You are on page 1of 7

JUPE: Jurnal Pendidikan Mandala

Vol. 7. No. 1 Febuari 2022


http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JUPE/index
p-ISSN: 2548-5555 e-ISSN: 2656-6745
Terakreditasi Sinta 6 (No. SK: 164/E/KPT/2021)

Persepsi Anak Usia 12 Tahun Terhadap Film Animasi Nussa Dan Rara Episode Libur Jangan
Lalai Di Desa Klecoregonang Kecamatan Winong Kabupaten Pati

Amiliya Nurul Jannah1, Erik Aditia Ismaya2, Deka Setiawan3


123
Universitas Muria Kudus
Email: nurulamiliya02@gmail.com, erik.aditia@umk.ac.id, deka.setiawan@umk.ac.id

Abstract
This study aims to analyze the perception of children aged 12 years towards the animated film Nussa and Rara in the
holiday episode, don't be negligent. Film is an interesting medium that can deliver the message contained in the film.
The types of films that children like are animated films. One type of animated film that has a positive moral message is
the animation of Nussa and Rara. This research is a qualitative descriptive research conducted in Klecoregonang
Village, Winong District, Pati Regency. The informants in this study were children aged 12 years. Methods of collecting
data through observation, interviews, and documentation. The data analysis used includes data reduction, data
presentation, verification or conclusion. The researcher uses data analysis of the perception stages from Walgito. There
are three perceptual indicators, namely acceptance of stimuli, understanding, and assessment. The results showed that
in receiving the object the child could give a perception of the characters in the film. At the stage of understanding the
child is able to describe the characteristics contained in the character, the content of the film and the character. In the
assessment, the child gave a positive assessment of the animated film Nussa and Rara.

Keywords: Perception, Agent of Socialization, Animated Film Nussa and Rara

PENDAHULUAN sosialisasi berhubungan dengan proses


Perkembangan zaman diikuti pula interaksi dimana seorang individu
dengan perkembangan teknologi. Namun, mendapatkan norma, nilai, keyakinan, sikap,
terdapat anak yang terpengaruh dengan dan bahasa dalam kelompoknya. Selama
adanya perkembangan teknologi (Sari, 2021). proses sosialisasi maka diperlukan agen
Akan tetapi, dengan berkembangnya sosialisasi, yakni orang-orang disekitar
teknologi dapat menghadirkan berbagai media manusia yang mentransmisikan nilai-nilai
yang digunakan menyampaikan pesan. atau norma, baik secara langsung ataupun
Terdapat berbagai jenis media, yaitu dalam tidak langsung. Agen sosialisasi dapat disebut
bentuk cetak dan elektronik. Setiap media juga dengan media sosialisasi. salah satu agen
memiliki kekurangan dan kelebihan. Realitas sosialisasi dengan menggunakan film.
masyarakat lebih memilih pada media televisi Film menjadi media yang dapat
informasi dibanding dengan media lainnya. menarik perhatian orang dan dapat
Melihat semakin berkembangnya teknologi, mengantarkan pesan yang terkadung dalam
maka berakibat pada banyak orang atau film kepada masyarakat dengan baik. Hal ini
kelompok beralih pada media internet yang sejalan dengan pendapat Limarga (2017) yang
lebih efisien dan mudah diiterima seluruh menyatakan pembelajaran juga akan lebih
kalangan masyarakat. Saat ini terdapat menarik perhatian anak karena melalui
berbagai macam jejaring sosial seperti tayangan film anak dapat mengamati secara
facebook, twitter, youtube dan fitur lainnya. langsung. Jenis film yang disukai anak-anak
Youtube termasuk ke dalam media internet adalah film animasi. Menurut Binanto, (dalam
yang populer di masyarakat. Demillah (2019) Mariana, 2017: 18) animasi adalah hasil dari
berpendapat bahwa Youtube merupakan proses menampilkan obyek-obyek gambar
sebuah media yang menfasilitasi sehingga gambar yang ditampilkan akan
penggunanya untuk berbagi video atau tampak hidup. Keberadaan tayangan film
menonton video. Tak sedikit juga tayangan dapat membawa pengaruh positif dan negatif
baik di televisi maupun di Youtube yang bagi penontonnya. Dengan tayangan film
dimanfaatkan sebagai media sosialisasi. dapat berpengaruh terhadap pola pikir dan
Sosialisasi merupakan proses penting persepsi bagi penonton.
yang harus dilalui oleh manusia. Priyatna Nussa dan Rara merupakan salah satu
(2017) menyatakan bahwa pada umumnya kartun animasi karya anak Indonesia yang
Jurnal Pendidikan Mandala 171
JUPE: Jurnal Pendidikan Mandala
Vol. 7. No. 1 Febuari 2022
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JUPE/index
p-ISSN: 2548-5555 e-ISSN: 2656-6745
Terakreditasi Sinta 6 (No. SK: 164/E/KPT/2021)

bernuansa islami. Episode libur jangan lalai pemahaman. Proses terjadinya


menceritakan untuk pemanfaatan waktu agar pemahaman tersebut tergantung pada
tidak lalai diwaktu senggang sehingga dapat gambaran sebelumnya yang telah dimiliki
menjadi contoh yang baik untuk anak agar oleh individu.
memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Dari 3. Penilaian Penilaian terjadi setelah
uraian diatas peneliti beranggapan film terbentuk pemahaman oleh individu.
animasi Nussa dan Rara tidak hanya Pengertian atau pemahaman yang baru
menghibur namun juga terdapat pesan yang diperoleh tersebut dibandingkan dengan
baik di dalamnya. Berdasarkan permasalahan kriteria serta norma yang dimiliki
tersebut, peneliti meneliti lebih lanjut individu. Meskipun objeknya sama
mengenai persepsi anak usia 12 tahun penilaian setiap individu berbeda-beda,
terhadap animasi Nussa dan Rara episode oleh karena itu persepsi bersifat
libur jangan lalai. individual.
Agen Sosialisasi
KAJIAN LITERATUR Sosialisasi merupakan proses penting
Persepsi yang harus dilalui oleh manusia.. Sosialisasi
Persepsi berkaitan mengenai pendapat merupakan suatu kegiatan yang bertujuan
individu. Pesepsi setiap orang tidaklah sama. agar pihak yang dididik sesuai kaidah-kaidah
Persepsi berawal dari proses penginderaan dan nilai yang berlaku dan dianut oleh
tentang suatu objek. Melalui persepsi tersebut masyarakat ( Soekanto, 2001: 49). Dalam
dapat mengolah informasi tentang suatu sosialisasi terdapat interaksi sebagai kunci
objek. Robbins (dalam Aslamiah, 2021) berlangsungnuya proses sosialisasi. Selama
mendefinisikan persepsi sebagai stimulus proses sosialisasi maka diperlukan agen
yang di indera oleh individu, diorganisasikan sosialisasi, yakni orang-orang disekitar
kemudian diinterpretasikan sehingga individu manusia yang mentransmisikan nilai-nilai
menyadari dan mengerti tentang apa yang atau norma secara langsung ataupun tidak
diindera. Hal serupa diungkapkan oleh langsung. Menurut Sunarto ( dalam
Slameto (2010:102) mengungkapkan bahwa Komariah, 2016), yang termasuk agen
persepsi merupakan hubungan dengan sosialisasi terdiri dari keluarga, kelompok
lingkungannya menyangkut masuknya bermain, dan media massa. Salah satu aspek
informasi ke dalam otak manusia. lingkungan di era reformasi saat ini adalah
Persepsi diperoleh invidu berasal dari panca media massa. Media massa dituntut untuk
indera kemudian dianalsis, diinterpretasi, menyajikan perilaku keseharian yang dapat
dievaluasi hingga individu memperoleh menjadi contoh. Melalui tayangan film yang
makna. Menurut Walgito (dalam Nuraini, mengangkat keseharian yang kaya akan pesan
2021) indikator-indikator persepsi ada tiga moral dan dapat menjadi keteladanan bagi
yaitu: anak. Media massa telah banyak mengambil
1. Penerimaan rangsang atau objek yang peran orang tua sebagai penyampai nilai
diserap dari luar oleh individu budaya pada anak. Selain itu, kehadiran
(penerimaan). Rangsang serta objek media massa mampu menjadi guru baru bagi
tersebut diserap dan diterima oleh panca anak. Anak lebih mampu menyerap nilai baru
indra. Baik penglihatan, pendengaran, yang berkembang melalui berbagai tayangan
peraba, penciuman, dan pengecap secara yang ditonton. Hal ini sesuai dengan pada
tersendiri maupun bersama. Hasil kenyataannya, anak-anak sering
penerimaan dari alat-alat indera tersebut mengidolakan tokoh dari film yang. Oleh
didapatkan gambaran, tanggapan, atau karena itu orang tua maupun guru dapat
kesan pada otak. menggunakan media berupa film sebagai
2. Pemahaman Setelah terjadi gambaran proses sosialisasi kepada anak.
serta kesan oleh otak, maka gambaran Film Animasi
tersebut diproses sehingga terbentuk Film menurut Effendy (dalam

Jurnal Pendidikan Mandala 172


JUPE: Jurnal Pendidikan Mandala
Vol. 7. No. 1 Febuari 2022
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JUPE/index
p-ISSN: 2548-5555 e-ISSN: 2656-6745
Terakreditasi Sinta 6 (No. SK: 164/E/KPT/2021)

Santoso, 2019) didefinisikan sebagai media mengandung unsur ajaran Islam yang di
komunikasi yang bersifat audio visual untuk tampilkan di setiap bagian akhir film.
menyampaiakan suatu pesan kepada Nussa dan Rara adalah cerita animasi yang
sekelompok orang yang berkumpul di suatu menarik. Menceritakan kehidupan sehari-hari
tempat tertentu. Dalam perkembangannya, anak laki-laki bernama Nussa dan adik
baik karena kemajuan teknik-teknik yang perempuannya yang bernama Rara. Nussa dan
semakin canggih maupun tuntutan massa Rara tinggal bersama ibunya yang biasa
penonton, pembuat film semakin bervariasi. mereka panggil dengan sebutan Umma serta
Danesi (2010) menuliskan tiga jenis film Anta sebagai seekor kucing.
antara lain film fitur, dokumenter, dan
animasi. Jenis film yang disukai anak adalah METODE PENELITIAN
film animasi Penelitian yang digunakan
Kata animasi berasal dari bahasa latin menggunakan penelitian kualitatif. (Bogdan
yaitu “anima” yang mempunyai arti hidup, dan Taylor dalam Moleong 2017:4)
nyawa, jiwa dan semangat. Menurut Gunawan mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai
(dalam Anggara, 2020) mendefinisikan prosedur penelitian yang menghasilkan data
animasi adalah film yang berasal dari deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
rangkaian gambar-gambar yang diolah dari orang-orang dan perilaku yang dapat
sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah dapat diamati. Penelitian dilakukan di Desa
gambar bergerak dan bercerita. Menurut Klecoegonang, Kecamatan Winong,
Binanto dalam Mariana (2019) Kabupaten Pati. Sumber data dalam penelitian
mendefinisikan animasi adalah hasil dari ini merupakan hasil wawancara dan observasi
proses menampilkan objek-objek gambar pada anak usia 12 tahun di Desa
sehinggaa gambar yang ditampilkan akan Klecoregonang. Terdapat 6 informan dalam
tampak hidup. Tidak hanya hidup, animasi penelitian ini. Teknik pengumpulan data
juga memberikan karakter kepada objek- dalam penelitian ini yaitu observasi,
objek tersebut. wawancara, dan dokumentasi. Menurut
Film Animasi Nussa dan Rara Sugiyono (2015: 338) menyatakan analisis
Salah satu film animasi yang memiliki nilai data terdiri dari tiga alur kegiatan yakni:
pendidikan adalah Nussa dan Rara. Dalam reduksi data, penyajian data, penarikan
film ini memiliki tema islami dapat memberi kesimpulan/verifikasi.
edukasi dan pemahaman tentang Islam dan
juga nilai karakter yang lainnya. Dikutip dari HASIL DAN PEMBAHASAN
akun resmi Nussa Official, lahirnya animasi Keberadaan Media Massa bagi
ini dilatarbelakangi oleh kecemasan keluarga Masyarakat Desa Klecoregonang
akan tontonan anak yang jarang sekali Media massa memiliki beberapa jenis
menawarkan kebaikan, terutama yang sarat yakni media cetak ataupun elektronik. Media
akan nilai-nilai Islami. massa yang populer dalam masyarakat seperti
Animasi Nussa dan Rara tidak hanya lucu televisi. Masyarakat di Desa Klecoregonang
dan menggemaskan, tetapi juga sarat akan hampir seluruhnya memiliki televisi. Media
nilai moral dan pelajaran yang seharusnya televisi menjadi barang yang cukup penting
didapatkan anak-anak terutama nilai-nilai bagi masyarakat, hal itu dibuktikan dengan
Islami. Penggambaran karakter Nussa dan terdapat televisi disetiap rumah baik dai
Rara yang lucu dan menggemaskan, dikemas golongan atas hingga menengah kebawah.
dengan cara berpakaian yang baik dan sopan Media televisi telah menjadi sarana hiburan
serta mencerminkan nilai ajaran Islam. Tidak bagi masyarakat dimulai dari anak-anak
hanya itu, pengajaran dan pengetahuan akan hingga orang dewasa. Media televisi mampu
ajaran Islam pada film Nussa dan Rara dapat menjadi sarana hiburan untuk melepas penat
diperoleh di setiap episodenya, ditambah dari aktivitas sehari-hari.
dengan pesan-pesan berbentuk nasehat dan

Jurnal Pendidikan Mandala 173


JUPE: Jurnal Pendidikan Mandala
Vol. 7. No. 1 Febuari 2022
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JUPE/index
p-ISSN: 2548-5555 e-ISSN: 2656-6745
Terakreditasi Sinta 6 (No. SK: 164/E/KPT/2021)

Tak hanya media televisi saja yang terdapat pada film Nussa dan Rara yang telah
menjadi sarana hiburan masyarakat. Era ditonton anak. Dari peristiwa ini, dapat
digital seperti sekarang ini pula membuat menunjukkan bahwa media film ternyata
masyarakat memiliki handphone yang dapat dapat membantu orang tua dalam
membantu dalam kehidupan sehari-hari. Tak menyampaikan hal dan mendidik anaknya
hanya dimiliki oleh tingkatan usia dewasa, agar tingkah laku anak sesuai dengan nilai
namun pada anak-anak rasanya sudah tidak dan norma yang berlaku dalam masyarakat
asing dengan barang tersebut. Begitu pula setempat.
dengan anak-anak di Desa Klecoregonang, Persepsi anak usia 12 tahun terhadap film
berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil animasi Nussa dan Rara episode libur
bahwa pada usia 12 tahun anak telah jangan lalai
difasilitasi handphone yang selain digunakan Anak-anak merupakan salah satu
untuk media komunikasi, media hiburan, dan kategori audiens pada masyarakat yang
dapat pula digunakan untuk membantu pada banyak menyukai tontonan film animasi.
dunia pendidikan. Dengan semakin Secara kognitif, anak usia 12 tahun juga
berkembangnya teknologi saat ini, mampu memberikan persepsi dari suatu
bermunculan berbagai platform Youtube yang informasi yang telah diakses. Persepsi
sudah tidak asing bagi generasi milenial didahului oleh proses pengindraan, menerima
karena kemudahan untuk mengaksesnya. stimulus melalui alat reseptor yaitu indra.
Jenis film yang disukai anak-anak adalah film Menurut Robbins (dalam Aslamiah dan
animasi. Seperti wawancara yang dilakukan Aruan, 2021) mendefinisikan persepsi
dengan Mifta sebagai berikut. merupakan stimulus yang diindera oleh
“Aku suka film kartun, karena gambar individu, diorganisasikan kemudian
dan suaranya lucu”. (Hasil wawancara diinterpretasikan sehingga individu menyadari
pra penelitian dengan Mifta). dan mengerti apa yang diindera.
Dari wawancara tersebut dapat diketahui Menurut Bimo Walgito (dalam Rudin
bahwa film animasi memiliki kelebihan dan Elfiandri, 2021) proses terjadinya
berupa gambar dan suara yang disukai oleh persepsi diawali dengan adanya objek yang
anak-anak dan juga film mampu menceritakan menimbulkan stimulus, kemudian stimulus
banyak hal dalam waktu singkat. Menonton tersebut mengenai alat indera individu.
film tidak hanya sebagai media hiburan Stimulus yang telah diterima akan diteruskan
semata, melainkan dapat digunakan sebagai oleh syaraf sensoris ke otak kemudian
media pembelajaran yang dapat memberikan terjadilah proses di otak sebagai proses
kebaikan. kesadaran sehingga individu menyadari apa
Selain sebagai sarana hiburan, film yang dilihat, apa yang didengar, atau apa yang
juga dapat digunakan sebagai media untuk diraba, proses ini merupakan proses terakhir
sosialisasi. Proses sosialisasi terhadap anak dari persepsi dan merupakan persepsi
dapat dilakukan melalui dukungan dari sebenarnya. Kemudian respon sebagai akibat
berbagai pihak atau yang dapat disebut dari persepsi dapat diambil oleh individu
sebagai agen sosialisasi. Agen sosialisasi dalam berbagai macam bentuk.
yakni orang-orang ataupun media yang dapat Fokus penelitian ini adalah pada
dapat mentransmisikan nilai-nilai atau norma- persepsi film maka narasumber
norma tertentu. Agen sosialisasi merupakan dipersyaratkan pernah atau menonton film
orang yang paling dekat dengan individu. animasi Nussa dan Rara episode libur jangan
Proses sosialisasi di lingkungan keluarga lalai terlebih dahulu sehingga anak dapat
dapat menggunakan bantuan media massa memberikan penilaian terhadap film yang
seperti film dalam menstransmisikan nilai- telah dilihatnya. Walgito (dalam Nuraini,
nilai. Seperti yang dilakukan salah satu orang 2021)) mengungkapkan indikator-indikator
tua informan yang dapat memberikan nasihat persepsi ada tiga yaitu penerimaan rangsang
kepada anak berdasarkan pembelajaran yang atau objek, pemahaman dan penilaian

Jurnal Pendidikan Mandala 174


JUPE: Jurnal Pendidikan Mandala
Vol. 7. No. 1 Febuari 2022
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JUPE/index
p-ISSN: 2548-5555 e-ISSN: 2656-6745
Terakreditasi Sinta 6 (No. SK: 164/E/KPT/2021)

Tahap pertama dalam proses persepsi beberapa persepsi anak menganai penokoham
yaitu adanya penerimaan stimulus dengan dapat disimpulkan bahwa penokohan Nussa
menggunakan indera. Hal ini anak melihat dan Rara pada episode libur jangan lalai yaitu
dan mendengar film animasi Nussa dan Rara sebagai anak yang tidak penurut, pemalas,
episode libur jangan lalai. Dari sudut pandang tidak patuh, tidak disiplin dan tidak
penglihatan semua anak mempersepsikan bertanggung jawab. Umma dipersepsikan oleh
sama mengenai nama tokoh yang terdapat anak sebagai ibu yang cerewet, baik, dan
pada episode ini yaitu Nussa, Rara, Umma, sabar. Tokoh Setan dipersepsikan sebagai
dan tokoh setan. tokoh yang jahat dan tidak baik. Berdasarkan
Tahapan yang kedua yaitu, dari persepsi tersebut, anak dapat
pemahaman setelah terjadi gambaran serta membedakan tokoh yang baik dan tidak baik.
kesan oleh otak, maka gambaran tersebut Proses tahapan terakhir yaitu
diproses sehingga terbentuk pemahaman. Penilaian. Penilaian terjadi setelah terbentuk
Proses terjadinya pemahaman tersebut pemahaman oleh individu. Pengertian atau
tergantung pada gambaran sebelumnya yang pemahaman yang baru diperoleh tersebut
telah dimiliki oleh individu. Berdasarkan isi dibandingkan dengan kriteria serta norma
cerita yang telah diungkapkan oleh anak dapat yang dimiliki individu. Dari proses
disimpulkan bahwa pada episode libur jangan pemahaman maka anak dapat menilai
lalai menceritakan tentang Nussa dan Rara mengenai film yang telah dilihat. Dari
yang lalai dalam melaksanakan ibadah karena penokohan yang telah dideskripsikan oleh
asyik menonton televisi dan mengerjakan anak, anak memberikan penilaian atas
tugasnya karena beralasan hari libur. karakter atau watak tokoh dalam cerita.
Selain isi cerita, penokohan juga Semua anak tidak menyukai Nussa dan Rara
menjadi salah satu unsur dalam film. Dengan karena lalai dan tidak penurut terhadap
memperhatikan tokoh yang bermain dengan ibunya. Anak-anak lebih menyukai terhadap
karakternya masing-masing dapat membawa umma yang sabar dan tetap menasehati Nussa
cerita dalam film. Seperti yang telah diketahui dan Rara.
pada episode ini terdapat empat tokoh dengan Film merupakan media massa yang
penggambaran fisik yang berbeda. didalamnya terdapat pesan. Pesan atau biasa
Penggambaran fisik yang berbeda sebagai ciri disebut sebagai amanat merupakan pesan
dari suatu tokoh sehingga penonton dapat yang ingin disampaikan penulis atau pembuat
membedakan masing-masing tokoh. Semua cerita baik secara langsung maupun tidak
anak berpendapat bahwa Nussa identik langsung. Pesan menjadi hal penting pada
dengan anak laki-laki dengan baju hijau dan bagian film, karena pesan itulah yang menjadi
memakai peci. Rara adalah adik perempuan alur atau jalan cerita dari sebuah film. Begitu
dari tokoh Nussa yang identik dengan gamis pula pada film animasi, setiap episode film
berwarna kuning. Umma seorang ibu dari animasi memiliki pesan yang berbeda-beda.
Nussa dan Rara yang memakai baju berwarna Begitu pula dengan pada film animasi Nussa
ungu. Sementara itu tokoh setan digambakan dan Rara episode libur jangan lalai terdapat
seperti bentuk bulat berwarna ungu dan pesan yang terkandung dalam film. Pesan
terbang. yang dapat diambil oleh anak-anak sebagai
Tidak hanya penggambaran fisik yang berikut.
berbeda namun karakter atau watak tokoh “Pesannya yaitu kita tidak boleh lupa
berbeda pula. Berdasarkan hasil wawancara beribadah dan mengerjakan PR”.
yang telah dilakukan, penokohan yang (Wawancara dengan Takul).
terdapat pada film animasi Nussa dan Rara Hesti berpendapat sebagai berikut.
episode libur jangan lalai meliputi: (a) baik; “Pesan dalam film ini yaitu jika disuruh
(b) tidak baik; (c) jahat; (d) cerewet; (d) tidak oang tua untuk mengerjakan sesuatu
penurut/patuh; (e) pemalas; (f) tidak maka harus dikerjakan.” (Wawancara
bertanggung jawab, (g) kurang disiplin. Dari dengan Hesti).

Jurnal Pendidikan Mandala 175


JUPE: Jurnal Pendidikan Mandala
Vol. 7. No. 1 Febuari 2022
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JUPE/index
p-ISSN: 2548-5555 e-ISSN: 2656-6745
Terakreditasi Sinta 6 (No. SK: 164/E/KPT/2021)

Dari keenam informan, mereka karakter yang lainnya.Proses terjadinya


menyukai film animasi Nussa dan Rara ini persepsi dimulai dari penerimaan rangsang
karena terdapat hal yang menarik pada film atau objek, pemahaman dan penilaian. Pada
ini seperti, tokoh yang lucu, episode yang penerimaan objek anak-anak dapat
memiliki jalan cerita yang seru dan menarik, memberikan persepsi mengenai tokoh yang
dan terdapat pesan yang mengajarkan terdapat pada film. Pada tahap pemahaman
kebaikan di setiap episodenya. anak mampu mendeskripsikan mengenai
Berdasarkan hal tersebut, maka karakteristik yang terdapat pada tokoh, isi
keenam informan memberikan respon yang film dan penokohan. Pada penilaian anak-
positif terhadap film animasi Nussa dan Rara. anak dapat memberikan penilaian atas film
Seperti yang diungkapkan pada wawancara yang telah dilihatnya. Film animasi Nussa
sebagai berikut. dan Rara episode libur jangan lalai
“Filmnya bagus, mengajarkan kebaikan merupakan tayangan yang bagus dan
dan mengingatkan tentang agama”. mendapat repon yang positif bagi
(Wawancara dengan Mifta) penontonnya.
Sementara itu Takul memberikan penilaian
sebagai berikut. DAFTAR PUSTAKA
“Filmnya bagus karena mengajarkan hal Aslamiah, S., & Aruan, R. V. (2021).
baik dan tidak bosan saat menonton.”. PERSEPSI ANAK TERHADAP
(Wawancara dengan Takul) PESAN DALAM FILM KARTUN
Dari hasil wawancara tersebut dapat UPIN & IPIN DI KALANGAN
diketahui bahwa film animasi Nussa dan Rara ANAK SD NEGERI 040 HUTA
episode libur jangan lalai merupakan GODANG MUDA, KECAMATAN
tayangan yang bagus dan positif. Film nussa SIABU, KABUPATEN
dan Rara dapat menjadi tayangan yang MANDAILING NATAL. JURNAL
mengedukasi anak-anak karena mengajarkan SOCIAL OPINION: Jurnal Ilmiah
hal kebaikan dan dapat mempelajari ilmu Ilmu Komunikasi, 5(1), 79-84.
agama secara tidak langsung. Selain itu durasi Danesi, Marcel. Pengantar Memahami
film yang berkisar 3-8 menit dan cara Semiotika Media, Yogyakarta:
penyampaiannya yang ringan tidak akan Jalasutra, 2010
membuat anak-anak menjadi bosan, bahkan Demillah, A. (2019). Peran film animasi
membuat anak mudah memahami isi film. nussa dan rara dalam meningkatkan
Berdasarkan persepsi anak pada film animasi pemahaman tentang ajaran islam pada
Nussa dan Rara, setiap anak menanggapinya pelajar SD. Jurnal Interaksi: Jurnal
berbeda-beda sesuai dengan pemahaman Ilmu Komunikasi, 3(2), 106-115.
mereka masing-masing. Komariah, K., & Subekti, P. (2016).
Penggunaan media massa sebagai
KESIMPULAN agen sosialisasi dinas kesehatan
Film selain sebagai media hiburan kabupaten Tasikmalaya dalam
juga dapat digunakan sebagai sosialisasi pada meningkatkan kesadaran masyarakat
anak. Anak-anak merupakan salah satu akan pentingnya imunisasi. PRofesi
kategori audiens pada masyarakat yang Humas, 1(1), 76-90.
banyak menyukai tontonan film. Secara Limarga, D. M. (2017). Penerapan metode
kognitif, anak usia 12 tahun juga mampu bercerita dengan media audio visual
memberikan persepsi dari suatu informasi untuk meningkatkan kemampuan
yang telah diakses. Salah satu film animasi empati anak usia dini. Tunas
yang memiliki nilai pendidikan adalah Nussa Siliwangi: Jurnal Program Studi
dan Rara. Dalam film ini memiliki tema Pendidikan Guru PAUD STKIP
islami dapat memberi edukasi dan Siliwangi Bandung, 3(1), 86-104.
pemahaman tentang Islam dan juga nilai Mariana, Y. (2017). Film Animasi 3D Jurnalis

Jurnal Pendidikan Mandala 176


JUPE: Jurnal Pendidikan Mandala
Vol. 7. No. 1 Febuari 2022
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JUPE/index
p-ISSN: 2548-5555 e-ISSN: 2656-6745
Terakreditasi Sinta 6 (No. SK: 164/E/KPT/2021)

Sindo. Besaung: Jurnal Seni Desain


dan Budaya, 2(1).
Moloeng, Lexy J. 2017. Metodologi
penelitian kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Nuraini, N., Amelia, A. R., & Lyesmaya, D.
(2021). Analisis Persepsi Siswa
Dalam Melaksanakan Pembelajaran
Daring Di Sekolah Dasar. Jurnal
PGSD, 7(1), 32-36.
Priyatna, M. (2017). Pendidikan karakter
berbasis kearifan lokal. Edukasi
Islami: Jurnal Pendidikan
Islam, 5(10).
Rudin, V. N., & Elfiandri, E. (2021).
PERSEPSI REMAJA DESA BUKIT
RANAH TERHADAP SINETRON
DARI JENDELA SMP DI
SCTV. Jurnal Riset Mahasiswa
Dakwah dan Komunikasi, 3(2), 95-
101.
SANTOSO, A. (2019). REPRESENTASI
ADEGAN KEKERASAN PADA
TOKOH VICKI MALONEY
DALAM FILM “HOUNDS OF
LOVE”(Analisis Semiotika Adegan
Kekerasan Pada Tokoh Vicki
Maloney Dalam Film “Hounds Of
Love”). JURNAL
KOMUNITAS, 7(1).
Sari, W.N. (2021). Pendidikan Karakter
Melalui Pembelajaran IPS. PESHUM
: Jurnal Pendidikan, Sosial Dan
Humaniora, 1(1), 10–14. Retrieved
from
http://ulilalbabinstitute.com/index.ph
p/PESHUM/article/view/6
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor yang
mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi suatu
pengantar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sugiyono. (2015).Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif., Dan R&D.
Bandung:Alfabeta.

Jurnal Pendidikan Mandala 177

You might also like