Professional Documents
Culture Documents
net/publication/332401699
CITATIONS READS
0 1,390
1 author:
62 PUBLICATIONS 42 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Arif Rahman Hakim on 13 April 2019.
EKONOMI
PEMBANGUNAN: SEBUAH
PENGANTAR
ARIF RAHMAN HAKIM
[Tautan Unduhan]:
https://www.researchgate.net/profile/Arif_Hakim14
Ekonomi Pembangunan : Sebuah Pengantar
Oleh Arif Rahman Hakim
Referensi :
1. Pendahuluan
Dewasa ini, salah satu hal yang menjadi karakteristik mencolok dari
perekonomian di berbagai belahan dunia adalah adanya peningkatan
ketimpangan dalam distribusi sumber daya. Sebagai contohnya, Cina, negara
terpadat di dunia, telah mengalami pertumbuhan ekonomi pada tingkat yang
belum pernah terjadi sebelumnya, dan India juga telah membuat kemajuan
besar. Sementara itu, negara-negara di sub-Sahara Afrika dan negara lain
cenderung mengalami stagnasi, dan kesenjangan dalam standar hidup yang
semakin melebar.
[Arif Rahman Hakim| Ekonomi Pembangunan : Sebuah Pengantar]
2
[Arif Rahman Hakim| Ekonomi Pembangunan : Sebuah Pengantar]
3
[Arif Rahman Hakim| Ekonomi Pembangunan : Sebuah Pengantar]
Para ahli teori modernisasi juga telah menambahkan faktor politik dan sosial
kedalam transformasi definisi ekonomi pembangunan, yang mana
pembangunan perlu melibatkan kewirausahaan kedalam evolusi sosial budaya
sebagai bagian dari aspek pembangunan. Selain itu, kesenjangan dari proses
pertumbuhan selama dua dekade pertama telah menarik minat
developmentalist untuk semakin peduli terhadap kesejahteraan masyarakat
miskin, yang tentu saja hal ini mendorong peningkatan kesejahteraan nasional
yang secara eksplisit menjadi bagian dari karakteristik ekonomi pembangunan
sehingga menjadi pembeda dari hanya sekadar pertumbuhan ekonomi dan
juga pendapatan perkapita.
Jika ekonomi pembangunan adalah sekumpulan pemikiran yang bertujuan
membantu negara-negara mengejar ketertinggalannya, terutama dalam
pendapatan per kapita, maka cabang ilmu ini telah menjadi salah satu yang
tertua dalam ilmu ekonomi. Diawali dari industrialisasi di Inggris hingga
restorasi Meiji di Jepang. Sebagai sebuah sub disiplin ilmu, ekonomi
pembangunan telah menjadi cabang ilmu yang mapan sejak pertengahan
tahun 40-an dan awal 50-an, terus berlanjut hingga periode berikutnya hingga
sekarang. Selama periode tersebut, para ahli ekonomi pembangunan telah
menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi dapat berhasil, karena ada
beberapa negara yang dianggap mampu mencapai tahap tinggal landas sebagai
pijakan menuju pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, juga adanya fakta
bahwa ekonomi pembangunan memiliki peran yang menentukan untuk
memberikan garansi keberhasilan pembangunan ekonomi berkelanjutan. Saat
ini, ekonomi pembangunan menjadi jauh lebih komprehensif dan analitis
dibandingkan sebelumnya (Meier, 1985 dalam Janvry dan Sadoulet, 2014).
Ekonomi pembangunan sendiri telah mampu menjadi salah satu mainstream
dalam disiplin ilmu ekonomi, dengan para akademisi dan scholar yang
menekuni bidang spesialisasi ekonomi pembangunan pada sebagian besar
universitas besar dan ternama di seluruh dunia. Tentu saja, ekonomi
pembangunan mampu menarik sejumlah bakat luar biasa, semacam
kelulusan "recruitment test" sebagaimana diusulkan oleh Hirschman, sebagai
4
[Arif Rahman Hakim| Ekonomi Pembangunan : Sebuah Pengantar]
5
[Arif Rahman Hakim| Ekonomi Pembangunan : Sebuah Pengantar]
kebebasan bergerak, dan bebas dari rasa takut; (2) pembangunan yang ramah
lingkungan dimana konsep pembangunan ini menganggap adanya isu
lingkungan yang secara eksplisit harus masuk kedalam model ekonomi, tidak
hanya sebagai model alternatif. Dengan pendekatan ini, biaya lingkungan
menjadi komponen dalam perhitungan pembangunan ekonomi. Konsep PDB
hijau berupaya mencegah kerusakan lingkungan dengan menjadikannya
ukuran penghitungan pendapatan nasional atau produk domestik bruto; (3)
dan tata pemerintahan yang baik. Tata kelola yang baik itu sendiri merupakan
salah satu tujuan pembangunan. Setiap negara perlu mencapai tata kelola
yang baik terlepas dari apakah itu mendorong pertumbuhan ekonomi atau
tidak, meskipun disatu sisi pertumbuhan ekonomi dapat juga digunakan
sebagai sarana untuk menciptakan tata kelola yang baik. Oleh karena itu, kita
harus mempertanyakan apakah upaya untuk mencapai pertumbuhan
ekonomi yang tinggi telah memperlambat tata kelola pemerintahan, atau tata
kelola pemerintahan yang buruk cenderung terjadi ketika target pertumbuhan
ekonomi tertentu tercapai. Oleh karena itu, indikator statistik baru perlu
dikembangkan untuk mengukur jenis pembangunan seperti ini.
6
[Arif Rahman Hakim| Ekonomi Pembangunan : Sebuah Pengantar]
Pendapatan per kapita India meningkat lima kali lipat sejak kemerdekaan pada
tahun 1947, setelah meningkat hanya 20% pada periode sebelumnya. Tentu
saja krisis tahun 2008 menyebabkan penurunan yang besar dalam jangka
panjang, tetapi itu hanya sesaat saja. Sekalipun ada kemungkinan penurunan
tajam dari output perekonomian sebagai akibat dari krisis, pertumbuhan
ekonomi yang terjadi setelah perang dunia kedua cenderung meningkat pesat
dibandingkan dengan apa yang dicapai dalam seribu tahun sebelumnya.
Lalu, bagaimana dengan kondisi distribusi pendapatan terutama bagi negara
yang paling miskin? Apakah negara – negara tersebut cenderung mengalami
peningkatan atau tidak sama sekali? Hal ini cukup sulit untuk dilihat karena
tidak banyak data yang mampu menangkap rentang waktu tersebut. Beberapa
lembaga hanya mampu memiliki informasi data yang kredibel dan sahih
selama tiga dekade saja. Salah satunya, Bank Dunia dalam Chau dan Kanbur
(2018), menggunakan garis kemiskinan global sebesar $ 1,90 (dalam paritas
daya beli) per orang per hari, fraksi populasi dunia dalam kemiskinan pada
tahun 2013 hampir seperempat dari yang ada pada tahun 1981 atau 42%
dibandingkan dengan 11%. Negara-negara besar di dunia seperti Cina, India,
tetapi juga Vietnam, Bangladesh, dan sebagainya telah berkontribusi terhadap
penurunan kemiskinan global yang belum pernah terjadi sebelumnya. Upaya
pemerintah China dalam mengurangi kemiskinan, yang melibatkan ratusan
juta warganya agar dapat berada di atas garis kemiskinan dalam tiga dekade,
disebut - sebut sebagai pengentasan kemiskinan yang paling spektakuler.
Selain itu, kita tidak hanya disodori mengenai meningkatnya pendapatan dan
menurunnya kemiskinan pendapatan tetapi juga adanya rerata indikator
sosial global yang juga meningkat secara dramatis. Tingkat penyelesaian
sekolah dasar telah meningkat dari yang semula tidak lebih dari 70% pada
tahun 1970 menjadi 90% mendekati akhir dekade kedua tahun 2000-an.
Kematian ibu telah berkurang setengahnya, dari 400 menjadi 200 per 100.000
kelahiran hidup selama seperempat abad terakhir. Angka kematian bayi juga
telah berkurang menjadi seperempat dari setengah abad yang lalu (30
dibandingkan dengan 120, per 1.000 kelahiran hidup). Peningkatan angka
7
[Arif Rahman Hakim| Ekonomi Pembangunan : Sebuah Pengantar]
kematian ini telah berkontribusi pada peningkatan harapan hidup, naik dari
50 tahun pada 1960 menjadi 70 tahun pada 2010 (Chau dan Kanbur, 2018).
Tentu, kita tidak hanya fokus pada pendapatan yang adil, kesehatan dan
pendidikan namun menyembunyikan adanya tren global utama lainnya,
seperti peningkatan keanggotaan PBB sebagai akibat dari negara - negara yang
memperoleh kemerdekaan politik, semula hanya sebanyak 50 negara pada
tahun 1945 menjadi lebih dari 150 negara pada tiga dekade kemudian. Tidak
hanya itu, adanya peningkatan yang stabil dalam jumlah negara yang
menerapkan demokrasi meskipun hal ini tidak mudah didokumentasikan,
karena berkembangnya beberapa indikator, salah satunya partisipasi politik
perempuan.
Dengan pencapaian yang cukup masif di tingkat global, seringkali dianggap
sebagai masa keemasan kemajuan pembangunan namun tidak selamanya
begitu, karena kecenderungan peningkatan trend global secara rata – rata,
seringkali menyembunyikan fakta miris yang berlawanan dengan kondisi
sebenarnya. Sebagai contoh, negara-negara di Afrika yang terperosok dalam
konflik tidak memiliki data pertumbuhan yang representatif untuk dapat
dibicarakan dan didiskusikan, meskipun ada juga sebagian kecil tumbuh di
beberapa negara. Bagi beberapa akademisi dan pemerhati ekonomi
pembangunan, tidak mudah untuk melihat Afrika, ketersediaan data yang
tidak lengkap, memberikan dugaan bahwa sebagian orang miskin menjadi
semakin miskin, terlihat dari angka absolut kemiskinan yang semakin
meningkat dalam seperempat abad terakhir, dikarenakan adanya
pertumbuhan populasi.
Lakner dan Milanovic (2016), menyatakan adanya ketidaksetaraan
pendapatan di dunia. Dimana ketimpangan antara semua individu di dunia
dapat dilihat dari dua komponen. Pertama adalah ketidaksetaraan antara
pendapatan rata-rata antar negara sehingga menciptakan kesenjangan antara
negara kaya dan miskin. Kedua, ketimpangan di dalam setiap negara secara
rata-rata. Ketika terjadi pertumbuhan cepat dari negara-negara yang awalnya
miskin namun besar seperti India dan Cina relatif terhadap pertumbuhan
8
[Arif Rahman Hakim| Ekonomi Pembangunan : Sebuah Pengantar]
9
[Arif Rahman Hakim| Ekonomi Pembangunan : Sebuah Pengantar]
10
[Arif Rahman Hakim| Ekonomi Pembangunan : Sebuah Pengantar]
11
[Arif Rahman Hakim| Ekonomi Pembangunan : Sebuah Pengantar]
12
[Arif Rahman Hakim| Ekonomi Pembangunan : Sebuah Pengantar]
13
[Arif Rahman Hakim| Ekonomi Pembangunan : Sebuah Pengantar]
4. Kesimpulan
Ekonomi pembangunan akan bermakna berbeda tergantung pada konteksnya.
Di negara yang kaya, hal ini sering direpresentasikan dengan pertumbuhan.
Namun disebagian besar ekonom pembangunan akan mengatakan bahwa
ekonomi pembangunan tidak identik dengan pertumbuhan apalagi sekadar
pendapatan perkapita, meskipun sulit untuk mencapai tujuan pembangunan
tanpa hal tersebut. Proyek-proyek pembangunan di seluruh dunia cenderung
fokus pada hasil yang nyata seperti pengentasan kemiskinan, mengatasi
kekurangan gizi, mempersempit ketimpangan, dan kesehatan. Tidak
mengherankan, jika definisi ekonomi pembangunan bertransformasi menjadi
pemenuhan kebutuhan fisik dasar seperti nutrisi, tempat tinggal, dan pakaian,
dan perkembangan pikiran (dan tentu saja potensi pendapatan individu)
melalui pendidikan.
Ekonomi pembangunan juga harus memperhatikan kesetaraan antara
individu, dimana kapasitas seseorang individu untuk memproduksi (atau
14
[Arif Rahman Hakim| Ekonomi Pembangunan : Sebuah Pengantar]
15