelas (Sudikno Walaupun sampai saat ini memang
Mertokusumo, 2014: 63). Tidak satwa liar dilindungi non-endemik
ada peraturan perundang-undangan belum tercantum di dalam peraturan
yang lengkap selengkap-lengkapnya perundang-undangan nasional.
dan jelas sejelas-jelasnya. Menurut Pem aham an aturan hukum
Sudikno (Sudikno Mertokusumo, khususnya UU KSDAHE oleh para
2014: 55), undang-undang hanyalah penegak hukum masih terpaku
merupakan suatu tahap tertentu pada hukum tertulis yang ada dan
dalam proses pembentukan hukum berdasarkan pada pasal-pasal yang
dan bahwa undang-undang wajib ada di dalamnya. Para penegak
m enca ri pel e ngkapnya dal am hukum sebenarnya mengetahui
praktek hukum yang teratur dari b a h w a p e r d a g a n g a n m a u pu n
hakim (yusrisprudensi), dimana kepemi li kan i legal satwa l iar
asas yang merupakan dasar undang- dilindungi non-endemik Indonesia
undang dijabarkan lebih lanjut dan adalah pelanggaran hukum di bidang
dikonkretisasi, diisi dan diperhalus konservasi sumber daya alam dan
dengan asas-asas baru. Lebih lanjut ekosistemnya, namun para penegak
Budi Riyanto (Budi Riyanto, hasil hukum tersebut juga dihadapkan
wawancara, 26 Januari 2015, 11:20 pada peraturan perundang-undangan
WIB) mengatakan bahwa: yang belum secara jelas mengaturnya
Di Indonesia sebenarnya (belum tertulis dalam pasal-pasal di
bukan tidak ada aturan yang terkait dalamnya).
dengan perdagangan ilegal satwa b. Luas Tidaknya Kalangan di Dalam
liar dilindungi non-endemik, hanya Masyarakat yang Mengetahui Isi
belum tersosialisasikan secara tepat Aturan Hukum
aturan tersebut. Perlu diingat bahwa Setiap undang-undang pada bagian
akhir selalu disebutkan “undang-
yaitu melalui Keputusan Presiden undang ini mulai berlaku pada tanggal
Nomor 43 Tahun 1978 tentang CITES, diundangkan. Agar setiap orang
dan sebagai konsekuensi logis dari mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan undang-undang
telah meratifikasi suatu perjanjian ini dengan penempatannya dalam
internasional wajib untuk mentaati Lembaran Negara Republik
aturan yang ada di dalam konvensi Indonesia.” Dengan demikian sejak
tersebut. Terhadap kasus perdagangan suatu undang-undang itu diundangkan
maupun kepemilikan ilegal satwa liar dan tercatat dalam Lembaran Negara,
dilindungi non-endemik di Indonesia, maka seluruh warga negara dianggap
120
Yogyanto Daru Sasongko. Penegakan Hukum Perdagangan Ilegal Satwa Liar ...
121
Jurnal Pasca Sarjana Hukum UNS Vol III No. 2 Juli-Desember 2015
122
Yogyanto Daru Sasongko. Penegakan Hukum Perdagangan Ilegal Satwa Liar ...
diketahui bahwa sinergi penegakan terdapat pada ayat (2) dan ayat (4)
hukum antar instansi pada dasarnya sebagaimana berikut:
sudah terjalin namun masih bersifat Ayat (2), Barang siapa dengan
insidentil dan kewilayahan. Sistem sengaja melakukan pelanggaran
penegakan hukum terintegrasi terhadap ketentuan sebagaimana
diperlukan antara pihak kehutanan dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1)
dengan pihak bea dan cukai serta dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3)
pihak karantina. Kedua instansi dipidana dengan pidana penjara
tersebut merupakan pintu pertama paling lama 5 (lima) tahun dan denda
masuknya spesimen dari luar negeri paling banyak Rp100.000.000,00
ke wilayah negara Indonesia, maupun (seratus juta rupiah).
antar daerah di dalam wilayah Ayat (4), Barang siapa karena
Indonesia. Peran serta aktif dari kelalaiannya melakukan pelanggaran
masyarakat maupun lembaga non- terhadap ketentuan sebagaimana
pemerintah (NGO/Non Goverment dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1)
Organization) atau LSM penting dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3)
dalam mendukung terwujudnya dipidana dengan pidana kurungan
penegakan hukum terhadap paling lama 1 (satu) tahun dan denda
kejahatan satwa liar yang dilindungi. paling banyak Rp. 50.000.000,00
Berdasarkan hasil wawancara, peran (lima puluh juta rupiah).
serta masyarakat dan LSM sudah Ay a t ( 5 ) , Ti n d a k p i d a n a
cukup baik, keterlibatan mereka antara sebagaimana dimaksud pada ayat
lain dengan memberikan laporan (1) dan ayat (2) adalah kejahatan dan
kepada pihak kehutanan (cq. Balai tindak pidana sebagaimana dimaksud
KSDA) tentang adanya kepemilikan pada ayat (3) dan ayat (4) adalah
maupun perdagangan ilegal satwa liar pelanggaran.
dilindungi. Proses penegakan hukum Ketentuan pidana sebagaimana
terhadap perdagangan ilegal satwa Pasal 40 sudah tidak sesuai lagi
liar dilindungi endemik Indonesia dengan perkembangan hukum saat ini,
sudah cukup baik dan berhasil, di sisi terlebih saat ini penyelesaian hukum
lain, tindak pidana terhadap satwa liar lebih mengedepankan penyelesaian
dilindungi non-endemik di Indonesia secara non-penal. Jika dilihat pada
sampai saat ini masih belum nampak Pasal 40 tersebut, penyelesaian
jelas proses penegakan hukumnya.
d. Adanya Mekanisme Penyelesaian pula ketentuan sanksi pidana yang
Sengketa yang Jelas dan Efektif belum mencamtumkan pidana dan
UU KSDAHE di dalamnya denda minimal yang bisa dikenakan
terdapat ketentuan pidana yang dapat menimbul kan disparitas
dapat dikenakan bagi pelanggar putusan hakim. UU KSDAHE juga
atau pelaku tindak pidana bidang belum mencantumkan penyelesaian
konservasi sumber daya alam hayati sengketa di luar pengadilan, tidak
dan ekosistemnya, yaitu terdapat selamanya suatu sengketa hukum
dalam Pasal 40 mengenai Ketentuan (pidana) harus diselesaikan secara
Pidana, terkait dengan tindak pidana pidana, ada kalanya suatu sengketa
terhadap satwa liar yang dilindungi dapat diselesaikan di luar pengadilan
123
Jurnal Pasca Sarjana Hukum UNS Vol III No. 2 Juli-Desember 2015
124
Yogyanto Daru Sasongko. Penegakan Hukum Perdagangan Ilegal Satwa Liar ...
Tabel 2
125
Jurnal Pasca Sarjana Hukum UNS Vol III No. 2 Juli-Desember 2015
126
Yogyanto Daru Sasongko. Penegakan Hukum Perdagangan Ilegal Satwa Liar ...
127
Jurnal Pasca Sarjana Hukum UNS Vol III No. 2 Juli-Desember 2015
128
Yogyanto Daru Sasongko. Penegakan Hukum Perdagangan Ilegal Satwa Liar ...
konservasi satwa dilindungi (en- belum secara jelas mengatur satwa liar
dangered species), yang merupakan dilindungi non-endemik di Indonesia, sanksi
bidang keanekaragaman hayati (bio- penjara dan denda administrasi yang diberikan
logical diversity), belum mendapat masih terlalu rendah. Kejahatan terhadap
perhatian besar dan prioritas dari satwa liar dilindungi non-endemik hanya
para akademisi dan praktisi hukum, dikenakan administrasi yang nilainya jauh
atau setidak-tidaknya sejajar dengan di bawah kerugian ekologis. Sosialisasi
isyu-isyu dalam hukum konvensional. yang telah dilakukan masih sebatas di
Salah satu penyebabnya adalah perbe- lingkungan internal dan institusi pemerintah
daan mengenai benda yang menjadi serta pendidikan, sehingga hasilnya belum
obyek perlindungan hukum. Ilmu optimal menjangkau hingga ke sektor riil
hukum konvensional memfokuskan masyarakat. Penegakan hukum yang masih
nyawa manusia, barang dengan hak bersifat sektoral kelembagaan menjadikan
kepemilikan, serta martabat/kehor- penegakan hukum terhadap perdagangan ilegal
matan sebagai benda hukum dan telah satwa liar dilindungi non-endemik belum
berlangsung lama, sedangkan yang efektif. Penegakan hukum terintegrasi belum
menjadi benda hukum dalam hukum dapat dijalankan dengan baik, dikarenakan UU
konservasi sumber daya hayati adalah KSDAHE belum secara tegas mengaturnya.
makhluk hidup yang mempunyai Penyelesaian sengketa yang diatur dalam UU
naluri dan siklus kehidupan sendiri. KSDAHE masih bersifat legal positif, yaitu
Disamping itu banyak akademisi apa yang tertera di dalam pasal-pasalnya,
dan praktisi hukum masih mengang- dan penyelesaiannya dilakukan melalui
gap kejahatan terhadap spesies tidak persidangan, serta belum diberikan opsi
langsung mengancam dan merugikan penyelesaian sengketa di luar pengadilan.
manusia sebagai subyek hukum, se- Kultur masyarakat masih mewarisi cara
hingga kejahatan ini tidak atau kurang pandang lama, yaitu memelihara satwa
mendapat perhatian. Konsekwensinya untuk kesenangan, serta nilai prestise jika
adalah adanya keharusan bagi ahli memelihara satwa langka. Kultur ahli hukum
hukum untuk dapat memahami ti- masih melihat satwa sebagai obyek yang
dak saja konsep hukum, tetapi juga mempunyai kehidupan dan perilaku sendiri,
konsep disiplin ilmu lain yang ber- di luar peri kehidupan manusia, sehingga
pengaruh, seperti biologi, ekologi, kejahatan terhadap satwa belum menjadi suatu
ekonomi dan teknologi. Dengan hal yang penting.
konsepsi demikian, maka kejahatan
terhadap lingkungan (crimes against E. Saran
environment/ecocrime) seharusnya
menjadi isu yang mengancam ma- Berdasarkan hasil simpulan sebagaimana
nusia sehingga mendapat perhatian di atas, maka saran perbaikan yang dapat
bersama khususnya ahli hukum. disampaikan kepada pemangku kepentingan
(Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan) adalah sebagai berikut. Diperlukan
D. Simpulan revisi terhadap UU KSDAHE agar sejalan
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, dengan perkembangan jaman, revisi yang
maka dapat ditarik simpulan sebagaimana diperlukan antara lain pada substansi seperti
berikut. Aturan hukum yang berlaku saat ini batasan maksimal dan minimal sanksi
(UU KSDAHE dan peraturan pendukungnya) penjara dan denda administrasi, mekanisme
129
Jurnal Pasca Sarjana Hukum UNS Vol III No. 2 Juli-Desember 2015
130
Yogyanto Daru Sasongko. Penegakan Hukum Perdagangan Ilegal Satwa Liar ...
Indra Poernomo, Dari Harimau Sampai Setijati D. Sastrapradja. 18–19 Agustus 1998.
Kukang , ter dapat dal am ht tp: / / “Keanekaragaman Hayati Untuk Kini
indrapoernomo.typepad.com/, diakses dan Nanti”. Makalah disampaikan pada
pada 13 Oktober 2014, jam 05:59 WIB. Prosiding Lokakarya Reformasi Hukum
di Bidang Pengelolaan Sumber Daya
Keputusan Presiden Nomor 43 Tahun 1978
Alam. Kerjasama: Indonesian Center
tentang Convention on International
for Environmental Law (ICEL), FH-
Trade in Endangered Species Of Wild
UI, UNDP dan The Ford Foundation.
Fauna And Flora.
Jakarta.
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
Soerjono Soekanto. 2013. Faktor-Faktor yang
447/Kpts-II/2003 tentang Tata Usaha
Mempengaruhi Penegakan Hukum.
Pengambilan atau Penangkapan dan
Edisi Kesatu. Ctk. Keduabelas. Jakarta:
Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar.
Rajawali Press.
L em bang P al i padang. 2010. Hukum
Sudikno Mertokusumo. 2014. Penemuan
Internasional dan Nasional tentang
Hukum. Sebuah Pengantar. Ctk. Kelima.
Perlindungan Keanekaragaman Hayati.
Yogyakarta: Penerbit Universitas
Bandung: Unpad Press.
Atmajaya.
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Satwa.
dan Ekosistemnya.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999
WWF. 2009. “Tiger Facts.” Bahan presentasi.
tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan
Jakarta.
dan Satwa Liar.
Wyndra Yustham, Kejahatan Konservasi:
Romli Atmasasmita. 2001. Reformasi Hukum,
Telaah Yuridis atas Pembunuhan Satwa
Hak Asasi Manusia dan Penegakan
Langka Dilindungi, terdapat dalam
Hukum. Bandung: Mandar Maju.
http://www.hukumonline.com/berita/
Satjipto Rahardjo. 2014. Ilmu Hukum. Ctk. baca/hol21707/ kejahatan-konservasi-
Kedelapan. Bandung: Citra Aditya telaah-yuridis-atas-pembunuhan -satwa-
Bakti. langka-dilindungi, diakses pada 3 Juli
2014, jam 09:25 WIB.
131