You are on page 1of 15

PENGARUH KONTEN FILM TERHADAP

POLA PIKIR DAN TINGKAH LAKU


SESEORANG TERUTAMA PADA REMAJA

Makalah
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Penulisan Presentasi Ilmiah

Disusun oleh:
Anandya Wandira 192050423

Lulu Beta Jumpiana Situmeang 192050437

Diva Andriani 192050441

Kelas: J

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK


UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2020
ABSTRACT

This research was carried out because today there have been a
lot of moral changes in the nation's children. Young people,
especially adolescent today have many and it is easy to imitate
what is shown on television, especially films. Film is an
entertainment that is persuading so that many people are easily
influenced by the content in the film. Therefore, researchers
subscribe that film content has such a huge influence,
especially on thought patterns and behavior because film in fact
contributes to the shaping and growth of someone in thought
patterns and behavior. So if films with positive content will
lead us to positive direction anyway. And vice versa. Thus the
researcher aims to find out more clearly about how film can
affect us, so that we as children of the main nation can be
smarter to determine and we are sensitive to what is happening
right now that the smallest bales can influence our
personalities, so that we hanus is more concerned about
whatever we are doing The method used is descriptive method
and online written interview The results of this study are that
most young aggressive views that fillm has a very big
influence, especially on someone's personality so it needs to be
understood and cautious. Each genre of film, has the concept
of persuasion and its purpose, especially the story and purpose
of the story created by the author himself. Eat movies wisely,
which can have a more positive impact and add to your
horizons.

Keywords: Movie content, mindset and behavior of a person,


the younger generation, adolescent.

1
ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan karena dewasa ini terjadi


banyak perubahan moral anak bangsa. Generasi muda,terutama
remaja zaman sekarang ini banyak dan begitu mudah meniru
apa yang ditayangkan oleh televisi terutama film yang mereka
tonton dan disukai. Film merupakan suatu hiburan yang
bersifat membujuk. Sehingga banyak orang yang mudah
terpengaruhi oleh konten yang ada di film tersebut. Maka dari
itu, peneliti beranggapan bahwa konten film begitu memiliki
pengaruh yang sangat besar terutama pada pola pikir dan
tingkah laku, karena film pada faktanya turut andil dalam
membentuk dan tumbuh kembang seseorang dalam pola pikir
dan tingkah laku. Sehingga apabila film dengan konten yang
positif akan membawa kita pada arah yang postif pula.
Begitupun sebaliknya. Dengan demikian, peneliti bertujuan
untuk mencari tahu lebih jelas lagi tentang bagaimana film
dapat memengaruhi kita, sehingga kita sebagai anak bangsa
utamanya dapat lebih cerdas menentukan dan kita peka
terhadap apa yang sedang terjadi sekarang ini bahwa hal
terkecil sekalipun mampu mempengaruhi kepribadian kita,
sehingga kita harus lebih peduli terhadap apapun yang kita
kerjakan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan
wawancara tertulis online. Hasil dari penelitian ini adalah
bahwa sebagian besar generasi muda berpandangan bahwa film
memiliki pengaruh yang sangat besar terutama pada
kepribadian seseorang, sehingga perlu dipahami dan berhati-
hati. Setiap genre film, memiliki konsep bujukannya dan
tujuannya masing-masing, terutama jalan cerita dan tujuan dari
cerita yang dibuat oleh pengarang itu sendiri. Konsumsilah film
dengan bijak, yang dapat memberikan dampak positif yang
lebih dan menambah wawasan Anda.

Kata Kunci: Konten film, pola pikir dan tingkah laku


seseorang, kepribadian, generasi muda, remaja.

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peran film dalam masyarakat sebagai salah satu media
komunikasi saat ini berpengaruh besar, karena film juga
mempunyai banyak andil dalam pembentukan pola pikir
masyarakat. Berbagai macam cerita yang ditampilkan di
dalamnya, sedikit banyak dan secara tidak langsung bisa
mengubah pola pikir masyarakat atau penonton setelah
menonton film tersebut. Hal ini juga bisa dikatakan
kekuatan film sebagai salah satu media komunikasi.
Konten film sendiri bisa terdiri dari berbagai macam
tema, antara lain kriminalitas, heroik, seks, kekerasan,
percintaan, budaya, gender dan lain sebagainya.
Konten film merupakan sesuatu yang tidak asing lagi
untuk disaring, dipilih dengan bijak, sehingga dapat
dinikmati dengan dengan sebaik-baiknya,akan tetapi
seiring perkembangan zaman sekarang ini yang semakin
cepat perubahannya, manusia justru semakin tidak
memperdulikan hal terkecil yang sesungguhnya memililki
pengaruh yang begitu besar, masih saja banyak orang
dewasa yang begitu acuh tak acuh terhadap film-film yang
dikonsumsi oleh anak-anak sehingga tak jarang generasi
muda sekarang ini banyak yang aneh-aneh, seperti meniru
gaya para tokoh-tokoh dari sebuah film, bahkan ada pula
yang terobsesi, sehingga tak jarang tidak hanya imitasi
lagi, tetapi sudah lebih jauh, yaitu identifikasi.
Mirisnya adalah karena banyak yang tidak
memperdulikan pengaruhnya bahkan mungkin minimnya
ilmu pengetahuan mengenai hal ini menjadikan banyak
orang yang lebih asik menerima dampak negatifnya
ketimbang mencari dampak positif, yang terpenting
adalah mereka terhibur.

Kasus-kasusnya pun sudah banyak, dari banyaknya


orang mengikuti gaya-gaya dari dan karakter pemain film
dari film yang ditontonnya karena beranggapan bahwa itu
keren walau tidak baik untuk diikuti. Kasus yang sangat
sadis adalah kasus beberapa bulan lalu yang dimana
seorang siswa SMP membunuh seorang anak kecil dan di
taruhnya di dalam lemari. Aksinya ini juga dilatar
belakangi oleh obsesinya terhadap film bergenre thriller
dan horror, seperti Chucky. Film tersebut mendorong si
anak untuk membunuh, merasa puas ketika sudah
melakukan pembunuhan. Sedangkan anak SMP masih

3
memerlukan bimbingan dan didikan orangtuanya
mengenai film-film apa saja yang sebaiknya ditonton.

Disinilah peran film sebagai reflektor sangat


berpengaruh di dalam masyarakat. Terkadang di dalam
film, hal-hal yang dimunculkan seolah-olah adalah suatu
kewajaran atau mereka menganggap hal itu biasa terjadi.
Tetapi di sisi lain, penonton atau masyarakat juga harus
pintar memaknai film yang ada. Adapun jika kita bisa
menilik lebih dalam film bertema gender saat ini, tak
sedikit juga dari film-film tersebut merupakan film yang
menggambarkan keadaan sosial realitas masyarakat.
Maka, hadirnya karya ilmiah ini adalah untuk
mendorong publik dan masyarakat, serta membantu
menambahkan wawasannya dan tersadarkan tentang
pentingnya suatu konten film untuk dipilih secara bijak
sesuai dengan kebutuhan dan mampu meminimalisir
dampak negatirnya.

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana pengaruh konten film terhadap pola pikir dan
tingkah laku pada seseorang terutama pada remaja?
2) Bagaimana solusi yang bisa diberikan agar sebuah konten
film dapat dikonsumsi publik dengan baik dan mampu
meminimalisir dampak negatifnya?

3) Bagaimana keuntungan yang didapatkan jika bijak dalam


menyaring dan memilih film-film yang sesuai dan dapat
kita konsumsi?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


Tujuan Penelitian:
1) Untuk mengetahui dan memahami pengaruh konten film
terhadap pola pikir dan tingkah laku seseorang terutama
pada remaja.
2) Untuk mengetahui dan memahami solusi yang diberikan
agar kita mampu meminimalisir dampak negatif dari
sebuah film.
3) Untuk mengetahui dan memahami keuntungan yang
diberikan jika kita bijak dalam menyaring dan memilih
film-film yang sesuai dan dapat kita konsumsi.

4
Manfaat Penelitian:
1) Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat dan
menjadi pertimbangan bagi perkembangan dan
pendalaman lebih lanjut studi komunikasi.
2) Manfaat Praktis

Penelitian diharapkan memberikan sumbangan-


sumbangan bahan-bahan berpikir yang baru, menambah
wawasan Anda, dan menjadi pribadi yang tidak mudah
terpengaruhi oleh berbagai film yang isinya lebih banyak
dampak negatifnya.

1.4 Metode Penelitian


1) Jenis Penelitian
Berdasarkan cara dan prosedur analisis adanya
penelitian ini, jenis penelitian karya ilmiah ini adalah
deskriptif. Dikarenakan penelitian ini tidak memerlukan
bertahun-tahun lamanya untuk menemukan jawabannya.
Sudah terbantu oleh beberapa referensi yang ada.
2) Data dan Sumber Data Penelitian
Di dalam penelitian ini, di dapatkan hasil pengaruh
konten film terhadap pola pikir dan tingkah laku
seseorang melalui google form yang kami buat dan
disebarluaskan di beberapa akun sosial media.
Berdasarkan sumber data yang diambil, penelitian ini
merupakan penelitian non lapangan, karena peneliti
cenderung terpusat meneliti dari pengalaman dan kasus-
kasus yang ada, serta cenderung melakukan tafsiran dari
segi teoritis. Dan sedikit data yang kami dapatkan untuk
rumusan masalah mengenai pandangan masyarakat
mengenai pola pikir dan tingkah laku seseorang, yaitu dari
32 responden. Rata-rata jawaban yang diberikan adalah
bahwa konten film dapat memengaruhi kepribadian
seseorang, tingkatan pengaruhnya bila disimpulkan bisa
mencapai 75%.
3) Pengembangan Instrumen
Instrumen ini dikembangkan melalui sedikit referensi-
referensi yang kami dapatkan dan kami kaji ulang sendiri.

5
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dengan adanya perkembangan Teknologi


Informasi Dan Komunikasi (TIK), maka hadirlah berbagai
dunia hiburan disetiap kehidupan masyarakat. Hadirnya
teknologi di era modern ini, kita sebagai masyarakat perlu
mensyukuri bahkan harus cepat tanggap menilai setiap
acara yang ditayangkan. Karena perkembangan teknologi
bukan hanya mengandung sisi positif, tetapi ada pula sisi
negatifnya.

Sisi positif kehadiran teknologi adalah kita bisa


mendapatkan berbagai informasi tentang perkembangan
di berbagai sektor, baik itu sektor pendidikan, ekonomi,
budaya, sosial, politik, dan sebagainya; sedangkan unsur
negatifnya berupa tayangan acara yang berbau mistik,
rekayasa yang tidak rasional, bahkan dibawakan secara
berlebihan yang sangat memengaruhi fungsi otak seperti
pola pikir, dan perilaku anak-anak di bawah usia 17 tahun.
Oleh karena itu, kita harus tahu membedakan tayangan
film yang dapat membentuk moral dan etika perilaku yang
baik atau sebaliknya.

Kemudian juga yang menjadi masalah krusial


sekarang ini adalah bahwa orangtua maupun anak, tidak
tahu membedakan antara film khusus anak dewasa (17
tahun ke atas), dan film khusus anak remaja (17 tahun ke
bawah). Sehingga anak-anak remaja saat ini yang bisa
dikatakan sebagai anak yang belum pantas menonton film
percintaan, tetapi karena orangtua sebagai edukatif
(pendidik) dalam rumah tangga tidak mendidik secara
baik dan jeli, maka anak remaja kini tumbuh menjadi
pribadi yang tidak peduli, seenaknya mengikuti keinginan
hati untuk memilih film tanpa membedakan kedua hal
tersebut di atas.

Bayangkan saja anak sekarang ini, yang baru


berumur delapan sampai sepuluh tahun sudah tahu
menceritakan alur cerita cinta yang di tonton film disetiap
episodnya. Dan penulis yakin ini terjadi hampir di setiap
daerah baik itu daerah perkotaan maupun di pelosok
pedesaan. Dengan demikian, maka implikasi atau dampak
yang timbul terhadap kehidupan anak remaja di kalangan
masyarakat adalah merusak karakter atau perilaku anak
seperti, anak pacaran di bawah umur, melupakan aktivitas
belajar, serta terjadinya kenakalan remaja karena meniru

6
berbagai adegan yang dilakukan oleh para idola yang
berbau kekerasan fisik.

Lebih lanjut, anak-anak yang menonton televisi


lebih dari 11-15 jam seminggu mengalami penurunan
prestasi mereka di sekolah. Artinya ketika anak itu sering
menonton film, maka akan sangat berpengaruh terhadap
prestasi. Karena di sela-sela itu anak-anak lebih
mengutamakan untuk menonton film dibandingkan
belajar. Jadi waktu yang dipakai anak-anak tersebut lebih
banyak untuk menonton televisi, streaming film, sehingga
aktivitas belajar pun diabaikan (Lewis, 1952).

2.1 Pengaruh Konten Film Terhadap Pola Pikir dan


Tingkah Laku Seseorang Terutama Pada Remaja

Dari data-data dan sumber referensi yang kami


temukan. Konten film yang dibuat dan ditayangkan
menjadi sebuah gambaran seseorang untuk bagaimana ia
seharusnya bertingkah laku. Terkadang, yang pembuat
film maksud dengan persepsi yang terbangun dari para
penonton film adalah berbeda. Tidak dapat dipungkiri
bahwa film tidak hanya mengandung unsur hiburan
semata, tetapi juga mengandung unsur pembujuk rayuan.
Setiap film pastinya memiliki banyak adegan entah itu
adegan dan tingkah laku yang baru saja diciptakan atau
adegan yang bertolak ukur pada realitas yang ada. Akan
tetapi, kebanyakan film terutama Ftv dan sinetron selalu
melebih-lebihkan tingkah laku maupun adegan dari film
tersebut yang nyaris tidak sesuai dengan kenyataan yang
ada. Sayangnya, hal tersebut bukanlah hanya menjadi
kesan fiktif semata, tetapi akan banyak yang beranggapan
bahwa hal demikian pastilah wajar dan banyak terjadi,
sehingga bagi mereka yang menyalah artikan akan
mencoba-coba melakukan/meniru adegan tersebut baik
disadari maupun tidak disadari oleh pelaku tersebut.

Sejak adanya lembaga Komisi Penyiaran


Indonesia (KPI), acara-acara seperti Smack Down
memang mustahil melanggang begitu saja di televisi.
Tetapi bukan berarti bahaya televisi bagi anak-anak hilang
begitu saja. Masih banyak acara-acara lain yang jika kita
tonton sepintas saja, kesannya tidak akan membawa
pengaruh negatif bagi anak-anak, tetapi jika kita cermati,
justru mengotori alam bawah sadar mereka dengan
perilaku yang kurang baik. Salah satu contohnya sinetron.
Bukan hanya sekedar menjual mimpi dan mengada-ada,
sinetron kita juga bertaburan dengan umpatan-umpatan
dan adegan-adegan yang kurang pantas didengar atau

7
ditonton oleh anak-anak. Karena itu, setiap orangtua harus
menyadari dampak negatif bagi anak-anak, dengan begitu
mereka akan berusaha membentengi anak-anaknya dari
acara-acara yang kurang layak mereka tonton.

Jenis-jenis perilaku menyimpang pada anak-anak


remaja diakibatkan penyalah gunaan adegan yang
dipertontonkan di layar kaca televisi, dan pada saat anak
menonton orang tua tidak mendampingi. Sehingga anak
menelan bulat-bulat dari apa yang dilihatnya karena tidak
ada yang bisa meluruskan. Dampaknya yaitu terjadilah
adegan kriminal. Hampir setiap berita di televisi
menayangkan berita kriminal yang dilakukan oleh anak-
anak remaja maupun anak yang masih di bawah umur,
seperti tawuran, pencabulan, pembunuhan, dan lain-lain.
Dari tahun 2011-2016 angka kriminal Indonesia mencapai
57% kejahatan (dirilis oleh redaksiana). Penyebab hal ini
sangat mungkin diakibatkan efek dari buruknya tayangan
televisi di Indonesia dan film-film yang mereka tonton
baik itu film asal Indonesia maupun luar negeri. Sehingga
anak-anak mencoba-coba untuk menerapkan atau
mengaplikasikan dari apa yang dilihatnya.

Terdapat sebuah konsep yang membuktikan kalau


sebenarnya kita lebih mudah dipengaruhi lingkungan
daripada diri kita sendiri. Diciptakan sebagai makhluk
sosial, membuat kita menghabiskan 70-80% hidup kita
untuk berinteraksi. Di mana 30%-nya habis untuk
berbicara dan 45% sisanya untuk mendengar. Melalui
perilaku yang disebut dengan interaksi sosial inilah pola
pikir dan perilaku kita dipengaruhi. Termasuk salah
satunya dari menonton film yang mampu membuat kita
meniru perilaku idola kita. Ditambah dengan kemampuan
kita dalam menganalisis apakah suatu tindakan, ucapan,
bahkan pikiran itu boleh dilakukan atau tidak, membuat
kita makin mantap untuk meniru. If other people do it,
that means it’s right. Right? Kita juga boleh dong
melakukan hal yang sama?

Penjelasan untuk landasan berpikir semacam ini


pernah dijabarkan oleh seorang psikolog bernama Robert
Cialdini dalam bukunya Influence: The Psychology of
Persuasion. Katanya, “Whether the question is what to do
with an empty popcorn box in a movie theater, how fast to
drive on a certain stretch of highway, or how to eat the
chicken at a dinner party, the actions of those around us
will be important in defining the answer.

Perilaku meniru yang dikenal


sebagai conforming ini, bahkan telah dibuktikan secara
8
neurosains oleh seorang profesor psikiatri dan ilmu
perilaku di Universitas Emorty Atlanta bernama Dr.
Gregory Berns. Menurut beliau, meniru (conforming)
adalah sifat dasar manusia. Dan setidaknya ada dua hal
yang bisa menjelaskan sifat sadar kita ini.

Pertama, kita memilih ‘terbawa arus’ atau


terbawa hype karena menolak kenyataan yang kita lihat.
Kedua, kita sengaja mengubah persepsi—meskipun itu
salah—karena sudah matang mempertimbangkannya.

Berangkat dari hal itu, Dr. Berns melakukan


pemeriksaan terhadap otak kita. Ia mencari tahu apa yang
sebenarnya terjadi di dalam kepala kita, saat kita
memutuskan untuk melakukan sesuatu. Dengan
menggunakan MRI, diketahui bahwa bagian otak yang
bekerja saat kita memutuskan mengikuti tren adalah
bagian belakang, lokasi dimana visual (apa yang kita
lihat) diproses. Bukan di bagian yang bertugas untuk
berpikir. Sehingga otak mengalami kekacauan penerimaan
informasi, dan berujung pada keputusan kita untuk
memercayai apa yang kita lihat. Semakin banyak visual
yang memengaruhi, makin kacaulah informasi di dalam
kepala kita. Dan makin yakinlah kita dengan keputusan
meniru yang akan kita ambil.

Lalu kenapa kita tidak bisa menolak untuk tidak


terbawa arus yang dipengaruhi film-film tersebut? Masih
menurut Dr. Berns, hal itu disebabkan oleh reaksi yang
ditimbulkan amigdala, the fear center of the
brain. Sehingga ada rasa takut untuk menjadi berbeda
karena kita tidak suka dikucilkan dan dianggap tidak gaul.

Film merupakan contoh. Contoh seharusnya


memberikan pesan dan kesan yang baik dan mudah
dimengerti oleh semua orang. Karena sesuatu yang
ditampilkan merupakan contoh, maka terutama bagi anak-
anak yang masih di bawah umur, seperti remaja, maupun
anak kecil sangat rentan, wajar, bahkan harus diikuti oleh
mereka. Peran orangtua sangat penting disini sebagai
tumbuh kembang anaknya walau sekedar menyaring film
dan dengan bijak memberikan arahan tentang apa yang
layak dan bagus untuk ditonton oleh anak-anaknya.
Seorang anak yang mampu mengkritisi mana yang baik
dan benar dengan cerdas, diawali oleh arahan, bimbingan,
dan didikan orang dewasa, seperti orangtua yang cerdas
pula.

Maka, orangtua perlu berhati-berhati.


Pembentukan kepribadian dan tingkah laku seorang anak

9
diawali dari pola pikirnya melalui pengetahuan dan
pengalaman yang ia dapatkan. Memberikan arahan secara
tegas sejak dini sangat baik agar seorang anak tumbuh
menjadi seorang anak yang tidak melampaui batas dalam
arti terus berada pada jalur yang positif dan cerdas
meminimalisir efek negatif yang bisa datang dari mana
saja. Karena pendidikan seperti ini tidaklah diberikan di
sekolah-sekolah konvensional.

2.2 Solusi yang Diberikan Untuk Meminimalisir


Dampak Negatif dari Konten Film

Solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah


dengan cara mengajarkan anak dengan visualisasi yang
bermakna dan berkarakter, seperti belajar, bermain, dan
berteman. Maknailah tayangan-tayangan yang positif saja,
jangan bicarakan anak-anak lalai dalam menonton televisi
ataupun film di luar televisi. Sesuai prinsip yayasan
kesejahteraan anak Indonesia “anak-anak memerlukan
didikan dan dukungan dari keluarga untuk
mengembangkan pemikiran dan imajinasinya”. Seorang
anak dapat menyampaikan pendapatnya melalui keluarga,
kerabat,dan lingkungan. Karena prinsip atau pendapat
seorang anak adalah bagian dari imajinasi. Artinya, peran
orangtua dan orang-orang terdekat sekitar yang sudah
cukup umur dan dewasa begitu kuat, sebagai orangtua dan
seorang Kakak misalnya, kita harus terus memantau apa
yang sedang ditonton oleh anak-anak dan adik-adik kita
utamanya di usia remaja yang rasa penasarannya masih
sangat menggebu-gebu tentang apa yang biasanya ia
tonton, film seperti apa yang dia sukai, mengapa dia
menyukai itu. Kita harus mengetahui itu semua dan
diringi dengan arahan, nasihat, dan motivasi yang baik
dan lembut, sehingga anak-anak lebih mampu
menerimanya terutama anak-anak era digital sekarang ini
memiliki kepribadian yang sulit diatur dan tidak mau
dibentak. Bukan hanya sekedar tentang apa yang perlu
mereka tonton, tetapi juga waktu-waktu yang tepat bagi
mereka untuk menonton film secara streaming maupun
dari televisi agar tidak kecanduan terutama di saat social
distancing seperti sekarang ini.

Begitupun pada masyarakat dari berbagai


kalangan lainnya, terutama bagi mereka yang sudah cukup
umur dan dikatakan sebagai orang dewasa. Sudah menjadi
sebuah keharusan bagi mereka untuk menjadi manusia
yang cerdas tidak hanya dalam akademik, tetapi juga
cerdas dalam kehidupan. Orang dewasa sudah seharusnya
memiliki kepribadian yang bijaksana agar mampu

10
membuat keputusan yang baik untuk dirinya, misalnya
dalam hal-hal yang baik untuk mereka konsumsi.

2.3 Keuntungan yang Didapatkan Jika Bijak dalam


Menentukan Konten Film yang Dapat Dikonsumsi

Melatih kita menjadi pribadi yang berpikir kritis,


tidak mudah terpengaruhi oleh banyak dampak negatif,
pribadi yang bijaksana dalam memutuskan minimal
perkara sehari-hari, menjadikan kita sebagai pribadi yang
lebih cerdas, jernih, dan segar karena kita merupakan
pribadi yang tahu dan memahami apa yang menjadi
kebutuhan diri kita sendiri dan berfokus pada kebaikan
dan kesan positif yang berikan oleh sebuah film terutama
di usia dan era sekarang ini.

11
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Bahwa konten film dapat memengaruhi siapa saja,
namun utama dan biasanya hal itu terjadi pada anak-anak
kecil maupun remaja yang kurang mendapatkan
bimbingan terhadap film yang layak untuk dikonumsi
oleh mereka.
Maka dari itu, kita sebagai orang dewasa harus lebih
peduli terhadap setiap detail sekecil apapun itu untuk
membantu menyelamatkan anak-anak bangsa dari terpaan
dampak negatif yang secara tidak langsung mampu
memengaruhi pola pikir dan tingkah laku pewaris bumi
kita ini. Sesungguhnya bumi bukanlah warisan yang
dititipkan oleh nenek moyang untuk kita, melainkan harta
yang kita pinjam dari anak-anak dan cucu-cucu kita.
Sehingga kita harus menjaga mereka, mereka merupakan
generasi muda yang akan melanjutkan kita sebagai
pelindung bumi ini. Jangan merusak, agar mereka
mendapatkan tempat yang layak dan lebih cerdas dalam
menjaga bumi ini.

3.2 Saran
1) Kepada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), hendaknya
membuat aturan dengan cara mensosialisasikan tayangan
televisi yang mengandung unsur informasi dan pendidikan
pada jam-jam tayang saat anak menonton televisi, dan
lebih kritis lagi dalam menyaring film-film apa yang baik
untuk tumbuh kembang anak, walau film tersebut
merupakan film kartun sekalipun.
2) Kepada generasi muda terutama remaja, kalian harus
mau dan cerdas dalam memilih film mana yang baik
untuk ditonton. Artinya yang bersifat menghibur, tetapi
mendidik agar dapat menumbuhkan wawasan dan
semangat bepikir kritis. Cintailah konten film yang
mengandung unsur-unsur motivasi dan didikan, sehingga
dari sana kalian juga sama dengan berlatih untuk berpikir
orientasi ke depan.
3) Kepada orangtua, tingkatkan pengawasan kepada anak-
anaknya terhadap tayangan televisi yang kurang
mendidik, dan dapat memberikan contoh tingkah laku
yang baik yang sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat.

12
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen
matakuliah Penulisan dan Presentasi Ilmiah kami, yaitu
Dosen Trias Pyrenia Iskandar, S.Sos., M.Ikom. yang
senantiasa memberikan bimbingan terbaik kepada kami,
sehingga kami bisa belajar membuat karya tulis ilmiah,
meskipun karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kata
sempurna.
Ucapan terima kasih juga kami ucapkan untuk para
penulis yang telah mempublikasikan karya-karya tulis
ilmiahnya yang dimana sangat berguna bagi kami karena
menjadi contoh dan sumber referensi dalam pembuatan
makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi Rizki Awwalul (2017). Pengaruh penayangan
televisi terhadap perkembangan pola pikir anak Indonesia.
Dikutip dari
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/08/15/peng
aruh-penayangan-televisi-terhadap-perkembangan-pola-
pikir-anak-indonesia
Eka Retno (2017). Pengaruh perkembangan zaman
terhadap pola pikir masyarakat. Dikutip dari
https://www.kompasiana.com/retno_ekaning26/58fdc71e9
fafbd6719b391ee/pengaruh-perkembangan-zaman-
terhadap-pola-pikir-masyarakat
Ajie Cakra (2018). Bagaimana film bisa memengaruhi
kita. Dikutip dari
https://www.mainmain.id/r/2154/bagaimana-film-bisa-
mempengaruhi-kita
Arsita Melvi, Hasyim Adelina, Adha Mona M. Pengaruh
tayangan film kartun terhadap pola tingkah laku anak.
Dikutip dari
https://media.neliti.com/media/publications/249180-none-
ddafb509.pdf
Malik Ridwan (2012). Meminimalisir pengaruh negatif
televisi. Dikutip dari
https://www.kompasiana.com/ridwanmalik/550dd3b3813
311bc2cbc5fc9/meminimalisir-pengaruh-negatif-televisi
Fatin A (2013). Analisis Resepsi Penonton Perempuan
Yang Sudah Menikah Terhadap Kekerasan Pada
Perempuan di Film Die Fremde (When We Leave).
Dikutip dari
http://eprints.ums.ac.id/22943/2/04._BAB_I.pdf

14

You might also like