Professional Documents
Culture Documents
al)
Abstract
Jambi Province is one of the endemic areas of filariasis. Chronic filariasis cases found in
almost all the districts. The number of reported chronic filariasis cases in Jambi in 2011
as many as 343 cases. The cases spread over 9 of 11 districts. The chronic cases mostly
were found in Muaro Jambi (149 cases) which spread in almost all sub-districts, in 4 sub-
districts in 7 public health center. Number of cases found in the Muaro Kumpeh public
health center were 45 cases. Mass treatment had been implemented since 2003, but new
cases still could be found. Base on the situation, the research was aimed to identify the
risk factors for filariasis transmission. The study design was cross-sectional through
interviews with 412 respondents including 128 cases and 248 healthly. The results shows
that the determinant of the risk factors in the incidence of filariasis in Muaro Jambi
Regency was water bodies around the house, the travel time to health facilities, mosquito
bite prevention behaviors at home, length of stay, education level and gender. The
probability of a person with all the risk factors of 95.9% for filariasis infection with OR
23.5 times.
Keywords: filariasis, risk factors, Muaro Jambi.
Abstrak
Provinsi Jambi merupakan salah satu wilayah endemis filariasis. Hampir seluruh
Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi terdapat kasus kronis filariasis. Jumlah kasus kronis
filariasis yang dilaporkan di Provinsi Jambi sampai dengan tahun 2011 sebanyak 343
kasus. Kasus tersebut tersebar di 9 dari Kabupaten/Kota . Jumlah kasus filariasis
terbanyak di Kabupaten Muaro Jambi sebesar 149 kasus. Filariasis di Kabupaten Muaro
Jambi menyebar hampir di seluruh kecamatan. Jumlah kasus terbanyak ditemukan di
wilayah Puskesmas Muaro Kumpeh sebanyak 45 kasus. Kegiatan pengobatan massal
telah dilakukan sejak tahun 2003, namun hingga saat ini masih ditemukan adanya kasus
baru. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengidentifikasi faktor risiko filariasis. Desain penelitian adalah cross sectional dengan
melakukan wawancara terhadap 412 orang responden yang meliputi 128 kasus dan 248
bukan kasus. Analisis data dilakukan secara multivariat. Hasil analisis menunjukkan
bahwa determinan faktor risiko kejadian filariasis di Kabupaten Muaro Jambi adalah
adanya genangan air di sekitar rumah, waktu tempuh ke sarana kesehatan, perilaku
pencegahan gigitan nyamuk di dalam rumah, lama tinggal, tingkat pendidikan dan jenis
kelamin. Probabilitas orang dengan seluruh faktor risiko tersebut sebesar 95.9% untuk
terinfeksi filariasis dengan OR 23,5 kali.
Kata kunci: Filariasis, Faktor risiko, Muaro Jambi
152
Bul. Penelit. Kesehat, Vol. 41, No. 3, 2013: 152 - 162
153
Faktor Risiko Filariasis …............. (Santoso et. al)
Karakteristik
Kasus Bukan Kasus P value OR 95% CI
Responden
Kelompok umur
- > 25 tahun 123 (96,1%) 247 (87,0%) 0,008 3,685 1,413-9,611
- < 25 tahun 5 (3,9%) 37 (13,0%)
Jenis kelamin
- Pria 101 (78,9%) 104 (36,4%) <0,001 6,474 3,972-10,552
- Wanita 27 (21,1%) 180 (63,4%)
Pendidikan
- Rendah 119 (93,0%) 165 (58,1%) <0,001 9,536 4,654-19,540
- Tinggi 9 (7,0%) 119 (41,9%)
Jumlah anggota keluarga
- > 5 orang
0,225 1,321 0,861-2,026
- < 5 orang 53 (41,4%) 99 (34,9%)
75 (58,6%) 185 (65,1%)
Suku bangsa
- Asli 98 (76,6%) 211 (74,3%) 0,712 1,130 0,694-1,841
- Pendatang 30 (23,4%) 73 (25,7%)
Lama tinggal
- > 5 tahun 126 (98,4%) 253 (89,1%) 0,006 7,719 1,818-32,770
- < 5 tahun 2 (1,6%) 31 (10,9%)
Jumlah 128 (100%) 284 (100%)
Tabel 2. Hubungan Antara Keberadaan Genangan Air di Sekitar Rumah dan Kejadian
Filariasis di Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2012
154
Bul. Penelit. Kesehat, Vol. 41, No. 3, 2013: 152 - 162
namun yang berhasil ditemukan dan di- berhubungan dengan kejadian filariasis. Hasil
wawancarai sebanyak 128 kasus. Hasil ana- analisis untuk menilai hubungan antara
lisis bivariat untuk menilai hubungan antara variabel dependen dan variabel independen
beberapa faktor risiko dengan kejadian fila- disajikan dalam Tabel 1 – 4.
riasis mendapatkan beberapa variabel yang
Tabel 3. Hubungan Antara Akses terhadap Sarana Kesehatan dan Kejadian Filariasis di
Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2012
Akses ke Sarana
Kasus Bukan Kasus P value OR 95% CI
Kesehatan
Jarak
- > 1 km 46 (35,9%) 79 (27,8%) 0,098 1,456 0,933-2,271
- < 1 km 82 (64,1%) 205 (72,2%)
Waktu tempuh
- > 15 menit 51 (39,8%) 64 (22,5%) <0,001 2,277 1,451-3,571
- < 15 menit 77 (60,2%) 220 (77,5%)
Jumlah 128 (100%) 284 (100%)
Tabel 4. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Kejadian Filariasis di Kabupaten Muaro Jambi
Tahun 2012
155
Faktor Risiko Filariasis …............. (Santoso et. al)
156
Bul. Penelit. Kesehat, Vol. 41, No. 3, 2013: 152 - 162
Gambar 3. Hasil Uji Interaksi antara Variabel Jenis Kelamin dan Pendidikan terhadap
Kejadian Filariasis
157
Faktor Risiko Filariasis …............. (Santoso et. al)
Gambar 4. Model Akhir Risiko Kejadian Filariasis pada Masyarakat di Kabupaten Muaro -
Jambi Tahun 2012
158
Bul. Penelit. Kesehat, Vol. 41, No. 3, 2013: 152 - 162
159
Faktor Risiko Filariasis …............. (Santoso et. al)
memiliki hubungan yang bermakna dengan karena adanya efek samping pengobatan ter-
kejadian filariasis. Berdasarkan hasil ter- sebut. Meskipun mereka telah diberi pe-
sebut, jarak tidak mempengaruhi responden ngetahuan tentang pentingnya kegiatan peng-
dalam menjangkau sarana kesehatan, namun obatan massal untuk mencegah filariasis
waktu tempuh mempengaruhi reponden namun mereka masih banyak yang belum
untuk menjangkau sarana kesehatan. Hal ini memiliki keyakinan akan pentingnya
berkaitan dengan sarana transportasi yang kegiatan tersebu. Responden merasa tidak
ada di wilayah tersebut, yaitu berupa alat perlu minum obat karena tidak sakit.
transportasi dan kondisi jalan. Tersedianya Perilaku yang berhubungan dengan
sarana transportasi dan akses jalan yang baik kejadian filariasis adalah perilaku responden
akan mempermudah masyarakat untuk men-
yang tidak memakai alat pelindung dari
jangkau sarana kesehatan meskipun jarak ke gigitan nyamuk. Responden yang tidak
sarana kesehatan cukup jauh. Waktu tempuh menggunakan apapun untuk mencegah
yang lama membuat masyarakat enggan gigitan nyamuk di dalam rumah memiliki
untuk pergi ke sarana kesehatan guna me- risiko lebih tinggi tertular filariasis di-
meriksakan kesehatannya karena akan mem- bandingkan dengan responden yang meng-
buang banyak waktu. Hasil analisis lanjut gunakan alat pelindung diri. Perilaku keluar
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun malam tidak menunjukkan adanya hubungan
2007 yang dilakukan oleh Santoso me- yang bermakna dengan kejadian filariasis.
nunjukkan bahwa terdapat hubungan yang Penelitian yang dilakukan oleh Setiawan juga
bermakna antara akses ke sarana kesehatan mendapatkan hasil yang sama, yaitu tidak
dengan kejadian filariasis (variabel jarak ada hubungan antara kebiasaan keluar rumah
p=0,000; waktu tempuh p=0,013).9
dengan kejadian filariasis (p=0,15).11 Hasil
Hasil analisis terhadap sikap respon- penelitian yang dilakukan oleh
den diketahui bahwa tidak ada hubungan Uphadhyayula di India juga tidak mendapat-
antara sikap responden dengan kejadian fila- kan adanya hubungan yang bermakna antara
riasis. Kedua kelompok menunjukkan upaya untuk menghindari gigitan nyamuk
proporsi sikap yang hampir sama, yaitu lebih dengan kejadian filariasis (p=0,466).5 Hasil
banyak yang bersikap negatif terhadap ke- peneltian yang dilakukan oleh Juriastuti
giatan pencegahan dan pemberantasan fila- (2010) mendapatkan adanya hubungan yang
riasis. Sikap merupakan suatu hasil dari bermakna antara perilaku keluar malam
proses sosialisasi. Seseorang akan memberi- dengan kejadian filaraisis (p=0,001).8
kan reaksi terhadap rangsangan/stimulus Analisis multivariate untuk men-
yang diterimanya. Hal tersebut berarti sikap dapatkan model regresi logistik penularan
berbeda dengan pengetahuan, karena mem-
filariasis di Kabupaten Muaro Jambi men-
berikan kesiapan yang menunjukkan aspek dapatkan faktor yang menjadi model pe-
positif atau negatif yang berorientasi kepada nularan filariasis adalah perilaku tidak meng-
hal-hal yang bersifat umum.10 Proporsi res- hindari gigitan nyamuk, riwayat pernah
ponden yang lebih banyak bersikap negatif demam, lama tinggal di daerah endemis,
terhadap kegiatan pencegahan dan pem- tingkat pendidikan, jenis kelamin dan adanya
berantasan filariasis dapat timbul karena ada- genangan air di sekitar rumah. Responden
nya salah satu respon terhadap kegiatan pe- yang berperilaku tidak menghindari gigitan
ngobatan massal yang memberikan dampak nyamuk saat di dalam rumah pada malam
berupa efek samping. Responden berangga- hari memiliki risiko lebih besar untuk terkena
pan bahwa kegiatan pengobatan massal justru filariasis dibandingkan dengan yang
menimbulkan masalah baru bagi mereka
160
Bul. Penelit. Kesehat, Vol. 41, No. 3, 2013: 152 - 162
memakai alat untuk menghindari gigitan cenderung berperilaku lebih positif terhadap
nyamuk. Responden yang tinggal di daerah kegiatan pencegahan dan pemberantasan
endemis >5 tahun lebih berisiko terkena fila- filariasis. Risiko terkena filariasis pada pria
riasis dibandingkan dengan responden yang dapat dikurangi juga dengan perubahan peri-
tinggal <5 tahun di daerah endemis. Res- laku yang berisiko menjadi tidak berisiko,
ponden yang berpendidikan rendah lebih be- diantaranya pemakaian alat pelindung diri
risiko terkena filarisis dibandingkan dengan dari gigitan nyamuk serta segera memeriksa-
responden berpendidikan tinggi. Responden kan diri ke sarana kesehatan bila mengalami
laki-laki memiliki risiko lebih besar untuk gejala demam berulang. Genangan air di
terserang filariasis dibandingkan responden sekitar rumah merupakan salah satu faktor
wanita hal ini berhubungan dengan perlaku risiko yang dapat dikurangi dengan mem-
penduduk laki-laki yang lebih sering keluar bersihkan genangan air yang ada di sekitar
pada malam hari sehingga kemungkinan rumah, mengalirkan air yang tergenang,
untuk digigit nyamuk penular filariasis lebih membersihkan semak/tanaman air yang ada
besar. Responden yang di sekitar rumahnya di sekitar rumah atau memelihara ikan pe-
terdapat genangan air lebih berisiko di- makan jentik di genangan air yang tidak ter-
bandingkan dengan responden yang tidak pakai.
terdapat genangan air di sekitar rumahnya. Model yang dihasilkan dalam pe-
Berdasarkan hasil analisis multi- nelitian ini tidak menjelaskan seluruh faktor
variate tersebut maka untuk menurunkan kejadian filariasis karena masih banyak
risiko penularan agar tingkat prevalensi fila- faktor di luar model yang juga mem-
riasis menurun harus memperhatikan deter- pengaruhi kejadian filariasis, seperti tingkat
minan faktor risiko tersebut. Faktor risiko imunitas tubuh, faktor sarana dan prasarana
perilaku pencegahan terhadap gigitan penunjang kegiatan pencegahan dan pem-
nyamuk dapat diturunkan dengan memberi berantasan filariasis dan faktor lainnya.
penyuluhan tentang pentingnya mengguna-
Berdasarkan hasil penelitian dan
kan alat pelindung dari gigitan nyamuk.
pembahasan yang telah dilakukan maka
Risiko tertular filariasis pada penduduk yang
untuk menurunkan tingkat endemisitas fila-
sering mengalami demam berulang dapat
riasis di Kabupaten Muaro Jambi perlu di-
diturunkan dengan segera memeriksakan diri
lakukan upaya yang melibatkan lintas sektor
ke sarana kesehatan terdekat untuk deteksi
dan tokoh masyarakat setempat. Upaya yang
dini filariasis sehingga tidak berkembang
dapat dilakukan diantaranya dengan melaku-
menjadi kronis dan tidak menjadi sumber pe-
kan kegiatan Jum’at bersih dengan melibat-
nularan.
kan puskesmas, kecamatan dan desa.
Penduduk yang sudah lama tinggal di Kegiatan ini dapat mengurangi adanya
daerah endemis baik penduduk asli maupun genangan air yang merupakan tempat per-
pendatang dapat diturunkan risikonya dengan kembangbiakan nyamuk vektor filariasis. Ke-
meningkatkan pengetahuan tentang filariasis giatan yang juga cukup penting adalah pe-
dan perilaku yang dapat mencegah penularan nyuluhan tentang pentingnya minum obat
filariasis. Tingkat pendidikan berpengaruh pencegah filariasis. Kegiatan penyuluhan
terhadap kejadian filariasis berhubungan dapat dilakukan di sekolah melalui kegiatan
dengan pengetahuan. Responden dengan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), pe-
tingkat pendidikan tinggi maka pengetahuan- nyuluhan pada saat Posyandu atau pada ke-
nya akan bertambah sehingga lebih memper- giatan keagamaan (pengajian, kebaktian).
hatikan kondisi kesehatannya serta Melalui upaya tersebut diharapkan rantai pe-
161
Faktor Risiko Filariasis …............. (Santoso et. al)
nularan filariasis dapat diputuskan, sehingga 3. [Dinkes] Dinas Kesehatan. Laporan ELKAGA
filariasis tidak menjadi masalah kesehatan Tahun 2010. Muaro Jambi: Dinas Kesehatan
Kabupaten Muaro Jambi, 2011.
khususnya di Kabupaten Muaro Jambi.
4. Hananto M., Hapsari D., Suparmi. Analisis
Multivariate Regresi Logistic Berganda.
KESIMPULAN Modul: Pelatihan Intermediate level of
Epidemiology, Biostatistics and Methodology
Determinan faktor risiko yang ber- Research Course (Sentul, 11-15 April 2011).
hubungan dengan kejadian filariasis adalah
5. Upadhyayula S.M., Mutheneni S.R., Kadiri
adanya genangan air di sekitar rumah, waktu M.R., Kumaraswamy S., Nagalla B. A Cohort
tempuh ke sarana kesehatan, perilaku pen- Study of Lymphatic Filariasis on Socio
cegahan gigitan nyamuk di dalam rumah, Economic Conditions in Andhra Pradesh,
lama tinggal, tingkat pendidikan dan jenis India. PLoS ONE (online). 19 Maret 2012,
kelamin. 7(3): e33779 (cited 15 November 2012).
Available from: www.plosone.org.
Persamaan model regresi logistik doi:10.1371/journal. pone.0033779.
memperoleh probabilitas orang dengan 6. Mulyono R.A., Hadisaputro S., Wartono H.
seluruh faktor risiko untuk terkena filariasis Risk factors environment and behavior
sebesar 95,9% dengan OR 23,5 kali. Model influence the occurance of filariasis (case study
yang diperoleh dapat memprediksi sebesar in area Pekalongan). Bina Sanitasi. 2008; 1(1):
18-27.
30,9% atas kejadian filariasis sedangkan
69,1% dipengaruhi oleh faktor di luar model 7. Klei T.R., and T.V. Rajan (eds.). World class
Parasites: Volume 5. The Filaria. Host factors,
parasite factors, and external factors involved
UCAPAN TERIMA KASIH in the pathogenesis of filarial infections. New
York, Boston, Dordrecht, London, Moscow:
Penulis menyampaikan ucapan terima Kluwer Academic Publisher, 2002. (cited 29
kasih kepada: Kepala Badan Penelitian dan Desember 2008). Available from:
Pengembangan Kesehatan; Kepala Pusat http://kluweronline.com and
http://ebooks.kluweronline.com.
Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat;
Para Panitia Pembina Ilmiah PTIKM; Kepala 8. Juriastuti P., Kartika M., Djaja IM., Susanna D.
Loka Litbang P2B2 Baturaja; Kepala Dinas Faktor Risiko Kejadian Filariasis di Kelurahan
Jati Sampurna. Makara Kesehatan. 2010; 14(1):
Kesehatan Provinsi Jambi beserta staf; 31-6.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Muaro
9. Santoso. Risiko Kejadian Filariasis pada
Jambi beserta staf; serta seluruh pihak yang
Masyarakat dengan Akses Pelayanan
telah memberikan bantuan dan dukungan Kesehatan yang Sulit. Jurnal Pembangunan
selama kegiatan penelitian. Manusia. 2011; 5(2): 107-15.
10. Matondang M.H., dan Sri. H. Prestasi Kerja
dikaitkan dengan Tanggung Jawab dan Sikap
DAFTAR RUJUKAN Parameter. UNJ: Jurnal Ilmu Pendidikan. 2002;
1. [Kemenkes] Kementerian Kesehatan. Filariasis 14: 34.
di Indonesia. Buletin Jendela Epidemiologi. 11. Setiawan B. Faktor Risiko Yang Berhubungan
Jakarta: Pusat Data dan Surveilans Dengan Kejadian Filariasis Malayi Di Wilayah
Epidemiologi Kementerian Kesehatan RI, Kerja Puskesmas Cempaka Mulia Kabupaten
2010. Kotawaringin Timur Propinsi Kalimantan
2. [Dinkes] Dinas Kesehatan. Laporan Tahunan Tengah. Prosiding: Seminar Nasional Sains dan
Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Teknologi-II 2008. Bandar Lampung:
Lingkungan, Dinas Kesehatan Provinsi Jambi Universitas Lampung, 17-18 Desember 2008.
Tahun 2011. Dinas Kesehatan Propinsi Jambi. (IV)71-82. ISBN: 978-979-1165-74-7.
Jambi: 2012
162
Faktor Risiko Filariasis …............. (Santoso et. al)