You are on page 1of 14

Karakteristik Kewirausahaan Pengusaha Kecil dan…| Zanterman Rajagukguk

Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 11 No. 1 Juni 2016 | 49-62

JURNAL KEPENDUDUKAN INDONESIA


p-ISSN : 1907-2902 (Print)
e-ISSN : 2502-8537 (Online)

KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN PENGUSAHA KECIL DAN STRATEGI


PENGEMBANGAN USAHANYA DI MASA DEPAN: STUDI KASUS PENGUSAHA
PAKAIAN JADI DI DEPOK
(ENTREPRENEURIAL CHARACTERISTICS OF SMALL ENTREPRENEURS AND
THEIR BUSINESS DEVELOPMENT STRATEGY IN THE FUTURE: CASE STUDY
OF APPAREL ENTREPRENEURS IN DEPOK)

Zantermans Rajagukguk
Puslitbang Ketenagakerjaan,
Badan Perencanaan dan Pengembangan, Kementerian Ketenagakerjaan
Korespondensi penulis: kingucok2@gmail.com

Abstract in Depok, including government policies and program


that were not optimal. Further efforts must be made to
To increase the ratio of entrepreneurs in Indonesia, the
grow small-scale businesses with high-value
existence of small-scale apparel businesses in the
entrepreneurial characteristics in Depok. First, small-
township Bulak Timur, Depok becomes fascinating, as
scale entrepreneurs should strive to build and enhance
they naturally emerge and evolve, as well as face
their entrepreneurial characteristics. They must also
various problems with their abilities. However, lately,
understand and implement survival management.
there are some concerns about whether they would be
Second, Depok City Government should provide
able to survive. Therefore, this article aims to identify
support among other things by increasing business
the characteristics of small-scale apparel
incubator and training on business management,
entrepreneurs in Bulak Timur, Depok City to
including survival management; draw up a blueprint of
understand their strengths, weaknesses, opportunities,
small-scale businesses to prevent unfair competition,
and challenges that they experience. The results would
which can also be used as material to develop
then be formulated as strategies and conveyed to both
technopreneurship.
business players and government. Respondents were
selected using a simple random sampling by the number Key Words: Entrepreneurship, Apparel, Small Business,
of 32 entrepreneurs (25% of the population). Primary Depok.
data were collected using a survey method through
face-to-face interview techniques, with the help of Abstrak
questionnaires and in-depth interview based on Dalam upaya meningkatkan rasio wirausaha di
interview guidelines. Data collected was processed and Indonesia, keberadaan usaha-usaha kecil pakaian jadi
analyzed by using descriptive statistics. The results of di Bulak Timur, Kota Depok menjadi sangat menarik,
this study concluded that apparel entrepreneurs in karena usaha-usaha ini muncul dan berkembang secara
Depok still have many weaknesses rather than strengths, alamiah, serta menghadapi dan mengatasi berbagai
which led to a lower value of their entrepreneurial masalah dengan kemampuan masing-masing. Namun
characteristics. In addition, there are still many akhir-akhir ini muncul kekhawatiran, apakah mereka
barriers faced in the development of entrepreneurship dapat bertahan? Artikel ini bertujuan mengidentifikasi

49
Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 11, No. 1, Juni 2016 | 49-62

karakteristik kewirausahaan pengusaha kecil pakaian 2014, jumlah wirausaha Indonesia baru sebanyak
jadi di Bulak Timur Kota Depok; untuk mengetahui 1,65% dari 253,61 juta jiwa penduduk Indonesia.
kekuatan, kelemahan, peluang, dan hambatan yang ada Jumlah tersebut masih tertinggal jika dibandingkan
pada mereka, yang selanjutnya dapat dirumuskan saran dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura
strategi yang harus dilakukan, baik oleh pengusaha yang masing-masing mencapai 5% dan 7%. Bahkan
maupun pemerintah. Sumber data yang digunakan jika dibandingkan dengan negara-negara maju seperti
adalah data primer hasil penelitian dengan Jepang dan Amerika Serikat, perbandingannya lebih
menggunakan pendekatan kuantitatif melalui survei jauh lagi. Di Jepang, komposisi wirausahanya
terhadap 32 pengusaha atau sekitar 25% dari populas mencapai 10% dan Amerika Serikat mencapai 12% dari
yang dipilih secara acak sederhana Selain itu juga total penduduk. Oleh karena itu Bank Indonesia menilai
dilakukan wawancara mendalam berdasar pedoman bahwa perkembangan wirausaha di Indonesia masih
wawancara dengan beberapa nara sumber terpilih. Data terbilang minim. Berdasarkan The EY G20
yang terkumpul diolah dan dianalisis secara deskriptif Entrepreneurship Barometer 2013, di antara negara-
kuantitatif maupun kualitatif. Hasil analisis negara G20 Indonesia termasuk dalam kuartil keempat
menyimpulkan bahwa para responden masih memiliki yaitu kelompok negara yang memiliki ranking terendah
banyak kelemahan ketimbang kekuatan, yang dalam ekosistem kewirausahaan.
mengakibatkan rendahnya nilai karakteristik
Meskipun demikian, nampaknya harapan untuk
kewirausahaan mereka. Selain itu, hambatan yang
mencapai rasio yang ideal sebagaimana telah ditetapkan
mengakibatkan terkendalanya perkembangan
bukanlah hal yang mustahil untuk dicapai, karena
kewirausahaan di Depok juga masih banyak, termasuk
survei yang dilakukan oleh Global Entrepreneurship
belum optimalnya kebijakan atau program pemerintah.
Monitor (GEM) pada tahun 2013 tentang keinginan
Agar usaha-usaha kecil di Depok dapat berkembang
berwirausaha di Indonesia menunjukkan bahwa
dengan karakteristik kewirausahaan yang tinggi,
Indonesia berada di peringkat kedua negara ASEAN
banyak hal yang harus dilakukan. Pertama, para
yang memiliki keinginan tertinggi untuk berwirausaha
pengusaha kecil harus berupaya membangun dan
setelah Filipina. Setelah Indonesia terdapat negara
meningkatkan karakteristik kewirausahaanya, dan juga
Vietnam, Thailand, Singapura dan Malaysia. Hal ini
harus memahami serta melaksanakan manajemen
mencerminkan optimisme bahwa Indonesia dapat
survival. Kedua, Pemerintah Kota Depok harus
berkembang menjadi kekuatan ekonomi baru dengan
memberikan dukungan antara lain dengan
mengoptimalkan semangat kewirausahaan.
memperbanyak inkubator bisnis dan pelatihan-
pelatihan tata kelola usaha, menyusun cetak biru usaha Uraian di atas menunjukkan bahwa kewirausahaan
kecil, agar tidak terjadi persaingan tidak sehat, yang merupakan hal yang sangat penting bagi semua negara,
dapat juga dijadikan sebagai bahan untuk karena para wirausaha adalah salah satu penggerak
mengembangkan technopreneurship. kekuatan pertumbuhan ekonomi negara bersangkutan.
Seperti dikatakan oleh Zimmerer (2000),
Kata kunci: Kewirausahaan, Usaha Kecil, Pakaian
kewirausahaan ialah penerapan inovasi dan kreativitas
Jadi, Depok.
untuk pemecahan masalah dan memanfaatkan berbagai
peluang yang dihadapi orang lain setiap hari.
PENDAHULUAN Pengertian yang lebih luas dari kewirausahaan dapat
pula dilihat dalam Keputusan Menteri Koperasi dan
Para pakar mengatakan bahwa kondisi krwirausahaan
Pembinaan Pengusaha Kecil Nomor
di Indonesia masih belum baik karena belum maksimal
961/KEP/M/XI/1995, dimana disebutkan bahwa yang
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang sebaik-
dimaksud dengan kewirausahaan adalah semangat,
baiknya. Sebagaimana diungkapkan oleh Marketing
sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam
Research Indonesia (12 Maret 2015), Pemerintah
menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada
Indonesia mengakui bahwa jumlah wirausaha domestik
upaya mencari, menciptakan, serta menerapkan cara
masih tertinggal jauh dibanding negara-negara lain di
kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan
kawasan ASEAN dan Asia. Di waktu mendatang,
efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang
target 2% jumlah wirausaha dari total penduduk
lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih
ditargetkan tercapai dalam 5 tahun. Data Kementerian
besar.
Koperasi dan UKM menunjukkan bahwa periode tahun

50
Karakteristik Kewirausahaan Pengusaha Kecil dan…| Zanterman Rajagukguk

Berkaitan dengan konteks ini, tidak kalah penting untuk yang sampai saat ini harus diakui keberadaannya adalah
diketahui adalah para pegiat kewirausahaan itu sendiri, industri kecil pakaian jadi di sebuah perkampungan di
yakni para wirausaha. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kota Depok, yang dikenal dengan nama Bulak Timur,
(KBBI) mengartikan wirausaha sama dengan terletak di Kelurahan dan Kecamatan Cipayung.
wiraswasta, yaitu orang yang pandai atau berbakat
mengenali produk baru, menentukan cara produksi Menurut beberapa nara sumber, industri kecil pakaian
baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, jadi di Bulak Timur sudah ada sejak akhir tahun 90an,
memasarkannya, serta mengatur permodalan saat terjadi krisis moneter. Sebuah media lokal di
operasinya. Depok menuturkan bahwa kampung ini jadi salah satu
primadona pengusaha pakaian jadi. Tak tanggung-
Lebih lanjut, bagaimana kita dapat mengenali
tanggung, omzet per harinya mencapai ratusan juta
kewirausahaan secara tepat? Ebert and Griffin (2013)
rupiah. Kampung kecil di pinggiran Kota Depok itu
dan Boone (2013), mengidentifikasi beberapa hal yang
bagaikan magnet bagi para distributor, agen, dan
dapat dikategorikan sebagai ciri kewirausahaan, yakni:
pengecer di Pasar Tanah Abang. Dituturkan bahwa
 mempunyai hasrat untuk selalu bertanggung pada mulanya industri pakaian jadi di Bulak Timur
jawab bisnis dan sosial; hanya dilakukan oleh dua atau tiga rumah, Itupun hanya
 komitmen terhadap tugas; mengolah limbah bahan sisa pabrik atau kain perca.
 memilih resiko yang moderat; Maklum saja, dulunya hampir sebagian besar warga
 merahasiakan kemampuan untuk sukses; kampung ini adalah pekerja pabrik pakaian jadi. Setelah
 cepat melihat peluang; krisis moneter tahun 1998, banyak warga yang terkena
 orientasi ke masa depan; pemutusan hubungan kerja. Mereka pun berinisiatif
 selalu melihat kembali prestasi masa lalu; membuka usaha pakaian jadi kecil-kecilan hingga
 memiliki skill dalam organisasi; akhirnya sekarang hampir sebagian besar warga
 toleransi terhadap ambisi; dan mengubah rumah mereka menjadi pabrik dan toko
 fleksibilitas tinggi. pakaian. Melihat perkembangan ini, bagai semut
Pada sisi lain, Meredith (1996) mengemukakan ciri-ciri menemukan gula, banyak pendatang yang ingin turut
dan watak kewirausahaan sebagai berikut: mencicipi gula tersebut lalu mendirikan usaha sejenis.
Para pendatang ini kebanyakan adalah orang-orang
 selalu berusaha untuk berprestasi, berorientasi Batak, orang Sunda (Sukabumi dan Tasik).
pada laba, memiliki ketekunan dan ketabahan,
memiliki tekad yang kuat, suka bekerja keras, Berdasar latar belakang tersebut artikel ini bertujuan
energik dan memiliki inisiatif; untuk mengidentifikasi karakteristik kewirausahaan
 memiliki kemampuan mengambil risiko dan pengusaha kecil pakaian jadi di Bulak Timur Kota
suka pada tantangan; Depok. Selain itu, akan dianalisis pula kekuatan dan
 bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat kelemahan yang ada pada pengusaha kecil tersebut ,
bergaul dengan orang lain dan suka terhadap serta peluang dan hambatan yang mereka hadapi, yang
saran dan kritik yang membangun; selanjutnya akan digunakan untuk menyampaikan saran
 memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, strategi yang harus dilakukan, baik oleh pengusaha
fleksibel, serba bisa dan memiliki jaringan maupun Pemerintah Daerah Kota Depok.
bisnis yang lua;
 memiliki persepsi dan cara pandang yang Artikel ini merupakan hasil kajian yang menggunakan
berorientasi pada masa depan; dan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Data primer - data
 memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama kuantitatif dikumpulkan melalui survei atau
dengan kerja keras. wawancara langsung, dengan bantuan instrumen daftar
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, secara statistik pertanyaan terhadap 32 pengusaha atau sekitar 25% dari
rasio kewirausahaan di Indonesia masih tergolong populasi. Mengingat unit analisis adalah pengusaha
pada golongan usaha pakaian jadi, baik sebagai
rendah, tetapi potensi kewirausahaan itu sendiri
produsen maupun pedagang, yang berarti homogen,
sebenarnya cukup besar. Kepioniran beberapa daerah di
Indonesia menunjukkan bahwa potensi itu hanya maka pemilihan responden dilakukan secara acak
memerlukan penanganan dan bimbingan serius, yang sederhana (simple random sampling). Para pengusaha
yang akan dijadikan responden dipilih dengan
memungkinkannya muncul ke permukaan. Potensi

51
Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 11, No. 1, Juni 2016 | 49-62

mempertimbangkan kemudahan dalam melakukan ini dilakukan melalui pendekatan analisis Kekuatan (K),
wawancara (convenience) dan juga kemampuan serta Kelemahan (L), Peluang (P), dan Hambatan (H), atau
kesediaan responden untuk diwawancarai. Pertanyaan yang lebih dikenal dengan SWOT (Strength),
yang diajukan kepada responden mencakup identitas (Weakness), (Opportunity), dan (Threat). Dua faktor
pribadi, dan profil usaha yang keseluruhannya yang disebut lebih dahulu, yaitu kekuatan dan
ditujukan untuk mengetahui sejarah dan perkembangan kelemahan, merupakan faktor yang berada di dalam diri
usaha; karakteristik kewirausahaan responden; dan para pengusaha sehingga berada di dalam kontrol
hambatan yang dihadapi serta perkembangan di masa pengusaha itu sendiri; sedangkan dua faktor terakhir,
depan. Selain itu, dukumpulkan pula data kualitatif yaitu peluang dan hambatan berada di luar diri para
melalui teknik wawancara mendalam terhadap pengusaha, sehingga berada di luar kontrol para
beberapa nara sumber terpilih berdasarkan pedoman pengusaha. Oleh karena itu, analisis kekuatan dan
wawancara untuk mengetahui latar belakang, motivasi kelemahan akan dilakukan dengan pendekatan Analisis
dan sejarah dalam melakukan usaha serta berbagai Faktor Strategis Internal (Internal Strategic Factors
permasalahan yang dialami dalam pengembangan Analysis Summary/ISFAS), sementara analisa peluang
usaha, serta pengamatan dn observasi. Data yang dan tantangan akan dilakukan dengan pendekatan
terkumpul diolah dan dianalisis secara deskriptif Analisis Faktor Stratejik Eksternal (External Strategic
kuantitatif maupun kualitatif. Analisis deskriptif Factors Analysis Summary/ESFAS).
kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan identitas
ISFAS akan memberikan gambaran pada para
pribadi responden dan profil usaha yang dikelola.
pengusaha mengenai kekuatan di dalam dirinya yang
Karakteristik kewirausahaan yang dianalisis merupakan dapat membuka kemungkinan perkembangan usaha,
karakteristik psikologis kewirausahaan, yang dan kelemahan di dalam dirinya yang dapat
mencerminkan ciri wirausaha, yakni: menghambat perkembangan tersebut. Melalui
gambaran ini akan dapat disusun strategi yang memadai
 memiliki rasa percaya diri; untuk mempertahankan dan atau mengembangkan
 berorientasi pada tugas dan hasil; kekuatan yang dimiliki, serta mengatasi kelemahan
 berani mengambil resiko dan suka tantangan; yang ada, sehingga kemungkinan perkembangan usaha
 memiliki jiwa pemimpin;
dapat terwujud. Sementara ESFAS, akan memberikan
 memiliki keorsinilan; dan
gambaran pada para pengusaha mengenai peluang di
 berorientasi ke masa depan.
luar yang dapat memungkinkan berkembangnya usaha,
dan hambatandi luar yang dapat menghambat
Penilaian atas ciri kewirausahaan tersebut di atas dibagi
perkembangan usaha termaksud. Melalui gambaran ini
menjadi empat kategori, mulai dari yang
akan dapat disusun strategi merebut, mempertahankan,
tertinggi/terbaik sampai yang terendah/terburuk.
dan atau meningkatkan peluang, serta menekan atau
Selanjutnya, akan dihitung berapa persen dari seluruh
mengatasi hambatan, sehingga perkembangan usaha
responden yang mencapai kategori terbaik atau
dapat terwujud.
tertinggi pada tiap-tiap sub-ciri dari ciri kewirausahaan
tertentu. Dengan ketentuan bahwa persentase yang
GAMBARAN UMUM USAHA
tertinggi adalah 100%, dan yang terendah adalah 0%,
maka range persentase ini akan dibagi menjadi empat Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, pengusaha yang
kategori, yakni sebagai berikut: dijadikan sebagai responden dalam kajian ini berjumlah
32 orang. Seperti terlihat pada Tabel 1, hampir separuh
 Baik 75 - 100 (43,7%) dari responden ini memulai usahanya sebelum
 Cukup baik 50 – 74
tahun 2000 atau pada saat terjadinya krisis moneter, dan
 Kurang baik 25 – 49
hanya 18,7% yang mendirikan usahanya pada tahun
 Tidak baik 0 – 24
2010 atau lebih.
Dengan demikian secara garis besar akan dapat Dilihat menurut daerah tempat tinggal, sebagian besar
disimpulkan bagaimana karakteristik kewirausahaan atau 65,6% dari pengusaha merupakan penduduk atau
dari responden. yang bertempat tinggal di Bulak Timur dan sekitarnya,
Lebih lanjut, untuk mengetahui strategi yang harus baik orang asli Depok maupun pendatang yang sudah
bertempat tinggal di Bulak Timur sebelum mendirikan
dilakukan untuk mengembangkan usaha kecil di Depok

52
Karakteristik Kewirausahaan Pengusaha Kecil dan…| Zanterman Rajagukguk

usahanya. 1 Selebihnya (34,4%) bertempat tinggal di “Pada suatu hari di tahun 1999 saya
luar Bulak Timur, baik yang masih di dalam lingkungan berjalan-jalan ke daerah Bulak Timur,
maupun luar Kota Depok melihat seorang laki-laki paruh baya
bernama Bang Bewok yang sedang
Tabel 1: Identitas Responden Saat Memulai Usaha
menjahit sisa-sisa guntingan kain
(n=32)
berwarna-warni (kain perca) di sebuah
Keterangan Persen rumah yang sekaligus juga berfungsi
Tahun memulai usaha sebagai toko pakaian jadi. Kain perca yang
 <Tahun 2000 43,7 dijahit itu kemudian berubah menjadi
 Tahun 2000 – 2004 21,8
celana panjang atau celana pendek untuk
 Tahun 2005 – 2009 15,6
Balita. Tentu saja saya tertarik, lalu
 Tahun 2010 atau lebih 18,7
menanyakan harga per-potong celana
Usia Balita tersebut, dan saya terkejut saat
 <25 Tahun 6,2 mendengar harga celana Balita itu hanya
 25 – 34 Tahun 15,6 Rp. 500, per-potong. Perasaan saya yang
 35 – 39 Tahun 46,9 tidak mempunyai ‘sense of business’ sama
 40 Tahun atau lebih 31,2
sekali seperti terusik. Akhirnya otak saya
Pendidikan yang ditamatkan berputar. Kalau aku beli 20 potong,
 <SMP 25,0 harganya semua cuma Rp. 10.000. Kalau
 SMA sederajat 59,4 saya Rp. 1.000, sudah bisa untung 10.000.
 Pendidikan tinggi 15,6 Kalau saya jual Rp. 2.000 per-potomg,
maka akan dapat untung lebih banyak lagi.
Kegiatan sebelum mendirikan usaha Kalau sebulan bisa laku 100 potong, atau
 Kerja tak tetap 87,5
200 potong, atau....”. Pikiran saya terus
 Bekerja tetap 12,5
berputar mengkalkulasi keuntungan yang
 Bulak Timur 21,0 bisa diperoleh bila angan-angan saya bisa
 Luar Bulak Timur 11,0 terwujud. Akhirnya saya putuskan
Sumber: Data Primer, 2016 membeli 20 potong dengan total harga Rp.
10.000. Di sela-sela kesibukannya sebagai
Karakteristik menurut usia, 46,9% dari responden
kondektur Metro Mini, saya menawarkan
tergolong usia muda (35-39 tahun) saat memulai celana Balita yang dibelinya kepada teman-
usahanya. Meski demikian terdapat juga jumlah yang teman seprofesinya di terminal saat
relatif banyak (31,3%) yang sudah berusia 40 tahun atau beristirahat dengan harga Rp. 2.000 per-
lebih saat memulai usahanya, dan meskipun hanya
potong. Istri saya juga turut menawarkan
6,3% terdapat diantara mereka yang masih tergolong celana-celana Balita itu ke tetangga, juga
sangat muda (<25 tahun) untuk menjadi pengusaha. dengan harga Rp. 1.600 per-potong.
Lebih lanjut, diluhat dari tingkat pendidikan para Ternyata hanya dalam tempo seminggu
pengusaha ini cukup tinggi yaitu 59,4% lulus SMA atau seluruh celana habis terjual. “Mantap kali.
yang sederajat. Bahkan walaupun jumlahnya tidak Lebih baik aku dagang barang-barang
banyak (15,6%), terdapat juga lulusan perguruan tinggi. macam ini daripada teriak-teriak panggil
Adapun kegiatan responden sebelum mendirikan penumpang di Metro Mini”. Pikir saya
usahanya di Bulak Timur, sebesar 87,5% adalah sambil berangan-angan lebih tinggi lagi,
penganggur atau bekerja tidak tetap. Salah seorang dan setelah berdiskusi dengan istri, saya
narasumber, Hutajulu misalnya, yang bekerja sebagai persiapkan langkah untuk berdagang
kondektur Metro Mini mengemukakan latar belakang pakaian anak-anak. Saya berangkat ke
dan riwayat pekerjaannya sebagai berikut: Bulak Timur untuk mewujudkan
rencananya. Sebagai langkah awal dari
rencana besarnya ini, saya membuat

1 Seirama dengan perkembangan Kota Depok setelah resmi lepas Bulak Timur yang sebelumnya lebih banyak tanah kosong,
dari administrasi pemerintahan Kabupaten Bogor dan menjadi Kota mendadak berubah ramai oleh para pendatang.
Depok, serta arus perpindahan penduduk dari DKI Jakarta, maka

53
Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 11, No. 1, Juni 2016 | 49-62

semacam warung kecil di bagian depan Sementara itu, secara keseluruhan apabila dilihat data
rumah kontrakan, lalu membeli 100 potong mengenai profil usaha responden saat mulai berdiri
pakaian anak-anak dan balita. (Tabel 2) menunjukkan bahwa sebanyak 50%
menyatakan bahwa bentuk kegiatan usahanya adalah
Sejak itu, saya berdagang pakaian anak-
memproduksi dan sekaligus berdagang. Sementara itu,
anak dan Balita dengan serius. Selama
sebanyak 28,1% menyatakan bahwa bentuk kegiatan
beberapa bulan berdagang dapat
usahanya semata-mata hanya memproduksi pakaian
menangguk untung yang besar dan
jadi, dan 21,9% hanya berdagang. Di lihat dari
menggembirakan. Melihat kenyataan ini,
permodalan, sebagian besar atau 59,4 % dari pengusaha
lalu pada awal tahun 2000, saya pindah ke
yang diwawancarai mendirikan usahanya dengan
Bulak Timur dan membeli satu mesin jahit
modal kombinasi ( milik sendiri dan pinjaman baik dari
manual dan istri saya bertindak bertindak
Bank, rentenir ataupun saudara). Hanya 15,6%
sebagai penjahit. Kini, saya tidak lagi
responden yang mendirikan usahanya murni modal
membeli lalu menjual, melainkan
pribadi/sendiri, dan sisanya (25%) mendirikan
memproduk lalu menjual. Dari bisnis ini
usahanya dengan modal pinjaman. Gambaran ini cukup
saya bisa memperoleh untung minimal
menggembirakan proporsi responden yang mendirikan
sekitar Rp. 2 juta per-bulan. Keuntungan
usahanya untuk pertama kali dengan seluruh atau
ini cukup besar bila dibandingkan dengan
sebagiannya modal sendiri relatif cukup tinggi
upahnya sebagai kondektur, atau UMR
meskipun proporsinya paling kecil.
yang pada saat itu hanya Rp. 600.000 per-
bulan”. Adapun pemilikan bangunan tempat usaha,
menunjukkan bahwa sebagian besar atau 56,2% adalah
Mencermati perjalanan pekerjaan nara sumber
milik sendiri, karena sebagian besar responden adalah
sebagaimana dikemukakan di atas, dapat dikemukakan
penduduk Bulak Timur saat mendirikan usahanya.
bahwa meskipun tidak mempunyai latar belakang binis
Dilihat dari tenaga kerja yang dipeerjakan, data
bahkan modal dalam jumlah yang besar, akan tetapi
menunjukkan bahwa hampir separuh dari responden
dengan adanya peluang usaha maka kewirausahaan
(46,8%) tidak menggunakan pekerja, atau pengusaha
dapat berkembang.
tanpa dibantu oleh buruh/ pekerja. Selebihnya (53,2%)
Berkaitan dengan latar belakang atau motivasi dalam menggunakan pekerja, yang terdiri dari jumlah pekerja
menjalankan usaha, sebagian besar atau 56,2% dari dengan kisaran 1-2 orang (37,5%), dan sebanyak 9,4%
responden mendirikan usahanya karena tertarik pada menggunakan pekerja antara 3-4 orang, dan sebanyak
ajakan atau informasi dari orang lain seperti tetangga, 6,3% menggunakan pekerja di atas 5 orang atau lebih.
saudara, atau orang lain yang sudah mendirikan usaha Tabel 2. Profil Usaha Responden Saat Memulai Usaha
lebih dulu. Cukup menarik adalah bahwa sebanyak (n = 32)
18,7% dari responden ini mendirikan usahanya atas
inisiatif sendiri atau tanpa ajakan maupun pengaruh dari Keterangan Persen
siapapun. Hal itu juga terkait dengan adanya kenyataan Bentuk kegiatan
 Memproduksi 28,1
bahwa hampir semua (93,7%) dari responden tidak
 Berdagang 21,9
memiliki keterampilan manajemen usaha sama sekali  Keduanya 50,0
saat mendirikan usahanya. Mereka hanya bermodalkan
kenekatan atau ketertarikan karena keberhasilan Modal
pengusaha terdahulu. Menurut Rajagukguk (2012) hal  Sendiri 15,6
semacam ini tidak jarang terjadi pada masyarakat  Pinjaman 25,0
Indonesia, terutama pada saat-saat yang ekstrim, baik  Keduanya 59,4
berupa krisis ekonomi ataupun booming.2 Status bangunan usaha
 Milik sendiri 56,2
 Bukan milik sendiri 43,7

2Fenomena menjamurnya usaha-usaha kecil di kota-kota besar pada usaha apa saja yang dapat menghasilkan uang, meskipun mereka
saat atau setelah terjadinya krisis moneter akhir tahun 90 an adalah belum pernah sama sekali menjalankan usaha sekecil apapun.
salah satu contoh yang patut diperhatikan. Saat itu, hampir semua
orang yang terkena dampak krisis berpikir sama, yaitu membuka

54
Karakteristik Kewirausahaan Pengusaha Kecil dan…| Zanterman Rajagukguk

menjadi kecil, dan karena buruknya


Pekerja persaingan, dimana yang bermodal besar
 Tidak ada 46,9 semakin kuat sedangkan pengusaha
 1 – 2 Orang 37,5
bermodal kecil seperti saya semakin lemah,
 3 – 4 Orang 9,4
 5 Orang atau lebih 6,2 maka kami memutuskan untuk
menghentikan produksi dan hanya
Sumber informasi ttg usaha ini berdagang saja.”
 Inisiatif sendiri 18,7
 Dari orang lain 56,2 Perubahan sebagaimana dikemukakan tersebut
 Media 25,0 mengakibatkan biaya produksi menjadi jauh lebih tinggi,
yang pada akhirnya telah menurunkan margin
Keterampilan manajemen usaha keuntungan usaha. Tahun 2015 situasi makin buruk
 Tidak ada 93,7 bagi pengusaha bermodal kecil. Persaingan dengan
 Ada 6,2
pengusaha bermodal besar semakin terasa. Pengusaha
Sumber: Data Primer, 2016
bermodal besar ini bisa menentukan harga produknya
dengan harga lebih murah karena mereka bisa
memperoleh kain langsung dari pabrik dengan harga
Lebih lanjut, Grafik 1 memuat data yang menunjukkan yang jauh lebih murah daripada harga pasaran di toko.
adanya perubahan profil usaha yang cukup menarik bila Hal ini bisa Hal ini bisa terjadi karena pengusaha
dibandingkan antara saat mulai berdiri dengan saat bermodal besar ini pada umumnya ‘menaruh’ uang
kajian dilakukan. Bila saat mulai berdiri bentuk mereka di pabrik kain dengan kisaran antara Rp. 1 M
kegiatan usaha sebagian besar terkait dengan proses sampai Rp. 2 M, sementara pengusaha bermodal kecil
produksi (baik hanya memproduksi maupun tidak mampu melakukan hal seperti itu.
memproduksi dan menjual), maka saat kajian
dilakukan bentuk kegiatan yang menonjol adalah
menjual. Data ini menunjukkan bahwa selama kurun
waktu perjalanannya, pengusaha yang tetap
memproduksi hanya tinggal 6 orang dari sebelumnya
yang berjumlah 9 orang, karena 3 orang yang tidak lagi
memproduksi tersebut beralih menjadi hanya berjualan
pakaian jadi. Menurut para responden yang beralih
usaha ini, mereka terpaksa hanya berjualan karena tidak
mampu lagi berproduksi sehubungan dengan semakin
sulitnya memperoleh bahan dasar berupa kain perca,
sementara bila memproduksi dengan menggunakan
bahan dasar kain utuh yang harus dibeli di toko dengan
harga yang jauh lebih mahal dari kain perca, maka Sumber: Data Primer, 2016
keuntungan yang diperoleh sangat kecil dan sulit untuk
memenuhi kebutuhan usaha dan kebutuhan hidup. Meskipun demikian, ada kecenderungan yang cukup
Sebagaimana dikemukakan oleh salah seorang nara menarik, pada saat dilakukan kajian kebanyakan dari
sumber berikut: usaha pengusaha kecil yang dikaji sudah dijalankan
dengan modal sendiri. Bila dibandingkan dengan saat
“Sejak tahun 2010, kain perca semakin mulai berdiri, telah terjadi peningkatan sebanyak 180%
sulit diperoleh karena semakin banyaknya pengusaha kecil yang menggunakan modal sendiri.
orang yang masuk dalam bisnis ini. Oleh Tentu saja hal ini tidak terlepas dari kemajuan usaha
karena itu terpaksa harus beralih ke bahan yang dirasakan sampai sekitar tahun 2005.
dasar lain yaitu kain utuh, yang dibeli dari
pedagang kain di Tanah Abang atau pasar Sejalan dengan adanya perubahan permodalan usaha,
lainnya dengan harga yang sangat jauh terjadi pula perubahan status pemilikan bangunan usaha.
lebih mahal ketimbang kain perca. Tentu Bila Dibandingkan dengan saat mulai berdiri, maka
saja hal itu membuat biaya menjadi jumlah pengusaha kecil yang sudah memiliki bangunan
semakin mahal dan akibatnya keuntungan sendiri meningkat 33,3%. Dari wawancara mendalam

55
Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 11, No. 1, Juni 2016 | 49-62

yang dilakukan dapat diketahui bahwa mereka ini  Manajemen pemasaran 40,0
adalah para pendatang yang semula hanya mengontrak
bangunan sebagai tempat usaha sekaligus sebagai Bila ‘Tidak’, mengapa (n=27)
 Tidak tahu 48,1
tempat tinggal.
 Tidak perlu 7,4
Memperhatikan data perbandingan penggunaan tenaga  Tidak mampu bayar 18,5
kerja pada Tabel 3 dapat menyesatkan apabila tidak  Tidak ada waktu 25,9
Sumber: data Primer, 2016
dijelaskan secara runtut waktu. Pada saat dilakukan
kajian memang terjadi peningkatan jumlah pengusaha
yang menggunakan tenaga kerja bila dibandingkan
dengan saat baru memulai usaha. Namun harus Dengan demikian, sebagian besar atau 84,4%
dijelaskan bahwa sesungguhnya telah terjadi penurunan responden tidak atau belum pernah mengikuti pelatihan
bila dibandingkan dengan saat-saat keemasan usaha keterampilan kerja. Hampir separuh (48,2%) dari
yakni sampai tahun 2004. Dapat pula dijelaskan bahwa responden yang belum pernah mengikuti pelatihan ini
ada kemungkinan tidak lama lagi sebagian besar dari menyatakan mereka tidak mengetahui bagaimana dan
pengusaha kecil di lokasi kajian tidak akan dimana pelatihan keterampilan tersebut dapat diikuti.
menggunakan pekerja lagi, atau hanya menggunakan Seperti diungkapkan oleh Hutajulu, ia sama sekali tidak
dalam jumlah yang paling sedikit. tahu harus kemana dan bagaimana ia bias memperoleh
pelatihan keterampilan kerja. Ia sadar betul bahwa
Sementara itu, berkaitan dengan keterlibatan pengusaha pengetahuan atau keterampilannya hanya berdasarkan
kecil dalam pelatihan keterampilan kerja dapat dilihat ‘lihat sana lihat sini’saja. Inilah gambaran pengusaha
padai Tabel 3. Dari tabel ini terlihat bahwa hanya 15,6% kecil Bulak Timur yang sejak awal mendirikan
saja yang pernah mengikuti pelatihan, yakni pelatihan usahanya hanya bermodalkan keberanian dan tekanan
manajemen produksi, dan manajemen pemasaran yang situasi ekonomi saat itu. Selain itu ada pula (25,9%)
diselenggarakan oleh sebuah LSM bekerjasama dengan yang mengatakan karena tidak ada waktu untuk
Dinas KUKM Kota Depok. Data ini seakan mengikuti pelatihan meskipun mereka sadar bahwa hal
memperkuat dugaan beberapa pengamat mengenai itu perlu. Hal ini dapat dimaklumi karena pengusaha
kebijakan UKM di Indonesia yang masih berorientasi kecil di Bulak Timur ini pada umumnya adalah solo
kepada aspek sosial ketimbang pasar atau persaingan, manajer, sekaligus merangkap pekerja. Lebih
sehingga kebijakan yang diambil belum sepenuhnya memprihatinkan lagi adalah adanya sebagian kecil
terintegrasi dalam kebijakan ekonomi makro. Di responden (7,4%) yang menganggap pelatihan tidak
Indonesia kebijakan terhadap UKM lebih sering perlu karena usaha dan pekerjaan semacam ini tidak
dikaitkan dengan upaya pemerintah mengurangi memerlukan keterampilan yang khusus dan tinggi.3
pengangguran, memerangi kemiskinan dan pemerataan
pendapatan. Karena itu pengembangan UKM sering Selanjutnya, berdasarkan pengamatan dan berbagai
dianggap secara tidak langsung sebagai kebijakan informasi menunjukkan bahwa di lokasi kajian sudah
penciptaan kesempatan kerja atau kebijakan redistribusi terdapat Asosiasi Pengusaha Industri Kecil Indonesia
pendapatan (Tambunan: 2002). (APIKI) di kawasan Bulak Timur. Akan tetapi data
seperti pada Tabel 4 menunjukkan bahwa hanya 43,7%
Tabel 3. Keterlibatan Responden dalam Pelatihan pengusaha kecil yang menjadi anggota APIKI.
Keterampilan Kerja Sampai Saat ini Sebanyak 64,3% dari responden atau pengusaha kecil
Keterangan Persen yang menjadi anggota ini mengatakan ada manfaatnya
Pelatihan keterampilan (n=32) menjadi anggota APKI seperti wadah komunikasi antar
 Pernah 15,6 pengusaha, mengatur persaingan. Namun 35,7%
 Tidak 84,4 mengatakan tidak ada manfaat yang mereka rasakan
sebagai anggota APIKI.
Bila ‘Pernah’, pelatihan yang diikuti (n=5)
 Manajemen produksi 60,0

3Ketiga kecenderungan ini juga ditemukan oleh Rajagukguk (2012) sadar pentingnya arti pelatihan; dan pada sisi lain juga karena
pada pengusaha kecil sektor industry yang pernah ditelitinya. Ia kurangnya upaya pemerintah di daerah untuk mensosialisasikan dan
menyimpulkan bahwa hal ini terjadi bukan saja karena pengusaha melaksanakan pelatihan sampai ke tingkat perdesaan.
itu sendiri memang tidak mengetahui, atau mengetahui tetapi tidak

56
Karakteristik Kewirausahaan Pengusaha Kecil dan…| Zanterman Rajagukguk

Tabel 4. Keterlibatan Responden dalam Asosiasi yang mampu membeli dengan harga murah karena
Pengusaha Sejenis Sampai Saat Ini mereka menanamkan uangnya di pabrik-pabrik kain.
Keteranngan Perse Masalah lain yang juga dianggap berat adalah makin
n
banyaknya orang membuka usaha sejenis. Para
Keanggotaan dalam APIKI (n=32)
 Anggota 43,7 pengikut ini sebagian adalah penduduk setempat, dan
 Tidak 56,2 sebagian lagi adalah pendatang dati Jakarta atau Bogor.
Situasi ini dirasa memperburuk suasana karena
Bila ‘Anggota’, apa manfaatnya? (n=14) bertambahnya pesaing, yang tentu saja akan
 Wadah komunikasi antar pengusaha 28,6 mempersempit pasar dan menurunnya harga.
 Mengusahakan pengembangan usaha 14,3
 Mengatur persaingan 21,4 Tabel 5. Permasalahan yang Dihadapi Responden
 Tidak ada 35,7 Sampai Saat ini (n = 32)

Bila ‘Tidak’, mengapa (n=18) Keterangan Persen


 Tidak tahu ada APIKI 27,8 Biaya produksi makin mahal 93,7
 Tidak tahu cara menjadi anggota 11,1 Makin kerasnya persaingan 65,6
 Tidak ada gunanya 38,9 Sulit memperoleh kredit usaha 68,7
 Lainnya 22,2 Makin banyaknya orang membuka usaha 93,7
Sumber : Data Primer, 2016 Kurangnya dukungan pemerintah 75,0
Sumber: Data Primer, 2016
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa separuh lebih
(56,2%) dari responden belum menjadi anggota APIKI. Masalah berikutnya yang juga tidak kalah penting
Kebanyakan dari mereka ini (38,9%) mengatakan adalah kurangnya dukungan dari pemerintah. Saat
bahwa mereka tidak menjadi anggota karena merasa mereka menghadapi persaingan yang makin ketat dan
tidak akan memperoleh manfaat bila menjadi anggota cenderung tidak sehat, atau disaat mereka
APIKI berdasarkan pengamatan mereka sehari-hari. membutuhkan bantuan permodalan, atau disaat mereka
Selebihnya mengatakan karena tidak mengetahui membutuhkan pelatihan keterampilan kerja, mereka
adanya APIKI, dan tidak tahu cara menjadi anggota. belum merasakan kehadiran pemerintah secara optimal.
Berkaitan dengan hal iniMengenai hal ini, seorang nara Akan tetapi, menurut penjelasan salah satu responden
sumber menjelaskan bahwa: yang sudah tergolong maju dan besar, sebenarnya
pemerintah Kota Depok melalui Dinas Koperasi,
“ hampir tiap hari rumah yang menjadi
UMKM dan Pasar Kota Depok sudah memberikan
kantor APIKI selalu tertutup dan tidak tahu
dukungan, seperti dalam hal bantuan permodalan.
apa kegiatan yang dilakukan oleh para
Namun dalam perjalanannya tidak berjalan sesuai
pengurusnya. Organisasi ini nampak sangat
harapan karena banyak pengusaha di Bulak Timur yang
eksklusif, hanya bagi orang-orang atau
tidak tertib dan disiplin dalam pemenuhan kewajiban
pengusaha tertentu, dan baru aktif apabila
pengembalian pinjaman, sehingga pemerintah
ada kampanye Pilpres atau Pilkada.
melimpahkan pengurusan pinjaman modal kepada
Kalaupun saya menjadi anggota, tapi
Bank agar lebih teratur pengembalian uangnya.
merasa tidak menerima manfaat apa-apa,
bahkan ‘tekor’ karena harus mengeluarkan
uang untuk iuran anggota”. KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN

Selanjutnya, Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian Lebih lanjut, seperti telah dijelaskan dalam metode,
besar dari responden pengusaha kecil menghadapi salah satu pendekatan analisis yang dilakukan dalam
masalah dalam menjalankan usahanya. Menurut kajian adalah analisis karakteristik kewirausahaan para
mereka, masalah yang paling menonjol adalah biaya responden. Juga telah dijelaskan bahwa ciri dari
produksi (biaya bahan dan upah pekerja) makin mahal karakteristik kewirausahaan yang akan dianalisis
dan makin sulit memperoleh kain. Seperti dijelaskan adalah: memiliki rasa percaya diri, berorientasi pada
sebelumnya oleh Hutajulu, kain perca sudah sulit tugas dan hasil, berani mengambil resiko dan suka
diperoleh sehingga pengusaha harus beralih ke bahan tantangan, memiliki jiwa pemimpin, memiliki
lain yaitu kain utuh yang harus dibeli di toko dengan keorsinilan, dan ciri berorientasi ke masa depan.
harga yang jauh lebih mahal. Hanya pemodal besar

57
Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 11, No. 1, Juni 2016 | 49-62

Memiliki Rasa Percaya Diri Berorientasi pada Tugas dan Hasil


Berdasarkan data yang diperoleh sebagaimana terdapat Grafik 3 memperlihatkan karakteristik kewirausahaan
pada Grafik 2, dari empat watak yang mencerminkan responden pada ciri berorientasi pada tugas dan hasil,
ciri percaya diri, yakni keyakinan, independensi, yang dicerminkan oleh tiga watak yaitu selalu ingin
individualistik, dan optimisme, maka hanya 46,9% berprestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan,
responden yang dapat dikategorikan memiliki tekad kerja keras. Data dari lapangan menunjukkan
keyakinan. Hal ini menandakan bahwa hanya sedikit bahwa persentase responden yang memiliki keinginan
responden yang secara sadar mempunyai keyakinan yang tinggi untuk berprestasi adalah sebesar 71,9%.
akan usaha yang dibangunnya. Sesungguhnya data ini
Selanjutnya, pada watak yang kedua, persentase
tidak mengejutkan karena sejak awal sudah dapat
responden yaitu memiliki orientasi yang tinggi pada
diidentifikasi bahwa banyak diantara pengusaha kecil
laba mencapai angka 81,2%. Hal ini mungkin tidak
yang menjadi responden yang membangun usahanya
terlalu mengejutkan, karena dapat dikatakan seluruh
hanya karena ajakan atau pengaruh orang lain saat ia
pengusaha selalu menginginkan untuk memperoleh
menghadapi situasi ekonomi yang sulit.
laba. Namun keinginan tersebut bisa berbeda
tingkatannya, dan data ini menunjukkan meskipun
persentasenya tinggi, tetapi tidak semua responden
memiliki orientasi yang tinggi terhadap laba.
Berikutnya, pada watak yang ketiga, ternyata hanya
56,2% responden yang memiliki ketekunan dan
ketabahan yang tinggi. Menurut Rajagukguk (2014) ini
mengartikan masih banyaknya responden yang tidak
tekun dan cengeng. Malas dan mudah putus asa adalah
watak yang acap kali diidap oleh para responden
pengusaha kecil yang tidak didasari oleh niat dan cita-
cita yang kuat saat mendirikan usahanya, atau watak
Sumber: Data Primer, 2016
yang kadang muncul dalam suasana tertentu. Sementara
Selanjutnya, pada watak yang kedua yakni itu, persentase responden yang memiliki tekad dan kerja
independensi, persentase responden yang memiliki keras yang tinggi cukup banyak yakni 68,8%.
independensi lebih rendah lagi yaitu hanya 43,7%. Ini
Berdasarkan data tersebut di atas, maka dapat dikatakan
mengartikan bahwa hanya sejumlah inilah responden
bahwa kategori responden pada watak keinginan yang
yang dapat dikategorikan tidak tergantung kepada
tinggi untuk berprestasi, memiliki ketekunan dan
orang lain dalam mengambil keputusan. Akibat dari
ketabahan, dan memiliki tekad dan kerja keras adalah
rendahnya persentase responden yang memiliki
“cukup baik”, sedangkan pada watak memiliki orientasi
independensi, maka persentase dari responden yang
yang tinggi pada laba adalah “baik”. Nilai yang baik
dapat digolongkan individualistik juga tidak terlalu
pada watak ini sesungguhnya adalah kekuatan yang ada
tinggi, yakni hanya 50%. Sementara itu, responden
dalam diri responden untuk memajukan usahanya di
yang tergolong memiliki rasa optimisme dalam
masa mendatang.
menjalankan usahanya cukup lumayan, yakni mencapai
59,4%. Berani Mengambil Resiko dan Suka Tantangan
Berdasarkan data tersebut di atas, maka dapat dikatakan Menjalankan suatu usaha atau menjadi pengusaha tidak
bahwa kategori responden pada watak keyakinan dan akan terlepas dari kemungkinan menghadapi resiko dan
watak independensi cenderung “kurang baik” . Ini berbagai tantangan. Pengusaha yang baik dan memiliki
merupakan kelemahan dalam diri responden pengusaha kemungkinan untuk sukses adalah pengusaha yang
kecil yang dapat mengganggu upaya memajukan berani menghadapi resiko apapun secara wajar, penuh
perusahaan di masa mendatang. Sementara pada watak perhitunngan yang matang, bukan sekedar berani tanpa
individualistik dan optimisme kategorinya adalah memperhitungkan kemampuannya sendiri. Pengusaha
“cukup baik”. Ini merupakan kekuatan yang ada dalam yang baik juga harus berani menghadapi tantangan,
diri responden dalam upaya memajukan usahanya di dengan tetap memperhitungkan manfaat dan
kemudian hari. kemampuan masing-masing.

58
Karakteristik Kewirausahaan Pengusaha Kecil dan…| Zanterman Rajagukguk

Data yang terdapat pada Grafik 4 memperlihatkan diwawancarai hanya 56,2% yang memiliki keinginan
bahwa persentase responden yang memiliki keberanian yang tinggi untuk menerima saran dan kritik.
yang tinggi untuk mengambil resiko hanya sebesar Bagaimanapun, ini adalah suatu kelemahan yang
53,1%. Sementara itu, persentase responden yang seharusnya tidak boleh ada pada pengusaha, karena
memiliki kemauan yang tinggi untuk menghadapi dengan kemauan untuk menerima saran dan kritik,
tantangan adalah sebesar 68,7%. seorang pengusaha akan dapat memperbaiki kinerjanya
baik dari aspek produksi maupun pemasaran.
Berdasarkan data tersebut, maka dapatlah dikatakan
bahwa kategori responden pada dua watak dalam ciri Series1, Series1, Mau Series1, Mau
keberanian mengambil resiko dan suka menghadapi Perilaku bergaul dgn terima saran
pemimpin, org lain, 78.13 & kritik, 56.25
tantangan adalah “cukup baik”. Meski persentase ini 43.75
belum tergolong tinggi, namun responden sudah
memiliki kekuatan yang sangat dibutuhkan untuk
memajukan usahanya di masa mendatang.
Grafik 5: Persentase Tertinggi Responden pada
Ciri Memiliki Jiwa Pemimpin

Sumber: Data Primer, 2016


Berdasarkan data tersebut di atas, maka dapat dikatakan
bahwa kategori responden pada tiga watak dalam ciri
kepemimpinan sangat bervariasi. Watak perilaku
pemimpin dengan kategori “kurang baik”, sementara
watak mau menerima saran dan kritik dengan kategori
Sumber: Data Primer, 2016 “cukup baik”, dan watak mau bergaul dengan orang lain
dengan kategori “baik”.
Memiliki Keorisinilan
Memiliki Jiwa Pemimpin
Ciri keorisinilan yang digambarkan oleh watak Inovatif
Maju mundurnya sebuah perusahaan sangat dan kreatif serta memiliki jaringan bisnis yang luas
dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan pengusaha yang pada diri responden menunjukkan nilai yang sangat
bersangkutan. Ciri kepemimpinan ini dicirikan oleh memprihatinkan. Seperti terlihat pada Grafik 6,
watak berperilaku sebagai pemimpin, mau bergaul persentase responden yang memiliki inovasi yang
dengan orang lain, mau menerima saran-saran dan tinggi hanya sebesar 43,7%. Rendahnya persentase ini
kritik. mengartikan bahwa sebagian besar responden tidak
Bagaimana pencapaian responden pada ciri atau kurang memiliki inovasi. Oleh karenanya dapat
kewirausahaan ini dapat dilihat pada Grafik 5, dimana diartikan bahwa para pengusaha yang menjadi
persentase responden yang memiliki perilaku responden dalam kajian ini ini hanya bergelut pada
pemimpin yang tinggi hanya 43,7%. Ini berarti sebagian jenis-jenis produksi yang sama sepanjang waktu. Hal
besar atau lebih dari separuh responden belum memiliki ini juga dibuktikan lagi oleh rendahnya angka
perilaku pemimpin yang memadai untuk memimpin persentase responden yang memiliki kreativitas yang
sebuah usaha. Adapun persentase responden yang tinggi, yakni hanya 46,9%. Kenyataan ini tidak
memiliki keinginan yang tinggi untuk bergaul dengan mengejutkan karena inovasi dan kreativitas adalah dua
orang lain cukup bagus dengan angka 78,1%. Ini hal yang saling terkait. Pada sisi lain, rendahnya nilai
menandakan bahwa responden memiliki pergaulan responden pada ciri keorsinilan ini ditunjukkan pula
yang cukup baik, dan merupakan kekuatan yang sangat oleh rendahnya persentase responden yang memiliki
diperlukan oleh seseorang yang memimpin sebuah jaringan bisnis yang luas, yakni hanya 28,1%. Memang
usaha sekecil apapun. Dengan pergaulan yang luas, ada sebagian kecil responden yang sudah memiliki
seorang pengusaha dapat memajukan usahanya baik jaringan bisnis pemasaran yang luas, bukan saja antar
dari aspek produksi maupun pemasaran. Namun provinsi, tetapi antar pulau. Tetapi seperti ditunjukkan
sungguh disayangkan, dari seluruh responden yang oleh data, jaringan bisnis dari sebagian besar dari

59
Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 11, No. 1, Juni 2016 | 49-62

responden hanya pada lingkungan lokal, atau paling Mencermati seluruh penjelasan di atas, maka dapat
jauh sekitar Jabodetabek. Berdasarkan data tersebut di dikatakan bahwa permasalahan yang dihadapi oleh
atas, maka dapat dikatakan bahwa kategori responden pengusaha kecil sebagaimana disebutkan dalam Tabel
pada tiga watak dalam ciri keorisinilan adalah “kurang 5, tidak terlepas dari rendahnya nilai karakteristik
baik”. kewirausahaan mereka, terutama pada ciri percaya diri,
kepemimpinan, dan keorisinilan. Seperti disimpulkan
oleh penelitian IPB (2012), karakteristik kewirausahaan
berpengaruh positif terhadap kompetensi dan kinerja
pengusaha secara keseluruhan. Dengan bahasa yang
lain tetapi dengan maksud yang sama, Zimmerer (2000)
mengutarakan ada beberapa faktor yang menyebabkan
wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya:
 Tidak kompeten dalam manajerial, termasuk di
dalamnya manajemen keuangan.
 Kurang berpengalaman baik dalam
Sumber: Data Primer, 2016 kemampuan mengkoordinasikan, keterampilan
mengelola sumber daya manusia, maupun
Berorientasi ke Masa Depan megintegrasikan operasi perusahaan.
Salah satu aspek yang mempengaruhi maju tidaknya  Gagal dalam perencanaan.
suatu usaha adalah apakah pemilik usaha tersebut
 Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam
memiliki orientasi ke depan atau tidak? Artinya, apakah
pengusaha yang bersangkutan memiliki persepsi dan berusaha.
cara pandang yang berorientasi pada masa depan atau  Ketidakmampuan dalam melakukan
tidak? Bila memiliki orientasi ke depan, seberapa tinggi peralihan/transisi kewirausahaan.
atau besar orientasi tersebut. Meskipun orientasi
tersebut dimiliki, namun bila nilainya rendah, maka STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA
orientasi tersebut tidak akan berpengaruh terhadap
kemajuan isaha secara berarti. Tentu saja keadaan akan Dari seluruh uraian di atas dapat diidentifikasi
lebih buruk lagi bila ternyata orientasi itu tidak dimiliki kekuatan, dan kelemahan yang ada dalam diri
oleh pengusaha. responden, serta peluang dan hambatan yang mereka
hadapi. Selanjutnya, berdasarkan identifikasi tersebut
Dalam hal pengusaha kecil pakaian jadi yang menjadi
dapat disampaikan strategi yang harus dilakukan baik
responden dalam penelitian ini, maka persentase
oleh responden maupun pemerintah untuk
responden dengan persepsi yang tinggi terhadap masa
meningkatkan karakteristik kewirausahaan responden,
depan termasuk kategori “baik”, yakni sebanyak
dan untuk mengembangkan usaha mereka di masa
78,1%. Ini merupakan suatu kekuatan yang dimiliki
mendatang.
oleh responden untuk memajukan usahanya di masa
depan.
Pada satu sisi, para pengusaha kecil harus berupaya
Tabel 6. Karakteristik Kewirausahaan Responden pada membangun dan meningkatkan kaeakteristik
Ciri Berorientasi ke Masa Depan (n = 32) kewirausahaanya. Membangun dan meningkatkan rasa
percaya diri akan membuat pengusaha tidak cepat putus
Keterangan Jumlah Persen
asa dan menyerah, sehingga akan membentuk
Persepsi ke masa depan
keyakinan para pelanggan mengenai besarnya manfaat
 Tinggi 25 78,1
produknya. Dengan berorientasi pada tugas dan hasil,
 Cukup tinggi 6 18,7
pengusaha akan selalu mengerjakan tugasnya secara
 Agak rendah 1 3,1
hati-hati dan baik, memperhatikan segala proses
 Rendah 0 0,0
pelaksanaan tugas, mengutamakan efisiensi, sehingga
Sumber: Data Primer, 2016
mendapatkan hasil yang baik pula, dan menghasilkan
keuntungan yang sebesar-besarnya dengan modal yang
sekecil-kecilnya. Dengan membangun dan

60
Karakteristik Kewirausahaan Pengusaha Kecil dan…| Zanterman Rajagukguk

meningkatkan keberanian untuk mengambil resiko dan PELUANG (P) STRATEGI (KP) STRATEGI (LP)
suka tantangan, akan membuat pengusaha berani
1. Tingginya (Memanfaatkan (Mengurangi
berspekulasi tetapi dengan perhitungan yang matang, permintaan dari kekuatan utk merebut kelemahan,
karena dalam dunia usaha semuanya dipenuhi dengan luar daerah. peluang) memanfaatkan
spekulasi. Orang yang sukses dalam berbisnis, rata-rata 2. Adanya peluang)
1. Meningkatkan
dukungan dari
adalah orang-orang yang berani berspekulasi. Dengan pemerintah.
kerjasama antar 1. Meningkatkan
membangun dan meningkatkan jiwa kepemimpinan, pengusaha untuk percaya diri,
3. Tersedianya
memenuhi ketekunan dan
pengusaha akan memiliki sikap yang lugas tenaga kerja.
permintaan dari ketabahan, kerja
berlandaskan sikap apa adanya, dan bersifat objektif luar daerah. keras, kemampuan
yang dapat menambah nilainya dimata para pelanggan 2. Mempelajari mnj usaha,
persyaratan untuk keorsinilan utk
atau investor. Dengan membangun dan meningkatkan
memperoleh memperluas pasar di
Inovasi dan kreatifitas, pengusaha akan mampu dukungan dari luar daerah dan
menghasilak produk-produk yang bersifat orisinil, pemerintah. memperoleh
bukan jiplakan, dan membawa pembaharuan sesuai 3. Melakukan dukungan dari
penelusuran untuk pemerintah.
tuntutan pasar. Dengan membangun dan meningkatkan memperoleh 2. Meningkatkan
orientasi ke masa depan, pengusaha akan mampu tenaga kerja yang kemampuan mnj
membaca peluang usahanya di masa mendatang. Dalam sesuai. SDM utk
memperoleh pekerja
hal ini tentu pengusaha tersebut akan membaca situasi
yg handal dan
kedepan sehingga dapat memilih dengan tepat usaha memiliki etos kerja.
apa yang memiliki kemungkinan untuk berkembang,
HAMBATAN (H) STRATEGI (KH) STRATEGI (LH)
yaitu produk yang tidak tergerus dimakan oleh waktu. (Menggunakan (Mengurangi
1. Semakin kekuatan utk kelemahan seraya
Selain itu, mereka juga harus memahami dan banyaknya mengatasi mengatasi hambatan)
melaksanakan manajemen survival agar setiap saingan. hambatan) 1. Meningkatkan
menghadapi kesulitan mereka dapat memahami 2. Pengaruh 1. Meningkatkan percaya diri,
pengusaha kerjasama antar ketekunan dan
bagaimana cara untuk bertahan. Kesulitan dan bermodal pengusaha utk ketabahan, kerja
hambatan adalah suatu keniscayaan dalam menjalankan besar dalam mengurangi keras,
suatu usaha, dan pengusaha yang memiliki karakteristik menentukan persaingan tak kemampuan mnj
harga. sehat dan usaha, keorsinilan
kewirausahaan harus mampu menerima dan 3. Kurang pengaruh utk menghadapi
mengatasinya sampai jadi pemenang. Ia harus mampu berperannya pengusaha persaingan dan
bertahan hidup dalam kondisi sesulit apapun, sampai APIKI. bermodal besar kecemburuan
akhirnya bangkit kembali. Keseluruhan penjelasan ini 4. Adanya dlm penentuan sosial masyarakat
kecemburuan harga. setempat.
dapat dilihat dalam Matriks 1. sosial dari 2. Meningkatkan 2. Memahami dan
masyarakat pendekatan agar meningkatkan
Matriks 1. Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peuang, setempat APIKI terbuka kemampuan
dan Hambatan Responden Pengusaha terhadap kpd seluruh manajemen
Kecil Pakaian Jadi di Depok pengusaha pengusaha, dan survival
pendatang. melakukan 3. Meningkatkan
pembinaan kpd kemampuan
KEKUATAN (K) KELEMAHAN (L) anggota. bernegosiasi utk
IFAS 1. Ingin berprestasi 1. Kurang percaya 3. Menggalang mendorong
2. Berorientasi diri hubungan baik berperannya
pada laba 2. .Kurang tekun dan dengan tokoh APIKI, dan
3. Mau bergaul tabah masyarakat agar menekan
dengan orang 3. Kurang tekad diterima baik munculnya
lain kerja keras oleh kecemburuan
4. Memiliki 4. Kurang mampu masyarakat. sosial masyarakat
persepsi ke manajerial setempat.
masa depan 5. Kurang berani
ambil risiko dan
EFAS

hadapi tantangan Selanjutnya, agar para pengusaha kecil ini mampu


6. Kurang perilaku melakukan hal-hal tersebut di atas, maka Pemerintah
pemimpin
Kota Depok harus memberikan dukungan antara lain
7. Kurang mau
terima saran dengan segera merealisasikan cetak biru
8. Kurang pengembangan usaha kecil Kota Depok, yang sedapat
keorsinilan mungkin harus memuat gambaran jelas mengenai

61
Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 11, No. 1, Juni 2016 | 49-62

pembagian usaha kecil menurut sub-sektor. Harus jelas hambatan yang menghadang berkembangnya
berapa persen pangsa untuk usaha pakaian jadi, kewirausahaan di Depok juga masih banyak, termasuk
makanan dan minuman, kerajinan tangan, dan lain-lain belum optimalnya kebijakan atau program pemerintah
sehingga tidak terjadi kelebihan kapasitas pada sub yang ditujukan untuk mengembangkan kewirausahaan,
sektor tertentu sementara pada sub sektor lain justru di termasuk usaha-usaha kecil.
bawah kapasitas. Cetak biru ini dapat digunakan
Oleh karena itu, para pengusaha kecil pakaian jadi di
sebagai bahan untuk mengembangkan technopark
Depok harus berupaya keras agar mereka dapat
wirausaha atau technopreneurship di Kota Depok.
memiliki karakteristik kewirausahaan yang tinggi, yang
Selain itu, pemerintah Kota Depok sudah saatnya
selanjutnya diharapkan dapat membuat usaha yang
mengembangkan atau membangun sebanyak mungkin
mereka kelola berkembang di masa mendatang.
inkubator bisnis dan pelatihan-pelatihan tata kelola
usaha, termasuk pendampingan kepada pengusaha Namun demikian, para pengusaha kecil ini tidak boleh
binaan sehingga mereka dapat memperoleh teknik- dibiarkan sendirian. Pemerintah Kota Depok harus
teknik yang tepat pada saat menghadapi masalah. hadir dengan memberikan dukungan nyata dalam
berbagai bentuk, utamanya pengaturan wilayah usaha
Dukungan lain yang perlu diberikan oleh Pemerintah
kecil, pelatihan, dan pendampingan.
Kota Depok adalah membangun atau meningkatkan
kemampuan pengusaha kecil untuk memahami dan
melaksanakan manajemen survival (Susanto: 1998). DAFTAR PUSTAKA
Hambatan bisnis yang dihadapi oleh responden
mungkin masih akan berlangsung dalam waktu yang Boone, Louis. E. and David L. Curtz. 2013. Contemporary
relatif lebih panjang lagi. Oleh karena itu para Business. 15th Edition. New York: John Wiley and Sons.
pengusaha ini memerlukan persiapan yang cukup Ebert, Ronald J. and Ricky W. Griffin. 2013. Business
memadai untuk dapat bertahan hidup dalam kondisi Essential. New Jersey: Prentice Hall.
kurang menguntungkan ini sambil mempersiapkan diri
Hisrich, Robert D. and Michael P. Peters. 2009.
untuk meraih peluang di waktu mendatang.
Entrepreneurship. New York: McGraw-Hill. Inc.
Institut Pertanian Bogor. 2012. Analisis Pengaruh
KESIMPULAN Karekteristik Kewirausahaan Terhadap Kinerja
Wirausaha pada Unit Usaha Kecil Menengah (UKM)
Menurut Global Entrepreneurship Monitor, Indonesia
di Provinsi Jawa Barat. Bogor.
memiliki The level of Total early-stage entrepreneurial
activity (TEA) yang tinggi, dengan tingkat ketakutan Meredith, Geoffrey. G. 1996..Kewirausahaan: Teori dan
gagal yang rendah. Selain itu, di Indonesia juga terdapat Praktek, Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.
kesempatan yang sama bagi laki-laki dan perempuan Rajagukguk, Zantermans. 2014. Dampak MEA Terhadap
untuk terlibat dalam TEA. Kesempatan Kerja di Indonesia dan Kebijakan yang
Diperlukan. Makalah disampaikan dalam Seminar dan
Pendapat tersebut di atas sungguh membanggakan dan Talk Show Tantangan Ketenagakerjaan 2015. FE-UII.
menyejukkan hati. Pendapat ini mungkin benar Yogyakarta.
seluruhnya atau sebagian, tetapi bisa juga salah
----------. 2012. Perkembangan Unit Usaha dan Tenaga
seluruhnya atau sebagian. Bagaimanapun kita berharap Kerja Industri Kecil Indonesia 2005-2010. Jakarta:
pendapat ini benar seluruhnya. Namun demikian, Pusat Litbang Ketenagakerjaan.
pendapat ini tidak boleh membuat kita lengah.
Susanto, A.B. 1998. Survival Management. Jakarta:
Dikatakan demikian karena selain rasio kewirausahaan
Percetakan Negara.
di Indonesia masih tergolong rendah, dari penelitian ini
juga dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya para Tambunan, Tulus. 2000. Perkembangan Industri Skala
wirausaha Indonesia, khususnya pada usaha-usaha kecil Kecil di Indonesia, Jakarta: Mutiara Sumber Widya.
pakaian jadi seperti di Depok dapat memberi kontribusi Zimmerer, Thomas. W. 2000. Essentials of
yang sangat berarti dalam mencapai rasio wirausaha Entrepreneurship and Small Business Management,
yang ideal di Indonesia. Tetapi hingga saat ini mereka New Jersey: Prentice Hall.
masih memiliki banyak kelemahan ketimbang kekuatan.
Kelemahan ini selanjutnya telah mengakibatkan
rendahnya nilai karakteristik kewirausahaan. Selain itu,

62

You might also like